BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA
|
|
- Adi Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang menangani Pendapatan Daerah, untuk menciptakan alat penampung kegiatan dalam bentuk organisasi dan menyatukan penafsiran yang berbeda-beda dalam menunaikan tugas. Pada tahun 1952 berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota Sementara Djakarta Raja Nomor 18/DK/tanggal 15 September 1952 (Lembar Kota 1952 Nomor 27) dibentuk Suku Bagian Padjak pada bagian Perundang-undangan di bawah Sekretariat Walikota Djakarta Raja, yang sekarang ini disebut Dinas Pendapatan Daerah. Menurut Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang bentuk organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi DKI Jakarta menjadikan sebutan Dinas Pendapatan Daerah yaitu unit kerja yang murni milik Daerah yang dibentuk, karena memang harus ada dan bukan karena menerima pelimpahan wewenang dari pusat. Perkembangan Dipenda sejalan dengan tingkat pertumbuhan kota dan perkembangan pemerintah di Daerah, tentunya berkaitan erat dengan perkembangan potensi sumber-sumber pendapatan daerah yang merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh Dipenda Propinsi DKI Jakarta. Dalam rangka mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, masalah dana yang bersumber dari pendapatan daerah menjadi penting dan berperan sebagai faktor 29
2 penunjang yang dominan di dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Untuk mendapatkan dana dimaksud, perlu adanya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pendapatan Daerah yang bersumber pada PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. 2. Tugas Pokok dan Fungsi Dipenda Tugas Pokok : Menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah dan mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan. Pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pajak daerah. Fungsi Dipenda : 1. Perumusan kebijakan teknis di Bidang pendapatan daerah 2. Penyusunan rencana dan program kegiatan di bidang pendapatan daerah 3. Penelitian, pengkajian, evaluasi, pengggalian, dan pengembangan pendapatan daerah 4. Pembinaan pelaksanaan kebijakan pelayanan di bidang pemungutan pendapatan daerah 5. Penyelenggaraan pelayanan dan pemungutan pendapatan daerah 6. Pengkoordinasian pelaksanaan pemungutan dana perimbangan 7. Pemberian izin tertentu di bidang pendapatan daerah 8. Evaluasi, pemantauan dan pengendalian pungutan pendapatan daerah 9. Pengelolaan dukungan teknis dan administrasi 10. Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas dan unit pelayanan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. 30
3 3. Visi dan Misi Dipenda Visi : Menjadikan Dipenda sebagai organisasi yang efisien dan efektif dalam pengelolaan pendapatan daerah dengan dukungan aktif masyarakat. Misi : 1. Menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah 2. Mengadakan koordinasi dengan Instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pendapatan daerah. 4. Susunan Organisasi Dipenda Susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DKI Jakarta yang berlaku sejak awal tahun 2001 dan sesuai dengan Perda Nomor 3 tahun 2001 terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Wakil Kepala Dinas 3. Bagian Tata Usaha 4. Subdinas Perencanaan dan Pengembangan Pendapatan Daerah 5. Subdinas Peraturan Daerah dan Penyuluhan 6. Subdinas Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil bukan Pajak 7. Subdinas Pengendalian 8. Subdinas Pemeriksaan Pendapatan Daerah 9. Subdinas Informasi Pendapatan Daerah 31
4 10. Unit Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) 11. Unit Penagihan Aktif Pendapatan Daerah 12. Suku Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Kotamadya (yang terdiri dari 9 suku dinas) 13. Seksi Pendapatan daerah Kecamatan 14. Kelompok Jabatan Fungsional. III.1.2 Kantor Samsat Jakarta Barat 1. Sejarah Kantor Samsat Berawal dari adanya pungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang sejak tahun 1934, dimana sistem pemungutannya telah beberapa kali mengalami perubahan sampai akhirnya sejak tahun 1974 mulai dirintis untuk diberlakukan sistem pemungutan yang disebut Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT). Kantor Samsat adalah Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap, merupakan sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan mengkaitkan pada pengesahan STNK, perpanjangan STNK dan pendaftaran STNK, termasuk pungutan lain seperti Asuransi Jasa Raharja dan sebagainya. Sistem pemungutan ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di DKI Jakarta pada tahun 1974, dimana didalam Kantor Samsat terdapat bentuk kerjasama terpadu antara Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Polri dan PT.(Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja dalam rangka pengelolaan kendaraan bermotor secara terpadu di bidang pembayaran PKB,BBN-KB, STNK dan SWDKLLJ. 32
5 Tujuan dibentuknya Kantor Bersama Samsat adalah mengamankan penerimaan Negara, meningkatkan pelayanan dengan cara mendekatkan pelayanan kepada masyarakat bahkan menciptakan kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian yang menyangkut kendaraan bermotor. Sesuai dengan Surat Kapolda Metro Jaya tanggal 14 November 1995 Nomor B/0444/XI/1995/Datro perihal Pembangunan Kantor Bersama Samsat secara desentralisasi yang disampaikan kepada Gubernur KDKI Jakarta, Kapolda/Pangab mengusulkan agar dibangun Kantor Bersama Samsat di tiap wilayah salah satunya adalah Kantor Samsat Jakarta Barat. Pelaksanaan / pembangunan Kantor samsat Jakarta Barat diupayakan dan direncanakan dapat dioperasikan pada bulan Mei tahun 2000, yang peresmiannya pada bulan Juni Tahun Tugas Pokok Samsat Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat secara terpadu dan terkoordinasi meliputi Tata Laksana Pendaftarn Kendaraan Bermotor, Tata Laksana Pemungutan PKB dan BBN-KB sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan Tata Laksana Pemungutan SWDKLLJ. 3. Struktur Organisasi Samsat Unit yang terkait pada Kantor Bersama Samsat terdiri dari Polda Metro Jaya, Dipenda Propinsi DKI Jakarta dan PT.Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja. Masingmasing unit mempunyai struktur organisasi yang didasarkan kepada peraturan yang dikeluarkan oleh masing-masing induk instasinya. Struktur organisasi Dipenda DKI Jakarta ditetapkan berdasarkan peraturan daerah DKI Jakarta Nomor 9 tahun 1995, dimana unit pelayanan PKB dan BBN-KB 33
6 dibagi dalam lima wilayah pelayanan dan masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Unit pelayanan PKB dan BBN-KB terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pendaftaran dan Pemeriksaan, Seksi Penetapan Pendaftaran Kendaraan Baru, Seksi Penetapan Pendaftaran Tukar Nama dan Mutasi, Seksi Penetapan Pendaftaran Ulang dan Seksi Penagihan, dimana masing-masing Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Unit PKB dan BBN-KB. III.2. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Berdasarkan keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No.26 Tahun 1999 telah ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang mengacu pada Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Dengan diberlakukannya Perda Prop. DKI Jakarta No.4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Perda Prop. DKI Jakarta No.4 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan Bermotor, perlu menyempurnakan keputusan Gubernur No.26 Tahun 1999 tersebut karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor. 34
7 III.2.1. Pendaftaran dan Pelaporan 1. Setiap orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor wajib mendaftarkan dan/atau melaporkan ke Dipenda dalam hal ini Unit Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nomor Kendaraan Bermotor selambatlambatnya : a. 30 hari sejak terjadinya pemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor baru b. Sejak tanggal berakhirnya masa pajak bagi pelaporan PKB tahunan (pendaftaran ulang) c. 30 hari sejak tanggal fiskal antar daerah bagi kendaraan bermotor pindah dari luar daerah 2. Pendaftaran dan pelaporan kendaraan bermotor menggunakan SPOPD atau SPPKB atau SPPKB Pengesahan dan harus diisi / ditulis dengan benar, jelas, dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya 3. SPOPD atau SPPKB atau SPPKB Pengesahan sekurang kurangnya memuat : a. Identitas pemilik kendaraan bermotor b. Identitas kendaraan bermotor c. Jenis pendaftaran kendaraan bermotor 4. Definisi SPOPD atau SPPKB atau SPPKB Pengesahan : a. Surat Pendaftaran Objek Pajak Daerah (SPOPD) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan melaporkan objek pajak atau usahanya ke Dipenda 35
8 b. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) adalah surat yang berfungsi sebagai permohonan STNK, pendaftaran kendaraan bermotor, dasar penetapan pajak dan permohonan penetapan SWDKLLJ. c. SPPKB Pengesahan adalah surat yang berfungsi sebagai pernyataan pemilik kendaraan bermotor bahwa kendaraan bermotor yang dimilikinya tidak mengalami perubahan identitas pemilik, identitas kendaraan bermotor dan data kepemilikan 5. Pendaftaran dan/atau pelaporan kendaraan bermotor terdiri dari : a. Pendaftaran baru kendaraan bermotor b. Pendaftaran kendaraan bermotor dari luar daerah dan ke luar daerah c. Pelaporan pajak kendaraan bermotor tahunan (pendaftaran ulang) III.2.2. Tata Cara Penetapan 1. Berdasarkan SPOPD atau SPPKB atau SPPKB pengesahan, besarnya PKB dihitung dan dituangkan ke dalam Nota Perhitungan Pajak, yang berfungsi juga sebagai Surat Setoran Pajak Daerah, untuk kemudian ditetapkan besarnya pajak terutang dengan menerbitkan SKPD 2. Wajib Pajak yang tidak atau terlambat mendaftarkan diri dan objek pajaknya dalam jangka waktu yang telah ditentukan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) dari pokok pajak terutang tahun yang bersangkutan. 3. Wajib Pajak yang tidak atau terlambat melaporkan pajak tahunan (pendaftaran ulang) dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari pokok pajak tahun yang bersangkutan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan terhitung sejak tanggal jatuh tempo pelaporan (pendaftaran ulang) sampai dengan diterbitkannya ketetapan pajak. 36
9 4. Kepala Dinas Pendapatan Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila : a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar b. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga/denda 5. Jumlah kekurangan pajak terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutang pajak sampai diterbitkan STPD. III.2.3. Tata Cara Pembayaran dan Penundaan Pembayaran 1. Tata cara pembayaran a. PKB yang terutang dalam SKP wajib dilunasi sekaligus dimuka untuk masa 12 bulan b. SKPD berfungsi juga sebagai bukti pembayaran PKB, BBN-KB, SWDKLLJ, biaya administrasi STNK dan biaya Administrasi STNK dan biaya Adminstrasi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). c. Pajak terutang dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) wajib dilunasi dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal diterbitkan. d. Apabila pembayaran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. e. Pembayaran PKB terutang dilakukan pada Kantor Pusat Kas Daerah atau bank atau tempat lain yang ditunjuk Gubernur. f. Kantor Pusat Kas Daerah yang menerima pembayaran PKB, baik tunai/nota kredit, wajib melakukan penelitian sebagai berikut : 37
10 1) Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang secara fisik tidak rusak dan telah ditandatangani atau diparaf oleh Kepala Unit PKB dan BBN-KB atau petugas yang ditunjuk untuk selanjutnya dilakukan validasi dengan teraan cash register sebagai bukti pembayaran. 2) SKP rusak atau terdapat hapusan penggantian data kendaraan bermotor dan data PKB, ditolak 3) SKP yang telah melebihi tanggal jatuh tempo pembayaran ditolak dan dikembalikan kepada Wajib Pajak 2. Tata cara penundaan pembayaran a. Apabila Wajib Pajak tidak dapat membayar pajak yang terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam SKP dapat mengajukan permohonan penundaan pembayaran secara tertulis kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Unit PKB dan BBN-KB), selambat-lambatnya 7 hari sebelum tanggal jatuh tempo. b. Penundaan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan. Apabila permohonan diterima, maka diterbitkan Surat Keputusan Penundaan Pembayaran. Penundaan pembayaran diberikan paling lama 3 bulan terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran. III.3 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode kepustakaan yang bersifat deskriptif dengan studi kasus dimana pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca sumber-sumber informasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian dan 38
11 melakukan wawancara dengan pihak yang terkait data atau keterangan yang dibutuhkan dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta dan Samsat Jakarta Barat. III.3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti sehingga dapat memberikan gambaran tentang bagaimana variabel tersebut dapat diukur : 1. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. PAD terdiri dari : a) Hasil Pajak Daerah b) Hasil Retribusi Daerah c) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah d) Lain-lainya Pendapatan Asli Daerah 2. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Besarnya tarif PKB yang ditetapkan adalah: a) 1,5% (satu setengah persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum b) 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum c) 0,5% (setengah persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar. 39
12 Objeknya adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. 3. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Undang-Undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. III.3.2 Tehnik Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan data dan keterangan yang akan digunakan sebagai bahan masukan dengan cara melakukan Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu data dan keterangan diperoleh dari tempat penelitian dalam hal ini adalah Dipenda DKI Jakarta dan Samsat Jakarta Barat melalui : 1. Metode Survei Pada metode ini penulis melakukan wawancara kepada pihak yang dianggap mengetahui masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan data primer serta beberapa keterangan lain yang berkaitan dengan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah dan Samsat Jakarta Barat. 2. Metode Kepustakaan Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data sekunder dengan cara mencari, membaca dan memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan pembahasan masalah seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, makalah serta buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dibahas. 40
13 III.3.3 Metode Analisis Data 1. Metode Analisis Kualitatif Dalam metode ini penulis menyusun teori-teori Pajak Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah serta Pajak Daerah itu sendiri, dimana dalam hal ini datadata yang ada didapat dari Dipenda DKI Jakarta dan Samsat Jakarta Barat serta dari buku-buku tertentu, yang disusun melalui proses pengumpulan data, klasifikasi data dan pengembangan pola dari data tersebut guna mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2. Metode Analisis Kuantitatif Dalam metode ini penulis berusaha menghitung angka-angka yang berkaitan dengan rencana dan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah, serta realisasi penerimaan dan biaya dari Upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang sedang dilaksanakan pada periode tertentu yang dicanangkan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Untuk menganalisis data-data yang ada pada penulis membandingkannya dari tahun ke tahun ( ) sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan atau penurunan dari penerimaan pajak tersebut. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, selanjutnya dibandingkan dengan hasil studi kepustakaan, kemudian dilakukan analisis, dari analisis yang dilakukan ditarik kesimpulan dan diajukan saran-saran yang dianggap perlu. Untuk memecahkan permasalahan yang ada akan dipergunakan tehnik analisis sebagai berikut: 41
14 1. Analisis Comparative, yaitu membandingkan rencana dari pajak dengan realisasi penerimaan pajak tersebut yang kemudian dianalisis. Adapun rumus-rumus yang digunakan antara lain: a. Untuk mengukur laju pertumbuhan PAD %PAD = PAD t / PAD t-1 x 100% b. Untuk mengukur pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor Tax Performance Index = Pajak tahun t / Pajak tahun t-1 x 100% 2. Analisis Statisik melalui pendekatan Korelasi. Cara menghitung korelasi ( r ) adalah sebagai berikut: r = n xy ( x) ( y) [ n x ( x) ] [ n y ( y) 2 ] Dimana : r = koefisien korelasi y = Pendapatan Asli Daerah (PAD) x = Pajak Kendaraan Bermotor Rumus ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kuatnya hubungan antara Pajak Kendaraan Bermotor dengan PAD. Setelah mengetahui berapa besarnya peranan PKB terhadap PAD maka perlu mengetahui sejauh mana upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan PKB yang sedang dilaksanakan dan sejauh mana pengaruh upaya tersebut berguna untuk menunjang peningkatan penerimaan PKB. Dari hasil analisis maka dapat ditarik simpulan dan diajukan saran-saran yang dianggap perlu. 42
BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah
BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan daerah Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat menangani
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Objek Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan populasi wajib pajak (WP) kendaraan bermotor sebanyak 100 orang yang berada dalam lingkup Kantor Bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI
BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. III.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pendapatan daerah merupakan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta
BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Defenisi Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA INSTANSI PEMUNGUT DAN INSTANSI/PENUNJANG LAINNYA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH, SURAT KETETAPAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor
BAB IV PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor Samsat Jakarta Barat. Bab ini akan dimulai dengan mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor
i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR PERATURAN BERSAMA GUBERNUR KEPALA KEPOLISIAN DAERAH DAN KEPALA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG NOMOR : 66 TAHUN 2008 NOMOR POL : NOMOR : TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR BERSAMA SISTIM ADMINISTRASI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, JATUH TEMPO PEMBAYARAN, PENYETORAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 139 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor
26 BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (SAMSAT) DI KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sejarah Singkat PEMDA DKI JAKARTA Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota tahun 1952 sementara Djakarta Raya Nomor 18/DK/tanggal 11 September
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang)
9 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang) Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara pada mulanya
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI
Lebih terperinciOleh Nama : Dede Bahrudin
BAB III RUANG LINGKUP DPPKD PROVINSI BANTEN UPT PANDEGLANG 1.1 Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Banten di bentuk berdasarkan peraturan daerah Provinsi Banten nomor 3 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum UP3AD Samsat Karanganyar Seksi inidibentuk berdasarkan surat keputusan DPD Peralihan Provinsi
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum UP3AD Samsat Karanganyar Pertama kali berdiri bernama Seksi Penghasilan Daerah, pada tahun 1957. Seksi inidibentuk berdasarkan surat keputusan DPD Peralihan Provinsi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau
BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 35.1 Tahun 2012 Tentang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi yang besar dalam menaikan pendapatan asli
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada mulanya, urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH
PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E
LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E NOMOR : TAHUN 2007 SERI : QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR : 04 TAHUN 2007 T E N T A N G PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinci11 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah; 12 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pajak Parkir;
2 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 10 Peraturan Daerah
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI Menimbang: Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 76 ayat (2) Peraturan
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH
D GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2005 SERI B ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA Nomor : 9 Tahun 2005 TENTANG PAJAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dan sangat berpengaruh di Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Kantor SAMSAT Jakarta Barat Sesuai dengan surat Kapolda Metro Jaya tanggal 14 November 1995 Nomor. B/0444/XI/1995/Datro perihal Pembangunan Kantor
Lebih terperinciWALIKOTA LHOKSEUMAWE
WALIKOTA LHOKSEUMAWE QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LHOKSEUMAWE, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 20/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI
LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI B NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pasal 23 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa dalam rangka memperkuat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003
PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah terbentuknya Kota Prabumulih melalui
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru (selanjutnya disingkat Dipenda)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 37 TAHUN 2003
PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 37 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah terbentuknya Kota Prabumulih
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa pajak parkir merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat, untuk itu pembangunan harus dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
Lebih terperinci7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Orde baru yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa telah berlalu, dan kini berada pada suatu era yang disebut era reformasi, yaitu suatu era pengganti era Orde
Lebih terperinciPAJAK PENERANGAN JALAN ATAS PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DARI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN ATAS PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DARI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN NOMOR 5/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Derah Provinsi Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Derah Provinsi Sumatera Utara Pada mulanya, urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN KESEHATAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat ( 4 )
Lebih terperinci5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Raperda (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;
PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH Menimbang
Lebih terperinci2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);
PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 06 TAHUN 2000 T E N T A N G PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA TERNATE, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PERTAMANAN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PERTAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 71 ayat (2)
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,
PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa dengan telah diberlakukannya Undang undang Nomor
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kctentuan dalam Pasal 10
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa pajak daerah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal I angka 2, Pasal
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 05 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 06 S E R I : A PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 05 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR: 5 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR
1 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR: 5 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR Menimbang Mengingat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 61 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa penggunaan lahan untuk parkir di sejumlah
Lebih terperinciTata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;
2 6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa Pajak Air Permukaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 Pasal 2 ayat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2003 TAHUN 2003 NOMOR 14 S E R I D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 35 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 24 1998 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
Diubah dengan Perwal Nomor 93Tahun 2012 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2001
LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kedudukan Samsat Bandar Lampung Secara umum Samsat di Indonesia lahir pada tahun 1976 melalui Surat Keputusan Bersama tiga Menteri yaitu Menteri Pertahanan, Keamanan/Panglima
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN
PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mekanisme Pemungutan Restoran di DKI Jakarta. Tahap-tahap mekanisme pemungutan dari pajak restoran antara lain:
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Mekanisme Pemungutan Restoran di DKI Jakarta Mekanisme pemungutan pajak restoran diatur sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 22
Lebih terperinciAnalisis Perhitungan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dispenda Provinsi Kepulauan Riau
Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 1, No. 2, December 2013, 147-154 p-issn: 2337-7887 Article History Received October, 2013 Accepted November, 2013 Analisis Perhitungan Pajak Pengambilan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2006 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2006 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HIBURAN Menimbang WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2001 SERI A NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa pesatnya perkembangan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Pada mulanya, urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat)
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1 Menimbang : Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 162 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RESTRIBUSI DAERAH PELAYANAN
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
1 WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 8 TAHUN : 2003 SERI :B PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI Menimbang :
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 107, 2012 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 107 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENETAPAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
c. PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang : a bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinci