KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG"

Transkripsi

1 KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG Nor Elina 1, Fitmawati 2, Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia yong_ina@yahoo.co.id ABSTRACT The stomata density of sago increases along with sago growth. The highest starch production is found at nyorong stage. The spiny sago has higher starch production than unspiny sago, therefore it is necessary to characterize the leaf stomata at seedling and nyorong stage. Leaf samples of spiny and unspiny sago were taken from the base of the midrib of three different trees. The stomata observation of upper and lower epidermis of the young leaf was carried out at three different parts i.e. at the base, in the middle and at the tip of the leaf by making paradermal incisions. The result showed that the stomata density of seedling increased at the nyorong stage on both types of sago, however the highest stomata density was only found in the spiny sago. The stomata density showed a reduction from the base to the leaflet tip as well as leaf thickness. Key words: Nyorong, Sago (Metroxylon sago Rottb.), Seedling, Stomata anatomy, Quality of starch. ABSTRAK Densitas stomata sagu meningkat seiring dengan tahap pertumbuhan sagu. Pembentukan pati tertinggi terjadi pada tahap nyorong. Produktivitas sagu berduri lebih tinggi dari sagu tak berduri, sehingga perlu dilakukan karakterisasi anatomi stomata daun sagu pada tahap anakan dan nyorong. Sampel daun sagu berduri dan tak berduri diambil pada pelepah bagian pangkal dari tiga pohon yang berbeda. Pengamatan stomata dilakukan pada epidermis atas dan bawah dari anak daun yang dipotong menjadi bagian pangkal, tengah dan ujung dengan membuat sayatan paradermal. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan densitas stomata terjadi dari tahap anakan sampai ke tahap nyorong pada kedua jenis sagu, namun densitas stomata tertinggi terdapat pada sagu berduri. Perubahan 1

2 densitas stomata mengalami penurunan dari bagian pangkal menuju ke bagaian ujung leafleat seiring dengan berkurangnya ketebalan daun. Kata kunci: Anakan, Anatomi stomata, Mutu pati, Nyorong, Sagu (Metroxylon sagu Rottb.). PENDAHULUAN Kebutuhan akan pangan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, dan krisis ketersediaan pangan di Indonesia dapat menjadi ancaman yang sangat membahayakan jika tidak segera diatasi. Upaya untuk mengatasi ketersediaan pangan salah satunya adalah dengan melakukan diversifikasi pangan dan memanfaatkan sumber daya pangan lokal. Sumber daya pangan lokal yang dapat dijadikan alternatif usaha diversifikasi pangan adalah pati dari pohon sagu (Metroxylon sagu). Pati sagu diperoleh dari ekstrak empulur batang sagu yang merupakan hasil dari proses fotosintesis. Salah satu faktor yang terlibat dalam siklus fotosintesis yaitu stomata. Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki areal perkebunan sagu terluas di Provinsi Riau, mencapai Ha dari total luas perkebunan sagu Riau pada tahun 2001 yaitu Ha. Pulau Padang merupakan salah satu pulau yang memiliki luas areal sagu terbesar di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu seluas Ha (Purnimasari 2010). Rahayu (2012) menyampaikan bahwa berdasarkan analisis korelasi Pearson, karakter morfologi yang berkolerasi cukup kuat adalah pucuk merah pada anakan yang dapat digunakan sebagai penanda seleksi anakan sagu karena karakter ini berkolerasi dengan tinggi tanaman dan jumlah leafleat. Karakter morfologi ini perlu dilanjutkan melalui analisis stomata leafleat pada tahap anakan dan nyorong. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga Desember Sampel daun diambil dari perkebunan sagu pada habitat kilang manis di Desa Bagan Melibur Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Daun sagu pada tahap anakan diambil ketika anakan sagu berumur 2 tahun dan daun sagu nyorong diambil ketika pohon sagu berumur 10 tahun. Sampel daun diambil pada 3 pohon yang berbeda untuk jenis sagu berduri dan 3 pohon berbeda untuk jenis sagu tak berduri pada tahap anakan dan nyorong. Pada setiap pohon diambil anak daun pangkal pada pelepah bagian pangkal. Anak daun tersebut dipotong menjadi tiga bagian, sehingga didapat 72 preparat yang terdiri atas 36 preparat permukaan abaksial dan 36 preparat permukaan adaksial daun. Pengamatan stomata dilakukan dengan membuat sayatan paradermal yang diwarnai dengan safranin 0,01% dalam aquades (Sass 1951). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variances (ANOVA). Hasil analisis ragam yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) taraf uji 5%. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 16. 2

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Anatomi Stomata Daun Sagu Karakterisasi anatomi stomata dilakukan pada tahap pertumbuhan anakan dan nyorong dari dua jenis sagu berbeda yakni sagu berduri dan tak berduri. Pengamatan dilakukan pada epidermis atas (adaksial) dan epidermis bawah (abaksial) karena stomata terdapat pada kedua epidermis daun sagu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tipe stomata tanaman sagu adalah tetrasiklik karena panjang poros sel tetangga sejajar dengan porus stomata (Gambar 1). Stomata daun sagu memiliki sel penutup berbentuk halter yaitu sel penjaga yang memanjang, menyempit pada bagian tengah dan menggembung pada bagian ujung. Epidermis Sel tetangga Sel penutup Porus Gambar 1. Stomata daun sagu Densitas Stomata Daun Sagu dalam Satu leafleat Jumlah stomata daun sagu dalam satu leaflet mengalami penurunan dari bagian pangkal daun menuju ke bagian ujung daun sehingga densitas stomata yang dihasilkan juga berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Rerata Densitas Stomata Sagu Bagian Pangkal, Tengah dan Ujung dalam satu leaflet. Epidermis Atas (Adaksial) Bagian Leafleat 50 µm Anakan (/mm 2 ) Nyorong (/mm 2 ) Anakan Tak (/mm 2 ) Nyorong Tak (/mm 2 ) Ujung 16,43 a 121,40 a 14,17 a 89,56 a Tengah 26,07 b 185,95 b 23,23 b 131,51 b Pangkal 43,08 c 225,07 c 31,73 c 181,41 c Bawah Ujung 79,93 a 513,04 a 35,15 a 454,64 a (Abaksial) Tengah 123,03 b 640,60 b 70,31 b 527,77 b Pangkal 162,70 c 681,97 c 130,37 c 574,25 c Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5%. 3

4 Stomata daun sagu bagian pangkal, tengah dan ujung ditemukan pada permukaan abaksial dan adaksial, adaptasi ini akan meminimalkan kehilangan air yang lebih cepat melalui stomata pada permukaan adaksial daun yang terkena matahari. Meskipun memiliki stomata pada kedua permukaan, densitas stomata daun sagu lebih besar pada permukaan abaksial. Hal ini dikuatkan oleh Campbell et al. (1999) melalui pernyataan bahwa, pada sebagian besar tumbuhan, stomata lebih banyak di permukaan bawah daun dibandingkan dengan permukaan atas. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf uji 5% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara bagian pangkal, tengah dan ujung dalam satu leaflet dari kedua jenis sagu berbeda pada tahap pertumbuhan yang berbeda. Hal ini membuktikan bahwa densitas stomata semakin menurun dari bagian pangkal sampai bagian ujung daun seiring menurunnya ketebalan daun (Gambar 2). Pernyataan ini didukung oleh Omori et al., (2000) bahwa besarnya densitas stomata pada kedua permukaan anak daun cenderung menurun dari pangkal daun sampai bagian ujung daun. 50 µm 50 µm 50 µm a Gambar 2. Stomata daun sagu (a) bagian pangkal, (b) bagian tengah dan (c) bagian ujung. Densitas stomata pada tahap anakan lebih kecil dibandingkan densitas stomata pada tahap nyorong (Tabel 1 dan Gambar 3). Hal ini menandakan bahwa terjadi penambahan jumlah stomata pada kedua permukaan di bagian pangkal, tengah dan ujung untuk kedua jenis sagu tersebut sehingga densitas stomata mengalami peningkatan. Diduga peningkatan densitas stomata pada kedua permukaan daun terjadi sejak anakan sagu berumur sekitar 2 tahun dan masih tetap meningkat selama tahap pembentukan batang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan terhadap stomata daun sagu oleh Omori et al. (2000) yang mengatakan bahwa densitas stomata abaksial meningkat dari umur sagu 1-3 tahun ( /mm 2 ) dan meningkat secara perlahan (1000/mm 2 ) pada umur 5 tahun yakni pada tahap pembentukan batang. Pada permukaan adaksial, densitas stomata juga meningkat bersamaan dengan umur sagu, tetapi densitas permukaan adaksial (50-120/mm 2 ) lebih kecil dari pada permukaan abaksial ( /mm 2 ). b c 4

5 50 µm 50 µm a b 50 µm 50 µm c d Gambar 3. Stomata daun sagu pada tahap (a) anakan dan (b) nyorong berduri; (c) anakan dan (d) nyorong tak berduri. Densitas stomata tertinggi pada tahap anakan dan nyorong dimiliki oleh jenis sagu berduri. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan pada ketiga bagian daun (pangkal, tengah dan ujung), anakan berduri memiliki densitas stomata yang lebih tinggi dibandingkan anakan tak berduri. Begitu juga pada tahap nyorong, nyorong berduri memiliki densitas stomata yang lebih tinggi dibandingkan nyorong tak berduri. Tingginya densitas stomata tergantung dari banyaknya jumlah stomata pada daun. Dari hasil pengamatan, jenis sagu berduri memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis sagu tak berduri. Banyaknya jumlah stomata pada jenis sagu berduri membuat densitas stomata meningkat sehingga hasil fotosintesis juga mengalami peningkatan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahayu (2012) di lokasi yang sama dan mendapatkan hasil bahwa produktivitas pati dari jenis sagu berduri (21,05/100 gram empulur) lebih tinggi daripada pati dari jenis sagu tak berduri (17,47/100 gram empulur). 5

6 Ukuran Porus, Sel Penutup dan Sel Tetangga Stomata Daun Sagu Hasil pengamatan menunjukkan terdapat perbedaan ukuran porus, sel penutup dan sel tetangga pada stomata daun sagu (Tabel 2) berikut ini: Tabel 2. Rerata Pengukuran Porus, Sel Penutup dan Sel Tetangga Stomata Epidermis Tahap Porus Sel Penutup Sel Tetangga Pertumbuhan Panjang Lebar Panjang Lebar Panjang Lebar Anakan 18,49 b 5,16 b 24,48 b 7,44 ab 29,96 b 7,56 a Nyorong 16,66 a 5,09 b 22,60 a 7,93 bc 28,51 ab 7,62 a Atas (Adaksial) Anakan Tak 15,93 a 4,19 a 22,08 a 7,16 a 27,87 a 7,96 ab Nyorong Tak 16,15 a 4,08 a 22,65 a 8,33 c 28,61 ab 8,21 b Anakan 19,19 b 5,09 c 24,38 b 7,04 a 29,91 b 7,71 a Nyorong 16,05 a 4,51 b 22,16 a 7,87 b 27,96 a 7,90 ab Bawah (Abaksial) Anakan Tak 16,08 a 3,92 a 22,47 a 7,10 a 29,04 ab 8,20 b Nyorong Tak 16,27 a 4,36 b 22,56 a 7,81 b 28,61 ab 7,93 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Berdasarkan tabel hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% pada permukaan adaksial dan abaksial daun, panjang porus anakan berduri berbeda nyata terhadap anakan tak berduri. Panjang porus anakan berduri juga terlihat berbeda nyata terhadap nyorong berduri, namun panjang porus pada anakan tak berduri tidak berbeda nyata terhadap nyorong tak berduri. Hal ini diduga sejak tahap anakan berumur 2 tahun, anakan sagu berduri telah melakukan input CO 2 lebih besar dibandingkan anakan sagu tak berduri sehingga pati yang diproduksi oleh sagu berduri pada tahap nyorong jauh lebih tinggi. Tingginya produktivitas pati yang dihasilkan melalui fotosintesis berkaitan erat dengan ukuran porus pada stomata. Besarnya porus menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan laju transpirasi sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Gardner et al. (1985) bahwa peningkatan laju transpirasi dapat dilakukan dengan memperbesar porus atau jumlah stomata. Dengan transpirasi, laju unsur hara tetap berlangsung dan turgor yang berlebih dapat dicegah. Transpirasi dapat menurunkan potensial air di dalam sel sehingga turgor menjadi tidak terlalu tinggi, namun penutupan stomata penting untuk mencegah kehilangan air pada waktu persediaan air terbatas sekaligus membatasi pengambilan CO2 untuk fotosintesis. Panjangnya porus dalam memproduksi pati berkorelasi dengan lebar porus. Tingginya nilai lebar porus pada permukaan adaksial dan abaksial daun sagu anakan berduri menunjukkan bahwa peningkatan laju transpirasi pada jenis sagu berduri telah dimulai sejak tahap anakan. Pada tahap nyorong berduri, lebar porus sedikit berkurang tetapi transpirasi pada tahap nyorong tetap terjadi namun peningkatan laju transpirasi lebih besar terjadi pada tahap anakan berduri. Hal ini terlihat dari nilai lebar porus pada tahap 6

7 nyorong berduri yang tidak jauh berbeda terhadap lebar porus pada anakan berduri. Peningkatan laju transpirasi pada sagu tak berduri lebih rendah dibandingkan dengan sagu berduri, hal ini dapat dilihat dari kecilnya lebar porus yang dimiliki oleh anakan tak berduri dan nyorong tak berduri. Terjadinya perbedaan ini diduga karena ada perubahan tekanan turgor yang berbeda pula pada sel penutup yang terdapat di kedua jenis sagu tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Lakitan (1996) bahwa mekanisme menutup dan membukanya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat. Pernyataan ini juga didukung oleh Fahn (1991) bahwa bertambah dan berkurangnya ukuran celah pada sel penutup adalah akibat perubahan tekanan turgor pada sel penutup. Panjang sel penutup pada permukaan adaksial dan abaksial daun sagu anakan berduri berbeda nyata terhadap nyorong berduri, sedangkan panjang sel penutup pada anakan tak berduri dan nyorong tak berduri tidak terlihat perbedaan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi penambahan atau pengurangan panjang porus dan panjang sel penutup yang drastis dari tahap anakan menuju ke tahap nyorong, karena adanya sel penutup dengan serat halus selulosa yang tidak elastis di dinding selnya, sehingga sel penutup hanya melebar dan panjang stomata dalam keadaan tetap saat membuka. Pernyataan tersebut didukung oleh Haryanti et al. (2009) yang menyatakan bahwa sifat serat selulosa ini relatif tidak elastis, sehingga sel penutup tidak memanjang melainkan melebar. Dengan demikian saat membuka, panjang stomata relatif tetap. Berbeda dengan panjang sel penutup, peningkatan lebar sel penutup terjadi dari tahap anakan sampai ke tahap nyorong. Berdasarkan hasil pengamatan, baik sagu berduri maupun sagu tak berduri mengalami peningkatan lebar sel penutup pada kedua epidermis. Hal ini diduga karena besarnya tekanan turgor yang terjadi pada sel penutup selama proses pertumbuhan dari anakan sampai ke tahap nyorong. Tekanan turgor bisa menyebabkan sel penutup membengkak sehingga lebar sel penutup bertambah, sebagaimana telah dikemukakan oleh Campbell et al. (2003) bahwa sel penutup mengontrol diameter stomata dengan cara mengubah bentuk yang akan melebarkan dan menyempitkan celah di antara kedua sel tersebut. Ketika sel penutup mengambil air melalui osmosis, sel penutup akan membengkak dan semakin dalam keadaan turgid. Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K) secara reversibel oleh sel penutup. Panjang sel tetangga anakan berduri berbeda nyata terhadap anakan tak berduri pada permukaan adaksial daun, namun panjang sel tetangga pada permukaan abaksial daun anakan berduri berbeda nyata dengan nyorong berduri. Meskipun demikian, nilai panjang sel tetangga hampir sama untuk kedua jenis sagu pada kedua tahap pertumbuhan. Ukuran sel tetangga yang diduga berhubungan erat dengan lebar porus adalah lebar sel tetangga. Tingginya nilai lebar porus anakan berduri pada kedua epidermis menandakan lajunya transpirasi yang terjadi sehingga tekanan turgor sel tetangga cenderung lebih rendah. Hal ini terlihat dari hasil lebar sel tetangga anakan berduri lebih rendah dibandingkan lebar sel tetangga pada anakan tak berduri, sedangkan lebar porus pada anakan berduri lebih tinggi dibandingkan dengan lebar porus pada anakan tak berduri. 7

8 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan densitas stomata dari tahap anakan sampai ke tahap nyorong pada kedua jenis sagu. Densitas stomata tertinggi untuk tahap anakan dan nyorong terdapat pada sagu berduri. Tingginya densitas stomata menentukan produktivitas pati yang dihasilkan. Hasil penelitian Karakterisasi anatomi stomata daun sagu (Metroxylon sagu Rottb.) pada tahap anakan dan nyorong, dapat dilanjutkan dengan penelitian terhadap anatomi stomata daun sagu pada tahap sapihan (sapling) dan tahap tiang (pole) untuk melihat peningkatan densitas stomata pada setiap tahap pertumbuhan tanaman sagu. DAFTAR PUSTAKA Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG Biologi Jilid 2, Edisi ke-2. Erlangga. Jakarta. Cambell NA, Reece JB, Mitchell LG Biologi. Alih Bahasa : L Rahayu, EIM Adil, N Anita, Andri,WF Wibowo, W Manalu. Penerbit Erlangga. Jakarta. Fahn A Anatomi tumbuhan, Edisi ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gardner FP, RB Pearce, RL Mitchell Physiology of Crop Plant. Iowa: The Iowa State University Press. Haryanti S dan T Meirina Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) Merril) pada Pagi Hari dan Sore. Volume 11: Hal Lakitan B Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Rajawali Pers. Omori K, Y Yamamoto, Y Nitta, T Yoshida, K Kakuda and FS Jong Stomatal density of sago palm (Metroxylon sagu Rottb.) with special references to positional differences in leaflets and leaves, and change by palm age. [10 Juli 2012]. Purnimasari. 29 Agustus Disaat Sagu Jadi Nafas Kehidupan: Menggantung Asa di Pelepah Rumbia. Riau Pos. Pekanbaru. Rahayu Y Analisis Keanekaragaman Sagu (Metroxylon sagu) pada Tiga Tipe Habitat di Pulau Padang, Kepulauan Meranti. [Skripsi]. Pekanbaru: Universitas Riau. Sass JE Botanical Microtechnique. Ed. Ke2. The Iowa State Collage Press. Iowa. 8

Pengukuran Panjang dan Lebar Pori Stomata Daun Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

Pengukuran Panjang dan Lebar Pori Stomata Daun Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 6 (2) 1--5 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Pengukuran Panjang dan Lebar Pori Stomata Daun Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hesty

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Stomata DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore

Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore BIOMA, Juni 2009 ISSN: 1410-8801 Vol. 11, No. 1, Hal. 18-23 Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore Sri Haryanti, Tetrinica Meirina Laboratorium

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 5 () (0) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika ANALISIS KEANEKARAGAMAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TIGA TIPE HABITAT DI PULAU PADANG

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 5 () (0) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika Analisis Keanekaragaman Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) pada Tiga Tipe Habitat di Pulau Padang

Lebih terperinci

Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude

Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude Abstract A research on the Anatomical Adaptation of Soybean

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN Wina Dyah Puspita Sari dan Herkules Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR [Growth and

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam. PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.) Ella Zabarti 1, Wahyu Lestari 2, Mayta Novaliza Isda

Lebih terperinci

STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE

STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Stomata berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia. KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK UYUNG SAGU ERDURI DAN TIDAK ERDURI (Metroxylon Sagu Rottb.) PADA DUA TIPE HAITAT DI PULAU PADANG KAUPATEN KEPULAUAN MERANTI Suswiyanto 1, Fitmawati 2, Nery Sofiyanti 2 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BENTUK SEL EPIDERMIS STOMATA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine soja) PADA TINGKAT NAUNGAN YANG BERBEDA

BENTUK SEL EPIDERMIS STOMATA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine soja) PADA TINGKAT NAUNGAN YANG BERBEDA BENTUK SEL EPIDERMIS STOMATA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine soja) PADA TINGKAT NAUNGAN YANG BERBEDA STOMATA EPIDERMIC CELL FORM IN SOYBEAN PLANT (Glycine soja) AT A DIFFERENT LEVEL SHADE Eka Sugianti 1,

Lebih terperinci

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA (Role The Number of Seeds/Pod to Yield Potential of F6 Phenotype Soybean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas

BAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (G. max L.) dapat dibudidayakan di daerah katulistiwa sampai letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas permukaan laut. Suhu di

Lebih terperinci

Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua. Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2

Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua. Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2 Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2 Pendahuluan Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

Densitas Stomata 120 Menit

Densitas Stomata 120 Menit LKS: 04 Densitas Stomata 120 Menit PENGANTAR Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam 112 Risa Wentasari : Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam Sweet Corn s Growth and Productivity in Various Types of Cropping Systems

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERENDAMAN TERHADAP NILAI KEKUATAN UYUNG SAGU (Metroxylon sagu) ASAL PULAU PADANG BERDASARKAN KARAKTER SERAT

EFEKTIVITAS PERENDAMAN TERHADAP NILAI KEKUATAN UYUNG SAGU (Metroxylon sagu) ASAL PULAU PADANG BERDASARKAN KARAKTER SERAT EFEKTIVITAS PERENDAMAN TERHADAP NILAI KEKUATAN UYUNG SAGU (Metroxylon sagu) ASAL PULAU PADANG BERDASARKAN KARAKTER SERAT Tiara Maulidza Riyani, Fitmawati, Dyah Iriani Mahasiswa Program S1 Biologi Bidang

Lebih terperinci

Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Diterima 2 April 2011, diterima untuk dipublikasikan 26 Juli 2011.

Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Diterima 2 April 2011, diterima untuk dipublikasikan 26 Juli 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae Yulanda Rompas 1), Henny L Rampe 2)*, Marhaenus J Rumondor 2) 1) Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Oleh: Nurlaili Abstract System of Rice Intensification

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan

Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan Sebagian besar proses transpirasi pada tanaman lewat stomata, stomata bagian terbesar berada pada permukaan bawah daun yang memungkinkan terjadinya pertukaran

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Charloq 1) Hot Setiado 2)

Charloq 1) Hot Setiado 2) ANALISIS STRES AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET UNGGUL (Hevea brasiliensis Muell. Arg) (Water Stress Analysis on the Growth of the Excellent Rubber Varieties) Charloq 1) 2) 1) Staf pengajar PS Agronomi,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi Nama : Bani Nugraha Nim : 1210702008 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN MI INSTAN SAGU DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JUMLAH DAGING IKAN PATIN

STUDI PEMBUATAN MI INSTAN SAGU DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JUMLAH DAGING IKAN PATIN STUDI PEMBUATAN MI INSTAN SAGU DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JUMLAH DAGING IKAN PATIN Study On Making Instant Sago Noodles With Variaous Sago Addition Of Catfish Meat Suandi Anirwan (0706120721) Usman Pato

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Anatomi Batang Patah Tulang Pengamatan anatomi secara mikroskopis pada tanaman patah tulang dilakukan untuk melihat susunan sel penyusun organ tanaman.

Lebih terperinci

PENGARUH KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) SKRIPSI DWI INTAN HARDILA

PENGARUH KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) SKRIPSI DWI INTAN HARDILA PENGARUH KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) SKRIPSI DWI INTAN HARDILA 080805039 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu Hayati, Desember 1994, hlm. 32-36 ISSN 0854-8587 Vol. 1, No. 2 Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu YOHANA C. SULISTYANINGSM, DORLY, DAN HILDA AKMAL* Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair. Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair Ardi Priambodo 1) Bambang Guritno 2) Agung Nugroho 2) Abstract The objectives

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Bobot Basah

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Bobot Basah 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Hasil penelitian sebelumnya tentang penyimpanan in vitro kultur purwoceng menunjukkan bahwa pemberian ancimidol 1.5 ppm maupun paklobutrazol 5 ppm dalam media

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL TEST OF SOME Azolla pinnata LIQUID FERTILIZER CONCENTRATION ON THE GROWTH OF OIL

Lebih terperinci

Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Pemangkasan Terhadap Karakter Morfologi Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.)

Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Pemangkasan Terhadap Karakter Morfologi Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Pemangkasan Terhadap Karakter Morfologi Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) ENGELBERT MANAROINSONG 1), M.H. BINTORO 2), SUDRAJAT 2), DAN DWI ASMONO 3) 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.) 378 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.) THE

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Kota Baru Jambi

Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Kota Baru Jambi Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Farizaldi 1 1Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG. Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri

MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG. Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial, dengan faktor I varietas kedelai dan faktor II tingkat ketersediaan

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Dewi Arie Puspareny*), Titin Sumarni**) dan Agung Nugroho**)

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

Pertumbuhan, Produktivitas, dan Rendemen Minyak Kelapa Sawit di Dataran Tinggi

Pertumbuhan, Produktivitas, dan Rendemen Minyak Kelapa Sawit di Dataran Tinggi Ilmu Pertanian Vol. 18 No.2, 2015 : 77-83 Pertumbuhan, Produktivitas, dan Rendemen Minyak Kelapa Sawit di Dataran Tinggi Growth, Productivity, and Oil Extraction Rate of Palm Oil in High Altitude Eka Listia

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR EFEECT OF NPK FERTILIZER DOSAGE ON Jatropha curcus GROWTH Muh. Askari Kuruseng dan Faisal Hamzah Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP Gowa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber utama

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN

INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN Praptiningsih Gamawati Adinurani 1), Sri Rahayu 2) & Teguh Santoso 3) 1,2,3 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan memiliki banyak fenomena biologi yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan memiliki banyak fenomena biologi yang dapat digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkungan memiliki banyak fenomena biologi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi. Di lingkungan sekitar kita tersedia sumber belajar yang murah

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica

PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tumbuhan tingkat tinggi, air dan hara dari dalam tanah diambil dari diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA THE INFLUENCE OF GIVING OIL PALM MILL SLUDGE ON THE GROWTH OF OIL PALM

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gandaria adalah tanaman buah-buahan dari sub kelas Dycotiledoneae dan famili Anacardiaceae. Di Indonesia gandaria memiliki daerah penyebaran yang sempit,

Lebih terperinci

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL dan dihitung status air medianya (Lampiran 1). Pengukuran kadar air relatif dilakukan dengan mengambil 1 potongan melingkar dari daun yang telah berkembang penuh (daun ke-3 dari atas) dengan diameter 1

Lebih terperinci

MICROPROPAGATION OF Jatropha curcas

MICROPROPAGATION OF Jatropha curcas Jurnal Natural Vol., No., 0 COMBINATIONN EFFECT OF NAPHTALENE ACETIC ACID (NAA) AND BENZYL AMINOPURINE (BAP) ON MICROPROPAGATION OF Jatropha curcas L. Meutia Zahara, Zairin Thomy, Essy Harnelly Alumni

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI TANAMAN LIDAH BUAYA DENGAN PEMOTONGAN UJUNG PELEPAH PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

KAJIAN FISIOLOGI TANAMAN LIDAH BUAYA DENGAN PEMOTONGAN UJUNG PELEPAH PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN Dwi Zulfita Kajian Fisiologi Tanaman Lidah Buaya dengan pada Kondisi KAJIAN FISIOLOGI TANAMAN LIDAH BUAYA DENGAN PEMOTONGAN UJUNG PELEPAH PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN Dwi Zulfita 1 ABSTRAK Lidah buaya

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK N,P,K DAN MINERAL ZEOLIT PADA MEDIUM TUMBUH TANAMAN ROSELLA (Hibisccus sabdariffa, L) By Oki Riandi, Armaini and Edison Anom

APLIKASI PUPUK N,P,K DAN MINERAL ZEOLIT PADA MEDIUM TUMBUH TANAMAN ROSELLA (Hibisccus sabdariffa, L) By Oki Riandi, Armaini and Edison Anom APLIKASI PUPUK N,P,K DAN MINERAL ZEOLIT PADA MEDIUM TUMBUH TANAMAN ROSELLA (Hibisccus sabdariffa, L) By Oki Riandi, Armaini and Edison Anom Hp: 085272086680 Oki.Riandi.agro@gmail.com ABSTRACK Processed

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana Marza Ayu Dea Ranti Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) 16 JURNAL PRODUKSI TANAMAN VOLUME 1 No.1 MARET-2013 PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) THE EFFECT OF MEDIA COMPOSITION ON BUD CHIP TECHNIQUES

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR.

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR. PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR. Anggreine H. Mentang 1), J. A. Rombang 2), M. T. Lasut 2), A. Thomas 2). THE INFLUENCE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS. Pengertian Fotosintesis

FOTOSINTESIS. Pengertian Fotosintesis FOTOSINTESIS Pengertian Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses yang dilakukan oleh organisme autotrof, dengan menggunakan energi dari cahaya matahari yang diserap oleh klorofil untuk membuat bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU. Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii)

PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU. Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii) PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU Aquilaria spp. DAN Gyrinops versteegii (Differences in Anatomical Structure of Agarwood-Producing Plants from Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii)

Lebih terperinci

PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI PADA BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR KLON PB 260

PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI PADA BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR KLON PB 260 PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI PADA BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR KLON PB 260 GIVING AUKSIN PLANT GROWTH REGULATOR WITH VARIOUS CONCENTRATION AT BUDDED

Lebih terperinci

Pertumbuhan Serta Hubungan Kerapatan Stomata Dan Berat Umbi Pada Amorphophallus muelleri Blume Dan Amorphophallus variabilis Blume

Pertumbuhan Serta Hubungan Kerapatan Stomata Dan Berat Umbi Pada Amorphophallus muelleri Blume Dan Amorphophallus variabilis Blume Pertumbuhan Serta Hubungan Kerapatan Stomata Dan Berat Umbi Pada Amorphophallus muelleri Blume Dan Amorphophallus variabilis Blume Yasminatul Khoiroh¹, Nunung Harijati¹, dan Retno Mastuti 2 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin

PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin Fakultas Pertanian UNS. Jl. Ir Sutami No. 36A, Surakarta Abstrak Bibit

Lebih terperinci

Nur Aini et al., Struktur Anatomi Daun Lengkeng... 31

Nur Aini et al., Struktur Anatomi Daun Lengkeng... 31 Nur Aini et al., Struktur Anatomi Daun Lengkeng... 31 STRUKTUR ANATOMI DAUN LENGKENG (DIMOCARPUS LONGAN LOUR.) KULTIVAR LOKAL, ITOH, PINGPONG DAN DIAMOND RIVER (ANATOMY STRUCTURE OF THE LONGAN LEAF (DIMOCARPUS

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA 60 RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA (The Response of the Red Onion (Allium ascolonicum L) Tuk

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN Sumarni T., S. Fajriani, dan O. W. Effendi Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang Email: sifa_03@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) By Muhamad Kalyubi Under supervisied Ir. Jurnawaty Sjofjan,

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita Kata Kunci: zat pengatur tumbuh, jeruk keprok, pertumbuhan Zat pengatur

Lebih terperinci

KERAPATAN STOMATA DAN KADAR KLOROFIL TUMBUHAN CLAUSENA EXCAVATA BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA

KERAPATAN STOMATA DAN KADAR KLOROFIL TUMBUHAN CLAUSENA EXCAVATA BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA KERAPATAN STOMATA DAN KADAR KLOROFIL TUMBUHAN CLAUSENA EXCAVATA BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA Ruly Budiono 1, Dini Sugiarti 2, Mohamad Nurzaman 3, Tia Setiawati 4, Titin Supriatun 5, Asep Zainal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR TEGAKAN HUTAN RAKYAT JABON (Neolamarckiacadamba (Roxb.) Bosser) DENGAN DAYA SERAP KARBONDIOKSIDA DI BATURRADEN

HUBUNGAN ANTARA UMUR TEGAKAN HUTAN RAKYAT JABON (Neolamarckiacadamba (Roxb.) Bosser) DENGAN DAYA SERAP KARBONDIOKSIDA DI BATURRADEN HUBUNGAN ANTARA UMUR TEGAKAN HUTAN RAKYAT JABON (Neolamarckiacadamba (Roxb.) Bosser) DENGAN DAYA SERAP KARBONDIOKSIDA DI BATURRADEN SKRIPSI Oleh WIDYASTUTI HANDINI PAKSI B1J009154 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci