BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Suhendra Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) baik dari segi jumlah penduduk dan infrastrukturnya membuat Kawasan Perkotaan Yogyakarta menjadi magnet yang menarik arus urbanisasi menuju Kawasan Perkotaan Yogyakarta yang lebih besar. Pertambahan jumlah penduduk di kawasan perkotaan menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam mengelola permukiman di perkotaan. Kota Yogya pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sejumlah jiwa dan jumlah ini mengalami penambahan sebesar 1,37% dalam dua tahun yaitu menjadi jiwa pada tahun 2012 (BPS, 2012). Pertambahan jumlah penduduk di kota Yogyakarta dari tahun ke-tahun membuat pertumbuhan permukiman menjadi tidak terkendali. Berbagai permasalahan kebersihan lingkungan permukiman muncul di kawasan-kawasan kumuh perkotaan Yogyakarta. Permasalahan yang selalu dihadapi oleh permukiman perkotaan adalah munculnya permukiman-permukiman kumuh, dimana permukiman mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seperti akses air bersih, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan kemanan (Wehmer, 2009). Berbagai permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh adanya permukiman yang tidak terencana (Suryani, 2011) antara lain : a. Permasalahan banjir akibat pengelolaan drainase yang tidak baik, serta kurangnya kapasitas ruang terbuka hijau. b. Permasalahan pengelolaan limbah baik padat rumah tangga/ sampah, maupun limbah cair. c. Polusi udara dan kebisingan d. Kurang baiknya sarana prasarana lingkungan diatas dapat menimbulkan efek jangka panjang seperti berbagai permasalahan kesehatan (diare, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut / ISPA). 1
2 e. Kerusakan dan pencemaran air tanah dikarenakan adanya eksploitasi besar-besaran pada kawasan permukiman yang tidak terencana. Hal-hal ini tentunya akan membuat tingkat presepsi masyarakat untuk tinggal di daerah perkotaan akan menurun. Pada tahun 2009 Ikatan Ahli Perencana (IAP) melakukan penelitian tentang dimanakah kota-kota di Indonesia ini yang merupakan kota ternyaman dengan menentukan 25 kriteria indeks kenyamanan kota yang diperoleh dari simposium perkotaan Hasil dari penilaian persepsi masyarakat terhadap 25 indeks tersebut menyatakan bahwa Yogyakarta adalah kota ternyaman untuk ditinggali dengan tingkat kenyamanan 65,53% pada tahun 2009 dan pada tahun 2011 dilakukan penalitian yang sama nilai teratas tetap Yogyakarta sebagai kota ternyaman untuk ditinggali dengan nilai 66,52% (Djonoputro et al., 2009; Djonoputro et al., 2011). Dari dua penelitian yang dilakukan IAP diperoleh temuan bahwa terdapat tiga aspek yang menurut persespi masyarakat memiliki nilai terendah, tiga hal tersebut adalah aspek fisik, aspek lingkungan dan aspek keamanan. Yogyakarta sebagai kota ternyaman versi IAP, memiliki nilai aspek fisik 49%, lingkungan 57% dan aspek keamanan 59%. Nilai ini sudah termasuk tinggi karena semua nilai merupakan nilai yang diatas rata-rata kota-kota lain di Indonesia. Meskipun menjadi kota ternyaman di Indonesia, masih ada permukiman kumuh yang berada di Yogyakarta yaitu sekitar 278,7 hektar yang tersebar di 13 kecamatan dari 14 kecamatan di kota Yogyakarta (TribunJogja, 2014) dan kebanyakan kawasan kumuh ini berada di bantaran sungai (TribunJogja, 2015). Adanya kawasan permukiman kumuh ini menimbulkan berbagai masalah kebersihan lingkungan di perkotaan. Definisi permukiman kumuh sendiri menurut UNESCAP (2009) adalah ketidakcukupan perumahan dengan ciri-ciri lemahnya keamanan, ketidakcukupan akses air bersih, sanitasi dan kepadatan yang berlebihan. Kualitas permukiman dan kualitas lingkungan permukiman merupakan hal yang berbeda. Kajian tentang kualitas permukiman dapat dibagi menjadi lima (Iswari, 2012) yaitu: 2
3 a. Kajian Kualitas Fisik Permukiman, tujuan dari kajian ini adalah untuk menilai tingkat kenyamanan tempat tinggal. Dasar penilaian adalah kondisi fisik permukiman. b. Kajian Kualitas Lingkungan Permukiman, tujuan dari kajian ini adalah unuk menilai tingkat kesehatan lingkungan permukiman, termasuk didalamnya sanitasi, kualitas air minum, drainase, pembuangan sampah, dan kondisi fisik lingkungan. c. Kajian Kualitas Lingkungan Sosial, tujuan dari kajian ini adalah untuk menilai tingkat kerawanan sosial. Termasuk didalamnya adalah konflik sosial yang dipicu oleh kesenjangan sosial. d. Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Kota, tujuan dari kajian ini untuk menilai tingkat pelayanan fasilitas perkotaan, termasuk didalamnya fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dokter umum, dan lain sebagainya), fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA, Akademi, Perguruan Tinggi), dan fasilitas pelayanan dasar. e. Kajian Kualitas Bangunan, tujuan dari kajian ini adalah untuk menilai tingkat kualitas bahan bangunan dan kelengkapannya (material, fasilitas tambahan dan arsitektur bangunan). Berdasarkan pada keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal permukiman, akan dilakukan evaluasi berdasarkan keputusan menteri tersebut, untuk menilai kualitas lingkungan permukiman perkotaan yang ada di Yogyakarta. Dalam penelitian ini nanti akan menguji seberapa besar kontribusi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam mengevaluasi kualitas lingkungan permukiman perkotaan. Metode penginderaan jauh merupakan salah satu metode yang efektif dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya untuk mendapatkan data keruangan (Lindgren, 1985). Berbagai penelitian tentang lingkungan perkotaan dengan memanfaatkan citra penginderaan jauh sudah banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan ini lebih banyak menggunakan citra resolusi spasial tinggi, dikarenakan 3
4 kenampakan fisik bangunan dan lingkungan perkotaan dapat terlihat dengan resolusi spasial tinggi seperti misalnya proses estimasi jumlah penduduk lokal yang membutuhkan data dengan resolusi spasial 0,25m - 5m (Sutanto, 2013). Pada daerah perkotaan yang memiliki perkembangan yang sangat cepat, ekstraksi informasi-informasi juga harus dilakukan dengan metode yang cepat dan akurat. Metode klasifikasi berbasis obyek merupakan salah satu teknik yang inovatif yang dapat dipakai untuk klasifikasi khususnya pada man made features (Rashed & Jurgens, 2010). Peran sistem informasi geografis untuk analisis hasil data penginderaan jauh juga tidak kalah pentingnya. Kemampuan sistem informasi geografis dalam mengumpulkan, menyimpan, mentransformasi, memanipulasi, dan memadukan informasi dari berbagai sektor mampu menjadikan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh saling mengisi satu sama lain (Purwadhi & Sanjoto, 2009). Dalam aplikasinya, sistem informasi geografis memiliki berbagai macam teknik analisis, diantaranya adalah teknik analisis overlay, network analysis, buffer, union dan sebagainya. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk daerah perkotaan memiliki peran masing-masing dalam proses integrasinya. Penginderaan jauh menyediakan data multispektral, multiresolusi, multitemporal dan mengubahnya menjadi informasi yang bernilai dan mudah dipahami. Sedangkan sistem informasi geografis memiliki kemampuan yang fleksibel untuk input data, analisis dan menyajikan data digital dari berbagai sumber yang dibutuhkan untuk identifikasi kawasan perkotaan Perumusan Masalah Penilaian kualitas lingkungan permukiman perkotaan dengan menggunakan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tentang standar pelayanan minimal permukiman dari berbagai sumber yang sudah ada seperti : 4
5 a. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal Permukiman b. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dengan menggunakan citra penginderaan jauh resolusi tinggi ekstraksi parameter-parameter tentang kualitas lingkungan permukiman dan standar minimal pelayanan permukiman dapat dilakukan dengan metode klasifikasi visual. Dipilih metode manual ini dikarenakan tingkat akurasi yang dihasilkan metode klasifikasi secara manual memiliki tingkat ketelitian yang tinggi hingga mencapai 90% (Sutanto, 2013), disamping itu kompleksnya penggunan lahan yang ada di kawasan perkotaan yang mengharuskan ketelitian yang tinggi pada peta hasil klasifikasi yang dipakai. Menurut Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 83 /Kep.KDH/A/2014 tentang Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan, disebutkan bahwa dua dusun yang ada di Kelurahan Sendangadi masuk kedalam daftar kawasan kumuh perkotaan, yaitu dusun Banaran dan Jatirejo. Selain adanya kawasan kumuh perkotaan, banyaknya perumahan-perumahan yang tertata di Kelurahan Sendangadi membuat lokasi penelitian ini memiliki keberagaman jenis permukiman yang dapat dijadikan contoh untuk pengembangan kawasan permukiman selanjutnya. Sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mewakili untuk melakukan analisis yang berkaitan dengan kualitas lingkungan permukiman Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah untuk mengidentifikasi kebersihan lingkungan permukiman dengan cepat dan efisien, maka disusunlah tujuan penelitian sebagai berikut : 5
6 a. Mengkaji kemampuan citra Quickbird untuk memperoleh parameterparameter lahan yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan permukiman perkotaan. b. Menilai kualitas lingkungan permukiman perkotaan berdasarkan parameter-parameter hasil interpretasi citra Quickbird dengan bantuan sistem informasi geografis di kelurahan Sendangadi, Sleman, Yogyakarta c. Memberikan rekomendasi tentang prioritas kualitas lingkungan permukiman perkotaan sebagai dasar perbaikan lingkungan permukiman 1.4. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka pertanyaan penelitian untuk penelitian ini adalah : a. Bagaimana kemampuan citra Quickbird untuk memperoleh parameterparameter lahan yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan permukiman perkotaan? b. Bagaimana hasil penilaian kualitas lingkungan permukiman perkotaan berdasarkan parameter-parameter hasil interpretasi citra Quickbird dengan bantuan sistem informasi geografis? c. Seperti apa rekomendasi tentang prioritas kualitas lingkungan permukiman perkotaan yang dijadikan sebagai dasar perbaikan lingkungan permukiman? 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang evaluasi kualitas permukiman di Fakultas Geografi sudah banyak dilakukan (Tabel 1.1), dari pemetaan hingga evaluasi kualitas permukiman dan hubungannya dengan berbagai tema. Pada salah satu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) dengan judul Pemanfaatan citra Quickbird dan SIG untuk identifikasi pengaruh kualitas permukiman terhadap kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di kecamatan Tanjung priok, Jakarta Utara memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas permukiman terhadap penyakit ISPA pada bayi. Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh 6
7 antara kualitas permukiman terhadap penyakit ISPA pada bayi memiliki hubungan terbalik (Sari, 2014). Penelitian dari sudut pandang kualitas lingkungan permukiman yang dilakukan oleh Ekartaji (2013), dengan mengambil studi kasus di wilayah desa Ngestiharjo, Bantul. Dalam penelitian ini variable yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan permukiman adalah 29 variabel, dimana 6 diantaranya diperoleh dari citra penginderaan jauh, sedangkan 23 yang lain didapat dari lapangan. Hasil yang diperoleh dari analisis ke-29 variabel yang ada adalah, terdapat hubungan positif antara keteraturan bangunan dan kualitas lingkungan permukiman dan tingkat partisipasi masyarakat tidak berkorelasi positif dengan kualitas lingkungan permukiman (Ekartaji, 2013). Prasetyo dan Rahayu (2013) melakukan penelitian serupa dengan menggunakan variabel pola kepadatan bangunan, pola tata letak bangunan, pohon pelindung, lebar jalan masuk, kondisi jalan, lokasi permukiman, banjir yang terjadi, kualitas air minum, sanitasi, pembuangan sampah, saluran drainase dan limbah. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Serengan Kota Surakarta ini menggunakan metode skoring dan overlay untuk mendapatkan hasil penilaian terhadap kualitas permukiman. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Rahayu adalah : kualitas baik 26,28%, sedang 32,80%, buruk, 13,25% sisanya non permukiman 27,66% (Prasetyo & Rahayu, 2013). Yualiastuti dan Saraswati (2014) melakukan penelitian tentang kualitas lingkungan permukiman dan hubungannya dengan peran komunitas lokal, pada penelitian ini metode yang pendekatan kuantitiatif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran masyarakat lokal akan sangat berhubungan positif dengan programprogram sosial ekonomi dan peningkatan kualitas fisik infrasturkturnya. Walaupun peran pemerintah lokal sangat berhubungan dengan komunitas lokalnya, RT (Rukun Tetangga) memegang peran penting dalam mengarahkal komunitas akan dibawa seperti apa. Hal ini dikarenakan aspirasi terbuka pada sebuah RT sangat membantu dalam menyaring informasi-informasi dari bawah dan monitoring lingkungan sekitar tempat tinggalnya (Yuliastuti & Saraswati, 2014). 7
8 Tabel 1. 1 Penelitian Terkait Evaluasi Kualitas Lingkungan Permukiman No Judul Penelitian Peneliti Lokasi Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian 1 Pemanfaatan citra Quickbird dan SIG untuk identifikasi pengaruh kualitas permukiman terhadap kejadian penyakit ISPA pada balita di kecamatan Tanjung priok, Jakarta Utara Luthfiyana Ratna Sari Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara Mengetahui pengaruh kualitas lingkungan permukiman terhadap kejadian ISPA dengan bantuan citra Quickbird Kualitas permukimandan ISPA memiliki hubungan terbalik, semakin tinggi kualitas lingkungan, kejadian ISPA semakin rendah. Begitu pula 2 Kajian Kualitas Permukiman dengan Citra Quickbird dan SIG di Kecamatan Serengan Kota Surakarta 3 Environmental Quality in Urban Settlement : The Role of Local Community Association in East Semarang Sub-District Wahyu Tirto Prasetyo dan Sri Rahayu Neny Yualiastuti dan Novi Saraswati Kecamatan Serengan Kota Surakarta Semarang Timur desa Karangturi, Bugangan dan Kemijen Analisis kualitas permukiman dengan variabel pola kepadatan bangunan, pola tata letak bangunan, pohon pelindung, lebar jalan masuk, kondisi jalan, lokasi permukiman, banjir yang terjadi, kualitas air minum, sanitasi, pembuangan sampah, saluran drainase dan limbah. Mengetahui seberapa besar pengaruh RT pada tiap kelurahan dalam mempengaruhi peningkatan kualitas permukiman. sebaliknya. Kualitas baik 26,28%, sedang 32,80%, Buruk, 13,25% sisanya non permukiman 27,66%. Program sosial ekonomi dan peningkatan lingkungan fisik (infrastruktur) memberikan pengaruh pada komunitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan. 8
9 No Judul Penelitian Peneliti Lokasi Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian 4 Kajian Kualitas Lingkungan Pritaningtyas E Desa Ngestiharjo Deskriptif kualitatif dengan Kualitas lingkungan Permukiman di Daerah Bantul menggunakan kuisioner dan permukiman di desa Pinggiran Kota (Kasus di Desa citra satelit Quickbird Ngestiharjo terbentuk Ngestiharjo, Kecamatan berdasarkan parameterparameter karena perbedaan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provisnsi DI Yogyakarta) terkait. Analisis menggunakan statistik keteraturan bangunan dan kualitas lingkungan rumah. Kualitas buruk tersebar di sekitar bantaran Kali Bedogdan Kali Winongo. Kualitas baik dan sedang tersebar secara merata di seluruh Desa Ngestiharjo. 5 Kontribusi penginderaan jauh dan sistem infomasi geografis untuk penilaian kualitas lingkungan permukiman perkotaan (kasus di kelurahan sendangadi mlati sleman yogyakarta) Ahmad Hadziq R Kelurahan Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta Mengkaji kemampuan citra Quickbird untuk memperoleh parameterparameter lahan yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan permukiman perkotaan, menilai kualitas lingkungan permukiman dan menyusun prioritas kualitas lingkungan permukiman perkotaan sebagai dasar perencanaan perbaikan lingkungan permukiman. Keteraturan. Peta hasil penilaian kualitas lingkungan permukiman perkotaan di kelurahan Sendangadi Mlati Sleman Yogyakarta. 9
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dihindari. Kebutuhan rumah bahkan termasuk ke dalam kebutuhan primer selain makanan dan pakaian. Dengan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciInterpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Intisari... ii Abstract... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Aplikasi teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis semakin meluas sejak dikembangkan di era tahun 1960-an. Sejak itu teknologi penginderaan jauh dan
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai permasalahan dalam mengelola tata ruang. Permasalahan-permasalahan tata ruang tersebut juga timbul karena penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang besar terhadap aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Pertumbuhan
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA
PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA Gamma Reiza Nusantarawati gamreiza@gmail.com Endang Saraswati esaraswati@ugm.ac.id
Lebih terperinciTabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai masalah persampahan dikarenakan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menciptakan penduduk yang hidup dalam lingkungan sehat dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinci1.3 Tujuan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencurian merupakan suatu tindakan kejahatan yang seringkali terjadi di masyarakat dengan target berupa bangunan, seperti rumah, kantor, atau tempat umum lainnya. Maraknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Seperti yang diketahui selama ini, pembangunan memberikan banyak
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: SUPRIYANTO L2D 002 435 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan dengan memperhatikan karakteristiknya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk khususnya di wilayah perkotaan dipengaruhi dari berbagai faktor-faktor yang menyebabkan suatu daerah menjadi padat penduduknya. Hal ini akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA
T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan berhubungan erat dengan dengan aktivitas manusia dan sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota dipengaruhi oleh adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan Departemen Kesehatan pada tahun 1998 yang lalu memiliki tujuan-tujuan mulia, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, dengan susunan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah dikelola maupun belum. Untuk itu peran lahan cukup penting dalam kehidupan
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang semakin meningkat seharusnya diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kota yang akan memberikan dampak positif terhadap tingkat
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN CITRA QUICKBIRD DAN SIG DI KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA. Wahyu Tirto Prasetyo¹ dan Sri Rahayu²
Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 2 2013 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN CITRA QUICKBIRD DAN SIG DI KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA Wahyu Tirto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota besar akan mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut berdampak pada daerah disekitarnya. Salah satu dampak yang terjadi adalah munculnya istilah kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan
Lebih terperinciSeminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial Untuk Optimalisasi Otonomi Daerah 2013 ISBN:
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA Tyastiti Nugraheni, Agus Dwi Martono, Aditya Saputra Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi kelautan cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan satu bidang keilmuan dalam geografi yang dapat dimanfaatkan untuk menyadap data tentang faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman adalah hasil interaksi antara manusia dan lingkungannya yang bersifat dinamis (Doxiadis, 1968). Bentuk-bentuk interaksi tersebut berperan besar dalam mendorong
Lebih terperinciBab I : Pendahuluan Latar Belakang
Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan
Lebih terperinciANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil
4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi
Lebih terperinciPemetaan Kualitas Permukiman dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG di Kecamatan Batam Kota, Batam
ISSN 0125-1790 (print), ISSN 2540-945X (online) Majalah Geografi Indonesia Vol. 31, No.1, Maret 2017 (39-45) 2017 Fakultas Geografi UGM dan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Pemetaan Kualitas Permukiman dengan
Lebih terperinciADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu negara yang tingkat pembangunannya tidak merata. Fenomena urbanisasi menyebabkan timbulnya pemukimanpemukiman
Lebih terperinciDAFTAR ISI Julimawati, 2014 Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kualitas Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Baleendah
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFARA GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik. Terwujudnya sistem sanitasi yang baik tidaklah mudah, diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas kebersihan lingkungan menjadi pokok utama dalam menjaga kelangsungan hidup manusia. Salah satu aspek utama yang mencerminkan kondisi kualitas kebersihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;
Lebih terperinciPOHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV
POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT (Rp) SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Metro adalah kota hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah dan memperoleh otonomi daerah pada tanggal 27 April 1999 sesuai dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun
Lebih terperinciPOHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016
POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Persentase prasarana aparatur
Lebih terperinciANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )
ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinciIdentifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis
Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita 1, Rina Reida 1, Ida Parida Santi 1, Daratun Nurahmah 1, Neny Kurniawati
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Lampiran I : Peraturan Menteri Nomor : 14/PRT/M/2010 Tanggal : 25 Oktober 2010 (SPM) BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG No 1. Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan yang penting dalam kehidupan bangsa dan pembangunan nasional. Jalan sebagai sarana pembangunan pada hakekatnya menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sesuai dengan uraian pemerintah Kabupaten Sleman mengenai luas wilayah, Sleman merupakan satu dari lima kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan sistem prasarana utama yang menjadi bagian dari sistem jaringan transportasi darat. Jaringan jalan disebut juga sebagai tonggak penggerak
Lebih terperinciFaktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT
PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Lili Somantri Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS, UPI, L_somantri@ymail.com
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat cepat selalu membawa perubahan, salah satunya adalah perubahan pada tingkat kualitas lingkungan. Laju pertumbuhan
Lebih terperinciKRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
- 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH
Lebih terperinciNisa Riestawati Barandi Sapta Widartono Abstract
PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN KOTAGEDE, KOTA YOGYAKARTA Nisa Riestawati nisa.riestawati@mail.ugm.ac.id
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
ANALISIS SPASIAL KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SERENGAN, KOTA SURAKARTA PUBLIKASI KARYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
16 BAB II LANDASAN TEORI 1. Permukiman A. Tinjauan Pustaka Secara formal, definisi permukiman di Indonesia tertulis dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam dokumen tersebut,
Lebih terperinciRizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT
PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI TINGGI DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK MENENTUKAN LOKASI PRIORITAS PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA SURAKARTA Rizqi Agung Wicaksono
Lebih terperinciPENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN
PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN Denny Noviandi Wiratama dennydidon@gmail.com Barandi Sapta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara
Lebih terperinciARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)
ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang menjadi pusat dari segala aktivitas masyarakat yang ada disekitarnya. Wilayah perkotaan sendiri memiliki suatu daya tarik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan Indonesia sebagai negara termiskin ketiga di dunia. Pertambahan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinci