BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah buatan di sini digunakan karena jaringan syaraf ini diimplementasikan dengan menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses pembelajaran (Fausett, 1994). Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak manusia terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut sinapsis. Neuron bekerja berdasarkan sinyal yang diberikan neuron lain dan meneruskannya pada neuron lainnya. Diperkirakan manusia memiliki neuron. Masing-masing neuron saling berhubungan dengan jumlah hubungan tersebut mencapai 10 4 buah per neuron. Jadi jumlah koneksi untuk setiap neuron adalah buah. Neuronneuron tersebut dapat bekerja secara paralel dengan kecepatan luar biasa. Dengan jumlah yang begitu banyak, maka otak manusia mampu mengenali pola, melakukan perhitungan, serta mengontrol organ-organ tubuh dengan baik. Neuron memiliki 3 komponen utama, yaitu dendrit, badan sel (soma) dan akson. Dendrit berfungsi menerima sinyal informasi dari satu atau beberapa neuron yang terhubung. Sinyal yang diterima oleh dendrit diteruskan ke badan sel. Jika total sinyal yang diterima oleh badan sel cukup kuat untuk mengaktifkan sebuah neuron, maka neuron tersebut akan mengirimkan sinyal ke semua neuron terhubung melalui akson. Jadi semua neuron

2 7 hanya memiliki dua kemungkinan yaitu mengirimkan sinyal kepada neuron lain atau tidak. Gambar 2.1 Sel Saraf Biologi Sumber: Jaringan Syaraf Tiruan Definisi Artificial Neural Network (Jaringan Syaraf Tiruan/ANN) adalah sebuah bentuk perhitungan yang meniru bentuk jaringan syaraf pada makhluk hidup. Sama seperti pada jaringan syaraf asli, jaringan syaraf tiruan memiliki neuron untuk memproses input/output. Karena itulah, pada sebagian besar kasus, ANN merupakan sistem yang adaptif, karena struktur sistemnya dapat berubah seiring dengan berubahnya informasi internal ataupun eksternal yang diproses pada saat learning phase (tahap pembelajaran). Pembuatan sistem ANN dimaksudkan agar komputer dapat mengenali suatu pola, bentuk, atau struktur tertentu karena komputer tidak mempunyai intelegensia, meskipun

3 8 pada kenyataannya, sebuah komputer dapat melakukan operasi, misalnya mengenali wajah manusia, dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada manusia. Beberapa definisi tentang jaringan saraf tiruan adalah sebagai berikut. Hecht-Nielsend (1988) mendefinisikan sistem saraf buatan sebagai berikut. "Suatu neural network (NN), adalah suatu struktur pemroses informasi yang terdistribusi dan bekerja secara paralel, yang terdiri atas elemen pemroses (yang memiliki memori lokal dan beroperasi dengan informasi lokal) yang diinterkoneksi bersama dengan alur sinyal searah yang disebut koneksi. Setiap elemen pemroses memiliki koneksi keluaran tunggal yang bercabang (fan out) ke sejumlah koneksi kolateral yang diinginkan (setiap koneksi membawa sinyal yang sama dari keluaran elemen pemroses tersebut). Keluaran dari elemen pemroses tersebut dapat merupakan sembarang jenis persamaan matematis yang diinginkan. Seluruh proses yang berlangsung pada setiap elemen pemroses harus benar-benar dilakukan secara lokal, yaitu keluaran hanya bergantung pada nilai masukan pada saat itu yang diperoleh melalui koneksi dan nilai yang tersimpan dalam memori lokal". Menurut Zurada, J.M. (1992), Introduction To Artificial Neural Systems, Boston: PWS Publishing Company, mendefinisikan sebagai berikut. Sistem saraf tiruan atau jaringan saraf tiruan adalah sistem selular fisik yang dapat memperoleh, menyimpan dan menggunakan pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman. Menurut Haykin, S. (1994), Neural Networks: A Comprehensive Foundation, NY, Macmillan, mendefinisikan jaringan saraf sebagai berikut: Sebuah jaringan saraf adalah sebuah prosesor yang terdistribusi paralel dan mempuyai

4 9 kecenderungan untuk menyimpan pengetahuan yang didapatkannya dari pengalaman dan membuatnya tetap tersedia untuk digunakan. Hal ini menyerupai kerja otak dalam dua hal yaitu pengetahuan diperoleh oleh jaringan melalui suatu proses belajar dan kekuatan hubungan antar sel saraf yang dikenal dengan bobot sinapsis digunakan untuk menyimpan pengetahuan. DARPA Neural Network Study (1988, AFCEA International Press, halaman 60) mendefinisikan jaringan syaraf buatan sebagai berikut. Sebuah jaringan syaraf adalah sebuah sistem yang dibentuk dari sejumlah elemen pemroses sederhana yang bekerja secara paralel, yang fungsinya ditentukan oleh stuktur jaringan, kekuatan hubungan, dan pegolahan dilakukan pada komputasi elemen atau nodes Biasanya, sebuah model neuron untuk ANN terdiri atas tiga bagian berikut. 1)Synapsis (Jalur Penghubung) antara neuron yang masing-masing memiliki weight (bobot). Tiap Synapsis memiliki indeks tertentu untuk menunjukkan input mana yang akan diproses menjadi output. 2)Summing Unit untuk menghitung total input. 3)Activation Function (Fungsi Aktivasi) untuk membatasi output.

5 10 Gambar 2.2 Jaringan Syaraf Sederhana Sumber: Arsitektur ANN dapat dibedakan menjadi 3 macam sebagai berikut. 1) Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal (single layer net). Jaringan dengan lapisan tunggal hanya memiliki satu lapisan dengan bobot-bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima input kemudian secara langsung akan mengolahnya menjadi output tanpa harus melalui lapisan tersembunyi. Dengan kata lain, ciri-ciri dari arsitektur syaraf dengan lapisan tunggal adalah hanya terdiri dari satu lapisan input dan satu lapisan output, tanpa lapisan tersembunyi. Gambar 2.3 Jaringan Syaraf Tiruan Satu Layer Sumber:

6 11 2) Jaringan syaraf dengan banyak lapisan (multi layer net). Jaringan dengan banyak lapisan memiliki satu atau lebih lapisan yang terletak di antara lapisan input dan lapisan output (memiliki satu atau lebih lapisan tersembunyi). Umumnya, ada lapisan bobot-bobot yang terletak di antara 2 lapisan yang bersebelahan. Jaringan dengan banyak lapisan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit daripada jaringan dengan lapisan tunggal, tentu saja dengan pembelajaran yang lebih rumit. Gambar 2.4 Jaringan Syaraf Tiruan Multi Layer Sumber: 3) Jaringan syaraf dengan lapisan kompetitif (competitive layer) Arsitektur ini memiliki bentuk berbeda dari kedua arsitektur lainnya, di mana antar neuron saling dihubungkan. Jaringan ini sering disebut feedback loop karena unit output ada yang memberikan informasi terhadap unit masukan.

7 12 Struktur arsitektur dari neural network pada umumnya terdiri dari 3 layer yang menjadi ciri khas dari sistem ini yaitu Input layer Merupakan data yang kita masukkan sebagai data training pada sistem ANN.Banyaknya jumlah node pada input layer tergantung pada jumlah data input yang telah kita masukkan kedalam sistem Hidden Layer Jumlah node pada hidden layer sangat bervariasi tergantung penggunaaannya.semakin banyak hidden layer yang digunakan semakin baik hasilnya, tetapi training yang dibutuhkan juga semakin lama.jumlah node yang yang terlalu sedikit menyebabkan jaringan tidak cukup fleksibel untuk mempelajari data dan jika jumlah hidden node terlalu besar akan terjadi overfitting. Dan menurut Saludin Muis, tingkat ketelitian yang dihasilkan cukup memadai jika memakai 1 lapis hidden layer. 1 input layer dan 1 output layer. Output Layer Banyaknya node pada output layer tergantung pada sistem ANN itu sendiri.data output juga termasuk dari data training yang sebelumnya telah diberikan.

8 13 Gambar 2.5 Jaringan Syaraf Tiruan Competitive Layer Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf,2010 Beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam ANN adalah. 1) Fungsi undak biner (hard limit) Jaringan dengan lapisan tunggal sering menggunakan fungsi undak (step function) untuk mengkonversikan input dari suatu varuabel yang bernilai kontinu ke suatu output biner (0 atau 1). Fungsi undak biner (hard limit) dirumuskan sebagai (Demuth, 1998): y = 0, jika x < 0 y = 1, jika x 0 Gambar 2.6 Jaringan Syaraf Tiruan Hard Limit Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, 2010

9 14 2) Fungsi bipolar (symmetric hard limit) Fungsi bipolar hampir sama dengan fungsi undak biner, hanya saja output yang dihasilkan berupa 1, 0, atau -1. Fungsi Symmetric Hard Limit dirumuskan sebagai berikut (Demuth, 1998): y = 1, jika x 0 y = -1, jika x < 0 Gambar 2.7 Jaringan Syaraf Tiruan Symmetric Hard Limit Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, ) Fungsi linear (identitas) Fungsi linear memiliki nilai output yang sama dengan nilai inputnya. Fungsi linear dirumuskan sebagai (Demuth, 1998): y = x

10 15 Gambar 2.8 Jaringan Syaraf Tiruan Linear Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, ) Fungsi saturating linear Fungsi ini akan bernilai 0 jika inputnya kurang dari -0,5 dan akan bernilai 1 jika inputnya lebih dari 0,5. Sedangkan jika nilai input terletak di antara -0,5 dan 0,5, maka outputnya akan bernilai sama dengan nilai input ditambah 0,5. Fungsi saturating linear dirumuskan sebagai (Demuth, 1998): y = 1, jika x 0, 5 y = x + 0,5, jika 0,5 x 0, 5 y = 0, jika x 0, 5 Gambar 2.9 Jaringan Syaraf Tiruan Saturating Linear Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, ) Fungsi symmetric saturating linear Fungsi ini akan bernilai -1 jika inputnya kurang dari -1,dan akan bernilai 1

11 16 jika inputnya lebih dari 1. Sedangkan jika nilai input terletak antara -1 dan 1, maka outputnya akan bernilai sama dengan nilai inputnya. Fungsi symmetric saturating linear dirumuskan sebagai (Demuth, 1998): y = 1, jika x 1 y = x, jika 1 x 1 y = -1, jika x 1 Gambar 2.10 Jaringan Syaraf Tiruan Symmetric Saturating Linear Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, ) Fungsi sigmoid biner Fungsi ini digunakan untuk jaringan syaraf yang dilatih dengan menggunakan metode backpropagation. Fungsi sigmoid biner memiliki nilai pada range 0 sampai 1. Oleh karena itu,fungsi ini sering digunakan untuk jaringan syaraf yang membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1. Namun, fungsi ini bisa juga digunakan oleh jaringan syaraf yang nilai outputnya 0 atau 1. Fungsi sigmoid biner dirumuskan sebagai (Demuth, 1998): y = 1 f ( x) = σx dengan f '( x) = σ f ( x)[1 f ( x)] 1+ e

12 17 Gambar 2.11 Jaringan Syaraf Tiruan Sigmoid Biner Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, ) Fungsi sigmoid bipolar Fungsi sigmoid bipolar hampir sama dengan fungsi sigmoid biner, hanya saja output dari fungsi ini memiliki range antara -1 sampai 1. Fungsi sigmoid bipolar dirumuskan sebagai (Demuth, 1998): y = x 1 e f ( x) = x dengan f '( x) = σ [1 + f ( x)][1 f ( x)] 1+ e 2 Gambar 2.12 Jaringan Syaraf Tiruan Sigmoid Bipolar Sumber: Neuro-Fuzzy Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf, 2010 Algoritma pembelajaran Salah satu bagian terpenting dari konsep jaringan syaraf tiruan adalah proses pembelajaran. Tujuan utama dari proses ini adalah melakukan pengaturan terhadap bobot-bobot yang ada pada jaringan syaraf, hingga didapat bobot akhir yang tepat sesuai dengan pola data yang dilatih. Selama proses pembelajaran, akan terjadi perbaikan

13 18 bobot-bobot berdasarkan algoritma tertentu. Nilai bobot akan bertambah jika informasi yang diberikan ke neuron yang bersangkutan tersampaikan. Begitu pula sebaliknya, jika informasi tidak disampaikan oleh suatu neuron ke neuron yang lain, maka nilai bobot yang menghubungkan keduanya akan dikurangi. Pada saat pembelajaran dilakukan pada input yang berbeda, nilai bobot akan diubah secara dinamis hingga mencapai nilai yang cukup seimbang. Apabila nilai ini telah tercapai, berarti tiap-tiap input telah berhubungan dengan output yang diharapkan. Pada dasarnya ada dua metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran terawasi (supervised learning) dan metode pembelajaran yang tidak terawasi (unsupervised learning). 1) Pembelajaran terawasi (supervised learning) Metode pembelajaran pada jaringan syaraf disebut terawasi jika output yang diharapkan telah diketahui sebelumnya. Misalkan jaringan syaraf akan digunakan untuk mengenali pasangan pola, misalkan pada sebuah operasi logika matematika AND. Pada proses pembelajaran, satu pola input akan diberikan ke satu neuron pada lapisan input. Pola ini akan dirambatkan ke sepanjang jaringan syaraf hingga sampai ke neuron pada lapisan output. Lapisan output ini akan membangkitkan pola output yang nantinya akan dicocokkan dengan pola output targetnya. Apabila terjadi perbedaan antara pola output hasil pembelajaran dengan pola target, maka akan muncul error. Apabila nilai error ini masih cukup besar, berarti perlu dilakukan lebih banyak pembelajaran lagi. Modelmodel pembelajaran yang menggunakan supervised learning di antaranya adalah Backpropagation, Bidirective Associative Memory (BAM), dan Hopfield. 2) Pembelajaran tak terawasi (unsupervised learning) Metode pembelajaran yang tak terawasi tidak memerlukan target output. Pada

14 19 metode ini, tidak dapat ditentukan hasil yang seperti apakah yang diharapkan selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, nilai bobot disusun dalam suatu range tertentu tergantung pada nilai input yang diberikan. Tujuan pembelajaran ini adalah mengelompokkan unit-unit yang hampir sama dalam suatu area tertentu. Pembelajaran ini biasanya sangat cocok untuk pengelompokan (klasifikasi) pola. Modelmodel pembelajaran yang menggunakan unsupervised learning di antaranya adalah Adaptive Resonance Theory (ART) dan Competitive. Beberapa contoh jaringan sederhana AND, OR, dan NOT dapat dijelaskan sebagai berikut Jaringan sederhana AND Tabel 2.1 Operasi AND X1 X2 Y Dari tabel diatas terlihat ada dua input (X1 dan X2) dan satu output (Y) dengan bobot yang sesuai untuk w1 adalah 1 dan w2 adalah 1 sehingga diperoleh nilai threshold yang sesuai dengan tabel adalah 2. Arsitektur jaringan sederhana untuk kasus tersebut seperti pada gambar berikut X1 1 Y

15 20 X2 1 Threshold(Y) = 2 Contoh program jaringan sederhananya adalah #include<iostream.h> Main() { } Int w1, w2, x1, x2, O; W1 = 1; w2 = 1; Cout << X1= ; Cin >> x1; Cout << x2 = ; Cin >> x2; O = x1 *w1 + x2 *w2; If(o >= 2) Cout << output AND = 1 << endl; Else Cout << output AND = 0 << endl; Jaringan sederhana OR Tabel 2.2 Operasi OR X1 X2 Y Dari tabel diatas terdapat 2 input ( X1 dan X2) dan satu output (Y) dengan bobot yang sesuai untuk w1 adalah 2 dan w2 adalah 2 sehingga

16 21 diperoleh nilai threshold yang sesuai dengan tabel adalah 2. Arsitektur jaringan sederhana untuk kasus OR seperti berikut X1 X2 2 2 Y Treshold (Y) = 2 Contoh program jaringan sederhana operasi OR #include<iostream.h> Main() { } Int w1, w2, x1, x2, O; W1 = 1; w2 = 1; Cout << X1= ; Cin >> x1; Cout << x2 = ; Cin >> x2; O = x1 *w1 + x2 *w2; If(o >= 2) Cout << output OR = 1 << endl; Else Cout << output OR = 0 << endl; Jaringan sederhana NOT Tabel 2.3 Operasi NOT X1 Y

17 22 Dari tabel diatas terlihat ada satu input (X) dan satu output (Y) dengan bobot yang sesuai untuk w adalah -1 sehingga dapat diperoleh nilai threshold yang sesuai dengan tabel adalah 0.5. Arsitektur jaringan sederhananya sebagai berikut X -1 Y Threshold (Y) = Contoh program jaringan sederhana operasi NOT #include<iostream.h> Main() { } Int w1, x1, O; W1 = -1; Cout << X1= ; Cin >> x1; O = x1 *w1 If(o >= - 0.5) Cout << output NOT = 1 << endl; Else Cout << output NOT = 0 << endl; 2. 3 Backpropagation Definisi Backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyinya. Algoritma backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan nilai error ini, tahap perambatan

18 23 maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan maju, neuron-neuron diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi yang dapat dideferensiasikan, seperti sigmoid (Fausett, 1994). Algoritma Backpropagation (Fausett, 1994) 1)Inisialisasi bobot (ambil bobot awal dengan nilai random yang cukup kecil). 2)Tetapkan: Maksimum Epoch, Target Error, dan Learning Rate (α). 3)Inisialisasi: Epoch = 0. 4)Selama (Epoch < Maksimum Epoch) dan (MSE (Mean Squared Error) < Target Error), kerjakan langkah-langkah berikut. a)epoch = Epoch + 1 b)untuk tiap-tiap pasangan elemen yang akan dilakukan pembelajaran, kerjakan: Feedforward 1. Tiap-tiap unit input (X i, i = 1, 2, 3,, n) menerima sinyal x i dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang ada di atasnya (lapisan tersembunyi). 2. Tiap-tiap unit pada suatu lapisan tersembunyi (Z i, j = 1, 2, 3,, p) menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot: z_in j = b 1j + n i= 1 x i v ij Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya:z j = f(z_in j ) dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output). Langkah ini dilakukan sebanyak jumlah lapisan tersembunyi.

19 24 3. Tiap-tiap unit output (Y k, k = 1, 2, 3,, m) menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot. y_in = b 2 k + p i= 1 z i w ij gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya: y k = f(y_in k ) dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output). Backpropagation 4. Tiap-tiap unit output (Y k, k = 1, 2, 3,, m) menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung informasi errornya: δ 2k = (t k y k ) f `(y_in k ) φ 2jk = δ k - z j β 2k = δ k kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai w jk ) w jk = α φ jk kemudian hitung koreksi bobot (yang akan digunakan untuk memperbaiki nilai w jk ) b 2k = α βk Langkah ke 4 juga dilakukan sebanyak jumlah lapisan tersembunyi, yaitu menghitung informasi error dari suatu lapisan tersembunyi ke lapisan tersembunyi sebelumnya.

20 25 5. Tiap-tiap unit tersembunyi (Z j, j = 1, 2, 3,..., p) menjumlahkan delta inputnya (dari unit-unit yang berada pada lapisan di atasnya): m δ_in j = k = 1 δ k w jk kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi error: δ 1j = δ_in j f `(z_in j ) φ 1ij = δ j x j β 1j = δ 1j kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai v ij ): v ij = α φ 1ij hitung juga koreksi bias (yang akan digunakan untuk memperbaiki nilai b1 j ): b 1j = α φ 1j 6. Tiap-tiap unit output (Y k, k = 1, 2, 3,..., m) memperbaiki bias dan bobotnya (j = 0, 1, 2, 3,..., p): w jk (baru) = w jk (lama) + w jk b 2k (baru) = b 2k (lama) + b 2k Tiap-tiap unit tersembunyi (Z j, j = 1, 2, 3,,p) memperbaiki bias dan bobotnya (i = 0, 1, 2, 3,, n): v ij (baru) = v ij (lama) + v ij b 1j (baru) = b 1j (lama) + b 1j c)hitung MSE (Mean Squared Error). Fungsi ini mengambil rata-rata kuadrat error yang terjadi antara output jaringan

21 26 dan target.mse digunakan tiap satu epoch pelatihan, dengan menghitung seluruh pola output actual dari tiap pola input untuk dihitung selisinya dengan pola output yang diinginkan.jika nilai MSE error yang diinginkan maka jaringan dianggap sudah mengenali pola tetapi jika belum jaringan terus dilatih dan dihitung kembali setiap epochnya sampai nilai MSE error yang diinginkan.rumus menghitung nilai MSE adalah : MSE = Dimana yt = nilai target keluaran yang diinginkan = nilai keluaran actual N = banyak output 1)Inisialisasi bobot awal secara random Pemilihan bobot awal sangat mempengaruhi jaringan syaraf dalam mencapai minimum global (atau mungkin hanya lokal saja) terhadap nilai error, serta cepat tidaknya proses pelatihan menuju kekonvergenan. Apabila nilai bobot awal terlalu besar, maka input ke setiap lapisan tersembunyi atau lapisan output akan jatuh pada daerah di mana turunan fungsi sigmoidnya akan sangat kecil. Sebaliknya, apabila nilai bobot awal terlalu kecil, maka input ke setiap lapisan tersembunyi atau lapisan output akan sangat kecil, yang akan menyebabkan proses pelatihan akan berjalan sangat lambat. Biasanya bobot awal diinisialisasi secara random dengan nilai antara 0,5 sampai 0,5 (atau -1 sampai 1, atau interval yang lainnya) (Fausett, 1994). 2)Inisialisasi bobot awal dengan metode Nguyen-Widrow Metode Nguyen-Widrow akan menginisialisasi bobot-bobot lapisan dengan nilai antara -0.5 sampai 0,5. Sedangkan bobot-bobot dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

22 27 dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran. Parameter α merupakan laju pembelajaran yang menentukan kecepatan iterasi. Nilai α terletak antara 0 dan 1 (0 α 1). Semakin besar harga α, semakin sedikit iterasi yang dipakai. Tetapi, jika harga α terlalu besar, maka akan merusak pola yang sudah benar sehingga pemahaman menjadi lambat. Setelah pelatihan selesai dilakukan, jaringan dapat digunakan untuk pengenalan pola. Dalam hal ini, hanya Propagasi Maju yang dipakai untuk menentukan keluaran jaringan. Apabila fungsi aktivasi yang dipakai bukan sigmoid biner, maka langkah-langkahnya harus disesuaikan.

23 28 Flowchart Algoritma Backpropagation Gambar 2.13 flowchart backpropagation

24 Penyakit Obesitas Definisi Obesitas Obesitas atau kegemukan adalah suatu kondisi kelebihan berat badan yang dialami manusia sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata dikehidupan nyata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita sedangkan pria 18-23%. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok: Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan % Obesitas berat : kelebihan berat badan > 100% Kriteria dan klasifikasi Obesitas Antropemetri berdasarkan Indeks Massa Tubuh(IMT)/Body Mass Index (BMI) Tabel 2.4 Klasifikasi Obesitas BMI Klasifikasi < 18.5 berat badan di bawah normal

25 normal normal tinggi Obesitas tingkat Obesitas tingkat Obesitas tingkat 3 Rumus di mana adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan adalah tinggi badan dalam meter. Jenis dan beratnya latihan serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbedabeda disesuaikan dengan keadaan penderita. 1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah menjalani diet sedang( kalori/hari untuk wanita sedangkan pria ) 2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah menjalan diet rendah kaloru sekitar untuk wanita dan kalori/hari untuk pria Berdasarkan lemak dalam tubuh pada lingkar pinggang IMT merupakan salah satu cara positif serta menjadi sebuah indicator untuk obesitas tetapi dengan IMT saja tidak cukup untuk menghitung detailnya pada tubuh oleh karena itu ada metode lain yang menunjang perhitungan obesitas yaitu dengan metode pengukuran lingkar pinggang.

26 31 Untuk parameter penentuan obesitas merupakan suatu hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan bentuk tubuh setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehingga International Diabetes Federation(IDF) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis(alberti, 2005) Tabel 2.5 Kriteria ukuran pinggang berdasarkan etnis Negara / grup etnis Lingkar pinggang(cm) Eropa Pria > 94 Wanita > 80 Asia Selatan Berdasarkan China, Melayu Pria > 90 Wanita > 80 dan Asia India China Pria > 90 Wanita >80 Jepang Pria > 90 Wanita >80 Amerika Tengah dan Selatan Gunakan rekomendasi Asia hingga tersedia data specifik Sub- Saharan Afrika Gunakan data eropa hingga tersedia data specifik Timur Tengah Gunakan data eropa hingga tersedia data specifik

27 32 Berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas Tabel 2.6 Pengukuran Lingkar Lengan Lingkar Lengan Atas(cm) Kriteria Normal 28,5 34,5 Obesitas Obesitas berat >39 Obesitas Sangat Berat Berdasarkan Bentuk tubuh dan ciri fisik Gynoid(Bentuk Peer) Lemak disimpan didaerah sekitar pinggul dan bokong. Tipe ini biasanya cenderung dimiliki oleh kaum wanita. Apple Shape(Android) Lemak tersimpan dan tertumpuk didaerah sekitar perut dan biasanya cenderung terdapat pada kaum pria. Ovid(Bentuk kotak buah) Lemak terdapat diseluruh badan dan biasanya terdapat pada orang-orang gemuk secara genetik.

28 33 Gambar 2.14 Bentuk Tubuh Berdasarkan pengukuran lingkar paha Tabel 2.7 Pengukuran Lingkar Paha Lingkar Paha(cm) Kriteria Normal Obesitas Obesitas berat >60 Obesitas sangat berat Berdasarkan lingkar perut dan pinggul Tabel 2.8 Lingkar Perut dan Pinggul Jenis Kelamin Ukuran Normal(cm) Ukuran Obesitas(cm) Wanita < 80 >81 Pria < 90 >90

29 34 Berdasarkan Lingkar perut Atas Tabel 2.9 Lingkar Perut Atas Lingkar Kriteria Perut Atas < 80 Optimal Normal >90 Obesitas Definisi dan Jenis-Jenis Penyakit Obesitas Penyakit kelebihan berat badan atau obesitas adalah istilah untuk menggambarkan manusia yang mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori.terjadinya obesitas menurut Peter J. Brown melibatkan beberapa faktor: 1) Biologik(genetik, fisiologik) Obesitas cenderung diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab biologik dan asupan makanan yang nutrisi nya tidak sesuai untuk tubuh. 2) Lingkungan/Budaya Faktor lingkungan juga mendukung dalam penyakit obesitas.pola gaya hidup juga memegang peranan sehingga dapat merubah pola hidup dan aktivitas

30 35 Jenis-jenis penyakit yang dapat disebabkan oleh obesitas adalah 1. Diabetes Kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak factor dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolism karbohidrat,lemak dan protein 2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah secara kronis dengan jangka waktu yang lama 3. Stroke Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah kesuatu bagian otak tiba-tiba terganggu.dalam jaringan otak,kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat mematikan sel-sel saraf di otak. 4. Serangan Jantung Terhentinya aliran darah meskipun hanya sesaat yang menuju ke jantung dan mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati. 5. Gagal Jantung Pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkonstraksi secara efektif. 6. Kanker Penyakit yang ditandai dengan kelainan sirklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali,menyerang jaringan biologis serta bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah

31 Software Software (piranti lunak) adalah kumpulan program komputer dan data terkait yang menyediakan instruksi kerja ke komputer beserta cara penanganan instruksi tersebut. Dengan kata lain, piranti lunak adalah kumpulan sejumlah program, prosedur, algoritma, dan dokumentasi. Dalam pembuatan sebuah piranti lunak, terdapat 3 prinsip dasar sebagai berikut: 1)Determine users' skill levels (tentukan tingkat kemampuan pengguna) Pembagian tingkat kemampuan pengguna adalah hal yang penting, karena tidak semua pengguna dapat memahami cara kerja piranti lunak dalam sekali pakai. Biasanya tingkat kemampuan pengguna dibedakan menjadi tiga macam. a)novice or first-time users Pengguna pada tingkat ini adalah pengguna yang pengetahuan mengenai penggunaan atau konsep piranti lunaknya rendah atau tidak ada. Untuk pengguna tingkat ini, penting untuk membatasi kata-kata yang digunakan dalam program agar dapat cepat dipahami. Jumlah langkah penggunaan piranti lunak juga harus sesedikit mungkin agar pengguna dapat melakukan tugas sederhana tanpa masalah. Jika diperlukan, dapat dibuat panduan penggunaan program. b)knowledgeable intermittent users Pengguna pada tingkat ini memiliki pengetahuan mengenai penggunaan dan konsep piranti lunak yang bervariasi dan wawasan luas konsep antar muka, namun masih kesulitan untuk menentukan struktur menu atau lokasi fitur tertentu. Untuk mengurangi beban pada memori pengguna, sebaiknya dibuat struktur menu, penggunaan istilah yang konsisten, dan desain antar muka yang tampak dengan jelas.

32 37 c)expert frequent users Pengguna pada tingkat ini sudah mempunyai pengetahuan yang tinggi mengenai konsep pekerjaan dan konsep antar muka. Pengguna tingkat ini mencari cara pintas (shortcut) untuk menyelesaikan pekerjaan mereka lebih cepat. Pengguna pada tingkat ini juga menginginkan waktu respon program yang singkat, umpan balik (feedback) yang pendek dan tidak mengalihkan perhatian, dan penggunaan cara singkat ataupun penggunaan macro yang dapat mengerjakan beberapa perintah sekaligus. 2)Identify the tasks (kenali tugas yang akan dilakukan) Setelah mengenali jenis pengguna, pembuat piranti lunak perlu mengenali jenis tugas yang akan dikerjakan. Untuk langkah ini, diperlukan pemahaman mengenai frekuensi pekerjaan tertentu beserta urutannya, beserta tugas apa saja yang tersedia untuk dikerjakan. Sebaiknya aksi yang dapat dilakukan dikelompokkan menjadi pekerjaanpekerjaan yang tidak terlalu kecil, agar pengguna tidak perlu melakukan terlalu banyak aksi untuk pekerjaan tingkat tinggi. Terdapat 8 prinsip dasar untuk desain sebuah sistem yang disebut 8 Golden Rules of interface design (Shneiderman, 1998:72-73) yang dapat diaplikasikan ke sebagian besar sistem interaktif. Kedelapan prinsip ini adalah sebagai berikut. a) Strive for consistency (berusaha mencapai konsistensi) Konsisten dalam kesamaan terminologi dalam membuat menu, tampilan, jenis hutuf, dan help screen. Selain itu konsisten dalam warna, kapitalitas, dan tampilan adalah juga penting.

33 38 b) Cater to universal usability Memungkinkan frequent users menggunakan shortcuts. Setelah para users mulai tanggap dalam mengakses sebuah situs, maka users akan menginginkan shortcutshortcut yang mempercepat geraknya dalam pengaksesan situs tersebut. c) Offer informative feedback (berikan umpan balik yang informatif) Untuk setiap operator action, beberapa di antaranya harus mempunyai sistem feedback. Untuk setiap tindakan yang sering dan sederhana, maka respon yang diberikan juga sederhana, tetapi jika tindakan yang dilakukan jarang dan termasuk dalam major actions, maka respon juga harus lebih substansial. d) Design dialogs to yield closure (rancang dialog untuk keadaan akhir sukses) Bertujuan untuk membuat seorang user merasa aman dalam melakukan sebuah tindakan dengan memberikan gambaran hasil akhir dari suatu pilihan, serta pemberian banyak option kepada user sehingga dapat ikut mempengaruhi hasil akhir. e) Prevent errors (cegah kesalahan) Suatu program harus dirancang agar kesalahan yang dibuat seorang user dapat ditekan seminimal mungkin, dan pesan kesalahan yang dimunculkan harus dapat dimengerti oleh user awam. f) Permit easy reversal of actions (mengijinkan pembalikan aksi dengan mudah) Tindakan harus dapat dibalikkan menjadi keadaan sebelumnya sehingga membuat user merasa aman karena ia tahu bahwa kesalahan yang dibuat dapat diperbaiki.

34 39 g) Support internal locus of control (dukung pemakai menguasai sistem) Membuat user merasa memegang kendali atas site tersebut. Kesulitan user dalam menavigasi situs atau dalam mendapatkan data yang diinginkan akan menimbulkan rasa tidak puas. h) Reduce short-term memory load (kurangi beban memori jangka pendek) Manusia hanya dapat mengingat tujuh info ditambah atau dikurang dua info pada suatu waktu. Batasan ini berarti suatu program harus dibuat sesederhana mungkin sehingga tidak membuat seorang pengguna bingung karena terlalu banyak informasi. 3)Prevent errors (mencegah kesalahan) Pencegahan kesalahan adalah hal yang sangat penting dalam pembuatan piranti lunak, bagian ini memerlukan bagian tersendiri. Bahkan seorang analis berpengalaman melakukan kesalahan di hampir setengah spreadsheet yang mereka gunakan, bahkan saat spreadsheet tersebut digunakan untuk menggunakan keputusan bisnis penting (Panko, 2008). Salah satu langkah yang umum dilakukan pada tahap ini adalah memberi pesan error yang informatif, dalam artian memberikan umpan balik ke pemakai berupa kesalahan yang terjadi dalam bahasa yang mudah dimengerti beserta cara penanggulangannya, jika memang kesalahan tersebut dapat diperbaiki oleh pengguna. Cara yang lebih efektif adalah dengan membuat program sedemikian rupa sehingga kemungkinan terjadi kesalahan diminimalisir atau ditiadakan.

35 Perancangan Program Simulasi Definisi Rekayasa Piranti Lunak Rekayasa Piranti Lunak (Software Development) adalah suatu disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal yaitu analisis kebutuhan pengguna, menentukan spesifikasi dari kebutuhan pengguna, disain, pengkodean, pengujian sampai pemeliharaan sistem setelah digunakan. (O Brien, 1999). Istilah ini juga mengacu kepada pengkodean dan pemeliharaan source code sebuah program, namun dengan cakupan yang lebih luas, yaitu mengikutsertakan semua hal yang terlibat mulai dari tahapan konsep program yang ingin dibuat, sampai kepada tahap manifestasi program tersebut dengan proses yang terencana dan terstruktur. Istilah Software development dapat meliputi penelitian, pengembangan, pembuatan prototipe, modifikasi, pemakaian ulang, pengkodean ulang, pemeliharaan, atau semua aktivitas lain yang menghasilkan produk piranti lunak. Pembuatan piranti lunak dilakukan untuk bermacam-macam tujuan. Tiga tujuan yang paling umum adalah memenuhi kriteria spesifik yang diperlukan untuk keperluan bisnis/pelanggan, agar piranti lunak tersebut dapat memenuhi kebutuhan pengguna potensial (potential user), dan penggunaan pribadi. Software development process (proses pembuatan software) adalah sebuah struktur yang menekankan pada pembuatan sebuah produk piranti lunak. Ada beberapa model yang dipakai untuk proses tersebut, yang masing-masing menjelaskan pendekatan kepada tugas atau aktivitas yang dilakukan dalam proses tersebut. Salah satu model yang cukup dikenal dalam dunia rekayasa perangkat lunak adalah The Waterfall Model. Ada 5 tahapan utama dalam The Waterfall Model. Disebut waterfall (berarti air terjun) karena memang diagram tahapan prosesnya mirip dengan air

36 41 terjun yang bertingkat. Tahapan-tahapan dalam The Waterfall Model secara ringkas adalah sebagai berikut. Tahap investigasi dilakukan untuk menentukan apakah terjadi suatu masalah atau adakah peluang suatu sistem informasi dikembangkan. Pada tahapan ini studi kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah sistem informasi yang dikembangkan merupakan solusi yang layak Tahap analisis bertujuan untuk mencari kebutuhan pengguna dan organisasi serta menganalisa kondisi yang ada (sebelum diterapkan sistem informasi yang baru). Tahap disain bertujuan menentukan spesifikasi detil dari komponen-komponen sistem informasi (manusia, hardware, software, network, dan data) dan produk-produk informasi yang sesuai dengan hasil tahap analisis. Tahap implementasi merupakan tahapan untuk mendapatkan atau mengembangkan hardware dan software (pengkodean program), melakukan pengujian, pelatihan dan perpindahan ke sistem baru. Tahapan perawatan (maintenance) dilakukan ketika sistem informasi sudah dioperasikan. Pada tahapan ini dilakukan monitoring proses, evaluasi dan perubahan (perbaikan) bila diperlukan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN 8 Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc IIS AFRIANTY, ST., M.Sc Sistem Penilaian Tugas dan Keaktifan : 15% Quiz : 15% UTS : 35% UAS : 35% Toleransi keterlambatan 15 menit Handphone: Silent Costume : aturan UIN Laki-laki Perempuan Menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Kecerdasan Buatan Pertemuan 11 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan, dalam suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain. Artinya

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Bambang Yuwono 1), Heru Cahya Rustamaji 2), Usamah Dani 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi 25 BAB III JARINGAN SARAF TIRUAN (JST) 3.1 Pengertian JST JST merupakan sebuah model atau pola dalam pemrosesan informasi. Model ini terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Artificial Neural Network Artificial neural network (ANN) / jaringan saraf tiruan adalah konsep yang merefleksikan cara kerja dari jaringan saraf biologi kedalam bentuk artificial

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar.

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar. DAFTAR ISI Halaman Judul i Lembar Pengesahan Pembimbing ii Lembar Pengesahan Penguji iii Halaman Persembahan iv Halaman Motto v Kata Pengantar vi Abstraksi viii Daftar Isi ix Daftar Gambar xii Daftar Tabel

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 3 JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 0 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi yang masuk. Tiap sel syaraf dihubungkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Saraf Biologi Manusia Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks, serta memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang

Lebih terperinci

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 8.1 Komponen Jaringan Syaraf JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 10 11 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST) Saat ini, komputer modern dengan teknologi canggih merupakan sebuah kekuatan bagi perkembangan zaman. Meskipun demikian banyak hal yang masih tetap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan program simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor 23 Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor Fachrudin Pakaja, Agus Naba dan Purwanto Abstrak Prediksi penjualan adalah salah satu cara untuk meningkatkan laba perusahaan,

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Kusuma Dewangga, S.Kom. Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Jl. Bulaksumur, Yogyakarta kusumadewangga@gmail.com

Lebih terperinci

MODEL N EURON NEURON DAN

MODEL N EURON NEURON DAN 1 MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN 1 1 Model Neuron Mengadopsi esensi dasar dari system syaraf biologi, syaraf tiruan digambarkan sebagai berikut : Menerima input atau masukan (baikdari data yang dimasukkan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. Guna memenuhi adanya kebutuhan masyarakat pada bidang kesehatan, tempat fitness

BAB 3 PEMBAHASAN. Guna memenuhi adanya kebutuhan masyarakat pada bidang kesehatan, tempat fitness 42 BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 FitPoint Gym Center 3.1.1 Latar belakang Guna memenuhi adanya kebutuhan masyarakat pada bidang kesehatan, tempat fitness center yaitu FitPoint gym pada tahun 2006 berdiri pertama

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban dan Prakiraan Beban Listrik Di dalam sebuah sistem kelistrikan terdapat 2 sisi yang sangat berbeda, yaitu sisi beban dan sisi pembangkitan. Pada sisi beban atau beban

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x DETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK PONTIANAK DENGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION [1] Fitrajaya Nugraha, [2] Beni Irawan, [3] Dwi Marisa Midyanti [1] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang Abstract: Various methods on artificial neural network has been applied to identify

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ginjal Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Prihati, Mustafid, Suhartono (2011) membuat sebuah jurnal yang berjudul Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukung pada penelitian ini. Adapun teori tersebut yaitu teori jaringan saraf tiruan dan algoritma backpropragation. 2.1. Jaringan Saraf

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perangkat keras komputer berkembang dengan pesat setiap tahunnya selalu sudah ditemukan teknologi yang lebih baru. Meskipun demikian masih banyak hal yang belum dapat

Lebih terperinci