PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN CLUSTER 1 FMIPA STEI PROGRAM TPB - ITB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN CLUSTER 1 FMIPA STEI PROGRAM TPB - ITB"

Transkripsi

1 PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN CLUSTER 1 FMIPA STEI PROGRAM TPB - ITB KU1201 PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN 2 Judul Dokumen DESAIN ROBOT LEGO MINDSTORM: APPLICATIVE ROBOT Jenis Dokumen LAPORAN DESAIN KOMPETISI Nomor Dokumen KU1201- Clust Nomor Revisi Versi 01 Nama File KU1201- Clust docx Tanggal Penerbitan 25 Mei 2015 Unit Penerbit PRD Cluster 1 - FMIPA STEI ITB Jumlah Halaman 17 (termasuk lembar sampul ini) Kelas: <xx> Kelompok: <xx> CLUSTER 1 FMIPA STEI Ditulis Nama/NIM: Umar Nawawi oleh Nama/NIM: Nama/NIM: Bobby Yudha W. Tsaqif Alfatan N Nama/NIM: Hafizh Afkar M Nama/NIM: Muhammad Reifiza Nama/NIM: Nindy Aditya Dewi Tanggal 24 Mei 2015 Tanda Tangan Ketua Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 1 dari 17

2 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 LIST OF INDIVIDUALCONTRIBUTION PENGANTAR RINGKASAN ISI DOKUMEN TUJUAN PENULISAN DAN APLIKASI/KEGUNAAN DOKUMEN REFERENSI DAFTAR SINGKATAN IDENTIFIKASI MASALAH (DEFINING THE PROBLEM) DEFINISI MASALAH (PROBLEM DEFINITION) SPESIFIKASI (LIST OF SPECIFICATIONS) ALTERNATIF KONSEP (GENERATION OF ALTERNATIVE CONCEPTS) BRAINSTORMING CONCEPT SKETCHING FUNCTIONAL DECOMPOSITION EVALUASI ALTERNATIF DAN PEMILIHAN KONSEP (EVALUATION OF ALTERNATIVES AND SELECTION OF CONCEPT) EVALUATING ALTERNATIVES THE DECISION MATRIX DESAIN RINCI (DETAILED DESIGN) ANALYSIS EXPERIMENTS MODELS DETAILED DRAWING IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN (IMPLEMENTATION AND TESTING) IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION) KRITERIA DAN METODA PENGUJIAN (TESTING CRITERIA AND METHODS) HASIL PENGUJIAN (TESTING RESULTS) ANALISIS (ANALYSIS) KESIMPULAN LAMPIRAN Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 2 dari 17

3 LIST OF INDIVIDUAL CONTRIBUTIONS NAMA Umar Narawi Bobby Yudha Tsaqif Alfatan Nugraha Hafizh Afkar Makmur Muhammad Reifiza Nindy Aditya Dewi KONTRIBUSI DALAM KELOMPOK Pembuat desain robot Penganilisis desain robot Pembuat desain robot Programmer robot Pembuat desain robot Pembuat desain robot dan dokumentasi Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 3 dari 17

4 SMART AUTOMATIC TRAFFIC LIGHT 1 Pengantar 1.1 RINGKASAN ISI DOKUMEN Dokumen ini membahas konsep dan gagasan dari kegiatan desain robot yang berjudul Smart Automatic Traffic Light (SATL). Uraian dalam dokumen ini mencakup identifikasi masalah, deskripsi kebutuhan desain dan penentuan spesifikasi, pemaparan desain konseptual yang mencakup penentuan konsep-konsep alternatif, evaluasi alternatif dan pemilihan konsep. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan desain rinci dan implementasi, pengujian, analisis dan pengambilan kesimpulan. Hasil desain diimplementasikan menggunakan platform Lego Mindstorms EV3, dan dikompetisikan pada akhir perkuliahan KU1201 Pengantar Rekayasa dan Desain Tujuan Penulisan dan Aplikasi/Kegunaan Dokumen Dokumen ini ditulis sebagai pemenuhan syarat kelulusan mata kuliah KU1201 Pengantar Rekayasa dan Desain REFERENSI 1. Kosky, Philip. Et.al. Exploring Engineering, An Introduction to Engineering and Design, Elsevier Inc., DAFTAR SINGKATAN SINGKATAN PRD LME SATL ARTI Pengantar Rekayasa dan Desain Lego Mindstorms Education Smart Automatic Traffic Light Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 4 dari 17

5 2 IDENTIFIKASI MASALAH (DEFINING THE PROBLEM) Pada bagian ini dijabarkan latar belakang, tujuan dan rumusan masalah mengenai kemacetan di kota Bandung yang menjadi dasar dibangunnnya robot untuk aplikasi Smart Automatic Traffic Lamp dengan kemampuan mendeteksi sisi jalan yang paling padat untuk menentukan lama waktu delay dari suatu sisi jalan. Permasalahan yang ada di kota Bandung diterjemahkan dalam besaran teknik. Hasilnya berupa definisi masalah (problem definition) dan daftar spesifikasi (list of specifications). 2.1 DEFINISI MASALAH (PROBLEM DEFINITION) Dewasa ini, kemacetan lalu-lintas telah banyak dijumpai di kota-kota besar seperti kota Bandung, khususnya pada jam-jam sibuk. Salah satu indikator dari kemacetan lalulintas adalah kecepatan perjalanan atau waktu perjalanan pada ruas-ruas jaringan jalan kota. Jumlah pengguna jalan dan kendaraan makin hari makin meningkat, sedangkan fasilitas jalan terbatas (jumlah jalan, lebar jalan, kapasitas jalan, dsb). Oleh karena itu diperlukan peningkatan pengaturan sistem lalu lintas yang baik supaya kondisi lalu lintas tetap terjaga lancar dan jumlah kemacetan dapat ditekan seminimal mungkin. Salah satu sarana dalam pengaturan lalu lintas adalah lampu lalu lintas yang berguna untuk mengatur aliran dan arah kendaraan-kendaraan yang sedang melintas di persimpangan jalan. Pemberlakuan tiga warna (merah, kuning, hijau) pada lampu lalu lintas juga telah menjadi standar umum internasional dan berlaku secara global. Namun, pengoperasian lampu lalu lintas bukanlah tanpa masalah. Siklus waktu lampu lalu lintas (merah kuning - hijau) saat ini umumnya masih diatur secara konstan dan manual, sehingga tidak menyesuaikan lamanya delay dengan kepadatan kendaraan yang berubah-ubah sepanjang hari. Saat arus lalu lintas pada suatu lajur jalan sedang sepi (kepadatan rendah) lamanya delay waktu siklus tidak berbeda dengan lama delay disaat keadaan arus lalu lintas pada lajur jalan tersebut sedang ramai (kepadatan tinggi). Secara ideal, lajur jalan dengan kepadatan arus kendaraan yang tinggi seharusnya memiliki delay waktu jalan (lampu hijau) yang lebih lama dibandingkan dengan lajur dengan kepadatan kendaraannya rendah. Tentu saja hal ini sangat berguna untuk memberikan kesempatan lebih banyak kepada kendaraan-kendaraan yang melewati lampu lalu lintas pada lajur yang lebih sibuk (kepadatan kendaraan lebih tinggi) tersebut. Need: Dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan di jalan maka dibutuhkan adanya suatu sistem pengaturan siklus waktu lampu lintas yang pandai, yang dapat mengatur waktu siklus secara otomatis. Problem Definition: Mendesain Smart Traffic Lamp Pada sistem Smart Traffic Lamp, siklus waktu lampu lalu lintas bisa disesuaikan secara otomatis dengan densitas (kepadatan) kendaraan yang ada pada lajur-lajur jalan yang ada di sekitar persimpangan jalan, baik yang akan masuk ke persimpangan dan yang keluar dari persimpangan jalan. Dengan demikian waktu siklus (delay) lampu lalu lintas antara merah kuning hijau diharapkan benar-benar efektif dan efisien. Improved Problem Definition: Mengurangi kemacetan di kota Bandung Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 5 dari 17

6 2.2 SPESIFIKASI (LIST OF SPECIFICATIONS) a. Lama waktu delay menyesuaikan banyaknya kendaraan yang ada di suatu sisi jalan yang direpresentasikan dengan panjang antrian kendaraan. b. Empat jalur kendaraan c. Satu jalur terdiri atas dua jalur (kiri dan kanan) dengan arah yang berlawanan. d. Dalam satu jalur terdapat satu buah lampu lalu lintas. e. Pada suatu waktu hanya ada satu jalur yang lampunya menyala warna hijau, dengan demikian lampu lalu lintas lainnya akan menyala merah. f. Lebar satu lajur jalan pada arah tertentu sama dengan lebar kendaraan yang melewati jalan tersebut, dengan asumsi ukuran setiap kendaraan pada model ini adalah sama. 3 ALTERNATIF KONSEP (GENERATION OF ALTERNATIVE CONCEPTS) Pada kasus ini kita akan membahas penyelesaian dari permasalah yang sudah disebutkan di atas, yaitu permasalahan kemacetan di Kota Bandung 3.1 BRAINSTORMING Untuk mengatasi masalah kemacetan, kami mendapatkan dua alternatif pemecahan masalah, antara lain 1. Alternatif 1 : Menghitung banyaknya kendaraan. Pada alternatif pertama, kami memiliki gagasan untuk menghitung banyaknya jumlah kendaraan yang ada pada suatu ruas jalan. Sensor akan ditempatkan di perempatan jalan dan mendeteksi keempat ruas jalur yang ada. 2. Alternatif 2 : Menghitung baris kendaraan Pada alternatif kedua, robot akan menggunakan sensornya untuk mendeteksi jumlah baris kendaraan yang ada dan kemudian robot akan menghitung detik lampu hijau yang diperlukan sehingga perempatan jalan bisa teratur dengan lebih baik lagi. 3.2 CONCEPT SKETCHING Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 6 dari 17

7 3.3 FUNCTIONAL DECOMPOSITION Alternatif 1 1. Detect and Counting, proses robot menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi keberadaan kendaraan dan kemudian menghitung jumlah kendaraan. 2. Calculating, proses kalkulasi waktu lampu merah pada robot 3. Displaying, proses penampilan hasil kalkulasi pada lampu merah. 4. Refreshing and Recalculating, setelah lampu kembali merah, robot akan melakukan kalkulasi ulang dan memutuskan kembali Alternatif 2 1. Detect and Counting, proses robot menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi keberadaan mobil dan kemudian menghitung jumlah baris kendaraan. 2. Calculating, proses kalkulasi waktu lampu merah pada robot 3. Displaying, proses penampilan hasil kalkulasi pada lampu merah. 4. Refreshing and Recalculating, setelah lampu kembali merah, robot akan melakukan kalkulasi ulang dan memutuskan kembali. 4 EVALUASI ALTERNATIF DAN PEMILIHAN KONSEP (EVALUATION OF ALTERNATIVES AND SELECTION OF CONCEPT) Setelah melalui proses diskusi yang cukup panjang, kelompok kami telah menemukan dua buah konsep yang akan dibuat sebagai solusi dalam pembuatan applicative robot. Konsep pertama yang ingin kami buat adalah robot sampah dan konsep yang lainnya adalah robot pengatur lalu lintas. Kedua konsep ini menurut kami memiliki kekurangan dan juga kelebihannya masing, namun hanya boleh satu alternative concept yang dipilih. Oleh karena itu pada subbab ini kami akan mengeliminasi salah satu konsep dengan menggunakan prinsip decision matrix yang dibuat berdasarkan evaluation criteria dan juga list of specification yang telah dibuat. 4.1 EVALUATING ALTERNATIVES Robot yang ingin dibuat pada bagian ini berkonsep applicative robot dimana robot dibuat sekreatif mungkin dan juga memiliki aplikasi yang sangatlah luas pada kehidupan di masyarakat perkotaan. Oleh karena itu aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses pembuatan robot kali ini adalah kegunaan robot dalam bidang kehidupan masyarakat perkotaan. Selain kegunaan robot yang aplikatif, robot juga harus memiliki fungsi yang dapat memecahkan masalah yang belum dapat diatasi dengan sempurna. Misalnya kita ingin membuat robot yang dapat memutar sebuah lagu, robot ini sebenarnya memiliki fungsi untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya solusinya sudah dapat dipenuhi. Padahal kita bisa menggunakan sebuah handphone atau pemutar lagu lainnya untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu aspek yang perlu dipertimbangkan lainnya adalah kemudahan dalam proses pembuatan robot. Semakin mudah robot itu untuk dibuat maka akan semakin cepat juga kita mengaplikasikan robot tersebut. Selain itu karena proses pembuatan robotnya mudah, hal Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 7 dari 17

8 tersebut tidak akan merepotkan para desainer robot tersebut. Robot yang kami inginkan adalah robot yang bisa digunakan pada situasi kondisi apapun. Hal yang kami maksud ialah bagaimana robot tersebut dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan disekitarnya. Jika robot dapat menyesuaiakan dengan kondisi lingkungan maka robot tidak akan menemukan kendala dalam menjalankan fungsinya. Kemudian aspek yang dipertimbangkan lainnya adalah biaya produksi robot yang seminim mungkin. Pada konsep kali ini kami sebenernya mempertimbkan jika pembuatan robot kalau bisa tidak perlu menambah biaya produksi lagi atau dengan kata lain kami hanya memanfaatkan peralatan-peralatan yang tersedia dalam proses perakitan robot ini. 4.2 THE DECISION MATRIX EVALUATION CRITERIA Setelah meninjau dari pembahasan diatas yang kami buat maka kami telah membuat beberapa evaluation criteria terhadap robot yang akan kami buat. Berikut ini evaluation criteria yang kami inginkan terhadap robot yang akan kami buat : Robot mempunyai fungsi yang aplikatif Robot mempunyai fungsi yang dapat menyelesaikan masalah yang belum mempunyai solusi yang sempurna Robot mudah dibuat dan mudah diaplikasikan Robot dapat beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya DECISION MATRIX Evaluation Criteria Memiliki fungsi yang aplikatif Antimainstream Easy to build and easy to run Adaptable Aspek Penilaian Alternatif 1 Robot ini cukup aplikatif diterapkan di Kota Bandung Robot ini masih tergolong jarang karene pengembang cenderung fokus membuat robot transportasi bukan sistemnya Robot ini cukup sulit untuk dibuat karena harus bisa mendeteksi jenis kendaraan dan batasan masing-masing kendaraan. Robot ini kurang mudah diaplikasikan karena jenis kendaraan yang ada cukup bervariasi dan dibutuhkan Aspek Penilaian Alternatif 2 Robot ini cukup aplikatif diterapkan di Kota Bandung Robot ini masih tergolong jarang karene pengembang cenderung fokus membuat robot transportasi bukan sistemnya Robot ini cukup mudah dibuat karena hanya menghitung jumlah barisan antrian. Robot ini mudah untuk diadaptasikan dengan lingkungan perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 8 dari 17

9 waktu yang cukup lama untuk dapat menghitung jumlah kendaraan. Low cost Robot ini membutuhkan biaya cukup tinggi karena sensor yang digunakan harus mampu membedakan jenis kendaraan dengan kendaraan pribadi maupun umum. Robot ini dapat di tekan biaya produksinya dengan membuat sensor kecil disetiap lampu merah atau di bagian atas tengah perempatan jalan 5 DESAIN RINCI (DETAILED DESIGN) Pada tema applicative robot kelompok kami memutuskan untuk membuat robot pengatur lalu lintas. Robot ini rencananya akan dipasang di tengah jalan raya kemudian akan mengukur kecepatan dari suatu mobil. Robot ini akan tetap pada posisi yang telah diatur. Kemudian untuk menjalankan fungsinya robot tersebut akan ditambahkan beberapa sensor dan bentuk pendukung. Kemudian berikut ini merupakan rincian desain robot kami. 5.1 ANALYSIS Beberapa model matematika digunakan dalam pendeteksian jumlah mobil. Bagian paling utama berhubungan dengan trigonometri dan aljabar. Kita dapat mengasumsikan jumlah mobil maksimal dalam satu baris yang dapat berjejer dalam sebuah jalan. Dengan asumsi itu, kita dapat mengatur mata robot untuk mendeteksi keberadaan mobil dalam suatu posisi Untuk perihal bagaimana keberadaan mobil dalam suatu posisi dapat diprediksi, dapat digunakan model matematika berikut. Misalkan tinggi dari sensor ultrasonik dalam robot adalah h dan kita ingin mengecek sebuah posisi di jalan yang membuat sensor ultrasonik membuat sudut theta relatif terhadap garis normal jalan terhadap sensor. Kita bisa membuat rumus seperti ini. h = sin dimana d adalah jarak yang akan dideteksi oleh sensor ultrasonik jika sensor tidak mendeteksi keberadaan mobil (yang terdeteksi adalah jalan). Misalkan d adalah jarak sebenarnya yang dideteksi oleh sensor ultrasonik. Analisis yang dilakukan hanyalah tinggal membandingkan d dan d. Jika d lebih kecil dari d, maka kita bisa simpulkan bahwa ada mobil di titik tersebut. Sedangkan bila d kurang lebih sama dengan d, kita bisa simpulkan bahwa tidak ada mobil di posisi tersebut. Sedangkan untuk rumus untuk lama lampu hijau yang dihitung. Bisa diperoleh dari rumus berikut ini. = 15 5; 6 dengan t adalah waktu dan r adalah jumlah baris mobil dalam satu ruas perempatan. Jika r lebih dari 6, maka waktu lampu merah akan konstan sepanjang 10 detik. Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 9 dari 17

10 5.2 EXPERIMENTS Eksperimen dilakukan dengan memodelkan sensor yang digantung di atas pusat sebuah perempatan dengan pilar-pilar penyangga di setiap sudut. Asumsikan sensor dapat bergerak secara rotasi dalam sumbu x dan y serta dalam sumbu z secara tegak lurus. Langkah eksperimen dapat dijalanakan seperti berikut ini : 1. Letakkan model berbentuk kotak sebagai mobil di setiap ruas perempatan. 2. Nyalakan sensor dan arahkan ke salah satu ruas perempatan. 3. Biarkan sensor menganalisis jumlah mobil di perempatan. 4. Perhatikan jumlah mobil yang ditunjukkan oleh display monitor. 5. Perhatikan sensor yang akan berotasi 90 0 ke ruas perempatan berikutnya. 6. Perhatikan langkah 3-5 diulang 2 kali lagi 7. Setelah itu akan di display lama lampu merah yang dibutuhkan serta ruas pertama yang akan mendapat lampu hijau 8. Saat ruas pertama mendapat lampu hijau, robot akan kembali menganalisis ruas di sebelah kiri ruas yang sedang mendapat lampu hijau karena asumsi bahwa di ruas itu terjadi perubahan mobil paling sedikit saat itu. 9. Langkan 8 akan diulang 3 kali lagi untuk melengkapi satu buah loop 10. Robot akan kembali memberikan waktu lampu merah yang dibutuhakn 11. Sensor akan kembali mengulangi langkah Hal-hal yang perlu dicatat saat eksperimen dilakukan adalah perubahan rotasi robot, jumlah mobil yang terdeteksi, serta waktu lampu merah yang diberikan oleh display robot tersebut. Kita dapat mengatakan tahap 1-6 sebagai tahap inisiasi dan tahap 7-11 sebagai tahap stabilisasi. Perlu diperhatikan pada eksperimen transisi tahap dari inisiasi ke stabilisasi serta kestabilan tahap stabilisasi secara terus-menerus. 5.3 MODELS Robot yang kelompok kami buat pada tema applicative robotat merupakan robot pengatur lalu lintas. Robot kami tersusun atas dua pasang tiang penyangga yang dibagian bawahnya terdapat badan penyangga. Kemudian kedua tiang tersebut akan dihubungkan dengan sebuah penyangga lagi. Penyangga ini rencananya akan dipakai sebagai tempat sensor ultrasonic berada. Sebelumnya sensor ultrasonik ini akan dihubungkan pada dua buah roda pemutar. Roda pemutar ini akan membuat sensor ini bergerak ke atas bawah dan kiri kanan sehingga dapat mengamati mobil yang melewati dari sistem robot yang kami buat. Kemudian kami juga menggunakan small motor sebagai sumber penggerak dari sensor ultrasonik tersebut. Kemudian badan brick sebagai badan utama robot akan diletakkan dipinggir tiang penyangga. Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 10 dari 17

11 5.4 DETAILED DRAWING Gambar diatas merupakan sketsa kasar dari robot yang akan kami buat. Berikut ini detail desain dari bagian-bagian robot : Tiang Penyangga Tiang penyangga yang kami gunakan ada 4 buah. Tiang tersebut memiliki 15 buah lubang dengan tiap dua tiang akan dihubungkan menggunakan mur kecil pada penyangganya. Panjang tiang ini sekitar 10 cm dengan lebar 1 cm. Kotak Penyangga Tiang kotak penyangga tiang ini sebenarnya tersusun atas dua buah kotak kecil yang dihubungkan pada tiang penyangga. Badan ini berfungsi sebagai penahan tiang agar tidak bergerak jatuh kebawah. Kotak ini berukuran sekitar 4x4 cm. Tiang Penghubung Tiang penghubung sebenarnya merupakan komponen yang pada dasarnya sama dengan tiang penyangga, namun diletakkan secara horizontal. Guna komponen ini adalah tempat sensor dan motor akan disangga. Selain itu tiang ini juga sebagai penyangga kedua buah tiang penyangga. Roda Penggerak Roda ini akan digantung pada bagian tengah tiang penghubung dan kemudian akan disambungkan pada sensor ultrasonik. Small Motor Motor ini rencananya akan diletakkan diatas bagian tengah tiang penhubung. Kemudian akan disambungkan dengan roda agar roda dapat bergerak. Sensor Ultrasonik Sensor ini akan dihubungkan ke roda agar sensor dapat bergerak keatas bawa dan ke Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 11 dari 17

12 kiri dan kekanan. Brick Brick akan diletakkan pada pinggir dari tiang penyangga. Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 12 dari 17

13 Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 13 dari 17

14 6 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN (IMPLEMENTATION AND TESTING) Sebuah robot untuk dapat berjalan sesuai dengan fungsinya haruslah mengalami beberapa perubahan atau modifikasi. Kemudian setelah beberapa modifikasi yang telah dilakukan dilakukanlah pengujian (testing) pada robot apakah fungsi robot tersebut sudah berjalan sesuai atau tidak. Kemudian pada bagian ini kami tampilkan implementasi dan pengujian robot. 6.1 IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION) Implementasi dilakukan dengan melakukan pengujian sesuai konsep awal yang telah dibuat. Implementasi yang telah kami lakukan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 14 dari 17

15 6.2 KRITERIA DAN METODA PENGUJIAN (TESTING CRITERIA AND METHODS) No Kriteria pengujian Metode pengujian 1 Small motor dapat menggerakan ultrasonic sesuai dengan sudut yang telah ditentukan program 2 Robot dapat menghitung banyak jalur pada satu ruas jalan dengan benar 3 Large motor dapat berputar sehingga sensor ultrasonic dapat berpindah dari satu ruas jalan ke ruas jalan yang lain 4 Tiang penyangga dapat berdiri kokoh ketika bagian pemutar sedang berputar 5 Kabel tidak menghalangi gerakan sensor ultrasonik Melihat pergerakan sensor ultrasonik apakah sensor telah bergerak dengan semestinya. Melihat jumlah jalur yang dihitung oleh ultrasonik. Melihat apakah sensor ultrasonik akan berpindah ke ruas yang lain ketika selesai mendeteksi sebuah ruas Melihat apakah kondisi tiang bergetar ketika robot sedang dijalankan Melihat gerakkan sensor apakah terhambat atau tidak Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 15 dari 17

16 6.3 HASIL PENGUJIAN (TESTING RESULTS) Setelah melakukan pengujian pada desain akhir robot kami maka diperoleh hasil sebagai berikut. 1. Small motor dapat menggerakan ultrasonic sesuai dengan sudut yang telah ditentukan program 2. Masih ditemukan kendala ketika menghitung banyak jalur pada satu ruas jalan. Terkadang berhasil dan terkadang tidak. 3. Large motor dapat menggerakan sensor ultrasonik dari satu ruas ke ruas lainnya. Namun hal ini hanya berlaku untuk dua ruas. 4. Tiang penyangga dapat berdiri kokoh ketika robot dijalankan. 5. Ketika hanya menghitung banyak jalur mobil pada dua ruas, kabel tidak menghambat gerak sensor, namun ketika robot digunakan untuk menghitung jalur mobil pada 4 ruas jalan kabel akan menghambat pergerakan sensor. 7 ANALISIS (ANALYSIS) Dari pengujian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa program berjalan sesuai dengan rencana walaupun terkadang hasil pemindaian jumlah baris pada suatu ruas jalan tidak tepat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sensor dan faktor external lainnya seperti jalan yang tidak rata, inisialisai awal yang kurang tepat, dan lain-lain. Namun secara keseluruan program dan robot yag telah kami buat dapat berfungsi dengan cukup baik. Jika konsep ini dapat diterapkan secara lebih besar, maka konsep ini dapat benar-benar dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang selalu terjadi di kota-kota besar, khususnya Kota Bandung. Jika masalah kemacetan dapat dikurangi, maka tingkat produktivitas masyarakatpun akan bertambah. Selain itu konsep Smart Automatic Traffic Light ini juga sekaligus mendukung tercapainya Bandung sebgaia smart city. 8 KESIMPULAN Berdasarkan design yang telah kami buat, kami dapat menyimpulkan bahwa Smart Traffic Lamp dapat kami buat sesuai dengan fungsi dan spesifikasi yang telah kami rancang. Robot yang kami design diharapkan dapat mendeteksi kepadatan kendaraan pada masingmasing sisi jalan dan mengintegrasikannya dengan lamanya delay time pada lampu lalu lintas sehingga kemacetan di Kota Bandung khususnya dapat berkurang. Design yang kami buat cukup sederhana dan mudah diaplikasikan, sehingga diharapkan sistem yang kami buat dapat benar-benar diaplikasikan ke Bandung dalam mendukung terwujudnya Kota Bandung sebagai Smart City. Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 16 dari 17

17 9 Lampiran Video : Nomor Dokumen: KU Nomor Revisi: 01 Tanggal: 5/24/2015 Halaman 17 dari 17

Penerapan Algoritma Greedy pada Optimasi Pengaturan Lampu Lalu Lintas Sederhana

Penerapan Algoritma Greedy pada Optimasi Pengaturan Lampu Lalu Lintas Sederhana Penerapan Algoritma Greedy pada Optimasi Pengaturan Lampu Lalu Lintas Sederhana Rocky Hartono 1, Devis Wawan Saputra 2, Joel THP Hutasoit 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Transporter Robot Rules and Setup

Transporter Robot Rules and Setup 2nd ITB PRD Robot Competition 2015 Transporter Robot Rules and Setup Trash Transport Robot (Image courtesy of Interaction and Communication Design Lab, Toyohashi University of Technology) Draft tanggal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Prinsip Kerja Robot Prinsip kerja robot yang saya buat adalah robot lego mindstorm NXT yang menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai mata pada robot dengan tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dibidang elektronika dewasa ini berkembang sangat cepat dan memberikan pengaruh besar di setiap aspek kehidupan.hal ini berpengaruh pula pada pembuatan

Lebih terperinci

Transporter Robot Rules and Setup

Transporter Robot Rules and Setup 1st ITB PRD Robot Competition 2014 Transporter Robot Rules and Setup Trash Transport Robot (Image courtesy of Interaction and Communication Design Lab, Toyohashi University of Technology) Draft tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah transportasi secara umum dan lalu lintas pada khususnya adalah merupakan fenomena yang terlihat sehari-hari dalam kehidupan manusia. Semakin tinggi tingkat mobilitas

Lebih terperinci

Applicative Robot Rules and Setup

Applicative Robot Rules and Setup 2nd ITB PRD Robot Competition 2015 Applicative Robot Rules and Setup Humanoid Robot for Plants Watering Draft tanggal 8 April 2015 Praktikum PRD 2 Home Page : http://praktikumprd2.wordpress.com Praktikum

Lebih terperinci

DETEKSI KEPADATAN LALU LINTAS MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK PADA PERSIMPANGAN JALAN BERBASIS MIKROKONTROLLER

DETEKSI KEPADATAN LALU LINTAS MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK PADA PERSIMPANGAN JALAN BERBASIS MIKROKONTROLLER DETEKSI KEPADATAN LALU LINTAS MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK PADA PERSIMPANGAN JALAN BERBASIS MIKROKONTROLLER TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian. Kemajuan ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun terus berkembang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian. Kemajuan ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun terus berkembang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampu lalu lintas adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi kesempatan pengguna jalan dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Fungsi lampu lalu lintas Lampu lalu lintas menurut Oglesby dan Hicks (1982) adalah semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat tersebut bertemu dan memencar meninggalkan simpang. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Pengertian Transportasi Trasnportasi adalah untuk menggerakkan atau memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

x TAKARIR Breadboard Papan rangkaian Queue Antre Flowchart Diagran alur Ground Kutub negatif Traffic Lalu lintas

x TAKARIR Breadboard Papan rangkaian Queue Antre Flowchart Diagran alur Ground Kutub negatif Traffic Lalu lintas x TAKARIR Breadboard Queue Flowchart Ground Traffic Papan rangkaian Antre Diagran alur Kutub negatif Lalu lintas xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi, berlalu lintas merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan hampir setiap hari. Aktifitas berlalu lintas di jalan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM LALU LINTAS Pemahaman tentang sistem yang akan dirancang sangat diperlukan sebelum perangkat lunak dibangun. Pembangunan perangkat lunak dimulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Traffic Light adalah suatu lampu indikator pemberi sinyal yang di tempatkan di

PENDAHULUAN. Traffic Light adalah suatu lampu indikator pemberi sinyal yang di tempatkan di 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Traffic Light adalah suatu lampu indikator pemberi sinyal yang di tempatkan di persimpangan jalan, atau lokasi-lokasi lain untuk menunjukkan keadaan aman agar mengendarai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Persimpangan Jalan Persimpangan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) adalah dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS DUNAT INDRATMO Teknik Sipil FTSP - ITS Telp. : (031) 8290332 ; Fax. : (031) 8292953 ;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, lalu lintas menjadi sarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.semakin banyak pengguna kendaraan bermotor, semakin besar pula ketergantungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA 4.1. Umum Pada bab ini, akan dibahas mengenai hasil pengujian penelitian yang telah dilakukan dan analisa terhadap hasil penelitian Disain Kontrol Mikroprosessor Pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN UJI COBA. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa pada hardware

BAB V ANALISIS DAN UJI COBA. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa pada hardware BAB V ANALISIS DAN UJI COBA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa pada hardware yang telah dirancang. Tujuan dari pengujian dan analisa ini adalah untuk mengetahui apakah hardware tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampu lalu lintas sering kita jumpai terutama di jalan-jalan raya yang

BAB I PENDAHULUAN. Lampu lalu lintas sering kita jumpai terutama di jalan-jalan raya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lampu lalu lintas sering kita jumpai terutama di jalan-jalan raya yang sangat padat lalu-lintasnya, umumnya kita jumpai di persimpangan-persimpangan jalan

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB

PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB DESAIN ALAT MUSIK [MUSICAL INSTRUMENTS DESIGN] TANTANGAN DESAIN Membuat sebuah alat musik dengan menggunakan sensor untuk memainkan nada. TINGKAT KESULITAN Membangun : Pemula

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan-landasan teori yang penulis gunakan untuk seluruh laporan penelitian ini. Landasan-landasan teori ini dijelaskan untuk membentuk pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA

PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA Seminar Tugas Akhir PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA Oleh : Andri Kuncoro NRP. 2406100042 Dosen Pembimbing : Ir. Moch. Ilyas Hs. NIP.194909191979031002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melakukan pengaturan lalu lintas pada persimpangan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melakukan pengaturan lalu lintas pada persimpangan jalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melakukan pengaturan lalu lintas pada persimpangan jalan difungsikan Traffic Light atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai lampu lalu lintas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan seiring laju pesat pertumbuhan pembangunan dalam segala bidang serta mobilitas yang cukup tinggi untuk melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari, menuntut

Lebih terperinci

PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB

PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB ALAT YANG DAPAT DIKENAKAN [WEARABLE DEVICE] TANTANGAN DESAIN Membuat suatu alat yang dapat membantu memberikan informasi pada seseorang yang memiliki kelemahan penglihatan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL Evaluasi Pengendalian Lalu Lintas dengan Lampu Pengatur Lalu (Irawati dkk.) EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL Iin Irawati *, Trias Widorini, Ari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah penilaian. Layaknya sebuah penilaian (yang dipahami umum), penilaian itu diberikan dari orang yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan, antrian maupun

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan, antrian maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan, antrian maupun tundaan biasa dijumpai dengan tingkat kuantitas yang rendah maupun besar. Permasalahan

Lebih terperinci

New Category Tug of War 2v2

New Category Tug of War 2v2 1 New Category Tug of War 2v2 Deskripsi, Peraturan, dan Penilaian 2 1. Peraturan Umum 1.1. Tim 1. Sebuah tim harus terdiri dari 2 anggota dan/atau 1 pelatih. 2. Peserta dibagi menjadi dua kelompok: Junior

Lebih terperinci

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya Volume 1, Nomor 1, Agustus 26 Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya Dunat Indratmo Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: dunat@ce.its.ac.id ABSTRAK Jumlah

Lebih terperinci

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH Suhartono 1, Christine Tjokrorahardjo 2, Rudy Setiawan 3 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Pengesahan... ii Persetujuan... iii Motto dan Persembahan... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Simpang merupakan zona tempat terjadinya konflik pertemuan arah kendaraan dan memastikan menurunnya kinerja simpang diantaranya penurunan kecepatan, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan dimana lebih dari satu jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Persimpangan merupakan tempat rawan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah: Mulai Studi Identifikasi Tujuan

Lebih terperinci

Pengurangan Antrian Kendaraan Lampu Lalu Lintas Emmalia Joseph Munasih

Pengurangan Antrian Kendaraan Lampu Lalu Lintas Emmalia Joseph Munasih Pengurangan Antrian Lampu Lalu Lintas Emmalia Joseph Munasih PENGURANGAN ANTRIAN KENDARAAN MELALUI PERHITUNGAN PENYALAAN LAMPU LALU LINTAS YANG OPTIMAL 1) Emmalia Adriantantri, 2) Joseph Dedy Irawan, 3)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 9 (Sembilan)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 9 (Sembilan) SATUAN ACAA PEKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : ekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 9 (Sembilan) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang pembuatan sistem, tujuan penelitian dan hasil yang diharapkan dari penelitian tersebut. Selain itu, penulis juga akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

APLIKASI PEWARNAAN GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS

APLIKASI PEWARNAAN GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS APLIKASI PEWARNAAN GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS Muhammad Farhan 13516093 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antrian adalah suatu proses kegiatan manusia yang memerlukan waktu, tempat dan tujuan yang bersamaan, dimana kegiatan tersebut tidak adanya keseimbangan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan dijelaskan implementasi simulasi sistem lampu lalulintas dengan logika fuzzy dan pengujian akhir yang akan dilakukan langsung. 5.1 Lingkungan Implementasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan pada Simpang Gintung, maka diperoleh data geometrik simpang dan besar volume lalu lintas yang terjadi pada simpang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Volume kendaraan yang dari tahun ke tahun semakin bertambah tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan ruas jalan yang tersedia mengakibatkan kemacetan dan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Gambar 5. 1 Kondisi Geometrik Simpang

BAB V ANALISIS DATA. Gambar 5. 1 Kondisi Geometrik Simpang BAB V ANALISIS DATA A. Data Masukan 1. Kondisi geometrik dan lingkungan persimpangan Dari hasil survei kondisi lingkungan dan geometrik persimpangan yang dilakungan dengan pengamatan secara visual dan

Lebih terperinci

PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PEREMPATAN PINGIT YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ARENA

PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PEREMPATAN PINGIT YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ARENA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PEREMPATAN PINGIT YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ARENA Masrul Indrayana Teknik Industri, FT, Universitas Widya Mataram Yogyakarta Email: masrul_indrayana@yahoo.com ABSTRAK Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan persimpangan tidak dapat dihindari pada sistem transportasi perkotaan. Hal ini pula yang terjadi pada kota Medan. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta)

EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta) EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI SIMPANG BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta) Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap yang dimulai dari analisa hingga hasil penelitian, seperti diilustrasikan dalam Gambar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mobil Penumpang Bus Truk Sepeda Motor

BAB 1 PENDAHULUAN. Mobil Penumpang Bus Truk Sepeda Motor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis kendaraannya pada tahun 1987-2013 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, tercatat bahwa pada setiap

Lebih terperinci

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur

Lebih terperinci

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung yang tengah bergerak dalam masa pembangunan, menuntut dilangsungkannya aktivitas secara maksimal. Dalam hal ini, penyediaan transportasi sebagai syarat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Robot Prinsip kerja Robot yang saya buat adalah robot lego mindstorm EV3 yang menggunakan sistem kerja conveyor. Untuk cara kerjanya kotak terlebih dahulu di

Lebih terperinci

Simulasi Sistem Pengaturan Lalu Lintas Otomatis dengan Karakteristik Kerapatan Pada Simpang Tiga dan Simpang Empat Menggunakan Algoritma Miloza

Simulasi Sistem Pengaturan Lalu Lintas Otomatis dengan Karakteristik Kerapatan Pada Simpang Tiga dan Simpang Empat Menggunakan Algoritma Miloza Simulasi Sistem Pengaturan Lalu Lintas Otomatis dengan Karakteristik Kerapatan Pada Simpang iga dan Simpang Empat Menggunakan Algoritma Miloza 1 Wamiliana, 2 Ossy Dwi Endah dan 3 Izzatuz Zakiyah Mukhtarisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Simpang antara Jalan Laksda Adisucipto dengan Jalan Ring Road Utara Jogjakarta berada pada wilayah desa Maguwoharjo kecamatan Maguwoharjo kabupaten Sleman DIY. Simpang

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21)

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21) EVALUASI KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aasidra (Studi Kasus: Persimpangan TNI Tikala Ares Daan Mogot Pomorow, Kota Manado) Olivia Rosalyn Marpaung, T.K. Sendow, E. Lintong, J. Longdong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaturan lampu lalu lintas di Indonesia masih bersifat kaku dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pengaturan lampu lalu lintas di Indonesia masih bersifat kaku dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemacetan merupakan masalah klasik yang sampai saat ini belum ditemukan solusi yang tepat. Hal ini disebabkan karena kemacetan lalu lintas dipengaruhi banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian dan pembangunan dapat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang transportasi terus berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan bermunculannya kendaraan yang modern dan praktis

Lebih terperinci

BAB 4. Evaluasi dan Implementasi. keras dari blind spot detection system berbasiskan ATMEGA 168 : Tabel 4.1. Daftar komponen

BAB 4. Evaluasi dan Implementasi. keras dari blind spot detection system berbasiskan ATMEGA 168 : Tabel 4.1. Daftar komponen BAB 4 Evaluasi dan Implementasi 4.1 Implementasi Sistem 4.1.1 Daftar Komponen yang digunakan Berikut adalah daftar komponen yang digunakan pada perancangan perangkat keras dari blind spot detection system

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA TUGAS AKHIR RC09-1380 MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA RAHMAWATI FITRIA NRP 3109 106 049 Dosen Pembimbing Wahju

Lebih terperinci

ROBO-PAL ROBOTIC COMPETITION 2016

ROBO-PAL ROBOTIC COMPETITION 2016 ROBO-PAL ROBOTIC COMPETITION 2016 KATEGORI BUILDING & PROGRAMMING LEGO MINDSTORMS Peraturan Kompetisi 1. Tantangan 1.1. Pengantar Pada tantangan ini, peserta harus membangun dan memprogram robot yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dalam kehidupan manusia. Banyaknya aktifitas manusia menyebabkan banyaknya sarana yang digunakan untuk mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat kemacetan yang sangat padat, salah satu penyebabnya karena Yogyakarta merupakan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelajar sekaligus kota wisata. Identitas sebagai kota pelajar tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelajar sekaligus kota wisata. Identitas sebagai kota pelajar tercermin dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) mempunyai identitas sebagai kota pelajar sekaligus kota wisata. Identitas sebagai kota pelajar tercermin dari banyaknya institusi perguruan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Cara Kerja Mode Acak Pada Ruang Tak Berpenghalang

Gambar 4.1 Cara Kerja Mode Acak Pada Ruang Tak Berpenghalang BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis dari setiap modul yang mendukung alat yang dirancang secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Djoko Sulistiono 1, Hera widyastuti 2, Catur Arief Prastyanto 2 1 Mahasiswa S 2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS

Djoko Sulistiono 1, Hera widyastuti 2, Catur Arief Prastyanto 2 1 Mahasiswa S 2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS USULAN METODE PERENCANAAN PANJANG LAJUR ANTRIAN PUTARAN U PELAYANAN TUNGGAL KONDISI TAK TERLINDUNG PADA RUAS JALAN DENGAN MEDIAN ( Kasus Jalan Ruas Dharmahusada Indah Timur dan Jalan HR Muhammad Surabaya)

Lebih terperinci

ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DI PERLIMAAN JALAN (STUDI KASUS DI JALAN SOEKARNO HATTA-TLOGOSARI- SUPRIYADI-MEDOHO)

ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DI PERLIMAAN JALAN (STUDI KASUS DI JALAN SOEKARNO HATTA-TLOGOSARI- SUPRIYADI-MEDOHO) ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DI PERLIMAAN JALAN (STUDI KASUS DI JALAN SOEKARNO HATTA-TLOGOSARI- SUPRIYADI-MEDOHO) Ignatia Yolanda, Kartono, Sunarsih Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Branch and Bound dalam Lampu Lalu Lintas Pintar

Penerapan Algoritma Branch and Bound dalam Lampu Lalu Lintas Pintar Penerapan Algoritma Branch and Bound dalam Lampu Lalu Lintas Pintar Studi Kasus : Perempatan Simpang Dago Steffi Indrayani - 13514063 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan.

2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan. BAB II TINJAUAN PIJSTAKA 2.1 Simpang Jalan Menurut F. D. Hobbs (1995) simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari bebarapa pendekat/lengan, dimana arus kendaraan dari beberapa pendekat

Lebih terperinci

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada Simpang Bersinyal telapak kaki a. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak 61 KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Juanita Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik JL. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan teori aljabar max-plus dalam pengaturan lampu lalu lintas di simpang empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan adalah daerah di mana dua atau lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu persimpangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam menentukan keberhasilan perkembangan daerah. Kebutuhan akan transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian yang mencakup gambaran pembuatan simulasi pengaturan lampu lalu lintas, algoritma yang digunakan dalam simulasi, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tertentu untuk computer yang digunakan yaitu: Pentium IV 2.0 Ghz. Memory 512 MB.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tertentu untuk computer yang digunakan yaitu: Pentium IV 2.0 Ghz. Memory 512 MB. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Program aplikasi pengaturan lampu lalu lintas dirancang untuk dapat berjalan pada jaringan computer berbasis Windows XP, oleh karena itu diperlukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEORI GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN ARION

PENGGUNAAN TEORI GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN ARION PENGGUNAAN TEORI GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN ARION Pada persimpangan jalan, dibutuhkan suatu cara untuk mengatur lampu lalu lintas agar mobil yang melewati persimpangan tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SEARA TEORITIS DAN PRAKTIS Risna Rismiana Sari Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds.iwaruga Bandung 40012. Email: risna_28@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik BAB II TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Geometrik Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik untuk jalan berbagai tipe akan mempunyai kinerja berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER

KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh DUTO NUSWANTOKO

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING Ressi Dyah Adriani NPP 10529 ressi.adriani@jasamarga.co.id ABSTRAK Data kepadatan lalu-lintas merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR

STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR Arifin Liputo Dosen S1 Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik Univ. Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI KENDALI TRAFFIC LIGHT 4 JALUR DENGAN PLC DISUSUN OLEH:??????????????????????????????????

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI KENDALI TRAFFIC LIGHT 4 JALUR DENGAN PLC DISUSUN OLEH:?????????????????????????????????? LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI KENDALI TRAFFIC LIGHT 4 JALUR DENGAN PLC DISUSUN OLEH:?????????????????????????????????? JURUSAN ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG

IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG Dani Kusmianingrum JurusanTeknik Planologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara No. 9, Tol

Lebih terperinci