V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Penawaran dan Permintaan Tembakau Di Kabupaten Lombok Timur Serta Intersaksi Spasial Dari Dua Aspek Tersebut Menurut analisis terhadap data base hasil survey tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun diperoleh gambaran bahwa terdapat peningkatan terhadap produksi tembakau khususnya jenis tembakau rakyat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh, terdapat 6 Kecamatan di antara 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur yang hampir tiap tahun mengusahakan tembakau dengan rata-rata produktifitas 0,69 ton/ha yaitu Kecamatan Masbagik, Sukamulia, Selong, Pringgabaya, Sambalia dan Aikmel. Namun mulai tahun 2001 terdapat 5 Kecamatan yang mulai melakukan budidaya tembakau rakyat dengan hasil yang tidak jauh berbeda dengan 6 Kecamatan lainnya dan selalu mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Lima Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Pringgasela, Suralaga, Labuhan Haji, Suela dan Wanasaba dengan produktifitas rata-rata mencapai 0,76 ton/ha (Gambar 3 dan Tabel Lampiran 2) P e rk e m ba n g a n Lu a s P a n e n da n P ro du k s i T e m ba k a u R a k y a t di K a bu pa te n Lo m bo k T i m u r T h , L u a s P a n en (h a ) & P ro d u k 5, , , , , L ua s P a n e n ( h a ) P r o duk si ( t o n ) T a h u n P ro du k s i Gambar 3. Grafik Perkembangan Luas Panen Dan Produksi Tembakau Rakyat Di Kabupaten Lombok Timur Th

2 Tembakau virginia yang umumnya diusahakan oleh petani skala besar atau petani binaan lebih difokuskan di 9 Kecamatan yaitu Terara, Keruak, Sakra, Sikur, Masbagik Sukamulia, Selong, Pringgabaya, Aikmel dan Sambalia dengan produksi yang hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terdapat 8 Kecamatan lainnya yaitu Jerowaru, Sakra Barat, Sakra Timur, Montong Gading, Pringgasela, Labuhan Haji, Suela dan Wanasaba mulai mengusahakan budidaya tembakau virginia pada tahun 2001 dan hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan produksi dengan rata-rata produktifitas 1.50 ton/ha. Sedangkan 2 Kecamatan dari 20 Kecamatan yang ada sama sekali tidak mengusahakan tembakau virginia yaitu Kecamatan Sembalun dan Kecamatan Suralaga (Gambar 4 dan Tabel Lampiran 1) Perk embangan Luas Panen dan Produk si Tembak au Virginia di Kabupaten Lombok Timur Th , Luas Panen (ha) & Produksi (t 25, , , , , Luas Panen (ha) Produksi (ton) Tahun Produk si Gambar 4. Grafik perkembangan luas panen dan produksi tembakau Virginia di Kabupaten Lombok Timur Th Kecamatan Sembalun sama sekali tidak mengusahakan tanaman tembakau baik itu tembakau rakyat yang pada umumnya diusahakan petani skala kecil maupun tembakau virginia yang pada umumnya diusahakan petani skala besar. Hal ini disebabkan karena wilayah Kecamatan Sembalun tidak memiliki persyaratan tumbuh untuk tanaman tembakau. 42

3 Kecamatan Sembalun merupakan wilayah pegunungan dengan suhu yang cukup rendah dan curah hujan tinggi sehingga lebih sesuai untuk tanaman sayursayuran seperti kentang, wortel, bawang putih dan jenis tanaman sayur lainnya. Tanaman tembakau merupakan tanaman yang tumbuh pada tanah yang kering tetapi persediaan air cukup pada masa pertumbuhannya dan membutuhkan cahaya matahari cukup pada saat pematangan daun dan panen serta tidak menyukai suhu yang turun secara tiba-tiba. Hampir semua persyaratan tumbuh untuk tanaman tembakau tidak dimiliki oleh wilayah ini sehingga jika ditanami tembakau maka akan merugikan petani mengingat usaha tani tembakau merupakan usaha tani yang sangat beresiko dan membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman tembakau di Pulau Lombok dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, dan 11. Penawaran Komoditi Tembakau Petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dibagi menjadi dua jenis yaitu petani skala besar (petani binaan/petani mitra) dan petani skala kecil (petani swadaya. Dalam pengusahaannya petani skala besar melakukan kerjasama dengan perusahaan penampung atau pengolah tembakau dan pada umumnya lahan yang digunakan untuk budidaya lebih besar dari 5 hektar. Adanya kerjasama ini menyebabkan petani skala besar mendapat binaan dan jaminan pasar dari perusahaan mitra. Berbeda dengan petani skala besar, petani skala kecil dalam pengusahaannya tidak melakukan kerjasama dengan perusahaan pengolah dan pada umumnya luasan lahannya sempit dan tidak lebih dari 1 hektar. Produksi tembakau di Kabupaten Lombok Timur tersebar di 20 Kecamatan dengan produksi tertinggi terdapat di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Terara, Kecamatan Sakra dan Kecamatan Sikur dengan jumlah produksi masingmasing 3.071,16 ton/th, 2.194,08 ton/th dan ton/th. Tingkat produktifitas untuk komoditi ini sangat bervariasi antara petani dengan skala besar (1,99-2,03 ton/ha) dan petani skala kecil (1,64-1,95 ton/ha). Variasi produktifitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 43

4 Gambar 5. Grafik Produktifitas Tembakau yang diusahakan oleh Petani Skala Besar dan Petani Skala Kecil di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2004 Komoditi tembakau termasuk kelompok komoditi perkebunan tetapi dalam pengembangannya (proses produksinya) menggunakan lahan sawah (lahan pertanian tanaman pangan) sehingga pola pergiliran tanamannya adalah paditembakau. Tetapi ada pula yang menanam tanaman selain padi, hal tersebut disesuaikan dengan jenis lahan dan budaya petani pada masing-masing daerah. Karena pengembangan produksi pada umumnya menggunakan lahan sawah maka pengusahaan tembakau berkompetisi dengan tanaman lain dalam hal penggunaan lahan. Sehingga secara potensial pengembangan tembakau di Kabupaten Lombok Timur sangat tergantung dari luas sawah pada masing-masing wilayah yang bersangkutan. Semua industri rokok dalam negeri menggunakan tembakau virginia sebagai salah satu bahan racikannya. Terjadinya perubahan selera perokok ke rokok yang lebih ringan dalam racikannya memerlukan komposisi tembakau virginia mutu baik dalam jumlah yang lebih banyak. Tembakau virginia yang dapat memenuhi standar tersebut harus diusahakan pada tanah ringan dan berpengairan teknis, salah satu daerah yang sesuai untuk pengembangannya yaitu di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya di pulau Lombok. Pertimbangan lain dalam usaha pengembangan tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur yaitu karena tembakau yang berasal dari pulau 44

5 Lombok sudah mendekati mutu tembakau Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan Kimia Daun Tembakau Virginia Yang Berasal Dari Amerika Serikat dan Pulau Lombok. Senyawa Amerika Serikat* P. Lombok ** %... Nikotin 1,5 3,5 0,89 3,43 Gula 8,0 18,0 5,6 22,3 Nitrogen 1,4 2,70 2,24 Klor 1,0 0,11 0,82 Sumber : * Collin dan Hawks (1993); ** Wirawan dan Soewardjiman (1995) dalam Tembakau Virginia Buku 1 Karena pengelolaan usaha tani yang cukup intensif, maka penyerapan tenaga kerja untuk usaha tembakau ini cukup tinggi (khususnya untuk tembakau virginia yang diusahakan oleh petani skala besar). Pada umumnya kegiatan usaha tani tembakau dilakukan dengan tahapan yang relatif sama maka secara tidak langsung permintaan terhadap tenaga kerja juga meningkat secara bersamaan. Dengan demikian, hal ini juga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan dan ongkos tenaga kerja dan secara tidak langsung akan meningkatkan biaya produksi. Kegiatan usaha tani skala kecil (petani swadaya) menyerap tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan petani skala besar (petani binaan). Hal ini disebabkan karena kegiatan usaha tani para petani skala kecil (swadaya) pada umumnya hanya sampai pada tahap panen. Petani dengan skala usaha kecil tidak melakukan tahapan kegiatan pascapanen yang meliputi pengovenan sampai dengan pengebalan dan siap dibawa ke perusahaan pengumpul seperti yang dilakukan oleh petani skala besar sehingga penyerapan tenaga kerja pada tahap panen dan pascapanen adalah 0 (Tabel 8). Dengan demikian jumlah total penyerapan tenaga kerjanya menjadi lebih sedikit. Petani skala besar atau petani binaan jika dilihat dari tahapan kegiatannya, hampir separuh dari jumlah tenaga kerja terserap pada kegiatan panen dan pascapanen (40,83 %) dapat dilihat pada Tabel 8. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perlakuan yang harus dilakukan pada tahap panen dan pascapanen yaitu pemetikan daun, penggelantangan (daun tembakau diikat pada tangkai gelantang yang terbuat dari kayu atau bambu supaya bisa diletakkan atau diatur pada rak-rak oven pengomprongan), loading (peletakan dan penataan gelantang 45

6 pada rak oven), curing (proses pengeringan daun melalui tahap-tahap pengovenan), unloading (menurunkan daun tembakau kering dari dalam oven ke gudang), rompos (pelepasan krosok dari gelantang), sortasi (proses memilih daun berdasarkan kelompok mutu), bundling (pengguntingan atau pengikatan krosok) dan balling (pengebalan untingan dengan menggunakan alat peti press). Selain itu banyaknya tenaga kerja yang terserap pada kegiatan ini disebabkan juga karena pada tahap kegiatan ini frekuensi panen petani lebih dari satu kali sehingga jika diakumulasikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan juga semakin besar. Tabel 8. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Tembakau dirinci per Jenis Kegiatan No. Jenis Kegiatan Jumlah Tenaga Kerja (HOK/th) Petani Besar Petani Kecil Pembibitan Persiapan lahan tanam Penanaman dan sulam Pemeliharaan Panen Pascapanen Total Sumber : SOP PT. Sadhana Arif Nusa th dan quesioner, diolah Tahapan berikutnya yang membutuhkan tenaga kerja adalah kegiatan pemeliharaan (23,20 %), dan persiapan lahan tanam (21,22 %). Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja paling sedikit terdapat pada tahap pembibitan serta penanaman dan sulam yaitu masing-masing 8,99 % dan 5,76 % dari total penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena sekalipun waktu yang dibutuhkan untuk pembibitan agak lama tetapi kegiatan setiap harinya hanya membutuhkan beberapa jam saja. Berdasarkan rata-rata jumlah penyerapan tenaga kerja (HOK/tahun), jika dikaitkan dengan luas lahan potensial untuk pengembangan tembakau virginia maka peluang kerja yang tersedia setiap musim tanam tembakua virginia adalah sebesar HOK per tahun. Peluang ini belum termasuk kesempatan kerja pada setiap perusahaan yang juga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar sebagai buruh angkut dan sortir. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja tersebut akan berdampak kepada pendapatan dan daya beli masyarakat. Dengan demikian, akan dapat mendongkrak perekonomian wilayah secara keseluruhan melalui dampak pengganda (multiplier effect) baik tenaga kerja maupun pendapatan. Jika 46

7 dilihat dari ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Lombok Timur maka jumlah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk budidaya tembakau. Biaya pengangkutan merupakan hal lain yang harus diperhatikan dalam usaha tani tembakau karena akan sangat berpengaruh pada biaya produksi. Jumlah produksi tembakau serta jarak lokasi budidaya dengan lokasi pasar sangat mempengaruhi besarnya biaya pengangkutan, tingginya produksi serta jauhnya jarak lokasi budidaya dengan lokasi pasar akan menambah biaya produksi pada usaha tani tembakau. Luasnya areal yang digunakan untuk budidaya tembakau berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja dan menyebabkan bertambahnya biaya produksi. Tingginya biaya produksi ini tidak menyurutkan minat para petani untuk mengusahakan tembakau di wilayah penelitian. Hal ini disebabkan karena budidaya tembakau di wilayah penelitian sangat menguntungkan bagi para petani tembakau itu sendiri. Permintaan Komoditi Tembakau Jumlah produksi tembakau sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar dalam hal ini adalah perusahaan penampung yang ada di Kabupaten Lombok Timur yaitu PT. BAT Tbk. dan PT. SADHANA ARIF NUSA. Dengan demikian usaha tani ini harus tetap memperhatikan kemampuan perusahaan pengolah dalam menampung hasil produksi petani sehingga jumlah produksi tembakau tidak melebihi permintaan pasar karena akan berdampak pada harga penjualan daun tembakau. Lokasi industri pengolah tembakau di Kabupaten Lombok Timur terdapat di Kecamatan Sikur (PT. SADHANA ARIFNUSA) dan Kecamatan Terara (PT. BAT Tbk.). Masing-masing mampu menampung hasil produksi tembakau petani dengan kapasitas ton/th dan ton/th. Jumlah produksi tembakau yang akan dijual ke perusahaan penampung sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan para petani tembakau di masing-masing Kecamatan. Banyak atau sedikitnya jumlah produksi juga bergantung dari luas lahan yang digunakan untuk menanam tembakau. Perusahaan penampung dalam membeli tembakau tidak hanya melihat pada jumlah fisik dari daun tembakau itu sendiri melainkan juga melihat kualitas daun tembakau yang 47

8 akan dijual oleh para petani. Hal ini disebabkan karena harga jual tembakau ditentukan oleh kualitas dari daun tembakau itu sendiri dan bukan dari jumlah produksinya. PETANI TEMBAKAU Petani skala besar (petani mitra/binaan) Petani skala kecil (petani swadaya) Perusahaan pengembang/mitra Petani pengolah daun tembakau basah Perusahaan pengembang lainnya Pedagang pengumpul daun krosok PABRIK ROKOK Gambar 6. Saluran Pemasaran Daun Tembakau Di Kabupaten Lombok Timur Daun tembakau yang dihasilkan petani tidak semuanya dapat dijual ke perusahaan pengolah karena perusahan pengolah juga melakukan sortir terhadap daun tembakau yang dihasilkan oleh petani tembakau. PT. BAT Tbk. hanya menerima tembakau yang dihasilkan oleh petani skala besar karena petani skala besar adalah petani mitra dari perusahaan mereka. Berbeda halnya dengan PT. SADHANA ARIF NUSA, perusahaan ini menerima tembakau selain dari petani mitra perusahaan mereka dalam hal ini tembakau yang dihasilkan oleh petani skala kecil. Pemasaran daun tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Gambar 6. 48

9 Interaksi Spasial Aspek Penawaran dan Permintaan Tembakau di Kabupaten Lombok Timur Pola spasial industri dan tenaga kerja cenderung memusat di Kecamatan Terara, Kecamatan Sakra dan Kecamatan Sikur. Lokasi-lokasi ini merupakan lokasi dengan jumlah produksi tembakau terbesar dan merupakan wilayah yang memiliki aksesibilitas distribusi dan infrastruktur yang lebih mudah serta pusat aktivitas kegiatan budidaya tembakau. Lokasi perusahaan pengolah atau perusahaan penampung selain mempertimbangkan lokasi usaha tani, juga harus memperhatikan jarak antara lokasi usaha tani dengan lokasi perusahaan penampungnya. Hal ini sangat perlu di perhatikan karena sangat berpengaruh terhadap biaya transportasi. Lokasi usaha tani yang paling dekat dengan lokasi perusahaan penampung dan jumlah produksinya tinggi adalah Kecamatan Sikur, Kecamatan Terara, Kecamatan Sakra, Kecamatan Pringgasela, dan Kecamatan Montong Gading (Tabel Lampiran 4). Lokasi-lokasi tersebut sangat diharapkan sebagai sentra produksi tembakau di Kabupaten Lombok Timur dalam pengembangan ke depan dengan tujuan untuk menekan biaya pengangkutan tembakau petani ke lokasi perusahaan penampung. Menurunnya biaya produksi sebagai akibat dari turunnya biaya pengangkutan akan memberikan keuntungan kepada petani tembakau di Kabupeten Lombok Timur. Meningkatnya penawaran petani terhadap produksi tembakau selalu diiringi dengan peningkatan jumlah permintaan para perusahaan penampung, tetapi pada kenyataannya di lapangan meningkatnya jumlah produksi terkadang menyebabkan turunnya harga tembakau di lokasi setempat dan hal ini sangat merugikan para petani tembakau. Perusahaan penampung sebagai penentu harga dapat menurunkan harga berdasarkan kebijaksanaan mereka sendiri sehingga jika terjadi surplus produksi akan menyebabkan kerugian di pihak petani dengan menurunnya harga jual tembakau. Dengan demikian sangat diharapkan untuk menambah jumlah perusahaan penampung agar hasil produksi petani dapat tetap disalurkan dengan harga yang sesuai dan tidak merugikan para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur. 49

10 5.2 Analisis Biaya Usaha Tani Tembakau di Kabupeten Lombok Timur Dalam penelitian ini dilakukan analisis biaya dan pendapatan yang diperoleh petani dalam kegiatan usaha tani tembakau dalam satu kali proses produksi. Biaya usaha tani yang diperhitungkan adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan petani dalam kegiatan usaha tani. Pendapatan bersih adalah selisih antara total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Komponen terbesar pembiayaan usaha tani tembakau adalah untuk tenaga kerja baik waktu pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan sampai tahap panen dan pascapanen. Dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani tembakau oleh petani binaan (petani skala besar) sebagian besar (34,05 %) terserap untuk biaya tenaga kerja, sedangkan untuk petani swadaya (petani skala kecil) untuk 30 sampel yang ada, penyerapan biaya produksi untuk upah tenaga kerja mencapai lebih dari separuh biaya produksinya yaitu mencapai 64,098 %. Pengeluaran besar lainnya selain tenaga kerja adalah pengeluaran untuk pupuk dan pestisida bagi petani skala besar (petani mitra/binaan) sedangkan untuk petani skala kecil (swadaya) hanya biaya pupuk saja karena pestisida tidak banyak digunakan. Karena output dari tanaman tembakau adalah daunnya, maka untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hasil produksi melalui pencegahan kerusakan dan akibat serangan hama (umumnya ulat daun) menjadi suatu keharusan utama. Hal ini tentunya menuntut pemeliharaan secara rutin sehingga membutuhkan tenaga dan biaya pestisida yang relatif besar (khususnya untuk tembakau virginia yang pada umumnya diusahakan oleh petani skala besar). Sedangkan untuk penanganan panen dan pascapanen, kebutuhan biaya yang terbesar adalah untuk pembelian minyak tanah (bahan bakar pengomprongan) sebesar Rp ,00/ha. Pada umumnya tembakau yang diusahakan oleh petani skala kecil tidak sampai pada tahap pascapanen sehingga tidak diperlukan biaya tambahan seperti halnya pada tembakau virginia yang diusahakan oleh para petani skala besar (petani binaan). Analisis biaya usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel Lampiran

11 5.3 Analisis Dampak Dari Aspek Penawaran, Permintaan dan Interaksi Spasial Keduanya Terhadap Pendapatan Petani Tingginya tingkat permintaan terhadap komoditi tembakau di Kabupaten Lombok Timur diiringi dengan meningkatnya penawaran terhadap komoditi yang sama. Meningkatnya penawaran akan berpengaruh terhadap luas lahan dan jumlah produksi tembakau di Kabupaten Lombok Timur. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan akan tenaga kerja pada usaha tani tembakau dengan demikian akan meningkatkan biaya produksi pada usaha tani tembakau. Besarnya biaya tenaga kerja disebabkan karena tanaman tembakau membutuhkan pengelolaan yang intensif. Selain tahapan kegiatan yang dilakukan cukup banyak, pemeliharaannya juga harus dilakukan terus menerus mulai dari pembibitan hingga panen dan pascapanen. Biaya produksi yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha tani tembakau ini cukup besar jika dibandingkan dengan usaha tani lainnya, tetapi hal ini tidak menyurutkan minat dan semangat petani untuk tetap mengusahakan dan mengembangkannya. Keputusan untuk mengembangkan tembakau ini sangat rasional secara ekonomi karena berdasarkan analisis kelayakan diperoleh nilai RCR (revenue cost ratio) lebih besar dari 1. Hal ini menandakan bahwa usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat memberikan keuntungan kepada para petani tembakau sehingga secara bersamaan akan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani tembakau itu sendiri. Nilai RCR pada usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Tabel Lampiran 6 menunjukkan bahwa rasio pendapatan petani pada level optimal dengan pendapatan pada batas terendah (setara kebutuhan hidup minimum petani tembakau) cukup tinggi yaitu berkisar antara ,99 (Kecamatan Sikur, Masbagik, Sukamulia, Terara, Sakra Barat, Selong, Pringgasela dan Montong Gading) yang artinya pendapatan petani karena usaha tani tembakau ini bisa mencapai hampir tujuh kali lipat dari batas terendah kebutuhan hidup minimum petani tembakau. Sehingga usaha tani ini sangat menguntungkan para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dan harus tetap dikembangkan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor pembatas yang ada. Daerah-daerah yang memiliki nilai rasio sama dengan 1 mengindikasikan 51

12 bahwa daerah-daerah tersebut mempunyai nilai pendapatan (pada level optimal) sama dengan nilai pendapatan pada batas terendah (setara kebutuhan hidup minimum petani tembakau) sehingga usaha tani ini tidak memberikan dampak yang begitu positif kepada para petani tembakau di wilayah-wilayah tersebut. Dengan demikian sangat diperlukan beberapa evaluasi seperti evaluasi kesesuaian lahan serta evaluasi ketersediaan sumberdaya di wilayah-wilayah tersebut agar diperoleh pemecahan masalah yang tepat dan memberikan dampak yang lebih baik kepada para petani khususnya petani tembakau. Tingginya tingkat penjualan hasil produksi tembakau serta permintaan terhadap tenaga kerja sebagai akibat dari meningkatnya permintaan dan penawaran terhadap komoditi tembakau memberikan nilai tambah kepada para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan usaha tani tembakau dapat mengurangi pengangguran di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur karena penyerapan tenaga kerja pada usaha tani ini sangat tinggi. Selain itu nilai tambah ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya para petani tembakau yang berakibat pada peningkatan kesejahteraan dan perekonomian petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur. 5.4 Pola Optimal dan Nilai Marginal Kendala Dari Aspek Penawaran, Permintaan, dan Interaksi Spasial Usaha Tani Tembakau Hasil optimasi menunjukkan bahwa total luas lahan yang perlu ditingkatkan sebesar 4.819,49 ha. Lokasi-lokasi utama usaha tani tembakau terdapat di Kecamatan Sakra Barat, Sakra Timur, dan Suralaga dengan total luasan yang perlu ditingkatkan di masing-masing Kecamatan tersebut yaitu sebesar 548,977 ha, 520,615 ha, dan 479,752 ha dari luas lahan yang sudah digunakan saat ini. Peningkatan luas lahan tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah produksi tembakau serta pendapatan petani di masingmasing Kecamatan. Pola optimal pemanfaatan lahan usaha tani tembakau disajikan pada Tabel 9. Dilihat dari persentase pemanfaatan lahan di masingmasing Kecamatan, maka jumlah tersebut kurang dari 50% dari jumlah lahan yang tersedia di masing-masing Kecamatan. Dengan demikian masih tersedia lahan yang cukup luas untuk beberapa aktifitas pertanian lainnya sehingga 52

13 pemanfaatan lahan dapat dimaksimalkan dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur. Tabel 9. Pola Optimal Pemanfaatan Lahan, Produksi, Permintaan dan Pengiriman Tembakau Ke Perusahaan Pengumpul Pada Usaha Tani Tembakau No. Kecamatan Pemanfaatan Lahan Pada Level Optimal (ha) Ketersediaan Lahan (ha) Pemanfaatan Lahan (%) Produksi Pada Level Optimal (ton/th) Level Optimal Pengiriman Tembakau ke Perusahaan Pengumpul (ton/th) Sikur Terara 1 Sikur Masbagik Sukamulia Suralaga Terara Aikmel Suela Pringgabaya Wanasaba Sakra SakraBarat Keruak SakraTimur Selong LabuhanHaji Sambelia Sembalun Pringgasela Jerowaru Montong Gading Level Optimal Permintaan (ton/th) Pola aliran tembakau menuju lokasi pusat pasarnya merupakan pola aliran optimal yang diduga sebagai pola aliran yang disarankan. Lokasi-lokasi dengan pola aliran optimal dapat dilihat pada Tabel 9. Pola-pola tersebut menunjukkan bahwa pada lokasi tertentu diperlukan peningkatan jumlah produksi tembakau yang akan di kirim ke perusahaan penampung. Kecenderungan pola aliran tembakau menunjukkan aliran dengan jarak minimum (untuk beberapa lokasi) sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih rendah dan efisien. Dengan demikian letak lokasi produksi harus tetap diperhatikan karena akan mempengaruhi kuantitas aliran optimal produksi menuju pusat pasarnya. Hasil optimasi menunjukkan bahwa total permintaan tembakau yang perlu ditingkatkan adalah sebesar 9.287,55 ton /th dari total jumlah permintaan saat ini. Jumlah tersebut masing-masing 2.683,55 ton/th untuk perusahaan pengumpul di 53

14 Kecamatan Sikur dan ton/th untuk perusahaan pengumpul yang berada di Kecamatan Terara. Pola optimal serapan tenaga kerja pada bulan-bulan tertentu di masingmasing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8. Lokasi-lokasi utama yang membutuhkan peningkatan jumlah tenaga kerja adalah Kecamatan Sakra Timur, Suralaga, dan Sakra pada bulan April dan Mei. Kecamatan Sakra Timur, Sakra Barat dan Suralaga pada bulan Juni, Kecamatan Sakra Barat, Suralaga, dan Sakra pada bulan Juli serta Kecamatan Sakra Timur, Suralaga, dan Sakra pada bulan Agustus dan September. Jumlah tersebut merupakan jumlah tenaga kerja yang perlu ditingkatkan dari jumlah tenaga kerja yang sudah terserap saat ini pada usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur. Tabel 10. Pola Serapan Tenaga Kerja Pada Level Optimal Ketersediaan No. Kecamatan Tenaga Kerja Serapan Tenaga Kerja pada Level Optimal (%) (HOK) April Mei Juni Juli Agustus September 1 Sikur Masbagik Sukamulia Suralaga Terara Aikmel Suela Pringgabaya Wanasaba Sakra SakraBarat Keruak SakraTimur Selong LabuhanHaji Sambelia Sembalun Pringgasela Jerowaru Montong Gading Persentase penyerapan tenaga kerja pada usaha tani tembakau dapat dilihat pada Tabel 10. Jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak sepenuhnya terserap pada usaha tani tembakau kecuali pada beberapa Kecamatan di bulan-bulan tertentu. Tenaga kerja yang tidak terpakai tersebut dapat dimanfaatkan pada aktifitasaktifitas pertanian lainnya dengan tujuan mengurangi tingkat pengangguran serta meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah penelitian. 54

15 Pengembangan usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat dari nilai marginal permintaan tembakau oleh perusahaan penampung dan ketersediaan tenaga kerja pada usaha tani tembakau. Pada penelitian ini diperoleh nilai marginal permintaan yang menunjukkan nilai negatif untuk dua perusahaan pengumpul. Nilai ini menunjukkan bahwa kapasitas perusahan pengumpul dalam menampung hasil produksi petani masih sangat tinggi (sejumlah nilai marginalnya) sehingga jumlah produksi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan jumlah produksi dapat dilihat dari nilai marginal produksi tembakau yang akan dikirim ke perusahan pengumpul. Pada penelitian ini diperoleh nilai marginal produksi yang akan dikirim ke perusahaan pengumpul yang menunjukkan nilai negatif. Nilai ini mengindikasikan bahwa diperlukan peningkatan produksi sebesar nilai marginalnya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan para petani tembakau di wilayah penelitian. Nilai marginal permintaan dan pengiriman tembakau disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Marginal Serapan Tenaga Kerja, Permintaan Dan Pengiriman Tembakau Menuju Perusahaan Pengumpul Di Kabupaten Lombok Timur No. Kecamatan Nilai Marginal Pengiriman Nilai Marginal Serapan Tenaga Kerja (HOK) tembakau ke Perusahaan Pengolah (ribu ton/th) April Juni Agustus Sikur Terara 1 Sikur Masbagik Sukamulia Suralaga Terara Aikmel Suela Pringgabaya Wanasaba Sakra SakraBarat Keruak SakraTimur Selong LabuhanHaji Sambelia Sembalun Pringgasela Jerowaru Montong Gading Nilai Marginal Permintaan (ribu ton/th)

16 Serapan tenaga kerja pada usaha tani tembakau ini relatif jenuh pada bulan April, Juni, dan Agustus (Tabel 11). Hal ini dapat dilihat dari nilai marginalnya yang menunjukkan angka 0. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika pasokan tenaga kerja ditambah pada bulan-bulan tersebut tidak akan menambah nilai ekonomi dari usaha tani tembakau itu sendiri sehingga kegiatan usaha tani menjadi kurang efisien. Terkecuali untuk bulan-bulan tersebut yang nilai marginalnya sangat tinggi. Pada bulan April kebutuhan tenaga kerja sangat tinggi untuk Kecamatan Terara, Kecamatan Masbagik dan Kecamatan Montong Gading dengan nilai marginal masing-masing sebesar HOK, HOK dan HOK. Pada bulan Juni, tenaga kerja terbanyak dibutuhkan di Kecamatan Sikur yaitu sebesar HOK. Sedangkan pada bulan Agustus sebesar HOK mampu diserap oleh Kecamatan Sakra. Tingginya nilai marginal ini menunjukkan bahwa lokasi usaha tani mampu menerima sejumlah pasokan tenaga kerja pada bulan-bulan tersebut sehingga dibutuhkan beberapa usaha untuk meningkatkan pasokan tenaga kerja. Peningkatan ini dilakukan tidak hanya dengan penambahan jumlah tenaga kerja tetapi dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan alat-alat pertanian dalam usaha tani tembakau atau pemanfaatan tenaga hewan ternak sebagai pengganti tenaga manusia dalam beberapa kegiatan usaha tani tembakau. 56

Lombok Timur Dalam Data

Lombok Timur Dalam Data Lombok Timur Dalam Data 2016 1 GEOGRAFI Lombok Timur Kabupaten Terluas di Pulau Lombok. Luas Daratan Lombok Timur Mencapai 33,88 Persen Dari Luas Pulau Lombok. Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Selong, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur. Ir. AGUS ALWI

Sekapur Sirih. Selong, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur. Ir. AGUS ALWI Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DA PETERNAKAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DA PETERNAKAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR SUMBER DANA : APBD KAB. LOMBOK TIMUR Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Urusan : Pilihan Bidang Urusan : Pertanian RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DA PETERNAKAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak Geografis dan Wilayah Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten dari 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara geografis

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G KETENTUAN BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN DAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN GANTI UANG PERSEDIAAN

Lebih terperinci

potensi dan sumber daya yang cukup tinggi untuk pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Keberhasilan pembangunan didorong

potensi dan sumber daya yang cukup tinggi untuk pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Keberhasilan pembangunan didorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Timur merupakan daerah yang memiliki potensi dan sumber daya yang cukup tinggi untuk pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

KECAMATAN SAKRA BARAT TANDA TANGAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KECAMATAN SAKRA BARAT TANDA TANGAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LOMBOK TIMUR MODEL DB-KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DI TINGKAT KABUPATEN ( diisi berdasarkan formulir Model DA-KWK.KPU) LABUHAN

Lebih terperinci

KECAMATAN SAKRA BARAT TANDA TANGAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KECAMATAN SAKRA BARAT TANDA TANGAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LOMBOK TIMUR MODEL DB-KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DI TINGKAT KABUPATEN ( diisi berdasarkan formulir Model DA-KWK.KPU) LABUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR AHMADI, RIZAL Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gunung Rinjani Selong - Lombok Timur email : ahmadirizal@yahoo.com ABSTRAK Tembakau merupakan

Lebih terperinci

Lombok Timur Dalam Data

Lombok Timur Dalam Data 1 ADMINISTRASI GEOGRAFI PEMERINTAHAN 2.1 Lombok Timur Kabupaten Terluas di Pulau Lombok. Luas Daratan Lombok Timur Mencapai 33,88 Persen Dari Luas Pulau Kabupaten Lombok Timur memiliki 20 kecamatan, 239

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL NOVEMBER 2017

ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL NOVEMBER 2017 ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL 18-19 NOVEMBER 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT-NTB NOVEMBER 2017

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

DATA PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI/PNS POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI JUNI ( SMESTER I ) TAHUN

DATA PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI/PNS POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI JUNI ( SMESTER I ) TAHUN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR DATA PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI/PNS POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI JUNI ( SMESTER I ) TAHUN 2016 NO JUMLAH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapas merupakan salah satu bahan baku industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional karena kapas merupakan komoditas utama penghasil serat alam untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah81 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Oleh: Yulia Ratnaningsih Dosen Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Oleh : Herman Rakha/Staff LRC

Oleh : Herman Rakha/Staff LRC Oleh : Herman Rakha/Staff LRC Desa, baik desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PERNGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

LAPORAN AKHIR DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PERNGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAPORAN AKHIR GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PENYEDIAAN PAKAN TERNAK DALAM USAHA PENGGEMUKAN SAPI MENDUKUNG PROGRAM P4MI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR) DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Muhammad Iqbal Iwan Setiajie Anugrah Dewa Ketut Sadra Swastika

LAPORAN AKHIR. Muhammad Iqbal Iwan Setiajie Anugrah Dewa Ketut Sadra Swastika LAPORAN AKHIR SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELALUI INOVASI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Muhammad Iqbal Iwan Setiajie Anugrah Dewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok. BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Kabupaten Lombok Timur a. Luas Wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu Daerah Tingkat II di ProvinsiNusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian 1. Gambaran umum Pulau Lombok Pulau Lombok merupakan sebuah pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara barat dengan luas wilayah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 49/12/51/Th.III, 1 Desember 2009 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2009 NILAI TUKAR PETANI BALI MENINGKAT 0,29 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman perkebunan disebut sebagai komoditas pertanian yang berpotensi memberikan berbagai keuntungan yang menjanjikan dimasa depan. Salah satu tanaman perkebunan yang

Lebih terperinci

Lampiran I.52 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.52 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2010, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,33 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG BUPATEN LOMBOK BARAT 1) TRIANA LIDONA APRILANI, 2) AZRUL FAHMI Fakultas Pertanian Universitas Islam AlAzhar email : 1) lidona 2) lanoy3_kim98@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN DAFTAR GRAFIK..

DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR ISI Hal. DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK.. i ii iii iv BAB I PENDAHULUAN...... I-1 1.1. Latar Belakang..... I-1 1.2. Dasar Hukum

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

KERAGAAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, INGKUNGAN DAN TEKNOLOGI SERTA KELEMBAGAAN DI NUSA TENGGARA BARAT MUAIDY YASIN

KERAGAAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, INGKUNGAN DAN TEKNOLOGI SERTA KELEMBAGAAN DI NUSA TENGGARA BARAT MUAIDY YASIN KERAGAAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, INGKUNGAN DAN TEKNOLOGI SERTA KELEMBAGAAN DI NUSA TENGGARA BARAT MUAIDY YASIN RPJM 3 (2015-2019) Memantapkan Pembangunan secara menyeluruh Dengan menekankan pembangunan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci