BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Pengertian Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Dalyono ( 1999: 209 ) belajar adalah usaha untuk membentuk tangapan tanggapan baru, Belajar dapat menimbulkan hal-hal baru yang sebelumnya belum diketahui. Menurut Gulo ( 2002 : 8) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingah lakunya baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat. Belajar melalui proses pada diri manusia untuk mengubah tingkah lakunya dari tidak tahu menjadi tahu melalui proses berfikir, bersikap dan berbuat. Menurut Yamin ( 2003 : 9 ) Belajar adalah perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Orang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku karena dari sesuatu yang tidak diketahui menjadi mengetahui sesuatu dan itu yang disebut belajar. Menurut Skinner dalam Dimyanti dan Mujiono ( 2006 : 9 ) Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya jika dia tidak belajar maka responnya akan menurun. Menurut Purwanto ( 2009 : 47 ) Belajar adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku yang diakibatkan dari pengalaman yang telah mereka alami, ketika seseorang mendapatkan pengalaman mereka akan mengalami perubahan tingkah laku. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses merespon yang berlangsung pada seseorang yang dapat merubah perilaku seseorang, ketika seseorang sudah mendapatkan pengalaman dari yang sebelumya tidak mengetahui menjadi tahu, dari sesuatu yang tidak baik menjadi sesuatu yang baik. 7

2 digilib.uns.ac.id 8 b. Pengertian Hasil Belajar Hasil sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang mengetahui bahan yang diajarkan. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada peserta didik yang mengikuti proses belajar dan mengajar. Jadi proses belajar mengajar akan ditentukan hasil penilaian yang akan dilakukan guru. Hasil belajar perlu di evaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal (Purwanto, 2009 : 46) Menurut Syah, Supardi, dan Muslihah, (2009: 46) Hasil Belajar adalah pencapaian prestasi belajar (skor) yang dicapai siswa dengan kriteria atau nilai yang telah ditetapkan baik menggunakan acuan patokan maupun penilaian acuan norma. Hasil belajar siswa dapat ditetapkan dengan menggunakan patokan nilai atau angka dan juga bisa dengan sikap. Dari penjabaran para ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar merupakan pemerolehan tujuan pendidikan berupa skor dengan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan baik menggunakan acuan patokan ataupun penilaian acuan norma, setelah peserta didik mengikuti proses belajar mengajar. c. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya. Hasil Belajar Matematika menurut Abidin (2011) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan setelah mempelajari 8

3 digilib.uns.ac.id 9 matematika. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang belajar, hasil belajar, dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, menurut Darwyan, Supardi, dan Muslihah (2009: 47-48) Untuk menilai keberhasilan siswa dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar yang dapat digolongkan kedalam tiga jenis penilaian sebagai berikut: ulangan harian, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan potensi, ulangan semester digunakan untuk menilai penguasaan potensi pada akhir program semester, ulangan kenaikan kelas digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai standar kompetensi. Menurut Sudjana (2004: 3) Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasi belajar yang telah dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar proses pemberian nilai yang dicapai siswa berdasarkan kriteria tertentu. Hasil belajar merupakan penguasaan indikator -indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan, oleh peserta didik informasi hasil penilaian dapat digunakan sebagai sarana untuk memotiasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar, serta melaksanakan remidial. Menurut Haryanti (2007: 115) Laporan Hasil Penilaian proses dan hasil belajar meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Mata pelajaran yang dinilai dengan psikomotor yaitu pelajaran yang melakukan praktek, sedangkan untuk aspek koqnitif dan afektif digunakan untuk seluruh mata pelajaran Aspek koqnitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek yang berbeda beda keenam tingkatan tersebut adalah : Tingkat Pengetahuan ( knowledge), 9

4 digilib.uns.ac.id 10 tingkatan pemahaman ( Comprehension ), tingkat penerapan ( application ), tingkat analisis ( analisys ), tingkat sintesis ( synthesis ), tingkat evaluasi ( evaluation ). Rosyada (2008: 24-32) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara yang pertama faktor internal meliuputi faktor fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lemah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Faktor psikologi anak-anak memiliki kondisi psikologi yang berbeda-beda, yang kedua faktor eksternal meliputi faktor lingkungan misalnya keadaan suhu, kelembaban udara, kepengapan udara, dan sebagainya. Faktor instrumental misalnya kurikulum, sarana, fasilitas dan guru. Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar. Jika seseorang menginginkan hasil belajar yang maksimal maka mereka harus memperhatikan faktor-faktor yang telah diterangkan diatas baik faktor internal maupun faktor eksternal. e. Hakikat Matematika Bangun Ruang di SD Dalam buku pemecahan masalah matematika, Budihayanti (2008 : 24) menerangkan bangun ruang adalah bangun yang memiliki 3 dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Menurut GBPP 2004 materi bangun ruang disampaikan pada siswa SD Kelas V semester I meliputi : menentukan sifat-sifat ( sisi, titik sudut, rusuk) bangun ruang sederhana, mengambar jaring-jaring kubus balok. Unsur bangun ruang yang dipelajari adalah sisi, rusuk dan titik sudut. Sisi adalah sekat pembatas / bagian luar. Pada bangun ruang ada sisi yang datar seperti pada kubus, balok, prisma dan sebagainya, ada pula yang berbentuk lengkung seperti pada tabung, kerucut,dan bola. Rusuk adalah perpotongan dua bidang sisi pada bangun ruang, sehingga merupakan ruas garis. Ada rusuk yang berbentuk lurus seperti pada kubus, balok, prisma dan sebagainya, ada pula yang berbentuk lengkung seperti pada tabung, kerucut,. Titik sudut merupakan perpotongan tiga bidang/perpotongan tiga rusuk atau lebih. Bangun ruang yang dipelajari di kelas V SD adalah limas, balok, tabung, kerucut. 10

5 digilib.uns.ac.id 11 a). Sifat-sifat bangun ruang 1. Kubus Kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh enam bidang sisi berbentuk persegi yang kongruen. Kubus juga disebut bidang enam beraturan / Hexaedan ( Sumadi, 1996 : 1-4). Menurut Heruman ( 2007 : 110) bangun ruang kubus merupakan bagian prisma yang memiliki sisi yang sama besar. Menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH. Gambar 1.Kerangka Bangun Ruang Kubus 1). Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD,sisi EFGH,sisi ABFE, sisi DCGH,sisi ADHE, sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus. Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama. 2). Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk AB,rusuk BC,rusuk AE,rusuk EF, rusuk FG,rusuk BF,rusuk HG,rusuk EH,rusuk CG,rusuk DC,rusuk AD,rusuk DH Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama. 3). Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A,Titik sudut E,Titik sudut B, Titik sudut F,Titik sudut C,Titik sudut G,Titik sudut D,Titik sudut H Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus. 11

6 digilib.uns.ac.id Balok Balok adalah bangun ruang yang dibentuk oleh enam bidang sisi berbentun persegi panjang, sisi yang berhadapan kongruen ( Sumadi, 1996 : 5). Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 3 pasaang (enam buah) persegi panjang dimana satu panjang persegi panjang saling sejajar ( berhadapan ) dan ukuran sama. Gambar 2. Kerangka Bangun Ruang Balok Menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH. a. Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: 1) sisi ABCD 4) sisi EFGH 2) sisi ABFE 5) sisi DCGH 3) sisi ADHE 6) sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok. Sisi ABCD = sisi EFGH Sisi BCFG = sisi ADHE Sisi ABFE = sisi EFGH b. Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: 1) rusuk AB 5) rusuk BC 9) rusuk AE 2) rusuk EF 6) rusuk FG 10) rusuk BF 3) rusuk HG 7) rusuk EH 11) rusuk CG 4) rusuk DC 8) rusuk AD 12) rusuk DH Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC 12

7 digilib.uns.ac.id 13 Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH c. Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: 1) Titik sudut A 5) Titik sudut E 2) Titik sudut B 6) Titik sudut F 3) Titik sudut C 7) Titik sudut G 4) Titik sudut D 8) Titik sudut H 3. Tabung, Kerucut dan bola Bangun ruang tabung, kerucut dan bola berbeda dengan kubus atau balok karena dalam bangun ruang ini terdapat sisi lengkung. Bangun ruang tabung mempunyai 2 buah rusuk tetapi tidak mempunyai titik sudut. Tabung mempunyai buah sisi yaitu sisi lengkung, sisi atas dan sisi bawah Bangun ruang kerucut mempunyai dua buah sisi yaitu sisi alas dan sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik sudut yang disebut puncak. Yang terakhir bangunruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutup seluruh bagian ruangnya. Gambar 3. Kerangka Tabung, Kerucut dan Bola 13

8 digilib.uns.ac.id 14 b) Jaring-jaring kubus dan balok Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar yang berbentuk persegi dan persegi panjang., gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang memiliki dan membentuk balok. (Mustaqim, dan Astuti, 200 : 214 ) Gambar 4. Jaring-jaring Kubus dan Balok c) Pembelajaran bangun ruang dalam matematika Dalam proses pembelajaran siswa SD masih dalam tahap pembelajaran operasional kongkret. Pada masa operasional kongkret yang dapat difikirkan oleh anak masih terbatas pada benda-benda kongkret yang dapat dilihat atau diraba. Benda-benda yang tidak nampak dalam kenyataan masih sulit difikirkan oleh anak (Abdurahman, 2003 : 170) karenanya pendekatan dan strategi pembelajaran berstandar pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman suatu konsep atau pengetahuan dibangun sendiri (dikonstruksi) oleh siswa. Hal ini berarti bahwa suatu konsep rumus atau prinsip dalam geometri ruang seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa dibawah bimbingan guru. Pembelajaranya mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali, menbuat dan menemukan sesuatu dan dalam hal ini juga sangat bermanfaat untuk bidang lainya. 14

9 digilib.uns.ac.id 15 Pembelajaran bangun ruang harus dimulai dari benda benda konkret ke bentuk semi kongkret kemudian menuju abstrak. Hal ini dapat diperjelas melalui skema. Gambar di atas adalah bangun ruang kubus, walaupun kubus merupakan bangun ruang yang berdimensi tiga namun ketika gambarnya dibuat pada kertas maka akan menunjukkan perbedaan dengan bangun kubus sebenarnya. Sebagai akibatnya setiap sisi suatu kubus yang sejati atau pada kenyataannya berbentuk persegi namun pada gambar bisa berbentuk tidak persegi. Hal-hal tersebut terkadang menyulitkan para siswa. ( puskum, 2002:14) Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran bangun ruang pada sisw SD harus dimulai dari benda nyata atau kongkret menuju semi kongkret kemudian ke abstrak, hal ini untuk menghindarkan siswa dari miss komunikasi tentang sifat-sifat bangun ruang tersebut. 2. Hakikat Model Contextual Teaching and Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Pengertian Model pembelajaran menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2009), Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas pembelajaran. Dalam tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan. Menurut Mills dalam Suprijono (2009:45), model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan Wahab (2007:52), berpandangan bahwa model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang mengambarkan proses yang ditempuh pada proses 15

10 digilib.uns.ac.id 16 pembelajaran agar dicapai perubahan pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Berdasarkan definisi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pada dasarnya adalah suatu cara atau teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau seornag pengajar dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran Dewasa ini banyak sekali model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dibidang pendidikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut adalah Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Akan tetapi tidak semua model pembelajaran tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran, melainkan hanya salah satu model saja yang cocol dan sesuai dengan materi pembelajaran yang dipelajarai. Menurut Sugiyanto (2009:3), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran yaitu : a). Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, b). Sifat /bahan materi ajar. c). Kondisi siswa, d). Ketersediaan sarana prasarana belajar. Setelah pemilhan model yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya dengan menggunakan salah satu model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun fungsi lain dari penggunaan model pembelajaran menurut Chauhan dalam Wahab (2007:55), diantaranya adalah: a). Sebagai pedoman guru dalam pembelajaran, b). Sebagai pengembangan kurikulum, c). Untuk menetapkan bahan-bahan pembelajaran, d). Membantu perbaikan dalam mengajar. Banyak sekali model atau setrategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dibidang pendidikan dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Model pembelajaran tersebut salah satunya adalah pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ). Definisi Contextual Teaching and Learning menurut Johnson, dalam Alwasilah (2009:65), Contextual Teaching and Learning adalah sistem yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning terdiri dari bagian-bagian yang 16

11 digilib.uns.ac.id 17 saling terhubung. Jika bagian ini terhubung satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagian nya secara terpisah. Bagian-bagian Contextual Teachingand Learning yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Selanjutnya masih menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009:14), Contextual Teaching and Learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujunan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, berfikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Sedangkan menurut Howey R, Keneth dalam Rusman (2010: 190), mendefinisikan : Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academik understanding and abilities and a variety of in-and out of school context to slove simulated or real world problems, both alone and with others, (Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademik dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri maupun bersama-sama). Sementara itu dalam Trianto (2009: 104), pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan kontek mata pelajaran dengan situasi nyata dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja (US. Departemen of Education the National School-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001). 17

12 digilib.uns.ac.id 18 Berdasarkan beberapa uraian tentang pengertian model Contextual Teaching and Learning di atas dapat disimpulkan bahwa model Contextual Teaching and Learning merupakan sebuah model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk memaknai/mengkaitkan sebauh materi pelajaran kedalam dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka, dengan menggunakan pemahaman dan kemampuan akademik mereka untuk memecahkan sebuah masalah, baik bekerja secara individu ataupun secara berkelompok. b. Dasar Teori Model Contextual Teaching and Learning Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009: 15), terdapat tiga pilar dalam sistem Contextual Teaching and Learning, yaitu: 1). CTL mencerminkan prinsip saling ketergantungan. Kesalingtergantungan mewujudkan diri, ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal tersebut nampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas. 2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk,menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. 3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan dari penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tntutan tujjuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan peran serta dalam kegiatan kegiatanyang berpusat pada siswa yang membuat hati merekka bernyanyi. 18

13 digilib.uns.ac.id 19 c. Komponen Model Contextual Teaching and Learning Pembelajaran berbasisi Contextual Teaching and Learning menurut sanjaya dalam Sugiyanto (2009: 17), meliputi tujuh komponen pembelajaran yaitu: 1). Konstruksivisme (Constructivism), adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur koknitif siswa berdasarkan pengalaman. 2). Menemukan (Inquiry), adalah prose pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir sistematis. 3). Bertanya (Questioning), adalah bagian dari inti belajar dan menemukan pengetahuan. 4). Masyarakat belajar (Learning Community), didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan oranglain. 5). Pemodelan (Modelling), adalah prose pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. 6). Refleksi (Reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembalikejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif maupun yang bernilai negatif. 7). Penilaian Nyata ( Authentic Assessment), adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. d. Pola / Sekenario Contextual Teaching and Learning Sesuai dengan tujuh komponen dalam Contextual Teaching and Learning di atas dapat di aplikasikan dalam sekenario pembelajaran sebagai berikut: 1) Pada waktu membuka pelajaran di adakan kegiatan tanya jawab bangun ruang balok ( Konstuktivisme). 2) Kemudian siswa berusaha berfikir dan menemukan pengetahuan baru yang belum pernah mereka temukan sebelumnya, dengan melakukan 19

14 digilib.uns.ac.id 20 pengukuran bangun ruang balok sehingga diperoleh ukuran panjang, lebar dan tinggi bangun ruang balok tersebut ( inkuiri). 3) Pengetahuan dan pengalaman baru itu (panjang,lebar dan tinggi balok) akhirnya menimbulkan pertanyaan ( bertanya). 4) Siswa secara berkelompok berdiskusi menentukan sifat persegi panjang tersebut berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan ( masyarakat belajar), guru juga memberikan model bangun ruang untuk setiap kelompok (pemodelan). 5) Siswa menyimpulkan sifat-sifat bangun ruang balok (refleksi). 6) Siswa mengerjakan sola latihan individu (penilaian nyata). e. Langkah-langkah Contextual Teaching and Learning Berikut adalah beberapa hal yang berhubungan dengan model Contextual Teaching and Learning : 1) Langkah-Langkah Contextual Teaching And Learning. Menurut sugiyanto (2009:22), secara sederhana menjelaskan langkahlangkah Contextual Teaching and Learning sebagai berikut: a) Kembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok). e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f) Lakukan refleksi di akhir pembelajaran. g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2) Ciri-Ciri Kelas Yang Menggunakan Model Contextual Teaching And Learning. Disamping langkah-langkah pembelajaran, hal yang berhubungan dengan Contextual Teaching and Learning adalah adanya ciri-ciri kelas yang 20

15 digilib.uns.ac.id 21 menggunakan pendekatan kontekstual ( dalam Ismawati, 2011: 120) dan terdapat juga dalam Sugiyanto (2009: 23), yang menjelaskan ciri-ciri kelas yang menggunakan Contextual Teaching and Learning sebagai berikut: pengalaman nyata, kerjasama saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif dan kritis, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, guru kreatif. 3) Tujuan Pembelajaran Matematika di Kelas V SD Yang Diteliti Dalam penelitian ini, materi pokok yang akan disampaikan yaitu tentang mengidentifikasi sifat bangun ruang, pada siswa kelas V SD N Seworan Disamping itu STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN menurut PERMENDIKNAS no 20 Tahun 2007 dalam BNSP berisi tentang teknik dan istrumen penilaian meliputi: 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. 2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan dan tes praktik atau kinerja. 3. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan /atau di luar kegiatan pembelajaran. 4. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. 5. Instrumen penilaian hasil belahar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah mempresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikasi dengan taraf perkembangan peserta didik. 6. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk uian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi dan bahasa serta memiliki validasi empirik. 21

16 digilib.uns.ac.id Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validasi empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingklan antar sekolah, antar daerah dan antar tahun. Sesuai dengan Standar ISI dan Standar Penilain dalam BNSP tersebut, dalam penelitian ini hampir semua aspek yang akan diteliti baik teknik ataupun instrumen penilaian no 1-7 telah diterapkan dalam penelitian ini. Sebagai contoh penilaian dilakukan dalam bentuk tes, observasi, penugasan baik individu ataupun kelompok, selanjutnya teknik tes yang digunakan berupa tes tertulis, tes lisan, tes praktik, sedangkan instrumen yang digunakan pun juga sudah ditulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. B. Implementasi Contextual Teaching and Learning Dilihat dari arti pengertian Contextual Teaching and learning yang menekankan pada keaktifan siswa, keikutsertaan siswa dalam pembelajaran mengkonstruksi pembelajaran yang diperoleh kemudian penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam proses pembelajaran seorang guru hendaknya memfasilitasi siswa dalam belajar aktif, terus menerus, ikut mengalami setiap pembelajaran dan mengaitkannya dengan keadaan yang ada di lingkungan sebenarnya. Hal tersebut sejalan dengan Sugiyanto (2008) yang menyatakan bahwa: Pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri (hlm. 18). Dari hal tersebut seorang guru harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menilai proses pembelajaran yang menekankan adanya keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Dalam penerapan metode Contextual Teaching and Learning seorang pendidik harus mampu memfasilitasi siswa menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan 22

17 digilib.uns.ac.id 23 antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Penerapan model Contextual Teaching and Learning memiliki komponen-komponen yang harus dimengerti dan dipahami oleh seorang guru, sehingga seorang guru dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menilai proses pembelajaran tersebut dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain: konstruktivisme (construktivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata (authentic assessment). Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL yakni: 1) Peserta didik dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya; 2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh peserta didik; 3) Belajar bagi peserta didik adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap peserta didik mempu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya; 4) Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan 23

18 digilib.uns.ac.id 24 skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi. Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain temasuk guru, akan tetapi dari proses penemukan dan mengontruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang peserta didik sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri.kalaupun guru memberikan informasi kepada peserta didik, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka. Menurut Sugiyanto (2008: 26) secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri, pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan melaksanakan tahap tersebut maka peserta didik tidak sekedar tahu melainkan faham terhadap apa yang telah mereka pelajari. Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh tidak mudah hilang begitu saja karena mereka telah memahami dan melaksanakannya; 2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,akan tetapi merangsang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya; 3) Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. Dalam proses pembelajaran guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar peserta didik dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat 24

19 digilib.uns.ac.id 25 membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. 4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya. 5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Yaitu dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. 6) Melakukan refleksi di akhir penemuan. Yaitu dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui dari awal sampai akhir pembelajaran. 7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Yaitu dengan mengambil nilai dari setiap aktivitas yang dilakukan peserta didik, baik ketika proses pembelajaran berlangsung maupun pada akhir pembelajaran. C. Implementasi Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Matematika Konsep Bangun Ruang. Model Contextual Teaching and Learning memiliki komponen-komponen yang harus dimengerti dan dipahami oleh seorang guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran antara lain: merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menilai proses pembelajaran tersebut dengan baik. Selain itu seorang guru juga dituntut untuk dapat kreatif dalam membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran di dalam kelas dengan keadaan yang ada di kehidupan sehari-hari mereka sendiri-sendiri. Sehingga siswa akan dengan mudah menghubungkan beberapa pengetahuan yang di milikinya dengan kehidupan keseharian mereka. Dalam pembelajaran matematika konsep bangun ruang dengan model contextual teaching and learning memiliki tujuh pilar utama yaitu 1) Konstruksivisme adalah proses membangun dan menyusun pengatur pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa. Dalam hal ini seorang 25

20 digilib.uns.ac.id 26 guru dituntut mampu memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran membangun dan menyusun pengetahuan baru tentang konsep bangun ruang yang mereka peroleh sehingga siswa dapat menghubungkan dan menyusun pengetahuan yang mereka peroleh tersebut ke dalam dunia nyata. Dalam hal ini guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan benda nyata sehingga siswa dapat memanipulasi dan mengidentifikasi sesuai dengan benda nyata yang ada di lingkungan mereka 2) Inkuiri artinya pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat menggunakan media nyata bangun ruang sehingga siswa dapat mengidentifikasi dan memanipulasi benda-benda tersebut dengan acuan-acuan yang telah disediakan guru dengan memperhatikan langkah-langkah perumusan masalah, menghipotesa, pengumpulan data, menguji hipotesa dan membuat kesimpulan. 3) Bertanya adalah suatu bagian dalam proses pembelajaran yang tidak mungkin terlepaskan, dengan bertanya seorang siswa maupun guru dapat mengetahui apakan poeses pembelajaran telah berjalan sesuai perencanaan atau belum. Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menjelaskan secara terperinci dalam penyampaian informasi akan tetapi guru memberikan stimulus kepada siswa untuk bertanya dan memperdalam kembali pengetahuan yang sudah diperoleh dengan pengetahuan yang baru. 4) Masyarakat belajar didasarkan pada pendapat Vygotsky dalam Sugiyanto (2008:22) menyatakan bahwa penetahuan dan pengalaman seorang anak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain untuk saling membantu. Dalam proses pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning seorang guru dapat menerapkan komponen ini 26

21 digilib.uns.ac.id 27 dengan membuat siswa berkerja kelompok berdiskusi dalam memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan konsep bangun ruang. 5) Permodelan adalah proses pembelajaran dengan menggunakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa sehingga dapat menghindarkan siswa dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoristis-abstrak. Guru sebagai model yang nyata bagi siswa dalam proses pembelajaran dituntut dapat membimbing siswa dalam belajar khususnya konsep bangun ruang. 6) Refleksi adalah pengendapat pengalaman yang telah dipelajari dengan mengurutkan dan mengevaluasi kejadian pembelajaran yang telah dilalui sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru. 7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi tentang perkembangan belajar siswa. Penilaian ini dapat berupa penilaian tertulis maupun penampilan. Dengan penilaian ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana seorang siswa memahami konsep bangun ruang, sehingga guru dapat dengan mudah melakukan tindak lanjut dari proses pembelajaran tersebut. D. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Haryadi, dalam skripsi berjudul Penerapan model Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas III SD Negeri 03 Jetis, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2010/2011. menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan penguasaan konsep pecahan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat dalam setiap siklusnya. Dilihat dari hasil belajar 44 siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 44 siswa atau 100% telah mencapai melebihi KKM 60. Dengan model Contextual Teaching and Learning juga dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran dari 63,64% atau 28 siswa menjadi 9,18% atau 41 siswa pada siklus II. 27

22 digilib.uns.ac.id 28 Penelitian Haryadi (2011) tersebut relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan model Contextual Teaching and Learning untuk mengatasi masalah pembelajaran. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Haryadi (2007) untuk meningkatkan penguasaan konsep pecahan siswa kelas III SD Negeri 03 Jetis, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan pada penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang sifat-sifat bangun datar kelas V SD Negeri Seworan. E. Kerangka Berfikir Banyak sekali permasalahan permasalahan yang ada di SD Negeri Seworan, diantaranya cara mengajar yang dilakukan oleh guru khususnya pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang di kelas V yang masih bersifat tradisional, sehingga menimbulkan kesan hanya guru saja yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan para siswa kurang aktif. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang siswa relatif rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifatsifat bangun ruang pada siswa kelas V, peneliti akan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang di dalamnya menuntut kerjasama dan keaktifan siswa, sehingga dengan penerapan model pembelajaran tersebut akan terbentuk suatu pembelajaran yang menarik, berkesan dan membuat siswa lebih bersemangat, serta aktif dalam mengikuti pembelajaran. Melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning ini diharapkan hasil belajar tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Seworan akan meningkat. 28

23 digilib.uns.ac.id 29 Dibawah ini adalah alur kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5. Kondisi Awal Tindakan Guru dalam melaksanakan pembelajaran pada materi Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, masih bersifat konvensional(tradisional) Guru melaksanakan pembelajaran pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang menerapakan model Contextual Teaching and Learning (siswa aktif dalam proses pembelajaran) Kemampuan mengidentifikasi siswa masih rendah. Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi Kondisi Akhir Setelah menerapkan model Contextual Teaching and Learning kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang siswa meningkat 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. refleksi Siklus II Gambar 5. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka berfiir di atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Penerapan model Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD N Seworan tahun pelajaran 2013/

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I Tindakan 1) I. Standar Kompetensi Menentukan sifat bangun ruang dan hubungan antar bangun.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I Tindakan 1) I. Standar Kompetensi Menentukan sifat bangun ruang dan hubungan antar bangun. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I Tindakan 1) Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : IV / 2 Pokok Bahasan : Sifat-Sifat Bangun Ruang Sub Pokok Bahasan : Sifat-Sifat Kubus Alokasi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

DAFTAR NILAI MATEMATIKA PRASIKLUS KELAS IV. No Nama Siswa Nilai

DAFTAR NILAI MATEMATIKA PRASIKLUS KELAS IV. No Nama Siswa Nilai DAFTAR NILAI MATEMATIKA PRASIKLUS KELAS IV No Nama Siswa Nilai 1 A 70 2 B 60 3 C 50 4 D 70 5 E 60 6 F 40 7 G 50 8 H 70 9 I 50 10 J 60 11 K 70 12 L 60 13 M 70 Ketuntasan Tuntas Belum 14 N 40 15 O 60 16

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Fatmawati dengan judul Peningkatan Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Model Pembelajaran Kontekstual 2.1.1.1 Model Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson dalam Rusman (2012 : 187) pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

Lebih terperinci

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi telah banyak memberikan kontribusi yang mendasar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS A. Pembelajaran Matematika Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Ini berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan LAMPIRAN 57 58 Lampiran 1 Jadwal Pertemuan No Hari/Tanggal Kegiatan Tempat 1 Senin, 11 April 2016 Siklus I,pertemuan I SDN Kumpulrejo 03 2 Sabtu, 16 April 2016 Siklus I,pertemuan II SDN Kumpulrejo 03 3

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005 : 7) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I 74 Lampiran 1 75 Lampiran 2 76 Lampiran 3 77 78 Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alokasi Waktu Pertemuan :

Lebih terperinci

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan nilai-nilai yang diambil dari ulangan harian, ulangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dalam waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar (2005) berpendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slameto (2010:2) dengan bukunya yang berjudul: Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi Menurutnya, pengertian belajar adalah: Suatu proses

Lebih terperinci

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2 PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL Suci Nurwati Program Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR - - GEOMETRI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian empat8geometri Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 58 Lampiran 1 59 Lampiran 2 60 61 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Nama Sekolah : SDN Karangduren 4 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : 4/II Alokasi Waktu : 4 x 35 menit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kontekstual a. Pengertian Kontekstual CTL bukanlah singkatan dari Catat Tinggal Lungo (bahasa Jawa) atau mencatat ditinggal pergi. Artinya seorang guru memberikan

Lebih terperinci

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI KAMPUS II SURADE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISUSUN : UJANG ARISMAN (063101211061) DIANA SUCI R (063101211056) MUHAMAD PUAD S (063101211063) Pengertian Contextual

Lebih terperinci

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Mata pelajaran PKn 2.1.1.1.Pengertian PKn SD Pendidikan kewarganegaraan SD adalah program pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

Lebih terperinci

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) 2.1.3.1 Hakikat Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Luas Permukaan Bangun Ruang Luas daerah permukaan bangun ruang adalah jumlah luas daerah seluruh permukaannya yaitu luas daerah bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan selalu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA Auliya Rahman Akmil 1), Armiati 2), Yusmet Rizal 3) 1) Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61 LAMPIRAN - LAMPIRAN 61 62 LAMPIRAN 1 Rpp Siklus 1 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : SD Negeri Rowoboni 02 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : IV / II Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima,

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima, BAB II KAJIAN TEORI A. Retensi Siswa 1. Pengertian Retensi Siswa Retensi siswa berasal dari kata retensi dan siswa. Dari kedua kata tersebut digabungkan memiliki pengertian menjadi kemampuan siswa untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN 2015/2016 Atsani Rohmatun Nisa 1, Triyono 2, Joharman 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 14 61% Tuntas 9 39% Tidak Tuntas Jumlah % Nilai Rata-rata 64 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 52

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 14 61% Tuntas 9 39% Tidak Tuntas Jumlah % Nilai Rata-rata 64 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Subyek dari penelitian tindakan kelas siswa kelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU KELAS IV SEBELUM MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS SD 1 GAMONG

LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU KELAS IV SEBELUM MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS SD 1 GAMONG LAMPIRAN 168 Lampiran 1 LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU KELAS IV SEBELUM MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS SD 1 GAMONG NO. PERTANYAAN GURU 1. Bagaimana proses pembelajaran di kelas IV SD 1 Gamong? 2. Mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Depdiknas (2001) dalam Ahmad Susanto (2014:184), kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM 1 JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN SIFAT-SIFAT BALOK DAN KUBUS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV A SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Oleh LUSIANA NUSI NIM. 151 409 131 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan. 8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pemahaman Konsep Matematis Kemampuan pemahaman terhadap suatu konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar maupun pemecahan masalah dalam kehidupan sehari

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN 8 BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN A. Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian, kajian pustaka sangat penting guna memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar Sudah banyak sekali para ahli psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran yang membahas tentang motivasi dalam pembelajaran. Sedemikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA Gagne (1992:3) menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa berkaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajarai matematika diharapkan siswa dapat menguasai seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SEBAGAI METODE BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI MATA PELAJARAN PPKN PADA SISWA KELAS VIII.D SEMESTER I SMP NEGERI 1 SUMBERREJO BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar Nur Saidah 148620600068/Semester 6/B1 Saidahn51@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga manusia mampu menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *) PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA Muh. Tawil, *) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar PENDAHULUAN Salah satu pendekatan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan berhak meendapatkannya sampai kapanpun dan dimanapun. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

Lebih terperinci