BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori"

Transkripsi

1 1. Renang a. Pengertian Renang BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di dalam air dan merupakan cabang olahraga yang dapat dilakukan oleh siapa saja, baik putra maupun putri. Olahraga renang termasuk olahraga yang paling menyehatkan, sebab hampir semua otot tubuh bergerak dan berkembang dengan mengkoordinasikan kekuatan setiap perenang. Renang sangat populer di dunia baik untuk rekreasi maupun untuk pertandingan sebagai salah satu cabang dari olahraga. Renang merupakan kegiatan jasmani untuk manusia. Gaya renang yang dilombakan dalam perlombaan renang adalah gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya crawl. Dalam lomba renang nomor gaya crawl, perenang dapat menggunakan berbagai macam gaya renang, kecuali gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu. Tidak seperti halnya gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu, Federasi Renang Internasional tidak mengatur teknik yang digunakan dalam nomor renang gaya crawl. Yang dimaksud renang gaya crawl adalah gaya berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air. Kedua belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke permukaan air. Pernapasan dilakukan saat lengan digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke kiri atau ke kanan. Dibandingkan gaya berenang lainnya, gaya crawl merupakan gaya berenang yang bisa membuat tubuh melaju lebih cepat di air. Menurut peraturan PRSI/FINA, aturan renang gaya crawl/bebas (PRSI/FINA, Swimming Rules ) Gaya bebas berarti bahwa suatu nomer perlombaan yang disebutkan demikian, perenang boleh melakukan gaya renangan apa saja, kecuali dengan nomer perlombaan gaya ganti perorangan dan gaya ganti estafet, gaya bebas berarti gaya lain yang bukan gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu-kupu. 8 8

2 9 Menurut Dumadi dan Kasiyo Dwijowinoto (1980: 12) menyebutkan ada beberapa macam renang gaya crawl/bebas, yaitu : 1) Renang gaya bebas model / ala Australia / polynesia yaitu renang gaya bebas dengan perbandingan gerak lengan dan tungkai 2:2. Gaya bebas ini sering diberi istilah the free style by two beat. 2) Renang gaya bebas dengan perbadingan gerak lengan dan tungkai 2:4 yang dikenal dengan istilah the free style by four beat. 3) Renang gaya bebas old America, dengan perbandingan gerak lengan dan tungkai 2:6 yang dikenal dengan istilah lainnya the free style by six beat. 4) Renang gaya bebas model gaya Jepang, dengan perbandingan gerak lengan dan tungkai 2:8 yang dikenal dengan istilah lain the free style by eight beat. b. Teknik Renang Gaya Crawl Teknik yang benar adalah hal terpenting ketika berenang, bahkan juga ketika melakukan cabang olahraga lainnya. Dalam renang, teknik yang salah akan membuat anda kehilangan efisiensi, lambat, dan cepat capek. Untuk dapat menguasai renang gaya crawl, dalam pelaksanaannya seorang perenang harus memperhatikan beberapa bagian-bagian terlebih dahulu. Unsur tersebut antara lain : 1) Posisi tubuh 2) Gerakan lengan 3) Gerakan kaki 4) Pernapasan 5) Koordinasi gerak keseluruhan Bagian-bagian dalam renang gaya crawl tersebut perlu diperhatikan, agar mendapatkan gerak yang efektif dan efisien. Bagian-bagian renang gaya crawl diuraikan sebagai berikut : 1) Posisi tubuh Pada gaya crawl adalah mengapung, merentang lurus, (horizontal) dengan posisi telungkup posisi tubuh sejajar dengan air. Posisi kepala agak lebih tinggi dari pada ke dua bahu guna menurunkan posisi pantat dan kedua paha. Dengan demikian, kedua kaki turun dan dapat melakukan gerakkannya di bawah permukaan

3 10 air. Posisi tubuh tersebut harus dilakukan dengan rileks agar energi dapat hemat. Sementara itu, posisi tubuh horizontal sangat berguna untuk memperkecil tahanan air terhadap gerak luncuran. Gambar 1. Posisi Badan Streamline (Dick Hannula, 2003:52) Daya apung dari tiap-tiap perenang akan menjadi faktor yang menentukan dalam posisi tubuh di dalam air. Setiap perenang harus mencari posisi tubuh terbaik yang dimungkinkan. Hal ini terutama ditentukan oleh kemampuan perenang untuk membawa tubuh bagian bawah, pinggul, dan kedua kaki mendekati permukaan air. Posisi ini memberikan tahanan yang lebih sedikit terhadap air saat berenang. Kepala adalah kunci dari kontrol ini, dan memindahkan posisi mata untuk lebih melihat ke bawah akan membantu mengangkat tubuh bagian bawah semakin dekat ke permukaan. Adapun teknik posisi mengapung tidak dapat dilakukan dalam satu sikap saja, tetapi banyak posisi yang bisa dilakukan supaya tubuh dapat terapung di atas permukaan air. Lakukanlah dengan rileks dan melayang tanpa mengeluarkan tenaga. Berikut teknik mengapung dalam renang seperti yang dikutip dari (Zona siswa. di akses tgl 19/03/2015) yaitu : - Berdiri di depan dinding kolam sejauh satu meter, air kolam dengan ketinggian air setinggi perut. - Tarik napas dalam-dalam, kemudian masukkan kepala ke dalam air dengan sedikit merebahkan tubuh ke depan dalam posisi telungkup, mata tetap terbuka, dan buanglah napas perlahan-lahan.

4 11 - Tubuh tetap rileks pertahankan sikap tersebut di dalam air hingga napas tidak kuat lagi. - Lakukanlah latihan ini berulang-ulang Setelah menguasai teknik mengapung, lanjutkan dengan latihan meluncur. Latihan ini bertujuan untuk melatih keseimbangan tubuh di air. Jika tidak mampu menguasai keseimbangan tubuh maka tubuh akan tenggelam dan tidak mampu berdiri di kolam renang, meskipun kolam tersebut dangkal. Cara melakukan latihan meluncur sebagai berikut : - Berdirilah di tepi kolam dengan sikap membelakangi dinding kolam, salah satu kaki menempel pada dinding untuk melakukan tolakan. - Kedua lengan lurus ke atas di samping telinga dengan ibu jari saling berkaitan.ambil napas dalam-dalam, condongkan tubuh ke depan, berusaha ujung jari tangan lebih dahulu yang masuk ke dalam air. - Tolakkan kaki yang menempel pada dinding kolam sampai tubuh terdorong ke depan. - Saat tubuh sedang meluncur, biarkan sampai tubuh berhenti melaju. (zona siswa. di akses 19/03/2015) Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sering terjadi kesalahan-kesalahan yang mendasar yang sering mengganggu pelurusan badan horizontal dalam renang yaitu : a) Bila kepala diangkat ke atas air untuk bernafas, bagian badan lainnya tertekan turun. Bila kepala diturunkan, bagian badan lainnya agak naik. b) Bila tenaga dari bagian pertama tarikan tangan diarahkan terlalu langsung ke arah bawah, maka akibatnya akan ada gerakan naik sesaat bagian pertama dari tarikan lengan. c) Bila siku lurus pada akhir dorongan tangan, akibatnya tenaga dari gerak tangan diarahkan ke atas, mengakibatkan suatu tenaga yang mendorong badan masuk ke dalam air. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat diperbaiki atau diminimalisir oleh perenang dengan beberapa metode, yaitu :

5 12 a) Memutar kepala pada sumbunya (tidak mengangkat dan menurunkannya) dan bernafas ke samping lebih dekat pada dasar lengkung gelombang. b) Menekan tangan lebih ke arah belakang dan bukannya ke bawah. c) Menekuk siku dan berusaha menekan air lebih ke arah belakang dan bukannya ke arah bawah. 2) Gerakan lengan Dalam renang gaya crawl, dan juga dalam gaya-gaya yang lain kayuhan lengan tangan adalah sumber utama propulsi (gaya dorong ke depan). Seperti perahu, tangan sebagai dayungan. Sewaktu tangan mengayuh ke belakang, tubuh akan terdorong bergerak ke depan. Kayuhan tangan sendiri adalah salah satu fase dari gerakan tangan ketika berenang. Agar dapat menghasilkan prestasi renang gaya bebas yang optimal, gerakan lengan harus dilakukan dengan benar. Pada renang gaya crawl kedua lengan secara bergantian meluncurkan tubuh di dalam air, dari mulai posisi lengan merentang lurus ke depan, posisi lengan bengkok di bawah tubuh, posisi lengan lurus ke belakang dekat paha, dan posisi lengan di udara (di atas permukaan air) untuk kembali ke posisi semula. Daya gerak dari dorongan lengan harus selalu dapat mengcover gerakan lengan yang sedang melakukan recovery di udara. Apabila di uraikan lebih jauh, gerakan lengan ini dapat dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu : tahap masuk ( entry), tarik ( pull), dorong ( push), dan pemulihan (recovery). Tahap entry adalah tahap memasukkan tangan di depan kepala ke dalam air. Entry dimulai kurang lebih saat tangan yang satunya lagi melakukan akhir dari dorongan.gerakan menarik tangan dimulai setelah semua tangan masuk ke dalam air, sampai lengan mencapai bidang vertikal di bawah tubuh. Sesudah itu, dilanjutkan dengan gerakan dorongan, sampai lengan lurus ke belakang dan tangan di samping paha. Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan mengangkat sikut dan tangan dari air ke atas melewati kepala untuk melakukan entrydi depan kepala. Posisi yang tinggi selama tahap masuk ( entry) akan membantu menempatkan lengan ke dalam air secara tepat dengan tahanan yang lebih sedikit serta akan memastikan posisi efektif untuk memulai gerakan lengan di bawah air. Mengenai urutan gerak lengan waktu masuk ke dalam air, Dick Hannula (2003: 58) mengemukakan, Masuk ke dalam air harus dilakukan melalui rongga yang sama

6 13 dengan jari-jari masuk terlebih dahulu, kemudian pergelangan tangan, siku, dan bahu. Pada gerakan lengan, tangan harus masuk ke dalam air di titik antara telinga dan ujung bahu pada sisi lengan yang melakukan gerakan. Jarak masuk perenang harus sama dengan panjang lengan di bawah permukaan air. Perenang harus menekan siku ke depan pada saat masuk ke dalam air pada waktu lengan bergerak melakukan cambukan dan menjaga agar sendi dalam siku menghadap ke bawah di dalam air. Posisi ini akan menjaga siku tetap terangkat dan membantu mengoptimalkan jarak per satu dayungan. Menurut Suryatna dan. Adang Suherman (2004: 68) teknik gerak lengan ada 4 tahap, yaitu: Tahap masuk, Tarik (pull), Dorongan (push), Pemulihan (recovery). Bentuk-bentuk latihan gerak lengan : a) Berdiri di darat atau di kolam yang dangkal, kedua kaki dibuka selebar bahu, badan dibungkukkan ke depan dan kedua tangan lurus ke depan. b) Lakukan gerakan menarik, menendang, dan recovery seperti teknik yang telah dijelaskan diatas, dengan kedua tangan secara bergantian. c) Latihan gerakan lengan sambil meluncur, dimulai dari pinggir kolam, gerakan kaki bebas (boleh digerakkan atau tidak). Posisi telapak tangan Posisi telapak tangan ini menentukkan besar kecilnya dorongan yang diberikan oleh lengan pada saat lengan melakukan tarikan. Ada 5 posisi telapak tangan: a) Telapak tangan mendatar, jari-jari dan ibu jari bersatu. b) Telapak tangan mendatar, jari-jari bersatu tetapi ibu jari kesamping. c) Telapak tangan mendatar, jari-jari membuka. d) Telapak tangan melengkung, jari-jari dan ibu jari bersatu. e) Telapak tangan mendatar, pergelangan tangan dan jari-jari agak direntangkan.

7 14 Gambar a Gambar b Gambar c Gambar d Gambar e Gambar 2. Macam-macam posisi telapak tangan (Ermat Suryatna & Adang Suherman, 2004: 8) 3) Gerakan kaki Gerakan tungkai dimulai dari pangkal paha secara bergantian seperti gerakan pecut. Pertahankan kedua tungkai agar selalu lurus ketika melakukan gerakan ke atas. Pada waktu melakukan gerakan ke bawah (menendang), paha lebih dulu bergerak, diikuti oleh lutut yang lurus dan permukaan kaki bagian bawah, seperti sebuah pecut. Gerakan memecut oleh tungkai bagian bawah merupakan

8 15 tahap yang paling banyak menghasilkan power bagi luncuran. Kaki dan ujung jari kaki tidak menunjuk ke bawah, sebab hal ini dapat menyebabkan pergerakan sendi yang kaku. Untuk dapat menendang secara efektif, sendi kaki harus longgar lurus dan rileks. Gambar 3. Gerakan Kaki (Ermat Suryatna & Adang Suherman, 2004:77) 4) Pernapasan Arah pandangan memegang peranan penting dalam mempertahankan posisi kepala yang baik. Selama mengeluarkan nafas pandangan ditunjukan ke depan dengan sudut 45º ke dasar kolam. Dagu tidak akan diarahkan ke depan terlalu jauh, jika hal itu dilakukan pada saat memutar kepala untuk mengambil nafas akan menggerakkan kepala ke luar dari sumbu pusat dan mengganggu keseimbangan. Tindakan memutar kepala untuk bernafas akan dikoordinasikan dengan menggulingkan badan. Hal ini kemungkinan besar mengurangi pengaruh gangguan sehingga putaran kepala dapat pada garis arah samping. Muka akan berputar menuju ke samping jika menggulingkan badan menuju sisi pernapasannya. Sebagian besar waktu yang tepat untuk mulai memutar muka ke luar dari air ketika lengan pada sisi yang berlawanan memasuki air. Sebab ayunan ke bawah dari lengan akan menyebabkan perenang mengguling menuju sisi pernapasannya. Memutar kepala pada waktu menggulingkan badan memungkinkan mulut terbebas dari air untuk bernapas tanpa perlu mengangkat kepala dari air. Menarik napas sebaiknya tanpa menelan air, segera setelah itu salah satu mata dapat melihat permukaan air. Mulut perenang mungkin tidak nampak di atas permukaan, sebab perenang akan bernapas di bawah haluan ombak yang ditimbulkan oleh gerak ke depan atau karena hidung dan bagian depan muka

9 16 membuat alur kecil atau palung air sehingga perenang hampir dapat bernapas di bawah air. Setelah mengambil napas, muka diputar kembali ke arah air. Memutar muka kembali ke arah air dilakukan ketika lengan pada sisi pernapasan mendekati depan untuk masuknya tangan dan badan mulai mengguling ke arah sisi berlawanan. Jangan mengambil napas apabila muka kembali ke air.pengeluaran napas segera dimulai setelah napas diambil. Bagaimanpun hal tersebut, pelan-pelan dan dikontrol sehingga semua udara tidak dihembuskan sebelum siap untuk ambil napas berikutnya. Mengambil napas hanya melalui mulut, sedang pengeluaran napas melalui mulut, atau hidung dan mulut secara serentak. Gambar 4. Cara mengambil nafas (Dick Hannula, 2003:63) 5) Koordinasi gerakan keseluruhan Koordinasi gerakan yaitu melakukan beberapa gerakan dalam satu rangkaian. Gerakan renang gaya crawl merupakan serangkaian gerakan kaki, lengan dan pernafasan yang dilakukan secara simultan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, perenang harus dapat mengintegrasikan berbagai macam gerakan kedalam satu rangkaian gerak yang utuh dan selaras.

10 17 Gambar 5. Koordinasi Gerak Keseluruhan (Ermat Suryatna & Adang Suherman, 2004:95) Untuk mendapatkan renangan yang baik, terdapat beberapa kunci yang harus diperhatikan, yaitu : a) Pertahankan agar tubuh selalu lurus horizontal dan rileks dekat permukaan air. b) Lakukan pengambilan dan pengeluaran udara untuk bernafas melalui mulut dengan pola yang berirama. c) Pertahankan agar sikut selalu tinggi pada saat melakukan recovery. d) Awali gerakan menarik (pull) dan akhiri gerakan mendorong (push ) dengan posisi lengan lurus. Bengkokkan siku ketika tangan bergerak di bawah badan. e) Gunakan pangkal paha sebagai poros dalam melakukan gerakan tungkai. f) Gunakan paha, lutut, dan sendi kaki secara berurutan dalam melakukan gerakan lecutan terhadap air. Pertahankan agar tungkai selalu lurus dalam melakukan lecutan dari pangkal paha. 2. Panjang Tungkai a. Anthropometri Istilah anthropometrik berasal dari kata anthro yang berarti manusia, sedangkan kata metron berarti ukuran. Secara definisi anthropometrik dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia yang

11 18 berkaitan dengan karakteristik tubuh manusia berupa bentuk, ukuran dan kekuatan tubuh. Sementara itu rasio kita ketahui sebagai sebuah perbandingan dari ukuranukuran tubuh. Pengukuran tubuh diantaranya meliputi pengukuran yang membedakan antara panjang tungkai dan tinggi badan. Panjang tungkai bisa dikatakan relatif panjang apabila ditinjau dari segi perbandingannya dengan tinggi badan. Pada postur yang normal, panjang tungkai dibandingkan dengan togok pada orang dewasa adalah berimbang. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua individu memiliki ukuran anthropometrik yang seimbang seperti itu. Ada individu yang memiliki tungkai secara proporsional lebih panjang dibanding togok, dan sebaliknya ada individu yang memiliki togok lebih tinggi dibandingkan dengan tungkainya. Variasi perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut terjadi karena adanya sebab tertentu. Salah satu faktor penyebabnya adalah faktor irama pertumbuhan dan tempo perkembangan kematangan. Ada individu yang cepat matang, pada usianya dewasa akan memiliki kaki yang relatif lebih panjang dibanding togoknya, sedangkan perkembangan kematangan normal memiliki kaki dan togok yang panjangnya seimbang. Hal ini dapat dikaji dari karakteristik pertumbuhan badan yang terjadi pada masa-masa pertumbuhan. Pada studi tentang pertumbuhan badan pada fase perkembangan bisa diketahui bahwa pertumbuhan yang pesat pada kaki dan tangan terjadi pada masa anak-anak terutama pada anak besar yaitu usia antara 6-12 tahun. Sedangkan pertumbuhan yang pesat pada togok terjadi pada usia adolosensi yaitu usia antara sampai 20 tahun. Berdasarkan karakteristik pertumbuhan badan seperti ini bisa dijelaskan bahwa individu yang cepat matang, masa pertumbuhan pesat pada kaki dan tangan lebih awal berhenti sebelum pertumbuhan optimalnya dicapai. Sehingga panjang kaki dan tangan tumbuh kurang normal. Dan pada individu yang yang lambat masa matang, masa pertumbuhan pesat pada kaki dan tangan berlangsung lebih lama dibandingkan yang normal. Sehingga panjang kaki dan tangannya tumbuh melebihi normal. Kondisi pertumbuhan yang bervariasi yang dialami oleh setiap individu mengakibatkan bervariasinya proporsi ukuran-ukuran bagian tubuh yang dimiliki.

12 19 Proporsi ukuran bagian tubuh ada hubungannnya dengan kapasitas kemampuan individu melakukan ketrampilan gerak tertentu. Perbedaan proporsi seperti ini pasti memberikan keuntungan dalam hal gerakan tertentu dan dalam melakukan ketrampilan gerakan yang lain. Ketrampilan gerak tertentu yang memerlukan keterlibatan bagian tubuh tertentu yang mensyaratkan adanya kondisi dan kapasitas kemampuan bagian tubuh yang terlibat itu sesuai dengan karakteristik gerakan yang dilakukan. Bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. b. Definisi Panjang Tungkai Salah satu komponen penting dalam prestasi olahraga adalah postur dan struktur tubuh. Fox, Bowers dan Foss (1993:542) menyebutkan bahwa olahragawan profesional dan guru mempunyai pandangan ketertarikan pada postur dan struktur tubuh sebagai pengertian relatif dari tipe tubuh dalam kesuksesan pada berbagai cabang olahraga. Mochamad Sajoto (1988:3) menyatakan bahwa struktur dan postur tubuh meliputi : a) ukuran tinggi dan panjang tungkai, b) ukuran besar, lebar dan berat tubuh, c) somatotype (bentuk tubuh). Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki. Menurut Soedarminto (1995: 60) tulang-tulang anggota gerak bawah bebas terdiri dari : 1) Femur (tulang paha) 2) Crus/Crural (tungkai bawah) a) Tibia b) Fibula 3) Ossa pedis a) Ossa tarsalia Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari tujuh buah tulang. b) Ossa metatarsalia Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari lima buah tulang. c) Ossa palangea digitorum pedis

13 20 Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri dari dua ruas tulang. Dalam hal ini Johnson dan Nelson (1986:191) menyatakan bahwa ukuran panjang tungkai diukur dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai (telapak kaki). Gambar 6. Panjang tungkai Johnson dan Nelson(1986:191) c. Faktor-Faktor Penyebab Panjang Tungkai Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia tertentu ukuran dan proporsi tubuh mengalami perkembangan. Demikian juga panjang tungkai juga mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan pertumbuhan anak. Sugiyanto (1996:149) menyatakan Secara proporsi anak, kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan togok. Hal ini terjadi pada masa anak kecil. Dengan percepatan pertumbuhan kaki dan pertumbuhan togok tidak sama, maka anak besar umumnya menjadi tampak panjang kakinya. Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi setiap hari. Makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang, baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1996: 37) mengemukakan bahwa Faktor keturunan atau

14 21 genetik merupakan sifat bawaan lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik. Panjang tulang berkembang melalui osifikasi endokondral (tulang rawan digantikan oleh tulang). Pada janin manusia, model tulang rawan sudah mulai terbentuk. Osifikasi endokhondral dari kerangka tulang rawan dimulai sebelum kelahiran. Setelah lahir, poros dari tulang panjang telah kaku, namun ujungujungnya masih terdiri dari tulang rawan. Tulang rawan pada ujung tulang panjang mengeras segera setelah lahir, kecuali tulang rawan yang memisahkan ujung dari sisa tulang. Kartilago ini disebut tulang rawan epifisis dan ujung yang terpisah dari tulang disebut epiphysis. Bagian yang tersisa dari tulang di sisi lain dari tulang rawan epifisis disebut diaphysis. karena tulang panjang tunggal pada anak-anak sebenarnya dapat terdiri dari dua atau tiga tulang yang terpisah, anak-anak memiliki tulang yang lebih daripada orang dewasa. Tulang rawan epifisis bertanggung jawab untuk pertumbuhan panjang dari tulang panjang. Tulang rawan ini tumbuh, tulang rawan terdekat diaphysis mulai mengeras. jika tingkat proses adalah sama, pertumbuhan tulang membujur terjadi. Jika tingkat osifikasi melebihi laju pertumbuhan tulang rawan, tulang rawan epifisis seluruh mengeras, bergabung diaphysis dengan epiphysis dan berhenti pertumbuhan longitudinal. penutupan epifisis seperti ini terjadi secara alami pada usia tertentu tetapi tidak menutup sampai setelah usia 25. d. Anatomi Tungkai Tulang pada tungkai dilapisi dengan berbagai macam otot. Otot-otot yang ada di tungkai menurut Luttgens dan Hamilton (1997: ) antara lain sebagai berikut: 1) Muscle of the knee joint Anterior : Quadriceps femoris group - Rectus femoris - Vastus intermedius - Vastus lateralis

15 22 - Vastus medialis Posterior : a) Hamstring group - Biceps femoris - Semimembranosus - Semitendinosus b) Sartorius c) Gracilis d) Popliteus e) Gastrocnemiuss Gambar 7. Muscle of the knee joint Luttgens dan Hamilton (1997:214) 2) Muscle of the ankle and foot Extrinsic muscle : a) Anterior aspect of leg - Tibialis anterior - Extensor digitorum longus - Extensor hallucis longus - Peroneus tertius b) Lateral aspect of leg - Peroneus longus

16 23 - Peroneus brevis c) Posterior aspect of leg - Gastrocnemius - Soleus - Tibialis posterior - Flexor digitorum longus - Flexor hallucis longus Intrinsic muscle : a) Extensor digitorum brevis b) Flexor digitorum brevis c) Quadratus plantae d) Lumbricales e) Abductor hallucis f) Flexor hallucis brevis g) Adductor hallucis h) Abductor digiti minimi i) Flexor digiti minimi brevis j) Dorsal interossei k) Plantar interosse Gambar 8. Muscle of the ankle and foot Luttgens dan Hamilton (1997:229)

17 24 e. Peran Panjang Tungkai Dalam Renang Fungsi tungkai merupakan bagian penting dalam mencapai pencapaian prestasi dalam olahraga renang. Tungkai memiliki peran penting dalam melakukan dorongan untuk mendapatkan daya dorong besar untuk melaju kedepan. Panjangnya tungkai yang dimiliki atlet akan memberikan keuntungan dalam melakukan olahraga renang. Gerakan kaki pada olahraga renang adalah menggunakan gerak kaki dimana tungkai bergerak naik dan turun secara bergantian. Dengan demikian tungkai mempunyai peran penting dalam memberikan sebuah dorongan. Hukum aksi reaksi merupakan hukum Newton ketiga yang menyatakan setiap aksi akan ada reaksi yang sama yang arahnya berlawanan. Prinsip ini dapat dilihat dalam gerak renang yaitu dayungan ke arah belakang akan menghasilkan dorongan yang sama besar ke arah depan. Dalam tugas yang berkenaan dengan gerak tubuh dipelajari prinsip kerja pengungkit yang dicontohkan dalam gerak pengungkit dan sendi pada manusia. Sistem pengungkit terdiri dari 3 jenis pengungkit, yaitu pengungkit jenis 1 yaitu titik tumpu berada di antara beban dan titik kuasa, pengungkit jenis 2 yaitu beban diantara titik tumpu dan titik kuasa, dan pengungkit jenis 3 yaitu titik kuasa diantara titik tumpu dan beban. Pada sistem pengungkit jenis 3 diaplikasikan dalam gerak kaki renang gaya bebas. Dimana sendi lutut menggerakkan tungkai bawah dan kaki yang terdapat beban akan bergerak dan menghasilkan gaya. Jika titik tumpu dekat dengan titik kuasa maka akan menghasilkan gaya yang lebih besar. Sebaliknya jika titik tumpu dekat dengan beban maka akan menghasilkan gaya yang lebih kecil, sehingga panjang atau pendeknya tungkai mempunyai peran yang yang besar dalam gerak kaki. Semakin panjang tungkai yang dimiliki maka akan menghasilkan dorongan yang lebih besar daripada tungkai yang pendek. Atlet yang memiliki tungkai yang panjang akan memiliki keuntungan dalam melakukan dorongan. Ditinjau dari biomekanika, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Selain itu dengan tungkai yang panjang juga memperoleh keuntungan dalam hal pengungkit (tuas). Dengan tungkai yang panjang, seorang atlet renang memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga menghasilkan tenaga yang lebih besar. Hal ini sependapat

18 25 dengan Soedarminto (1 995: 40) bahwa, Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun. Dengan demikian, tungkai yang panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapatmembantu pencapaian dorongan kedepan lebih maksimal. Daya dorong ke depan dalam melakukan dayungan diperoleh dari besarnya kekuatan tungkai yang melakukan dayungan. Dengan tungkai yang panjang, maka permukaan untuk mendayung lebih besar. Dengan tungkai yang lebih panjang merupakan hal yang menguntungkan pada atlet renang untuk memperoleh jangkauan dalam mendayung. Hal ini dapat menambah daya dorong ke depan. Dengan demikian atlet yang memiliki panjang tungkai akan memperoleh keuntungan terhadap dayungan yang dilakukan. 3. Kekuatan Otot Tungkai a. Pengertian Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisk yang penting dalam mendukung aktivitas olahraga. Selain itu, kekuatan otot merupakan unsur penting dalam mencapai prestasi yang maksimal dalam olahraga. Berkaitan dengan kekuatan, Mochamad Sajoto (1988:58) menyatakan bahwa Kekuatan (strength) adalah Komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya untuk menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Sedangkan menurut Harsono (1988:176) strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kemudian, yang dimaksud dengan kekuatan otot menurut Fox, Bowers dan Foss (199 3:160) menyebutkan bahwa daya atau tegangan pada otot atau lebih tepatnya sekelompok otot yang dapat digunakan untuk menahan beban dalam sekali usaha maksimal. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan pengertian kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas secara maksimal.

19 26 b. Macam-macam Kekuatan Kekuatan merupakan salah satu komponen fisik yang mendasar. Sebagai unsur yang mendasar dalam kemampuan fisik, untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan sebaiknya kekuatan dimiliki lebih dahulu. Dalam menjalankan aktivitas fisik, beban atau tahanan dalam latihan setiap orang berbeda-beda. Tahanan atau beban dalam kegiatan olahraga tersebut menuntut adanya kekuatan otot yang bermacam-macam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi atau diatasi, maka kekuatan yang harus dikerahkan disesuaikan dengan kegiatan olahraga tersebut. Menurut Suharno HP. (1993:40) membedakan kekuatan menjadi tiga jenis yaitu: (1) Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta dapat melawan/menahan beban yang maksimal pula. (2) Explosive power (kekuatan daya ledak) adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi suatu tahanan beban denan kecepaan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. (3) Daya tahan kekuatan otot ( power endurance) adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban dengan intensitas tinggi. Menurut Harre yang dikutip Nossek (1982:46) bahwa, Kekuatan dibagi menjadi kekuatan maksimum, kekuatan kecepatan dan daya tahan kekuatan. Perbedaan jenis kekuatan tersebut didasarkan pada jenis beban yang harus diatasi dan dihadapi. Selain jenis kekuatan diatas, kekuatan dapat dibedakan atas jenis kontraksi otot. Sudjarwo (1993:26) menyatakan bahwa Sesuai dengan cara atau tipe kontraksi otot, maka dapat dibedakan dua macam kekuatan yaitu, kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Dalam kontraksi isotonik ini akan terlihat adanya perubahan sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot". Kekuatan dinamis (isotonis) merupakan kekuatan otot yang dikembangkan oleh otot dalam kelangsungan gerak terhadap suatu tahanan, dengan ditandai adanya perubahan memanjang dan memendeknya otot. Sedangkan kekuatan statis atau isometrik merupakan kekuatan otot yang dapat dikembangkan oleh otot-otot atau sekelompok otot

20 27 terhadap tahanan yang tetap. Jenis kekuatan yang banyak digunakan dalam olahraga adalah kekuatan dinamis. Bompa (1994: ) membagi tipe kekuatan menjadi beberapa jenis kekuatan, antara lain: a. Kekuatan umum Kekuatan umum mengacu pada kekuatan sistem otot secara keseluruhan. karena aspek ini adalah dasar dari program kekuatan keseluruhan, hal ini harus sangat berkembang dengan upaya terpusat selama tahap persiapan, atau selama beberapa tahunpertama atlet pemula pelatihan. Tingkat rendah kekuatan umum dapat menjadi faktor pembatas bagi kemajuan keseluruhan atlet. b. Kekuatan khusus Kekuatan khusus dianggap sebagai kekuatan otot-otot yang khusus untuk gerakan olahraga yang dipilih. Tipe dari kekuatan ini merupakan karakteristik untuk setiap jenis olahraga, karena setiap perbandingan antara tingkat kekuatan atlet yang terlibat dalam olahraga yang berbeda tidak sesuai. Kekuatan khusus harus dikembangkan ke tingkat maksimal yang harus secara progresif dimasukkan menjelang akhir dari fase persiapan untuk semua atlet kelas elite. c. Kekuatan maksimum Kekuatan maksimum mengacu pada kekuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh sistem neuromuskular selama kontraksi secara maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh beban terberat yang seorang atlet dapat mengangkat beban tersebut sekali waktu. d. Daya tahan otot Daya tahan otot biasanya diartikan sebagai kemampuan otot untuk mempertahankan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini merupakan produk dari penekanan pada kedua latihan yaitu kekuatan dan daya tahan. e. Power Power merupakan produk dari dua kemampuan yaitu kekuatan dan kecepatan dan dianggap sebagai kemampuan untuk melakukan kekuatan maksimum dalam periode waktu terpendek.

21 28 f. Kekuatan absolut (AS) Kekuatan absolut mengacu pada kemampuan seorang atlet untuk mengerahkan gaya maksimum terlepas dari berat badan sendiri (BW). Dalam tujuan supaya sukses dalam beberapa olahraga seperti angkat besi, gulat, tolak peluru, kekuatan absolut sangat dibutuhkan untuk meraih level yang tinggi. g. Kekuatan relatif Kekuatan relatif ditunjukkan sebagai perbandingan antara kekuatan absolut atlet dan berat badannya sendiri. = / Kekuatan relatif sangat penting dalam olahraga dimana atlet membutuhkan penampilan tubuh. h. Kekuatan cadangan Kekuatan cadangan dianggap sebagai perbedaan antara kekuatan mutlak atlet dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk melakukan keterampilan di bawah kondisi kompetitif. c. Faktor-faktor Penyebab Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan otot merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan maupun prestasi. Untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga renang, kekuatan otot yang dimiliki atlet harus ditingkatkan. Kekuatan otot dapat meningkat bila melakukan latihan secara sistematis dan teratur dengan program latihan yang tepat. Dalam memberikan latihan kekuatan otot, pelatih harus dapat membuat program latihan yang tepat. Selain latihan yang baik dan benar, kekuatan dapat meningkat tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seorang pelatih harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Menurut Suharno HP (1993: 39-40) bahwa faktorfaktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang antara lain: a. Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot). b. Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.

22 29 c. Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. d. Innervasi otot baik pusat maupun perifer. e. Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP). f. Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berartikekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar. g. Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa besarnya potongan melintang fibril otot dan banyaknya fibril otot merupakan faktor utama yang mempengaruhi kekuatan otot. Semakin besar ukuran fibrilnya dan semakin banyak fibrilnya, maka otot tersebut semakin besar sehingga semakin kuat pula kemampuannya. Faktor umur dan jenis kelamin juga sangat menentukan baik dan tidaknya kekuatan. Semakin banyak latihan yang dilakukan, maka semakin baik pula pembesaran fibril otot. Pembesaran fibril ototlah yang menyebabkan meningkatnya kekuatan otot. Pada anak kecil normal, otot dan tulang akan tumbuh mengimbangi satu dengan yang lain. Selama pada masa pubertas, otot tumbuh dengan cepat khusus pada anak remaja. Peningkatan pada jaringan otot biasanya terjadi setelah peningkatan dan penambahan tinggi badan. Pada anak laki-laki peningkatan ukuran otot relatif pada peningkatan kekuatan. Brooks dan Fahey (1984:672) mengatakan rata-rata peningkatan cepat dimulai dari usia 14 tahun sampai pada masa adolesen. Namun perbedaan individual menjadi perbedaan pada pencapaian tingkat kedewasaan. Perkembangan dan penampilan otot tergantung pada kematangan sistem saraf. Level tinggi dari kekuatan, power, dan kemampuan tidak mungkin terjadi jika anak belum mencapai pada kematangan saraf. Kematangan dari saraf tidak tercapai hingga pada kematangan secara seksual. Sehingga anak yang belum matang atau dewasa tidak dapat menerima respon pada latihan atau mencapai level yang sama dengan orang dewasa.

23 Mochamad Sajoto (1988:108) mengemukakan selain faktor fisiologis, ada 30 beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Faktor tersebut adalah biomekanik, sistem pengungkit, ukuran otot, jenis kelamin dan faktor umur. 1) Faktor biomekanik Dilihat dari faktor biomekanik, sangat mungkin bila dua orang yang mempunyai jumlah tegangan otot yang sama akan berbeda dalam mengangkat beban. Sebagai contoh A dan B dapat mengangkat beban dengan gaya 200 pound. Keduanya memiliki panjang lengan bawah 12 cm. Tetapi A memiliki panjang jarak antara titik insersio dengan sudut siku 1,5 cm. B memiliki titik insersio dengan sudut siku 2 cm. Maka benda yang dapat diangkat dengan flexi sudut pada siku 90 0 berbeda jumlahnya. 2) Faktor pengungkit 200 1,5 = = 33,3 12 Setiap gaya yang ada hubungannya dengan pengungkit dapat dihitung secara mekanik, sehingga letak gaya yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda. Menurut Mochamad Sajoto (1988:109) pengungkit dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu dibagi menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban, dan gaya gerak mengangkat. - Kelompok III : letak gaya angkat berada diantara sumbu dengan gaya beban - Kelompok II : letak beban diantara sumbu dengan gaya angkat - Kelompok I : letak sumbu diantara gaya beban dan gaya angkat.

24 31 Gambar 9. Sistem pengungkit Mochamad Sajoto (1988:110) 3) Faktor ukuran Besar kecilnya suatu otot berpengaruh pada kekuatan tersebut. Semakin besar serabut otot seseorang, maka semakin kuat pula otot tersebut. Dan semakin panjang ukuran ototnya, semakin kuat juga ototnya. Pembesaran otot disebabkan karena bertambah luasnyaserabut otot akibat dari suatu latihan dan bukan akibat dari pecahnya serabut per serabut otot. Pembesaran pada otot disebut dengan hypertrophy otot dan mengecilnya otot disebut dengan atrophy. 4) Faktor jenis kelamin Meskipun wanita yang mengikuti program latihan beban akan berkembang kekuatannya sama dengan perkembangan pada pria. Dan kekuatan otot laki-laki dan perempuan tiap centimeter sama besar. Namun fakta menunjukkan bahwa pada akhir masa puber, anak laki- laki mulai memiliki ukuran otot yang lebih besar dibanding dengan wanita. d. Latihan Kekuatan Salah satu komponen kondisi fisik untuk mendukung komponen lain adalah kekuatan otot. Kekuatan otot merupakan kondisi fisik yang dapat ditingkatkan sampai batas submaksimal sesuai dengan cabang olahraga. Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik berbeda pada kebutuhan kekuatan. Kekuatan dapat meningkat dengan melakukan sebuah latihan. Latihan yang

25 32 disusun harus sesuai dengan karakteristik atau ciri dari kekuatan otot. O Shea dalam M. Mochamad Sajoto berpendapat bahwa program latihan peningkatan kekuatan otot yang paling efektif adalah program latihan dengan memakai beban atau weight training program. Menurut Brooks dan Fahey (1984:397) latihan kekuatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu isometrik, isotonik dan isokinetik. Latihan isometrik melibatkan penerapan gaya tanpa menggunakan gerak, latihan isotonik penggunaan gaya dengan melakukan gerakan, dan isokinetik menggunakan pengerahan gaya dengan kecepatan yang stabil. 1) Latihan isometrik Latihan isometrik tidak meningkatkan kekuatan sepanjang rentang gerak sendi melainkan khusus untuk sudut sendi di mana latihan sedang dilakukan. Dengan kata lain, latihan isometrik tidak memperbaiki pengerahan kemampuan gaya secara cepat. Menurut Mochamad Sajoto (1988:147) bahwa otot yang berkontraksi secara isometrik adalah menegang, tetapi tidak ada perubahan panjang pada serabut otot. Sebagian besar manfaat dari isometrik tampak terjadi selama tahap awal latihan. Kontraksi maksimal sangat penting untuk efek yang optimal dan durasi kontraksi harus cukup panjang untuk menambah serabut otot sebanyaknya dalam kelompok otot. Peningkatan terbesar ketika menggunakan latihan isometrik dilakukan dalam beberapa kali dalam sehari. 2) Latihan isotonik Latihan isotonik merupakan latihan kekuatan yang paling sering digunakan oleh pelatih dan atlet. Metode pembebanan isotonik termasuk konstan, variabel, eksentrik, plyometric dan ketahanan kecepatan. Dalam latihan tahanan tetap, beban tetap konstan, tetapi kesulitannya dalam mengatasi beban bervariasi dengan sudut sendi. Mochamad Sajoto (1988:117) mengatakan bahwa kontraksi isotonik adalah suatu otot dimana serabut otot memendek selagi terjadi tegangan dalamotot tersebut. Seperti mengangkat beban dipundak kemudian melakukan gerakan jongkok berdiri beberapa kali.

26 33 3) Latihan isokinetik Latihan isokinetik mengontrol laju pemendekan otot. Fox, Bowers dan Foss (1993:164) berpendapat selama kontraksi isokinetik, ketegangan dikembangkan oleh otot karena lebih pendek (iso) kecepatan (kinetik) maksimal di semua sudut sendi. Kontraksi semacam ini umum selama pada penampilan olahraga, contohnya adalah stroke lengan selama berenang gaya bebas. Penerapan ketegangan penuh baik dalam pengaturan kinerja olahraga atau selama uji klinis atau laboratorium adalah tergantung pada tingkat motivasi pelaku. Untuk melakukan kontraksi isokinetik, memerlukan peralatan khusus yang diperlukan.pada dasarnya, peralatan harus memiliki pengatur kecepatan sehingga kecepatan gerakan konstan tidak masalah berapa banyak tegangan yang dihasilkan kontraksi otot. Dalam latihan dengan menggunakan beban sebaiknya bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Brooks dan Fahey (1984:11) menyatakan bahwa latihan hendaknya dapat merangsang sistem fisiologi tubuh. Dimana rangsang tersebut disebut dengan stress atau tekanan dan tanggapan sebagai rangsang disebut dengan strain atau tegangan. Dan pada tujuan dalam latihan secara fisiologis dapat memberikan tekanan pada tubuh sehingga terjadi adaptasi pada fungsi tubuh. Fox dalam Mochamad Sajoto menyatakan bahwa program latihan beban berpedoman pada empat prinsip dasar yaitu: a. Prinsip penambahan beban lebih (overload) Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang harus dipahami oleh pelatih dan atlet. Menurut Harsono (19 88:103) Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang-ulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi. Dengan melakukan latihan secara periodik dan sistematis, maka tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima beban latihan yang diberikan. Sehingga beban latihan akan dapat ditingkatkan pada tingkat yang maksimal terhadap latihan yang lebih berat. Selain itu, Fox, Bowers dan Foss (1993:170) menerangkan bahwa secara prinsip fisiologi pada kekuatan dan daya tahan dapat berkembang tergantung dengan apa yang disebut prinsip beban lebih ( overload). Prinsip ini secara

27 34 mendasar menyatakan bahwa kekuatan, daya tahan dan hypertrophy otot akan meningkat hanya jika otot menerima dalam beberapa jangka waktu dengan mendekati beban kekuatan maksimal dan kapasitas daya tahan. b. Prinsip peningkatan beban terus menerus Peningkatan beban secara progresif merupakan peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP (1993:14) peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dilakukan dua atau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi. Pada saat permulaan latihan dengan beban latihan yang berat, atlet akan mengalami kesulitan karena tubuh belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan yang berulang-ulang, maka beban latihan yang dirasa berat semakin lama akan menjadi ringan. Pada saat beban latihan terasa ringan maka beban latihan harus ditambah. Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah memberikan beban latihan yang berat dengan meningkatkan beban secara teratur. Dengan memberikan beban latihan yang terlalu berat mengakibatkan tubuh atlet tidak mampu beradaptasi sehingga prestasi tidak mungkin bisa diraih. c. Prinsip urutan pengaturan latihan Latihan diatur sehingga kelompok otot besar mendapat latihan dahulu sebelum kelompok otot kecil. Pengaturan ini dilakukan supaya otot kecil tidak mengalami kelelahan terlebih dahulu. Pengaturan latihan harus disesuaikan sehingga tidak terjadi dua bagian otot yang sama mendapat dua giliran latihan secara berurutan. d. Prinsip kekhususan program latihan Latihan dengan suatu beban harus bersifat khusus. Latihan dengan beban merupakan peningkatan pada kekuatan sehingga program yang digunakan harus sesuai dengan nomor cabang olahraga yang bersangkutan. Dalam aktivitas berbagai cabang olahraga, meskipun dalam kelompok otot yang sama gerakannya, dalam gerak motorik memerlukan hubungan penerapan kekuatan, dengan kecepatan yang berbeda sifat kekhususannya.

28 35 e. Peran Kekuatan Otot Tungkai Dalam Renang Olahraga renang sangat membutuhkan bantuan adanya kemampuan dari kekuatan otot tungkai. Peranan otot tungkai terhadap gerak kaki mendayung secara maksimal merupakan salah satu faktor dalam pencapaian prestasi. Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:181) kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari sebuah benda. Gerak mendorong atau menarik mengakibatkan suatu benda bergerak, berhenti atau berubah arah tergantung pada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan, titik tumpuan dan arah kekuatan.sebagian besar penampilan pada olahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi otot, kekuatan gaya berat dan kekuatan yang digunakan oleh sesuatu dari luar. Susunan pada otot rangka pada manusia dilengkapi dengan suatu sistem pengungkit yang kompleks, memiliki fungsi yang penting dalam penampilan olahraga. Pengungkit pada tulang digunakan untuk mengatasi suatu tahanan atau untuk menambah kecepatan bagian badan. Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:182) pengungkit adalah sebuah mesin sederhana yang dipergu nakan untuk mendapatkan keuntungan mekanik dalam melakukan suatu kegiatan. Tergantung pada macam pengungkit dan susunan serta panjang lengan pengungkit. Keuntungan pada mekanik pengungkit adalah sebagai penambah kecepatan suatu bagian. Pengungkit dengan lengan usaha yang lebih besar atau panjang memungkinkan untuk penggunaan gaya yang bertambah. Sedangkan memperpanjang lengan tahanan akan menghasilkan kecepatan bagian yang lebih besar. Sistem rangka pada manusia terdiri dari pengungkit jenis ke-3 yang dirancang untuk kecepatan. Selain itu banyak olahraga yang memerlukan penggunaan kekuatan tenaga dengan menggunakan suatu alat untuk memperpanjang lengan tahanan sehingga menghasilkan kecepatan yang tinggi. Apabila lengan tahanan diperpanjang maka akan memerlukan tambahan penggunaan tenaga. Hal ini akan menghasilkan kontrol dan ketepatan yang kurang. Telah diketahui bahwa semakin cepat pertumbuhan tulang maka akan diimbangi dengan pertumbuhan otot. Semakin panjang tulang maka jumlah otot akan bertambah semakin banyak. Pada anak laki-laki penambahan ukuran dan

29 36 jumlah otot merupakan peningkatan dari kekuatan. Peningkatan ini terjadi di mulai dari usia 14 tahun hingga sampai pada masa adolescen. Untuk meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan sebuah latihan. Latihan harus dapat merangsang sistem fisiologi tubuh yaitu otot. Otot yang mendapatkan rangsangan diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisi yang berat. Untuk mencapai kekuatan dalam latihan harus menggunakan pedoman dalam program latihan yaitu prinsip penambahan beban lebih ( overload), prinsip peningkatan beban terus menerus, prinsip urutan pengaturan latihan, dan prinsip kekhususan program latihan Kekuatan otot tungkai diperlukan untuk melakukan gerakan mendayung pada tungkai dengan cepat dan kuat, sehingga mendapat daya dorong yang lebih besar. Daya dorong dalam olahraga renang dapat diperoleh dari hasil dayungan tangan dan kaki. Tetapi peranan kaki dalam menghasilkan daya dorong kedepan lebih besar tidak dapat diabaikan. Kekuatan otot pada tungkai sangat berperan besar dalam menghasilkan daya dorong kedepan lebih besar. Semakin besar kekuatan otot tungkai yang dimiliki oleh seorang atlet renang, maka semakin besar dan makin cepat dorongan atau luncuran yang dicapai. Daya dorong dan luncuran yang kuat dan jauh dalam olahraga renang akan dapat menunjang prestasi yang maksimal. 4. Rentang Lengan a. Definisi Rentang Lengan Rentang lengan adalah jarak horisontal antara ujung jari tengah dengan lengan terentang secara menyamping setinggi bahu.rentang lengan meliputi lebar kedua bahu dan panjang anggota badan bagian atas (tangan). Rentang lengan berkaitan erat dengan olahraga, seperti dalam olahraga aquatik, melempar, yang rentang lengan yang lebar, karena sangat bermanfaat bagi penampilannya. Panjang anggota tubuh bagian atas biasanya hampir sama dengan tinggi badan (±10 cm). Beberapa cabang olahraga tertentu memerlukan anggota tubuh bagian atas yang panjang maupun yang pendek untuk pencapaian sebuah prestasi. M. Furqon H & Mucshin Doewes (1999: 25) menyatakan, rentang lengan adalah jarak horisontal antara ujung jari lengan meliputi lebar kedua bahu dan panjang anggota badan bagian atas (tangan). Seorang atlet renang yang memiliki rentang

30 37 lengan yang panjang harus mampu dimanfaatkan secara maksimal, sehingga akan membantu dalam menghasilkan power dorongan. Sedangkan untuk lengan sendiri lengan merupakan bagian tubuh yang paling dominan dalam olahraga renang, dimana lengan sebagai pengayuh dalam menghasilkan power dorongan. Keberadaan lengan, baik kemampuan maupun proposinya harus dimanfaatkan pada teknik yang benar untuk mendukung pengusaan teknik dasar. Ditinjau dari anatomi, lengan merupakan anggota gerak atas. Sebagai anggota gerak atas lengan terdiri dari selauruh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menurut Hasan Doewes (1993: 22) bahwa rangka daripada anggota gerak atas dibagi menjadi 3 bagian besar: (1) sceleton brachi, (2) sceleton ante brachii, (3) sceleton mani. b. Anatomi Lengan Secara anatomis panjang lengan terdiri dari tulang Os Humerus, Os Radius, Os Ulnae, Os Methapalangea.11 Tulan-tulang tersebut berorigo dan insersio pada bagian atas dan bawah tulang. Selain itu juga terdapat otot-otot pada lengan antara lain : 1) Otot Deltoid 2) Otot Trisep 3) Otot Bisep Brakhii 4) Otot Brakhialis 5) Otot Brachioradialis 6) Otot Pronator Teres 7) Otot Palmaris Longus 8) Otot Extensor Karpi Radialis Longus 9) Otot Extensor Digitorum 10) Otot Extensor Karpi Ulnaris 11) Otot Extensor Retinakulum.

31 38 Gambar 10. Otot lengan (Dapur Fisio. di akses tanggal 12 Februari 2015) Dengan demikian semakin panjang lengan keseluruhan seseorang akan semakin jauh jangkauannya. Bila dikaitkan dalam gerakan renang tentu saja akan mempengaruhi daya jangkau tarikan dan daya dorong sehingga memberi efek pada laju tubuh dipermukaan air. c. Peran Rentang Lengan Dalam Renang Lengan merupakan anggota gerak atas yang banyak digunakan dalam aktivitas olahraga. Melempar, menolak, atau mengayun merupakan gerakan yang dominan dilakukan lengan sebagai penggerak utama. Ukuran panjang lengan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Menurut M. Furqon H (1999:25) rentang lengan berkaitan erat dengan olahraga, seperti dalam olahraga dayung dan melempar, yang rentangan lengan yang lebar, karena sangat bermanfaat bagi penampilannya. Pendapat tersebut menunujukan bahwa, lengan yang panjang memiliki jarak jangkauan yang lebih jauh atau panjang. Bagi seorang altet yang memiliki lengan yang panjang hendaknya mampu memanfaatkan secara maksimal. Hal ini dikarenakan lengan yang panjang mempunyai jarak jangkauan yang lebih panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Stroke Tungkai Stroke tungkai atau gerakan tungkai merupakan gerakan tungkai ke atas dan bawah secara bergantian dan terus menerus. Gerakan tungkai gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter a. Definisi Lari 1) Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB II A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini banyak sekali jenis-jenis olahraga yang ada di dunia ini, salah satunya adalah olahraga renang. Seperti yang telah diketahui, renang termasuk salahsatu cabang

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 s/d 3 MENGINJAK AIR

PERTEMUAN 1 s/d 3 MENGINJAK AIR PERTEMUAN 1 s/d 3 MENGINJAK AIR A. Judul Bahan Ajar : Pengenalan air (Menginjak air) B. Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu melakukan pengenalan air dengan baik dan benar C. Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. anak-anak sejak berumur tingkat Taman Kanak-kanak termasuk didalamnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. anak-anak sejak berumur tingkat Taman Kanak-kanak termasuk didalamnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Olahraga Renang Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan kepada anak-anak sejak berumur tingkat Taman Kanak-kanak termasuk didalamnya Play Group sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah populer di indonesia dan dilakukan oleh semua kalangan masyarakat. Motif melakukan olahraga renang beragam, mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk menempuh jarak 25 meter dengan satuan detik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan jalan, lari, lompat dan lain-lain. Berdasarkan sejarah dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan jalan, lari, lompat dan lain-lain. Berdasarkan sejarah dikemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Renang merupakan olahraga yang eksklusif, sehingga tidak semua orang dapat melakukan gerakan renang seperti kebanyakan orang melakukan gerakan jalan, lari, lompat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. renang, seorang guru harus mencari sistem pengajaran atau metode yang

I PENDAHULUAN. renang, seorang guru harus mencari sistem pengajaran atau metode yang 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah suatu pelajaran yang identik dengan kegiatan jasmani dimana di dalamnya banyak menggunakan fisik atau motorik. Untuk memberikan pelajaran

Lebih terperinci

RENANG GAYA DADA. Oleh: Agus Supriyanto.

RENANG GAYA DADA. Oleh: Agus Supriyanto. RENANG GAYA DADA Oleh: Agus Supriyanto Email: Agus_Supriyanto@uny.ac.id Sejarah renang gaya Dada Gaya dada merupakan gaya renang yang paling kuno dan merupakan salah satu dari gaya-gaya renang yang tertua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis

Lebih terperinci

HARI AZWAR 2007/89552

HARI AZWAR 2007/89552 1 KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PRESTASI RENANG GAYA DADA 100 METER ATLET PERKUMPULAN RENANG TIRTA KALUANG PADANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata 1 Di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN 2.1 Latihan Squat Trust Latihan Squat trust adalah sebuah latihan yang dimulai dengan sikap berdiri tegak, kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainanyang cukup populer di masyarakat, sehingga permainan bola voli ini banyak dimainkan oleh masyarakat, mulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB II A. KAJIAN TEORI

BAB II A. KAJIAN TEORI BAB II A. KAJIAN TEORI 1. Prespektif Perkembangan Perkembangan adalah suatu proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ kearah keadaan yang semakin terorganisir dan terspesialisasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG 1 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Renang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Renang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Renang a. Hakikat Renang Renang merupakan salah satu cabang olahraga aquatik. Renang adalah upaya untuk menggerakkan (mengapungkan

Lebih terperinci

Oleh: Agus Supriyanto

Oleh: Agus Supriyanto Oleh: Agus Supriyanto Email: Agus_Supriyanto@uny.ac.id Gaya kupu- kupu (butterfly) adalah suatu variasi dari gaya katak (gaya dada ortodox) Menurut S.P.J. Borsten, Penulis buku De Zwemsport, pada tahun

Lebih terperinci

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan 2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

Lebih terperinci

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan) SENAM REFLEKSI Senam refleksi dilakukan dengan menggabungkan gerakan tubuh dan teknik pengaturan pernapasan. Tujuannya adalah memperbaiki fungsi-fungsi otot-otot yang berhubungan dengan alat-alat/organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak disukai dan

BAB I PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak disukai dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak disukai dan diminati oleh masyarakat Indonesia maupun negara-negara lain didunia. Hal ini bisa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPN 43 BANDUNG Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : XII / 1 Pertemuan : 1 kali pertemuan (2,4,6,8,10,12) Alokasi

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Renang merupakan cabang olahraga yang dilakukan di air. Olahraga renang memiliki banyak manfaat dan bisa dikatakan menjadi olahraga favorit bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Dimyanti dan Mujiono (2002 :256) Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Panjang Tungkai Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau berlomba, menurut Syarifuddin (1992: 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon

Lebih terperinci

105 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan, penelitian ini memberikan

105 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan, penelitian ini memberikan 105 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan, penelitian ini memberikan simpulan bahwa komponen kondisi fisik dan komponen anthropometrik

Lebih terperinci

Oleh: Agus Supriyanto

Oleh: Agus Supriyanto Oleh: Agus Supriyanto Email: Agus_Supriyanto@uny.ac.id A. Prinsip Tahanan Dorongan: Kekuatan yang cenderung menahannya, ini disebut tahanan atau hambatan yang disebabkan oleh air yang harus didesaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan olahraga yang tidak asing lagi di indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan olahraga yang tidak asing lagi di indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan olahraga yang tidak asing lagi di indonesia, begitupun di dunia. Setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, tua maupun muda, mengetahui

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Renang Gaya Crawl a. Pengertian Renang Gaya Crawl Renang gaya crawl menyerupai cara berenang seekor binatang, oleh sebab itu disebut dengan crawl yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sepaktakraw a. Pengertian Sepaktakraw Permainan sepaktakraw dikenal masyarakat Indonesia dibeberapa daerah yang ada di Indonesia seperti Kalimantan, Sumatra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan dikemukakan harus sesuai dengan variabel penelitian yaitu

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 14 s/d 18 GAYA DADA (BREASTSTROKE ) GERAKAN TUNGKAI GAYA DADA

PERTEMUAN KE 14 s/d 18 GAYA DADA (BREASTSTROKE ) GERAKAN TUNGKAI GAYA DADA PERTEMUAN KE 14 s/d 18 GAYA DADA (BREASTSTROKE ) GERAKAN TUNGKAI GAYA DADA A. Judul Bahan Ajar : Renang gaya dada/ breaststroke (gerakan tungkai/ kick action) B. Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari anthro yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari anthro yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Antropometri a. Pengertian Antropometri Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani dan direncanakan secara sistimatis dan bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Pada dasarnya belajar mengandung arti luas. Namun, secara prinsip belajar itu adalah perubahan dalam diri seseorang. Artinya, bahwa perbuatan belajar mengandung semacam

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP JAUHNYA GRAB START RENANG PADA ATLET PUTRA TIRTA TARUNA YOGYAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP JAUHNYA GRAB START RENANG PADA ATLET PUTRA TIRTA TARUNA YOGYAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP JAUHNYA GRAB START RENANG PADA ATLET PUTRA TIRTA TARUNA YOGYAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik dalam dunia olahraga prestasi adalah suatu hal yang sangat penting, karena untuk mendapatkan prestasi yang baik maka harus memiliki kondisi fisik

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2: Aktivitas Olahraga Akuatik. 1: Pengertian dan Tujuan Aktivitas Olahraga Akuatik (Renang)

Kegiatan Belajar 2: Aktivitas Olahraga Akuatik. 1: Pengertian dan Tujuan Aktivitas Olahraga Akuatik (Renang) Kegiatan Belajar 2: Aktivitas Olahraga Akuatik Pokok Materi Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1: Pengertian dan Tujuan Aktivitas Olahraga Akuatik (Renang) Memahami dan mengerti peserta didik (orang) dalam

Lebih terperinci

TEKNIK ROWING. Kegiatan Belajar 2:

TEKNIK ROWING. Kegiatan Belajar 2: Kegiatan Belajar 2: TEKNIK ROWING 1. Pendahuluan Kualitas teknik atlet yang dikombinasikan dengan kemampuan fisik dapat meningkatkan kualitas penampilan meskipun peran teknik sangat umum bagi setiap cabang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Menendang Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain yang menggunakan kaki atau bagian kaki. Menendang bola merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 11 orang termasuk penjaga gawang. Dalam bermain sepakbola hanya diizinkan melakukan gerakan kaki, kepala,

Lebih terperinci

Disusun oleh : A WISNU FAJAR SETYANTO NIM: X SKRIPSI

Disusun oleh : A WISNU FAJAR SETYANTO NIM: X SKRIPSI PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI LATIHAN LOMPAT DENGAN RINTANGAN PANJANG DAN TINGGI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH TANPA AWALAN PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI MIPITAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2009

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masehi para biara-biara di cina kuno sudah mengenal bentuk-bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. masehi para biara-biara di cina kuno sudah mengenal bentuk-bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Senam lantai Senam lantai berawal dari negara tirai bambu. Sejak tahun 2700 sebelum masehi para biara-biara di cina kuno sudah mengenal bentuk-bentuk sederhana dari gerakan senam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan efek samping yang bersifat kontra produktif terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan efek samping yang bersifat kontra produktif terhadap upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini diakui bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan hal terpenting untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa. Olahraga merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Bola Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua orang bisa memainkan olahraga yang mengandalkan

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN SENDI PANGGUL, DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA KUPU-KUPU 50 METER PERENANG KELOMPOK UMUR (KU) I PUTRA PESERTA KEJUARAAN RENANG ANTAR PERKUMPULAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POWERTUNGKAI DAN KEKUATAN LENGAN TERHADAP HASIL TEKNIK ANGKATAN SATU KAKI PADA CABANG OLAHRAGA GULAT

KONTRIBUSI POWERTUNGKAI DAN KEKUATAN LENGAN TERHADAP HASIL TEKNIK ANGKATAN SATU KAKI PADA CABANG OLAHRAGA GULAT 1 A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia gulat merupakan cabang olahraga yang sangat kurang digemari dikarenakan olahraga gulat terlihat sangat keras. Gulat merupakan salah satu cabang olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan alam seperti banjir (Kasiyo, 1980: 11). Lebih lanjut dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan alam seperti banjir (Kasiyo, 1980: 11). Lebih lanjut dijelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renang merupakan suatu kegiatan yang telah dilakukan sejak jaman dahulu, pada waktu itu renang adalah sebagai alat untuk beladiri dalam menghadapi tantangan alam seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA 55 LAMPIRAN TEKNIK PELAKSANAAN LATIHAN HATHA YOGA PERSIAPAN LATIHAN Partisipan menggunakan pakaian yang bersih dan longgar. Partisipan tidak memakai alas kaki selama latihan. Karena latihan yoga harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan 1 2.1 Hakikat Permainan Bola voli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan dasar bola voli merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah agar

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN LENGAN, POWER TUNGKAI TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA 25 METER. Jurnal. Oleh KHARINA OKTAVIANA

HUBUNGAN KEKUATAN LENGAN, POWER TUNGKAI TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA 25 METER. Jurnal. Oleh KHARINA OKTAVIANA 1 HUBUNGAN KEKUATAN LENGAN, POWER TUNGKAI TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA 25 METER Jurnal Oleh KHARINA OKTAVIANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Bola basket adalah cabang olahraga yang diminati cukup banyak peminatnya. Cabang olahraga ini dapat dijadikan untuk tujuan pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan dalam rangka Penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI Diajukan dalam rangka Penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN SENDI BAHU, DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA KUPU-KUPU 50 METER PADA ATLET PUTRI KLUBSPECTRUM SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan dalam

Lebih terperinci

RUNNING SKILLS. Skill highlights

RUNNING SKILLS. Skill highlights RUNNING SKILLS Skill highlights 1. Waktu yg ditempuh atlet pada jarak tertentu ditentukan oleh panjang langkah (stride length) dan frekuensi langkah (stride frequency) Panjang tungkai atlet dan dorongan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAYA LEDAKTUNGKAI POWER LENGAN DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP KECEPATAN RENANG. Jurnal. Oleh OKI RINOKI

KONTRIBUSI DAYA LEDAKTUNGKAI POWER LENGAN DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP KECEPATAN RENANG. Jurnal. Oleh OKI RINOKI 1 KONTRIBUSI DAYA LEDAKTUNGKAI POWER LENGAN DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP KECEPATAN RENANG Jurnal Oleh OKI RINOKI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar seperlima dari

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KECEPATAN KEKUATAN TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK JURNAL. Oleh ANGGUN WAHYUNI SARI DEWI

KONTRIBUSI KECEPATAN KEKUATAN TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK JURNAL. Oleh ANGGUN WAHYUNI SARI DEWI KONTRIBUSI KECEPATAN KEKUATAN TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK JURNAL Oleh ANGGUN WAHYUNI SARI DEWI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP N 1 Klaten Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VIII / 1 (Ganjil ) Materi Pokok : Renang Gaya Dada Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurcahyo, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurcahyo, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renang merupakan salah satu olahraga (aquatik) atau dilakukan di air, baik itu sebagai sarana rekreasi maupun sarana kegiatan untuk perlombaan. Seiring dengan perkembangannya,

Lebih terperinci

Oleh: Agus Supriyanto.

Oleh: Agus Supriyanto. Oleh: Agus Supriyanto Email:Agus_Supriyanto@uny.ac.id Gaya ini diambil dari gaya cara berenang seekor binatang. Oleh sebab itu gaya ini juga disebut gaya Crawl, yang berarti merangkak, nama lain gaya ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci