PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINIER JERAPAN FOSFOR MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINEAR DAN NONLINIER MARQUARDT-LEVENBERG NUNUNG NURJANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINIER JERAPAN FOSFOR MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINEAR DAN NONLINIER MARQUARDT-LEVENBERG NUNUNG NURJANAH"

Transkripsi

1 PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINIER JERAPAN FOSFOR MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINEAR DAN NONLINIER MARQUARDT-LEVENBERG NUNUNG NURJANAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 9

2 RINGKASAN NUNUNG NURJANAH. Pendugaan Parameter Model Nonlinier Jerapan Fosfor Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil Linier dan Nonlinier Marquardt-Levenberg. Dibimbing oleh MOHAMMAD MASJKUR dan FARIT MOCHAMAD AFENDI. Ketersediaan fosfor (P) bagi tanaman sering bermasalah, bentuk fosfor yang tersedia dalam tanah sangat mudah bereaksi dengan komponen tanah lainnya membentuk fosfor terikat sehingga diperlukan pendugaan kapasitas jerapan tanah. Secara umum model yang digunakan antara jumlah P yang ditambahkan dengan P yang dijerap tanah adalah model nonlinier Langmuir dan Freundlich. Pendugaan parameter kedua model nonlinier tersebut dapat menggunakan metode kuadrat terkecil linier dengan transformasi linier terhadap model nonlinier dan menggunakan metode kuadrat terkecil nonlinier Marquardt-Levenberg. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode kuadrat terkecil linier dengan metode kuadrat terkecil nonlinier Marquardt-Levenberg dan menentukan model jerapan P yang paling baik. Data yang digunakan yaitu data isoterm jerapan P pada tanah smektitik dan kaolinitik, masing-masing sebanyak tiga lokasi. Hasil pendugaan parameter menggunakan metode kuadrat terkecil linier dan nonlinier Marquardt-Levenberg masih belum memenuhi asumsi. Namun metode kuadrat terkecil nonlinier Marquardt-Levenberg lebih baik dibanding dengan metode kuadrat terkecil linier. Nilai jumlah kuadrat sisaan dari persamaan nonlinier Langmuir dan Freundlich yang dihasilkan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil nonlinier Marquardt-Levenberg lebih kecil. Model nonlinier yang lebih baik untuk jerapan P pada masing-masing lokasi tanah smektitik dan kaolinitik adalah model nonlinier Langmuir. Nilai MAPE, AIC dan RMSE pada persamaan nonlinier Langmuir lebih kecil dibanding persamaan nonlinier Freundlich, serta nilai korelasi antara nilai amatan dengan nilai dugaannya lebih besar. Kata kunci: metode kuadrat terkecil nonlinier, prosedur Marquardt-Levenberg, model nonlinier Langmuir, model nonlinier Freundlich

3 PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINIER JERAPAN FOSFOR MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER DAN NONLINIER MARQUARDT-LEVENBERG NUNUNG NURJANAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 9

4 Judul : Pendugaan Parameter Model Nonlinier Jerapan Fosfor Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil Linier dan Nonlinier Marquardt-Levenberg Nama : Nunung Nurjanah NRP : G444 Menyetujui : Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Mohammad Masjkur, M.S Farit Mochamad Afendi, S.Si., M.Si NIP NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Drh. Hasim, DEA NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal Agustus 986 dari pasangan Bapak Dindin Jaenudin dan Ibu Sadiah. Penulis merupakan putra ketiga dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cilingga tahun 9, kemudian menyelesaikan pendidikan menengahnya di SLTP Negeri Tasikmalaya dan SMU Negeri Tasikmalaya masing-masing pada tahun dan. Pada tahun penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 6, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB dengan Minor Ekonomi dan Studi Pembangunan. Penulis pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Metode Statistika pada tahun 7, Mata Kuliah Rancangan Percobaan dan Analisis Regresi I pada tahun 8. Selain itu penulis aktif di beberapa kegiatan yang diselenggarakan Himpunan Profesi Mahasiswa Gamma Sigma Beta dan menjadi anggota Serum-G. Pada bulan Februari-April 9 penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapang di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jakarta.

6 i PRAKATA Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, karunia dan nikmatny-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Karya ilmiah ini berjudul Pendugaan Parameter Model Nonlinier Jerapan Fosfor Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil Linier dan Nonlinier Marquardt-Levenberg. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Mohammad Masjkur, M.S dan Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si selaku pembimbing yang memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada semua Keluarga (Mama, Papa, Bubung, Nanang, Cucu dan Akmal) yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen-dosen atas semua ilmu yang diberikan dan kepada semua staff Departemen Statistika IPB atas bantuannya. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada Melisa, Dini, Arie, Miu, Viar, Pritha, Gocenk, Icha, Embi, Tri, Saeli dan Dauz serta teman-teman statistika 4 atas persahabatan, kebersamaan, dukungan, semangat, dan pengalaman hidup yang menyenangkan. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Agustus 9 Penulis

7 ii DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... TINJAUAN PUSTAKA... Model Linier... Metode Kuadrat Terkecil Linier... Model Nonlinier... Metode Kuadrat Terkecil Nonlinier... Prosedur Marquardt-Levenberg... Model Nonlinier Langmuir dan Freundlich... Pengujian Asumsi... Kehomogenan ragam sisaan... Kebebasan sisaan... Kenormalan sisaan... 4 Koefisien Determinasi (R )... 4 Akaike s Information Criterion (AIC)... 4 Mean Absolute Error (MAPE)... 4 Root Mean Square Error (RMSE)... 4 Korelasi... 4 BAHAN DAN METODE... Bahan... Metode... HASIL DAN PEMBAHASAN... Persamaan Linier Langmuir dan Freundlich... Pendugaan Parameter MKT Linier... 7 Pendugaan Parameter MKT Nonlinier ML... 8 Perbandingan MKT Liner dengan MKT Nonlinier ML... Pemilihan Model Terbaik... KESIMPULAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

8 iii DAFTAR TABEL Halaman. Penambahan konsentrasi P (ppm).... Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan linier Langmuir Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan linier Freundlich Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan linier Langmuir Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan linier Freundlich Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir menggunakan MKT linier Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich menggunakan MKT linier Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir menggunakan MKT nonlinier ML Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich menggunakan MKT nonlinier ML Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan nonlinier Langmuir Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan nonlinier Freundlich Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan nonlinier Langmuir.... Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan nonlinier Freundlich...

9 iv DAFTAR LAMPIRAN Halaman. Plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas model linier Langmuir.... Plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas model linier Freundlich.... Persamaan linier Langmuir dan Freundlich Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan linier Langmuir.... Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan linier Freundlich Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan linier Langmuir Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan linier Freundlich Plot peluang kenormalan sisaan persamaan linier Langmuir Plot peluang kenormalan sisaan persamaan linier Freundlich.... Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan nonlinier Langmuir.... Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan nonlinier Freundlich.... Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan nonlinier Langmuir.... Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan nonlinier Freundlich Plot peluang kenormalan sisaan persamaan nonlinier Langmuir.... Plot peluang kenormalan sisaan persamaan nonlinier Freundlich Asumsi MKT linier yang tidak terpenuhi Asumsi MKT nonlinier ML yang tidak terpenuhi Jumlah kuadrat sisaan hasil pendugaan parameter MKT linier dan MKT nonlinier ML Nilai indikator pemilihan model terbaik Plot nilai amatan dengan nilai dugaan model nonlinier Langmuir dan Freundlich... 9

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Fosfor (P) merupakan unsur hara penting dalam tanah. Ketersediaan P bagi tanaman sering bermasalah, bentuk fosfor yang tersedia atau jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya sebagian kecil dari jumlah yang ada didalam tanah. Fosfor yang terlarut hasil dekomposisi mineral primer dan sumber fosfor lainnya seperti pupuk sangat mudah bereaksi dengan komponen tanah lainnya membentuk fosfor terikat (bentuk senyawa dan adsorpsi) yang sukar diambil tanaman. Ketersediaan fosfor bagi tanaman dapat diketahui dengan melihat kapasitas jerapan tanah. Cara yang umum digunakan untuk menduga kapasitas jerapan tanah adalah mengukur jumlah P dijerap oleh tanah pada penambahan P berbeda dan menyusun isoterm jerapan P (Masjkur 8). Model yang sering digunakan antara jumlah P yang ditambahkan dengan P yang dijerap tanah adalah model nonlinier Langmuir dan Freundlich. Model nonlinier Langmuir dan Freundlich merupakan model nonlinier yang secara intrinsik linier (intrinsically linear) yaitu model nonlinier yang dapat ditransformasi menjadi model linier. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendugaan parameter model dapat dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil linier. Namun transformasi model nonlinier menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya sisaan menjadi tidak normal, ragam pada data transformasi jarang sama dan hubungan antara peubah bisa berubah. Hal ini mengakibatkan asumsi-asumsi dalam metode kuadrat terkecil linier jadi tidak terpenuhi. Alternatif lain yang digunakan untuk menduga parameter model nonlinier Langmuir dan Freundlich yaitu dengan menggunakan metode kuadrat terkecil nonlinier. Prosedur ini dilakukan secara iteratif sampai didapatkan parameter yang konvergen. Salah satu prosedur yang sering digunakan dalam metode kuadrat terkecil nonlinier yaitu prosedur Marquardt- Levenberg yang merupakan pengembangan dari prosedur Gauss-Newton. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah:. Membandingkan metode kuadrat terkecil linier dengan metode kuadrat terkecil nonlinier Marquardt-Levenberg pada model nonlinier jerapan P.. Menentukan model nonlinier jerapan P yang paling baik. TINJAUAN PUSTAKA Model Linier Model linier merupakan bentuk hubungan antara peubah respon dengan peubah penjelas. Maksud dari model linier disini yaitu linier dalam parameter. Secara umum model linier ditulis sebagai berikut: y X dengan : y = vektor peubah respon berordo nx X = matrix peubah penjelas berordo nxp β = vektor parameter berordo px ε = vektor sisaan berordo nx ε diasumsikan saling bebas dan menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragam σ. Metode Kuadrat Terkecil Linier Metode kuadrat terkecil linier (MKT linier) merupakan metode pendugaan parameter yang dilakukan dengan cara meminimumkan: SSE ' dengan: y X Jumlah kuadrat sisaan diminimumkan dengan harapan didapatkan pengepasan model terbaik. Penduga kuadrat terkecil diperoleh dengan cara: y X ' y X ˆ sehingga didapat: X' Y X' X ˆ. Persamaan kuadrat terkecil normal secara umum dituliskan sebagai berikut: X ' X ˆ X ' Y. Jika matriks X berpangkat penuh, maka: ˆ X ' X X ' Y. Model Nonlinier Model nonlinier merupakan bentuk hubungan antara peubah respon dengan peubah penjelas yang tidak linier dalam parameter. Model nonlinier ada dua yaitu model yang secara intrinsik linier (intrinsically linear) dan model yang secara intrinsik nonlinier (intrinsically nonlinear). Model yang secara intrinsik linier yaitu model nonlinier yang dapat ditransformasi menjadi bentuk linier sedangkan model yang secara intrinsik nonlinier yaitu model yang tidak bisa ditransformasi menjadi bentuk linier (Draper

11 & Smith 98). Secara umum model nonlinier ditulis sebagai berikut: yi f xi, i ( i,,..., n) dengan: f(.) = fungsi nonlinier y i = pengamatan ke-i x i = peubah penjelas pada pengamatan ke-i β = parameter ε i = sisaan ke-i ε i diasumsikan saling bebas dan menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragam σ. Metode Kuadrat Terkecil Nonlinier Metode kuadrat terkecil nonlinier (MKT nonlinier) merupakan pendugaan parameter yang dilakukan dengan cara meminimumkan: n SSE y f, ˆ i. i x i Dalam model nonlinier, untuk mendapatkan nilai dugaan kuadrat terkecil hanya bisa diselesaikan melalui proses iterasi. Salah satu prosedur yang sering digunakan dalam MKT nonlinier adalah prosedur Gauss-Newton. Prosedur ini memerlukan nilai awal untuk menduga parameter. Misalkan ',,,,..., p, adalah vektor nilai dugaan awal. Model nonlinier yi f x i, diuraikan menjadi deret i Taylor di sekitar dan hanya mempertahankan bentuk linier. Sehingga: f x ~ i, f x i, f x i,,... f x, i p p, p (i =,,..., n). Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam bentuk model linier yaitu sebagai berikut: f x ~ i, f xi, w i w i... pwpi i,,..., n dimana f x, i w adalah ji j turunan dari fungsi nonlinier terhadap parameter ke-j pada semua nilai awal dan. Sisi kiri persamaan () sebagai j j j, sisaan yi f ( x i, ) dimana parameter diganti oleh nilai awal. Pada model linier w ji berperan sebagai peubah penjelas dan γ j berperan sebagai koefisien model linier. Hasilnya prosedur Gauss-Newton mempunyai struktur regresi linier: y ~ i f xi, wi wi... pw pi i,,..., n. Nilai dugaan dari setiap parameter dicari dengan melakukan proses iteratif berikut:. Duga,,..., dalam model () p dengan menggunakan metode kuadrat terkecil linier. Penduga dari iterasi pertama dinyatakan sebagai ˆ, ˆ,..., ˆ,, p,... Hitung ˆ ˆ j, j, (j=,,...,p). j, ˆ ˆ,, ˆ,,..., p adalah nilai dugaan iterasi, pertama.. Nilai ˆ dari langkah menjadi nilai awal model (). 4. Kembali ke langkah, kemudian hitung ˆ, ˆ,..., dan ˆ, ˆ,..., ˆ. ˆ,, p,,, p,. Lakukan terus proses ini sampai konvergen. Konvergen tercapai apabila dalam s iterasi, jumlah kuadrat sisaan dan penduga parameter tidak lagi berubah nilainya. Pada setiap iterasi, ˆ j merupakan kenaikan yang ditambahkan kepada penduga dari iterasi sebelumnya seperti dalam langkah. Vektor penduga pada iterasi ke s terkait dengan iterasi ke s-, secara formal dapat dinyatakan sebagai berikut : ' ˆ ˆ ' W W W y f ˆ s s s s s s ˆ s ˆ s dimana W s- adalah matriks nxp dengan unsur (i,j) adalah f x i, dan j ˆ s s y f adalah vektor sisaan dari fungsi, dalam hal ini vektor berdimensi n mengandung ˆ s ˆ s f yang diperiksa pada (Myers ). Menurut Draper & Smith, prosedur Gauss- Newton memiliki kelemahan untuk masalahmasalah tertentu yaitu:. Proses kekonvergenannya mungkin berjalan sangat lambat, dengan kata lain dibutuhkan langkah iterasi yang sangat banyak sebelum solusinya stabil, meskipun jumlah kuadrat sisaan terus turun.. Adakalanya solusinya berosilasi, terus berganti-ganti arah, dan sering menaikturunkan jumlah kuadrat sisaan tersebut walau pada akhirnya solusinya mencapai kestabilan.. Dapat pula terjadi proses iterasi itu tidak konvergen sama sekali atau bahkan divergen sehingga jumlah kuadrat sisaan itu naik terus tanpa batas.

12 Prosedur Marquardt-Levenberg Prosedur Marquardt-Levenberg (ML) merupakan pengembangan prosedur Gauss- Newton yang digunakan untuk menghitung vektor perubahan kenaikan. Struktur dari vektor kenaikan untuk iterasi ke-s adalah solusi ˆ s terhadap persamaan: ' ' W W I ˆ W y f ˆ 4 s s p s s dengan nilai λ lebih dari nol. Marquardt menyatakan bahwa λ dapat memperbaiki kekonvergenan (Myers ). Nilai λ dapat menangani situasi ketika pangkat matriks W tak penuh dan matriks W W menjadi singular (Lourakis ). Pemilihan λ dalam prosedur ML disesuaikan pada masing-masing iterasi untuk meyakinkan pengurangan sisaan. Jika nilai λ dimulai dengan nilai besar, prosedur ML mengubah langkah ˆ dekat arah turunan tercuram. Jika nilai λ kecil, prosedur ML mendekati prosedur Gauss-Newton. Nilai λ dikendalikan dengan cara dinaikkan atau diturunkan jika satu tahap gagal untuk mengurangi sisaan. Dengan cara ini prosedur ML mampu untuk menyesuaikan diri dengan cara mendekati turunan tercuram ketika jauh dari sisaan yang minimum dan cepat konvergen ketika di sekitar sisaan yang minimum (Lourakis ). Model Nonlinier Langmuir dan Freundlich Model nonlinier Langmuir dan Freundlich sering digunakan pada data isoterm jerapan. Secara umum bentuk persamaan nonlinier Langmuir ditulis sebagai berikut: Q = βκ C/(+ κc) dengan: Q = P jerap tanah (mg/kg) C = kosentrasi P dalam larutan keseimbangan (mg/l) β = parameter jerapan maksimum (mg/kg) κ = parameter energi ikatan (L/kg) dan bentuk persamaan nonlinier Freundlich: Q = βc κ dengan Q, C, β, dan κ mempunyai arti yang sama dengan persamaan Langmuir (Houng & Lee 8). Model nonlinier Langmuir dan Freundlich merupakan model nonlinier yang secara intrinsik linier. Bentuk persamaan linier Langmuir ditulis sebagai berikut: C/Q = /βκ + C/β dengan: C/Q = peubah respon C = peubah penjelas /βκ = intercept /β = slope s dan bentuk persamaan linier Freundlich: log Q = log β + κ log C dengan: log Q = peubah respon log C = peubah penjelas log β = intercept κ = slope (Borling et al. ). Pengujian Asumsi Kehomogenan ragam sisaan Asumsi kehomogenan ragam memiliki peran yang sangat penting dalam pendugaan parameter dengan metode kuadrat terkecil. Konsekuensi dari ketidakhomogenan ragam mengakibatkan beberapa pengamatan mengandung informasi yang lebih, pengamatan tersebut seharusnya mendapatkan bobot yang lebih besar dibandingkan pengamatan yang lain. Hal tersebut akan mengakibatkan presisi atau kecermatan dari penduga metode kuadrat terkecil menjadi lebih kecil (Rawlings et al. 8). Kehomogenan ragam sisaan dideteksi secara eksplorasi dengan melihat plot antara sisaan dengan nilai dugaan. Kebebasan Sisaan Sisaan saling bebas apabila antar sisaan tidak saling berkorelasi atau korelasinya hampir mendekati nol. Sisaan yang saling berkorelasi mengakibatkan berkurangnya presisi penduga metode kuadrat terkecil, sama dengan pengaruh dari ketidakhomogenan ragam (Rawlings et al. 8). Kebebasan sisaan dapat dideteksi secara eksplorasi dan uji formal. Secara eksplorasi dapat dilihat dari plot sisaan dengan urutan sisaan tersebut. Uji formal untuk mendeteksi kebebasan sisaan yaitu Uji Runtunan. Hipotesis yang di uji: H : Sisaan saling bebas H : Sisaan tidak saling bebas. Statistik ujinya ialah u yaitu jumlah runtunan dengan: nn, n n nn ( nn n n ) ( n n ) ( n n ), µ dan σ merupakan nilai tengah dan ragam bagi sebaran u yang diskret. ( u ) z. Nilai z merupakan suatu simpangan normal. n : jumlah amatan tipe satu : jumlah amatan tipe lainnya. n

13 4 Sisaan saling bebas pada taraf nyata α jika nilai-p pada tabel uji runtunan lebih besar dari taraf nyata α untuk statistik uji u, n, dan n (Draper & Smith 98). Kenormalan Sisaan Asumsi bahwa sisaan menyebar normal tidak terlalu penting dalam pendugaan parameter dan pemisahan total keragaman. Kenormalan hanya diperlukan pada waktu pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter (Rawlings et al. 8). Kenormalan sisaan dapat dideteksi secara eksplorasi dan uji formal. Secara eksplorasi dapat dilihat dari plot peluang kenormalan sisaan. Uji formal untuk mendeteksi kenormalan sisaan yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang di uji: H : Sisaan menyebar normal H : Sisaan tidak menyebar normal. Statistik uji yang digunakan : D sup S( x) F ( x) x dengan: S(x) : sebaran kumulatif contoh F (x): sebaran kumulatif normal. Sisaan menyebar normal pada taraf nyata α jika nilai D < D (- α, n) pada tabel nilai kritis uji Kolmogorov-Smirnov atau nilai-p lebih besar daripada taraf nyata(daniel ). Koefisien Determinasi (R ) Koefisien determinasi merupakan ukuran keragaman peubah respon yang mampu diterangkan oleh model. Formula dari statistik ini adalah: JKR R JKT dengan: R = koefisien determinasi JKR = jumlah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total. Semakin besar R suatu model maka semakin terandalkan model tersebut. Akaike s Information Criterion (AIC) AIC digunakan untuk membandingkan model dalam metode pendugaan komponen ragam. Persamaannya adalah: SSE AIC n ln p n dengan: AIC = Akaike s Information Criterion SSE = jumlah kuadrat sisaan n = banyaknya data p = banyaknya parameter. Model dengan nilai AIC terkecil dipilih sebagai model terbaik. Mean Absolute Error (MAPE) MAPE digunakan untuk menentukan model yang paling sesuai atau efisien untuk masing-masing pendekatan. Persamaannya adalah: n yi yˆ i MAPE n i yi dengan: MAPE = Mean Absolute Error y i = nilai amatan ŷ i = nilai dugaan n = banyaknya data. Nilai MAPE yang kecil menunjukkan model lebih baik. Root Mean Square Error (RMSE) RMSE digunakan untuk memperoleh gambaran keseluruhan standar deviasi yang muncul saat menunjukkan perbedaan antar kelompok atau hubungan yang dimiliki. Secara umum dirumuskan sebagai berikut: RMSE SSE n p dengan: RMSE = Root Mean Square Error SSE = jumlah kuadrat sisaan n = banyaknya data p = banyaknya parameter. Nilai RMSE yang besar menunjukkan model tersebut kurang baik dan nilai RMSE yang kecil menunjukkan model tersebut baik. Korelasi Korelasi merupakan nilai yang menunjukkan keeratan hubungan linier antara dua peubah (Draper & Smith 98). Nilai korelasi yang dicari dalam penelitian ini yaitu hubungan antara nilai amatan dan nilai dugaan. Secara umum dirumuskan sebagai berikut: ( xi x)( yi y) r ( xi x) ( yi y) dengan: r = koefisien korelasi x i = nilai amatan ke-i y i = nilai dugaan ke-i x = rata-rata nilai amatan y = rata-rata nilai dugaan. Nilai korelasi berkisar antara - dan. Hubungan linier antara nilai amatan dengan nilai dugaan akan semakin erat jika nilai korelasi mendekati atau -. Sedangkan nilai

14 korelasi yang mendekati menggambarkan hubungan linier lemah. BAHAN DAN METODE Bahan Penelitian ini menggunakan data isoterm jerapan P pada tanah smektitik dan kaolinitik. Tanah smektitik yang digunakan berasal dari tiga lokasi di Jawa Timur yaitu Demangan, Tirtobinangun, dan Kedungrejo. Sedangkan tanah kaolinitik yang digunakan berasal dari tiga lokasi di Lampung yaitu Purworejo, Purworejo dan Simbarwaringin. P yang dijerap tanah sebagai peubah respon dan jumlah P dalam larutan keseimbangan sebagai peubah penjelas pada model nonlinier. Pengambilan data dilakukan dengan cara sampel tanah lapisan atas (- cm) diambil dari lokasi percobaan lapangan. Sampel tanah dikering-udarakan, dihaluskan dan diayak dengan saringan mm. Sampel tanah pada masing-masing lokasi disuspensikan ke dalam ml media. M CaCL. Inkubasi dilakukan selama 6 hari sambil dikocok x menit/hari (pagi dan siang). Setelah ekuilibrasi selesai, suspensi disentrifusi untuk mendapatkan cairan jernih. Kadar P dalam supernatan diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Perbedaan antara jumlah P yang tinggal dalam larutan dengan jumlah P yang diberikan adalah jumlah P yang dijerap oleh tanah. Konsentrasi P yang ditambahkan pada masing-masing tanah adalah sebagai berikut: Tabel Penambahan konsentrasi P (ppm) Tanah Smektitik Tanah Kaolinitik Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:. Melakukan pendugaan parameter model nonlinier Langmuir dan Freundlich pada masing-masing lokasi tanah smektitik dan kaolinitik dengan menggunakan MKT linier dan MKT nonlinier ML.. Mencari indikator pemilihan model terbaik dari model nonlinier Langmuir dan Freundlich. Indikator pemilihan model terbaik yang digunakan yaitu nilai AIC, MAPE dan RMSE serta nilai korelasi antara nilai amatan dengan nilai dugaan.. Membandingkan nilai indikator pemilihan model terbaik. 4. Menentukan model nonlinier jerapan P yang paling baik. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pendugaan parameter MKT linier adalah:. Transformasi data P yang dijerap tanah dan konsentrasi P dalam larutan keseimbangan sehingga didapatkan data peubah respon dan peubah penjelas pada model linier Langmuir dan Freundlich.. Membuat plot antara peubah respon dengan peubah penjelas model linier Langmuir dan Freundlich.. Mencari persamaan linier Langmuir dan Freundlich. 4. Melakukan pemeriksaan asumsi.. Transformasi balik nilai dugaan intercept dan slope pada model linier Langmuir dan Freundlich untuk mendapatkan nilai dugaan parameter pada model nonlinier Langmuir dan Freundlich. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pendugaan parameter MKT nonlinier ML adalah:. Menentukan nilai dugaan awal pada masing-masing parameter. Nilai dugaan awal yang dicoba sama yaitu.,.,.,,, dan.. Menentukan nilai λ. Nilai awal λ yang ditetapkan yaitu -7, untuk iterasi selanjutnya jika nilai SSE s+ < SSE s maka λ=λ/ dan jika nilai SSE s+ > SSE s maka λ=λ.. Menentukan nilai dugaan parameter akhir dari hasil iterasi yang sudah konvergen. 4. Melakukan pemeriksaan asumsi. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software statistika dan Microsoft Excel 7. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan Linier Langmuir dan Freundlich Model linier hasil transformasi diperiksa dengan melihat plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas. Plot pencaran model linier Langmuir hasil transformasi data isoterm jerapan P dapat dilihat pada Lampiran

15 6. Berdasarkan plot pencaran yang dihasilkan terlihat bahwa hubungan antara peubah respon dengan peubah penjelas hasil transformasi mempunyai hubungan linier yang positif. Pada lokasi Tirtobinangun plot pencarannya cukup merata membentuk garis yang sedikit melengkung. Plot pencaran pada lokasi Demangan, Kedungrejo, dan Simbarwaringin terlihat dapat membentuk garis lurus namun terdapat beberapa titik pengamatan yang akan sedikit jauh dari dugaan garis lurus. Pada lokasi Purworejo dan Purworejo, plot pencarannya terlihat lebih tegas membentuk garis lurus. Model linier Freundlich hasil transformasi pada data isoterm jerapan P diperiksa dengan melihat plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas yang terdapat pada Lampiran. Plot pencaran menunjukkan bahwa hubungan antara peubah respon dengan peubah penjelas memiliki hubungan linier yang positif. Pada lokasi Demangan, Kedungrejo, Purworejo, Purworejo dan Simbarwaringin, plot pencaran terlihat membentuk garis yang sedikit melengkung. Plot pencaran yang berbentuk garis lurus hanya terlihat pada lokasi Tirtobinangun. Plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas pada model linier hasil transformasi menunjukkan bahwa pendugaan parameter model nonlinier Langmuir dan Freundlich dapat dilakukan dengan MKT linier. Persamaan linier Langmuir dan Freundlich yang dihasilkan dengan menggunakan MKT linier dapat dilihat pada Lampiran. Nilai R persamaan linier Langmuir pada lokasi Purworejo dan Purworejo tinggi yaitu diatas 9% sesuai dengan plot pencarannya yang membentuk garis lurus secara tegas. Pada lokasi Tirtobinangun, nilai R dari persamaan yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 8.8%. Sedangkan pada lokasi lainnya kurang terlalu bagus apalagi pada lokasi Simbarwaringin, nilai R dari persamaan yang dihasilkan kurang dari % yaitu 47.9%. Persamaan linier Freundlich yang dihasilkan pada lokasi Tirtobinagun mempunyai nilai R yang paling tinggi yaitu sebesar 98%, plot pencarannya juga memperlihatkan bentuk garis lurus yang lebih tegas dibanding dengan lokasi yang lainnya. Nilai R persamaan linier Freundlich pada lokasi lainnya juga cukup tinggi, nilainya lebih dari %. Nilai dugaan intercept dan slope dari persamaan linier yang dihasilkan dengan menggunakan MKT linier akan tidak bias dan efisien jika asumsi MKT linier terpenuhi. Pemeriksaan asumsi dilakukan dengan melihat plot sisaan dan melakukan uji formal terhadap sisaan dari persamaan yang telah dihasilkan. Pada asumsi kehomogenan ragam tidak dilakukan uji formal, pemeriksaan asumsi hanya dilihat secara visual. Kehomogenan ragam sisaan Plot antara sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan linier Langmuir dapat dilihat pada Lampiran 4. Plot sisaan pada lokasi Demangan dan Purworejo menunjukkan suatu pola dari besar menjadi kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan pada lokasi tersebut tidak homogen. Ragam sisaan pada lokasi lainnya homogen, plot sisaan tidak menunjukkan suatu pola. Plot antara sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan linier Freundlich dapat dilihat pada Lampiran. Plot sisaan pada lokasi Tirtobinangun menunjukkan suatu pola dari besar menjadi kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak homogen. Ragam sisaan pada lokasi lainnya homogen, plot sisaan tidak menunjukkan suatu pola. Kebebasan sisaan Plot antara sisaan dengan urutan sisaan persamaan linier Langmuir dapat dilihat pada Lampiran 6. Plot sisaan pada semua lokasi menunjukkan suatu pola naik turun, semakin naik atau semakin turun sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak saling bebas. Hasil tersebut didukung oleh hasil Uji Runtunan yang terdapat pada Tabel. Tabel Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan linier Langmuir Lokasi Nilai p Smektitik Demangan. Tirtobinangun. Kedungrejo. Kaolinitik Purworejo. Purworejo.6 Simbarwaringin. Nilai p yang dihasilkan pada masing-masing lokasi kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan tidak saling bebas.

16 7 Plot antara sisaan dengan urutan sisaan persamaan linier Freundlich dapat dilihat pada Lampiran 7. Plot sisaan pada semua lokasi menunjukkan bahwa sisaan tidak saling bebas. Plot sisaan dari persamaan yang dihasilkan membentuk suatu pola naik turun dengan titik balik urutan sisaan ke-,, dan. Hasil tersebut didukung oleh hasil Uji Runtunan yang terdapat pada Tabel. Nilai p yang dihasilkan pada masing-masing lokasi kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaannya tidak saling bebas. Tabel Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan linier Freundlich Lokasi Nilai p Smektitik Demangan. Tirtobinangun. Kedungrejo. Kaolinitik Purworejo. Purworejo. Simbarwaringin. Kenormalan sisaan Plot peluang kenormalan sisaan persamaan linier Langmuir dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada lokasi Demangan, Purworejo dan Simbarwaringin, plot peluang kenormalan sisaan tidak terlalu mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak normal. Plot peluang kenormalan sisaan pada lokasi Tirtobinangun, Kedungrejo dan Purworejo cukup mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaannya normal. Hasil tersebut didukung oleh hasil Uji Kolmogorov- Smirnov yang terdapat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan linier Langmuir Lokasi Nilai p Smektitik Demangan <. Tirtobinangun.8 Kedungrejo >. Kaolinitik Purworejo <. Purworejo.6 Simbarwaringin <. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Demangan, Purworejo dan Simbarwaringin kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaannya tidak normal. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Tirtobinangun, Kedungrejo dan Purworejo lebih dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaannya normal. Plot peluang kenormalan sisaan persamaan linier Freundlich dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada lokasi Demangan, Purworejo dan Purworejo, plot peluang kenormalan sisaan tidak terlalu mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak normal. Plot peluang kenormalan sisaan pada lokasi Tirtobinangun, Kedungrejo dan Simbarwaringin cukup mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan normal. Hasil tersebut sesuai dengan hasil Uji Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada Tabel. Tabel Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan linier Freundlich Lokasi Nilai p Smektitik Demangan <. Tirtobinangun.9 Kedungrejo >. Kaolinitik Purworejo.6 Purworejo.48 Simbarwaringin.8 Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Demangan, Purworejo dan Purworejo kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan tidak normal. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Tirtobinangun, Kedungrejo dan Simbarwaringin lebih dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan normal. Pendugaan Parameter MKT Linier Persamaan linier Langmuir dan Freundlich yang dihasilkan digunakan untuk menduga parameter model nonlinier. Nilai dugaan parameter yang dicari terlebih dahulu pada model nonlinier Langmuir yaitu parameter jerapan maksimum dengan cara transformasi balik nilai slope yang dihasilkan dari persamaan linier Langmuir. Setelah parameter jerapan maksimum didapatkan, nilai intercept persamaan linier Langmuir ditransformasi

17 8 balik untuk mendapatkan nilai dugaan parameter energi ikatan. Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir menggunakan MKT linier Lokasi β κ Smektitik Demangan Tirtobinangun Kedungrejo Kaolinitik Purworejo Purworejo.4.8 Simbarwaringin Hasil dugaan parameter model nonlinier Langmuir dengan menggunakan MKT linier menunjukkan bahwa nilai dugaan parameter jerapan maksimum pada masing-masing lokasi tanah smektitik relatif lebih tinggi dibanding tanah kaolinitik. Nilai dugaan parameter energi ikatan yang dihasilkan pada masing-masing lokasi tanah smektitik lebih rendah dibanding tanah kaolinitik. Pendugaan parameter model nonlinier Freundlich menggunakan MKT linier dilakukan dengan melihat nilai slope persamaan linier Freundlich untuk menduga parameter energi ikatan dan transformasi balik nilai intercept untuk mencari nilai dugaan parameter jerapan maksimum. Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich menggunakan MKT linier Lokasi β κ Smektitik Demangan Tirtobinangun Kedungrejo Kaolinitik Purworejo Purworejo Simbarwaringin Nilai dugaan parameter jerapan maksimun untuk model nonlinier Freundlich dengan menggunakan MKT linier pada masingmasing lokasi tanah smektitik relatif lebih rendah dibanding tanah kaolinitik. Nilai dugaan parameter energi ikatan yang dihasilkan pada masing-masing lokasi tanah smektitik relatif lebih tinggi dibanding tanah kaolinitik. Pendugaan Parameter MKT Nonlinier ML Pendugaan parameter model nonlinier Langmuir dan Freundlich dicari juga dengan menggunakan MKT nonlinier ML. Berdasarkan beberapa nilai dugaan awal yang dicoba, diperoleh nilai dugaan parameter yang konvergen. Banyaknya iterasi yang diperlukan sampai ditemukan nilai dugaan parameter yang konvergen berbeda-beda tergantung pada nilai dugaan awal. Rata-rata banyaknya iterasi yang diperlukan pada model nonlinier Langmuir sampai ditemukan nilai dugaan parameter yang konvergen lebih sedikit dibanding model nonlinier Freundlich. Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir yang dihasilkan dengan menggunakan MKT nonlinier ML terdapat pada Tabel 8. Nilai dugaan parameter jerapan maksimum model nonlinier Langmuir pada masing-masing lokasi tanah smektitik relatif lebih tinggi dibanding tanah kaolinitik. Nilai dugaan parameter energi ikatan yang dihasilkan pada masing-masing lokasi tanah smektitik lebih rendah dibanding tanah kaolinitik. Tabel 8 Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir menggunakan MKT nonlinier ML Lokasi β κ Smektitik Demangan Tirtobinangun 9.. Kedungrejo Kaolinitik Purworejo..6 Purworejo Simbarwaringin Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich yang dihasilkan dengan menggunakan MKT nonlinier ML terdapat pada Tabel 9. Nilai dugaan parameter jerapan maksimum model nonlinier Freundlich pada masing-masing lokasi tanah smektitik relatif

18 9 lebih rendah dibanding tanah kaolinitik. Nilai dugaan parameter energi ikatan pada masingmasing lokasi tanah smektitik relatif lebih tinggi dibanding tanah kaolinitik. Tabel 9 Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich menggunakan MKT nonlinier ML Lokasi β κ Smektitik Demangan Tirtobinangun Kedungrejo Kaolinitik Purworejo Purworejo Simbarwaringin Pada MKT nonlinier ML juga dilakukan pemeriksaan asumsi dengan melihat plot sisaan dan melakukan uji formal terhadap sisaan dari persamaan yang telah dihasilkan. Sama halnya dengan MKT Linier, asumsi kehomogenan ragam sisaan pada MKT nonlinier ML hanya dilihat secara visual. Kehomogenan ragam sisaan Plot antara sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan nonlinier Langmuir dapat dilihat pada Lampiran. Plot sisaan pada semua lokasi tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan homogen. Plot antara sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan nonlinier Freundlich dapat dilihat pada Lampiran. Plot sisaan pada semua lokasi tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan homogen. Kebebasan sisaan Plot antara sisaan dengan urutan sisaan persamaan nonlinier Langmuir dapat dilihat pada Lampiran. Plot sisaan pada semua lokasi menunjukkan suatu pola semakin naik atau semakin turun sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak saling bebas. Hasil tersebut didukung oleh hasil Uji Runtunan yang terdapat pada Tabel. Nilai p yang dihasilkan pada masing-masing lokasi kurang dari. sehingga disimpulkan bahwa sisaannya tidak saling bebas. Tabel Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan nonlinier Langmuir Lokasi Nilai p Smektitik Demangan, Tirtobinangun, Kedungrejo, Kaolinitik Purworejo, Purworejo, Simbarwaringin, Plot antara sisaan dengan urutan sisaan persamaan nonlinier Freundlich dapat dilihat pada Lampiran. Pada lokasi Tirtobinangun, plot sisaan acak dan tidak membentuk suatu pola sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan saling bebas. Plot sisaan pada lokasi lainnya menunjukkan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak saling bebas. Plot sisaan yang dihasilkan membentuk pola plot sisaan yang semakin turun dan pola naik turun dengan titik balik urutan sisaan ke-,, dan. Hasil tersebut didukung oleh hasil Uji Runtunan yang terdapat pada Tabel. Tabel Hasil Uji Runtunan sisaan persamaan nonlinier Freundlich Lokasi Nilai p Smektitik Demangan, Tirtobinangun,6 Kedungrejo, Kaolinitik Purworejo, Purworejo, Simbarwaringin, Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Tirtobinangun lebih dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan saling bebas. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi lainnya kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan tidak saling bebas. Kenormalan sisaan Plot peluang kenormalan sisaan persamaan nonlinier Langmuir dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada lokasi Purworejo, plot peluang kenormalan sisaan tidak terlalu mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang

19 dihasilkan tidak normal. Plot sisaan pada lokasi lainnya cukup mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan normal. Hasil tersebut didukung oleh hasil Uji Kolmogorov- Smirnov yang terdapat pada Tabel. Tabel Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan nonlinier Langmuir Lokasi Nilai p Smektitik Demangan >. Tirtobinangun >. Kedungrejo.68 Kaolinitik Purworejo >. Purworejo. Simbarwaringin >. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Purworejo kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaannya tidak normal. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi lainnya lebih dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaannya normal. Plot peluang kenormalan sisaan persamaan nonlinier Freundlich dapat dilihat pada Lampiran. Pada lokasi Demangan, plot peluang kenormalan sisaan tidak terlalu mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan tidak normal. Pada lokasi lainnya, plot sisaan cukup mengikuti garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sisaan dari persamaan yang dihasilkan normal. Hasil tersebut sesuai dengan hasil Uji Kolmogorov- Smirnov yang terdapat pada Tabel. Tabel Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov sisaan persamaan nonlinier Freundlich Lokasi Nilai p Smektitik Demangan.7 Tirtobinangun >. Kedungrejo.46 Kaolinitik Purworejo >. Purworejo >. Simbarwaringin >. Nilai p yang dihasilkan pada lokasi Demangan, kurang dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan tidak normal. Nilai p pada lokasi lainnya lebih dari. sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan normal. Perbandingan MKT Linier dengan MKT Nonlinier ML Pendugaan parameter MKT linier dan MKT nonlinier ML masih belum memenuhi asumsi. Pelanggaran asumsi dari persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan MKT linier dan MKT nonlinier ML masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Asumsi kehomogenan ragam sisaan terpenuhi pada semua persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan MKT nonlinier ML. Pada persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan MKT linier, terdapat beberapa yang tidak memenuhi asumsi kehomogenan ragam sisaan. Asumsi kebebasan sisaan tidak terpenuhi pada semua persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan MKT linier dan MKT nonlinier ML kecuali pada persamaan nonlinier Freundlich dari lokasi Tirtobinangun dengan menggunakan MKT nonlinier. Asumsi kenormalan sisaan banyak tidak terpenuhi pada persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan MKT linier. Rawlings et al. (8) menyatakan bahwa asumsi kenormalan sisaan tidak terlalu penting dalam pendugaan parameter. Selain itu menurut Gujarati (6) pelanggaran asumsi kebebasan dan kehomogenan ragam sisaan menghasilkan nilai dugaan yang bias namun tidak efisien, sehingga persamaan nonlinier yang dihasilkan tetap terandalkan. Nilai dugaan parameter model nonlinier Langmuir menggunakan MKT linier dan MKT nonlinier ML memberikan kesimpulan yang sama. Nilai dugaan parameter jerapan maksimum pada masing-masing lokasi tanah smektitik relatif lebih tinggi dan nilai dugaan energi ikatannya lebih rendah. Nilai dugaan parameter model nonlinier Freundlich menggunakan MKT linier dan MKT nonlinier ML juga memberikan kesimpulan yang sama. Nilai dugaan parameter jerapan maksimum pada masing-masing lokasi tanah smektitik relatif lebih rendah dan nilai dugaan energi ikatannya lebih tinggi. Namun untuk mendapatkan nilai dugaan parameter dengan menggunakan MKT linier perlu transformasi terlebih dahulu sehingga tidak memberikan jumlah kuadrat sisaan terkecil bagi P yang dijerap tanah. Jumlah kuadrat sisaan yang dihasilkan pada persamaan linier merupakan

20 jumlah kuadrat sisaan terkecil bagi peubah respon pada model linier hasil transformasi model nonlinier. Jumlah kuadrat sisaan dari persamaan nonlinier hasil pendugaan parameter MKT linier dan MKT nonlinier ML dapat dilihat pada Lampiran 8. Nilai jumlah kuadrat sisaan dari persamaan yang dihasilkan dengan menggunakan MKT nonlinier ML lebih kecil dibanding MKT linier baik itu pada model nonlinier Langmuir maupun Freundlich. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa MKT nonlinier Marquardt- Levenberg lebih baik digunakan untuk menduga parameter pada model nonlinier jerapan P. Pemilihan Model Terbaik Penentuan model terbaik dicari dengan menggunakan nilai dugaan parameter hasil MKT nonlinier ML. Persamaan nonlinier Langmuir dan Freundlich yang dihasilkan dipilih yang paling baik bagi jerapan P berdasarkan indikator pemilihan model terbaik. Nilai indikator pemilihan model terbaik yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada masing-masing lokasi tanah smektitik dan kaolinitik, nilai MAPE, AIC dan RMSE yang dihasilkan dari persamaan nonlinier Langmuir lebih kecil dibanding persamaan nonlinier Freundlich. Nilai korelasi antara nilai amatan dengan nilai dugaan yang dihasilkan dari persamaan nonlinier Langmuir lebih besar dibanding persamaan nonlinier Freundlich. Hasil indikator pemilihan model terbaik didukung oleh plot pencaran antara nilai amatan dengan nilai dugaan persamaan nonlinier Langmuir dan Freundlich yang terdapat pada Lampiran. Plot pencaran pada masing-masing lokasi menunjukkan nilai dugaan persamaan nonlinier Langmuir lebih mendekati nilai amatan dibanding nilai dugaan persamaan nonlinier Freundlich. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa model nonlinier Langmuir lebih baik dibanding model nonlinier Freundlich. KESIMPULAN Pendugaan parameter model nonlinier Langmuir dan Freundlich jerapan P lebih baik menggunakan metode kuadrat terkecil nonlinier Marquardt-Levenberg dibanding metode kuadrat terkecil linier. Model nonlinier yang lebih baik untuk jerapan P pada masing-masing lokasi tanah smektitik dan kaolinitik adalah model nonlinier Langmuir. DAFTAR PUSTAKA Borling, K., E. Otabbong, and E. Barberis (). Phosphorus Sorption in Relation to Soil Properties in Some Cultivated Swedish Soils. Nutr. Cycl. Agr. 9: Daniel, W W.. Applied Nonparametric Statistics Second Edition. Boston: PWS- KENT Publishing Company. Draper, N. and Smith, H. 98. Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua. Sumantri B, penerjemah. Jakarta: Gramedia. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis. Gujarati, D. N. 6. Dasar-Dasar Ekonometrika. Mulyadi, J. A; penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : Basic Econometrics. Houng, K. H., and D. Y. Lee. 8. Comparison of Linier and Nonlinier Langmuir and Freundlich Curve-Fit in the study of Cu, Cd, and Pb adsorption on Taiwan Soils. Soil Sci. 6: -. Lourakis, Manolis I. S.. A Brief Description of the Levenberg-Marquardt Algorithm Implemened. Institut of Computer Science. lourakis/levmar/l evmar/pdf. [6 Mei 9] Masjkur, M. 8. Korelasi Parameter Jerapan Fosfor Tanah Kaolinitik dan Smektitik dengan Serapan Fosfor Padi Sawah. Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor. Myers, Raymond H.. Classical And Modern Regression With Application. Boston: PWS-KENT Publishing Company. Rawlings, John O., Pantula, Sastry G. and Dickey, David A. 8. Applied Regression Analysis. New York: Springer-Verlag.

21 L A M P I R A N

22 Lampiran Plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas model linier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO,,6,4,,, C/Q, C/Q,8,6,,4,,,,,4,6 C,8,,,4,,,,,,4 C,,6,7,8 TIRTOBINANGUN PURWOREJO,,,,4, C/Q,4, C/Q,,,,,,,, C,,,,,,,,,4, C,6,7,8,9,, KEDUNGREJO, SIMBARWARINGIN,7,, C/Q, C/Q,,,7,,,,,4,6 C,8,,,,,4,6 C,8,,,4

23 Lampiran Plot pencaran antara peubah respon dengan peubah penjelas model linier Freundlich,8 DEMANGAN,7 PURWOREJO,6,,4, LOG Q, LOG Q,,,7,8,,6 -,6 -,4 -, -, -,8 -,6 LOGC -,4 -,, -, -, -, LOGC -,, TIRTOBINANGUN PURWOREJO,8,8,6,6,4,4 LOG Q, LOG Q,,,,8,8,6 -, -,7 -, -, LOGC,,,,6 -, -, -, LOGC -,, KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN,8,8,6,6,4,4 LOG Q, LOG Q,,,,8,8,6 -,6 -,4 -, -, -,8 LOGC -,6 -,4 -,,,6 -,4 -, -, -,8 -,6 LOGC -,4 -, -,

24 4 Lampiran Persamaan linier Langmuir dan Freundlich Lokasi Langmuir R (%) Freundlich R (%) Smektitik Demangan C/Q = C 6. LOG Q = LOG C 79.9 Tirtobinangun C/Q = C 8.8 LOG Q = LOG C 98. Kedungrejo C/Q = C 64.7 LOG Q = LOG C 79.8 Kaolinitik Purworejo C/Q =. +.8 C 9.6 LOG Q =. +. LOG C 68. Purworejo C/Q = C.4 LOG Q = LOG C 78. Simbarwaringin C/Q = C 47.9 LOG Q = LOG C 8.9

25 Lampiran 4 Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan linier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO 4 - -,,,,7,,, -,,,4,6,8,,,4,6 TIRTOBINANGUN PURWOREJO ,,,4,4,, -,,,,, KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN ,,7,,,,7,,8,,,4,6,8,,

26 6 Lampiran Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan linier Freundlich DEMANGAN PURWOREJO ,6,8,,,4,6,8,,,4,6,8, TIRTOBINANGUN PURWOREJO ,6,8,,,4,6,8,,,,,4,,6,7,8,9 KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN ,8,,,4,6,8, -,6,8,,,4,6,8,

27 7 Lampiran 6 Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan linier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

28 8 Lampiran 7 Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan linier Freundlich DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

29 9 Lampiran 8 Plot peluang kenormalan sisaan persamaan linier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

30 Lampiran 9 Plot peluang kenormalan sisaan persamaan linier Freundlich DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN SIMBARWARINGIN

31 Lampiran Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan nonlinier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO,, -,,,, -, - -, -, 4 4 KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

32 Lampiran Plot sisaan dengan dugaan peubah respon persamaan nonlinier Freundlich DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

33 Lampiran Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan nonlinier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO,, -,,,, -, - -, -, 4 4 KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

34 4 Lampiran Plot sisaan dengan urutan sisaan persamaan nonlinier Freundlich DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

35 Lampiran 4 Plot peluang kenormalan sisaan persamaan nonlinier Langmuir DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

36 6 Lampiran Plot peluang kenormalan sisaan persamaan nonlinier Freundlich DEMANGAN PURWOREJO TIRTOBINANGUN PURWOREJO KEDUNGREJO SIMBARWARINGIN

37 7 Lampiran 6 Asumsi MKT linier yang tidak terpenuhi Lokasi Langmuir Freundlich Smektitik Demangan kehomogenan, kebebasan, kenormalan kebebasan, kenormalan Tirtobinangun kebebasan kehomogenan, kebebasan Kedungrejo kebebasan kebebasan Kaolinitik Purworejo kehomogenan, kebebasan, kenormalan kebebasan, kenormalan Purworejo kebebasan kebebasan, kenormalan Simbarwaringin kebebasan, kenormalan kebebasan Lampiran 7 Asumsi MKT nonlinier ML yang tidak terpenuhi Lokasi Langmuir Freundlich Smektitik Demangan kebebasan kebebasan, kenormalan Tirtobinangun kebebasan Kedungrejo kebebasan kebebasan Kaolinitik Purworejo kebebasan kebebasan Purworejo kebebasan, kenormalan kebebasan Simbarwaringin kebebasan kebebasan

METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM EM PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINEAR JERAPAN FOSFOR. Mohammad Masjkur

METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM EM PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINEAR JERAPAN FOSFOR. Mohammad Masjkur METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM EM PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINEAR JERAPAN FOSFOR Mohammad Masjkur Departemen Statistika, FMIPA-IPB Jln. Meranti Kampus IPB Darmaga Bogor email : masjkur@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2010 p : ISSN :

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2010 p : ISSN : , Oktober 2010 p : 16-22 ISSN : 0853-8115 Vol 15 No.2 ALGORITMA GENETIK PENDUGAAN PARAMETER MODEL NONLINEAR JERAPAN FOSFOR (Genetic Algorithm for Parameter Estimation of Phosphorus Adsorption Nonlinear

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN MAGRI HANDOKO. Manajemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Linier Ganda Hubungan antara y dan X dalam model regresi linier umum adalah y = X ß + e () dengan y merupakan vektor pengamatan pada peubah respon (peubah tak bebas) berukuran

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya Analisis Regresi 2 Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan asumsi-asumsi yang melandasi analisis regresi linier sederhana dan berganda,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi Statistika, Vol. No., Mei Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi MARZUKI, HIZIR SOFYAN, ASEP RUSYANA Jurusan Matematika FMIPA Universitas Syiah Kuala Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERSEGMEN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-NEWTON

ANALISIS REGRESI TERSEGMEN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-NEWTON Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 42 48 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS REGRESI TERSEGMEN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-NEWTON PUTRI PERMATHASARI Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI Oleh : SITI NURBAITI G14102022 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK SITI

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Sri Siska Wirdaniyati 1), Edy Widodo ) 1) Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN 3 berada pada jarak sejauh tiga atau empat kali simpangan baku dari nilai tengahnya (Aunuddin 1989). Pendekatan pencilan dapat dilakukan dengan melihat plot peluang normal. Apabila terdapat loncatan vertikal

Lebih terperinci

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 167 174 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL ALDILA SARTI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 86 95 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 18 26 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 74 82 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA DENGAN METODE THEIL

ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA DENGAN METODE THEIL ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA DENGAN METODE THEIL SKRIPSI Oleh : Prayitno Amigoro NIM. J2E 004 242 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN OUTLIER PADA CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) MENGGUNAKAN LEAST TRIMMED SQUARES (LTS) Elis Ratna Wulan 1, Enung Nurhayati 2

PENDETEKSIAN OUTLIER PADA CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) MENGGUNAKAN LEAST TRIMMED SQUARES (LTS) Elis Ratna Wulan 1, Enung Nurhayati 2 Edisi Juli 014 Volume VIII No. 1 ISSN 1979-8911 PENDETEKSIAN OUTLIER PADA CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) MENGGUNAKAN LEAST TRIMMED SQUARES (LTS) Elis Ratna Wulan 1, Enung Nurhayati 1, Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

MA2081 Statistika Dasar

MA2081 Statistika Dasar Catatan Kuliah MA2081 Statistika Dasar Orang Cerdas Belajar Statistika Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang MA2081 Statistika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian pertama bab ini diberikan tinjauan pustaka yang berisi penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini Pada bagian kedua bab ini diberikan teori penunjang yang berisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana memodelkan sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu

Lebih terperinci

HETEROSKEDASTISITAS DALAM ANALISIS REGRESI LINIER SKRIPSI. Oleh: YOGIE DANA INSANI NIM

HETEROSKEDASTISITAS DALAM ANALISIS REGRESI LINIER SKRIPSI. Oleh: YOGIE DANA INSANI NIM HETEROSKEDASTISITAS DALAM ANALISIS REGRESI LINIER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS

PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS E-Jurnal Matematika Vol. 4 (1), Januari 2015, pp. 8-13 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS Ni Wayan Yuni Cahyani 1, I Gusti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Simulasi Plot pencaran titik data antara peubah respon dengan peubah penjelas dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar tersebut mengungkapkan bahwa secara keseluruhan pola

Lebih terperinci

Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP

Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP Nonong Amalita, Yenni Kurniawati Jurusan Matematika FMIPA UNP E-mail: nongamalita@yahoo.com Abstrak. Performansi

Lebih terperinci

PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS PADA REGRESI EKSPONENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN UJI PARK

PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS PADA REGRESI EKSPONENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN UJI PARK PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS PADA REGRESI EKSPONENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN UJI PARK Asmin MM. 1, Saleh M., Islamiyati A. 3 Abstrak Model eksponensial merupakan regresi non linier yang dapat diubah bentuknya

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN : PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 RINGKASAN TENDI

Lebih terperinci

PENDUGAAN KECEPATAN ARUS SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI PIECEWISE (Studi Kasus Sungai Soos Creek di Negara Bagian Washington) KHOIRUN IBNU FARID

PENDUGAAN KECEPATAN ARUS SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI PIECEWISE (Studi Kasus Sungai Soos Creek di Negara Bagian Washington) KHOIRUN IBNU FARID PENDUGAAN KECEPATAN ARUS SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI PIECEWISE (Studi Kasus Sungai Soos Creek di Negara Bagian Washington) KHOIRUN IBNU FARID DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi Orang Cerdas Belajar Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Perkuliahan Silabus Tujuan Peubah bebas dan terikat, konsep relation, model regresi linier, penaksir

Lebih terperinci

MODEL REGRESI LINIER DALAM MELIHAT KEBERHASILAN BELAJAR SISWA SMU

MODEL REGRESI LINIER DALAM MELIHAT KEBERHASILAN BELAJAR SISWA SMU S-19 MODEL REGRESI LINIER DALAM MELIHAT KEBERHASILAN BELAJAR SISWA SMU Siti Sunendiari Universitas Islam Bandung (Unisba) e-mai : sunen_diari@yahoo.com 1. ABSTRAK Keberhasilan dalam proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan September).

Lebih terperinci

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen Tingkat Efisiensi Metode Robust dalam Menaksir Garis Jika Ragam Galat Tidak Homogen Harmi Sugiarti dan Andi Megawarni e-mail: harmi@mailutacid dan mega@mailutacid Abstract This paper aims to compare the

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA

Lebih terperinci

REGRESI LINIER BERGANDA

REGRESI LINIER BERGANDA REGRESI LINIER BERGANDA 1. PENDAHULUAN Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua peubah atau lebih (Draper dan Smith, 1992).

Lebih terperinci

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2009 p : ISSN :

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2009 p : ISSN : , Oktober 2009 p : 26-34 ISSN : 0853-8115 Vol 14 No.2 METODE PENDUGAAN MATRIKS RAGAM-PERAGAM DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA (RKU) (Variance-Covariance Matrix Estimation Method for Principal Component

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

KAJIAN TELBS PADA REGRESI LINIER DENGAN KASUS PENCILAN

KAJIAN TELBS PADA REGRESI LINIER DENGAN KASUS PENCILAN KAJIAN TELBS PADA REGRESI LINIER DENGAN KASUS PENCILAN Nurul Gusriani 1), Firdaniza 2), Novi Octavianti 3) 1,2,3) Departemen Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung- Sumedang Km. 21

Lebih terperinci

JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT. Rasional

JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT. Rasional JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT Rasional Sejumlah kation dapat membebaskan K yang terfiksasi pada tanah-tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK ( ) = ( + ) Kata kunci: regresi linear ganda, multikolinearitas, regresi gulud.

LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK ( ) = ( + ) Kata kunci: regresi linear ganda, multikolinearitas, regresi gulud. 1 LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK Metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) merupakan suatu metode penaksiran koefisien regresi yang paling sederhana. Jika diantara

Lebih terperinci

Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Berganda Contoh Menguji hubungan linier antara variabel dependen (y) dan atau lebih variabel independen (x n ) Hubungan antara suhu warehouse dan viskositas cat dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Persamaan regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan matematis dari

Lebih terperinci

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 26 34 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA NADIA UTIKA PUTRI, MAIYASTRI, HAZMIRA

Lebih terperinci

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN 4 karena adanya perbedaan satuan pengukuran antar peubah. 1.. Memastikan tidak adanya pencilan pada data dengan mengidentifikasi adanya pencilan pada data. Pengidentifikasian pencilan dilakukan dengan

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER 1 ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER A. Musdalifa, Raupong, Anna Islamiyati Abstrak Estimasi parameter adalah merupakan hal

Lebih terperinci

REGRESI LINEAR SEDERHANA

REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR SEDERHANA DAN KORELASI 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 5. Kecocokan Model Regresi 6. Korelasi

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA)

PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 116 124 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Kasus Pencilan dan Autokorelasi Error

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Kasus Pencilan dan Autokorelasi Error Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 22 dengan Kasus Pencilan dan Autokorelasi Error Ria Kumala Dewi dan Wiwiek Setya Winahju Statistika, FMIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PIKA SILVIANTI, M.SI

PIKA SILVIANTI, M.SI PIKA SILVIANTI, M.SI No. Materi Pokok (Materi Ajar) Alokasi Waktu (menit) 1 Pengenalan analisis regresi 2 x 50 2: Bab 1 2 Model regresi linier sederhana 2 x 50 Bahan / Sumber Belajar 2: Bab 2 3: Bab 1

Lebih terperinci

1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4.

1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4. * 1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4. Kecocokan Model Regresi 5. Korelasi Utriweni Mukhaiyar MA 2081 Statistika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, namun perubahan nilai variabel itu dapat disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang berhubungan

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel

Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel Statistika, Vol. 10 No. 2, 99 105 Nopember 2010 Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel Teti Sofia Yanti Program Studi Statistika Universitas Islam Bandung Email: buitet@yahoo.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan TINJAUAN PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

Lebih terperinci

dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 6.

dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 6. Regresi Linear Sederhana dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 5. Kecocokan Model Regresi 6. Korelasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) Yuditia Ari Prabowo, Yuliana Susanti, dan Santoso Budi Wiyono

Lebih terperinci

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER Siswanto 1, Raupong 2, Annisa 3 ABSTRAK Dalam statistik, melakukan suatu percobaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM) II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah

Lebih terperinci

OLEH : Riana Ekawati ( ) Dosen Pembimbing : Dra. Farida Agustini W, M.S

OLEH : Riana Ekawati ( ) Dosen Pembimbing : Dra. Farida Agustini W, M.S OLEH : Riana Ekawati (1205 100 014) Dosen Pembimbing : Dra. Farida Agustini W, M.S Salah satu bagian penting dari statistika inferensia adalah estimasi titik. Estimasi titik mendasari terbentuknya inferensi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA Febriani Astuti, Kartiko, Sri Sulistijowati Handajani Jurusan Matematika

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1) Analisis Hubungan Jenis/tipe hubungan Ukuran Keterkaitan Skala pengukuran peubah Pemodelan Keterkaitan anang kurnia (anangk@apps.ipb.ac.id)

Lebih terperinci

Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda

Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda Jurnal Penelitian Sains Volume 1 Nomer 1(A) 1101 Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda Dian Cahyawati S. 1), Hadi Tanuji ), dan

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER 1 ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencilan Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan yang bervariasi (beragam). Keberagaman data ini, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

Analisis Regresi Nonlinear (I)

Analisis Regresi Nonlinear (I) 9 Oktober 2013 Topik Inferensi dalam Regresi Nonlinear Contoh Kasus Regresi linear berganda secara umum sesuai untuk kebanyakan kasus. Namun, banyak kasus peubah respons dan bebas berhubungan melalui fungsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL Vania Mutiarani 1, Adi Setiawan, Hanna Arini Parhusip 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW, 3 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang penduduk, khususnya pada lima aspek yaitu ukuran, distribusi geografi, komposisi, komponen perubahan (kelahiran, kematian,

Lebih terperinci

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan VIF Distribusi Poisson Regresi Poisson Kematian Bayi Kematian Ibu Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan 1 Pendaharan terberat pada masa nifas

Lebih terperinci

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan salah satu analisis statistik yang sering digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS e-jurnal Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2013, 54-59 PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS NI KETUT TRI UTAMI 1, I KOMANG GDE SUKARSA 2, I PUTU EKA NILA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. linear (intrisnsically linear) dan nonlinear secara intrinsik nonliear (intrinsically

LANDASAN TEORI. linear (intrisnsically linear) dan nonlinear secara intrinsik nonliear (intrinsically II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Nonlinear Model nonlinear merupakan bentuk hubungan antara peubah respon dengan peubah penjelas yang tidak linear dalam parameter. Secara umum model nonlinear ditulis sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA (S1) INSTITUT PERTANIAN BOGOR DICKY PRATAMA YENDRA

EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA (S1) INSTITUT PERTANIAN BOGOR DICKY PRATAMA YENDRA EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA (S1) INSTITUT PERTANIAN BOGOR DICKY PRATAMA YENDRA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton pada abad ke-19. Analisis regresi dengan satu peubah prediktor dan satu peubah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 45-52 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN NI PUTU NIA IRFAGUTAMI 1, I GUSTI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Sumber Data

METODE PENELITIAN Sumber Data 13 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil simulasi melalui pembangkitan dari komputer. Untuk membangkitkan data, digunakan desain model persamaan struktural

Lebih terperinci

REGRESI LINIER GANDA. Fitriani Agustina, Math, UPI

REGRESI LINIER GANDA. Fitriani Agustina, Math, UPI REGRESI LINIER GANDA 1 Pengertian Regresi Linier Ganda Merupakan metode yang digunakan untuk memodelkan hubungan linear antara variabel terikat dengan dua/lebih variabel bebas. Regresi linier untuk memprediksi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 168 176 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN PENDUGA ORDINARY LEAST SQUARES (OLS) DAN GENERALIZED LEAST SQUARES (GLS) PADA MODEL REGRESI

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KUANTIL

ANALISIS REGRESI KUANTIL Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 103 107 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS REGRESI KUANTIL SAIDAH, FERRA YANUAR, DODI DEVIANTO Program Studi Magister Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

menggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model

menggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model 4 kurang dari 10, maka peubah bebas tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas dengan peubah bebas lainnya. Selanjutnya Uji ARCH atau White digunakan untuk menguji asumsi kehomogenan ragam sisaan.

Lebih terperinci

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) 3.1 Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan suatu bentuk analisis regresi yang digunakan untuk memodelkan data

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi, BAB II LANDASAN TEORI Beberapa teori yang diperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah regresi linear berganda, pengujian asumsi analisis regresi, metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi

Lebih terperinci