KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata RATNASARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata RATNASARI"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata RATNASARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Ratnasari NIM G

4 ABSTRAK RATNASARI. Karakteristik Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata. Dibimbing oleh RITA MEGIA dan HADISUNARSO. Sansevieria trifasciata merupakan tanaman hias berbentuk unik yang mampu memberikan udara bersih bagi ruangan yang ditempatinya karena dapat menyerap zat berbahaya di udara. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil lima kultivar tanaman penyerap polusi udara Sansevieria trifasciata. Karakter morfologi semua S. trifasciata yang diamati bervariasi dalam pola, warna, dan ukuran daun. Stomata semua kultivar dapat dijumpai pada kedua permukaan daun, bagian abaksial (permukaan bawah) memiliki kerapatan stomata lebih tinggi. Sebaran stomata tunggal terdapat pada semua kultivar, sedang stomata berkelompok juga dijumpai pada cv. Moonsine. Diantara semua kultivar, kerapatan stomata dan indeks stomata tertinggi dijumpai pada cv. Moonsine. Sedang kandungan klorofil tertinggi, panjang dan lebar daun yang terbesar, serta tebal daun yang tertipis terdapat pada cv. African Dawn. Diduga, S. trifasciata cv. African Dawn dan S. trifasciata cv. Moonsine berpotensi menyerap polusi udara yang lebih baik dibandingkan kultivar lainnya. Kata kunci: Sansevieria polusi udara trifasciata, morfologi, anatomi, kandungan klorofil, ABSTRACT RATNASARI. Characteristics of Morphology, Anatomy, and Chlorophyll Content of Five Air Pollution Absorbent Plant Cultivars Sansevieria trifasciata. Under the guidance of RITA MEGIA and HADISUNARSO. Sansevieria trifasciata is a uniquely houseplant that can provide clean air to occupied room because it can absorb harmful substances from the air. This research aim to compare chlorophyll content, morphological-, and anatomicalcharacters of five cultivars of this plant. Morphological characters of all S. trifasciata observed varied in pattern, colour, and size of the leaf. Stomata of all cultivars can be found on both leaf surfaces, abaksial (lower surface) have higher stomatal density. Distribution of single stomata was presented in all cultivars, while clustered stomata were also found in cv. Moonsine. Among all cultivars, stomatal density and stomatal index were found the highest in cv. Moonsine. The highest chlorophyll content, the largest size of leaf and the thinnest leaf were found in the cv. African Dawn. Potentially, S. trifasciata cv. African Dawn and S. trifasciata cv. Moonsine could absorb air pollution better than other cultivars. Keywords: Sansevieria trifasciata, morphology, anatomy, chlorophyll content, air pollution.

5 KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata RATNASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014 adalah Karakteristik Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Sansevieria trifasciata. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Rita Megia, DEA dan Ir Hadisunarso, MSi selaku pembimbing serta kepada Dr Ir Rika Raffiudin, MSi selaku penguji atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan adik tersayang untuk doa dan dukungannya. Terima kasih juga kepada ka Irani, Lilis, Lerfiana, Melly, Meidila, Ledy, pak Naryo, pak Asep, bu Retno serta teman-teman di Laboratorium Mikroteknik atas bantuan dan dukungan yang selalu ada. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Biologi Angkatan 47. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2015 Ratnasari

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Alat dan Bahan 2 Metode 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Karakter Morfologi 4 Karakter Anatomi 6 Analisis Klorofil 14 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 18

10 DAFTAR TABEL 1 Ukuran panjang dan lebar daun S. trifasciata 6 2 Kerapatan stomata dan Indeks stomata sayatan paradermal lima kultivar S. trifasciata 10 3 Ukuran stomata sayatan paradermal lima kultivar S. trifasciata 11 4 Ketebalan lapisan penyusun daun berdasarkan sayatan transversal lima kultivar S. trifasciata 13 DAFTAR GAMBAR 1 Posisi pengambilan daun untuk sayatan paradermal 3 2 Morfologi lima kultivar Sansevieria trifasciata 5 3 Stomata berbentuk ginjal pada S. trifasciata 7 4 Sebaran stomata 7 5 Struktur epidermis abaksial daun lima kultivar S. trifasciata 8 6 Struktur epidermis adaksial daun lima kultivar S. trifasciata 9 7 Sayatan transversal daun lima kultivar S. trifasciata 12 8 Kandungan klorofil lima kultivar S. trifasciata 14 DAFTAR LAMPIRAN 1 ANOVA dan hasil uji Duncan pada klorofil a, klorofil b, dan klorofil total 17

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri di Indonesia saat ini berkembang dengan pesat diantaranya berupa meningkatnya produksi kendaraan bermotor. Bertambahnya jumlah kendaraan memberikan dampak negatif berupa meningkatnya kadar polutan di udara akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor. Udara dalam ruangan yang terhindar dari polusi sangat penting bagi penghuni bangunan di perkotaan (Yulianti et al. 2012). Upaya dalam mengurangi pencemaran udara antara lain dengan penanaman tanaman di sepanjang jalan raya dan penggunaan tanaman indoor dalam ruangan. Sansevieria trifasciata (lidah mertua) merupakan tanaman hias yang sering dijumpai di pinggir jalan, di taman, dan di perkarangan atau ditanam dalam pot sebagai penghias ruangan. Tanaman ini diklasifikasikan dalam Famili Asparagaceae (Backer dan Bakhuizen 1963). Sebagian besar Sansevieria sp. berasal dari benua Afrika, dan sebagian yang lainnya berasal dari Asia. Jumlah kultivar tanaman ini di dunia lebih dari 600, sedang di Indonesia diketahui ada sekitar 100 kultivar (Stover 1983). Kultivar-kultivar ini memiliki daun yang bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna, dan teksturnya. Daun S. trifasciata ada yang berbentuk pedang, lanset, bulat panjang, dan bulat pendek. Warna daun beragam, mulai dari hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning hingga hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, diantaranya mengikuti arah serat daun tidak beraturan dan ada juga yang zig-zag. Selain bentuknya unik, lidah mertua mampu memberikan udara bersih bagi ruangan yang ditempatinya karena tanaman ini dapat menyerap zat berbahaya di udara. Penelitian Lembaga Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) menunjukkan bahwa lidah mertua mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan yang ada dan berbahaya di udara. Sansevieria sp. mampu menyerap zat polutan karena memiliki bahan aktif pregnane glikosid yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan asam amino sehingga unsur polutan tersebut menjadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Selain itu, Purwanto (2006) dalam bukunya mengemukakan riset yang dilakukan oleh Wolverton Environmental Service juga menunjukkan bahwa satu helai lidah mertua dalam satu jam mampu menyerap mg formaldehid. Kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengakumulasi polutan dipengaruhi oleh karakteristik morfologi daun, seperti: ukuran, bentuk, dan tekstur daun (Starkman 1969). Selain itu proses penyerapan polusi udara terjadi di daun yang terdapat banyak stomata (Gardner et al. 1991). Tanaman yang mempunyai stomata banyak dan tumbuh cepat merupakan tanaman yang baik digunakan dalam penyerapan polutan (Fakuara 1996). Mekanisme masuknya polutan ke dalam daun terjadi pada siang hari saat daun melepas uap air dan mengambil CO 2 serta gas lainnya termasuk polutan yang ada di daun melalui stomata. Banyaknya jumlah stomata dalam satu satuan luas daun menyebabkan masuknya gas pencemaran lebih banyak terserap oleh tanaman (Smith 1981).

12 2 Kemampuan tanaman dalam menyerap polusi udara bersamaan saat penyerapan CO 2 yang akan digunakan dalam proses fotosintesis. Kadar klorofil pada daun tanaman dapat digunakan sebagai indikator penyerap polusi udara (Karliansyah 1999). Melihat kemampuan S. trifasciata dalam penyerapan polusi udara, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap karakter morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil tanaman ini. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil lima kultivar tanaman penyerap polusi udara Sansevieria trifasciata. METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai bulan Mei 2014 di Rumah Kaca, Laboratorium Mikroteknik, dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Bagian Fisiologi dan Genetika Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Zoologi, LIPI Cibinong. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silet, mortar, mikrotom, holder, kaca objek, kaca penutup, mikroskop cahaya, dan kamera digital. Bahan tanaman yang digunakan yaitu kultivar S. trifasciata cv. Metalica, S. trifasciata cv. Moonsine, S. trifasciata cv. African Dawn, dan S. trifasciata cv. Bantel s Sensation, serta satu kultivar yang belum diketahui namanya sehingga diberi kode S. trifasciata cv.1. Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70%, HNO 3, kloroks, pewarna safranin, gliserin 30%, dan etanol 80%. Metode Penelitian terdiri atas dua tahapan. Tahap pertama yaitu menanam lima kultivar S. trifasciata pada bulan Oktober 2013 di rumah kaca milik Departemen Biologi FMIPA IPB dengan menggunakan polybag yang berisi tanah, pupuk, dan sekam (2:1:1) sebanyak 3 kali pengulangan untuk setiap kultivar S. trifasciata. Tahap kedua berupa pengamatan di laboratorium yang terdiri atas analisis morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil.

13 Pengamatan Morfologi. Pengamatan morfologi daun meliputi warna, bentuk, dan ukuran pada lima kultivar dilakukan dengan 3 kali ulangan. Setiap daun diukur panjang dan lebar daun. Pengukuran panjang dan lebar daun menggunakan penggaris. Pembuatan Preparat Sayatan Paradermal. Pembuatan preparat sayatan paradermal menggunakan metode whole mount (Sass 1951). Daun S. trifasciata diambil dari tiga bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung (Gambar 1), selanjutnya difiksasi dalam alkohol 70%. Setelah difiksasi, ketiga bagian daun tersebut dicuci dengan akuades dan direndam dalam asam nitrat 70% selama 20 menit. Potongan daun tersebut dibilas akuades, dilanjutkan dengan pengerikan bagian bawah (abaksial) atau bagian atas (adaksial) daun menggunakan silet. Hasil sayatan berupa lapisan tipis jaringan epidermis dicuci dengan kloroks, lalu dibilas dengan akuades hingga bersih. Jaringan epidermis tersebut direndam dalam pewarna safranin 1%, selanjutnya diletakkan di kaca preparat dengan ditambahkan sedikit gliserin lalu ditutup dengan cover glass. 3 Gambar 1 Posisi pengambilan daun untuk sayatan paradermal : (U) ujung, (T) tengah, dan (P) pangkal Pengamatan Preparat Sayatan Paradermal. Parameter yang diteliti adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop Olympus. Pengamatan kerapatan stomata dilakukan pada perbesaran 10 x 10, sedangkan indeks stomata dan ukuran stomata dilakukan pada perbesaran 10 x 40. Pengamatan dilakukan dengan 5 kali bidang pandang dengan 3 kali ulangan. Penentuan kerapatan stomata dan nilai indeks stomata menggunakan rumus Wilmer (1983): KS = Jumlah stomata Luas bidang pandang (mm 2 ) IS = Keterangan: KS : Kerapatan stomata IS : Indeks stomata Jumlah stomata Jumlah stomata + Jumlah sel epidermis x 100 Pembuatan Preparat Sayatan Transversal. Pembuatan preparat sayatan transversal mengunakan metode mikrotom beku. Daun S. trifasciata berukuran 0.5 x 1 cm diambil pada bagian ujung (Gambar 1) lalu difiksasi dengan alkohol 70%. Setelah difiksasi potongan daun dibilas dengan akuades lalu dibekukan

14 4 dengan melekatkannya pada holder mikrotom yang bergerak turun naik sehingga diperoleh sayatan dengan ukuran µm. Hasil sayatan dimasukkan ke dalam akuades, selanjutnya direndam dalam pewarna safranin 1%. Kemudian sayatan diletakkan di kaca preparat dengan ditambahkan sedikit gliserin, lalu ditutup dengan cover glass. Pengamatan Preparat Sayatan Transversal. Parameter yang diamati adalah tebal lapisan kutikula abaksial dan adaksial, tebal epidermis abaksial dan adaksial, tebal mesofil, dan tebal daun menggunakan mikroskop Olympus dengan perbesaran 10 x 40. Analisis Kandungan Klorofil S. trifasciata. Analisis kandungan klorofil S. trifasciata menggunakan metode Arnon (1949). Sebanyak 1 gram potongan daun bagian ujung ditumbuk dalam mortar sampai halus. Hancuran daun ditambah aseton 80%, kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam labu ukur dan ditambahkan aseton 80% hingga 50 ml. Sebanyak 5 ml ekstrak klorofil diambil dengan mikropipet dan dimasukkan kedalam labu ukur lalu ditambahkan aseton 80% hingga 25 ml. Ekstrak klorofil diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm sebanyak 3 kali pengulangan. Perhitungan kandungan klorofil menggunakan rumus sebagai berikut: Klorofil a = 12.7 x D x D 645 Klorofil b = 22.9 x D x D 663 Klorofil total = Klorofil a + Klorofil b Analisis Data. Analisis data menggunakan uji Duncan dengan menggunakan software Statistic Product and Service Solution (SPSS) 17.0 untuk menguji kandungan klorofil pada kelima kultivar S. trifasciata pada selang kepercayaan 99%. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Morfologi Daun S. trifasciata berkedudukan seperti roset yang mengelilingi batang semu. Batang semu membentuk rimpang, bulat, berwarna kuning oranye. Disebut batang semu karena sesungguhnya S. trifasciata tidak mempunyai batang (Stover 1983). Berdasarkan pengamatan kelima kultivar S. trifasciata yang diamati memiliki bentuk daun seperti pedang dan lanset (Tabel 1), sedangkan warna daun berbeda-beda antar kultivar (Gambar 2).

15 5 a b c d e Gambar 2 Morfologi lima kultivar Sansevieria trifasciata : (a). S. trifasciata cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S. trifasciata cv. African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S. trifasciata cv. Bantel s Sensation. Garis skala: 30 cm

16 6 S. trifasciata cv. Metalica (Gambar 2a) memiliki daun yang tebal dengan bentuk pedang, ujung daun meruncing, berwarna silver dengan garis-garis vertikal berwarna hijau, dengan 5-8 helai daun. S. trifasciata cv. Moonsine (Gambar 2b) memiliki daun yang tebal dengan bentuk lanset, ujung daun meruncing, berwarna silver hingga hijau tanpa corak dengan bagian tepi daun berwarna hijau gelap, dengan 4-7 helai daun. S. trifasciata cv. African Dawn (Gambar 2c) memiliki daun yang tebal dengan bentuk lanset, ujung daun meruncing, permukaan daun licin, berwarna hijau dengan corak berbintik-bintik putih hingga hijau dengan garis-garis hijau gelap dan bagian tepi daun berwarna pink blush, dengan 4-6 helai daun. S. trifasciata cv. 1 (Gambar 2d) memiliki daun yang tebal dengan bentuk lanset, ujung daun meruncing, berwarna hijau dengan garis-garis horizontal berwarna hijau gelap, dengan 4-6 helai daun. S. trifasciata cv. Bantel s Sensation (Gambar 2e) memiliki daun yang tebal dengan bentuk pedang, ujung daun meruncing, berwarna hijau gelap dengan garis-garis vertikal berwarna putih dengan 3-5 helai daun. Ukuran daun (Tabel 1) yang terpanjang terdapat pada S. trifasciata cv. African Dawn (64.2 ± 0.9 cm), sedangkan yang memiliki daun terpendek yaitu S. trifasciata cv. Moonsine (33.6 ± 0.2 cm). Ukuran lebar daun yang terbesar terdapat pada S. trifasciata cv. African Dawn (8.7 ± 0.4 cm), sedangkan ukuran lebar terkecil terdapat pada S. trifasciata cv. Bantel s Sensation (1.6 ± 0.7 cm). S. trifasciata cv. African Dawn memiliki ukuran panjang dan lebar terbesar dibandingkan kultivar lainnya. Penelitian Gunarno (2014) pada tanaman Rhoeo discolor menunjukkan bahwa semakin besar ukuran daun maka semakin baik dalam penyerapan polusi udara. Tabel 1 Ukuran panjang dan lebar daun S. trifasciata No Kultivar P a Ukuran daun (cm) L b P/L c Bentuk daun d 1 S. trifasciata cv. Metalica 52.3 ± ± Pedang 2 S. trifasciata cv. Moonsine 33.6 ± ± Lanset 3 S. trifasciata cv. African Dawn 64.2 ± ± Lanset 4 S. trifasciata cv ± ± Lanset 5 S. trifasciata cv. Bantel s Sensation 63.3 ± ± Pedang Keterangan : nilai merupakan hasil rerata pengukuran; a: panjang daun, b: lebar daun, c: perbandingan panjang dan lebar daun, d: sumber Simpson MG (2006). Karakter Anatomi Sayatan Paradermal Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas pada tanaman. Stomata merupakan modifikasi epidermis berupa pori yang diapit oleh sel penjaga yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga. Berdasarkan pengamatan sayatan paradermal, stomata kelima kultivar S. trifasciata dapat dijumpai pada sisi permukaan bawah (abaksial) maupun permukaan atas (adaksial) daun. Keadaan stomata yang demikian disebut bersifat amfistomatik (Fahn 1990). Kelima kultivar S. trifasciata memiliki tipe stomata tetrasitik yang dicirikan dengan empat sel tetangga yang tegak lurus dan sejajar mengelilingi stomata (Stern et al. 1994). Stomata kelima kultivar S. trifasciata

17 yang diamati memiliki bentuk ginjal (Gambar 3). Sebaran stomata tunggal terdapat pada semua kultivar S. trifasciata yang diamati, namun pada kultivar S. trifasciata cv. Moonsine, selain stomata tunggal juga dijumpai stomata yang berkelompok (Gambar 4). Epidermis kelima kultivar S. trifasciata berbentuk poligonal dengan 4 hingga 6 sisi yang berdinding tipis. Kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki sel epidermis yang lebih rapat karena ukuran lebar sel epidermis bagian abaksial dan adaksial lebih kecil dibandingkan kultivar lainnya, sedang S. trifasciata cv. African Dawn memiliki sel epidermis bagian abaksial dan adaksial lebih besar dibandingkan kultivar lainnya (Gambar 5 dan Gambar 6). 7 Gambar 3 Stomata berbentuk ginjal pada S. trifasciata. Garis skala: 50 µm Gambar 4 Sebaran stomata : (a). tunggal dan (b). berkelompok pada S. trifasciata cv. Moonsine. Garis skala: 100 µm

18 8 Gambar 5 Struktur epidermis abaksial daun lima kultivar S. trifasciata : (a). S. trifasciata cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S. trifasciata cv. African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S. trifasciata cv. Bantel s Sensation. Garis skala: 50 µm

19 9 Gambar 6 Struktur epidermis adaksial daun lima kultivar S. trifasciata: (a). S. trifasciata cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S. trifasciata cv. African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S. trifasciata cv. Bantel s Sensation. Garis skala: 50 µm Parameter yang digunakan dalam pengamatan sayatan paradermal meliputi kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran stomata. S. trifasciata merupakan tanaman darat sehingga kerapatan stomata kelima kultivar S. trifasciata pada bagian abaksial daun memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan bagian adaksial daun (Tabel 2). Tanaman dikotil dan monokotil yang hidup di daratan memiliki stomata lebih banyak pada bagian abaksial (Haryanti 2010). Semakin tinggi jumlah kerapatan stomata, semakin tinggi pula potensi tanaman Felicium decipiens, Pithecelobium dulce, dan Michellia champaca menyerap logam berat atau partikel di udara (Fakuara 1996). Diantara kelima kultivar S. trifasciata, kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki kerapatan stomata yang paling tinggi, hal ini didukung dengan sebaran stomata yang

20 10 berkelompok. Sedangkan kultivar S. trifasciata cv. Bantel s Sensation memiliki kerapatan stomata paling rendah (Tabel 2). Indeks stomata (Tabel 2) kelima kultivar S. trifasciata yang tinggi juga dapat dijumpai pada bagian abaksial dibandingkan pada bagian adaksial. Indeks stomata pada bagian tengah daun umumnya memiliki nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan bagian pangkal dan ujung. Bagian tengah daun memiliki nilai tertinggi dikarenakan meristem terdapat pada bagian pangkal sehingga sel epidermis bagian pangkal masih mengalami pembelahan, sedang bagian tengah sudah memiliki bentuk yang konsisten, dan bagian ujung daun sedikit mengalami kerusakan. Tabel 2 Kerapatan stomata dan Indeks stomata sayatan paradermal lima kultivar S. trifasciata Kerapatan stomata Indeks stomata No Kultivar Posisi ( stomata/mm 2 ) Abaksial Adaksial Abaksial Adaksial 1 S. trifasciata cv. Metalica Pangkal Tengah Ujung Rataan 13.5 ± ± ± ± S. trifasciata cv. Moonsine Pangkal Tengah Ujung Rataan 48.1 ± ± ± ± S.trifasciata cv. African Dawn Pangkal Tengah Ujung Rataan 14.5 ± ± ± ± S. trifasciata cv. 1 Pangkal Tengah Ujung Rataan 15.4 ± ± ± ± S. trifasciata cv. Bantel s Sensation Pangkal Tengah Ujung Rataan 5.9 ± ± ± ± 0.5 Hasil rataan indeks stomata menunjukkan jenis S. trifasciata cv. Moonsine memiliki nilai indeks tertinggi sedangkan S. trifasciata cv. Bantel s sensation memiliki nilai indeks terendah. Stomata berfungsi sebagai tempat utama bagi polutan untuk melakukan penetrasi terhadap tanaman (Dickison 2000). Respon tanaman terhadap polutan dapat berupa peningkatan jumlah sel epidermis dan stomata. Peningkatan indeks stomata terjadi pada tumbuhan yang diletakkan ditempat dengan konsentrasi polutan yang cukup tinggi (Susanti 2004). Kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki jumlah sel epidermis per satuan luas yang lebih tinggi karena ukuran lebar sel epidermis terlihat lebih kecil dibandingkan kultivar lainnya (Gambar 5 dan Gambar 6). Indeks stomata merupakan jumlah stomata dibagi dengan jumlah stomata ditambah jumlah sel epidermis. Jika jumlah sel epidermis tinggi seharusnya nilai indeks stomata kecil, tetapi untuk kultivar ini tetap tinggi. Hal ini dikarenakan kultivar ini memiliki jumlah stomata yang sangat tinggi.

21 Kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki kerapatan stomata dan nilai indeks stomata tertinggi. Kerapatan dan indeks stomata dapat digunakan sebagai bioindikator dan biomonitoring kualitas udara. Semakin tinggi kerapatan dan indeks stomata, maka semakin baik tanaman dalam penyerapan polusi udara (Balasooriya et al. 2008). Oleh karena itu, S. trifasciata cv. Moonsine diduga memiliki kemampuan yang baik dalam penyerapan polusi udara dibandingkan kultivar lainnya. Tabel 3 Ukuran stomata sayatan paradermal lima kultivar S. trifasciata Ukuran stomata (µm) No Kultivar Posisi Abaksial Adaksial Panjang Lebar Panjang Lebar 1 S. trifasciata cv. Pangkal Metalica Tengah Ujung S. trifasciata cv. Moonsine 3 S. trifasciata cv. African Dawn Rataan 41.8 ± ± ± ± 2.4 Pangkal Tengah Ujung Rataan 41.5 ± ± ± ± 2.6 Pangkal Tengah Ujung Rataan 40.1 ± ± ± ± S. trifasciata cv. 1 Pangkal Tengah Ujung Rataan 41.8 ± ± ± ± S. trifasciata cv. Bantel s Sensation Pangkal Tengah Ujung Rataan 43.6 ± ± ± ± 1.2 Ukuran panjang stomata dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kurang panjang (< 20 µm), panjang (20-25 µm), dan sangat panjang (>25 µm) (Agustini et al. 1999). Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 3) yang diamati ukuran panjang stomata kelima kultivar S. trifasciata termasuk kategori sangat panjang. Bagian abaksial daun kelima kultivar memiliki ukuran panjang stomata yang lebih tinggi dibandingkan bagian adaksial daun. Sedang berdasarkan posisi daun bagian tengah daun kultivar memiliki nilai ukuran panjang stomata tertinggi. S. trifasciata cv. Bantel s Sensation merupakan kultivar yang memiliki ukuran panjang dan lebar stomata tertinggi dibandingkan ukuran kultivar lainnya. Ukuran panjang stomata yang meningkat merupakan indikasi adaptasi tanaman terhadap pencemar udara. Tanaman yang tumbuh di lingkungan terpolusi cenderung akan mempertahankan dirinya dengan meningkatkan ukuran stomata (Muud dan Kozlowski 1975). Ukuran panjang stomata yang meningkat ini sangat membantu dalam penyerapan CO 2 untuk fotosintesis. Selain itu, ukuran stomata dapat digunakan sebagai bioindikator dan biomonitoring udara. Semakin besar ukuran stomata maka akan semakin baik dalam penyerapan polusi udara (Balasooriya et al. 2008). 11

22 12 Sayatan Transversal Hasil penelitian sayatan transversal menunjukkan bahwa daun S. trifasciata terdiri dari lapisan kutikula atas, lapisan epidermis atas, jaringan mesofil, lapisan epidermis bawah, dan lapisan kutikula bawah. S. trifasciata memiliki jaringan mesofil yang tidak bisa dibedakan atas jaringan palisade atau jaringan bunga karang, karena mesofil tersusun atas jaringan parenkim dengan struktur yang sama (Gambar 7). Gambar 7 Sayatan transversal daun lima kultivar S. trifasciata: (a). S. trifasciata cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S. trifasciata cv. African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S. trifasciata cv. Bantel s Sensation, (Ka) Kutikula adaksial, (Kb) Kutikula abaksial, (Ea) Epidermis adaksial, (Eb) Epidermis abaksial, (M) Mesofil. Garis skala: 700 μm

23 Kutikula merupakan pertahanan pertama daun terhadap bahan-bahan pencemar yang masuk melalui daun karena letaknya yang berada paling luar dari lapisan epidermis. Modifikasi pada tebal kutikula merupakan respon untuk mengurangi transpirasi dan reaksi tanaman terhadap masuknya bahan pencemar. Bahan pencemar udara dapat meningkatkan tebal kutikula pada Glycine max sebagai bentuk pertahanannya (Weryszko dan Hwil 2005). Tabel 4 menunjukkan lapisan kutikula pada kelima kultivar S. trifasciata pada bagian adaksial lebih tebal dibandingkan bagian abaksial. Diantara kelima kultivar tersebut, S. trifasciata cv. Moonsine memiliki lapisan kutikula sisi adaksial dan abaksial yang paling tebal (20.0 ± 0.5 μm dan 11.3 ± 0.3 μm) dibandingkan dengan kultivar lainnya. Tabel 4 Ketebalan lapisan penyusun daun berdasarkan sayatan transversal lima kultivar S. trifasciata Kultivar Ketebalan (µm) S. trifasciata cv. Metalica S. trifasciata cv. Moonsine S. trifasciata cv. 1 S. trifasciata cv. African Dawn 13 S. trifasciata cv. Bantel s sensation Kutikula Abaksial 7.7 ± ± ± ± ± 0.5 Adaksial 8.8 ± ± ± ± ± 0.3 Epidermis Abaksial 27.2 ± ± ± ± ± 0.3 Adaksial 31.0 ± ± ± ± ± 4.2 Mesofil ± ± ± ± ± 5.7 Daun ± ± ± ± ± 9.8 Epidermis merupakan jaringan tumbuhan yang paling luar, berfungsi untuk melindungi bagian dalam jaringan tumbuhan. Epidermis pada kelima kultivar S. trifasciata tersusun atas satu lapis sel. Kelima kultivar S. trifasciata memiliki epidermis bagian adaksial yang lebih tebal dibandingkan bagian abaksial. Kultivar S. trifasciata (Tabel 4) menunjukkan S. trifasciata cv. Moonsine memiliki lapisan epidermis sisi adaksial dan abaksial yang lebih tebal (34.2 ± 0.8 μm dan 28.5 ± 1.0 μm) dibandingkan kultivar lainnya. Mesofil merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis, karena sel-sel dijaringan ini banyak mengandung klorofil. Tebal mesofil kelima kultivar S. trifasciata berkorelasi dengan tebalnya daun, semakin tebal daun maka semakin tebal mesofil (Tabel 4). Diantara kelima kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki lapisan mesofil yang paling tebal ( ± 5.7 μm) dibandingkan dengan jenis kultivar lainnya. Penurunan mesofil terjadi pada daerah yang tercemar dibandingkan daerah yang tidak tercemar. Hal ini terjadi dalam usaha tanaman untuk mempertahankan diri (Stevovic et al. 2010). Seperti umumnya tanaman sukulen yang banyak menyimpan air, Sansevieria memiliki daun yang tebal. Ketebalan daun kelima S. trifasciata yang diteliti memiliki variasi dari 1788 μm μm (Tabel 4). Kultivar S. trifasciata cv. African Dawn memiliki ketebalan daun terendah dibandingkan kultivar lainnya. Semakin tebal daun maka penyerapan akan semakin rendah. Hal ini diduga karena semakin tebal daun maka lapisan jaringan daun juga tebal sehingga menyebabkan gas pencemar sulit menembus jaringan daun dan masuknya gas pencemar relatif rendah atau gas yang terserap daun relatif kecil (Patra 2002).

24 14 Oleh karena itu, daun yang tipis akan menyebabkan gas pencemar mudah terserap. Sehingga dibandingkan kultivar lainnya S. trifasciata cv. African Dawn dengan ketebalan daun terendah juga memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap gas pencemar. Analisis Klorofil Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyerap cahaya dalam kegiatan fotosintesis yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil analisis kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total dapat dilihat pada Gambar 8. ANOVA menunjukkan beda nyata antar kultivar pada selang kepercayaan sebesar 99%. Uji nilai Duncan selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat dari Gambar 8 kultivar S. trifasciata cv. African Dawn memiliki nilai kandungan klorofil tertinggi. Semakin tinggi kandungan klorofil pada tanaman maka semakin tinggi laju fotosintesisnya. Semakin dekat tanaman dengan sumber kadar gas buang kendaraan bermotor, klorofil akan mengalami degradasi yang semakin besar, sehingga kadarnya menjadi semakin rendah (Solichatun dan Anggarwulan 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara mengakibatkan menurunnya pertumbuhan dan tingkat produktivitas tanaman yang diikuti pula dengan beberapa gejala yang tampak. Kerusakan tanaman karena pencemaran udara berawal dari tingkat biokimia, selanjutnya tingkat ultrastruktural, kemudian tingkat sel (dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya gejala pada jaringan daun seperti klorosis dan nekrosis (Malhotra dan Khan dalam Treshow dan Anderson (1989)). Kadar klorofil pada daun tanaman Pterocarpus indicus dan Swietenia mahagoni dapat digunakan sebagai indikator penyerap polusi udara. Kadar klorofil akan menurun dengan meningkatnya kadar partikel pencemaran udara (Karliansyah 1999). Oleh karena itu, S. trifasciata cv. African Dawn diduga memiliki kemampuan yang baik dalam mempertahankan diri dalam lingkungan yang berpolusi. Gambar 8 Kandungan klorofil lima kultivar S. trifasciata : ( ) klorofil a, ( ) klorofil b, dan ( ) klorofil total

25 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pengamatan karakter morfologi panjang dan lebar daun S. trifasciata cv. African Dawn memiliki ukuran terbesar. Karakter anatomi berdasarkan kerapatan dan indeks stomata tertinggi terdapat pada cv. Moonsine. S. trifasciata cv. Bantel s Sensation memiliki ukuran stomata tertinggi. Lapisan kutikula dan epidermis bagian adaksial lebih tinggi dibandingkan bagian abaksial. S. trifasciata cv. Moonsine memiliki mesofil dan tebal daun tertinggi. Kultivar African Dawn memiliki nilai kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total tertinggi yang berbeda nyata pada selang kepercayaan sebesar 99% dibandingkan kultivar lainnya.. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada kultivar S. trifasciata lainnya dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil daun untuk mengetahui kemampuannya dalam menyerap polusi udara. DAFTAR PUSTAKA Agustini, Nurisjah S, Sulistyaningsih YC Identifikasi ciri arsitekturis dan kerapatan stomata 25 jenis pohon suku Leguminosae untuk elemen lanskap tepi jalan. Bul Taman dan Lanskap Indonesia 2(1): 2-6. Arnon DI Cooper enzymes in isolated chloroplast, polyphenol oxidase in Beta vulgaris. Plant Physiol 24(1): Backer CA, Bakhuizen VDB Flora of Java Volume III. Groningen (DC) : NV. P. Nhordhoof Groningen. Balasooriya BLWK, Samson R, Mbikwa F, Vitharana UWA, Boeckx P Biomonitoring of urban habitat quality by anatomical and chemical leaf characteristics. Environ and Experimen Botany 65(2): Dickison WC Integrative Plant Anatomy. New York (USA): John Wiley & Sons. Fahn A Plant Anatomy 4th Ed. New York (US): Pergamon Pr. Fakuara Y Studi toleransi tanaman peneduh jalan kemampuan dalam mengurangi polusi udara. Jurnal Penelitian dan Karya Universitas Trisakti 2 (7):

26 16 Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Crop Physiology. Gunarno Pengaruh pencemaran udara terhadap luas daun dan jumlah stomata daun Rhoeo discolor. [Internet]. [diunduh 1 Januari 2015]. Tersedia pada: Haryanti S Jumlah dan Distribusi stomata pada daun beberapa spesies tanaman dikotil dan monokotil. Bul Anatomi dan Fisiologi 18(2): 1-8. Karliansyah NSW Klorofil daun Angsana dan Mahoni sebagai bioindikator pencemaran udara. Jurnal Lingkungan & Pembangunan. 19(4): Muud JB, Kozlowski TT Responses of Plants to Air Pollution. London (UK): Academic Pr. Patra AD Faktor tanaman dan Faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap polutan gas NO 2. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purwanto AW Sansevieria Flora Cantik Penyerap Racun. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sass JE Botanical Microtechnique. Iowa (US): The Iowa State College Pr. Simpson MG Plant Systematics. Canada: Elsevier Academic Pr. Smith WH Air Pollution and Forest : Interaction Between Air Contaminants and Forest Ecosystems. New York (US): Springer-Verlag. Solichatun, Anggarwulan E Kajian klorofil dan Karotenoid Plantago major L. dan Phaseolus vulgaris L. sebagai bioindikator kualitas udara. Jurnal Biodiversitas 8(4): Starkman ES Combustion Generated Air Polution. New York (US): Plenum Pr. Stern WL, Morris, Judd WS Anatomy of the thick leaves in Dendrobium section rhizobium (Orchidaceae). International Journal of Plant Science 155(6): Stevovic S, Mikovilovic VS, Dragosavac DC Environmental impact on morphological and anatomical structure of Tansy. African Journal of Biotechnology 9(16): Stover H The Sansevieria Book. California (US): Endangered Species Pr. Susanti E Stomata sebagai bioindikator pencemaran udara sektor transportasi. [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Treshow M, Anderson FK Plant Stress from Air Pollution. New York (USA): Ltd. Chichester. Weryszko CE, Hwil M Lead induced histological and ultrastructural changes in the leaves of soybean (Glycine max (L) Merr). Soil Science and Plant Nutrition 51: Wilmer CM Stomata. London (UK): Longman Group Limited. Yulianti D, Ikhsan M, Wiyono WH Sick Building Syndrome. CDK 39(1):

27 17 Lampiran 1 ANOVA dan hasil uji Duncan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total Tabel 1. Hasil analisis kandungan klorofil a Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Hitung P Keragaman Kuadarat Bebas tengah Perlakuan Galat Total Tabel 2. Hasil analisis kandungan klorofil b Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Hitung P Keragaman Kuadarat Bebas tengah Perlakuan Galat Total Tabel 3. Hasil analisis kandungan klorofil total Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Hitung P Keragaman Kuadarat Bebas tengah Perlakuan Galat Total Tabel 4 Analisis uji Duncan pada klorofil a, klorofil b, dan klorofil total Kultivar Klorofil a (mg/g) Klorofil b (mg/g) Klorofil Total (mg/g) S.trifasciata cv. Metalica 17.5 d 5.75 c c S.trifasciata cv. Moonsine 22.5 bc 17.5 b 40 b S.trifasciata cv. African Dawn a 27.5 a a S.trifasciata cv b 17.5 b b S.trifasciata cv. Bantel s Sensation cd bc 30 c

28 18 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 2 Juni 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sutrisno dan Suminem. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 09 Pagi Jakarta Timur lulus pada tahun Tahun 2007 penulis lulus dari SMP Negeri 91 Jakarta Timur. Kemudian pendidikan penulis dilanjutkan ke SMA Negeri 58 Jakarta Timur dan lulus tahun Penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih program mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam kegiatan Organisasi di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) sebagai sekretaris periode di divisi Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) dan sebagai ketua divisi Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) periode Selain itu penulis juga aktif sebagai panitia berbagai acara, sebagai staf divisi konsumsi Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB) tahun 2011, staf divisi Temu Bisnis FMIPA tahun 2012, PJK MPD Biologi tahun 2012, dan staf divisi dana usaha LCTB tahun Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Biologi Cendawan dan Fisiologi Tumbuhan tahun Penulis melaksanakan kegiatan studi lapang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), dengan judul Keragaman Liken di Kebun Raya Cibodas pada tahun Penulis juga melaksanakan kegiatan praktik lapang di PT Frisian Flag, dengan judul Uji Kualitas Susu Segar Sebagai Bahan Baku Produk Susu PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas-Jakarta Timur pada tahun 2013.

Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata.

Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata. Jurnal Sumberdaya Hayati Juni 2015 Vol. 1 No. 2, hlm 34-40 Available online at: http://biologi.ipb.ac.id/jurnal/index.php/jsdhayati Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar

Lebih terperinci

Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata

Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata Jurnal Sumberdaya HAYATI Juni 2015 Vol. 1 No. 2, hlm 34-40 Available online at: http://biologi.ipb.ac.id/jurnal/index.php/jsdhayati Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Tanaman

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR [Growth and

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) ANTARA DAERAH KEDUNGHALANG KOTA BOGOR DENGAN DAERAH CIAPUS KABUPATEN BOGOR Wahyu Hening Kartiko, Ismanto, Sri Wiedarti

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b).

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b). BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Gunung Merapi meletus pada tanggal 26 Oktober 2010. Letusan gunung ini mengeluarkan gas dan materi vulkanik. P2PL (2010) melaporkan bahwa letusan Gunung Merapi mengeluarkan berbagai

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG

KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG Nor Elina 1, Fitmawati 2, Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Biologi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN Wina Dyah Puspita Sari dan Herkules Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Stomata DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Udara Lokasi Penelitian Data kulitas udara kota Yogyakarta dan Solo diambil dari Badan Lingkungan Hidup masing-masing kota (Lampiran 5 8). Kemudian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, serta meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan jasa angkutan umum sebagai sarana transportasi,

Lebih terperinci

MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG. Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri

MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG. Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT KACANG HIJAU DAN AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN Sansevieria trifasciata SKRIPSI

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT KACANG HIJAU DAN AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN Sansevieria trifasciata SKRIPSI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT KACANG HIJAU DAN AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN Sansevieria trifasciata SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

AKUMULASI TIMBAL (PB) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (CODIAEUM VARIEGATUM)

AKUMULASI TIMBAL (PB) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (CODIAEUM VARIEGATUM) AKUMULASI TIMBAL (PB) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (CODIAEUM VARIEGATUM) Susi Sulistiana 1* & Ludivica Endang Setijorini 2 Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Terbuka,Tangerang Selatan 1*, 2 Email:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume)

AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume) AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume) ACCUMULATION OF LEAD (Pb) AND STRUCTURE OF LEAF STOMATA CROTON (Codiaeum variegatum Lam. Blume) Susi Sulistiana*

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat 25 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan restorasi resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa daerah di Jawa Timur yang mengalami perkembangan yang pesat dari sektor industri salah satunya di Kecamatan Ngoro. Jumlah perusahaan industri pengolahan di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN. DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN. DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI Jl. Ki AgengGiring 3 Telp / Fax (0274) 391158 Wonosari Gunungkidul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan. Ulangan I II III

Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan. Ulangan I II III Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan 1.1. Data Persentase Perkecambahan (%) A0 B0 C0 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C1 66.67 66.67 100.00 233.34 77.78 B1 C0 100.00 100.00 100.00 300.00

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi sebagai tulang punggung manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan September sampai November 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA SKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA Oleh : BOVI RAHADIYAN ADITA CRISTINA 07502010028 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Tabel 5.1 Angka Rata-rata Hasil Reduksi CO 2 KODE RATA- REDUKS RATA (ppm) (ppm) A1 33 A A2 31 31.67 A3 31 B1 54 B B2 46 49.67 B3 49 C1 78 C C2 75 72.33 C3 64 D1 101 D D2 108

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude

Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude Abstract A research on the Anatomical Adaptation of Soybean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial, dengan faktor I varietas kedelai dan faktor II tingkat ketersediaan

Lebih terperinci

STUDI KARAKTER FISIOLOGI DAN ANATOMI SAMBUNG NYAWA (Gyanura procumbens (L) Merr.) YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B

STUDI KARAKTER FISIOLOGI DAN ANATOMI SAMBUNG NYAWA (Gyanura procumbens (L) Merr.) YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B STUDI KARAKTER FISIOLOGI DAN ANATOMI SAMBUNG NYAWA (Gyanura procumbens (L) Merr.) YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B OLEH BHASKORO DWI WIDHIANTO A24052444 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUN SAWI (Brassica juncea L.) Morfogenesis Tumbuhan - Yudrik Lathif Universitas Negeri Malang 2016

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUN SAWI (Brassica juncea L.) Morfogenesis Tumbuhan - Yudrik Lathif Universitas Negeri Malang 2016 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUN SAWI (Brassica juncea L.) Morfogenesis Tumbuhan - Yudrik Lathif Universitas Negeri Malang 2016 Latar Belakang Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman penghasil kayu berkualitas tinggi dari familli Fabaceae, kayunya tergolong keras dan berat, tinggi mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kandungan Klorofil dan Udara Ambien Berdasarkan Tabel 1, terdapat kecenderungan peningkatan kandungan klorofil seiring dengan jauhnya stasiun dari pabrik. Semakin jauh lokasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan Agus Salim) dari Hotel Astro sampai di perempatan lampu merah Jalan Rambutan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BENTUK SEL EPIDERMIS STOMATA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine soja) PADA TINGKAT NAUNGAN YANG BERBEDA

BENTUK SEL EPIDERMIS STOMATA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine soja) PADA TINGKAT NAUNGAN YANG BERBEDA BENTUK SEL EPIDERMIS STOMATA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine soja) PADA TINGKAT NAUNGAN YANG BERBEDA STOMATA EPIDERMIC CELL FORM IN SOYBEAN PLANT (Glycine soja) AT A DIFFERENT LEVEL SHADE Eka Sugianti 1,

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR ANATOMI DAUN

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR ANATOMI DAUN Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2017 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR ANATOMI DAUN

Lebih terperinci

PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU. Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii)

PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU. Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii) PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU Aquilaria spp. DAN Gyrinops versteegii (Differences in Anatomical Structure of Agarwood-Producing Plants from Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang begitu pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah alat transportasi.

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan cadangan makanan Susunan anatomis akar dikotil

Lebih terperinci

.- MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN DALAM MENYERAP POLUTAN GAS NOz

.- MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN DALAM MENYERAP POLUTAN GAS NOz FAKTOR TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG.- MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN DALAM MENYERAP POLUTAN GAS NOz OLEH : ASTRA DWI PATRA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ASTRA DWI PATRA.

Lebih terperinci

KERAPATAN STOMATA DAN KADAR KLOROFIL TUMBUHAN CLAUSENA EXCAVATA BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA

KERAPATAN STOMATA DAN KADAR KLOROFIL TUMBUHAN CLAUSENA EXCAVATA BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA KERAPATAN STOMATA DAN KADAR KLOROFIL TUMBUHAN CLAUSENA EXCAVATA BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA Ruly Budiono 1, Dini Sugiarti 2, Mohamad Nurzaman 3, Tia Setiawati 4, Titin Supriatun 5, Asep Zainal

Lebih terperinci

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA oleh Purwati A34404015 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Lebih terperinci

ANGSANA (Pterocarpus indicus) SEBAGAI BIOINDIKATOR UNTUK POLUSI DI SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS. Abstract

ANGSANA (Pterocarpus indicus) SEBAGAI BIOINDIKATOR UNTUK POLUSI DI SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS. Abstract ANGSANA (Pterocarpus indicus) SEBAGAI BIOINDIKATOR UNTUK POLUSI DI SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS Waryanti 1, Irawan Sugoro 2*, Dasumiati 1 1 Program Studi Biologi FST Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Seminar Sidang Proposal Tugas Akhir Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Oleh : Andika Wijaya Kusuma 3307100081 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Driyarkara menyatakan pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau azasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan bahwa dimana ada kehidupan manusia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Diterima 2 April 2011, diterima untuk dipublikasikan 26 Juli 2011.

Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Diterima 2 April 2011, diterima untuk dipublikasikan 26 Juli 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae Yulanda Rompas 1), Henny L Rampe 2)*, Marhaenus J Rumondor 2) 1) Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Praktikum Fisiologi Tumbuhan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengaruh Luas Daun Terhadap Kecepatan Absorpsi Air Tanggal Praktikum : 29 Maret 2012 Tanggal Pengumpulan : 5 April 2012 Nama : Melin Amalia NIM : 1210702036 Semester : IV Kelas

Lebih terperinci

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Seminar Sidang Proposal Tugas Akhir Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN

Lebih terperinci

ANALISIS MIKROSKOPIS DAN VITAMIN SEMANGGI AIR Marsilea crenata Presl. (Marsileaceae) Oleh : WIDI SULISTIONO C

ANALISIS MIKROSKOPIS DAN VITAMIN SEMANGGI AIR Marsilea crenata Presl. (Marsileaceae) Oleh : WIDI SULISTIONO C ANALISIS MIKROSKOPIS DAN VITAMIN SEMANGGI AIR Marsilea crenata Presl. (Marsileaceae) Oleh : WIDI SULISTIONO C34051535 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu Hayati, Desember 1994, hlm. 32-36 ISSN 0854-8587 Vol. 1, No. 2 Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu YOHANA C. SULISTYANINGSM, DORLY, DAN HILDA AKMAL* Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1 1. Makhluk hidup yang dapat berfotosintesis adalah makhluk hidup... Autotrof Heterotrof Parasit Saprofit Kunci Jawaban : A Makhluk hidup autotrof

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen terdapat kontrol sebagai acuan antara keadaan awal dengan sesudah diberi

Lebih terperinci

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TIPE STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN XEROFIT (Euphorbia splendens), HIDROFIT (Ipomoea aquatica), DAN MESOFIT (Hibiscus rosa-sinensis)

IDENTIFIKASI TIPE STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN XEROFIT (Euphorbia splendens), HIDROFIT (Ipomoea aquatica), DAN MESOFIT (Hibiscus rosa-sinensis) Florea Volume 2 No. 2, Nopember 2015 (28-32) IDENTIFIKASI TIPE STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN XEROFIT (Euphorbia splendens), HIDROFIT (Ipomoea aquatica), DAN MESOFIT (Hibiscus rosa-sinensis) Raras Setyo Retno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN BEBERAPA SPESIES SANSEVIERIA IRANI AUGUSTINA SAMOSIR

KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN BEBERAPA SPESIES SANSEVIERIA IRANI AUGUSTINA SAMOSIR KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN BEBERAPA SPESIES SANSEVIERIA IRANI AUGUSTINA SAMOSIR DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 2, No. 2, April 2013

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 2, No. 2, April 2013 Studi Tanaman Penghijauan Glodokan Tiang (Polythea longifolia), Kasia Emas (Cassia surattensis), Kelapa (Cocos nucifera) sebagai Penyerap Emisi Gas Karbondioksida di Jalan PB. Sudirman Denpasar AGUSTINA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY

RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY Sumber Polutan dalam Rumah Sadar atau tidak selama ini kita hidup dikelilingi oleh sumber pencemaran udara. Pencemaran udara tidak

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku. 4 Tabel 1 Rancangan pemberian MeJA 750 mm secara berulang. Induksi / Pengamatan Perlakuan (hari ke-) Induksi 0 10 25 50 75 M1 * * * * M2 * * * M3 * * M4 * Keterangan : = pemberian * = pengamatan M1= Perlakuan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS Disusun oleh Nama : Muhammad Darussalam Teguh NIM : 12696 Golongan : B4 Asisten Koreksi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci