APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI"

Transkripsi

1 APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi pupuk kalsium dan boron untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Dhika Prita Hapsari NIM A

4

5 ABSTRAK DHIKA PRITA HAPSARI. Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Cemaran getah kuning pada buah manggis menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis. Cemaran getah kuning terjadi akibat lemahnya dinding sel pada buah. Dinding sel yang lemah disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium dan boron. Kalsium berfungsi memperkuat integritas dinding sel dan boron berfungsi menjaga stabilitas dinding sel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis. Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi kebun manggis, yaitu Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi, serta analisis sampel di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2014 sampai dengan Maret Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu kombinasi dosis kalsium dan boron. Perlakuan terdiri atas 5 taraf yang diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun percobaan. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Kombinasi dosis pupuk yang digunakan pada penelitian ini yakni tanpa pupuk (kontrol), 1 kg Ca/pohon g B/pohon, 1 kg Ca/pohon g B/pohon, 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon, dan 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis yang paling efektif mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis di ketiga lokasi percobaan adalah dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon. Aplikasi kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon nyata menurunkan skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit dan aril buah, serta tidak mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah manggis. Kata kunci: dinding sel, hara mineral, kualitas buah, pemupukan ABSTRACT DHIKA PRITA HAPSARI. Application of Calcium and Boron Fertilizer to Reduce Yellow Sap in Mangosteen (Garcinia mangostana L.). Supervised by ROEDHY POERWANTO. The yellow sap contamination causes low quality of mangosteen. Yellow sap contamination occurs due to weak cell walls in the fruit. Weak cell walls caused by low calcium and boron. Calcium has a function to strengthen the integrity of the cell wall and boron provide the stability maintenance of the cell wall. This research aims to examine the combination of calcium and boron with a low dose to reduce yellow sap contamination in mangosteen. The research was located in 3 mangosteen orchard in Cigudeg, Citeureup, Sukabumi, and analysis of samples in Post Harvest Laboratory of Bogor Agricultural University in November 2014 to March The research was designed by Randomized Complete Block Design (RCBD) with one factor of the combination of calcium

6

7 and boron dose. The treatment consisted of 5 levels that repeated 4 times with each repetition consisted of one tree so that the number of mangosteen tree is 20 trees in each experimental orchard. In each tree, 20 fruits were collected randomly. The combination of fertilizers that used in this research was without fertilizer (control), 1 kg Ca / tree g B / tree, 1 kg Ca / tree g B/ tree, 1.5 kg Ca / tree g B / tree, and 1.5 kg Ca / tree g B / tree. The results of this research indicated that the most effective dose to reduce contamination of yellow sap in mangosteen in three experimental orchard was a dose of 1.5 kg Ca / tree g B / tree. The application of calcium and boron at a dose of 1.5 kg Ca/tree g B/tree significantly reduced scores and percentage of yellow sap contamination on peel and aryl of fruit, and did not affect the physical and chemical quality of mangosteen fruits. Keywords: cell wall, fertilization, fruit quality, mineral nutrient

8

9 APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

10

11

12

13 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini berjudul Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini didanai oleh Hibah Kompetensi dengan judul penelitian Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan Ekspor Buah Tropika Nusantara dengan Ketua Tim adalah Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing, serta Dr Ir Ketty Suketi, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi selaku dosen penguji. Selain itu, terima kasih kepada Ibu Maryati Sari, SP, Msi sebagai dosen pembimbing akademik, Pak Makmun, Pak Diki, dan Ibu Iis yang bersedia menjadikan kebun manggisnya sebagai bahan percobaan penulis, serta Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan seluruh keluarga besar AGH atas motivasi dan dukungan, baik dalam bentuk moril maupun materil. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkannya. Bogor, Juli 2015 Dhika Prita Hapsari

14

15 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani 2 Syarat Tumbuh 4 Getah Kuning (Gamboge) 4 Peranan Kalsium 5 Peranan Boron 6 METODE PENELITIAN 7 Tempat dan Waktu 7 Bahan dan Alat 8 Rancangan Percobaan 8 Prosedur Percobaan 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Kondisi Umum 12 Cemaran Getah Kuning 14 Kualitas Fisik Buah 17 Kualitas Kimia Buah 20 Perbandingan Ketiga Lokasi Percobaan 21 Perkiraan Keuntungan 25 KESIMPULAN DAN SARAN 26 Kesimpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 31

16

17 DAFTAR TABEL 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) 14 2 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (skor cemaran getah kuning) 15 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis 16 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis 17 5 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg 18 6 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Citeureup 19 7 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Sukabumi 19 8 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap ketebalan dan kekerasan kulit buah manggis 20 9 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap PTT dan TAT buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap skor rasa buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap cemaran getah kuning Interaksi kalsium dan boron dengan lokasi percobaan terhadap skor cemaran getah kuning pada kulit Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap diameter transversal dan longitudinal, kekerasan, dan ketebalan buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap bobot bagian-bagian buah dan edible portion Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap kualitas kimia buah manggis Analisis keuntungan pada kebun manggis yang mengaplikasikan Ca dan B dan kebun manggis yang tidak melakukan aplikasi 25 DAFTAR GAMBAR 1 Kebun manggis Cigudeg 13 2 Kebun manggis Citeureup 13 3 Kebun manggis Sukabumi 13 4 Anthesis 13 5 Cemaran getah kuning pada aril 15 6 Cemaran getah kuning pada kulit 15

18

19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data curah hujan Agustus 2014 Maret Klasifikasi buah manggis berdasarkan diameter dan bobot buah (BSN 2009) 30

20

21 PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis yang mendapat julukan sebagai Queen of Tropical Fruits merupakan komoditas ekspor utama produk hortikultura setelah cabai dan nenas (Kementan 2014) yang banyak digemari baik oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Buah ini memiliki rasa buah yang menarik dengan kombinasi rasa asam dan manis. Keistimewaan lain dari manggis adalah kandungan senyawa antioksidan pada kulit buah manggis yang melebihi vitamin C dan E yang tidak terdapat pada buah-buah lain (Silalahi 2002). Potensi ekspor buah manggis yang sangat tinggi berperan dalam sektor perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor manggis pada tahun 2010 mencapai ton meningkat sebesar 90% dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2009 yang hanya mencapai ton. Peningkatan tersebut terus berlanjut pada tahun 2011 dan 2012 dengan ekspor masing-masing mencapai dan ton dengan tujuan ekspor Cina, Taiwan, Hongkong, Timur Tengah, Eropa, bahkan saat ini telah masuk ke Selandia Baru. Ekspor manggis sempat mengalami penurunan pada tahun 2013, yaitu senilai USD 5.73 juta. Nilai ekspor tersebut menurun cukup drastis dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai nilai ekspor USD 17.4 juta. Ekspor manggis pada periode Januari-Juni 2014 kembali mengalami peningkatan yaitu mencapai USD 5.43 juta (Kementan 2014). Penurunan ekspor manggis yang cukup drastis pada tahun 2013 terjadi akibat penurunan produksi buah manggis. Selain disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi buah manggis, kualitas buah manggis yang tidak layak ekspor juga menjadi salah satu penurunan ekspor manggis. Mutu yang rendah pada sebagian besar buah manggis antara lain disebabkan oleh adanya getah kuning pada kulit bagian luar dan kulit bagian dalam atau aril buah manggis. Getah kuning tersebut mempengaruhi penampilan, kualitas, dan rasa buah manggis. Getah kuning pada kulit bagian dalam dapat mengotori aril sehingga rasa buah menjadi pahit dan tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan penelitian Dorly (2009) pada irisan melintang perikarp dan struktur tiga dimensi buah manggis tampak struktur saluran sekretori getah kuning yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas. Getah kuning dapat mencemari kulit dan aril buah apabila saluran getah tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, seperti kandungan hara, ph tanah, KTK, dan perubahan ketersediaan air. Menurut Poerwanto et al. (2010) perubahan tekanan turgor dapat menyebabkan dinding sel-sel epitel menerima desakan, baik dari dalam (turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Sel-sel epitel yang lemah akibat kekurangan kalsium akan pecah dan mengeluarkan getah kuning yang akan mencemari aril buah manggis. Pecahnya saluran getah kuning dapat dicegah dengan membuat unsur kalsium tersedia bagi tanaman manggis karena kalsium merupakan salah satu unsur penting yang dapat memperkuat dinding sel. Unsur lain yang berfungsi untuk memperkuat dinding sel adalah boron yang merupakan komponen struktural sel. Peranan boron sangat penting dalam pembelahan dan pembesaran sel pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Dear dan Weir 2004).

22 2 Penambahan unsur hara tersebut diharapkan dapat memperkuat dinding sel sehingga mencegah pecahnya saluran getah kuning. Berkurangnya cemaran getah kuning dapat meningkatkan persentase manggis yang layak ekspor. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pemberian pupuk kalsium dan boron, baik secara tunggal maupun bersamaan, terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kebun manggis di lokasi penanaman yang berbeda. Wulandari (2009) menyatakan bahwa dosis 3.5 ton Ca/ha nyata menurunkan getah kuning manggis di Leuwiliang. Penelitian yang dilakukan oleh Primilestari (2011) dengan menggunakan dosis yang lebih rendah menyatakan bahwa dosis 2 ton Ca/ha nyata menurunkan cemaran getah kuning di Lampung. Cemaran getah kuning juga dapat diturunkan dengan menggunakan dosis 2.89 ton Ca/ha kg B/ha (Saribu 2011) di Leuwiliang. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini mencoba menurunkan dosis kalsium dan boron dari penelitian sebelumnya untuk menguji keefektifan aplikasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah dalam mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah terhadap cemaran getah kuning, penampilan, kualitas, dan rasa buah manggis di beberapa lokasi penanaman manggis. Hipotesis Apilkasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah dapat mengurangi cemaran getah kuning sehingga dapat meningkatkan kualitas, penampilan, dan rasa pada buah manggis di Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi. TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis merupakan tanaman buah tropika yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara (Menristek 2000). Buah yang bernama latin Garcinia mangostana L. ini termasuk ke dalam famili Guttiferae dan merupakan spesies terbaik dari Garcinia. Buah manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit karena buahnya yang sangat eksotik, rasanya lezat, bentuk buah yang indah, serta tekstur daging buah yang putih halus. Selain itu manggis juga mendapat julukan sebagai

23 Nectar of Ambroise, Golden Apples of Hesperides, dan Finest Fruit in The World (Syah 2009). Pohon manggis merupakan evergreen-tree dengan pertumbuhan yang sangat lambat dan tingginya dapat mencapai 6 25 meter. Sistem perakaran manggis lemah dan mudah terganggu sehingga transplanting harus dilakukan dengan hatihati (Yaacob dan Tindall 1995). Daunnya berbentuk bulat telur, lonjong, atau elips dengan posisi yang berlawanan dan berwarna hijau tua mengkilap di bagian atas dan hijau kekuningan di bagian bawah. Daun manggis memiliki panjang 9 25 cm dan lebar cm (Orwa et al. 2009). Bunga manggis berada pada bagian terminal cabang. Kuncup bunga manggis muncul di ujung ranting dan memerlukan waktu kurang lebih 40 hari sampai anthesis (bunga mekar). Bunga manggis memiliki empat sepal dan empat petal yang berwarna merah muda. Petal akan rontok setelah anthesis (Rai 2004). Menurut Ropiah (2009) perkembangan bunga manggis dapat di bagi menjadi 5 fase yaitu: (1) inisiasi tunas bunga yang ditandai dengan pembengkakan berwarna merah pada ujung tunas, (2) pecah tunas, (3) pembentukan kuncup, (4) pertumbuhan dan perkembangan kuncup, dan (5) anthesis. Ashari (2006) menyebutkan bahwa benang sari pada manggis tidak dapat berkembang sempurna (rudimenter) sehingga pembentukkan dan perkembangan buahnya terjadi secara apomiksis. Pola pertumbuhan buah manggis membentuk kurva sigmoid, diawali dengan dominasi pertumbuhan perikarp hingga 20 HSA kemudian dilanjutkan dengan terjadinya perkembangan aril dan biji (Osman et al. 2006). Buah manggis berbentuk bulat dan berkulit licin. Buah manggis tergolong dalam tipe buah buni karena kulit buah manggis terdiri dari tiga bagian, yaitu lapisan luar (eksokarp) menjadi lapisan luar yang tipis, lapisan tengah (mesokarp), dan laipsan dalam (endokarp) yang tebal, lunak, dan berair (Poerwanto dan Susila 2013). Menurut Yaacob dan Tindall (1995) buah manggis mempunyai 4 8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal biji dalam segmen dapat berkembang menjadi biji. Umumnya hanya 1 3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji. Buah manggis berwarna hijau muda (light green) pada umur 1 hingga 7 MSA dan berwarna hijau sedang (medium green) pada umur 8 hingga 12 MSA buah. Selanjutnya buah berwarna hijau muda dengan sedikit bercak garis merah muda di sekitar kelopak pada umur 13 MSA. Pada umur 14 MSA kulit buah manggis berwarna hijau muda dengan guratan garis berwarna merah jambu. Pada umur 15 MSA kulit buah berwarna merah jambu, sedangkan buah akan berwarna ungu ketika sudah tua pada16 MSA (Dorly 2009). Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dan dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah manggis mengandung pektin, tanin, resin, serta senyawa xanthone yang sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah kesehatan (Mansyah et al. 2007). Kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna tekstil, sedangkan batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan dan kayu bakar/kerajinan (Menristek 2000). Menurut Qosim (2013) masyarakat pada umumnya memanfaatkan tanaman manggis karena buahnya yang segar, mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 g meliputi 79.2 g g air, 0.5 g protein, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g 3

24 4 serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0.9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, tiamin 0.09 mg, riboflavin 0.06 mg, dan niasin 0.1 mg. Syarat Tumbuh Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, namun pertumbuhan terbaik dapat dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah m di atas permukaan laut (Menristek 2000). Tanah yang gembur dengan drainase yang baik dan ph rendah sampai netral merupakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman manggis. Selain itu, pertumbuhan yang baik dapat didukung dengan kelembaban yang tinggi serta curah hujan tahunan 1200 mm atau lebih, namun tanaman manggis memerlukan musim kering yang pendek untuk menginduksi pembungaan. Beberapa tanaman manggis ditemukan tumbuh produktif di daerah aliran air yang membuat akar-akarnya hampir selalu dalam keadaan basah (Osman dan Milan 2006). Permeabilitas tanah yang baik dengan kelembaban tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis terkait dengan lemahnya sistem perakaran, baik pada saat seedling maupun setelah tanaman dewasa (Yaacob dan Tindall 1995). Tanaman manggis membutuhkan kalsium dalam jumlah yang besar untuk memperkuat dinding sel. Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah (Dorly 2009). Kalsium bersifat immobile sehingga terdistribusi melalui aliran transpirasi. Rendahnya Ca pada tanaman dapat berkaitan dengan kondisi tanah. Tanah gembur yang banyak mengandung bahan organik dengan reaksi tanah agak asam sampai netral pada ph dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman manggis (Yaacob dan Tindall 1995). Getah Kuning (Gamboge) Salah satu permasalahan pada buah manggis adalah adanya cemaran getah kuning. Getah kuning pada tanaman manggis yang biasa disebut dengan gamboge merupakan cairan getah berwarna kuning yang keluar akibat pecahnya saluran getah pada buah manggis. Manggis yang terkena serangan getah kuning memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan buah yang normal (PKBT 2007). Getah kuning terdapat hampir di seluruh bagian tanaman manggis (Mansyah 2007). Menurut Dorly et al. (2008) saluran getah kuning manggis dijumpai pada bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, aril buah, bunga, batang dan daun dengan saluran getah yang terdapat pada tangkai buah menyatu dengan saluran getah pada buah. Getah kuning dapat mencemari manggis pada kulit bagian luar (pericarp) dan kulit bagian dalam (endocarp). Salah satu penyebab getah kuning pada kulit bagian luar adalah gangguan mekanis seperti tusukan, gigitan serangga, dan benturan (Ashari 2006). Getah kuning pada kulit bagian dalam lebih disebabkan oleh faktor endogen, yaitu gejala fisiologis yang berkaitan dengan pecahnya

25 dinding sel pada saluran getah kuning manggis akibat tekanan turgor karena perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim (Syah 2009). Menurut Dorly et al. (2011) terdapat teori yang menyebabkan terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis, yaitu pembentukan saluran getah, perkembangan buah, faktor iklim, dan pemberian kalsium. Saluran getah dijumpai tidak hanya pada perikarp melainkan juga pada jaringan aril, terutama pada buah manggis yang berumur 14 hingga 16 MSA. Spot getah kuning pada aril buah muda sulit dideteksi karena aril masih melekat pada kulit buah dengan kandungan getah yang masih encer sehingga pada saat buah disayat getah akan keluar mengotori aril. Getah kuning pada buah yang sudah tua atau matang akan mengering sehingga tidak menimbulkan masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dorly (2009) mengenai saluran sekretori getah kuning, saluran getah kuning dijumpai pada seluruh bagian tanaman manggis kecuali akar. Getah kuning manggis tidak akan menjadi masalah apabila tetap berada di dalam saluran getah. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis, yaitu desakan akibat perubahan turgor dan desakan akibat perbedaan perkembangan bagian buah manggis. Dorly et al. (2008) menyebutkan bahwa kulit buah mulai menipis pada minggu kelima setelah anthesis, diikuti dengan pertumbuhan biji yang pesat. Pada minggu kesepuluh setelah anthesis, biji tumbuh pesat, namun pertumbuhan aril semakin melambat. Pertambahan volume buah sedikit, tetapi pertambahan biji meningkat pesat sehingga muncul desakan dari dalam berupa stress mekanik yang dapat menyebabkan saluran getah kuning pecah pada 10 MSA dan mulai mengotori aril pada 14 MSA. Poerwanto et al. (2010) menyatakan bahwa mekanisme terjadinya cemaran getah kuning terkait dengan perkembangan buah, peranan Ca, dan perubahan potensial air sebagai berikut. Pada saat perkembangan buah, biji bertambah besar dengan pertambahan volume yang sedikit sehingga terjadi desakan dari dalam ke arah perikarp. Akibatnya sel-sel epitel saluran getah kuning mengalami tekanan dan akan mudah pecah sehingga menyebabkan bocornya saluran getah kuning. Tekanan turgor yang tinggi juga akan menyebabkan pecahnya saluran getah. Tekanan turgor yang tinggi tersebut terjadi apabila fluktuasi potensial air tanah terjadi secara drastis dalam waktu yang pendek. Perubahan tekanan turgor akan memberikan tekanan pada dinding sel epitel, baik dari dalam (karena turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Buah manggis yang memiliki dinding sel epitel yang lemah akan menyebabkan pecahnya saluran getah kuning akibat desakan dari perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah. Lemahnya dinding sel epitel tersebut disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium di dalam sel. Keutuhan dinding sel epitel akan terjadi apabila kebutuhan akan kalsium dan boron tercukupi sehingga dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning. 5 Peranan Kalsium Unsur kalsium (Ca) adalah unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan sel. Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat. Kalsium menjaga ketegaran dinding sel melalui ikatan cross-link antar

26 6 rantai pektat pada lamela tengah (Marschner 1995). Ca merupakan komponen yang menguatkan dan dapat mengatur aliran fotosintesis menembus dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defisiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu sehingga penyerapan hara terhambat (Taiz dan Zeiger 2010). Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang bersifat immobile sehingga kalsium yang diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang diangkut ke daun. Kalsium diangkut dari akar ke bagian pucuk tanaman melalui aliran transpirasi (Saure 2004). Hal tersebut menyebabkan kalsium banyak dijumpai pada bagian daun karena sebagian besar air ditranspirasikan melalui daun. Buah hanya sedikit melakukan transpirasi sehingga akumulasi kalsium pada buah hanya sedikit. Kondisi tersebut didukung dengan pernyataan Dayod et al. (2010) bahwa akumulasi Ca berbeda pada berbagai organ, yaitu berlimpah pada daun yang mengalami transpirasi tinggi dan relatif rendah pada jaringan yang rendah transpirasinya. Wallace dan Mueller (2008) juga menyatakan bahwa kandungan Ca di dalam daun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur daun. Taiz dan Zeiger (2010) menyebutkan bahwa mobilitas kalsium yang sangat rendah tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan gejala kekurangan kalsium pada tanaman Gejala kekurangan kalsium ini ditunjukkan dengan jaringan nekrotik pada daerah yang sedang berkembang. Pada buah manggis, kekurangan unsur ini menyebabkan dinding sel epitel rapuh dan mudah rusak sehingga memicu keluarnya getah kuning pada manggis. Buah normal yang tidak tercemar getah kuning memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan buah yang tercemar getah kuning. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dorly (2009), pemberian kalsium dalam bentuk dolomit pada tanah mampu meningkatkan kadar Ca dalam eksokarp dan menurunkan cemaran getah kuning pada kulit luar manggis. Peranan Boron Unsur boron memiliki dua fungsi utama bagi tanaman. Fungsi pertama yaitu boron memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel (Gusyana 2010). Boron berperan dalam pembentukan pektin yang nantinya akan berikatan dengan Ca dan membentuk polimer cross-link untuk memperkuat dinding sel pada buah pir (Dong et al. 2000). Fungsi kedua yakni boron dapat membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses tersebut menyebabkan buah akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas. Menurut Leite (2008) konsentrasi gula pada tanaman Eucalyptus meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian boron. Kelebihan dan kekurangan unsur mikro ini dapat menyebabkan beberapa masalah pada tanaman. Kelebihan unsur boron dapat menyebabkan toksisitas pada tanaman. Sintesis sel pada tanaman akan terganggu dan beberapa proses fisiologi akan berubah akibat toksisitas boron. Proses fisiologi yang berubah tersebut meliputi gangguan perkembangan dinding sel, gangguan metabolik dengan

27 mengikat gugus ribose ATP, NADH, dan NADPH, serta terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel (Reid et al. 2004). Toksisitas boron terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2014). Hasil penelitiannya menunjukkan cemaran getah kuning yang lebih tinggi pada aplikasi dosis boron sebesar 2.32 g B 2 O 3 /pohon dibandingkan dengan aplikasi dosis boron yang lebih rendah. Dosis tersebut meningkatkan kandungan boron di perikarp dengan peningkatan sebesar 39.91%. Peningkatan kandungan boron sebesar itu menyebabkan toksisitas boron dan meningkatkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan dosis yang lain yang lebih rendah. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian Martias (2012) yang melaporkan bahwa kandungan B di endokarp dengan konsentrasi > 150 mg.kg -1 meningkatkan persentase cemaran getah kuning terutama pada buah yang kekurangan unsur Ca. Kelebihan kandungan B tidak begitu menjadi masalah apabila kandungan Ca buah tercukupi. Defisiensi boron juga menyebabkan beberapa kelainan pada tanaman. Gejala defisiensi tersebut akan lebih terekspresi pada tanaman saat tanah dalam kondisi kering atau kelembaban yang sangat rendah (Dear dan Weir 2004). Bagian tanaman yang baru tumbuh akan lebih memperlihatkan gejala defisiensi dibandingkan dengan bagian tanaman dewasa. Defisiensi boron lebih banyak mempengaruhi proses pemanjangan sel dibandingkan dengan proses pembelahan sel yang kemudian menyebabkan berhentinya pemanjangan akar, perluasan daun serta hilangnya kesuburan (Miwa et al. 2010). Menurut Poerwanto et al. (2010) kandungan Ca dan B dalam tanah adalah yang paling menentukan keluarnya getah kuning pada buah manggis. Pemberian pupuk boron (B) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril seiring dengan meningkatnya kadar B di endokarp. Saribu (2011) pada penelitiannya juga melaporkan bahwa aplikasi boron pada tanaman manggis mampu menurunkan cemaran getah kuning, baik diaplikasikan secara tunggal maupun bersamaan dengan kalsium. Dong et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat interaksi kalsium dan boron dengan pektin pada buah pir yang membentuk jaringan polimer cross-link sehingga membuat struktur dinding sel menjadi kuat. Dinding sel yang kuat akibat jaringan polimer antar pektin dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning akibat desakan-desakan yang terjadi karena perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah. 7 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di kebun manggis Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg dan Desa Leuwikaret, Kecamatan Citeureup, serta kebun manggis di Kabupaten Sukabumi tepatnya di Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar pada bulan November 2014 sampai dengan Maret Analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparasi sampel untuk analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor.

28 8 Bahan dan Alat Pohon manggis yang digunakan adalah pohon manggis berumur lebih dari 15 tahun yang sedang dalam masa anthesis dari kebun manggis Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi. Bahan lain yang digunakan adalah dolomit sebagai sumber Ca, pupuk finbor sebagai sumber B, larutan NaOH 0.1 N, indikator phenolphthalein (PP), dan akuades. Alat yang digunakan meliputi jangka sorong, timbangan digital, hand refraktometer, hand penetrometer, digital balance, atomic absorption spectrometer (AAS), labu takar, gelas ukur, buret, erlenmeyer, saringan, serta alat-alat laboratorium lainnya. Rancangan Percobaan Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 1 faktor. Perlakuan yang digunakan sebanyak 5 taraf sebagai berikut. 1. Tanpa pupuk (kontrol) 2. 1 kg Ca/pohon g B/pohon 3. 1 kg Ca/pohon g B/pohon kg Ca/pohon g B/pohon kg Ca/pohon g B/pohon Masing-masing taraf diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Pemilihan 20 pohon manggis sebagai tanaman contoh dan 20 buah sebagai sampel dilakukan secara acak. Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Y ij = µ + α i + β j + ε ij Keterangan : Y ij = nilai pengamatan pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan ke-j µ = nilai rataan umum = pengaruh perlakuan dolomit dan finbor ke-i α i β j ε ij = pengaruh kelompok ke-j = pengaruh galat pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan ke-j i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3 Perbandingan peubah yang diamati pada ketiga lokasi percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan faktor pertama adalah dosis kalsium dan boron sebanyak 5 taraf sebagai berikut. 1. Tanpa pupuk (kontrol) 2. 1 kg Ca/pohon g B/pohon 3. 1 kg Ca/pohon g B/pohon kg Ca/pohon g B/pohon kg Ca/pohon g B/pohon

29 9 Dan faktor kedua adalah lokasi sebanyak 3 taraf sebagai berikut. 1. Cigudeg 2. Citeureup 3. Sukabumi Lokasi yang dipilih menjadi kebun percobaan adalah kebun yang belum pernah diteliti sebelumnya. Penggunaan dosis Ca dan B merupakan hasil modifikasi dari dosis hasil penelitian Purnama (2014). Penelitian ini menggunakan dosis Ca yang lebih rendah untuk menguji keefektifan Ca dengan dosis rendah dalam menurunkan cemaran getah kuning, dimana 1 kg Ca/pohon setara dengan 1.75 ton dolomit/ha dan 1.5 kg Ca/pohon setara dengan 2.5 ton dolomit/ha. Dosis boron yang digunakan merupakan dosis yang paling efektif menurunkan cemaran getah kuning pada penelitian Purnama (2014), yaitu dosis g B/pohon yang setara dengan 1.6 kg finbor/ha dan g B/pohon yang setara dengan 50 g finbor/ha. Data dianalisis menggunakan uji F, jika hasilnya berpengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Prosedur Percobaan Pelaksanaan Percobaan 1. Persiapan tanaman Pohon manggis yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pohon yang sedang dalam fase pembungaan sebanyak 20 pohon pada tiap lokasi percobaan. 2. Pembersihan Gulma Pembersihan gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan hara antara gulma dan pohon manggis yang diberikan dolomit dan finbor. 3. Aplikasi Kalsium dan Boron Aplikasi kalsium dilakukan pada saat anthesis dengan menggunakan dolomit yang memiliki kandungan CaO sebesar 30%. Dolomit ditabur pada alur pupuk secara merata sesuai tajuk tanaman kemudian ditutup dengan tanah agar tidak tercuci oleh air hujan. Aplikasi boron dilakukan pada saat anthesis menggunakan pupuk finbor yang mengandung 48% B 2 O 3. Aplikasi finbor dilakukan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian disiramkan di bagian dalam alur pemupukan dolomit. 4. Pemanenan Buah dipanen ketika telah memenuhi kriteria panen. Buah yang dipanen pada umumnya berumur HSA (hari setelah anthesis). Pengamatan Percobaan Komponen yang diamati terdiri atas 3 bagian, yaitu pengamatan terhadap cemaran getah kuning, kualitas fisik, dan kualitas kimia buah manggis. Terdapat 2 komponen cemaran getah kuning yang diamati sebagai berikut.

30 10 1. Cemaran getah kuning pada aril Persentase buah tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang bagian arilnya tercemar getah kuning terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon. Persentase aril tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah juring yang tercemar getah kuning terhadap seluruh juring dalam 1 buah. Skor cemaran Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan metode skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai berikut. Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik di antara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah. Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung. Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau di antara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening. 2. Cemaran getah kuning pada kulit Persentase buah tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang bagian kulit luarnya tercemar getah kuning terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon. Skor cemaran Pengukuran tingkat cemaran ini juga dilakukan dengan metode skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai berikut. Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning. Skor 2 :baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah. Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.

31 11 Pengamatan terhadap kualitas fisik buah manggis terdiri atas 5 komponen sebagai berikut. 1. Diameter buah Diameter buah diukur setelah buah dipanen dengan menggunakan jangka sorong secara horizontal (transversal) dan vertikal (longitudinal). 2. Bobot buah dan bagian-bagiannya Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Bobot buah yang diukur meliputi bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot aril, dan bobot biji. 3. Kekerasan kulit buah Kekerasan kulit buah diukur menggunakan alat hand penetrometer dengan cara menusukkan jarum pada kulit buah. Kekerasan kulit buah lalu dapat dilihat pada skala yang tertera di alat tersebut. Pengukuran meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. 4. Ketebalan kulit buah Ketebalan kulit buah diukur dengan cara membelah buah secara melingkar kemudian diukur menggunakan jangka sorong. 5. Edible portion Edible portion adalah bagian aril buah yang dapat dimakan dibandingkan dengan bagian keseluruhan buah. Nilai edible portion dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Edible portion = Pengamatan terhadap kualitas kimia terdiri atas 3 komponen sebagi berikut. 1. Skor rasa buah Pengamatan terhadap skor rasa buah manggis dilakukan berdasarkan metode skoring yang telah dilakukan oleh Suyanti et al. (1999) sebagai berikut. Skor 1 : asam sangat dominan dibanding manis. Skor 2 : asam agak dominan dibanding manis. Skor 3 : manis sedikit asam. Skor 4 : manis. Skor 5 : sangat manis. 2. Padatan Terlarut Total Pengukuran PTT dilakukan menggunakan hand refraktometer dengan cara memberikan satu tetes cairan buah pada lensa pembaca. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT dalam buah manggis. 3. Asam Tertitrasi Total Asam tertitrasi total (ATT) yang terdapat dalam buah manggis dapat diukur menggunakan metode titrasi NaOH dengan langkah-langkah sebagai berikut.

32 12 Daging buah manggis Dihaluskan sampai membentuk pasta Timbang 10 g pasta buah manggis Masukkan ke dalam labu takar Tambahkan akuades sampai didapatkan volume larutan 100 ml Disaring Hasil saringan diambil sebanyak 25 ml Masukkan ke dalam Erlenmeyer Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein (PP) Lakukan titrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N Didapatkan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total yang terkandung dalam buah manggis dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% mg contoh Keterangan : ml NaOH = volume NaOH yang terpakai N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N) fp = faktor pengenceran 64 = faktor asam dominan mg contoh = mg HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi pertama adalah Cigudeg yang terletak di ketinggian 370 mdpl pada koordinat lintang 6 29'32.91"S dan bujur '30.27"T. Kebun penanaman manggis di Cigudeg berbentuk terasering karena kondisi lahan yang miring. Tanaman manggis ditanam dengan jarak 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman lain seperti durian dan sengon. Lokasi kedua adalah kebun manggis di Citeureup yang terletak di ketinggian 221 mdpl pada koordinat lintang 6 30'32.97"S dan bujur

33

34 14 Cemaran Getah Kuning Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan persentase buah tercemar pada aril, persentase aril tercemar per buah, dan skor cemaran getah kuning pada aril di ketiga lokasi percobaan. Hasil pengaruh kombinasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Persentase buah tercemar getah kuning (%) Persentase aril tercemar getah kuning per buah (%) Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi a 57.50a 40.75a 28.85a 23.37a 25.25a ab 38.25ab 30.00ab 21.81ab 13.30ab 15.25ab ab 42.00ab 41.25a 18.88ab 16.20ab 18.50ab ab 29.25b 29.00ab 19.26ab 15.00b 12.50ab b 18.00b 12.00b 8.66b 10.92b 6.50b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa hampir setengah dari perlakuan kontrol terkena cemaran getah kuning, bahkan di Citeureup persentase buah tercemar getah kuning mencapai 57.5%. Pemberian kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon nyata menurunkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol baik pada parameter persentase buah tercemar, persentase juring tercemar, maupun skor cemaran. Penurunan pada persentase buah tercemar dan persentase juring tercemar cukup tinggi. Penurunan persentase buah tercemar sebesar 29% di Cigudeg, 40% di Citeureup, 29% di Sukabumi, serta penuruan persentase juring tercemar sebesar 20% di Cigudeg, 12% di Citeureup, dan 18% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon adalah perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon di Citeureup nyata menurunkan persentase cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon. Berdasarkan hal tersebut, maka dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon dapat digunakan untuk menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril di Citeureup, sedangkan kedua lokasi lain memerlukan penggunaan dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon untuk dapat menurunkan persentase cemaran. Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada paramater skor cemaran getah kuning. Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata terhadap skor cemaran getah kuning di Sukabumi. Pengaruh yang tidak nyata di Sukabumi disebabkan karena kualitas buah yang sudah cukup

35

36 16 Pengamatan cemaran getah kuning juga dilakukan pada kulit buah manggis. Hasil pengataman secara rinci disajikan pada Tabel 3. Kondisi cemaran getah kuning yang terjadi pada kulit buah manggis lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada aril. Persentase buah tercemar getah kuning hampir mencapai angka 100% di Cigudeg dan Citeureup, serta 71% di Sukabumi. Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan intensitas dan tingkat keparahan cemaran buah manggis yang terjadi di ketiga lokasi tersebut. Dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning pada kulit di ketiga lokasi percobaan. Penurunan persentase yang cukup tinggi tersebut sebesar 38.5% di Cigudeg, 61% di Citeureup, dan 46% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon dapat menurunkan skor cemaran getah kuning yang cukup signifikan, yaitu dari 2.30 menjadi 1.52 di Cigudeg, dari 2.66 menjadi 1.35 di Citeureup, dan dari 1.84 menjadi 1.29 di Sukabumi. Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa dosis 1 kg Ca/pohon g B/pohon sudah menunjukkan pengaruh yang nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning di Citeureup, namun dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon menunjukkan tingkat penurunan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dosis yang lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon adalah dosis yang paling efektif untuk menurunkan cemaran getah kuning pada kulit dibandingkan dengan dosis yang lain baik di Cigudeg, Citeureup, maupun Sukabumi. Tabel 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Persentase buah tercemar getah kuning (%) Skor cemaran getah kuning Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi a 96.00a 71.00a 2.30a 2.66a 1.84a a 78.25b 76.25a 2.03ab 1.94b 2.01ab a 68.00b 60.25a 1.88b 1.78b 1.78ab ab 75.25b 50.00ab 1.87b 1.93b 1.63ab b 35.00c 25.00b 1.52c 1.35c 1.29b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Pengamatan cemaran getah kuning yang dilakukan dengan 2 kriteria penilaian (persentase dan skor) memiliki tujuan yang berbeda. Pengamatan terhadap persentase cemaran getah kuning dilakukan untuk mengetahui intensitas cemaran yang terjadi, baik pada buah dalam satu pohon maupun pada juring per buah. Persentase cemaran tidak memperhatikan parah atau tidaknya jumlah getah yang mencemari buah. Buah akan dikatakan tercemar walaupun hanya sedikit getah kuning yang keluar. Skor cemaran getah kuning menunjukkan tingkat keparahan getah kuning yang mencemari buah. Data yang ditampilkan pada Tabel 1, 2 dan 3 cenderung menunjukkan penurunan intensitas cemaran getah kuning yang diikuti dengan penurunan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada tanaman yang diberi kalsium dan boron.

37 Penurunan cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit diperkirakan terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada buah yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium yang berperan sebagai penyusun dinding sel tersebut diserap dalam bentuk Ca 2+ melalui aliran transpirasi dan intersepsi akar. Unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Kebutuhan boron yang tidak tercukupi pada tanaman menyebabkan tanaman sangat rentan mengalami kerusakan sel termasuk pecahnya saluran getah. Martias (2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah. Kalsium dan boron di dalam jaringan akan berinteraksi dengan pektin membentuk polimer cross-link (Dong et al. 2000). Ikatan polimer tersebut membuat dinding sel lebih stabil dan lentur terhadap perubahan tekanan. Pemberian dolomit meningkatkan kandungan kalsium di perikarp khususnya pada eksokarp (Dorly et al. 2011). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Depari (2011) yang menyatakan adanya pola peningkatan kandungan Ca di kulit buah manggis akibat pemberian dolomit. Peningkatan kandungan boron di dalam endokarp karena aplikasi kalsium dan boron juga telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Saribu (2011). Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara skor getah kuning dengan kandungan Ca di kulit buah, yaitu peningkatan kandungan Ca pada kulit buah dapat menurunkan skor getah kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya korelasi negatif antara kandungan Ca dan B di perikarp dengan skor dan persentase cemaran getah kuning. 17 Kualitas Fisik Buah Terdapat beberapa kualitas fisik yang diamati pada penelitian ini, yaitu diameter transversal dan longitudinal, bobot buah dan bagian-bagian buah, edible portion, kekerasan buah, dan ketebalan kulit buah. Tabel 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis Perlakuan (kg Cigudeg Citeureup Sukabumi Ca/pohon + T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) g B/pohon) Uji F tn tn tn tn tn tn Keterangan : T (diameter transversal), L (diameter longitudinal)

38 18 Aplikasi kalsium dan boron menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap diameter buah baik transversal maupun longitudinal di ketiga lokasi percobaan. Diameter transversal berkisar mm di Cigudeg, mm di Citeureup, dan mm di Sukabumi, sedangkan diameter longitudinal berkisar mm di Cigudeg, mm di Citeureup, dan mm di Sukabumi (Tabel 4). Berdasarkan standar ukuran diameter dan bobot buah manggis yang ditetapkan Badan Standar Nasional (2009), buah manggis di Cigudeg termasuk pada kode 3 (53 58 mm) dan 4 (46 53 mm), di Citeureup termasuk pada kode 5 (34 53 mm), dan di Sukabumi termasuk pada kode 3 (53 58 mm). Bagian-bagian buah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot buah total, bobot cupat, bobot kulit, bobot aril, dan bobot biji. Dari bagian-bagian buah yang diamati tersebut dapat dietahui nilai edible portion (bagian buah manggis yang dapat dikonsumsi). Aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi bobot bagian-bagian buah dan edible portion. Pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium (Primilestari 2011). Kalsium berperan untuk menjaga integritas dinding sel dalam bentuk Ca pektat sehingga tidak mempengaruhi pertambahan volume dan luas sel. Dapat dibandingkan dari Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 bahwa bobot buah di Citeureup memiliki bobot yang paling rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain. Bobot buah di Citeureup berkisar g, berbeda dengan bobot buah di Cigudeg dan Sukabumi yang relatif lebih berat dengan bobot masing-masing berkisar g dan g. Berdasarkan data bobot tersebut, buah manggis di Citeureup termasuk pada kode 4 (51 75) dan 5 (30 50), sedangkan buah manggis di Cigudeg dan Sukabumi termasuk pada kode 3 (76 100) berdasarkan ketetapan Badan Standar Nasional (2009). Kisaran bobot bagian buah yang lain tidak jauh berbeda antar lokasi percobaan, yaitu g untuk bobot kulit, g untuk bobot cupat, g untuk bobot aril, dan g bobot biji. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa bobot kulit memiliki bobot yang paling berat dibandingkan dengan bobot bagian buah yang lain. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa satu buah manggis terdiri atas % kulit buah. Pengamatan terhadap edible portion pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9 yang realtif sama antar lokasi percobaan menunjukkan bahwa satu buah manggis memiliki 24 31% bagian yang dapat dikonsumsi. Tabel 5 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Bobot buah total (g) Bobot kulit (g) Bobot cupat (g) Bobot aril (g) Bobot biji (g) Edible portion (%) Uji F tn tn tn tn tn tn

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 5 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Manggis Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) The Effect of Dolomite Aplication on Gamboge in Mangosteen

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) The Effect of Calcium Application on Gamboge in Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) Indah Wulandari 1 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis berasal dari kawasan Asia Tenggara (hutan tropis Malaysia-Indonesia), namun budi dayanya sudah berkembang semakin meluas selain di Asia Tenggara juga ke

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Hasil analisis sampel tanah sebelum perlakuan menunjukkan sifat-sifat kimia tanah sebagai berikut: ph= 5.4 (sangat rendah), C-Org= 1.54% (rendah), N-Total= 0.16%

Lebih terperinci

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI VANDRA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Time and Application Dosage of Calcium and Boron for Yellow

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis TINJAUAN PUSTAKA 18 Morfologi Tanaman Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) berasal dari Semenanjung Malaysia, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral, juga mengandung bahan antioksidan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Anatomi terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Struktur sekretori getah kuning (sayatan longitudinal) merupakan sebuah saluran yang panjang dan bercabang dengan tipe seperti

Lebih terperinci

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: 1693-9158 PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Oleh: Yulinda Tanari 1), Dolfie DD. Tinggogoy 2) ABSTRAK Getah kuning

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena

Lebih terperinci

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penyemprotan kalsium pada buah manggis dilakukan di sentra produksi manggis yaitu di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pengamatan sifat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae. Pembudidayaan mentimun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 1 SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan karakter fisik serta pengamatan mutu kimia buah manggis dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, analisis senyawa fenol dan aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat dan bersifat herbacious (Ashari, 2008). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2012

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A34304032 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT

PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT 1 PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT Muhammad Abdillah A34304009 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Manggis TINJAUAN PUSTAKA Manggis Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah eksotik, memiliki warna menarik dan kandungan gizi tinggi, yang populer di Asia tenggara dan Australia utara (Ramage et al.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN LAMPIRAN 36 U Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian T B Lereng Atas Blok 3 Kontrol-(3) Ca(OH) 2-2(3) Ca(OH) 2-3(3) Ca(OH) 2-1(3) S CaCl 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-2(3) Ca(OH) 2-3(2) Ca(OH) 2-1(2) Kontrol-(2)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L)

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L) TINJAUAN PUSTAKA Manggis (Garcinia mangostana L) Manggis merupakan tumbuhan dioceus dengan tinggi tanaman mencapai 6-25 m, berdaun rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek, daunnya tebal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini mampu beradaptasi dengan

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah spesies terbaik dari genus Garcinia, merupakan buah tropika asli Indonesia yang paling banyak digemari oleh pasar mancanegara. Manggis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan lapang yang dilakukan di ebun Percobaan University Farm Cikabayan Darmaga IPB, sedangkan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci