RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor, 2004

2 BUDIDAYA TEMBAKAU MADURA RENDAH NIKOTIN A.S. Murdiyati, Suwarso, Mukani dan Anik Herwati PENDAHULUAN Tembakau madura merupakan bahan baku rokok keretek. Tembakau ini berkembang utamanya di Kabupaten Pamekasan dan Sumenep, kemudian meluas sampai ke Kabupaten Sampang. Bagi petani, tembakau madura dapat menyumbang % dari total pendapatan petani. Karakter kimia tembakau madura antara lain kadar nikotin sedang, kadar gula tinggi dan aromatis sehingga dalam racikan rokok keretek berfungsi sebagai pemberi aroma dan rasa. Tembakau ini ditanam di tiga macam lahan, yaitu (1) lahan gunung yang kebutuhan airnya hanya dari air hujan (13%); (2) lahan tegal yang berpengairan dari sumur atau air tanah dalam (52%); dan (3) lahan sawah (35%). Produktivitas lahan gunung hanya 0,40,5 ton/ha rajangan kering, tetapi mutunya tinggi dan sangat aromatis. Produktivitas lahan tegal 0,7 0,8 ton/ha, mutu tinggi dan aromatis; sedangkan lahan sawah 1,1 1,2 ton/ha, tetapi mutunya agak rendah dan kurang aromatis (Murdiyati et al., 1999). Kandungan nikotin tembakau sawah juga relatif lebih rendah dibanding tegal dan gunung, sebaliknya kandungan gulanya relatif lebih tinggi (Suwarso et al., 1992). Dari beberapa penelitian diperoleh untuk tembakau sawah kisaran nikotinnya antara 0,55 1,75 %, dan kadar gula %. Untuk tembakau tegal dan gunung kisaran kadar nikotin antara 2,00 4,73 %, dan kadar gula % (Suwarso et al., 1992; Rachman et al., 1992; Suwarso et al., 1998). Karakter aromatis disebabkan karena kandungan senyawasenyawa aromatis (resin dan minyak atsiri) yang dibentuk dalam trichoma (bulu daun). Senyawasenyawa ini merupakan karbohidrat sekunder yang terbentuk terutama pada keadaan kurang air. Tembakau madura yang kelebihan air, mutunya akan rendah dan tidak aromatis, petani menyebutnya nyabe (seperti tembakau sawah). Pada lahan sawah umumnya air tanahnya dangkal, sehingga kebutuhan air sangat tercukupi dengan pembuatan sumursumur dangkal. Hasil penelitian Rachman et al. (1992) menunjukkan bahwa pengurangan jumlah air siraman akan meningkatkan mutu (aroma) tembakau madura lahan sawah. Dalam racikan rokok keretek, bahan baku utamanya adalah tembakau temanggung dan madura. Kadar nikotin tembakau temanggung sangat tinggi terutama yang mutunya tinggi antara 4 8 %. Dengan adanya tren produksi rokok kretek di Indonesia yang mengarah ke rokok yang lebih ringan (Anonim, 2002), maka terlihat bahwa kebutuhan tembakau madura meningkat, sebaliknya tembakau temanggung menurun. Pada waktu dulu menurut GAPPRI (1991) perkiraan penggunaan tembakau madura untuk bahan baku rokok keretek antara % (ratarata 18%), dan tembakau temanggung % (ratarata 20%), saat ini menurut beberapa pabrik rokok keretek penggunaan tembakau madura meningkat antara %. Hal ini juga terlihat dari perkembangan areal yang sangat pesat, sebelum tahun 1990 masih sekitar ha, kemudian terus meningkat sehingga beberapa tahun terakhir mencapai ha. Demikian juga harga tembakau madura terus meningkat (Tabel 1). Sayangnya kondisi ini mendorong masuknya daundaun tembakau dari luar Madura, antara lain dari Bojonegoro, Paiton dan Bondowoso. Tabel 1. Perkembangan areal, produksi, produktivitas dan harga tembakau Madura

3 Tahun *) Areal (ha) Produks i (ton) Produktiv itas (ton/ha) 0,518 0,193 0,588 0,612 0,533 0,581 *)Tahun 1998 tembakau rusak karena La Nina` (iklim sangat basah). Harga (Rp/kg) Terendah Tertinggi Pencampuran tembakau dari daerah lain ini berakibat turunnya mutu tembakau madura. Bagi pabrik rokok keretek, tembakau dari daerah tersebut mempunyai klas lebih rendah dibanding tembakau madura. Harga tembakautembakau tersebut di daerah asalnya berkisar antara Rp , Rp , per kg. Upaya untuk mengantisipasi penurunan mutu tembakau madura ini telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan sejak 2002 dengan mengeluarkan Perda untuk mencegah masuknya tembakau dari luar madura (Mukani dan Murdiyati, 2003). PERMASALAHAN Permasalahan umum yang dihadapi oleh komoditas tembakau terutama tembakau lokal dan industri rokok keretek adalah kampanye anti rokok yang dipelopori WHO (World Health Organization) sejak tahun Di dalam negeri gerakan anti rokok dimulai tahun 1991 dengan adanya peringatan pemerintah bahwa merokok dapat merugikan kesehatan. Selanjutnya terbit Undangundang nomor 23 tahun 1992, yang pasal 44 berbunyi perlunya ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Peraturan ini baru terbit tahun 1999, yaitu PP.81/1999 yang diperbarui dengan PP.38/2000 yang antara lain menetapkan pembatasan kadar nikotin dan tar (dalam asap) maksimum 1,5 dan 20 mg per batang rokok. Peraturan pemerintah ini berdampak cukup besar, antara lain penurunan produksi rokok keretek dan harga tembakau lokal, sehingga akhirnya diperbarui dengan PP.19/2003 yang mencabut ketetapan kadar nikotin dan tar tersebut tetapi setiap bungkus rokok tetap wajib mencantumkan kadar tar dan nikotin yang dikandung serta peringatan bahaya merokok bagi kesehatan, Selain itu Departemen Pertanian wajib mencari tembakau dengan resiko kesehatan seminimal mungkin. Upaya balittas untuk menurunkan kadar nikotin tembakau lokal dimulai tahun Tembakau madura Prancak95 disilangkan dengan beberapa varietas tembakau oriental (Turki) yang berkadar nikotin < 1 %. Hasil persilangan diseleksi untuk mendapatkan galur yang berkadar nikotin lebih rendah dari Prancak95 dengan bentuk morfologi mirip Prancak95 dan mewarisi sifat ketahanan terhadap penyakit lanas (Phytophthora nicotianae) dari Prancak95. Dari 10 galur yang diuji multilokasi terpilih galur 93/2 dan 90/1 yang kemudian dilepas pada bulan Mei 2004 sebagai Prancak N1 dan Prancak N2. Keragaan Prancak N1 dan Prancak N2 dan Prancak95 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Potensi hasil, mutu dan kadar nikotin varietas Prancak N1 dan Prancak N2 Potensi hasil Indeks Kadar nikotin Varietas Indeks mutu (ton/ha) Tanaman (%) Prancak N1 0,9 62,45 60,07 1,76

4 Prancak N2 Prancak 95 (pembanding) 0,8 0,8 68,52 57,12 56,07 45,22 2,00 2,31 Kedua varietas baru ini telah disosialisasikan kepada petani di Kabupaten Pamekasan dan Sumenep pada tahun 2004, seluas 50 ha. Secara umum varietas tersebut dapat diterima oleh petani maupun gudang pabrik rokok besar. Harga yang diperoleh sampai tanggal 10 Agustus berkisar antara Rp , Rp , per kg. Terjadi variasi yang cukup besar pada hasil dan mutu di tingkat petani yang disebabkan oleh cara budidaya yang bervariasi. Informasi sebagai umpan balik yang diperoleh antara lain : Saat tanam paling tepat pada tembakau madura adalah awal sampai pertengahan Mei, agar dapat dilakukan panen pada awal sampai pertengahan Agustus di mana gudang pabrik rokok besar sudah buka. Patokan yang dipakai petani adalah umur 60 hari dipangkas, dan sebulan kemudian (umur 90 hari) panen. Tembakau yang ditanam sebelum bulan Mei dikatakan banyak minum air hujan. Sedangkan yang ditanam di atas bulan Mei akan melewati bulan September, sebelum panen tanaman akan banyak menyerap air kapiler yang mulai naik ( tanah ngompol ). Kedua hal tersebut di atas dapat menurunkan mutu (aroma) tembakau. Pemberian pupuk N dan air yang berlebihan, menyebabkan pertumbuhan tanaman terlalu tinggi dan besar. Hal ini tidak dikehendaki karena walaupun hasilnya tinggi tetapi mutunya jatuh. Status K tanah di Madura umumnya rendah sampai sedang (hasil analisis tanah terlampir). Gejala kekurangan ZK mulai terlihat pada pertanaman umur satu bulan. Daundaun bawah tepi daunnya menguning dimulai dari ujung daun, selanjutnya bagian ini mengering dan terjadi perforasi. Pada umur lebih lanjut daundaun bawah cepat mengering sebelum waktunya (ngrosok). Penggunaan 100 kg ZK per hektar dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dan seringkali memperpanjang umur tanaman. Beberapa petani agak bingung karena pada umur 90 hari belum siap panen. Petani kooperator yang dibimbing oleh salah satu pabrik rokok besar diarahkan untuk panen bertahap. Tidak tersedianya ZK menyebabkan petani ada yang memakai KCl atau Phonska, sehingga terjadi keluhan pabrik rokok akan tingginya Cl dalam daun tembakau. Kandungan Cl yang dikehendaki kurang dari 1,5%. Banyak petani yang menanam tembakau Jawa seperti Samporis, DB 101 dan Jepon Kasturi untuk memperoleh hasil yang tinggi. Akan tetapi mutu yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan pabrik rokok. Nara sumber dari salah satu pabrik rokok besar sangat mengkhawatirkan akan hilangnya jenis tembakau madura asli yang berakibat menurunnya mutu tembakau. Menurut salah satu gudang pabrik rokok besar varietas Prancak N1 yang ditanam di lahan sawah dengan budidaya yang tepat, mutu aromanya menyamai tembakau tegal/gunung. Ada pengelola gudang pabrik rokok keretek besar yang akan membuat pembibitan varietas Prancak N1 seluas satu hektar tahun Untuk memperbaiki budidaya yang biasa dilakukan oleh petani diperlukan pengelolaan tanaman secara terpadu dalam satu tahun dengan pola tanam yang tepat agar saat tanam tembakau tepat. Dalam rotasi tanaman juga diperlukan varietas masing

5 masing tanaman agar umurnya sesuai dengan jadwal rotasi. Pada umumnya pola tanam di lahan gunung adalah jagungtembakaujagung; pada lahan tegal berpengairan air tanah dalam adalah paditembakaujagung, atau jagung+kacang hijautembakaujagung, atau jagungtembakaukedelai, atau bawang merahtembakaujagung; dan pada lahan sawah jagungpaditembakau (Suwarso dan Mukani, 1989; Soenardi et al., 1995). Dalam budidaya tembakau sendiri akan diperbaiki macam, dosis dan cara pemupukan; serta jumlah dan frekwensi penyiraman. Untuk itu bersamasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur akan diajukan proposal dengan judul Pengelolaan tanaman terpadu berbasis tembakau madura untuk dilaksanakan pada tahun RAKITAN TEKNOLOGI Mutu tembakau sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Dosis pupuk terutama pupuk nitrogen sangat berpengaruh terhadap hasil, mutu dan kandungan kimia termasuk nikotin. Hasil penelitian menunjukkan dosis optimal untuk tembakau madura di lahan tegal adalah 200 kg ZA per hektar, sedang di lahan sawah 300 kg ZA per hektar (Suwarso et al., 1992). Demikian juga untuk varietas baru dengan nikotin lebih rendah dosis optimal di lahan tegal adalah 200 kg ZA per hektar (Murdiyati et al., 2003). Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg ZA kg SP kg ZK kg pupuk kandang per hektar (Suwarso et al, 2004). Kerapatan populasi tanaman juga berpengaruh terhadap hasil, mutu dan kadar nikotin tembakau. Pada tembakau madura Murdiyati et al. (2003) melaporkan bahwa peningkatan kerapatan tanaman akan meningkatkan hasil dan menurunkan kadar nikotin, tetapi pada batas tertentu akan menurunkan mutu tembakau. Populasi tanaman optimal adalah tanaman. Tembakau ditanam dengan sistem double row (dua baris tanaman dalam satu gulud). Jarak antar gulud 0,9 m, jarak antar baris tanaman dalam gulud 0,4 m, dan jarak antar tanaman dalam baris 0,35 m. Hasil penelitian Rachman et al. (1992) menunjukkan bahwa semakin tinggi frekwensi penyiraman akan menurunkan mutu dan kadar nikotin tetapi meningkatkan kadar Cl daun. Penyiraman harus dibatasi agar mutu tembakau tetap tinggi. Cara penyiraman yang dianjurkan adalah sampai umur 7 hari disiram setiap hari; antara umur 8 sampai 25 hari disiram 3 5 hari sekali; umur 26 sampai pangkas disiram 5 7 hari sekali. Pada tembakau madura sebaiknya dihindari irigasi (leb). Pemangkasan pada tembakau madura dilakukan pada saat tanaman keluar tandan bunganya (bundle), tanpa menunggu sampai bunga mekar. Jumlah daun yang disisakan sekitar lembar. Untuk menghilangkan tunas ketiak daun dapat dilakukan secara mekanis lima hari sekali; atau dengan penggunaan zat penghambat tunas seperti Prowl 330 yang dioleskan pada setiap ketiak daun setelah pemangkasan. Konsentrasi Prowl 330 adalah 1015 ml per liter air. Sebelum aplikasi tunastunas yang panjangnya > 2cm harus dihilangkan dulu. Penggunaan zat penghambat tunas ketiak daun ini sudah mendapat respon petani madura (Sounardi et al., 1995) Menurut JokoHartono (1999) apabila iklim kering panen dapat dilakukan serentak, sedang bila iklim basah, sebaiknya panen dilakukan secara bertahap. Perajangan tembakau sebaiknya dilakukan pada malam hari, dan tembakau harus segera dijemur pada dini hari, sehingga dapat kering dalam waktu satu hari (atau minimal 60% dari kadar air sudah hilang pada hari pertama penjemuran). Rakitan teknologi tembakau yang dianjurkan untuk diterapkan adalah:

6 Varietas Prancak N1. Pesemaian dilakukan sendiri oleh kelompok tani dengan baku teknis yang benar Jarak tanam: dalam gulud 0,4 x 0,35 m, dan antar gulud 0,9 m. Dosis pupuk: 2000 kg pupuk kandang kg ZA kg TSP kg ZK per hektar Waktu pemberian pupuk: pupuk kandang dan SP36 diberikan pada lubang tanam; pada umur 710 hari diberikan 100 kg ZA kg ZK; dan pada umur 21 hari diberikan 100 kg ZA. Cara pemberian pupuk secara tugal dan ditutup tanah. Cara penyiraman: sampai umur 7 hari disiram setiap hari; antara umur 8 sampai 25 hari disiram 3 5 hari sekali; umur 26 sampai pangkas disiram 5 7 hari sekali. Pangkas dilakukan pada saat 10% populasi tanaman berbunga, dengan membuang calon bunga beserta 3 lembar daun pucuk. Pembuangan sirung dilakukan secara mekanis 5 hari sekali atau dengan menggunakan zat penghambat tunas. Panen dilakukan satu kali atau dua kali, tergantung kondisi tanaman. Daun disortasi dan diperam. Perajangan dilakukan malam hari, sehingga penjemuran dapat dilakukan sedini mungkin sehingga tembakau dapat kering dalam satu hari. ANALISA EKONOMI Peran tembakau dalam perekonomian daerah nyata terlihat dari meningkatnya penyediaan uang kartal oleh Bank Indonesia menjelang musim panen tembakau. Setiap tahun Kantor Bank Indonesia Surabaya menyiapkan uang kartal baru hingga Rp. 1 triliun rupiah untuk satu bulan. Pada harihari biasa di luar musim tembakau kebutuhan uang kartal di Madura kurang dari Rp. 100 milyar per bulan (Kompas, 2003). Menurut keterangan petani biaya produksi tembakau madura berkisar antara Rp. 7 juta sampai Rp. 8 juta. Dengan ratarata produktivitas 0,6 ton per hektar, maka harga pokok tembakau adalah Rp , sampai Rp , per kg. Sebagai gambaran pada Tabel 3 dikemukakan daftar harga di dua Gudang Pabrik Rokok Besar untuk tembakau gunung dan tegal. Tabel 3. Daftar harga tembakau madura dari dua gudang pabrik rokok besar Bulan Agustus 2004 Grade Gudang A Gudang B Gunung Tegal Tegal/Gunung (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) , Di atas grade 1 ada grade istimewa yang harganya Rp ,/kg atau lebih. Dan di bawah grade tersebut ada grade out (afkir) yang pada umumnya ditolak oleh gudang. Termasuk grade afkir adalah tembakau yang dipanen muda, tembakau yang

7 kelebihan pupuk dan/atau air, dan tembakau sawah. Mulai awal tanam tahun 2003 memang ada pernyataan dari Gudang PT. Gudang Garam Sumenep bahwa tidak akan membeli tembakau sawah. Hal ini disebabkan semakin tingginya kadar Cl tembakau dari sawah. Dari hasil analisa memang tembakau yang berasal dari sawah basah (pantai) ada yang kadar Clnya lebih dari 4%, tetapi yang dari sawah kering ada yang masih di bawah 1,5%, walaupun di atas 1%. Tembakau yang ditolak pabrik biasanya akan dijual ke tengkulak dan dikonsumsi pabrik rokok kecil dengan harga antara Rp , sampai Rp , per kg. Ada juga yang lolos ke gudang setelah disisipkan di antara tembakau tegal. Untuk menambah produksi seringkali petani tembakau tegal juga dengan sengaja mencampur tembakaunya dengan tembakau sawah pada saat prosesing. Dengan pengelolaan tanaman secara terpadu dan perbaikan budidaya tembakau produktivitas dapat ditingkatkan dari 0,6 ton menjadi 0,9 ton/ha, dengan mutu dihargai pabrik rokok > Rp, ,/kg, sehingga tambahan penerimaan petani dari tembakau di atas Rp. 6 juta per hektar.

8 PENUTUP Dalam PTT tembakau madura diperlukan koordinasi yang baik antara BPTP Jawa Timur, Balittas Malang dan Dinas/Pemda Kabupaten setempat. Selain itu diperlukan kerjasama dengan pihak pabrik rokok sebagai pembeli. Pada survey pendasaran diperlukan penetapan lokasi, apakah ada kemungkinan lahan sawah diikutsertakan. DAFTAR PUSTAKA Anonim Packing for the Far East. Tob.J.Int. 6: 7480 GAPPRI Prospek pengembangan tembakau rakyat. Makalah pada Pertemuan Pertembakauan Nasional, tanggal 1213 Maret 1991 di Surabaya. JokoHartono Panen dan prosesing tembakau madura. Monograf Balittas No. 5. Balittas, Malang. Kompas Harga tembakau merosot, BI kurangi uang kartal. Harian Kompas tanggal 22 Juli Mukani dan A.S. Murdiyati Profil Komoditas Tembakau. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbangtri, Bogor. Murdiyati, A.S., Joko Hartono, S.H. Isdijoso dan Suwarso Upaya penelitian tembakao vooroogst dalam mengantisipasi penerapan ketentuan kandungan nikotin dan tar. Makalah disampaikan dalam Rapat Teknis Perkebunan di Solo Jawa Tengah tanggal 45 Nopember 1999, Balittas, Malang. Murdiyati, A.S., Suwarso, Anik Herwati dan Slamet Respon beberapa galur tembakau madura terhadap dosis pemupukan N dan tingkat populasi tanaman. Laporan Hasil Penelitian T.A Balittas, Malang Rachman, A., A.S. Murdiyati dan Suwarso Respon agronomis dan kimia tembakau madura pada perlakuan penyiraman dan pemupukan N. Laporan kerjasama penelitian BalittasDisbun Tk. I Jawa TimurPT. PR. Gudang Garam, Balittas, Malang. Soenardi, Muchammad Yusron, A.S. Murdiyati dan Mukani Penelitian Sistem Usahatani Tembakau Madura. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Vol 1 (1) : Suwarso, A. Rachman dan A. Rachman SK Respon hasil dan mutu Jepon Kenek Prancak pada beberapa kepadatan populasi dan dosis pupuk ZA di gunung, tegal dan sawah. Laporan kerjasama penelitian BalittasDisbun Tk. I Jawa TimurPT. PR. Gudang Garam, Balittas, Malang.. Suwarso dan Mukani Tembakau Madura dalam Survei Keragaan Tembakau di Jawa dan Madura. Laporan Kerjasama Penelitian Balittas Malang PT. HM. Sampoerna Surabaya. Balittas, Malang. Suwarso, A.S. Murdiyati dan Anik Herwati Sosialisasi varietas tembakau madura rendah nikotin. Balittas, Malang.

9 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Uraian Lokasi Bajang Gulukguluk Palalang PH 1:1 H2O KCl I N C Organik (%) N Total (%) C/N P Olsen (ppm P) 6,8 6 0,30 0, ,41 7,6 6,6 0,63 0, ,07 7,7 6,9 0,69 0, ,95 K (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) 0,41 0,61 4,04 0,10 0,41 0,57 29,42 0,21 0,37 0,57 25,91 0,83 Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur Lempung Liat Lempung liat berpasir Lampiran 2. Agroklimat beberapa lokasi pertanaman tembakau Madura. Lokasi Tipe Iklim Tipe Tanah Bajang GulukGuluk Palalang C D C Mollisol (Renzina) Mollisol (Renzina) Alfisol (Mediteran)

Pengujian Efektivitas Penggunaan Pupuk ZK terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Madura

Pengujian Efektivitas Penggunaan Pupuk ZK terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Madura ISSN: 208566717 Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(1), April 2009 Pengujian Efektivitas Penggunaan Pupuk ZK terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Madura A.S. Murdiyati, Anik Herwati, dan Suwarso

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL TEMBAKAU TEMANGGUNG

VARIETAS UNGGUL TEMBAKAU TEMANGGUNG VARIETAS UNGGUL TEMBAKAU TEMANGGUNG Fatkhur Rochman dan Sri Yulaikah Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang ABSTRAK Tembakau temanggung merupakan bahan baku penting untuk rokok keretek, karena

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMBAKAU UNGGULAN DI SUMENEP

PENGEMBANGAN TEMBAKAU UNGGULAN DI SUMENEP SISWANTO PENGEMBANGAN TEMBAKAU UNGGULAN DI SUMENEP 2004 SISWANTO lahir di Malang tahun 1963. Lulus Sarjana Pertanian Universitas Brawijaya Malang tahun 1988. Menjadi staf pengajar jurusan Agronomi Fakultas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEBUN SUMBER BENIH TEMBAKAU DAN PENGEMBANGAN VARIETAS LOKAL DI WILAYAH JAWA TENGAH

PEMBANGUNAN KEBUN SUMBER BENIH TEMBAKAU DAN PENGEMBANGAN VARIETAS LOKAL DI WILAYAH JAWA TENGAH PEMBANGUNAN KEBUN SUMBER BENIH TEMBAKAU DAN PENGEMBANGAN VARIETAS LOKAL DI WILAYAH JAWA TENGAH Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. Pendahuluan Isu strategis untuk komoditas

Lebih terperinci

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN P r o s i d i n g 61 PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN Maimuna (1), Dwi Ratna Hidayati (2), Taufani Sagita (3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Penyebab Lambannya Alih Teknologi Pada Usahatani Tembakau Virginia di Kabupaten Bojonegoro

Identifikasi Faktor Penyebab Lambannya Alih Teknologi Pada Usahatani Tembakau Virginia di Kabupaten Bojonegoro Identifikasi Faktor Penyebab Lambannya Alih Teknologi Pada Usahatani Tembakau Virginia di Kabupaten Bojonegoro MUKANI Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Indonesian Tobacco and Fibre Crops Research

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO Prosiding BPTP Karangploso No. - ISSN: - PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Deskripsi Varietas Unggul Tembakau (Nicotiana tabacum)

Deskripsi Varietas Unggul Tembakau (Nicotiana tabacum) Deskripsi Varietas Unggul Tembakau (Nicotiana tabacum) 1. KEMLOKO 2 (Tahun : 2005) Komoditas : Tembakau Temanggung Kode persilangan : A. Asal : Persilangan : Sindoro 1 x Coker 51. Metode pemuliaan : Back

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau sebagai bahan baku rokok kretek merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur PROSIDING LOKAKARYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TEMBAKAU MALANG, 6 NOVEMBER 2001 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN ISBN : 979-954857-3-X PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR Dinas Perkebunan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN TEMBAKAU TEMANGGUNG VIRGINIA RAJANGAN VARIETAS BOJONEGORO 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 112 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INTENSIFIKASI TEMBAKAU RAKYAT TAHUN 1980

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 112 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INTENSIFIKASI TEMBAKAU RAKYAT TAHUN 1980 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INTENSIFIKASI TEMBAKAU RAKYAT TAHUN 1980 GUBERNUR KEPALA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Uji Daya Hasil Varietas Lokal Tembakau Bondowoso

Uji Daya Hasil Varietas Lokal Tembakau Bondowoso Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 4 No 1 / Februari 2016 Uji Daya Hasil Varietas Lokal Tembakau Bondowoso DOI 10.18196/pt.2016.050.7-13 Sri Yulaikah dan Andi Muhammad Amir Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

EVALUASI DAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN DANA BAGI HASIL CUKAI TEMBAKAU MADURA (Kasus di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan)

EVALUASI DAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN DANA BAGI HASIL CUKAI TEMBAKAU MADURA (Kasus di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan) 92 Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN : 1411-2817, Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72-144 EVALUASI DAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN DANA BAGI HASIL CUKAI TEMBAKAU MADURA (Kasus di Kabupaten Sumenep dan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik. : / 0,25 m. : tanaman. : g / tan.

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik. : / 0,25 m. : tanaman. : g / tan. Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik Jarak antar larikan : 25 cm Populasi : Luas Lahan / Jarak tanam : 10.000 / 0,25 m : 40.000 tanaman Kebutuhan Pupuk K1 Urea 100 kg /Ha : Dosis / Populasi

Lebih terperinci

Budidaya Tanaman Tembakau Dengan Teknologi Bio~FOB

Budidaya Tanaman Tembakau Dengan Teknologi Bio~FOB Budidaya Tanaman Tembakau Dengan Teknologi Bio~FOB PENDAHULUAN Tanaman tembakau merupakan tanaman komersial dengan memanfaatkan daunnya untuk rokok, pipa atau tembakau kunyah (chewing) atau untuk dihisap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang

I. PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multidimensional berkepanjangan, telah menyebabkan terjadinya penurunan produk domestik

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta

Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta Murwati dan Sutardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta E-mail: Me.mur_wati@yahoo.co.id Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia. 49 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza Asal Tanaman Golongan Umur Batang Tinggi Tanaman Tinggi letak tongkol Warna daun Keseragaman tanaman Bentuk malai Warna malai Warna sekam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Oleh: Mildaerizanti, SP, M.Sc Peneliti Muda Ahli pada BPTP Balitbangtan Jambi Pendahuluan Kebutuhan terhadap jagung diproyeksikan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah penghasil. rokok, tembakau Temanggung dikenal memiliki kualitas paling baik

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah penghasil. rokok, tembakau Temanggung dikenal memiliki kualitas paling baik Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah penghasil tembakau rakyat yang cukup besar di Indonesia. Di kalangan produsen rokok, tembakau Temanggung dikenal memiliki kualitas paling baik dibanding

Lebih terperinci

Peranan Usahatani Tembakau di Berbagai Agro Ekosistem terhadap Pendapatan Petani dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Sampang, Jawa Timur

Peranan Usahatani Tembakau di Berbagai Agro Ekosistem terhadap Pendapatan Petani dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Sampang, Jawa Timur AGRITECH, Vol. 36, No. 3, Agustus 2016, 344-351 DOI: http://dx.doi.org/10.22146/agritech.16607, ISSN: 0216-0455 Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/ Peranan Usahatani di Berbagai Agro

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO Prosiding BPTP Karangploso No. - ISSN: - PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori TEKNIK PENGAMATAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK MAJEMUK DAN TUNGGAL PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG Engkos Koswara 1 Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori dan mineral yang penting bagi pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MUTU BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU MADURA MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP

SISTEM PAKAR MUTU BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU MADURA MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP SISTEM PAKAR MUTU BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU MADURA MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP Aditya Bagus Wirawan 1, Ariadi Retno Tri Hayati Ririd 2, Hendra Pradibta 3 Program Studi Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa 2 SYARAT TUMBUH 3 Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tdk menuntut persyaratan lingkungan yg terlalu ketat, dpt tumbuh pd berbagai macam tanah

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh : PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 12 34 sampai 110 31 08 Bujur Timur dan antara 7 44 04 sampai 8 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal LAMPIRAN 41 42 Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal Variabel Satuan Nilai Kriteria Tekstur Pasir Debu Liat % % % 25 46 29 Lempung berliat ph (H 2 O) 5.2 Masam Bahan Organik C Walklel&Black N Kjeidahl

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

: Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas. : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata. : PT. East West Seed Indonesia, Purwokerto

: Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas. : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata. : PT. East West Seed Indonesia, Purwokerto 49 Lampiran 1. Deskripsi sawi varietas Tosakan Nama lain Umur tanaman Bentuk tanaman Batang Tangkai bunga : Caisim (Bangkok) : 30 hari : Besar, semi buka dan tegak : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG BASO ALIEM LOLOGAU, dkk PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bantaeng mempunyai delapan kecamatan yang terdiri dari 67 wilayah

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi UBI JALAR Ubi jalar memiliki prospek dan peluang besar untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai beberapa keunggulan, antara lain relatif memiliki nilai gizi

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun regional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian.

Lebih terperinci