ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR"

Transkripsi

1 ISSN No Media Bina Ilmiah81 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Oleh: Yulia Ratnaningsih Dosen Fakultas Ilmu Kehutanan UNTB Abstrak:Penelitian bertujuan (1) Untuk mengetahui kebutuhan tiap jenis bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) yang akan digunakan dalam proses pengovenan tembakau Virginia; (2) Untuk menganalisis efisiensi penggunaan jenis bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) pada pengovenan tembakau Virginia; (3) Untuk mengetahui hambatan dalam penggunaan bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) pada pengovenan tembakau Virginia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.ditentukan satu kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sakra dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut memiliki jumlah oven tembakau Virginia terbanyak. Penentuan responden ditentukan secara purposive sampling yaitu masing-masing sebanyak 8 orang petani tembakau Virginia yang menggunakan bahan bakar kayu, 8 orang yang menggunakan bahan bakar minyak tanah, 8 orang yang menggunakan bahan bakar batubara dan 8 orang yang menggunakan bahan bakar LPG. Hasil Penelitian menujukkan bahwa (1). Berdasarkan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan dalam proses pengovenan tembakau Virginia selama 1 musim tanam (7 kali pengovenan) yaitu penggunaan bahan bakar kayu sebanyak 28 kubik dengan harga Rp dan ratio penggunaan kayu 0,01 m3/kg krosok dengan biaya bahan bakar Rp /kg krosok; minyak tanah liter dengan harga Rp ,-/ltr dan ratio penggunaan minyak tanah 1,3 ltr/kg krosok dengan biaya bahan bakar Rp /kg; batubara sebanyak kg dengan harga Rp ,-/kg dan ratio penggunaan batubara 3,3 kg/kg krosok dengan biaya bahan bakar Rp /kg; LPG sebanyak kg dengan harga Rp ,-/kg dan ratio penggunaan LPG 0,45 kg/kg krosok dengan biaya bahan bakar Rp /kg; (2)Berdasarkan nilai R/C ratio maka pengovenan tembakau Virginia dengan bahan bakar kayu, minyak tanah, batu bara, dan LPG layak diusahakan (R/C ratio 1). Secara berurutan kayu memiliki nilai R/C ratio 1,32; batu bara nilai R/C ratio 1,28; LPG nilai R/C ratio 1,24 dan minyak tanah nilai R/C ratio 1,15; Kata kunci: Bahan bakar, oven, tembakau virginia PENDAHULUAN Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan yang cukup penting peranannya dalam kehidupan sosial ekonommi bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas produksi dan pemasarannya yang melibatkan jumlah penduduk, baik sebagai petani, buruh tani, buruh pabrik rokok, pedagang maupun sebagai pengusaha untuk mendapatkan penghasilan. Selain itu juga tembakau mempunyai andil dalam penerimaan negara yaitu cukai. Dari industri rokok, tembakau mampu memasukkan cukai sekitar 51 (lima puluh satu) triliun rupiah setiap tahunnya. Angka ini merupakan jumlah penerimaan terbesar dari semua cukai yang dipetik pemerintah. Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau Lombok sebagai salah satu daerah penghasil tembakau Virginia, memiliki luas areal tanam dan produksi yang meningkat dari tahun ke tahun. Daerah penghasil tembakau Virginia di Pulau Lombok adalah Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Diantara tiga daerah penghasil tembakau Virginia di Pulau Lombok, Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu penghasil tembakau Virginia terluas dan merupakan sentra produksinya. Seluruh hasil produksinya diolah menjadi krosok fc (flue-cured). Untuk mengolah daun tembakau Virginia menjadi krosok fc diperlukan pengovenan dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Udara panas diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar minyak tanah dan atau bahan bakar lainnya. Dengan terus meningkatnya harga BBM dalam negeri dan dicabutnya subsidi bahan bakar minyak tanah untuk pengomprongan tembakau, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap operasionalisasi omprongan yang akibatnya biaya produksi meningkat sehingga merugikan petani. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya adalah mencari bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah yang harganya murah. Bahan bakar alternatif yang digunakan sebagai Volume 8, No. 1, Februari 2014

2 82 Media Bina Ilmiah ISSN No subsitusi minyak tanah antara lain : kayu bakar, batubara dan LPG. Dalam menghadapi berbagai alternatif penggunaan bahan bakar dalam proses pengovenan, petani harus memutuskan bahan bakar mana yang terbaik untuk pengovenan, yaitu suatu proses yang secara teknis dan ekonomis paling efisien. Untuk pengovenan tembakau Virginia yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan bakar antara lain : (1) Ramah Lingkungan; (2) Tersedia cukup dan berkesinambungan; (3) Aman Penggunaannya dan menguntungkan petani. Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang berujuanuntuk mengetahui kebutuhan tiap jenis bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) yang akan digunakan dalam proses pengovenan tembakau Virginia, untuk menganalisis efisiensi penggunaan jenis bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) pada pengovenan tembakau Virginia, untuk mengetahui hambatan dalam penggunaan bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) pada pengovenan tembakau Virginia. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah aktual yang ada pada masa sekarang.pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik survei yaitu cara pngumpulan data dari sejumlah individu (responden) dalam kurun waktu tertentu dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu (Surakhmad, 1989)Unit Analisis. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah usaha pengovenan tembakau Virginia pada musim tanam 2012 di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Timur yang terdiri dari 20 (dua puluh) Kecamatan. Dari jumlah tersebut, ditentukan 1 (satu) kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sakra dengan pertimbangan bahwa desa tersebut memiliki jumlah oven tembakau Virginia terbanyak. Penentuan jumlah petani responden dilakukan secara Quota Sampling yaitu ditetapkan sebanyak 32 orang. Selanjutnya penentuan responden ditentukan seara Purposive Sampling yaitu masing-masing sebanyak 8 orang petani tembakau Virginia yang menggunakan bahan bakar kayu, 8 orang yang menggunakan bahan bakar minyak tanah, 8 orang yang menggunakan Volume 8, No. 1, Februari 2014 bahan bakar batubara dan 8 orang yang menggunakan bahan bakar LPG. Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari petani responden berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau kantor dinas yang berhubungan dalam penelitian ini seperti : Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur, Badan Pusat Statistik dan Instansi terkait lainnya. Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Biaya yaitu biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh produsen selama proses pengovenan tembakau Virginia. 2. Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pengovenan tembakau Virginia, dinyatakan dalam satuan rupiah. 3. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara total penerimaan (total revenue) dan total biaya (total cost). 4. Hambatan dalam penelitian ini adalah sesuatu yang menyebabkan usaha pengovenan tembakau Virginia belum dapat berlangsung optimal dalam kaitannya dengan penggunaan bahan bakar. Untuk menganalisis besarnya pendapatan petani tembakau Virginia dianalisis dengan menggunakan analisis biaya dan pendapatan, yaitu (Soekartawi, 2003) : I = TR TC Dimana : I = Income (Pendapatan) TR TC = Total Revenue (Total Penerimaan) = Total Cost (Total Biaya) Untuk analisis efisiensi penggunaan bahan bakar pada pengovenan tembakau Virginia dianalisis menggunakan analisis R/C ratio yaitu besarnya penerimaan dibagi besarnya biaya (Soerkartawi, 1986). TR R/C = = 1 TC Keterangan : TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total pengeluaran) Hipotesis yang diajukan : R/C ratio 1, artinya usahatani tembakau Virginia dengan bahan bakar (minyak tanah/kayu

3 ISSN No bakar/batubara/lpg) efisiensi tercapai dan layak diusahakan.r/c ratio < 1, artinya usahatani tembakau Virginia dengan bahan bakar (minyak tanah/kayu bakar/batubara/lpg) efisiensi tidak tercapai sehingga tidak layak diusahakan. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Biaya dalam Pengovenan Tembakau Virginia Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam pengovenan tembakau Virginia. Komponen biaya produksi terdiri atas : harga bahan baku (duan tembakau Virginia basah), biaya angkutan, biaya bahan bakar, upah tenaga kerja dan biaya penyusutan alat (lampiran 7). Berikut gambaran mengenai biaya produksi dengan menggunakan bahan bakar kayu, minyak tanah, batubara dan LPG. Tabel 1. Biaya dan Biaya Bahan Bakar pada Pengovenan Tembakau Virginia Tahun 2009 dalam Satu Musim Tanam Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan kayu bakar untuk bahan bakar pengovenan tembakau jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lain, seperti minyak tanah, batubara dan LPG yaitu sebesar ,- (14,54 %) dari total biaya produksinya sebesar ,-. Namun demikian Pemda NTB tidak merekomendasikan penggunaan bahan bakar kayu sebagai bahan bakar pada pengovenan tembakau Virginia, hal ini dikarenakan ketersediaan kayu sangat terbatas dan akan berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan hutan. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan berbagai jenis bahan bakar dalam pengovenan tembakau Virginia diperlukan pendekatan biaya per Kg krosok yang dihasilkan.melalui hasil perhitungan yang didapat dari responden yang berada di Kabupaten Lombok Timur Kecamatan Sakra diperoleh biaya yang digunakan untuk menghasilkan 1 Kg krosok dalam 1 musim tanam (7-8 kali pengovenan) sebagai berikut. Media Bina Ilmiah83 Tabel 2. Biaya Beberapa Jenis Bahan Bakar untuk Menghasilkan 1 Kg Krosok Per- Musim Tanam. Tabel 3 menunjukkan bahwa harga bahan bakar pada tahun 2012 dengan menggunakan bahan bakar kayu mencapai Rp ,-/kubik, untuk 1 (satu) kali pengovenan membutuhkan kayu rata-rata 4 m3, sehingga untuk pengovenan dalam 1 musim ( 7 kali pengovenan) membutuhkan bahan bakar sebanyak 28 m3. Biaya bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg krosok yaitu sebesar Rp ,- dengan total biaya selama proses pengovenan sebesar Rp /Kg krosok Dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah, harga minyak tanah rata-rata mencapai Rp ,-/liter, untuk 1 (satu) kali pengovenan membutuhkan minyak tanah sebanyak 450 liter, sehingga untuk pengovenan dalam 1 musim ( 7 kali pengovenan) membutuhkan bahan bakar sebanyak liter. Biaya bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg krosok yaitu sebesar Rp ,- dengan total biaya selama proses pengovenan sebesar Rp /Kg krosok. Dengan menggunakan bahan bakar batubara, harga batubara rata-rata mencapai Rp ,-/kg, untuk 1 (satu) kali pengovenan membutuhkan batubara rata-rata kg, sehingga untuk pengovenan dalam 1 musim ( 7 kali pengovenan) membutuhkan bahan bakar sebanyak kg. Biaya bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg krosok yaitu sebesar Rp ,- dengan total biaya selama proses pengovenan sebesar Rp /Kg krosok. Dengan menggunakan bahan bakar gas (LPG), harga LPG mencapai Rp ,-/kg, untuk 1 (satu) kali pengovenan membutuhkan gas (LPG) rata-rata 163 kg, sehingga untuk pengovenan dalam 1 musim ( 8 kali pengovenan) membutuhkan bahan bakar sebanyak kg. Biaya bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg krosok yaitu sebesar Rp ,- dengan total biaya selama proses pengovenan sebesar Rp /Kg krosok. Volume 8, No. 1, Februari 2014

4 84 Media Bina Ilmiah ISSN No Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya bahan bakr termurah untuk menghasilkan 1 Kg krosok berturut-turut yaitu kayu, batubara, LPG dan minyak tanah. b. Efisiensi Pengovenan Tembakau Virginia Efisiensi dimaksud dalam penelitian adalah kelayakan usaha untuk mengembangkan pengovenan tembakau Virginia dimasa yang akan datang dengan melihat perbandingan antara penerimaan dan biaya. Analisis yang digunakan adalah R/C-ratio yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya dalam proses produksi, dengan kriteria apabila nilai R/C ratio 1 maka usaha tersebut dikatakan efisien, dan apabila nilai R/C ratio < 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak efisien. Efisiensi pengovenan tembakau Virginia dengan beberapa macam bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai R/C ratio responden yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk pengovenan sebesar 1,32 artinya setiap pengeluaran Rp , biaya produksi yang dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp Nilai R/C ratio responden yang menggunakan minyak tanah sebesar 1,15 artinya setiap pengeluaran Rp biaya produksi yang dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp Nilai R/C ratio responden yang menggunakan batu bara sebesar 1,28 artinya setiap pengeluaran Rp biaya produksi yang dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp dan nilai R/C ratio responden yang menggunakan gas (LPG) sebesar 1,24 artinya setiap pengeluaran Rp biaya produksi yang dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp Tabel 3. Rata-rata Total Penerimaan dan Total Biaya serta Nilai R/C Ratio Responden pada Pengovenan Tembakau Virginia. Jenis Bahan Hasil Penilaian Bakar Kayu - Nilai - Total Biaya - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Rp ,- Rp ,- Rp ,- 1,32 Layak/Efisi en Volume 8, No. 1, Februari 2014 Minyak Tanah - Nilai - Total Biaya - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Batubara - Nilai - Total Biaya - Pendapatan - Nilai R/C Ratio LPG - Nilai - Total Biaya - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Rp ,- Rp ,- Rp ,- 1,15 Rp ,- Rp ,- Rp ,- 1,28 Rp ,- Rp ,- Rp ,- 1,24 Sumber : Data Primer diolah, Layak/Efisi en Layak/Efisi en Layak/Efisi en Dari analisa di atas nilai R/C Ratio positif atau lebih besar dari 1 maka pengovenan tembakau Virginia dengan berbahan bakar kayu, minyak tanah, batubara, dan LPG layak diusahakan. R/C ratio tertinggi dengan menggunakan bahan bakar kayu yaitu 1,32. Hal ini disebabkan karena harga kayu lebih murah dari bahan bakar lainnya, dimana bahan bakar merupakan komponen utama dalam pengovenan tembakau Virginia sehingga biaya produksi lebih rendah. Namun penggunaan kayu sebagai bahan bakar pada pengovenan tembakau Virginia tidak dianjurkan sesuai dengan rekomendasi POKJA BBA. Bahan bakar yang lebih kompetitif menghasilkan keuntungan yang lebih besar pada pengovenan tembakau Virginia yaitu dengan menggunakan bahan bakar batubara. Berdasarkan Tabel 11, pendapatan yang paling tinggi yaitu pada pengovenan tembakau Virginia dengan menggunakan bahan bakar batubara sebesar Rp ,-, dengan R/C ratio sebesar 1,28 hal ini disebabkan karena selisih antara nilai

5 ISSN No Media Bina Ilmiah85 produksi dan total biaya produksi pada batubara paling besar. c. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam Pengovenan Tembakau Virginia Berdasarkan hasil wawancara dengan responden ditemui beberapa hambatan antara lain modal dan ketersedian bahan bakar (dalam proses pengovenan) : secara rinci kendala yang dihadapi responden disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Hambatan yang dihadapi Responden pada Pengovenan Tembakau Virginia di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012 Sumber : Data Primer diolah, 2012 Tabel 4 menunjukkan bahwa hambatan yang paling dominan dihadapi responden dalam proses pengovenan tembakau Virginia di Kabupaten Lombok Timur adalah modal yaitu 13 orang (40,63 %), sedangkan hambatan terkecil adalah bahan bakar yaitu 8 orang (25 %). 1. Modal Modal merupakan hambatan terbesar bagi responden dalam usaha pengovenan tembakau Virginia sebanyak 13 orang (40,63%), dengan rincian yaitu dengan menggunakan bahan bakar kayu sebanyak 2 orang, minyak tanah 3 orang, batubara 4 orang dan LPG 4 orang. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang menyatakan kekurangan modal disebabkan oleh biaya produksi yang sangat tinggi untuk pengovenan tembakau dan tidak adanya kredit atau pinjaman lunak yang diberikan pemerintah. Modal yang dipakai untuk pengovenan tembakau Virginia diperoleh dari pinjaman antar keluarga atau dari pinjaman lembaga-lembaga keuangan dan bahkan terkadang pinjaman modal dari pihak rentenir yang biasanya memberikan suku bunga yang tinggi. Modal yang dipinjam pada rentenir atau yang lainnya dibayarkan pada waktu yang telah disepakati bersama dengan suku bunga antara 5-10%. Sedangkan apabila meminjam uang pada lembaga keuangan dengan bunga % yang disetorkan setiap bulannya. Namun kebanyakan lebih memilih meminjam uang dari keluarga atau rentenir karena tidak mau direpotkan dengan urusan administrasi yang berbelit-belit pada lembaga keuangan. Untuk mengatasi masalah dalam hal permodalan perlu adanya lembaga keuangan ditingkat desa yang urusan administrasinya tidak berbelit-belit untuk mempermudah petani meminjam modal seperti Koperasi Unit Desa (KUD). 2. Ketersediaan Bahan Bakar Proses pengovenan tembakau Virginia sampai saat ini masih dihadapkan pada kendala ketersediaan bahan bakar serta penggunaan/pemilihan bahan bakar alternatif yang ekonomis, mudah diperoleh, aman bagi kesehatan pengguna dan lingkungan serta menguntungkan dari aspek sosial kemasyarakatan. a). Kayu Bahan bakar kayu mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Penggunaan kayu bakar untuk bahan bakar pada pengovenan tembakau Virginia jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar lain seperti BBMT, batu bara dan LPG. Tetapi pemerintah melarang penggunaan kayu sebagai bahan bakar karena banyak petani yang makin nekat membabat hutan dan tanaman perkebunan untuk mendapatkan kayu. Jika seluruh petani menggunakan bahan bakar kayu untuk pengovenan tembakau Virginia, maka dibutuhkan sekitar m3 setara dengan hektar per 1 (satu) musim sehingga penggunaan kayu sebagai bahan bakar pengovenan tembakau Virginia akan berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan. Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hambatan dengan menggunakan bahan bakar kayu sebanyak 1 orang, hal ini disebabkan karena penggunaan kayu dilarang oleh pemerintah dan kayu yang digunakan untuk pengovenan harus memenuhi kriteria tertentu sehingga sulit diperoleh. b.) Minyak Tanah Selama ini pengovenan tembakau di pulau Lombok menggunakan bahan bakar minyak tanah dengan harga subsidi. Berdasarkan ketentuan Pemerintah yang menetapkan kegiatan pengovenan daun tembakau Virginia menjadi krosok fc merupakan kegiatan industri sehingga tidak dapat lagi menggunakan energi minyak tanah dengan harga subsidi (Rp.3.000/liter), tetapi harus menggunakan harga non subsidi yang mengikuti harga internasional yang berkisar antara Rp /l. Besarnya subsidi bahan bakar minyak tanah yang diberikan pemerintah untuk pengovenan tembakau Volume 8, No. 1, Februari 2014

6 86 Media Bina Ilmiah ISSN No setiap tahunnya berkisar antara Milyar. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang akan mengurangi kuota minyak tanah bersubsidi mulai tahun 2008 hingga 2011 mendatang, maka perlu dicari bahan bakar alternatif. Bahan bakar alternatif untuk pengovenan tembakau yang telah disepakati yaitu batubara dan Gas LPG sesuai dengan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor : 79 A Tahun 2008 tentang Bahan Bakar Alternatif Untuk Pengovenan Daun Tembakau Virginia menjadi Krosok Flue- Cured di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hambatan dengan menggunakan bahan bakar kayu sebanyak 5 orang, hal ini disebabkan karena harga minyak tanah yang tinggi karena dicabutnya subsidi minyak tanah untuk pengovenan tembakau Virginia dari pemerintah. c). Batubara Secara ekonomi bahan bakar batubara dianggap cukup prospektif dibanding dengan bahan bakar lainnya. Cadangan batubara nasional mencapai 19,3 triliun ton dan baru dieksploitasi 130 juta ton/th sehingga ketersediannya terjamin. Dalam satu musim tanam daerah Nusa Tenggara Barat membutuhkan ± ton batubara. Akan tetapi pengovenan tembakau Virginia dengan menggunakan batubara masih mengalami kendala yaitu adanya limbah negatif (SO 2, asap, dll) yang dihasilkan dan mengganggu lingkungan sekitar. Untuk menghindari dampak negatif tersebut diperlukan sistem pembakaran yang tidak menghasilkan asap (gasifikasi), SO 2 yang terlepas ke udara dapat diatasi dengan bahan bakar batubara yang kandungan belerangnya rendah. Kendala lain penggunaan bahan bakar batubara untuk pengovenan tembakau Virginia harus dilakukan modifikasi tungku dari tungku bahan bakar minyak tanah menjadi tungku batubara dengan sistem gasifikasi memerlukan biaya sebesar Rp ,- per unit sampai dengan Rp ,- per unit. Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa responden tidak ada yang mengalami hambatan untuk memperoleh batu bara karena distribusi batubara lancar, dimana pada tahun 2009 ada 7 perusahaan sebagai supplier batubara. d). Gas (LPG) Bahan bakar LPG merupakan bahan bakar liquid yang mudah dibakar seperti halnya Volume 8, No. 1, Februari 2014 minyak tanah yang selama ini dipakai sebagai bahan bakar dalam proses pengovenan tembakau Virginia. Akan tetapi kendala yang dihadapi yaitu dari sisi penyediaan bahan bakar ini memerlukan manajemen yang rapi dan juga teknologi khusus karena bahan bakar gas mempunyai peluang kebakaran, ledakan, dan lain-lain. Selain itu Pemerintah menetapkan harga berbeda untuk keperluan rumah tangga dan keperluan industri. Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hambatan dengan menggunakan bahan bakar LPG sebanyak 2 orang, hal ini disebabkan karena untuk keperluan industri termasuk industri pengovenan tembakau Virginia memperoleh harga yang lebih tinggi.. PENUTUP a. Simpulan Berdasakan hasil penelitian dan prmbahasan yang dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan dalam proses pengovenan tembakau Virginia yaitu dengan bahan bakar kayu sebanyak 28 kubik dengan harga Rp ,-/m3, miyak tanah liter dengan harga Rp ,-/ltr, batubara sebanyak 9.475/ltr dengan harga Rp ,-/kg dan LPG sebanyak 163 kg dengan harga Rp ,-/kg. 2. Berdasarkan nilai R/C ratio maka pengovenan tembakau Virginia dengan bahan bakar kayu, minyak tanah, batu bara, dan LPG layak diusahakan (R/C ratio > 1). Secara berurutan kayu memiliki nilai R/C ratio 1,32; batu bara nilai R/C ratio 1,28; LPG nilai R/C ratio 1,24 dan minyak tanah nilai R/C ratio 1, Hambatan-Hambatan yang dihadapi oleh responden dalam pengovenan tembakau Virginia menjadi krosok adalah modal dan ketersediaan bahan bakar, khususnya minyak tanah. 4. Berdasarkan biaya bahan bakar yang digunakan dalam pengovenan tembakau Virginia, batu bara merupakan bahan bakar paling prospektif bila dibandingan dengan minyak tanah dan LPG. Khusus untuk bahan bakar kayu mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi tetapi tidak direkomendasikan karena merusak sumber daya alam dan lingkungan. b. Saran

7 ISSN No Pengovenan tembakau Virginia dengan menggunakan bahan bakar kayu mempunyai biaya produksi yang paling rendah bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, namun dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Diharapkan adanya pencanangan pembangunan hutan produksi terutama dilahan-lahan kering yang ada di Nusa Tenggara Barat sehingga diharapkan dalam jangka waktu 5-10 tahun kedepan bahan bakar kayu dapat dijadikan bahan bakar alternative untuk pengovenan tembakau Virginia. 2. Kayu dapat dijadikan bahan bakar, namun dikombinasikan dengan bahan bakar alternatif lainnya misalnya dengan menggunakan bahan bakar batu bara, sehingga akan diperoleh biaya produksi yang lebih rendah. 3. Perlu adanya pengkajian dan penelitian lebih lanjut mengenai dampak penggunaan bahan bakar batubara untuk pengovenan tembakau Virginia baik terhadap mutu krosok maupun lingkungan. 4. Perlu adanya bantuan dana dari Pemerintah untuk pembuatan tungku oven batubara gasifikasi (modifikasi tungku dari tungku bahan bakar minyak tanah menjadi tungku batubara dengan sistem gasifikasi). DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto, Budidaya Tembakau. CV. Yasagusa. Jakarta. Badan Pusat Statistik, NTB Dalam Angka. BPS NTB. Mataram. Badan Pusat Statistik, Lombok Timur Dalam Angka. BPS NTB. Mataram. Darmawijaya,M,L., Peran Survei Tanah Dalam Pembangunan Perkebunan.Dalam Natalis UNS. Balai Informasi Pertanian NTB. Dinas Perkebunan NTB, Laporan Tahunan Pelaksanaan Intensifikasi Tembakau Virginia. Dinas Perkebunan Tingkat I NTB. Mataram. Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Road Map Tembakau Virginia di Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk Mendukung Industri Hasil Tembakau. Disbun NTB. Mataram. Hadisapoetra, Biaya dan Pendapatan Dalam Usahatani. Departemen Ekonomi Media Bina Ilmiah87 Pertanian Fakultas Pertanian universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Makfoeld, D., Mengenal Beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di Indonesia. Liberty. Yogyakarta. Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3S. Jakarta. Prayitno, H., dan Lincolin Arsyad, Petani dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta. Rahim, Abd., Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan dan Trisnawati, Y., Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi, A., Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pembangunan Petani Kecil. UIPress. Jakarta., Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Surakmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknis. Edisi VII. Tarsito. Bandung. Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja, Usahatani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Pengadaan Buku Menengah dan Kejuruan. Volume 8, No. 1, Februari 2014

8 88 Media Bina Ilmiah ISSN No Volume 8, No. 2, April

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian PENELITIAN KEBIJAKAN KONVERSI ENERGY ALTERNATIF PENGOMPRONGAN TEMBAKAU VIRGINIA DI PULAU LOMBOK TAHUN 2009 Tim Pusat Penelitian Lingkugan Hidup Universitas Mataram Sudarmadji Rahardjo, Hirwan Hamidi, Cahyawan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG BUPATEN LOMBOK BARAT 1) TRIANA LIDONA APRILANI, 2) AZRUL FAHMI Fakultas Pertanian Universitas Islam AlAzhar email : 1) lidona 2) lanoy3_kim98@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Idin Hadwa, 2 Soetoro, 3 Zulfikar Noormansyah

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No. 4, April-Juni 2014 ISSN: 2338-4603 Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh: ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Waris 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memberikan kontribusi besar kepada negara Indonesia yaitu sebagai salah satu penghasil devisa negara. Usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) Oleh: Yuri Tiara 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG 1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si rahmaniah_nia44@yahoo.co.id Abstrak Pengembangan kopi di Kabupaten Polewali Mandar dari tahun ke

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Septiawan, 2 Dini Rochdiani, 3 Muhamad Nurdin Yusuf

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analisis Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analysis of Green Mustard Marketing in Balun Ijuk Village, Merawang, Bangka (A case Study of Farmer

Lebih terperinci

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptana poir.) (Suatu Kasus di Desa Budiasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di gabungan gelompok tani (Gapoktan) Desa Hasang, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN 226 ANALISIS USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA HAMPALIT KECAMATAN KATINGAN HILIR KABUPATEN KATINGAN (Analysis of oil palm farming in Hampalit Village, Katingan Hilir Sub district, Katingan District) Asro

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga)

ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) Kasmin R. Lasena 1), Dr Amir Halid. SE, M.Si 2), Amelia Murtisari SP. M.Sc 3) JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA 36 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Sukiman 1), Dumasari 2), dan Sulistyani Budiningsih 2) 1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Lebih terperinci

Jurnal S. Pertanian 1 (10) : (2017) ISSN :

Jurnal S. Pertanian 1 (10) : (2017) ISSN : Jurnal S. Pertanian 1 (10) : 807 815 (2017) ISSN : 2088-0111 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU DI DESA SUKA MAKMUR KECAMATAN WIH PESAM KABUPATEN BENER MERIAH (Studi Kasus Usaha

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di

METODE PENELITIAN. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di III. METODE PENELITIAN A. Teknik Pengambilan Sampel 1. Lokasi Penelitian Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di desa Bolorejo kecamatan Kauman kabupaten Tulungagung, sebab

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonoanti. Pengambilan sampel Desa dilakukan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian tentang kelayakan produksi gula kelapa dengan cara mengumpulkan informasi-informasi

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 KONTRIBUSI PENDAPATAN AGROINDUSTRI DAWET IRENG TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PENGRAJIN DI KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO Dian Setiawati 1), Eni Istiyanti 2) dan Uswatun Hasanah 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO 1 Erryka Aprilia Putri, 2 Anik Suwandari & 2 Julian Adam Ridjal 1 Mahasiswa,Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT Karina Shafira*), Lily Fauzia **), Iskandarini ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Ishak Manggabarani 1, Baharuddin 2 Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendiskripsikan, dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Penawaran dan Permintaan Tembakau Di Kabupaten Lombok Timur Serta Intersaksi Spasial Dari Dua Aspek Tersebut Menurut analisis terhadap data base hasil survey tahunan Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, metode ini mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Oleh: Eris Yuliana 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO Hanief Almuttabi Rama Yunus 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1) Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II. KERANGKA TEORITIS

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser) ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2015, 3 (3): 600-611 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif analisis yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI KOPI ROBUSTA DENGAN SISTEM SAMBUNG DI KECAMATAN GANGGA KABUPATEN LOMBOK UTARA

EFISIENSI USAHATANI KOPI ROBUSTA DENGAN SISTEM SAMBUNG DI KECAMATAN GANGGA KABUPATEN LOMBOK UTARA EFISIENSI USAHATANI KOPI ROBUSTA DENGAN SISTEM SAMBUNG DI KECAMATAN GANGGA KABUPATEN LOMBOK UTARA MUHSIN Fak. Pertanian Univ. ISLAM AL-AZHAR Mataram ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Desi Sulistianengsih, 2 Dini Rochdiani, 3 Mochammad Ramdan 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

AGUS PRANOTO

AGUS PRANOTO ANALISIS USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA RAMBAH BARU KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA AREN DI KECAMATAN LINGSAR

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA AREN DI KECAMATAN LINGSAR 137 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA AREN DI KECAMATAN LINGSAR INCOME AND FEASIBILITY ANALYSIS OF PALM SUGAR AGRO-INDUSTRY IN LINGSAR DISTRICT, WEST LOMBOK REGENCY Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 ) KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG Agus Muharam 1 ) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi agusmuharam@studdent.unsil.ac.id M. Iskandar Mamoen 2 ) Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04 Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. Uraian Penerimaan usahatani Biaya usahatani Pendapatan usahatani Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Adapun alasan penentuan lokasi penelitian ini karena dilokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan 6 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi I. Pendahuluan Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan Petani Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun, penentuan Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia

Lebih terperinci

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN Dyah Panuntun Utami 1), Arif Pramudibyo 2) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, sejak bulan Februari sampai bulan April 2013 dengan lokasi penelitian di Kecamatan Tilongkabila,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun batu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH ELSA THESSIA YENEVA 06114052 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Hesty Suryanti, Minar Ferichani, dan Suprapto Program Studi Agribisnis Universitas

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 106 112 ISSN : 1411-1063 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI LEBAH MADU DI DESA KALISARI, KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Purwanto Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN Tri Santoso, Uswatun Hasanah, dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 8 [15 Januari 2010]

IV METODE PENELITIAN. 8  [15 Januari 2010] IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan industri tempe Semanan, Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 125 133 (2017) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) Indah Lestari 1, Elfiana 2,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan diseluruh pengusaha tembakau mole iris di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan diseluruh pengusaha tembakau mole iris di Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan diseluruh pengusaha tembakau mole iris di Kecamatan Tanjungsari yang masih aktif pada tahun 2007-2011, jumlah dari pengusaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 3 (5) :680-654, Oktober 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU Revenue Analysis Of Banana Chips Industry In House hold Sofie

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian A. Metode Dasar Penelitian I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang

Lebih terperinci

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA 25 Buana Sains Vol 9 No 1: 25-30, 2009 PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA Asnah 1) dan Virgilius Natal 2) 1) PS Agribisnis Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK 129 MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA Pujiati Utami dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L. ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Welson Wangke Benu Olfie L.S ABSTRACT This study aims to determine how much income

Lebih terperinci

Volume 9 No. 1 April 2017

Volume 9 No. 1 April 2017 Volume 9. 1 April 2017 PERBEDAAN PRODUKTIVITAS DAN KEUNTUNGAN USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa, L) DENGAN CARA PEMUPUKAN BERBEDA DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN IV DESA UJUNGARIS KECAMATAN WIDASARI KABUPATEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia karena menjadi salah satu tanaman pangan penting setelah beras dan jagung, sehingga kedelai menjadi sumber

Lebih terperinci