BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST) Saat ini, komputer modern dengan teknologi canggih merupakan sebuah kekuatan bagi perkembangan zaman. Meskipun demikian banyak hal yang masih tetap belum dapat diselesaikan dengan menggunakan komputer, baik karena algoritmanya yang belum diketahui ataupun walaupun algoritma penyelesaiannya sudah diketahui namun run time nya masih sangat lama. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi para ahli untuk mendapatkan metode lain untuk memecahkan masalah ini, sehingga kegiatan manusia bahkan yang paling sederhana dapat dikerjakan secara komputasi. Cara kerja jaringan saraf manusia menjadi inspirasi untuk menyelesaikan masalah tersebut [5]. Minat yang sangat besar pada jaringan saraf tiruan yang terjadi baru-baru ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pola training yang telah dikembangkan menjadi sebuah model jaringan yang lebih pintar yang dapat mengatasi masalah. Kedua, komputer digital dengan kecepatan tinggi membuat simulasi proses jaringan lebih mudah dikerjakan. Ketiga, teknologi zaman sekarang menyediakan hardware yang spesifik untuk jaringan saraf. Bagaimanapun, pada saat yang bersamaan perkembangan pada komputasi tradisional telah membuat pembelajaran jaringan saraf tiruan lebih mudah, keterbatasan yang dihadapi oleh komputer tradisional telah memotivasi beberapa arah dari penelitian mengenai jaringan saraf tiruan [3].

2 2.1.1 Pengertian Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan merupakan implementasi dari teknologi artificial intelligence. Jaringan saraf tiruan adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut [9]. Istilah buatan digunakan karena jaringan saraf ini diimplementasikan dengan menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran. Jaringan saraf tiruan merupakan sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan saraf biologi [14]. Menurut Subiyanto [16], jaringan saraf tiruan adalah membuat model sistem komputasi yang dapat menirukan cara kerja jaringan saraf biologi. Secara umum Haykin [4] mendefinisikan sebuah jaringan saraf tiruan adalah sebuah mesin yang dirancang untuk mempolakan cara bagaimana otak mengerjakan sebuah fungsi tertentu. Jaringan biasanya diimplementasikan dengan menggunakan komponen elektronika atau disimulasikan dalam sebuah perangkat lunak pada komputer digital. Untuk mencapai tampilan yang baik, jaringan saraf tiruan memakai interkoneksi yang sangat besar antara sel-sel komputasi yang disebut neuron atau unit pemroses. Sebagai mesin yang adaptif, sebuah jaringan saraf tiruan adalah sebuah prosessor besar terdistribusi yang paralel yang tersusun dari unit pemroses sederhana yang mempunyai kecenderungan untuk menyimpan pengalaman dan pengetahuan dan membuatnya siap untuk digunakan. Hal itu menyerupai otak dalam dua aspek: 1. Pengetahuan dibutuhkan oleh jaringan dari lingkungannya melalui proses pembelajaran. 2. Kekuatan koneksi interneuron, dikenal sebagai bobot sinapsis, digunakan untuk menyimpan pengetahuan yang dibutuhkan. Menurut Fausett [3] sebuah jaringan saraf tiruan adalah sistem pemroses informasi yang mempunyai karakter tampilan tersendiri yang hampir sama dengan jaringan saraf pada biologi. Jaringan saraf tiruan telah dikembangkan sebagai generalisasai model matematika dari jaringan saraf biologi, berdasarkan asumsi:

3 1. Pemrosesan informasi terjadi pada elemen sederhana yang disebut neuron. 2. Sinyal dilewatkan antarneuron melalui link penghubung. 3. Setiap link penghubung mempunyai sebuah bobot dimana pada jaringan saraf tertentu bobot digandakan oleh sinyal yang dipancarkan. 4. Setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi (biasanya nonlinear) pada jaringan inputnya (penjumlahan bobot sinyal input) untuk menentukan sinyal output. Jaringan saraf tiruan dikarakteristikkan dengan pola koneksi antarneuron yang disebut arsitektur, metode penentuan bobot pada setiap koneksinya (yang disebut training atau learning, algoritma) dan fungsi aktivasinya [10]. Jaringan saraf terdiri dari elemen pemroses sederhana yang dinamakan neuron, unit, sel atau node. Setiap neuron terkoneksi dengan neuron yang lain masing-masing dengan bobot terhubung. Bobot merepresentasikan informasi yang digunakan oleh jaringan untuk menyelesaikan masalah. Jaringan saraf dapat diaplikasikan untuk masalah yang sangat luas, seperti penyimpanan dan pemanggilan kembali data atau pola, mengklasifikasian pola, menampilkan pemetaan secara umum dari pola input menjadi pola output, mengelompokkan pola yang sama, atau menemukan solusi untuk mengoptimisasikan masalah [12]. Setiap neuron mempunyai fungsi aktivasi atau level aktivitas, yang merupakan fungsi dari input yang telah diterima. Neuron mengirimkan aktivasinya sebagai sebuah sinyal ke beberapa neuron yang lain. Sebuah neuron hanya dapat mengirimkan sebuah sinyal dalam satu waktu, walaupun sinyalnya disebarkan pada beberapa neuron yang lain. Ciri utama yang dimiliki oleh jaringan saraf tiruan adalah kemampuannya untuk belajar. Belajar (learning) pada jaringan saraf tiruan dapat diartikan sebagai proses penyesuaian parameter pembobot karena keluaran yang diinginkan tergantung pada harga pembobot interkoneksi yang dimiliki oleh sel. Proses belajar akan dihentikan jika nilai kesalahan atau error sudah dianggap cukup kecil untuk semua

4 pasangan data latihan. Jaringan yang sedang melakukan proses belajar disebut berada dalam tahap latihan (training). Pada tahap awal pelatihan ini perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian suatu objek [21]. Berdasarkan tingkat kemampuannya, jaringan saraf tiruan dapat diterapkan pada beberapa aplikasi yang cocok bila diterapkan pada klasifikasi pola, yakni memilih suatu input data ke dalam suatu kategori tertentu yang diterapkan. Di samping itu jaringan saraf tiruan dapat diterapkan pada prediksi dan self organizing, yakni menggambarkan suatu obyek secara keseluruhan hanya dengan mengetahui bagian dari obyek lain dan memiliki kemampuan untuk mengolah data-data tanpa harus memiliki data sebagai target. Selanjutnya jaringan saraf tiruan juga mampu diterapkan pada masalah optimasi, yakni mencari jawaban atau solusi terbaik dari suatu masalah [1]. Prosedur yang digunakan untuk menampilkan proses pembelajaran disebut algoritma pembelajaran yang fungsinya memodifikasi bobot sinapsis pada jaringan dalam sebuah cara yang teratur untuk mencapai rancangan objek yang diinginkan. Modifikasi bobot sinapsis menyediakan sebuah metode untuk merancang jaringan saraf tiruan. Seperti sebuah pendekatan yang mendekati teori linear adaptif, yang telah didirikan dan sukses diaplikasikan pada bermacam-macam bidang. Bagaimanapun, sangat mungkin bagi jaringan saraf tiruan untuk memodifikasi topologinya sendiri yang dimotivasi dengan fakta bahwa neuron pada otak manusia dapat mati dan koneksi sinapsis baru dapat bertumbuh [4]. Kemampuan JST untuk belajar dan memperbaiki dirinya telah menghasilkan banyak algoritma atau aturan belajar alternatif yang dapat digunakan, dari sekian banyak aturan yang ada, yang paling sering digunakan adalah aturan belajar backpropagation yang termasuk kategori supervised learning yang dapat digunakan memperbaiki kinerja jaringan saraf tiruan [19].

5 2.1.2 Manfaat Jaringan Saraf Tiruan Sangat jelas jika sebuah jaringan saraf tiruan mendapatkan kekuatan komputasinya melalui stuktur distribusi paralel yang sangat besar dan kemampuannya untuk belajar dan menggeneralisasikan data. Generalisasi merujuk pada jaringan saraf tiruan yang menghasilkan output yang sesuai walaupun input belum pernah ditemukan sebelumnya selama pembelajaran (training). Kemampuan memproses informasi yang seperti inilah yang memungkinkan jaringan saraf tiruan mampu mencari solusi atas masalah dalam skala yang besar dan sulit. Dalam prakteknya, jaringan saraf tiruan tidak dapat menyediakan solusi dengan bekerja sendiri. Jaringan saraf tiruan harus diintegrasikan ke dalam sebuah sistem yang konsisten dengan keahlian teknik, khususnya pada masalah yang kompleks [4]. Jaringan saraf tiruan menawarkan kemampuan sebagai berikut: 1. Nonlinearity. Sebuah neuron buatan bisa saja linear atau tidak linear. Jaringan saraf tiruan yang terdiri dari interkoneksi neuron yang nonlinear yang membuat jaringan saraf tersebut nonlinear. Ketidaklinearan adalah sifat yang sangat penting secara khusus jika mekanisme fisik yang berperan untuk membangkitkan sinyal input bersifat nonlinear. 2. Input-output mapping. Sebuah paradigma populer dari pembelajaran disebut learning with a teacher (belajar dengan guru) atau supervised learning (pembelajaran terbimbing) yang melibatkan modifikasi bobot sinapsis jaringan saraf tiruan dengan mengaplikasikan kumpulan sampel training. Setiap contoh terdiri dari sebuah input signal yang sangat unik dan respon yang diinginkan. Jaringan dipresentasikan dengan sebuah contoh yang diambil secara acak, dan bobot sinapsis (parameter bebas) dari jaringan, dimodifikasikan untuk meminimalisasi perbedaan antara hasil yang diinginkan dengan hasil yang sebenarnya yang dihasilkan oleh jaringan dengan sinyal input sesuai dengan kriteria statistika. Pelatihan jaringan diulangi sampai mencapai kondisi dimana tidak ada perubahan yang signifikan pada bobot sinapsis.

6 3. Adaptivity. Neural network memiliki kemampuan untuk menyesuaikan bobot sinaptik mereka terhadap perubahan pada lingkunganya. Secara khusus, jaringan saraf dilatih untuk beroperasi pada lingkungan tertentu terlebih dalam menghadapi perubahan kecil yang terjadi dalam kondisi lingkungan operasi. Arsitektur alami jaringan saraf untuk klasifikasi pola, pemrosesan sinyal dan aplikasi kontrol, ditambah dengan kemampuan adaptif jaringan, membuatnya menjadi alat yang berguna dalam klasifikasi pola adaptif, pengolahan kemampuan adaptif dan kontrol adaptif. Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin adaptif kita membuat sebuah sistem memastikan bahwa sistem akan semakin stabil dan semakin kuat daya gunanya ketika sistem diperlukan untuk beroperasi di lingkungan nonstasioner. Harus ditekankan, bagaimanapun adaptivitas tidak selalu menimbulkan kekuatan, sebaliknya dapat berlawanan. Misalnya. sistem adaptif dengan konstanta waktu yang singkat cenderung untuk merespon gangguan palsu, menyebabkan penurunan drastis pada kinerja sistem. 4. Evidential Response. Dalam konteks klasifikasi pola, jaringan saraf dapat dirancang untuk memberikan informasi tidak hanya tentang pola yang khusus, tetapi juga kepercayaan (confidence) tentang keputusan yang dibuat. Informasi yang terakhir ini dapat digunakan untuk menolak pola ambigu, dengan demikian meningkatkan kinerja klasifikasi jaringan. 5. Contextual Information. Pengetahuan direpresentasikan oleh struktur dan aktivasi dari jaringan saraf. Setiap neuron dalam jaringan berpotensi dipengaruhi oleh aktivitas global semua neuron lain dalam jaringan. Akibatnya, informasi kontekstual ditangani dengan secara alami oleh jaringan saraf. 6. Fault Tolerance. Jaringan saraf yang diimplementasikan pada bentuk hardware, memiliki potensi untuk bersifat fault tolerant (toleran terhadap kesalahan), dalam arti bahwa kinerjanya menurun dalam kondisi operasi buruk. Contohnya, jika neuron atau link penghubung rusak, pemanggilan pola

7 yang tersimpan akan terganggu kualitasnya. Berhubungan dengan sifat distribusi informasi yang tersimpan dalam jaringan, kerusakan harus segera diperbaiki sebelum respon keseluruhan jaringan menurun secara drastis. Pada prinsipnya, sebuah jaringan saraf menunjukkan penurunan dalam kinerjanya. Ada beberapa bukti empiris untuk komputasi yang kuat, tetapi biasanya hal ini tidak terkendali. Untuk memastikan bahwa jaringan saraf toleran terhadap kesalahan, mungkin perlu untuk membuat pengukuran korektif dalam merancang algoritma yang digunakan untuk melatih jaringan. 7. VLSI Implementability. Sifat dasar dari jaringan saraf tiruan yang paralel membuatnya berpotensi untuk mengkomputasikan tugas-tugas tertentu dengan cepat. Fitur yang sama ini membuat jaringan saraf tiruan tepat pada implementasi penggunaan teknologi VLSI (very large scale integrated). Salah satu manfaat dari VLSI adalah menyediakan sebuah cara untuk mendapatkan sebuah tingkah laku yang kompleks dalam sebuah kebiasaan yang hirarki. 8. Uniformity of Analysis and Design. Pada dasarnya, jaringan saraf tiruan dikenal sebagai pemroses informasi. Dikatakan demikian sama dengan notasi yang digunakan pada semua domain yang melibatkan aplikasi jaringan saraf tiruan. Fitur ini memanifestasikan dirinya dengan cara yang berbeda: a. Neuron, antara satu dengan yang lain, merepresentasikan sebuah bahan yang sama terhadap semua jaringan saraf tiruan. b. Keadaan yang sama ini membuat jaringan saraf tiruan mungkin untuk berbagi teori dan algoritma pembelajaran dalam aplikasi yang berbeda. c. Jaringan modular dapat dibangun melalui integrasi tanpa hubungan pada modul-modul. 9. Neurobiological Analogy. Rancangan jaringan saraf tiruan dianalogikan dengan otak manusia, yang merupakan bukti nyata bahwa toleransi terhadap kesalahan pada pemrosesan paralel tidak hanya mungkin tetapi juga cepat dan kuat.

8 2.1.3 Struktur Dasar Jaringan Saraf Tiruan Out 1 Out 2 Out m Internal processing In 1 In 1 In n Gambar 2.1 Jaringan Feedforward Gambar 2.1 diatas mengilustrasikan struktur jaringan saraf tiruan secara umum. Biasanya terdapat satu atau lebih masukan. Gambar di atas juga menunjukkan bahwa neuron input terkoneksi dengan neuron output melalui sebuah proses dalam kotak. Model jaringan yang sebenarnya menentukan sifat dari kotak ini. Susunan ini sangat umum, namun bukanlah satu-satunya. Beberapa model menghilangkan media penghubung dan langsung menghubungkan neuron input dengan neuron output. Dalam kasus ini, seluruh beban dari jaringan diambil alih oleh proses yang dikerjakan oleh neuron output. Model yang lain memperbolehkan neuron output terkoneksi satu sama lain sabagaimana dengan lapisan sebelumnya. Hanya model lain tidak membedakan secara jelas antara neuron input dan neuron output. Jika neuron masukan telah masuk, jaringan mengolah neuron sampai kepada sebuah kesimpulan dimana neuron input telah menjadi neuron output. Sebuah jaringan saraf tiruan biasanya dilatih dalam dua metode. Yang paling umum adalah pelatihan terbimbing (supervised training). Setiap contoh pada pelatihan ini secara lengkap menspesifikasikan semua input sebagaimana output yang diinginkan ketika input direpresentasikan. Kemudian kita memilih subset dari

9 pelatihan dan merepresentasikan contoh pada subset pada jaringan pada waktu yang sama. Untuk setiap contoh, kita membandingkan output yang dihasilkan jaringan dengan output yang kita harapkan untuk dihasilkan. Setelah semua subset pelatihan telah diproses, kita memperbaharui bobot yang mengkoneksikan neuron dalam jaringan. Pembaharuan ini dilakukan dengan harapan mengurangi error pada hasil jaringan. Metode pelatihan lain adalah pelatihan tak terbimbing (unsupervised training). Sebagaimana pelatihan terbimbing, kita juga harus memasukkan contoh input. Tetapi tidak menyediakan output target untuk jaringan. Diasumsikan setiap input berasal dari kelas yang berbeda-beda, dan output jaringan adalah identifikasi dari kelas dimana input berasal. Proses dari pelatihan yaitu, menemukan fitur yang menonjol pada pelatihan dan menggunakannya untuk mengelompokkan input dalam kelas-kelas dan menemukan perbedaannya. Pelatihan tak terbimbing biasanya tidak digunakan sepopuler pelatihan terbimbing. Dan yang ketiga adalah metode pelatihan hibrid. Gabungan antara pelatihan terbimbing dan tak terbimbing. Tak terbimbing dikarenakan output target tidak dispesifikasikan. Disebut terbimbing dikarenakan pada waktu yang bersamaan, jaringan memberikan respon pada pelatihan dimana responnya baik atau buruk. Sangat sulit melatih sebuah jaringan dan langsung menggunakannya. Kompetensinya harus diuji terlebih dahulu. Proses pengujian sebuah pelatihan disebut validasi. Pelatihan digunakan untuk melatih jaringan sedangkan validasi digunakan untuk menguji jaringan yang telah dilatih. Validasi tidak dapat diangggap remeh. Dalam banyak bidang, validasi yang baik lebih penting daripada pelatihan yang baik.

10 2.1.4 Arsitektur Jaringan Menurut Fausett [3], sering kali sangat tepat memvisualisasikan neuron sebagai lapisan. Umumnya, neuron-neuron pada lapisan yang sama berkelakuan sama. Faktor kunci untuk menentukan perilaku dari sebuah neuron adalah dengan fungsi aktivasinya dan pola koneksi dengan neuron yang lain sehingga neuron dapat mengirim dan menerima sinyal. Lebih spesifik lagi, pada banyak jaringan saraf tiruan, neuron pada sebuah lapisan bisa saja terkoneksi sepenuhnya atau tidak terkoneksi sama sekali. Jika setiap neuron pada sebuah lapisan (misalkan lapisan tersembunyi/hidden layer) terkoneksi dengan neuron pada lapisan yang lain (misalkan lapisan output) maka setiap unit tersembunyi terkoneksi dengan setiap unit output. Penyusunan neuron pada lapisan-lapisan dan pola koneksinya dalam dan antarlapisan disebut arsitektur jaringan. Banyak jaringan memiliki lapisan input yang aktivasi dari setiap unitnya sama dengan sinyal input external. Jaringan saraf diklasifikasikan sebagai lapisan tunggal dan lapisan banyak. Dalam menentukan jumlah dari lapisan, unit input tidak terhitung sebagai lapisan karena unit tersebut tidak melakukan proses komputasi. Atau bisa dikatakan bahwa jumlah lapisan pada jaringan ditentukan berdasarkan lapisan yang berisikan bobot antar koneksi dari kumpulan neuron-neuron. Hal inilah yang mendasari bahwa bobot pada jaringan saraf berisikan informasi yang sangat penting. Sebuah lapisan adalah kumpulan dari neuron-neuron yang berbagi input yang sama. Setiap neuron pada sebuah lapisan mempunyai dendrit yang berhubungan dengan axon pada neuron pada lapisan sebelumnya. Lapisan pertama sebagai lapisan input dimana neuron tidak mempunyai dendrit. Neuron tersebut hanya sebagai placeholder atau penopang sehingga lapisan berikutnya dapat menyadap nilai inputnya sama dengan cara kerja lapisan berikutnya. Lapisan terakhir merupakan lapisan output. Lapisan diantara lapisan input dan lapisan output disebut lapisan tersembunyi atau hidden layer. Lapisan pertama hanya memberikan nilai input pada jaringan. Pada lapisan berikutnya, neuron ditugasi untuk mengidentifikasi karakter dari input [8]. Adapun jenis arsitektur jaringan yang sering dipergunakan yaitu:

11 1. Jaringan berlapis tunggal Jaringan berlapis tunggal mempunyai satu lapisan bobot terkoneksi. Pada lapisan ini, unit input dapat dibedakan dengan unit output. Dimana unit input merupakan unit yang menerima sinyal dari dunia luar sedangkan unit output adalah unit dimana respon dari jaringan dapat terlihat. Pada Gambar 2.2 jelas terlihat bahwa unit input sepenuhnya terkoneksi dengan unit output, sedangkan unit input dengan masing-masing unit input tidak terkoneksi demikian juga pada antara unit output dengan unit output yang lain tidak terkoneksi. W1j X Wi1 Y Wn1 W1j Xi Wij Yj Wnj X W1 Wim Y Wnm Gambar 2.2 Topologi jaringan lapis tunggal 2. Jaringan berlapis banyak Jaringan berlapis banyak adalah jaringan dengan satu atau lebih lapisan diantara lapisan input dan lapisan output yang biasa disebut lapisan tersembunyi (hidden layer). Jaringan berlapis banyak dapat memecahkan masalah yang lebih kompleks daripada jaringan berlapis tunggal, namun pada pelatihannya akan lebih sulit. Pada beberapa kasus, pelatihan pada jaringan ini lebih baik karena memungkinkan bagi jaringan untuk memecahkan masalah yang tidak dapat

12 diselesaikan jaringan berlapis tunggal karena jaringan tidak dapat dilatih untuk menampilkan secara benar. X 1 V11 Vi1 Vn1 Z1 W11 Wj1 Wn1 Y 1 V1j W1k Xi Vij Vnj Zj Wjk Wnk Y k V1p Vip Z W1m X Vnp Wjm Wpm Y m Gambar 2.3 Topologi jaringan berlapis banyak 3. Jaringan dengan lapisan kompetitif Bentuk lapisan kompetitif merupakan jaringan saraf tiruan yang sangat besar. Interkoneksi antarneuron pada lapisan ini tidak ditunjukkan pada arsitektur seperti jaringan yang lain. Prinsip dari prosesnya adalah winner-take-all atau yang menanglah yang mengambil bagiannya.

13 1 1 A 1 - A m A i - A j 1 1 Gambar 2.4 Topologi Jaringan dengan Lapisan Kompetitif 2.2 Backpropagation Jaringan saraf tiruan backpropagation pertama kali diperkenalkan oleh Rumelhart, Hinton dan William pada tahun 1986, kemudian Rumelhart dan Mc Clelland mengembangkannya pada tahun 1988[14]. Algoritma backpropagation untuk neural network umumnya diterapkan pada perceptron berlapis banyak (multilayer perceptrons). Perceptron paling tidak mempunyai bagian input, bagian output dan beberapa lapis yang berada di antara input dan output. Lapis di tengah ini, yang juga dikenal dengan lapis tersembunyi (hidden layers), bisa satu, dua, tiga dst. Dalam praktek, banyaknya hidden layer paling banyak adalah tiga lapis. Dengan tiga lapis ini hampir semua permasalahan dalam dunia industri telah bisa diselesaikan. Output lapis terakhir dari hidden layer langsung dipakai sebagai output dari neural network. Training pada metode backpropagation melibatkan 3 tahapan: pola training feedfoward, penghitungan error dan penyesuaian bobot. Setelah training aplikasi jaringan hanya menggunakan komputasi tahapan pertama yaitu feedfoward. Walaupun tahap training sangat lambat, namun jaringan dapat mengasilkan output dengan sangat cepat. Metode backpropagation telah divariasikan dan dikembangkan untuk meningkatkan kecepatan proses training. Walaupun satu lapisan jaringan sangat

14 terbatas dalam pembelajarannya, jaringan dengan lapis banyak dapat memperlajari lebih banyak lagi. Lebih dari satu lapisan tersembunyi mungkin bermanfaat untuk beberapa aplikasi, namun satu lapisan tersembunyi adalah cukup. Metode backpropagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data masa lalu dan dengan metode backpropagation target output yang diinginkan lebih mendekati ketepatan dalam melakukan pengujian karena terjadi penyesuaian nilai bobot dan bias yang semakin baik pada proses pelatihan (Kusumadewi, 2003). Bahkan, jaringan saraf tiruan telah digunakan untuk menganalisa perilaku panas pada kultur jaringan. Pada tahun 1997, prinsip plant speaking digunakan untuk memonitor perkembangan tanaman selada di phytotron dimana jaringan saraf tiruan digunakan sebagai otak untuk mengendalikan pemberian air dan unsur hara untuk pertumbuhannya[15]. Selain itu jaringan saraf tiruan dengan metode backpropagation, juga diterapkan dalam lokalisasi target through-the-wall dengan metode time reversal music dan terbukti sangat efisien secara komputasi [21] Arsitektur Jaringan Backpropagation Gambar 2.5 menunjukkan jaringan saraf tiruan banyak lapis dengan satu lapisan tersembunyi (unit Z), unit output (unit Y) dan unit tersembunyi yang juga mempunyai bias. Bias pada unit output Y k ditandai dengan w 0k, bias pada unit tersembunyi Z j ditandai dengan v 0j. Bias bertindak sebagaimana halnya bobot dimana outputnya selalu 1. Selama proses pembelajaran backpropagation, sinyal dikirim dalam arah yangberlawanan.

15 Y 1 Y k Y m w 01 w 11 w j1 w p1 w 0k w 1k w jk w pk w 0m w 1m w jm w pm 1 Z 1 Z j Z p v 01 v 11 v i1 v n1 v 0j v 1j v ij v nj v 0p v 1p v ip v np 1 X 1 X i X n Gambar 2.5 Topologi Jaringan Backpropagation Simbol-simbol yang digunakan ini tidaklah mutlak, bisa saja berganti dengan simbolsimbol yang lainnya asalkan fungsi logika yang dimaksudkannya tetap sama Algoritma Algoritma pelatihan jaringan backpropagation: 1. Langkah 0 : Inisialisasi bobot. 2. Langkah 1 : Selama kondisi berhenti bernilai salah, kerjakan: a. Untuk masing-masing pasangan pelatihan, lakukan: 1) Masing-masing unit input (X i, i = 1,2,3,,n) menerima sinyal x i dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang ada di atasnya (lapisan tersembunyi). 2) Masing-masing unit tersembunyi (Z j, j = 1,2,3,..p) menjumlahkan sinyal-sinyal input berbobot: Z_in j = v 0j + X i v ij v0 = bias ; v = bobot

16 Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya: Z j = (Z_in j ) Kirimkan sinyal tersebut ke semua unit lapisan atasnya (unit-unit output). 3) Masing-masing unit output (Y k, k=1,2,3,,m) menjumlah sinyalsinyal input berbobot: Y_in k = w 0k + Z j w jk w0 = bias ; v = bobot Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya: Y k = (Y_in k ) Dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan sisanya (unitunit output). b. Untuk masing-masing pasangan pelatihan, lakukan: Backpropagation (perambatan mundur): 1) Masing-masing unit output (Y k,k = 1,2,3,,m) menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung informasi errornya δ k = (t k Y k ) (Y_in k ) t = target output Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperoleh nilai w jk ): Δw jk = αδ k Z j α = learning rate Hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai w 0k ): Δw 0k = αδ k Kirimkan ini ke unit-unit yang ada di lapisan bawahnya. 2) Masing-masing unit tersembunyi (Z j, j=1,2,3,,p) menjumlahkan delta inputnya (dari unit-unit yang berada pada lapisan diatasnya): δ_in j = δ k w jk Kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi error:

17 δ j = δ_in j (Z_in j ) Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai v ij ): Δv ij = αδ k X i Hitung koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai v ij ) Δv 0j = αδ j c. Perbaharui bobot dan biasnya: 1) Masing-masing unit output (Y k, k=1,2,3, m) memperbaiki bias dan bobotnya (j = 1,2,3, p): w jk (baru) = w jk (lama) + Δw jk (bobot) w 0k (baru) = w 0k (lama) + Δw 0k (bias) 2) Masing-masing unit tersembunyi (Z j, j=1,2,3, p) memperbaiki bias dan bobotnya (l = 0,1,2,3, n): v ij (baru) = v ij (lama) + Δv ij (bobot) v 0j (baru) = v 0j (lama) + Δv 0j (bias) d. Tes kondisi berhenti. Setelah algoritma pelatihan di atas dilakukan, dan didapat output yang paling mendekati target, maka bobot dan bias akhir dari pelatihan disimpan dan dilakukan proses pengujian. Algoritma pengujian jaringan backpropagation: 1. Langkah 0 : inisialisasi bobot (dari algoritma pelatihan) 2. Langkah 1 : untuk setiap vektor masukan, lakukan langkah Langkah 2 : for i=1...n: atur aktivasi unit masukan x 4. Langkah 3 : for j=1...p 5. Langkah 4 : for k=1..m: Z_in j = v 0j + Z j = (Z_in j ) X i v ij

18 Y_in k = w 0k + Y k = (Y_in k ) 6. Langkah 5 : jika Y k 0.5 maka Y k = 1, else Y k = 0. Sekali pelatihan subset dengan pembaharuan bobot jaringan disebut epoch. Banyaknya contoh pada subset disebut epoch size/ukuran epoch. Beberapa peneliti menggunakan sebuah epoch bernilai satu yang berarti bobot diperbaharui setelah setiap kasus pelatihan ditampilkan. Ketika ukuran epoch lebih kecil dari seluruh pelatihan, maka subset dipilih secara acak setiap waktunya atau gangguan bisa saja terjadi. Epoch pelatihan diulang sampai hasil dari jaringan memuaskan atau sampai waktunya berakhir. Keterangan: 1. x input pelatihan, x = (x 1...x i...x n ) 2. t output target, t = (t 1...t k...t m ) 3. δ k penyesuaian bobot dari koreksi error untuk w jk yang disebabkan oleh error pada unit output Y k yang dipropagasikan kembali terhadap lapisan tersembunyi. 4. δ j penyesuaian bobot dari koreksi error untuk v ij yang disebabkan oleh propagasi balik dari informasi error dari lapisan output terhadap lapisan tersembunyi Z j. 5. α periode pembelajaran / learning rate. 6. x i input unit i. Untuk unit input, sinyal input dan sinyal output adalah sama, yaitu x i. 7. v oj bias pada unit tersembunyi j. 8. Z j unit tersembunyi j. 9. w 0k bias pada unit output k. 10. Y k unit output k Fungsi Aktivasi

19 Fungsi aktivasi pada jaringan backpropagation harus mempunyai beberapa karakteristik penting, berlanjut (continue), dapat dibedakan, dan tidak meningkat secara monoton. Demi keefisiensian komputasi, diharapkan turunan dari fungsi tersebut mudah untuk dikomputasikan. Fungsi diharapkan memenuhi pendekatan nilai maksimum dan nilai minimum. Fungsi-fungsi aktivasi yang umum di gunakan menurut Fausett[2] adalah: 1. Fungsi Identitas Fungsi identitas disebut juga sebagai fungsi linear. Fungsi linear memiliki nilai output yang sama dengan nilai inputnya. y = x f x x Gambar 2.6 Fungsi Identitas (Linear) untuk semua harga x Fungsi ini biasanya digunakan pada unit input untuk memberi nilai awal harga setiap unitnya. 2. Fungsi Tangga Binary Fungsi tangga binary atau Fungsi Hard Limit

20 Gambar 2.7 Fungsi Tangga Binary Neural network berlapis tunggal sering menggunakan fungsi tangga untuk mengkonversi unit input, di mana nilai variabelnya bersifat kontinu yang menghasilkan nilai output bernilai biner (yaitu 1 atau 0) atau bipolar (1 atau -1). Fungsi tangga binary ini juga dikenal sebagai fungsi threshold atau fungsi heaviside. 1 y 0 jika jika x x 3. Fungsi Symetric Hard Limit Berfungsi mengkonversikan input dari suatu variabel yang bernilai kontinyu ke suatu output berupa nilai 1,0 atau jika x 0 y 1 jika x 0 Gambar 2.8 Fungsi Symetric Hard Limit. 4. Fungsi Sigmoid Binary Fungsi sigmoid (kurva dengan bentuk S) adalah fungsi aktivasi yang berguna. Fungsi sigmoid yang umum adalah fungsi logistik dan fungsi tangent hyperbolic. Kedua fungsi ini bermanfaat khususnya untuk penggunaan neural network karena hubungan yang sederhana antara nilai fungsi pada sebuah point dan nilai dari derivatif pada point itu mengurangi hambatan komputasi selama training.

21 Gambar 2.9 Fungsi Sigmoid Binary. Untuk fungsi logistik yang memiliki range 0 sampai 1, sering di gunakan untuk menghasilkan output yang diinginkan bernilai binary atau berada pada interval 0 dan 1. Fungsi dengan range ini juga dikenal dengan binary sigmoid. f x 1 1 exp x f ' x f x 1 f x 5. Fungsi Sigmoid Bipolar Fungsi sigmoid bipolar adalah fungsi logistik yang memiliki range output dari -1 sampai 1. Gambar 2.10 Fungsi Sigmoid Bipolar. 1 gx 2f x1 1 1 exp x 1exp x 1 exp x g' x 1 gx 1 gx 2

22 Fungsi bipolar sigmoid erat kaitannya dengan fungsi tangent hyperbolic, yang sering juga di gunakan sebagai fungsi aktivasi ketika range output yang di inginkan bernilai -1 sampai dengan Fungsi Saturating Linear Fungsi dirumuskan sebagai berikut: 1 jika x 0.5 y x0.5 jika 0.5 x0.5 0 jika x 0.5 Gambar 2.11 Fungsi saturating linear. 7. Fungsi Symetric Saturating Linear Fungsi dirumuskan sebagai berikut: 1 jika x 1 y x jika 1 x 1 1 jika x 1 Gambar 2.12 Fungsi Symetric Saturating Linear

23 8. Fungsi Invers Sigmoid Bipolar Fungsi merupakan invers Sigmoid Bipolar umum dipakai untuk recurrent network misal model jaringan Hopfield (Haykin,1999). Gambar 2.13 Fungsi Invers Sigmoid Bipolar 9. Fungsi Tangent Hyperbolic h x exp exp x expx x expx x x 1exp 2 1 exp 2 h' x 1 h x 1 h x Bobot dan Bias Pemilihan bobot dan bias akan mempengaruhi apakah jaringan mencapai error minimum global atau error minimum lokal, dan bagaimana mengatasinya dengan cepat. Pembaharuan bobot antara dua unit bergantung pada turunan aktivasi fungsi unit di atasnya dan aktivasi fungsi unit di bawahnya. Dalam hal ini, sangat penting menghindari pemilihan bobot dan bias yang membuat fungsi aktivasi atau turunannya mendekati nol. Nilai inisialisasi bobot tidak dapat terlalu besar atau sinyal input terhadap unit tersembunyi atau unit output akan jatuh di wilayah dimana turunan fungsi sigmoid mempunyai nilai yang sangat kecil. Dengan kata lain, jika inisialisasi

24 bobot terlalu kecil, input jaringan terhadap unit tersembunyi dan unit output akan mendekati nol dan menyebabkan proses pembelajaran yang sangat lambat. Prosedur yang umum untuk menginisialisasi bobot dan bias adalah dengan membuat nilai acak dengan range -0,5 dan 0,5 atau -1 dan 1 atau interval lain yang sesuai. Nilai bobot mungkin saja positif atau negatif karena nilai akhirnya setelah pelatihan dapat berubah tanda. Modifikasi sederhana untuk inisialisasi acak dikembangkan oleh Nguyen dan Widrow. Pada inisialisasasi Nguyen dan Widrow, modifikasi inisialisasi bobot secara acak biasanya menghasilkan pelatihan yang lebih cepat. Pendekatannya berdasarkan analisi geometris respon neuron tersembunyi terhadapt sebuah input, analisis dilanjutkan pada kasus untuk beberapa input dengan menggunakan tranfromasi fourier. Bobot dari unit tersembunyi terhadap unit output (dan bias pada unit output) diinisialisasikan dengan acak antara nilai -0.5 dan 0.5. Inisialisasi bobor dari unit input ke unit tersembunyi dirancang untuk meningkatkan kemampuan unit tersembunyi untuk belajar diselesaikan dengan mendistribusikan bobot dan bias sehingga untuk setiap pola input berada dalam rentang dimana neuron tersembunyi akan belajar dengan cepat. Definisi yang digunakan adalah: n jumlah unit input p jumlah unit tersembunyi β faktor skala β = 0.7 (p) 1/n = 0.7 n Prosedur terdiri dari langkah berikut: Untuk setiap unit tersembunyi (j = 1,...,p):

25 Inisialisasikan vektor bobot dari unit input: v ij (lama) = jumlah acak antara -0.5 dan 0.5 (atau antara γ dan γ) v ij (lama) = inisialisasi ulang bobot: Set bias: v 0j = nilai acak antara β dan β. Analisis Nguyen dan Widrow didasarkan pada fungsi aktivasi Lapisan Tersembunyi dan Neuron Tersembunyi Tidak ada alasan yang teoritis yang menyatakan untuk menggunakan lebih dari dua lapisan tersembunyi. Masalah penggunaan lebih dari dua lapisan tersembunyi dapat kita temukan pada konsisi kehidupan nyata. Masalah yang sering terjadi adalah pelatihan seringkali berjalan sangat lambat ketika menggunakan lebih lapisan tersembunyi, hal ini disebabkan oleh dua efek: 1. Lapisan tambahan dimana error harus dipropagasikan kembali membuat gradient semakin tidak stabil. Keberhasilan dari algoritma optimisasi gradient terarah tergantung pada tingkat dimana gradient tidak berubah sebagaimana bobot pada jaringan saraf tiruan. 2. Periode iterasi yang sangat besar akan membuat proses terhenti pada minimum lokal dan berulang-ulang.

26 Satu lapisan tersembunyi harus menjadi pilihan pertama dalam merancang jaringan saraf tiruan. Jika dengan neuron tersembunyi yang sangat banyak tidak memuaskan dalam memecahkan masalah, kemudian menggunakan lapisan tersembunyi yang kedua dan mengurangi neuron tersembunyi menjadi solusi bagi permasalahan. Menentukan banyaknya neuron tersembunyi merupakan hal yang sangat penting. Menggunakan neuron yang sangat sedikit akan membuat jaringan kekurangan sumber daya pada saat memecahkan masalah. Menggunakan neuron terlalau banyak akan membuat waktu pelatihan menjadi sangat lama dan akan mengakibatkan masalah yang disebut overfitting. Salah satu cara untuk menentukan jumlah neuron tersembunyi adalah dengan aturan piramida geometris. Dimana jumlah neuron mengikuti bentuk piramida dengan menurunnya jumlah input terhadap output. Diilustrasikan pada Gambar Output = m Hidden = Input = n Gambar 2.14 Ilustrasi Paramida Geometris Pendekatan yang terbaik untuk menentukan jumlah optimal neuron yang akan dipergunakan dalam jaringan adalah komsumsi waktu. Mulai dengan jumlah neuron

27 yang sangat kecil. Latih dan uji jaringan sesuai dengan tampilannya. Kemudian tingkatkan jumlahnya, latih dan uji kembali. Ulangi sampai error yang dihasilkan sangat kecil. Jika validasi mudah diperoleh, kita mungkin akan mencoba menaikkan jumlah neuron, dengan perhitungan pada validasi akan mengingatkan akan terjadinya overfitting. Jaringan juga bisa saja mengalami overtraining, dimana terjadi kelebihan pelatihan pada jaringan. Ada beberapa alasan mengapa kita harus membatasi pelatihan pada jaringan: 1. Hal itu memperbaiki gejala bukan penyakitnya. Mengurangi jumlah neuron pada titik dimana jaringan tidak mempunyai kapasitas untuk memperlajari hal aneh yang terjadi, atau meningkatkan ukuran dan jenis pelatihan dan penyakitnya disembuhkan. 2. Jangan melupakan bahwa pelatihan dimulai dengan inisialisasi bobot secara acak. Kita dapat menghentikan pelatihan sebelum waktunya, kita mungkin telah memperoleh apa yang ingin kita ketahui, atau mungkin saja belum. Untuk setiap pelatihan neuron tersembunyi, membangkitkan inisialisasi bobot acak dapat diabaikan. Kemudian membangkitkan lebih banyak lagi bobot acak dan latih. Ketika pengulangan ini telah cukup dikerjakan namun gagal meningkatkan daya guna jaringan lagi, kita dapat dengan yakin bahwa jaringan telah dilatih dengan sangat baik. Kemudian periksa dengan proses validasi. Jika setelah semua pelatihan daya guna pada saat validasi lebih buruk daripada saat pelatihan atau ada terlalu banyak neuron tersembunyi, maka jaringan tidak overtrained.

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan saraf tiruan bisa dibayangkan seperti otak buatan di dalam cerita-cerita fiksi ilmiah. Otak buatan ini dapat berpikir seperti manusia, dan juga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN 8 Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ginjal Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Saraf Biologi Manusia Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks, serta memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Kecerdasan Buatan Pertemuan 11 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukung pada penelitian ini. Adapun teori tersebut yaitu teori jaringan saraf tiruan dan algoritma backpropragation. 2.1. Jaringan Saraf

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

Bab 4 Model Neural Network

Bab 4 Model Neural Network Model Jaringan Neural Buatan (JNB) merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan cara kerja neural pada makhluk hidup (neural biologis) Neural biologis terdiri atas sel neural yang disebut neuron yang

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Studi Modifikasi standard Backpropagasi Studi Modifikasi standard Backpropagasi 1. Modifikasi fungsi objektif dan turunan 2. Modifikasi optimasi algoritma Step Studi : 1. Studi literatur 2. Studi standard backpropagasi a. Uji coba standar backpropagasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan, dalam suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain. Artinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan (JST) pertama kali diperkenankan oleh McCulloch dan Walter Pitts pada tahun 943. Jaringan saraf tiruan merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV.

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV. APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV. Bryan Ponsel) Des Indeks Giawa Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Hadi Syahputra Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: hadisyahputra@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Kusuma Dewangga, S.Kom. Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Jl. Bulaksumur, Yogyakarta kusumadewangga@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin BACK PROPAGATION Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI Andi Harmin Program Studi : Teknik Komputer STMIK Profesional Makassar andiharmin1976@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x DETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK PONTIANAK DENGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION [1] Fitrajaya Nugraha, [2] Beni Irawan, [3] Dwi Marisa Midyanti [1] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Sofjan Assauri (1984) Peramalan adalah kegiatan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Sofjan Assauri (1984) Peramalan adalah kegiatan untuk 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian peramalan Menurut Sofjan Assauri (1984) Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Setiap kebijakan atau pengambilan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor 23 Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor Fachrudin Pakaja, Agus Naba dan Purwanto Abstrak Prediksi penjualan adalah salah satu cara untuk meningkatkan laba perusahaan,

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS)

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) (Artificial Neural Networks) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah JST JST : merupakan cabang dari Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence ) JST : meniru

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka berpikir Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi perubahan yang tidak pasti ini diperlukan suatu prediksi.

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN PSIKOLOGI

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN PSIKOLOGI Media Informatika, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 1-11 ISSN: 0854-4743 JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN PSIKOLOGI Kiki, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 3 JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 0 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi yang masuk. Tiap sel syaraf dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 79 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola mengelompokkan data numerik dan simbolik (termasuk citra) secara otomatis oleh komputer. Tujuan pengelompokan ini adalah untuk mengenali suatu

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan saraf tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) atau neural network adalah suatu metode komputasi yang meniru sistem jaringan Syaraf biologis pada manusia. Metode ini menggunakan

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) adalah bagian dari ilmu komputer yang mempelaari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU Rosmelda Ginting 1*, Tulus 1, Erna Budhiarti Nababan 1 Program S2 Teknik Informatika

Lebih terperinci