BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan, dalam suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain. Artinya jika seseorang membeli selembar saham, maka dia telah menjadi salah satu pemilik perusahaan sekian persen yang tertulis di dalam kertas saham tersebut. Terdapat beberapa jenis saham, yaitu : Saham biasa Saham biasa sesuai dengan namanya, adalah jenis saham yang paling mudah ditemukan dalam pasar modal. Pemegang saham biasa memiliki hak voting dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan. Saham biasa atau common stock antara lain : 1. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan) Adalah saham dengan tingkat imbal investasi paling stabil dan memiliki reputasi yang baik dan dalam sejarahnya mampu membayar deviden secara konsisten. Biasanya perusahaan tersebut merupakan leader dari perusahaan sejenis dan industrinya memiliki stabilitas usaha yang tinggi dan merupakan standar untuk mengukur perusahaan lain. 2. Growth Stock Adalah saham dengan tingkat imbal investasinya yang lebih tinggi dari saham sejenis, Contoh growth company : perusahaan penyedia jasa internet. 6

2 3. Defensive Stock Adalah saham yang penurunan imbal investasinya tidak sebesar penurunan imbal investasi pasar secara keseluruhan. Saham jenis ini memiliki systematic risk (beta) yang rendah. Contoh defensive company adalah perusahaan penyedia kebutuhan pokok (missal distributor makanan pokok seperti beras atau gula). 4. Cyclical Stock Adalah saham yang memiliki tingkat imbal investasi yang berfluktuatif dibandingkan dengan imbal investasi pasar secara keseluruhan. Saham ini memiliki systematic risk (beta) yang tinggi. Contoh cyclical company adalah perusahaan property. 5. Seasonal Stock Adalah saham yang memiliki tingkat imbal investasi yang sangat fluktuatif sesuai dengan periode (musim) tertentu. Contoh seasional company adalah perusahaan kartu ucapan. 6. Speculative Stock Adalah saham yang memiliki tingkat imbal investasi yang rendah atau negative dan memiliki kemungkinan kecil untuk memberikan imbal investasi yang normal atau tinggi. contoh spekulative stock adalah saham pengeboran minyak. 7. Saham preferen Saham preferen memiliki prioritas utama disbanding saham biasa dalam pembagian deviden dan asset. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham jenis ini diutamakan. Pemegang saham preferen tidak memiliki hak voting dalam pengambilan keputusan perusahaan, walaupun ada juga saham preferen yang memiliki hak voting untuk hal-hal tertentu seperti pemilihan direktur. 7

3 Index saham Index saham adalah kumpulan dari saham-saham dan merupakan indikator pasar untuk mengukur dan mencatat rata-rata tingkat perubahan harga saham baik sebagian maupun keseluruhan harga saham biasa yang ditransaksikan di bursa. Fluktuasi harga saham selayaknya ekonomi biasa ditentukan oleh banyaknya permintaan dan penawaran. Penawaran yang tinggi akan menyebabkan penurunan harga saham dan permintaan yang tinggi akan menyebabkan kenaikan harga saham. Penawaran dan permintaan dipicu oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai faktor tersebut dapat dijadikan indikator apakah harga saham naik atau turun. Untuk menganalisa faktor-faktor tersebut digunakan metode analisa fundamental dan analisa tehnikal. Analisa fundamental adalah suatu metode analisis yang menggunakan data ekonomi, seperti data produksi, konsumsi dan pendapatan rumah tangga untuk meramalkan pergerakan harga. Analisa tehnikal adalah analisa yang dilakukan terhadap pola pergerakan harga di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan dating. Analisa ini sering juga disebut chartist karena para analisisnya melakukan studi dengan menggunakan grafik untuk menemukan pola pergerakan harga di masa mendatang. Tiga buah prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis teknikal, yaitu : 1. Market Price Discounts Everything Yaitu segala kejadian-kejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa saham secara keseluruhan atau harga saham suatu perusahaan seperti faktor ekonomi, politik 8

4 fundamental dan termasuk juga kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin pada harga pasar. 2. Price Moves in Trend Yaitu harga suatu saham akan tetap bergerak dalam suatu trend. Harga mulai bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan bergerak kea rah yang berlawanan. 3. History Repeats It Self Karena analisis teknikal juga menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu di grafik. Pola-pola ini mempunyai makna yang dapat diinterprestasikan untuk memprediksikan pergerakan harga. 2.2 ANN Backpropagation Pembelajaran pada ANN secara umum terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran terawasi (supervised learning) dan pembelajaran tak terawasi (unsupervised learning). Pada supervised learning, output yang diharapkan sudah diketahui dan dijadikan acuan bagi proses pembelajaran. Sedangkan pada unsupervised learning tidak ada hasil yang 9

5 dijadikan acuan. Masalah-masalah yang diselesaikan dengan metode pembelajaran ini adalah masalah-masalah yang tidak memiliki suatu nilai output harapan, misalnya untuk proses klasifikasi. ANN Backpropagation merupakan metode pembelajaran yang temasuk ke dalam kategori supervised learning, metode ini diperkenalkan oleh David Rumelhart dan James McClelland pada tahun 1986 [Fausett, 1994, p289]. Pada dasarnya, apabila pada proses pembelajaran dihasilkan output yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan, maka harus ada nilai bobot yang disesuaikan. Penyesuaian ini dilakukan mulai secara mundur dari satu neuron ke neuron-neuron sebelumnya. Sistem ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tahap pelatihan (training) dan tahap pengujian (testing). Dalam tahap pelatihan ini data dibaca dari suatu file berupa urutan masukan (input) dan keluaran (output) atau yang diberi nama Training pairs. Hasil dari proses pelatihan ini adalah menentukan bobot (weight) dari input neuron sebelumnya. Sedangkan pada tahap pengujian diberi sejumlah data masukan untuk diuji berdasarkan hasil dari pelatihan jaringan tersebut, data yang diuji dapat berasal dari data yang telah dilatih atau di luar data pelatihan (out of sample data). Pada saat proses langkah maju (feedforward), neuron-neuron diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid, bisa berupa sigmoid biner maupun bipolar sesuai dengan kebutuhan penggunaan input atau output. Berikut jenis-jenis fungsi aktivasi yang dapat digunakan dalam jaringan syaraf tiruan : 10

6 Fungsi Undak Biner (hard limit) Jaringan dengan lapisan tunggal yang sering menggunakan fungsi undak untuk mengkonversikan input dari suatu variable yang bernilai kontinu ke suatu output biner. Fungsi undak biner dirumuskan sebagai : Gambar 2.1 Fungsi Undak Biner (Hard Limit) Fungsi Undak Biner (threeshold) Fungsi undak biner yang menggunakan nilai ambang sering disebut dengan nama fungsi ambang atau fungsi heaviside. fungsi undak biner dengan threeshold dirumuskan sebagai berikut. 11

7 Gambar 2.2 Fungsi Undak Biner (Threeshold) Fungsi Bipolar (symetric hard limit) Fungsi bipolar sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner hanya saja output yang dihasilkan berupa 1,0,-1. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut. Gambar 2.3 Fungsi Bipolar (Symetric Hard Limit) 12

8 Fungsi Bipolar dengan Threeshold Fungsi bipolar threeshold sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner dengan threeshold hanya saja output yang dihasilkan berupa 1,-1. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut. Gambar 2.4 Fungsi Bipolar (Threeshold) Fungsi Identitas Fungsi liniear yang memiliki nilai output sama dengan nilai inputnya. Fungsi linear dirumuskan sebagai berikut. y = x Gambar 2.5 Fungsi Identitas 13

9 Fungsi Saturating Linear Fungsi ini akan bernilai 0 jika inputnya kurang dari ½, dan akan bernilai 1 jika inputnya lebih dari ½. Sedangkan jika nilai input terletak antara -½ dan ½, maka outputnya akan bernilai sama dengan nilai input + ½. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut. Gambar 2.6 Fungsi Saturating Linear Fungsi Symetric Saturating Linear Fungsi ini akan bernilai -1 jika inputnya kurang dari 1, dan akan bernilai 1 jika inputnya lebih dari 1. Sedangkan jika nilai input terletak antara -1 dan 1, maka outputnya akan bernilai sama dengan nilai inputnya. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut. 14

10 Gambar 2.7 Fungsi Symetric Saturating Linear Fungsi Sigmoid Biner Fungsi ini digunakan untuk jaringan syaraf yang dilatih dengan menggunakan metode Backpropagation. Fungsi ini memiliki nilai pada range 0 sampai 1. oleh karena itu, fungsi ini sering digunakan untuk jaringan syaraf yang membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1. Namun, fungsi ini bisa juga digunakan oleh jaringan syaraf yang nilai outputnya 0 atau 1. fungsi ini dirumuskan sebagai berikut. dengan f`(x) = σf(x)[1-f(x)] Gambar 2.8 Fungsi Sigmoid Biner 15

11 Fungsi Sigmoid Bipolar Fungsi ini hampir sama dengan fungsi sigmoid biner,hanya saja outputnya memiliki range antara 1 sampei -1. fungsi ini dirumuskan sebagai berikut. dengan f`(x) = σ/2 [1+f(x)][1-f(x)] Gambar 2.9 Fungsi Sigmoid Bipolar 2.3 Arsitektur Jaringan Contoh arsitektur jaringan backpropagation dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.10 Arsitektur Jaringan Backpropagation (Kusumadewi, 2003, p236) 16

12 Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa neuron neuron dikelompokan dalam lapisan lapisan. Umumnya, neuron neuron yang terletak pada lapisan yang sama memiliki karakteristik yang sama. Faktor terpenting dalam menentukan karakteristik suatu neuron adalah fungsi aktifasinya dan pola bobotnya. Pada setiap lapisan yang sama, neuron neuron akan memiliki fungsi aktivasi yang sama. Apabila neuron neuron dalam suatu lapisan akan dihubungkan dengan neuron neuron lapisan yang lain, maka setiap neuron pada lapisan tersebut juga harus dihubungkan dengan setiap neuron lainnya pada lapisan yang dituju. Pada gambar 2.10, tidak terdapat node khusus yang dinamakan node bias. Bias adalah node tambahan selain node- node yang telah dirancang pada arsitektur jaringan syaraf tiruan.bias ini berperan untuk menambah keragaman dari nilai bobot jaringan, dimana bila nilai bias ditingkatkan maka akan meningkatkan nilai input jaringan ke dalam unit lapisan berikutnya dan biasanya node bias diberi nilai aktivasi 1. Umumnya setiap lapisan selain output layer diberi satu buah node bias, dalam gambar 2.10 seharusnya diletakkan pada layer X dan layer Z. Ada beberapa arsitektur jaringan syaraf, antara lain : Jaringan dengan Lapisan Tunggal Jaringan dengan lapisan tunggal hanya memiliki satu lapisan dengan bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima input kemudian secara langsung mengolahnya menjadi output tanpa harus melalui lapisan tersembunyi. 17

13 Gambar 2.11 Jaringan Syaraf Tiruan dengan Lapisan Tunggal Jaringan dengan Banyak Lapisan Jaringan dengan banyak lapisan memiliki 1 atau lebih lapisan yang terletak diantara lapisan input dan lapisan output. Seperti terlihat gambar dibawah ada lapisan lapisan yang terletak diantara 2 lapisan yang bersebelahan. Jaringan dengan banyak lapisan ini dapat menyelesaikan permasalahan lebih sulit dari pada jaringan lapisan tunggal, tentu saja dengan pembelajaran yang lebih rumit. Namun demikian, pada banyak kasus, pembelajaran pada jaringan dengan banyak lapisan ini lebih sukses dalam menyelesaikan masalah. 18

14 Gambar 2.12 Jaringan dengan Banyak Lapisan Pada algoritma pelatihan backpropagation terdiri atas dua tahap, yaitu tahap feedforward dan tahap backward dimana pada tahap feedforward merupakan proses perhitungan nilai input ke dalam jaringan, sedangkan pada tahap backward merupakan penyesuaian bobot di dalam jaringan yang berdasarkan hasil perhitungan pada feedforward. Pelatihan ini dilakukan untuk menyesuaikan nilai-nilai bobot interkoneksi jaringan dengan target output / referensi sebagai acuan hasilnya. Proses penyesuaian 19

15 bobot ini mempunyai batasan / kriteria untuk berhenti, dimana batasan tersebut diatur oleh target error yang diinginkan. Pada tahap feedforward jaringan menghasilkan nilai hasil perhitungan yang kemudian dibandingkan dengan target outputnya sehingga menghasilkan selisih error untuk kemudian dilakukan penyesuaian bobot pada tahap backward dengan mengirimkan informasi selisih error tersebut. Algoritma pelatihan ANN backpropagation adalah sebagai berikut: Langkah 0 : Inisialisasi bobot (bangkitkan nilai bilangan acak yang kecil) Langkah 1 : Selama kondisi berhenti false, lakukan langkah 2-9 Langkah 2 : Untuk setiap pasangan data pelatihan, lakukan langkah 3-8 Feedforward (langkah maju): Langkah 3 : Setiap unit input (X i, i = 1,..., n) menerima sinyal input x i dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan diatasnya (hidden layer). Langkah 4 : Setiap unit tersembunyi (Z j, j = 1,..., p) Menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot, z_in j = v 0j + Σ x i v ij i=1 gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya, n z j = f(z_in j ) dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output). Langkah 5 : Setiap unit output (Y k, k = 1,..., m) menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot, 20

16 y_in k = w 0k + Σ z j w jk j=1 Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya, y k = f(y_in k ) p Backward (langkah mundur): Langkah 6 : Tiap-tiap unit output (Y k, k = 1,..., m) menerima pola target yang berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung informasi errornya, δ k = (t k - y k ) f (y_in k ) hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai w jk ), Δw jk = α δ k z j Hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai w 0k ), Δw 0k = αδ k Dan kirimkan nilai δ k ke unit-unit yang ada di lapisan bawahnya. Langkah 7 : Tiap-tiap hidden unit (Z j, j = 1,..., p) menjumlahkan delta inputnya (dari unit yang berbeda pada lapisan atasnya), m δ_in j = Σ δ k w jk k=1 kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi errornya, δ j = δ_in j f (z_in j ) kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya digunakan untuk memperbaiki nilai v ij ), Δv ij = α δ j x i 21

17 Hitung juga koreksi bias (yang nantinya digunakan untuk memperbaiki nilai v0 j ), Δv 0j = αδ j Perbaikan bobot dan bias : Langkah 8 : Setiap unit output (Y k, k = 1,..., m) memperbaiki bobot dan biasnya (j = 0,, p), w jk (baru) = w jk (lama) + Δw jk Setiap unit tersembunyi (Z j, j = 1,..., p) memperbaiki bobot dan biasnya (i= 0,, n), Langkah 9 : Tes kondisi berhenti v ij (baru) = v ij (lama) + Δv ij Untuk lebih jelasnya, proses pelatihan pada algoritma backpropagation digambarkan dalam diagram alir berikut: 22

18 Gambar 2.13 Diagram Alir pada Algoritma Pelatihan Backpropagation 23

19 Epoch adalah satu iterasi/putaran sampai semua vektor data pelatihan telah dilatih. Biasanya diperlukan banyak epoch dalam proses pembelajaran ANN backpropagation. Dasar matematis untuk algoritma backpropagation adalah teknik optimasi yang dikenal sebagai gradient descent (kecuraman penurunan). Kecuraman dari fungsi (dalam hal ini, fungsi adalah error dan variabel adalah bobot dari jaringan) memberikan arah yang mana fungsi tersebut akan meningkat dengan cepat [Fausett, 1994, p296]. Pada algoritma pengujian ANN hanya terdapat satu tahap, yaitu tahap feedforward. Tahap ini sama seperti tahap feedforward pada algoritma pelatihan di mana tahap tersebut memberikan nilai input ke dalam jaringan. Yang membedakan adalah pada algoritma pengujian tidak ada tahap backward sebab jaringan pada algoritma pengujian ini merupakan jaringan yang sudah melalui tahap pelatihan. Bobot interkoneksi jaringan merupakan nilai akhir bobot setelah melakukan tahap pelatihan sehingga jaringan untuk pengujian mempunyai arsitektur yang tetap seperti pada tahap pelatihan dengan nilai bobot akhir hasil pelatihan tersebut. Algoritma pengujian ANN backpropagation adalah sebagai berikut Feedforward (langkah maju): Langkah 1 : Setiap unit input (X i, i = 1,..., n) menerima sinyal input x i dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan di atasnya (hidden layer). Langkah 2 : Setiap unit tersembunyi (Z j, j = 1,..., p) menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot, 24

20 z_in j = v 0 j + Σ x i v ij i=1 n gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya, z j = f(z_in j ) dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output). Langkah 3 : Setiap unit output (Yk, k = 1,..., m) menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot, y_in k = w 0k + Σ z j w jk j=1 p gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya, y k = f(y_in k ) 2.4 Pengaruh Parameter terhadap Unjuk Kerja Backpropagation Algoritma Backpropagation terdiri dari banyak parameter yang sangat mempengaruhi unjuk kerja prosesnya. Kesalahan dalam menentukan nilai dari parameternya akan menyebabkan lambatnya atau gagalnya proses training. Berikut hal yang perlu diperhatikan untuk pemanfaatan algoritma pelatihan Error Backpropagation, antara lain (Saludin Muis, hal. 181): a. Bobot (w atau v) : Nilai bobot yang terlalu kecil akan menghasilkan nilai keluaran jaringan syaraf baik ke neuron tersembunyi maupun ke neuron keluaran mendekati nol, ini menyebabkan waktu panjang untuk proses pelatihan / pembelajaran. 25

21 Sebaliknya nilai bobot yang terlalu besar akan menghasilkan nilai keluaran jaringan syaraf baik ke neuron tersembunyi maupun ke neuron keluaran mendekati daerah kejenuhan fungsi sigmoid sehingga turunan fungsi sigmoid memberikan nilai sangat kecil. Nilai inisialisasi bobot awal pada umumnya antara -0.5 sampai 0.5. di samping itu inisialisasi bobot secara dinamis selama proses pelatihan akan sangat menentukan kecepatan belajar neuron lapisan tersembunyi. b. Lama proses pelatihan Pelatihan jaringan syaraf error Back-propagation ditujukan untuk memperoleh hasil keluaran(untuk tiap pola masukan) sama dengan pola asli yang dijadikan sebagai acuan pelatihan. Dengan demikian selama ada perbaikan nilai kesalahan(kemelesetan antara hasil keluaran jaringan syaraf dengan nilai target) proses pelatihan dilanjutkan, sebaliknya bila nilai kemelesetan membesar maka pelatihan dihentikan. Dalam kasus tertentu yang tidak menuntut tingkat ketelitian tinggi, lama proses pelatihan ditentukan dati awal misalnya k kali proses pelatihan (k = 1, 2 max) c. Banyaknya pola masukan Ada hubungan antara banyakan pola masukan P yang tersedia untuk pelatihan dengan banyaknya bobot W yang hendak dilatih dan ketelitian e yang diharapkan. Misalnya tingkat ketelitian yang diharapkan e = 0,1 (kesalahan 10%) dan banyaknya bobot yang hendak dilatih 80, maka banyaknya data pola masukan yang diperlukan adalah

22 d. Presentasi data Pada umumnya jaringan syaraf tiruan dapat dilatih dengan data masukan berupa kontinu atau diskrit (berupa nilai 1 atau 0). Misalnya parameter suhu, suhu dapat dipresentasikan dalam bentuk nilai kontinu untuk mencakup seluruh jangkauan dengan satu neuron masukan, tapi dapat juga dipresentasikan 1-0 untuk mencakup jangkauan kategori suhu yaitu panas, suhu ruang, sejuk dan dingin dengan empat neuron. Jaringan syaraf tiruan lebih mudah dilatih dengan data diskrit daripada data kontinu, di samping itu perlu menghindari data kontinu dipakai untuk membedakan jangkauan parameter masukan secara kualitatif seperti kategori ya-tidak-mendekati. e. Banyaknya neuron lapisan yang tersembunyi Banyaknya lapisan neuron yang tersembunyi berkaitan dengan jumlah lapisan neuron tersembunyi. Pada umumnya, jaringan syaraf dengan tiga lapisan neuron yaitu lapisan masukan, laspisan tersembunyi, dan lapisan keluaran sudah mampu memberikan tingkat ketelitian yang cukup memadai. Memperbanyak lapisan neuron tersembunyi diharapkan mampu meningkatkan ketelitian, akan tetapi tingkat ketelitian juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti banyaknya pola masukan yang akan dipakai untuk melatih jaringan syaraf dan fungsi aktivasi. Untuk jumlah neuron pada setiap lapisan, bila jumlah neuron masukan dimisalkan n, neuron tersembunyi akan berjumlah 2n+1, sedangkan untuk lapisan keluaran berjumlah m. 27

23 2.5 Tahapan - Tahapan Proses Estimasi Sistem estimasi penting untuk mengambil langkah yang menguntungkan investor dalam melakukan aksinya seperti kapan waktu yang baik untuk menjual ataupun membeli saham, dengan cara melihat patokan harga high dan low ataupun dengan cara lainnya. Walaupun hasil estimasi dengan kenyataan tidak selalu tepat, namun sistem ini tetap sangat penting dan sangat diperlukan sebagai pembantu dalam proses pengambilan keputusan. Banyak perusahaan, distributor, organisasi yang terbaik di dunia menggunakan sistem estimasi yang canggih dalam melakukan rencana proses kerjanya [DeLurgio, 1998, p5]. Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam proses estimasi yang digambarkan dalam diagram alir 28

24 Gambar 2.14 Diagram Alir Metode Ilmiah dalam Proses Estimasi Sumber : De Lurgio, 1998, p27 29

25 Namun secara keseluruhan proses estimasi, untuk mendapatkan estimasi yang aktual dibutuhkan data lalu / histori data yang aktual juga. Sistem mempelajari model pola data yang lalu (backcast) untuk menentukan pola tersebut kedepan (forecast), dan menurut DeLurgio [1998, p17] A good forecast requires a good backcast. 2.6 Estimasi dengan Metode ANN Backpropagation Keunggulan yang utama dari ANN adalah kemampuan untuk belajar dari contoh yang diberikan. Algoritma belajar yang digunakan adalah algoritma backpropagation. Pada algoritma ini digunakan data referensi dari luar (sebagai pengajar) dibandingkan dengan data keluaran ANN, hasilnya berupa sinyal kesalahan/selisih error yang kemudian dilakukan proses perbaikan error untuk mengubah nilai bobot di setiap interkoneksi pada ANN. Keterangan: Gambar 2.15 Urutan Data dalam Proses Pembelajaran Backpropagation x vektor input pelatihan x = (x 1,.., x i ) 30

26 o vektor output pelatihan o = (o1,.., o j ) Y vektor output target (referensi) Y = (Y 1,..., Y r ) δ j porsi koreksi kesalahan untuk pengaturan bobot w ij α μ konstanta laju belajar (learning rate) konstanta momentum w ij bobot koneksi antara neuron i ke neuron j Gambar 2.13 di atas merupakan urutan data dalam proses pembelajaran backpropagation pada ANN. Di bawah ini merupakan contoh langkah dalam membangun sistem estimasi dengan metode backpropagation. Gambar 2.16 ANN Sederhana 2x1x1 (Sumber : DeLurgio, 1998, p678) 31

27 a. Tentukan struktur jaringan ANN berdasarkan teori pendukung tentang apa yang mempengaruhi variabel dependen. Sebagai contoh, struktur jaringan pada gambar Gambar Pada umumnya, hal ini menyangkut pemilihan variabel input, jumlah node input, jumlah hidden layer dan nodenya,fungsi aktivasi, dan jumlah output node. b. Bagi data input dan data output menjadi dua bagian, yang pertama digunakan untuk melatih ANN, dan yang kedua digunakan untuk menguji jaringan dengan contoh percobaan di luar sampel atau estimasi. c. Memberi skala semua variabel input dan output yang diharapkan dalam rentang 0 sampai 1. Karena struktur matematis dari jaringan, maka penting untuk memberi skala variabel antara 0 sampai 1. Hal ini tidak mempengaruhi pola aslinya atau nilainya. d. Inisialisasi bobot dan mulai epoch pembelajaran menggunakan pasangan data pelatihan (pada gambar 2.14 terdapat 3 data) dengan mengulangi langkah (e) sampai (m). Satu epoch merupakan perhitungan dari error atau kesalahan dan perubahan penyesuaian bobot dengan memproses pada semua pasangan data pelatihan. Pada langkah ini nilai inisialisasi juga diberikan pada semua bobot w ij dalam ANN. Nilai ini mempengaruhi kecepatan dan hasil RMS dari proses pelatihan. Kebanyakan percobaan menggunakan inisialisasi bobot dengan semua 0, bilangan acak dengan rentang -1 sampai 1 atau dari -0,5 sampai 0,5. e. Input dari pasangan data pelatihan yang sudah diskalakan diberkan ke node 1 dan 0 pada contoh gambar f. Distribusikan input-input terskala ke setiap node tersembunyi (dalam contoh ini hanya terdapat satu hidden node). Pada umumnya, tiap node tersembunyi 32

28 menerima semua variabel input terskala, yang menyebabkan pengolahan semua input pada beberapa node. Pada layer input, output O j sama dengan nilai input I j. O 0 = I 0 O 1 = I 1 g. Hitung dan jumlahkan input pada node penerima. Pada tiap node tersembunyi (pada contoh node 3), output dari input node (node 0 dan 1 ) akan dikalikan dengan bobot lalu dijumlahkan, maka input ke node 3: I 3 = w 03 O 0 + w 13 O 1 h. Ubah input pada hidden node menjadi output. Pada setiap hidden node, input terbobot diubah dengan fungsi aktivasi dalam rentang 0 sampai 1. i. Hitung dan jumlahkan output pada hidden node sebagai input untuk output node. Output pada hidden node O3, dan pada bias (pada contoh node 2) dikalikan dengan bobot dan dijumlahkan. j. Ubah input pada output node. Pada node output 4, input terbobot I4 diubah menjadi output O4 dalam rentang 0 sampai 1. Ini adalah hasil akhir dari ANN. k. Hitung error output. Nilai output terskala O4 dibandingkan dengan nilai output yang diharapkan D4, dan error dihitung : 33

29 Dimana i adalah nomor data pada pasangan data pelatihan (training set) l. Backpropagation error untuk pengaturan bobot. Berdasarkan error pada langkah (k), bobot pada keseluruhan jaringan disesuaikan untuk mengecilkan / meminimalisasi nilai error RMS (Root Mean Square). Ini merupakan proses backpropagation yang akan lebih diuraikan pada bab 3. m. Lanjutkan epoch. Ulangi langkah (e) sampai (l) untuk semua pengamatan pada data pasangan input (pada gambar 2.14 hanya ada 3). Setiap data pengamatan yang sudah dilalui dinamakan epoch. Saat semua data pengamatan telah di proses (contoh : satu epoch selesai), lanjut ke langkah (n). n. Hitung nilai error RMS tiap epoch. Jika nilai RMS ini sudah cukup rendah, berhenti dan lanjut ke langkah (o). Jika RMS tidak cukup rendah, ulangi langkah (e) ke (n) sampai kondisi berhenti tercapai. dimana : RMS = perkiraan sisa error e i = error yang terjadi setiap pengamatan pada epoch terakhir n t = jumlah data pelatihan / training set o. Tentukan keabsahan data out-of-sample. Setelah melatih ANN menggunakan satu set data input / pelatihan, sekarang ANN diuji dengan menggunakan data pengujian (validate). Pada contoh, gunakan ANN yang telah dilatih dengan langkah (a) sampai (n) untuk mendapatkan output. Jika RMS pada contoh out-of- 34

30 sample konsisten dengan RMS pada pelatihan, maka model tersebut valid. Jika model tidak valid, ulangi percobaan setelah : 1. Mencoba nilai inisial yang lain untuk bobot 2. Desain ulang ANN ( seperti melebihkan/mengurangi layer / node) 3. Mencoba metode ANN yang lain 4. Jangan gunakan ANN sebagai metode untuk peramalan 2.7 Teknik penarikan contoh Pengambilan contoh secara acak sederhana tidak mungkin dilakukan pada percobaan-percobaan tertentu dikarenakan faktor efisien dan memberikan informasi yang lebih banyak mengenai populasi tersebut tanpa biaya tambahan, atau memberikan sejumlah informasi yang sama dengan biaya yang lebih rendah. Salah satu prosedur penarikan contoh yang banyak digunakan adalah pengambilan unsur-unsur secara sistematik dari populasi tersebut, misalnya saja setiap barang yang ke 10 diambil sebagai contoh untuk diperiksa atau setiap orang yang ke 25 dalam buku telepon diwawancarai, dan lain sebagainya. Definisi penarikan contoh sistematik : Penarikan contoh sistematik mengambil setiap unsur ke k dalam populasi untuk dijadikan contoh dengan titik awal ditentukan secara acak di antara k unsur yang pertama.contoh sistematik sangat mudah diperoleh dan banyak digunakan dengan mengganggap seolah-olah merupakan contoh acak. Sesungguhnya, contoh sistematik dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih tepat mengenai parameter populasi, karena nilai-nilai pengamatan contoh menyebar secara merata di seluruh populasi. Tetapi, bahaya yang sesungguhnya dalam penarikan contoh sistematik ini adalah bila selang contoh yang kita pilih sama dengan periodisitas yang 35

31 tersembunyi dalam populasi tersebut. Misalnya dalam pengambilan contoh untuk menentukan rata-rata penjualan bensin per bulan. Kita hendaknya tidak memilih setiap bulan yang ke 12, karena ini berarti contoh tersebut hanya mengandung hasil penjualan untuk bulan-bulan yang sama, yang mungkin saja adalah bulan di musim panas yang seperti biasanya terjadi peningkatan konsumsi bensin. 36

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 Peramalan Harga Indeks Saham Hang Seng dengan Menggunakan Jaringan

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 1 Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Reza Subintara Teknik Informatika, Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Studi Modifikasi standard Backpropagasi Studi Modifikasi standard Backpropagasi 1. Modifikasi fungsi objektif dan turunan 2. Modifikasi optimasi algoritma Step Studi : 1. Studi literatur 2. Studi standard backpropagasi a. Uji coba standar backpropagasi

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN 8 Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada Tugas Akhir ini akan dirancang sebuah Perangkat Lunak untuk forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX (PERSERO) / PG.Pangka dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin BACK PROPAGATION Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output yang dihasilkan

Lebih terperinci

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik:

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik: LAMPIRAN 4 Lampiran Algoritma aringan syaraf tiruan propagasi balik Langkah 0 Inisialisasi bobot Langkah Selama kondisi berhenti bernilai salah, lakukan langkah -9. Langkah Untuk setiap pasangan, lakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu yang akan terjadi dimasa sekarang maupun yang akan datang. dikarena masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan saraf tiruan bisa dibayangkan seperti otak buatan di dalam cerita-cerita fiksi ilmiah. Otak buatan ini dapat berpikir seperti manusia, dan juga

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Kusuma Dewangga, S.Kom. Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Jl. Bulaksumur, Yogyakarta kusumadewangga@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar.

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar. DAFTAR ISI Halaman Judul i Lembar Pengesahan Pembimbing ii Lembar Pengesahan Penguji iii Halaman Persembahan iv Halaman Motto v Kata Pengantar vi Abstraksi viii Daftar Isi ix Daftar Gambar xii Daftar Tabel

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Pasar modal memungkinkan para investor mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tid

1. Pendahuluan Pasar modal memungkinkan para investor mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tid OPTIMASI PORTOFOLIO MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Rima Marina Yusiana Jurusan Teknik Informatika, Universitas Gunadarma, Depok Email: rima.marina@yahoo.com Abstraksi Dalam penulisan ini data yang digunakan

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x DETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK PONTIANAK DENGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION [1] Fitrajaya Nugraha, [2] Beni Irawan, [3] Dwi Marisa Midyanti [1] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH PERBANDINGAN PREDIKSI HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN FUZZY TSUKAMOTO COMPARISON OF SHARE PRICE PREDICTION USING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK AND FUZZY TSUKAMOTO ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada tugas akhir ini akan dirancang sebuah perangkat lunak untuk prediksi kebangkrutan perusahaan berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang pernah terdaftar (listed) di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukung pada penelitian ini. Adapun teori tersebut yaitu teori jaringan saraf tiruan dan algoritma backpropragation. 2.1. Jaringan Saraf

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU Rosmelda Ginting 1*, Tulus 1, Erna Budhiarti Nababan 1 Program S2 Teknik Informatika

Lebih terperinci

Implementasi Metode Backpropagation Untuk Klasifikasi Kenaikan Harga Minyak Kelapa Sawit

Implementasi Metode Backpropagation Untuk Klasifikasi Kenaikan Harga Minyak Kelapa Sawit Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 4, April 2018, hlm. 1547-1552 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi Metode Backpropagation Untuk Klasifikasi Kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Bab ini menguraikan proses implementasiuntuk tahap pelatihanneural networks,

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Bab ini menguraikan proses implementasiuntuk tahap pelatihanneural networks, BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menguraikan proses implementasiuntuk tahap pelatihanneural networks, pengenalan not, pembangkitan not, dan tahap evaluasi. Aplikasi yang digunakan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI Putri Khatami Rizki 1), Muchlisin Arief 2), Priadhana Edi Kresnha 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Hadi Syahputra Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: hadisyahputra@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Siti Amiroch Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, amirast_117@yahoo.com Abstract. In the stock market, stock price prediction is

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban dan Prakiraan Beban Listrik Di dalam sebuah sistem kelistrikan terdapat 2 sisi yang sangat berbeda, yaitu sisi beban dan sisi pembangkitan. Pada sisi beban atau beban

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST) Saat ini, komputer modern dengan teknologi canggih merupakan sebuah kekuatan bagi perkembangan zaman. Meskipun demikian banyak hal yang masih tetap

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto Teknik Informatika, Univesitas Dian Nuswantoro ABSTRACT: Peramalan saham merupakan

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 4, No. 2, November 2007, 53 64 WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES Daryono Budi Utomo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV.

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV. APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV. Bryan Ponsel) Des Indeks Giawa Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cepatnya perubahan fluktuasi harga index saham membuat para pemegang saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung. Saham yang mempunyai

Lebih terperinci