PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupaten Bogor dan Purworejo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Fahroyati Nora Handayani NRP A

3

4 RINGKASAN FAHROYATI NORA HANDAYANI. Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupeten Bogor dan Purworejo. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan DARDA EFENDI. Getah kuning merupakan lateks yang dihasilkan secara alami pada seluruh bagian tanaman manggis. Getah ini akan menjadi masalah bila sel-sel epitel penyusun sekretorinya pecah dan menyebar ke aril serta kulit buah manggis. Pecahnya saluran getah kuning tersebut disebabkan karena ada suatu masa perkembangan aril dan biji lebih cepat dibandingkan perkembangan kulitnya sehingga ada tekanan ke kulit buah, serta perubahan tekanan turgor secara tiba-tiba. Pecahnya saluran getah kuning tersebut ada kaitannya dengan kandungan kalsium di dinding sel. Kalsium berperan penting dalam penyusun struktur dinding sel sebagai Capektat di lamela tengah. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, aplikasi pemberian pupuk kalsium melalui tanah dapat mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis tapi dosis tersebut tergolong tinggi sehingga petani tidak tertarik untuk mengaplikasikannya. Salah satu cara agar petani tertarik untuk mengaplikasikannya adalah mengurangi dosis pupuk kalsium. Untuk mengurangi penggunaan dosis pupuk tersebut perlu dilakukan penelitian di berbagai lokasi. Namun, dalam penelitian ini hanya dilakukan pada dua lokasi saja, yakni Bogor dan Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis dengan dosis pupuk kalsium yang rendah di dua lokasi sentra produksi. Penelitian dilakukan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dari bulan Oktober 2013 hingga bulan Juli Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Ada 3 perlakuan pemupukan kalsium: 0, 0.5 dan 1 ton Ca 2+ /ha. Pupuk kalsium diaplikasikan di tanah sebanyak dua kali, yaitu pemberian pertama pada saat 50 % antesis sebanyak 2/3 dari dosis perlakuan dan 1/3 dari dosis perlakuan saat 28 hari setelah perlakuan pertama. Peubah yang diamati: (1) Tingkat cemaran getah kuning meliputi: Jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning, jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning, jumlah juring buah bergetah kuning, intensitas cemaran getah kuning di aril dan kulit buah dengan menggunakan skoring, (2) kandungan Ca dan Mg pada perikarp buah, (3) sifat fisik buah meliputi: bobot buah, bobot kulit, bobot biji, bobot aril, edible portion, diameter longitudinal dan transversal, serta kekerasan kulit, (4) sifat kimia buah yaitu: padatan terlarut total (PTT) dan asam tertitrasi total (ATT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kalsium dosis 0.5 ton Ca 2+ /ha dan 1 ton Ca 2+ /ha nyata menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Lokasi berpengaruh beda nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah, sedangkan interaksi antara dosis pupuk kalsium dan lokasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning per pohon dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning per buah. Kata kunci: aril, dolomit, lokasi, perikarp

5 SUMMARY FAHROYATI NORA HANDAYANI. Control of Gamboge Disorder on Mangosteen Fruits with Calcium Fertilizer in the Bogor and Purworejo. Supervised by ROEDHY POERWANTO and DARDA EFENDI. Yellow latex originally can be found in all of mangosteen organs. When yellow latex is spilled from its channel it will become a serious issue, because it can damage the visual performance of rind and the taste of aryl. Gamboge disorder in mangosteen occur due to the pressure from the seeds and aryl within the time of fruits development, it is also due to the of change of cell turgor. The cause of yellow latex bursting is lack of Calcium on the cells epitel membrane. Calcium is important on the developing of membrane structure as Ca-pektat in middle lamela. Based on previous research, The application of calcium fertilizer through the soil could reduce gamboge disorder in mangosteen fruits but the used fertilizer s dose is relatively high. Because of the impact, the farmers still do not interest. One of methods that farmers interest to apply is to reduce the dosages of calcium. To reduce the use of fertilizers is necessary to study in various locations. However, this study only conducted at two locations, that is Bogor and Purworejo because both locations have high gamboge disorder. The objectives of the research were to reduce gamboge disorder in mangosteen fruits with lower dosage of calcium fertilizer at two production centers. The experiments were conducted in the Karacak village, Leuwiliang district, Bogor and Kaligono village, Kaligesing district, Purworejo from October 2013 to July The experiment was randomized complete block design with four replications. There are three treatments as follow: 0, 0.5 and 1 ton Ca 2+ /ha. The fertilizer application to the soil is done twice, first at 50% anthesis as much as 2/3 of dosage, and the second at 28 days after the first treatment as much as 1/3 of dosage. Variables measured: (1) Levels of gamboge disorder include: The number of fruit which gamboge disorder on aryl, the number of fruit which gamboge disorder on perikarp, the number of contaminated fruit segment, score of gamboge disorder intensity in the aryl and pericarp, (2) nutrient content of Ca and Mg in pericarp, (3) the physical properties of the fruit include: fruit weight, pericarp weight, seed weight, aryl weight, edibel portion, longitudinal diameter, transversal diameter and rind hardness, (4) the chemical properties of the fruit are: total soluble solids (TSS) and total titrable acid (TTA). The results showed that 0.5 and 1 ton Ca 2+ /ha dosages of calcium fertilizer wese significant to reduce gamboge disorder in the mangosteen fruit, both on the aryl or rind. The location have different response to the percentage of gamboge disorder on aryl per tree, percentage of gamboge disorder on fruit segment and scrore of gamboge disorder on aryl, while the interaction between calcium fertilizers and location significantly different response to the percentage of gamboge disorder in the skin and score of gamboge disorder in the skin. Keywords: aryl, dolomite, location, pericarp

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 Penguji pada Ujian Tesis: Dr Edi Santosa, SP, MSi

9 Judul Tesis : Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupaten Bogor dan Purworejo Nama : Fahroyati Nora Handayani NIM : A Disetujui oleh Komisi Pembimbing Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Ketua Dr Ir Darda Efendi, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Maya Melati, MS MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 3 agustus 2015 Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah cemaran getah kuning, dengan judul Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupaten Bogor dan Purworejo. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si selaku pembimbing yang sabar mengajari, memberikan banyak ilmu, arahan, saran dan nasihat, serta menjadi teladan bagi penulis dalam berpikir dan bersikap. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Edi Santosa, SP., M.Si selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Si selaku perwakilan dari program studi Agronomi dan Hortikultura yang banyak memberikan saran dan masukan, serta kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Program Hibah Penelitian Tim Pascasarjana atas bantuan dana sesuai kontrak Nomor 83/IT3.41.2/L1/SPK/IPB 2013 atas nama Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si pada tanggal 2 Mei 2013 dan Hibah Kompetensi dengan judul Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan Ekspor Buah Tropika Nusantara dengan nomor kontrak 035/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V/2013 atas nama Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc pada tanggal 13 Mei 2013, petani manggis di Desa Karacak, Kabupaten Bogor dan di Desa Kaligono, Kabupaten Purworejo, laboratorium pascapanen agronomi dan hortikultura serta laboratorium tanah, IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, nasihat dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2015 Fahroyati Nora Handayani

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Bunga dan Buah Manggis 2 Getah Kuning 4 Kalsium 6 METODE 7 Waktu dan Tempat Percobaan 7 Bahan dan Alat 8 Prosedur Percobaan 8 Pengamatan 9 Analisis Data 12 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Cemaran Getah Kuning 12 Sifat Fisik Buah Manggis 18 Sifat Kimia Buah Manggis 20 Persepsi Petani Terhadap Cemaran Getah Kuning 21 SIMPULAN DAN SARAN 27 Simpulan 27 Saran 27 DAFTAR PUSTAKA 28 LAMPIRAN 31 RIWAYAT HIDUP 40 vi vi

13 DAFTAR TABEL 1 Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, persentase juring tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning 13 2 Persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning 15 3 Skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning 15 4 Kandungan kalsium dan magnesium pada perikarp buah 17 5 Hubungan korelasi skor dan persentase buah yang tercemar getah kuning pada aril dan kulit buah, persentase juring yang tercemar getah kuning per buah terhadap kandungan kalsium perikarp buah 17 6 Diameter, ketebalan kulit dan kekerasan kulit buah manggis 19 7 Bobot buah, kulit buah, biji, aril dan edible portion manggis 20 8 Padatan terlarut total dan asam terlarut total buah manggis 20 9 Faktor internal yang mempengaruhi usahatani manggis (%) Faktor eksternal yang mempengaruhi usahatani manggis (%) Persepsi petani responden terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis (%) 26 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner persepsi petani terhadap teknologi aplikasi pengendalian getah kuning manggis (Garcinia mangostana L.) 31 2 Alur penentuan kandungan kalsium 34 3 Alur penentuan kadar ATT buah manggis 35 4 Curah hujan dan hari hujan di Purworejo dan Bogor 36 5 Rangkuman sidik ragam gabungan 37 5 Kandungan kalsium pada daun berbahan kering 38 7 Keuntungan yang diperoleh petani manggis setiap tahun 39

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis adalah salah satu buah unggulan Indonesia yang paling banyak diekspor sebagai buah segar. Nilai ekspornya tinggi dibandingkan buah segar lainnya. Akan tetapi, volume buah manggis yang diekspor tersebut masih rendah dibandingkan dengan total produksi. Nilai ekspor pada tahun 2012 hanya % dari total produksi buah manggis (Dirjen Hort 2013). Pada tahun 2013 dan 2014, total produksi buah manggis menurun dibandingkan dengan tahun 2012 sehingga nilai ekspor buah manggis juga mengalami penurunan yakni dari USD 17.4 juta pada tahun 2012 menjadi USD 5.43 juta pada tahun 2014 (BPS 2015). Rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh mutu buah yang tidak memenuhi kriteria ekspor. Salah satu kriteria ekspor manggis adalah buah bebas dari cemaran getah kuning, baik pada aril maupun permukaan kulit buah. Buah yang tercemar getah kuning tersebut penampilannya buruk dan rasanya pahit (Mansyah et al. 2007). Getah kuning yang biasa disebut gamboge merupakan lateks yang dihasilkan secara alami pada seluruh bagian tanaman manggis. Getah ini akan menjadi masalah bila sel-sel epitel penyusun saluran sekretorinya pecah (Dorly et al. 2008) dan getah dapat menyebar ke kulit dan aril buah manggis. Pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal yang menyebabkan saluran getah kuning tersebut pecah adalah karena perkembangan aril dan biji yang lebih cepat dibandingkan perkembangan kulitnya sehingga ada tekanan ke kulit buah (Dorly 2009). Faktor lingkungan yang memengaruhi adanya getah kuning adalah jumlah curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut menyebabkan adanya peningkatan potensial air tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Terjadinya peningkatan potensial air tanah tersebut mengakibatkan penyerapan air pada sel epitelium meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan terhadap dinding sel epitelium yang menyebabkan dinding selnya pecah. Pecahnya dinding sel tersebut ada hubungannya dengan kandungan kalsium di dinding sel (Poerwanto et al. 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Martias et al. (2012) yang melaporkan bahwa cemaran getah kuning pada buah manggis erat kaitannya dengan defisiensi kalsium dalam tanah. Defisiensi kalsium dapat mengakibatkan saluran getah kuning rusak. Rusaknya saluran tersebut akan mengakibatkan getah kuning keluar dari saluran dan mencemari buah manggis. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengurangi rusaknya saluran getah kuning tersebut adalah dengan pemberian kalsium. Kalsium merupakan salah satu komponen penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat. Ca-pektat berperan sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain di lamela tengah (Marschner 1995). Selain itu, kalsium berperan sebagai penghubung rantai pektin pada struktur dinding sel (Taiz & Zeiger 2006). Kalsium juga merupakan unsur hara makro yang bersifat immobil, diangkut dari akar ke bagian lain pada tanaman bersama air melalui aliran transpirasi

16 2 (Marschner 1995). Kalsium sebagai unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman kalsium dalam aliran transpirasi dari xilem. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, aplikasi kalsium pada awal pembungaan manggis melalui tanah dapat mengurangi cemaran getah kuning pada perikarp buah, tetapi belum dapat mengurangi cemaran getah kuning pada aril buah (Dorly et al. 2008, Wulandari & Poerwanto 2010). Menurut Poovarodom (2009), seharusnya aplikasi kalsium melalui tanah tersebut tidak dibatasi pada periode awal setelah fruit set saja tetapi diperpanjang sampai panen agar kandungan kalsium meningkat. Hasil penelitian Depari (2011) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalsium sebesar 3.5 ton Ca 2+ /ha nyata mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis dan kandungan kalsium pada perikarp meningkat dengan 2 kali aplikasi kalsium, yaitu pada saat antesis dan akhir stadia 1 (28 hari setelah antesis). Dosis pupuk kalsium yang diberikan melalui tanah oleh peneliti-peneliti sebelumnya tergolong sangat tinggi. Misalnya, Dorly (2009) dan Wulandari (2009) menggunakan pupuk kalsium sebesar 3.5 ton Ca 2+ /ha kemudian Primilestari (2011) menurunkan penggunaan pupuk kalsium menjadi 2 ton Ca 2+ /ha. Akan tetapi, petani belum mengaplikasikannya karena hal tersebut akan menambah biaya produksi. Menurut petani manggis, tanaman manggis tetap berbuah tanpa perlakuan pemupukan. Salah satu cara agar petani mau mengaplikasikannya adalah dengan mengurangi dosis pupuk kalsium. Dosis pupuk kalsium yang digunakan pada penelitian ini antara 0.5 dan 1 ton Ca 2+ /ha. Untuk mengurangi penggunaan dosis pupuk tersebut perlu dilakukan penelitian di berbagai lokasi. Namun, dalam penelitian ini hanya dilakukan pada dua lokasi saja, yakni Bogor dan Purworejo karena kedua lokasi tersebut memiliki masalah cemaran getah kuning yang tinggi (Poerwanto et al. 2010). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis dengan pupuk kalsium di dua lokasi sentra produksi manggis. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan adalah pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca 2+ /ha diharapkan dapat menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis di dua lokasi. TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Bunga dan Buah Manggis Terbentuknya bunga manggis diawali dengan inisiasi pucuk manggis membentuk bakal bunga. Pucuk-pucuk yang terinisiasi umumnya mempunyai ukuran daun yang lebih lebar dengan pangkal yang membulat dibandingkan dengan pucuk

17 yang tidak terinisiasi, kemudian pada bagian tersebut mengeluarkan tunas yang menggembung berwarna merah. Inisiasi tunas bunga dapat dibedakan dengan inisiasi tunas daun. Inisiasi tunas bunga akan mengalami pembengkakan sedangkan inisiasi tunas daun tidak terjadi pembengkakan (Ropiah 2009). Pembentukan bunga manggis diawali dengan inisiasi tunas bakal bunga pada bagian pucuk. Tunas bakal bunga akan membesar, kemudian tunas pecah dan terbentuk kuncup bunga, selanjutnya kuncup semakin membesar yang akhirnya akan mekar sempurna (antesis). Berdasarkan kenyataan ini maka perkembangan bunga manggis dapat di bagi menjadi 5 fase yaitu: (1) inisiasi tunas bunga yang ditandai dengan pembengkakan berwarna merah pada ujung tunas, (2) pecah tunas, (3) pembentukan kuncup, (4) pertumbuhan dan perkembangan kuncup dan (5) anthesis (Ropiah 2009). Tunas bakal bunga akan membesar, kemudian pecah dan akhirnya terbentuk kuncup bunga pada umur hari setelah inisiasi (HSI). Kuncup bunga akan mengalami pertumbuhan hingga membesar dan mencapai maksimal pada saat anthesis. Waktu yang diperlukan untuk anthesis mulai dari terinisiasinya pucuk antara 39 sampai 40 hari (Ropiah 2009). Pembungaan manggis pada dasarnya sama dengan pembungaan pada tanaman tingkat tinggi lainnya, di mana tahap inisiasi dan pecah tunas merupakan perkembangan lanjut dari induksi. Fase diferensiasi sudah terjadi pada saat inisiasi dan diakhiri dengan munculnya kuncup bunga yang terus berkembang menuju fase pendewasaan dan anthesis. Menurut Rai et al (2006), pada fase diferensiasi bunga manggis secara visual tunas bunga muncul pada ujung pucuk dan pada fase pendewasaan secara visual mulai dari kuncup bunga muncul sampai sebelum bunga mekar. Bunga manggis muncul pada pucuk-pucuk terminal, mempunyai empat sepal dan empat petal. Petal akan gugur antara 1 sampai 3 hari setelah bunga mekar sempurna sedangkan sepalnya akan tetap bertahan melindungi buah. Stigma juga tetap bertahan pada bagian ujung buah, di mana jumlah stigma menunjukkan jumlah aril yang terdapat di dalam buah. Jumlah stigma berkisar antara 5 sampai 7 buah. Stamen bunga manggis berjumlah antara 15 sampai 20, melekat pada dasar buah dan dapat bertahan antara 3 sampai 5 hari sebelum antesis, begitu bunganya mekar beberapa jam kemudian akan segera layu, kemudian mengering dan akhirnya gugur meskipun ada beberapa yang masih tetap bertahan hingga buah matang. Jadi pada tanaman manggis anthesis segera diikuti proses pelayuan stamen dan petal bunga (Ropiah 2009). Buah akan matang pada waktu 100 sampai120 hari setelah antesis (HSA) (Rai et al. 2006). Perkembangan buah terjadi dalam dua tahap, yaitu praantesis dan pascaantesis. Tahap praantesis merupakan tahap pembentukan segmen aril dan bakal biji yang berlangsung pada umusr 8 hingga 1 hari sebelum antesis. Tahap perkembangan buah pascaantesis ditandai dengan perubahan warna serta peningkatan bobot dan diameter buah manggis (Ropiah 2009). Perubahan warna terjadi pada kulit serta sepal dan tangkai selama pertumbuhan buah manggis. Kulit buah manggis berwarna hijau muda pada umur 1-7 minggu setelah antesis (MSA) dan pada umur 8-12 MSA berwarna hijau kekuningan, kemudian berubah menjadi merah pada umur 13 hingga 14 MSA. Warna kulit buah menjadi cokelat kemerahan pada umur 15 MSA dan menjadi ungu pada umur 16 MSA (Ropiah 2009). 3

18 4 Sepal dan tangkai buah manggis mengalami perubahan warna seperti pada kulit buah. Sepal berwarna hijau muda pada umur 1 hingga 11 MSA dan berubah menjadi hijau tua saat buah matang (kurang lebih 16 MSA). Tangkai buah berwarna hijau muda saat berumur 1-5 MSA, kemudian menjadi hijau tua seiring pematangan buah manggis (Dorly 2009). Peningkatan ukuran diameter terjadi secara cepat pada umur 1-6 MSA dan pada saat itu juga terjadi penambahan jumlah dan ukuran sel-sel di aril dan perikarp buah (eksokarp, mesokarp dan endokarp). Selanjutnya peningkatan ukuran sel berlangsung lambat sejak minggu ke-8 setelah antesis. Ketebalan perikarp menurun seiring dengan meningkatnya ketebalan aril dan biji serta tebal biji meningkat tajam pada umur 14 hingga 16 MSA. Ukuran tebal kulit menurun pada buah umur 16 MSA juga diikuti dengan penurunan ukuran peubah sel eksokarp, endokarp dan aril buah (Dorly et al. 2010). Perkembangan sel di eksokarp, mesokarp dan endokarp terjadi seiring dengan pertambahan lapisan di eksokarp, mesokarp dan endokarp tersebut. Jumlah lapisan eksokarp, mesokarp dan endokarp meningkat dengan cepat pada umur 1-6 MSA, selanjutnya pada minggu ke 6 hingga 8 MSA jumlah lapisan tersebut meningkat perlahan. Jumlah lapisan eksokarp terbanyak dijumpai pada umur 11 MSA. Jumlah lapisan tersebut menurun perlahan pada umur 12 MSA dan cenderung stabil hingga umur 16 MSA. Jumlah lapisan mesokarp dan endokarp buah manggis terbanyak dijumpai pada umur 14 MSA, kemudian menurun perlahan pada umur 15 hingga 16 MSA. Lain halnya dengan tebal kulit buah manggis. Tebal kulit hanya meningkat pada umur 1-5 MSA kemudian menurun sejak umur 6-16 MSA. Penurunan ketebalan kulit tersebut disebabkan karena penurunan kadar air pada kulit buah sehingga sel-sel penyusun jaringan kulit buah mengerut dan kulit buah menjadi tipis (Dorly et al. 2010). Pola perkembangan biji dan aril berbeda dengan perkembangan eksokarp, mesokarp dan endokarp. Pertumbuhan tebal biji dan aril justru meningkat pada umur MSA. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang mendesak dari dalam ke arah luar, sehingga menyebabkan saluran getah kuning di endokarp buah pecah. Pecahnya saluran getah kuning tesebut menyebabkan getah keluar dari salurannya dan mengotori aril manggis. Cemaran getah kuning pada aril mulai terdeteksi sejak buah berumur 14 MSA (Dorly et al. 2010). Getah Kuning Getah kuning merupakan eksudat resin (cairan getah) yang berwarna kuning dan secara alami dijumpai pada berbagai tanaman dari suku Guttiferae. Sebagai famili Guttiferae, tanaman manggis memiliki getah kuning hampir di seluruh tubuh atau organ tanaman manggis. Resin terdapat pada ruang-ruang skizogen dalam korteks, floem, daun, bunga dan biji pada tanaman dari family Guttiferae atau Clusiaceae (Tjitrosoepromo 1994). Getah kuning pada dasarnya diproduksi oleh tanaman untuk keperluan metabolisme dan sistem pertahanan tanaman terhadap serangan organisme pengganggu (Dorly 2009). Getah kuning manggis juga mengandung berbagai senyawa seperti terpen, fenolik, steroid dan xanthone. Senyawa terpen (triterpenoid) dan senyawa fenolik (flavonoid dan tanin) ditemukan pada kulit batang, kulit buah muda, daging buah dewasa dan daging buah muda. Senyawa steroid ditemukan dalam daging buah

19 muda manggis (Dorly et al. 2008) dan senyawa xantone ditemukan pada kulit buah manggis (Ahmat et al. 2010). Getah kuning terletak dalam saluran yang terdapat pada hampir seluruh organ tanaman manggis. Saluran getah kuning terdapat pada organ daun, batang dan buah. Saluran getah kuning telah terbentuk pada awal pertumbuhan buah manggis, bahkan sejak pembungaan. Saluran getah kuning terdapat pada bagian bakal buah (ovari), yang telah terbentuk saat kuncup bunga dan antesis (bunga mekar) (Rai et al 2006; Dorly et al. 2008). Seiring perkembangan buah, saluran getah kuning selanjutnya terbentuk pada eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril buah manggis, baik pada buah muda maupun buah tua. Saluran getah kuning memiliki lumen besar yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas (Dorly et al. 2008). Saluran tersebut berbentuk kanal memanjang dan bercabang. Ruang sekretorinya kemungkinan terbentuk melalui pembesaran ruang skizogen. Cemaran getah kuning pada buah manggis yang dikenal dengan istilah gamboge disorder merupakan permasalahan penting yang perlu diatasi dalam agribisnis manggis. Gamboge disorder merupakan permasalahan utama dalam produksi manggis di daerah tropis. Buah manggis yang bergetah kuning tidak disukai konsumen selain karena penampilannya yang tidak menarik, rasa buah arilnya tercemar getah kuning menjadi pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi. Cemaran tersebut juga mempengaruhi kelayakan ekspor buah manggis. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor kelas super adalah kulit buah mulus tidak bercacat, baik cacat biologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah kuning (BSN 2009). Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat terjadi pada buah yang masih muda maupun yang sudah masak (Junaidi 2003). Getah kuning yang mencemari buah manggis berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah. Getah tersebut dapat mencemari buah apabila sel-sel epitel pada saluran getah rusak (Dorly 2009). Getah kuning mulai mencemari aril manggis sejak buah berumur 14 minggu setelah antesis. Getah yang mencemari aril buah tersebut berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada endokarp buah (Dorly et al. 2008). Rusaknya saluran getah kuning dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti kadar air tanah dan curah hujan yang terlalu tinggi selama perkembangan buah. Fluktuasi perubahan air tanah tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tekanan turgor, sehingga dinding sel penyusun endokarp pecah (Poerwanto et al. 2010). Gangguan serangga dan kesalahan saat panen juga termasuk faktor yang menyebabkan pencemaran getah kuning, terutama pada kulit luar buah (Mansyah et al. 2007). Sementara cemaran getah kuning pada kulit bagian dalam terjadi karena gangguan fisiologis tanaman. Menurut Nurcahyani (2005), cemaran getah kuning pada aril merupakan masalah fisiologis akibat pecahnya saluran getah kuning dalam endokarp dan bukan karena cendawan Fusarium oxysforum. Cemaran getah kuning terjadi karena perbedaan laju pertumbuhan antara aril dan buah. Dalam fase perkembangan buah, pertambahan diameter buah akan semakin berkurang pada minggu ke-10 setelah antesis, sementara pertambahan tebal biji justru meningkat. Terjadi tekanan dari dalam terhadap jaringan yang terletak antara aril dan kulit buah (Dorly et al. 2010), sehingga menyebabkan saluran getah kuning yang terdapat di jaringan tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning tersebut menyebabkan getah kuning mencemari aril. Pecahnya 5

20 6 saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah manggis terkait dengan defisiensi kalsium, karena salah satu fungsi utama kalsium adalah mempertahankan integritas dinding sel. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel mudah rusak (Marschner 1995). Pada saat pembelahan sel untuk pertumbuhan buah, kalsium pembangun dinding sel sering tidak mencukupi apabila tanaman manggis tumbuh di tanah masa. Akibatnya dinding sel epitelium ini menjadi mudah pecah sehingga terjadi pencemaran getah kuning pada aril (Poerwanto et al. 2010). Kalsium Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman dan bersifat immobil sehingga tanaman yang kekurangan kalsium akan terlihat pada daun-daun muda yang baru keluar dari pucuk dan titik tumbuh. Pada beberapa tanaman, kalsium dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel parenkim dan berbentuk ion dalam cairan sel (Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Keberadaan kalsium dalam sel tanaman dapat berupa ikatan pada wilayah appoplasmik, sebagai hara tersedia pada dinding sel maupun terikat pada permukaan luar plasma membran (Marschner 1995). Kebutuhan tanaman tingkat tinggi akan kalsium tergolong besar, dimana pada biomasa tanaman sehat mengandung kisaran 0.1-1% Ca. Pada tanaman, kadar kalsium terbanyak terdapat pada bagian antar dinding sel (lamela tengah) (Ashari 2006). Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat (Gardner et al. 1991). Peranan Ca-pektat merupakan bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain (Marschner 1995) dan menguatkan dinding sel dalam lamela tengah (Dwidjoseputro 1983). Peranan lain dari kalsium adalah laju respirasi dan ketahanan simpan buah, berpengaruh terhadap kekompakan buah (firmness), berkaitan dengan aktivitas jaringan meristem, serta dalam perpanjangan dan pembelahan sel (Ashari 2006). Taiz dan Zeiger (2006) menyebutkan kalsium merupakan unsur penting penyusun dinding sel yang diperlukan sebagai kofaktor oleh beberapa enzim yang terlibat dalam hidrolisis ATP dan fosfolipid serta bertindak sebagai second messenger dalam pengaturan metabolisme. Peran kalsium yang lebih spesifik yakni berhubungan dengan kemampuannya untuk mengubah permeabilitas membran tanaman dan kalsium bertindak sebagai sinyal untuk mengatur enzim kunci dalam sitosol. Sebagian besar tanah mengandung cukup kalsium untuk menyokong pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan baik, tetapi pada tanah masam akibat curah hujan yang tinggi dan tanah sulfat masam sering terjadi gejala defisiensi kalsium (Salisbury dan Ross 1995; Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Menurut Hardjowigeno (1992), ketersediaan unsur kalsium dalam tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium dengan waktu dan konsentrasi tertentu. Kalsium dapat diserap tanaman dalam bentuk ion terlarut (Ca 2+ ). Kandungan kalsium berpengaruh terhadap kekakuan dinding sel. Jika kandungan kalsium terlalu tinggi menyebabkan dinding sel menjadi kaku dan keras, tapi jika kekurangan kalsium dinding sel akan rapuh dan mudah rusak. Aplikasi kalsium diharapkan dapat memperkuat dinding sel saluran getah kuning agar tidak mudah pecah.

21 Unsur kalsium di dalam tanaman dalam keadaan immobil atau tidak dapat diretranslokasi ke bagian lain dalam tanaman (Dwidjoseputro 1983). Gardner et al. (1991) mencirikan kalsium sebagai unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman kalsium dalam aliran transpirasi dari xilem. Transport kalsium dalam sistem perakaran dapat terjadi secara paralel melalui lintasan simplasmik dan appoplasmik. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun sehingga kandungan kalsium tinggi dijumpai dalam daun. Bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun sehingga hanya sedikit kalsium yang terakumulasi dalam buah (Marscner 1995). Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah. Rendahnya konsentrasi kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium maupun rendahnya penyerapan kalsium, namun dapat juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan akar dalam menyerap kalsium untuk didistribusikan melalui floem. Oleh karena itu upaya meningkatkan kandungan kalsium tanah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi cemaran getah kuning buah manggis (Dorly 2009). Hasil penelitian Wulandari (2009) menunjukkan bahwa kalsium yang diberikan satu kali saja itu tidak efektif meningkatkan kandungan kalsium pada perikarp karena sebagian besar kalsium tersebut ditranslokasikan ke daun. Di Australia, masalah kekurangan kalsium pada mangga menyebabkan terjadinya pecah buah. Untuk mengatasi hal tersebut, aplikasi kalsium dilakukan secara berulang. Pada saat aplikasi pertama, sebagian besar kalsium akan ditranslokasikan ke daun dan apabila kalsium di daun sudah optimum, maka pada aplikasi selanjutnya akan ditranslokasikan juga ke buah. Kandungan kalsium pada dinding sel buah akan terus meningkat selama perkembangan buah dan akan menurun menjelang panen. Dalam perkembangan buah manggis ada tiga stadia yaitu: stadia I (1-4 MSA), stadia II (5-13 MSA) dan stadia III (14-15 MSA). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan kalsium tidak berhenti pada awal perkembangan buah manggis tetapi berlanjut hingga buah dipanen (Poovaradom 2009). Hasil penelitian Depari (2011) menunjukkan bahwa kandungan kalsium pada perikarp meningkat dengan aplikasi kalsium dua kali, yaitu pada saat antesis dan akhir stadia 1 (28 HSA). Oleh sebab itu, aplikasi kalsium pada periode perkembangan buah yang tepat menjadi penting untuk mendapatkan pengaruh maksimal dalam mengurangi getah kuning pada buah. METODE 7 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Juli 2014 yang bertempat di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purworejo. Lokasi penelitian di Bogor bertempat di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan ketinggian 410 m dpl dan terletak pada 6ᵒ60 LS dan 106ᵒ60 BT. Sedangkan lokasi penelitian di Purworejo bertempat di Dusun Krajan, Desa

22 8 Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dengan ketinggian 340 m dpl dan terletak pada 7ᵒ70 LS dan 110ᵒ BT. Kondisi tanah di Leuwiliang dan Kaligesing memiliki tekstur tanah yang sama, yaitu liat berdebu dan merupakan tanah pedsolik (Gunawan 2007). Pengamatan sifat fisik buah langsung dilakukan di masing-masing lokasi penelitian, sedangkan sifat kimia buah dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis kandungan kalsium dan magnesium buah dilakukan di Laboratorium Tanah, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah pohon manggis asal biji yang sudah berproduksi, berumur lebih dari 20 tahun, jumlah populasi tanaman sekitar 500 pohon/ha dan diameter batang sekitar cm pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Tanah pedsolik di Lewiliang memiliki ph sekitar dengan kandungan kalsium pada tanah sekitar 4.59 me/100 g (Kurniadinata 2011), sedangkan di Kaligesing memiliki ph 5.63 dengan kandungan kalsium pada tanah sekitar 4.09 me/100 g (Gunawan 2007). Bahan lainnya yang digunakan adalah dolomit (CaMg[CO3]2) sebagai sumber pupuk kalsium, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat, indikator penalpthalein (PP) dan akuades. Alat-alat yang digunakan adalah jangka sorong, kertas saring, corong, atomic absorbtion spectrophotometer (AAS), pisau, pipet, labu takar, spatula, buret, gelas piala, timbangan manual, timbangan digital, hand penetrometer, hand refraktrometer dan cangkul. Prosedur Percobaan Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok. Faktor yang diujikan adalah dosis pupuk kalsium yang terdiri atas tiga taraf, yaitu 0 kg Ca 2+ /pohon atau tanpa pemupukan dolomit (K1), 0.5 ton Ca 2+ /ha (2.5 ton dolomit/ha) yang setara dengan 5 kg dolomit/pohon (K2), dan 1 ton Ca 2+ /ha (5.0 ton dolomit/ha) yang setara dengan 10 kg dolomit/pohon (K3), serta penelitian dilakukan di dua lokasi, yaitu Bogor dan Purworejo. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali dan setiap ulangan percobaan terdapat lima tanaman sehingga jumlah tanaman yang digunakan sebanyak 60 pohon manggis di setiap lokasi. Jumlah buah manggis yang diamati sebanyak 25 buah manggis untuk setiap pohonnya, sehingga buah yang dibutuhkan sebanyak 1500 buah manggis untuk setiap lokasi. Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan wawancara terhadap petani manggis menggunakan kuesioner terstruktur dengan sebagian bersifat terbuka (Lampiran 1). Petani yang dijadikan responden untuk penelitian di Bogor merupakan anggota Kelompok Tani Karya Mekar, sedangkan petani di Purworejo merupakan anggota Kelompok Tani Sidodadi 2. Responden terpilih ditentukan secara purposive sampling yaitu petani yang memiliki atau mengelola kebun manggis. Jumlah responden keseluruhan untuk masing-masing lokasi adalah 10 orang. Data yang diperoleh berupa data primer dari petani kemudian data dianalisis berdasarkan frekuensi jawaban petani dan tabulasi.

23 Penelitian ini mempunyai beberapa tahapan pelaksanaan. Tahapan-tahapan yang ada dalam penelitian adalah: 1. Persiapan Persiapan ini terdiri atas persiapan tanaman, pembersihan gulma dan pemupukan dasar. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang akan memasuki masa pembungaan. Gulma yang terdapat di sekitar tanaman manggis harus dibersihkan terlebih dahulu agar pupuk yang diberikan tidak diserap oleh gulma. 2. Aplikasi perlakuan Pemberian kalsium melalui tanah dengan cara disebar dalam piringan di bawah tajuk lalu ditutup kembali dengan tanah dan seresah. Aplikasi pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pemberian pertama pada saat 50% antesis sebanyak 2/3 dari dosis perlakuan dan sisanya (1/3 dari dosis perlakuan) diaplikasikan pada saat 28 hari setelah perlakuan pertama. 3. Panen Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan, yakni saat kulit buah berwarna keunguan dengan interval panen 2 atau 3 hari sekali Pengamatan 1. Pengukuran tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis a. Pengamatan buah yang tercemar getah kuning pada daging (aril) buah - Persentase buah yang arilnya tercemar (% BTGK) Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning. Cara menentukan persentase buah yang arilnya tercemar adalah: % BTGK di aril = X 100% - Persentase juring yang tercemar per buah (% JTGK) Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah juring yang tercemar getah kuning. Cara menentukan persentase juring buah yang tercemar adalah: % JTGK juring = X 100 % - Skor buah yang arilnya tercemar Pengamatan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dilakukan secara langsung dengan mengamati getah kuning yang ada pada aril. Pengamatan skor buah yang tercemar getah kuning mengikuti Kartika (2004). Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning ditentukan sebagai berikut: 1. Skor 1: baik sekali, tidak ada sedikitpun getah kuning baik diantara aril dan kulit maupun di pembuluh buah. 2. Skor 2: baik, aril putih dengan sedikit noda karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung. 3. Skor 3: cukup, terdapat sedikit bercak getah kuning di salah satu juring atau diantara juring. 4. Skor 4: buruk, terdapat gumpalan bercak getah kuning baik di ujung dan di antara juring atau di pembuluh buah. 9

24 10 5. Skor 5: buruk sekali, terdapat gumpalan bercak baik juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. b. Pengamatan buah tercemar getah kuning pada kulit buah - Persentase buah yang kulitnya tercemar (% BTGK) Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning. Cara menentukan persentase buah yang kulitnya tercemar adalah: % BTGK di kulit = X 100 % - Skor buah yang kulitnya tercemar Pengamatan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning dilakukan secara langsung dengan mengamati getah kuning yang ada pada kulit. Pengamatan skor buah yang tercemar getah kuning mengikuti Kartika (2004). Skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning ditentukan sebagai berikut: 1. Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning. 2. Skor 2: baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. 3. Skor 3: cukup, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. 4. Skor 4: buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah. 5. Skor 5: buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam. c. Analisa kandungan kalsium dan magnesium pada buah Kulit lima buah manggis secara komposit dari perlakuan yang sama dianalisis kandungan kalsium dan magnesium. Kulit buah yang digunakan merupakan kulit buah yang sudah dikeringkan. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Analisis menggunakan metode pengabuan basah. Skema pengukuran tertera pada Lampiran Sifat fisika buah a. Bobot buah (g) Bobot buah ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang keseluruhan buah pada saat panen. b. Bobot kulit buah (g) Bobot kulit buah ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang kulit buah setelah buah dibelah dan dipisahkan dari aril dan biji. c. Bobot biji (g) Bobot biji ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang keseluruhan biji pada buah sampel. d. Bobot aril buah (g) Bobot aril buah dihitung berdasarkan pengurangan bobot buah total terhadap kulit buah dan bobot biji.

25 e. Dimeter transversal buah (cm) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dengan arah horizontal pada bagian tengah di kedua sisi dan selanjutnya diambil rata-ratanya. f. Diameter longitudinal buah (cm) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dengan arah vertikal pada bagian tengah di kedua sisi dan selanjutnya diambil rata-ratanya. g. Tebal kulit buah (mm) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong setelah buah dibelah secara melintang menjadi dua bagian, diukur pada dua sisi dan selanjutya dirata-ratakan. h. Edible Portion (%) Edible portion adalah presentase bagian aril yang dapat dimakan terhadap bobot buah secara keseluruhan. Edible portion = X 100 % i. Kekerasan kulit buah (kg/cm 2 /det) Kekerasan kulit buah diukur dengan hand penetrometer. Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan dengan memasukkan jarum hand penetrometer pada kulit bagian atas, tengah, bawah dan selanjutnya diambil rata-ratanya. Kemudian nilai kekerasan buah dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat. 3. Sifat kimia buah a. Padatan terlarut total ( ᵒbriks) Pengukuran padatan terlarut total (PTT) setiap buah manggis dapat dilakukan dengan menggunakan hand refraktometer (TSS dalam brik). Buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian daging buah dari sampel tersebut diukur PTT dengan menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT dilakukan dengan cara memberikan satu tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap melakukan pengukuran, terlebih dahulu lensa dikalibrasi dengan menggunakan akuades kemudian dibersihkan dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT yang terdapat di dalam buah manggis. b. Total asam tertitrasi (%) Kandungan total asam tertitrasi (TAT) dalam buah manggis diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH. Pengukuran TAT dihitung melalui asam tertitrasi. Jumlah NaOH 0,1 N yang terpakai untuk mendapatkan perubahan warna merah jambu yang stabil merupakan angka yang digunakan untuk pengukuran TAT. Titrasi dilakukan duplo. Skema pengukuran tertera pada Lampiran 3. Perhitungan TAT dilakukan dengan rumus: Total Asam Tertitrasi (TAT) = X 100 % Keterangan: ml NaOH : Volume NaOH yang terpakai pada titrasi 11

26 12 N NaOH : normalitas kandungan asam tertitrasi total dalam buah manggis diukur dengan metode titrasi NaOH (0.1 N) fp : Faktor pengenceran (100/25) 64 : Faktor asam dominan Mg contoh : mg Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yakni data parametrik dan non parametrik. Data parametrik dianalisis menggunakan sidik ragam gabungan pada taraf nyata 5%. Sidik ragam gabungan merupakan analisis yang digunakan untuk menggabungkan beberapa percobaan tunggal yang memiliki perlakuan dan rancangan percobaan yang sama (Gomez &Gomez 1984). Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5%, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Variabel yang diamati sebagai data parametrik adalah % BTGK di kulit, % BTGK di aril, % JTGK, serta data analisa kandungan kalsium dan magnesium di perikarp. Data non parametrik dianalisis menggunakan Uji Friedman. Jika terdapat pengaruh yang nyata, diuji lanjut dengan uji perbandingan ganda (Uji Z) pada taraf 5%. Variabel yang diamati sebagai data non parametrik adalah skor buah yang aril dan kulitnya tercemar getah kuning. HASIL DAN PEMBAHASAN Cemaran Getah Kuning Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium berpengaruh nyata terhadap tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah, sedangkan interaksi antara dosis pupuk kalsium dan lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning per pohon dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning per buah. Cemaran Getah Kuning pada Aril Buah Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon menunjukkan jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning dibandingkan dengan jumlah buah keseluruhan pengamatan. Nilai rataan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon nyata tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni 62.38% (Tabel 1) dan nilai rataan tersebut tergolong sangat tinggi menurut Martias (2012). Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 56.46%, yaitu dari 62.38% menjadi 24.98% pada dosis 0.5 ton Ca 2+ /ha dan 29.38% pada dosis 1 ton Ca 2+ /ha. Nilai rataan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca 2+ /ha dan 0.5 ton Ca 2+ /ha tersebut tidak berbeda nyata. Dengan demikian, dosis 0.5 ton

27 Ca 2+ /ha sudah cukup efektif untuk mengurangi cemaran getah kuning di aril buah manggis. Persentase juring yang tercemar getah kuning per buah merupakan parameter yang menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada aril buah manggis per buah. Pada Tabel 1, rataan persentase juring yang tercemar getah kuning per buahnya nyata menurun sebesar 68.40% dengan pemberian pupuk kalsium, yaitu dari 26.85% pada kontrol menjadi 9.22% pada dosis 0.5 ton Ca 2+ /ha dan 7.75% pada dosis 1 ton Ca 2+ /ha. Menurut hasil penelitian Primilestari (2011), pemberian pupuk kalsium dalam bentuk dolomit dengan dosis 2 ton Ca 2+ /ha dapat menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebesar 95.71%. Pada penelitian ini, dosis pupuk kalsium yang diaplikasikan dikurangi menjadi setengah dosis dari penelitian Primilestari (2011) dan hasilnya sudah bisa menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebanyak 68.40%. Tabel 1 Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning, persentase juring tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning Perlakuan Persentase buah yang arilnya tercemar Persentase juring tercemar per buah 13 Skor buah yang arilnya tercemar Rataan Peringkat Pupuk kalsium (ton Ca 2+ /ha) a a a b 9.22 b b b 7.75 b b Lokasi Bogor b b b Purworejo a a a Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%, sedanakan pada kolom skor menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Z 5%. Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 1 ton Ca 2+ /ha dan 0.5 ton Ca 2+ /ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah. Rataan persentase juring yang tercemar getah kuning nyata tinggi pada perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martias et al. (2012) yang menyatakan bahwa koefisien jalur yang tinggi dari kalsium terhadap persentase juring yang tercemar getah kuning per buah mengindikasikan bahwa tingkat cemaran getah kuning yang tinggi di aril erat kaitannya dengan kekurangan kalsium di tanah. Selain itu, kalsium tidak hanya berperan sebagai komponen utama penyusun dinding sel, tapi juga berperan mengurangi penyerapan hara yang toksik bagi jaringan, seperti Mn (Poerwanto et al. 2011). Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada aril buah manggis setiap buahnya. Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning nyata tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni Menurut Dirjen Horti (2007), buah manggis dengan nilai rataan skor lebih dari 2 tersebut tidak layak untuk diekspor. Dengan pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan nilai skor buah yang

28 14 arilnya tercemar getah kuning menjadi 1.40 pada dosis 0.5 ton Ca 2+ /ha dan 1.35 pada dosis 1 ton Ca 2+ /ha. Nilai skor yang diperoleh pada buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan pemberian pupuk kalsium tersebut kurang dari 2 (Tabel 1) artinya bahwa kondisi aril buahnya masih baik, hanya terdapat sedikit noda getah kuning yang masih segar pada satu ujung saja sehingga buah layak untuk diekspor. Nilai rataan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan perlakuan pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca 2+ /ha dan 0.5 ton Ca 2+ /ha tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk kalsium melalui tanah pada tanaman manggis dapat menurunkan cemaran getah kuning di aril buah manggis. Penurunan cemaran getah kuning di aril tersebut ada hubungannya dengan kandungan kalsium yang tinggi di perikarp (Tabel 2) dan hubungan tersebut diperkuat dengan hasil korelasi yang bernilai negatif (Tabel 3). Selain itu, tingginya kandungan kalsium pada perikarp tersebut diduga karena waktu aplikasi pemupukan kalsium yang tepat. Menurut White (2001), tanaman sangat memerlukan kalsium yang cukup pada saat fase perpanjangan dan pembelahan sel. Hal ini sejalan dengan pendapat Poovaradom (2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan kalsium pada dinding sel saat buah berkembang itu akan meningkat. Kandungan kalsium yang tinggi tersebut mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning dalam menahan desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp buah sehingga getah kuning tetap berada pada salurannya (Dorly et al. 2008; Poerwanto et al. 2010). Lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning, persentase juring yang tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning (Tabel 1). Cemaran getah kuning di aril buah manggis yang berasal dari daerah Purworejo nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dari Bogor. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan kalsium daun di Purworejo lebih banyak dibandingkan kandungan kalsium daun di Bogor (Lampiran 6). Selain itu, kondisi tanaman manggis yang berasal dari Purworejo sedang tumbuh tunas baru bersamaan dengan munculnya bunga sehingga hara yang diserap oleh tanaman terbagi dan kalsium lebih banyak diserap oleh daun baru. Pendugaan kandungan kalsium lebih banyak diserap oleh daun baru dibandingkan buah itu karena kalsium merupakan unsur hara yang dapat larut dalam air. Unsur hara ini diserap dari dalam tanah dan ditranslokasikan bersama air ke bagian tanaman yang lain melalui aliran masa. Pada suhu lingkungan yang tinggi, air yang mengandung kalsium dan hara lainnya bergerak cepat ke bagian tanaman yang aktif melakukan transpirasi, yakni daun. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga kalsium banyak terakumulasi dalam daun setelah proses transpirasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wulandari dan Pooerwanto (2010), Dorly et al (2011), Martias (2012) dan Purnama et al. (2013) yang menyatakan bahwa kandungan kalsium pada daun lebih tinggi dibandingkan dengan perikarp buah. Selain itu, Marshner (1995) menyatakan bahwa bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun sehingga hanya sedikit kalsium yang terakumulasi dalam buah. Cemaran Getah Kuning pada Kulit Buah Berdasarkan hasil analisis, pemberian pupuk kalsium di 2 lokasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning pada buah manggis. Buah manggis yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 5 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Manggis Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis TINJAUAN PUSTAKA 18 Morfologi Tanaman Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) berasal dari Semenanjung Malaysia, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral, juga mengandung bahan antioksidan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) The Effect of Calcium Application on Gamboge in Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) Indah Wulandari 1 dan

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) The Effect of Dolomite Aplication on Gamboge in Mangosteen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis berasal dari kawasan Asia Tenggara (hutan tropis Malaysia-Indonesia), namun budi dayanya sudah berkembang semakin meluas selain di Asia Tenggara juga ke

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 1 SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Anatomi terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Struktur sekretori getah kuning (sayatan longitudinal) merupakan sebuah saluran yang panjang dan bercabang dengan tipe seperti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Hasil analisis sampel tanah sebelum perlakuan menunjukkan sifat-sifat kimia tanah sebagai berikut: ph= 5.4 (sangat rendah), C-Org= 1.54% (rendah), N-Total= 0.16%

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: 1693-9158 PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Oleh: Yulinda Tanari 1), Dolfie DD. Tinggogoy 2) ABSTRAK Getah kuning

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penyemprotan kalsium pada buah manggis dilakukan di sentra produksi manggis yaitu di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pengamatan sifat

Lebih terperinci

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI VANDRA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan karakter fisik serta pengamatan mutu kimia buah manggis dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, analisis senyawa fenol dan aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A34304032 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Time and Application Dosage of Calcium and Boron for Yellow

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT APLIKASI MAGNESIUM DALAM DOLOMIT PADA TANAH BERKADAR NATRIUM TINGGI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT APLIKASI MAGNESIUM DALAM DOLOMIT PADA TANAH BERKADAR NATRIUM TINGGI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT APLIKASI MAGNESIUM DALAM DOLOMIT PADA TANAH BERKADAR NATRIUM TINGGI KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN LAMPIRAN 36 U Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian T B Lereng Atas Blok 3 Kontrol-(3) Ca(OH) 2-2(3) Ca(OH) 2-3(3) Ca(OH) 2-1(3) S CaCl 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-2(3) Ca(OH) 2-3(2) Ca(OH) 2-1(2) Kontrol-(2)

Lebih terperinci

DETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA

DETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA DETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG Mamihery Ravoniarijaona SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 APLIKASI ASAM OKSALAT

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI KALSIUM DAN BIOPORI TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) TIARA SEPTIROSYA A

PENGARUH APLIKASI KALSIUM DAN BIOPORI TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) TIARA SEPTIROSYA A 1 PENGARUH APLIKASI KALSIUM DAN BIOPORI TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) TIARA SEPTIROSYA A24080074 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI 110301232 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI OLEH : NORI ANDRIAN / 110301190 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK THE INFLUENCE OF GOAT MANURE DOSAGE TO SOIL AGGREGATE IN ORGANIC FARMING SYSTEM SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

STUDI APLIKASI KALSIUM DAN BORON TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU

STUDI APLIKASI KALSIUM DAN BORON TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU STUDI APLIKASI KALSIUM DAN BORON TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HARA FOSFOR TERHADAP STATUS HARA FOSFOR JARINGAN, PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH PEMBERIAN HARA FOSFOR TERHADAP STATUS HARA FOSFOR JARINGAN, PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Safrizal (2014) J. Floratek 9: 22 28 PENGARUH PEMBERIAN HARA FOSFOR TERHADAP STATUS HARA FOSFOR JARINGAN, PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Effects of Phosphorous Fertilization

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

STUDI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING DAN PENGARUH KALSIUM TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.

STUDI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING DAN PENGARUH KALSIUM TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L. STUDI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING DAN PENGARUH KALSIUM TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DORLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Manggis TINJAUAN PUSTAKA Manggis Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah eksotik, memiliki warna menarik dan kandungan gizi tinggi, yang populer di Asia tenggara dan Australia utara (Ramage et al.

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: ARIF AL QUDRY / 100301251 Agroteknologi Minat- Budidaya Pertanian Perkebunan PROGRAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016. B. Bahan dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh : PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3 SKRIPSI Oleh : RUTH ERNAWATY SIMANUNGKALIT 060301034 BDP AGRONOMI PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN

Lebih terperinci