HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: RENGGA FRREDYANTORO X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 2 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh: RENGGA FRREDYANTORO X Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

3 3 PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Nopember 2010 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Agus Mukholid, M.Pd. H. Rony Saifullah, S.Pd., M.Pd. NIP NIP

4 4 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Jum at Tanggal : 19 Nopember 2010 Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. H. Sunardi, M. Kes. Sekretaris : Waluyo, S. Pd., M.Or. Anggota I : Drs. Agus Mukholid, M.Pd. Anggota II : H. Rony Saifullah, S.Pd., M.Pd. Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP

5 5 ABSTRAK Rengga Frredyantoro. HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (2) Hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (3) Hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (4) Hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan tes dan pengukuran. Untuk mengukur kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer test, tes dan pengukuran panjang tungkai, penimbangan berat badan dan tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dan analisis regresi tiga prediktor dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada hubungan yang signifikan antara commit kekuatan to user otot tungkai dengan prestasi lompat

6 6 juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai r hitung = > r tabel 5% = 0.433). (2) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai r hitung = > r tabel 5% = 0.433). (3) Ada hubungan yang signifikan antara berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai r hitung = > r tabel 5% = 0.433). (4) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai F hitung = > r tabel 5% = 3.20).

7 7 MOTTO Rengga Rengga Frredyantoro Bekerja untuk berbagi adalah titik awal untuk membangun orientasi memberi, salah satu kualitas pribadi yang sangat berpengaruh terhadap diri anak-anak kita (Hadila Edisi 36 Juni, 2010: 33 ) Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak memanfaatnya bagi orang lain (Hadila Edisi 37 Juli, 2010: 07 )

8 8 PERSEMBAHAN Kusunting skripsi ini untuk: Istri dan Anakku tercinta yang telah memberi semangat untuk menjadi pemimpin dan suritauladan bagi keluarga dan masyarakat Teman-teman ku Angkatan Penjaskesrek KG 08 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah

9 9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PENGAJUAN.... ii PERSETUJUAN..... iii PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v MOTTO... vii PERSEMBAHAN... viii DAFTAR ISI... ix KATA PENGANTAR.... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR..... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah.. 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Perumusan Masalah 7 E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian. 8 BAB II LANDASAN TEORI 9 A. Tinjauan Pustaka Lompat Jauh. 9 a. Lompat Jauh Gaya Jongkok 9 b. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok Kekuatan Otot.. a. Kekuatan Otot Tungkai. b. Macam-Macam Kekuatan. c. Otot-Otot Tungkai

10 10 d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot.. 19 e. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Panjang Tungkai. 21 a. Pengertian Panjang Tungkai 21 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai 22 c. Peranan Panjang Tungkai dalam Lompat Jauh Gaya Jongkok Berat Badan.. 25 a. Pengertian Berat Badan. 25 b. Tipe Tubuh 27 c. Peranan Berat Badan dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok 28 B. Penelitian yang Relevan 29 C. Kerangka Pemikiran D. Perumusan Hipotesis 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Populasi dan Sampel. 34 C. Teknik Pengumpulan Data 34 D. Metode Penelitian. 35 E. Teknik Analisis Data. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data.. 40 B. Uji Prasyarat Analisis 41 D. Pengujian Hipotesis.. 42 E. Pembahasan Hasil Analisis Data.. 46

11 11 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

12 12 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Drs. Agus Mukholid, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. H. Rony Syaifullah, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 7. Kepala SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan iji untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin. 8. Siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

13 13 Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Surakarta, Nopember 2010 Penulis

14 14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Kekuatan Otot Tungkai, Panjang Tungkai, Berat Badan dan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/ Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas.. 40 Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas.. 41 Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data 41 Tabel 5. Rangkuman Analisis Varians untuk Uji Linieritas Hubungan antara Prediktor dengan Kriterium 42 Tabel 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi 44 Tabel 7. Sumbangan Relatif Masing-Masing Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat. 45 Tabel 8. Sumbangan Efektif Masing-Masing Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat. 45

15 15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh.. 12 Gambar 2. Tolakan dalam Lompat Jauh 13 Gambar 3. Sikap Melayang di Udara Gaya Jongkok.. 14 Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh 15 Gambar 5. Otot-Otot Tungkai. 19 Gambar 6. Tipe-Tipe Tubuh Utama 28 Gambar 7. Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai Gambar 8. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai. 77 Gambar 9. Tes dan Pengukuran Berat Badan.. 78 Gambar 10. Tes dan Pengukuran Lompat Jauh Gaya Jongkok 79

16 16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rekapitulasi Data X1, X2, X3 dan Y. 55 Lampiran 2. Uji Reliabilitas Data X1 (Kekuatan Otot Tungkai) 56 Lampiran 3. Uji Reliabilitas Data Y (Lompat Jauh Gaya Jongkok) 58 Lampiran 4. Uji Normalitas Data X1 (Kekuatan Otot Tungkai) 60 Lampiran 5. Uji Normalitas Data X2 (Panjang Tungkai) 61 Lampiran 6. Uji Normalitas Data X3 (Berat Badan).. 62 Lampiran 7. Uji Normalitas Data Y (Lompat Jauh Gaya Jongkok) 63 Lampiran 8.Uji Linieritas Data X1Y.. 64 Lampiran 9.Uji Linieritas Data X2Y.. 66 Lampiran 10.Uji Lineiritas Data X3Y.. 68 Lampiran 11. Uji Korelasi X1, X2, X3 dan Y.. 70 Lampiran 12. Menghitung Koefisien Korelasi Masing-Masing Prediktor 71 Lampiran 13. Analisis Regresi Tiga Prediktor dengan Metode Skor Deviasi 72 Lampiran 14. Petunjuk Tes dan Pengukuran Variabel Penelitian 76 Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian. 81 Lampiran 16. Ijin Penelitian dari Universitas Tunas Pembangunan Surakarta 83 Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. 89

17 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan gerak anak. Melalui pembelajaran atletik dapat merangsang perkembangan gerak anak ke arah yang lebih baik untuk menguasai gerakan-gerakan dalam cabang olahraga atletik. Hal ini sesuai pendapat Aip Syarifuddin (1992: 18) bahwa, Pembentukan gerak dasar khususnya pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang mengarah pada gerakan dasar atletik. Kemampuan gerak anak dapat ditingkatkan melalui pembelajaran atletik. Oleh karena itu, cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) menyatakan: Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jamani (Penjas) yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satu Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sedangkan bagi Mahasiswa Pendidikan Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang harus diambil. Cabang olahraga atletik di dalamnya pada dasarnya terdiri empat nomor utama yaitu: jalan, lari, lompat dan lempar. Dari tiap-tiap nomor tersebut di dalamnya terdapat beberapa nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari sambung, dan lari cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Dalam nomor lompat diajarkan commit beberapa to user macam gaya yaitu: gaya jongkok

18 18 (sit down in the air), gaya berjalan di udara (walking in the air) dan gaya menggantung (schnepper). Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu gaya dalam lompat jauh yang diajarkan dalam pendidikan jasmani sebelum mempelajari gaya lainnya, karena lompat jauh gaya jongkok lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan gaya lainnya. Dikatakan gaya jongkok karena pada saat melayang di udara membentuk sikap jongkok atau seperti orang duduk. Dari ketiga gaya inilah yang membedakan gaya dalam lompat jauh. Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok secara maksimal tidak terlepas dari dukungan kemampuan kondisi fisik yang baik. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi. Sedangkan Sudjarwo (1993: 41) menyatakan, Penguasaan teknik yang baik hanya dapat dilakukan apabila memperoleh dukungan dari kemampuan kondisi fisik yang baik. Komponen kondisi fisik yang prima sangat dibutuhkan kegiatan olahraga termasuk dalam lompat jauh. Dengan kemampuan fisik yang baik akan mendukung penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok serta pencapaian prestasi yang maksimal. Keterlibatan komponen kondisi fisik dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok harus dikerahkan berdasarkan pola gerakan lompat jauh pada teknik yang tepat agar dapat mencapai prestasi yang maksimal. Mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah berdasarkan peraturan perlombaan merupakan tujuan dari lompat jauh. Untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya banyak faktor yang mempengaruhinya. Pada saat menolak untuk melayang setinggi-tingginya harus dilakukan dengan kekuatan maksimal. Gerakan menumpu untuk menolak merupakan akselerasi dari awalan lari cepat, untuk selanjutnya menolak pada balok tumpuan sekuat mungkin. Untuk melakukan tolakan yang kuat, maka otot-otot tungkai harus dikerahkan secara maksimal. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai sangat dibutuhkan untuk melakukan tolakan agar diperoleh lompatan yang maksimal.

19 19 Selain kemampuan fisik yang baik, faktor atlet (siswa) sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 70) menyatakan, untuk tercapainya suatu puncak prestasi dalam bidang olahraga, sumbangan yang terbesar bersumber dari atlet, meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung mempunyai peran yang penting juga. Diperkirakan sumbangan yang bersumber dari atlet adalah 60-70% dan faktor penunjang lainnya 30-40%. Faktor atlet (siswa) memiliki prosentase yang lebih besar dibandingkan dengan faktor lainnya. Faktor dari atlet (siswa) tersebut sangat kompleks seperti: proporsi tubuh yang ideal, motivasi, semangat latihan, kesungguhan latihan dan lain sebagainya. Proporsi tubuh yang ideal sangat penting dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi, karena setiap cabang olahraga menuntut proporsi tubuh yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga yang dipelajari. Pada umumnya seorang atlet lompat harus memiliki proporsi tubuh yang tinggi, atletis dan disertai otototot yang kuat. Proporsi tubuh yang tinggi sudah barang tentu diserta segmensegmen tubuh yang panjang seperti lengan dan tungkainya. Tungkai yang panjang sangat mendukung dalam lompat jauh gaya jongkok. Karena tungkai yang panjang memiliki jangkauan atau langkah yang lebih panjang dibandingkan dengan tungkai yang pendek. Oleh karena itu, seorang pelompat yang memiliki tungkai panjang harus mampu dimanfaatkan pada teknik yang tepat dalam lompat jauh gaya jongkok. Tungkai yang panjang harus dimanfaatkan pada saat posisi akan mendarat. Pada saat akan mendarat tersebut, tungkai harus dijulurkan lurus ke depan agar dapat mendarat sejauh mungkin. Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya tidaklah mudah, tetapi harus menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok yang benar dan memiliki proporsi tubuh yang ideal. Proporsi tubuh yang ideal berkaitan dengan berat badannya. Berkaitan dengan hal ini M. Furqon H. (2003: 12-13) menyatakan, Olahraga prestasi tinggi memerlukan profil biologis khusus dengan ciri-ciri kemampuan biometrik dan ciri-ciri psikologis yang baik. Adapun aspek biometrik

20 20 meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, panjang anggota badan bagian atas dan bawah, tipe tubuh dan lain-lain. Berat badan merupakan salah satu aspek biometrik yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga. Namun demikian berat badan yang dimiliki atlet harus sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajarinya. Karena setiap cabang menuntut berat badan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk tolak peluru membutuhkan badan yang berat, sedangkan senam, lompat tinggi membutuhkan berat badan yang ringan. Demikian halnya untuk mencapai prestasi lompat jauh gaya jongkok dibutuhkan berat badan yang ideal (ringan). Dengan berat badan yang ringan maka akan membantu gerakan melayang di udara lebih ringan, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok lebih maksimal. Berdasarkan analisa lompat jauh gaya jongkok yang dikemukakan di atas menggambarkan bahwa, kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan merupakan komponen-komponen yang mendukung dalam lompat jauh gaya jongkok. Untuk mencapai prestasi lompat jauh gaya jongkok, maka kekuatan otot tungkai harus dikerahkan pada teknik yang benar, panjang tungkai dimanfaatkan pada teknik yang tepat serta memiliki berat badan yang ideal. Diduga kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan memiliki hubungan dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok, namun hal ini belum dibuktikan kebenarannya. Karena selain ketiga komponen tersebut masih ada faktor lain yang dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh seperti: power, keseimbangan, kelentukan, penguasaan teknik, mental dan lain sebagainya. Apakah benar siswa yang memiliki kekuatan otot tungkai baik, panjang tungkai dan berat badan yang ideal, memiliki kemampuan lompat jauhnya juga baik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan melakukan tes dan pengukuran kekutan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan di atas, penelitian ini dilakukan pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. Siswa putra kelas V SD Negeri

21 21 Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kemampuan kondisi fisik khususnya kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan. Belum diketahuinya kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan tersebut menarik untuk diteliti, apakah kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan memiliki hubungan dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Karena kemampuan lompat jauh gaya jongkok tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, tetapi masih ada faktor lainnya, seperti power, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, penguasaan teknik melompat, mental dan lain sebagainya. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok, maka perlu diadakan penelitian Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 belum diketahui. 2. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai, panjang tungkat dan berat badan siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Belum diketahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 4. Perlu dilakukan tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan untuk mengetahui ada tidaknya hubungannya dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok.

22 22 5. Tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkoko dilakukan pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Hubungan antara hubungan kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 2. Hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 3. Hubungan antara hubungan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 4. Hubungan antara hubungan kekuatan otot tungkai, panjang yungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011? 2. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011? 3. Adakah hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo commit to tahun user pelajaran 2010/2011?

23 23 4. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. F. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan memberi manfaat antara lain: 1. Diketahui kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan siswa yang dijadikan sampel penelitian, sehingga dapat mendukung kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

24 24 2. Dapat dijadikan masukan untuk memberikan bentuk-bentuk latihan yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai serta memberikan pengarahan untuk memanfaatkan proporsi tubuhnya secara tepat dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok. 3. Bagi penelitian dapat menambah pengetahuan tentang karya ilmiah untuk dikembangkan lebih lanjut.

25 25 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lompat Jauh a. Lompat Jauh Gaya Jongkok Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Pada dasarnya lompat jauh merupakan suatu gerakan yang diawali dengan lari cepat, menumpu untuk menolak, melayang di udara dan mendarat. Dari tahapan-tahapan lompat jauh tersebut harus dirangkaikan secara baik dan harmonis dalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan tidak diputus-putus pelaksanannya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip Syarifuddin (1992: 90) menyatakan, Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 47) bahwa, Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin. Menurut Adang Suherman dkk., (2001: 117) menyatakan, Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horisontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi. Berdasarkan tiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa, lompat jauh merupakan gerakan melompat yang diawali dengan lari cepat, menumpu untuk menolak, melayang di udara dan mendarat sejauh-jauhnya. Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya, maka dibutuhkan suatu gaya. Adapun gaya dalam lompat jauh dibedakan menjadi tiga yaitu: gaya jongkok (sit down in the air), gaya berjalan di udara (walking in the air) dan gaya menggantung (schnepper).

26 26 Dalam perlombaan lompat jauh tidak ada aturan khusus seorang pelompat harus menggunakan salah satu gaya. Namun dalam pembelajaran di sekolah gaya yang paling awal diajarkan bagi siswa sekolah yaitu gaya jongkok. Lompat jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air). Yudha M. Saputra (2001: 48) menyatakan, Mengapa disebut gaya jongkok, karena gerak sikap badan sewaktu berada di udara menyerupai sikap seseorang yang sedang berjongkok. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan saat melayang di udara. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan. Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan terutama bagi anak-anak sekolah. Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika dibandingkan dengan gaya lainnya. Namun demikian, prestasi yang tinggi dalam lompat jauh dapat dicapai jika didukung beberapa faktor. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan, Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan. Sedangkan Jonath U., Haag E. dan Krempel R. (1987: 196) menyatakan, Persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: faktor kondisi fisik yaitu, kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi dalam lompat jauh dapat dicapai, memiliki kondisi fisik yang baik dan menguasai teknik lompat jauh yang benar.

27 27 b. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok Pencapaian prestasi lompat jauh tidak terlepas dari dukungan peguasaan teknik yang baik dan benar. Jonath et al. (1987: 197) menyatakan, "Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancang-ancang, tumpuan, melayang dan mendarat". Pendapat lain dikemukakan Yoyo Bahagia dkk., (1999/2000: 16) bahwa, Untuk tujuan analisis gerakan pada lompat jauh harus dipertimbangkan secara konsisten empat fase, yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara (flight) dan pendaratan (landing). Hal senada dikemukakan Adang Suherman dkk. (2001: 118) bahwa, Keseluruhan gerak lompat jauh dapat dibagi ke dalam awalan, tolakan, melayang di udara dan mendarat di bak pasir. Berdasarkan tiga pendapat tersebut menunjukkan, prinisp dari teknik lompat jauh gaya jongkok meliputi empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Keempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok sangat dipengaruhi oleh penguasaan teknik lompat jauh yang baik dan benar. Teknik pelaksanaan lompat jauh diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Awalan Awalan dilakukan dengan berlari yang kian lama kian mendekati kecepatan maksimal, namun masih tetap mengenali untuk melakukan tolakan. Tujuannya adalah memperoleh kecepatan maksimal yang terkendali untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya. Jes Jerver (1999: 34) menyatakan Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of. Frekuensi dan panjang langkah lari awalan makin meningkat sampai persiapan melakukan tolakkan, sementara itu badan pelompat semakin tegak. Pada tiga sampai lima langkah terakhir pelompat mempersiapkan diri untuk mengalihkan kecepatan gerak horisontal (lari awalan) kepada kecepatan vertikal (tolakkan) dengan tanpa mengurangi kecepatan larinya. Langkah sebelum yang terakhir diperpanjang, sehingga commit titik berat to user badan menjadi lebih rendah untuk

28 28 mendapatkan tenaga vertikal yang lebih besar. Namun demikian penambahan panjang langkah ini tidak akan menguntungkan manakala kecepatan lari awalannya semakin berkurang. Seorang pelompat diajurkan melakukan tolakkan pada saat mencapai kcepatan maksimal untuk mendapatkan tenaga tolakan yang sebesar-besarnya. Untuk itu, jarak lari awalan yang digunakan untuk setiap pelompat berbeda-beda tergantung pada kemampuan untuk mencapai kecepatan lari maksimalnya. Pelompat yang lebih cepat mencapai kecepatan maksimalnya akan memerlukan jarak awalan yang lebih pendek, dibandingkan dengan pelompat yang lambat mencapai kecepatan maksimalnya kebanyakan menggunakan jarak awalan 45 meter. Untuk mendapatkan kecepatan maksimal yang tepat, maka dapat menggunakan tanda. Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, "Untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan tolakan". Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai berikut: Bak Pasir Tanda pertama Tanda kedua Papan tolak 2) Tolakan Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh (Aip Syarifuddin, 1992:91) Tolakan dilakukan sebagai tahap pengalihan telapak kaki tolak untuk lepas landas. Tujuannya adalah menghasilkan tolakan sekuat-kuatnya agar dapat mengangkat titik berat badan setinggi-tingginya. Jes Jerver (1999: 35) menyatakan, Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin.

29 29 Pada saat melakukan tolakan seluruh telapak kaki bergulir ke depan, kaki tolak sedikit dibengkokkan dan disusul gerakan kaki ayun, lengan diayun tinggi ke depan berlawanan dengan gerak kaki sehingga menunjang terhadap gerak lepas kaki, badan bagian atas dijaga tegak membentuk sudut 90 0 dengan pandangan ke depan. Walaupun secera teknik gerakan teknik tolakan ini nampaknya sederhana, namun pada pelaksanannya gerakan tolakan ini senagat kompleks dan dilakukan dengan cepat mulai dari menapakkan kaki, mengabsorpsi tenaga dan melencangkan tungkai untuk lepas landas. Dengan demikian dari pelompat dituntut kecepatan, kekuatan dan koordinasi gerakan yang memadai sehingga gerakan tolakkan dapat dilakukan dengan efektif. Arah gaya lepas landas merupakan kombinasi antara kecepatan gerak horisontal (lari awalan) dan gerak kecepatan vertikal (tenaga tolakan). Hasil kombinasi dari kedua kecepatan tersebut akan menghasilkan kecepatan tinggal landas dan parabola titik berat badan pada saat melayang. Sudut titik berat badan pada saat tinggal landas biasanya antara 18 0 hingga Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut: Gambar 2. Tolakan dalam Lompat Jauh (Soegito, 1992:38) 3) Melayang di Udara Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si pelompat dipengaruhi oleh suatu commit kekuatan to user yang disebut daya penarik bumi.

30 30 Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang. Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) menyatakan, Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan. Pendapat lain dikemukakan Adang Suherman dkk., (2001: 120) bahwa: Sasaran pokok dari teknmik melayang di udara adalah: 1) Memelihara keseimbangan badan saat melayang di udara. 2) Mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin 3) Mengusahakan melayang di udara selama mungkin dan 4) Mentyiapkan letak kaki dalam posisi menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: Gambar 3. Sikap Melayang commit to di user Udara Gaya Jongkok (Aip Syarifuddin, 1992:93)

31 31 4) Pendaratan Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992: 41) teknik pendaratan sebagai berikut: 1) Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut: a) Luruskan kedua kaki ke depan. b) Kedua kaki sejajar. c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan. 2) Pada saat jatuh di pasir atau mendarat: a) Usahakan jatuh pada ujung kaki sejajar. b) Segera lipat kedua lutut. c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang. Teknik pendaratan seperti tersebut di atas sangat penting dipahami dan dikuasai oleh seorang pelompat. Kesalahan pendaratan akan mengakibatkan lompatan yang dihasilkan tidak maksimal. Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh (Soegito, 1992:42)

32 32 2. Kekuatan Otot a. Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, karena kekuatan memiliki beberapa manfaat. KONI (1993: 18) menjelaskan, Manfaat kekuatan yaitu: (1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, (2) kekuatan mempunyai peran dalam melindungi otot/orang dari kemungkinan cidera dan, (3) dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh efisien, memukul lebih keras, demikian pula membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi. Banyak manfaat yang diperoleh dari kekuatan untuk aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan olahraga. Berkaitan dengan kekuatan KONI (1993: 18) menjelaskan, Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Menurut Sudjarwo (1993: 25) bahwa, Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan aktivitas". Menurut M. Sajoto (1995: 8) bahwa, Kekuatan (strength) adalah Komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 4.3) bahwa, Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas. Berdasarkan pengertian kekuatan yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan, kekuatan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi atau menahan beban selama menjalankan suatu aktivitas kerja fisik. Kekuatan merupakan kemampuan dasar untuk mengatasi tahanan dalam setiap aktivitas fisik. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan pengertian kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau segerombol otot tungkai untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitasnya secara maksimal.

33 33 b. Macam-Macam Kekuatan Dalam melakukan kegiatan olahraga tahanan atau beban yang harus diatasi bermacam-macam dan bervariasi bentuknya. Tahanan atau beban yang diatasi dalam kegiatan olahraga tersebut menuntut adanya kekuatan otot yang bermacammacam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi atau diatasi, maka kekuatan yang harus dikerahkan disesuaikan dengan tuntutan dari kegiatan olahraga tersebut. Menurut Suharno HP. (1993: 40) membedakan kekuatan menjadi tiga jenis yaitu, (1) Kekuatan maksimal, (2) Explosive power = kekuatan daya ledak, dan (3) Daya tahan kekuatan otot = power endurance. Menurut Harre yang dikutip Noseck (1982: 46) bahwa, Kekuatan dibagi menjadi kekuatan maksimum, kekuatan kecepatan dan daya tahan kekuatan. Perbedaan jenis kekuatan tersebut didasarkan pada jenis beban yang harus diatasi dan dihadapi. Kekuatan dapat pula dibedakan atas dasar jenis kontraksi otot. Sudjarwo (1993: 26) menyatakan, Sesuai dengan cara atau tipe kontraksi otot, maka dapat dibedakan dua macam kekuatan yaitu, kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Dalam kontraksi isotonik ini akan terlihat adanya perubahan sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot". Kekuatan dinamis (isotonis) merupakan kekuatan otot yang dikembangkan oleh otot dalam kelangsungan gerak terhadap suatu tahanan, dengan ditandai adanya perubahan memanjang dan memendeknya otot. Sedangkan kekuatan statis atau isometrik merupakan kekuatan otot yang dapat dikembangkan oleh otot-otot atau sekelompok otot terhadap tahanan yang tetap. Menurut KONI (1993: 18) bahwa, "Dalam kontraksi isometrik otot-otot yang berkontraksi tidak memanjang dan memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh. Jenis kekuatan yang lebih banyak digunakan dalam olahraga, terutama adalah kekuatan dinamis. c. Otot-Otot Tungkai Otot merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk aktivitas seharihari. Kita dapat bergerak karena otot dan persendian. Kekuatan kontraksi

34 34 tergatung dari otot. Berkaitan dengan otot Evelyn Pearce (1999: 15) menyatakan Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana". Menurut Syaifuddin (1997: 35) bahwa, "Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar". Tungkai termasuk tulang anggota gerak bawah. Anggota gerak bawah atau tulang extremitas dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul yang terdiri atas 31 tulang. Menurut Evelyn Pearce (1999: 75) tulang-tulang anggota gerak bawah yaitu: 1) Satu tulang coxae tulang pangkal paha. 2) Satu femur tulang paha 3) Satu tibia tulang kering 4) Satu fibula tulang betis 5) Satu patela tempurung lutut 6) Tujuh tulang tarsal tulang pangkal kaki 7) Lima tulang metetarsal tulang telapak kaki 8) Empat belas falanx ruas jari kaki Secara anatomis otot-otot yang terlibat dalam gerakan yang memerlukan power tungkai menurut Blattner dan Noble (1979: ), dan Thompson (1981:71) dalam penelitian Sarwono (1999: 8) yaitu: 1) Otot-otot tungkai atas: gluteus maximus, biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus, gluteus medius, gluteus minimus, adductor magnus, adductor brevis, adductor longus, gracilis, pectineus, sartorius, rectus femoris, vastus medialis, vastus leteralis. 2) Otot-otot tungkai bawah: gastrocnemius, soleus, peroneus anterior, plantaris, tibialis, flexor digitorum longus, extensor digitorum longus, dan flexor calcaneal. Berikut ini disajikan ilustrasi otot-otot penunjang power otot tungkai sebagai berikut:

35 35 Gambar 5. Otot-Otot Tungkai (Syaifuddin, 1997:47) d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot Latihan kekuatan otot mutlak diperlukan untuk meningkatkan prestasi olahraga. Dalam memberikan latihan kekuatan otot, pelatih harus dapat membuat program latihan yang tepat. Selain latihan yang baik dan benar, kekuatan dapat meningkat tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pelatih harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Menurut Suharno HP. (1993: 39-40) bahwa faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang antara lain: 1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot). 2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. 4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer. 5) Keadaan zat kimia dalam commit otot (glykogen, to user ATP).

36 36 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar. 7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, besarnya potongan melintang fibril otot dan banyaknya fibril otot merupakan faktor utama yang mempengaruhi kekuatan otot. Semakin besar ukuran fibrilnya dan semakin banyak fibrilnya, maka otot tersebut semakin besar sehingga semakin kuat pula kemampuannya. Faktor umur dan jenis kelamin juga sangat menentukan baik dan tidaknya kekuatan. Secara kodrati manusia mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Kekuatan berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan seseorang, yang pada akhirnya akan mengalami penurunan pada usia tua. e. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Kekuatan otot tungkai merupakan salah suatu komponen kondisi fisik yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian prestasi lompat jangkit. Jauh dan tidaknya lompatan yang dilakukan sangat bergantung pada kemampuan menumpu untuk menolak dengan kuat dan cepat. Kemampuan menolak dihasilkan dari awalan lari yang cepat dilanjutkan menumpu dengan kuat yang dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang utuh. Ditinjau dari gerakan lompat jauh gaya jongkok pada teknik menolak yaitu, menolak merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Dalam hal ini Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan dengan cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Pendapat lain dikemukakan Jess Jarver (2005: 36) bahwa, Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan

37 37 bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada gerakan menumpu untuk menolak dibutuhkan kekuatan yang dipadukan dalam satu gerakan yang eksplosif. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai berperan penting untuk menghasilkan tolakan yang setinggi dan sejauh mungkin. Kekuatan otot tungkai berperan pada gerakan pada saat menumpu untuk menolak secara maksimal. Kemampuan seorang pelompat memadukan mengerahkan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal pada teknik yang benar saat menolak, maka akan diperoleh lompatan secara maksimal. 3. Panjang Tungkai a. Pengertian Panjang Tungkai Setiap cabang olaharga menuntut syarat-syarat khusus agar mampu meraih prestasi secara maksimal. Faktor antrophometri mempunyai peran penting pada setiap cabang olahraga, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga yang maksimal. M. Sajoto (1995:11) menyatakan Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu : (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh). Ukuran tinggi badan dan panjang tungkai merupakan salah satu bagian antrophometri yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. M. Furqon H. (2003: 14) menyatakan, Perbandingan tinggi duduk dengan tinggi badan pada saat berdiri adalah berkaitan dengan penampilan dalam berbagai cabang olahraga. Misalnya dalam lompat tinggi perbandingannya adalah tungkai lebih panjang daripada togok. Demikian halnya bagi seorang atlet lompat harus memiliki tubuh yang tinggi dan atletis disertai dengan otot-otot yang kuat. Postur tubuh yang tinggi biasanya disertai segmen-segmen tubuh yang panjang baik lengan maupun tungkainya. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, Orang yang tinggi umumnya anggota badannya seperti lengan dan

38 38 tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan memberikan keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian. Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting untuk aktivitas olahrga seperti lompat jauh. Oleh karena itu, tungkai yang panjang harus dimanfaatkan pada teknik yang benar pada saat melakukan lompatan. Secara anatomis panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tungkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu panjang tungkai pada paha sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang tungkai pada betis. Berkaitan dengan panjang tungkai Berkaitan dengan panjang tungkai Paket Penelitian Pembibitan Lit Bang KONI Jawa Tengah (1986:1) menyatakan, Panjang tungkai adalah ukuran panjang yang diukur dari telapak kaki sampai pada spina illioca anterior superior. Perndapat lain dikemukakan Sedangkan Ismaryati (2006: 100) menyatakan, Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai (telapak kaki). Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, panjang tungkai merupakan jarak dari pinggul sampai dengan mata-kaki. Namun dalam kegiatan olahraga termasuk lompat jauh, panjang tungkai yang dimaksud jarak dari pinggul sampai dengan telapak kaki. Karena dalam gerakan lompat jauh melibatkan seluruh anggota gerak bawah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauhjauhnya. Karena, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih jauh atau panjang. Jangkauan yang jauh atau panjang ini akan membantu pencapaian jarak lompatan yang maksimal. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai Meningkatnya struktur tubuh seseorang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia balita dan remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat tersebut

39 39 tidak terlepas dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang bergizi yang dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 47) berpendapat Keadaan gizi dan kesehatan pada saat pertumbuhan akan menentukan kesiapan otot rangka dan organ tubuh lainnya untuk menerima beban olahraga. Sedangkan Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik dibedkan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) kompisisi jaringan tubuh. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan rangka tubuh dan organ lainnya. Dengan pertumbuhan dan perkembangan sehingga panjangnya segmen-segmen badan berkaitan dengan tinggi badan. Keadaan segmen badan yang panjang sudah tentu terdapat penyesuaian panjang otot dan luas penampang fisiologis. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1998: 37) menyatakan Faktor keturunan atau genetik merupakan sifat bawaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik. Terhadap sifat dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh nyata adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor yang mempengaruhi proporsi tubuh seseorang (termasuk penajng tungkai) mencakup faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang akan mempengaruhi proporsi tubuh seseorang yaitu faktor keturunan. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi kemungkinan besar memiliki postur tubuh yang tinggi. Postur tubuh yang tinggi umumnya disertai tungkai dan lengan yang panjang. Sedangkan faktor internal mencakup makanan yang dikonsumsi seharai-harai. Jika seseorang mengkonsumsi makanan sehari-hari mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh, maka akan membantu perkembangan dan pertumbuhan secara normal baik postur tubuh maupun bagian-bagian tubuh lainnya.

40 40 c. Peranan Panjang Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dari pelompat sangat menentukan dalam pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Faktor internal salah satunya proporsi tubuh atlet. Selain menguasai teknik lompat jauh yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai akan dapat membantu pencapaian prestasi lomat jauh. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar. Ditinjau dari biomekanika bahwa, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat membantu pencapaian jarak lompatan lebih maksimal. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah. Pendapat lain dikemukakan Sudarminto (1995: 40) bahwa, Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun. Sedangkan ditinjau teknik melayang di udara dan dilanjutkan mendarat Adang Suherman dkk., (2001: 120) menyatakan, Salah satu sasaran pokok dari teknik melayang di udara yaitu, menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, tungkai yang panjang memungkinkan memiliki ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal ini akan mempangaruhi pencapaian jarak lompatan. Dengan tungkai yang panjang, maka pelompat dapat menjulurkan kedua tungkainya jauh ke depan, sehingga dapat mencapai jarak lomatan yang maksimal. Namun sebaliknya, bagi pelompat yang tungkainya pendek, jangkauan tungkainya pendek pula, sehingga jarak lompatannya tidak maksimal. Untuk keselamatan dan efektifitas pendaratan dibantu dengan menjatuhkan badan ke depan.

41 41 4. Berat Badan a. Pengertian Berat Badan Aspek biometrik merupakan bagian penting dalam kegiatan olahraga, bahkan dapat dikatakan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Hal ini sesuai pendapat M. Furqon H. (2003: 12-13) bahwa, Olahraga prestasi tinggi memerlukan profil bilologis khusus dengan ciri-ciri kemampuan biometrik dan ciri-ciri psikologis yang baik. Adapun aspek biometrik meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, panjang anggota badan bagian atas dan bawah, tipe tubuh dan lain-lain. Berat badan merupakan salah satu bagian biometrik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Menurut Yuslam Samihardja (1997: 22) yang dikutip Sarwono & Ismaryati dijelaskan: Berat badan seseorang merupakan penjumlahan dari berat jaringan kerasnya jaringan lunaknya dan cairan yang dikandungnya. Jaringan keras merupakan kerangka tubuh yang terdiri dari tulang dan tulang rawan. Tulang dan tulang rawan merupakan bagian yang stabil dibandingkan dua bagian yang lain. Beratnya relatif tetap sesudah seseorang mencapai pendewasaan. Latihan atau makanan tidak akan mempengaruhi ukuran maupun berat kerangka. Jaringan lunak terdiri dari otot, lemak dan alat dalam. Alat dalam merupakan jaringan lunak yang paling stabil. Makanan maupun latihan umumnya tidak akan mempengaruhi ukuran ataupun beratnya. Hal ini bukan karena alat dalamnya sendiri, tetapi karena lemak yang menyelimutinya. Sementara itu otot akan bertambah besar dan dengan sendirinya akan bertambah berat dan kuat apabila dilatih secara teratur. Disisi lain, lemak merupakan timbunan kelebihan makanan akan selalu bertambah apabila makanan yang masuk melebihi kebutuhan yang diperlukan, dan sebaiknya akan dimobilisir apabila kebutuhan lebih besar daripada makanan yang masuk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, suatu latihan akan memberikan pengaruh yang berlawanan terhadap otot dan lemak. Dengan melakukan latihan, otot akan bertambah besar, sedangkan jumlah lemak berkurang (kecuali makanan yang masuk berlebihan). Otot yang kuat diperlukan untuk semua cabang olahraga yang commit didasari to user oleh kekuatan fisik, sedangkan lemak

42 42 yang sedikit mungkin sangat diperlukan pada cabang olahraga yang menuntut mobilitas yang tinggi. Cairan tubuh pada dasarnya merupakan bahan pengatur, mempunyai fungsi yang sangat penting bagi berlangsungnya semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Apabila cairan tubuh terlalu kurang akan mengacaukan fungsinya, sedangkan apabila berlebihan justru menjadi beban. Keadaan kekurangan cairan ditandai dengan rasa lemas, panas badan yang tinggi dan penurunan kesadaran. Sementara itu, kelebihan cairan akan segera dikeluarkan terutama melalui air seni dan keringat. Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan susunan tubuh bervariasi sesuai dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori. Berat badan akan bertambah apabila masukan kalori secara nyata melebihi pengeluaran kalori, berat menurun apabila terjadi sebaliknya (Pate, MC.Clenaghan & Rotella, 1984: 312). Berat badan atlet sebagian besar tergantung dari gabungan tinggi badan dan bentuk tubuh. Kedua variabel ini pada dasarnya ditentukan oleh faktor keturunan. Oleh sebab itu ciri pelaku seperti pengaturan maknan dan kebiasaan latihan dapat mengubah berat badan dan susunan tubuh hanya dalam batas yang dimiliki sifat-sifat bawaan atlet. Berdasar pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), seseorang dapat digolongkan ke dalam klasifikasi ideal, normal, kelebihan berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu gemuk (obesity). Mulyono B (1996: 41) memberikan beberapa indeks tinggi berat sebagai berikut: 1) Indeks dari BROCA Berat badan (kg) = Tinggi Badan (cm) 100 2) Modifikasi Indeks BROCA oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Ternyata Indeks BROCA diterapkan untuk orang Indonesia terlalu gemuk, sehingga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengubahnya dengan rumus: Berat Badan (kg) = Tinggi Badan (cm) 110. Namun hal ini juga belum sesuai dengan olahragawan Indonesia. 3) Modifikasi Indeks BROCA oleh dr. Hasnan Said Modifikasi Indeks BROCA dari dr. Hasnan Said rumusnya (Tinggi 100) 10% = X kg (berat commit seharusnya) to user

43 43 4) Modifikasi Indeks BROCA yang lain Modifikasi ini sesuai dengan modifikasi dari dr. Hasna Said, hanya penilaiannya berbeda. Rumusnya sebagai berikut: BB = (TB 100) 10% (TB 100) kg BB = Berat badan dalam kg TB = Tinggi badan dalam cm Berdasarkan pengukuran ini dapat diadakan penggolongan sebagai berikut: a) Orang yang tinggi dan berat badan ideal. b) Orang yang tinggi dan berat badan normal c) Orang yang terlalu gemuk (overweight) d) Orang yang terlalu kurus (underweight) Seseorang dengan berat badan 10% di atas berat idealnya termasuk dalam klasifikasi normal plus dan sebaliknya normal minus. Golongan yang termasuk dalam klasifikasi overweight adalah orang yang mempunyai berat badan 25% di atas ideal dan sebaliknya underweight. Obesitas bagi laki-laki apabila berat badannya lebih dai 25% di atas ideal dan bagi 30% di atas ideal (PIO, 1981: 39).Batas klasifikasi obesitas yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Anspaugh, Hamrick dan Rosato (1994: 184) yaitu, Antara 20%-25% di atas berat ideal bagi laki-laki dan 30% bagi wanita. b. Tipe Tubuh Tipe tubuh (somatotype) adalah klasifikasi fisik berdasar konsep bentuk dengan mengesampingkan ukuran. Terdapat beberapa sistem pengklasifikasian tubuh yang sebagian pada tiga komponen penilaian dari Sheldon. Pengklasifikasian tersebut merupakan pengklasifikasian tipe tubuh utama yaitu: (1) Endomorphy, (2) Mesomorphy, (3) Ectomorphy. Pada tipe endomorphy tubuh seseorang berbentuk bundar, dengan tulangtulang relatif pendek, dan banyak mengandung lemak dalam tubuhnya. Pada tipe esomorphy tubuh seseorang memiliki perototan yang baik. Pada tipe ectomorp mempunyai ciri-ciri tinggi langsing dengan tulang-tulang panjang. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar tipe-tipe tubuh sebagai berikut:

44 44 Gambar 6. Tipe-Tipe Tubuh Utama (Bloomfield, Ackland dan Elliott, 1994: 47) Dari ketiga tipe tubuh utama tersebut tentunya memiliki spesifikasi pada cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang tinggi. Hal ini artinya, jika tipe tubuh sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang dipelajari, maka mempunyai pelung untuk mencapai prestasi yang tinggi. c. Peranan Berat Badan dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Aspek biometrik merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga. Demikian halnya dalam lompat jauh gaya jongkok dibutuhkan biometrik yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga lompat. M. Furqon H. (2003: 13) menyatakan, Berat badan merupakan penentu keberhasilan yang penting untuk beberapa cabang olahraga: (1) berat badan yang berat diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi pendek, (2) berat badan yang ringan diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi panjang. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, berat badan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Ditinjau dari gerakan lompat jauh gaya jongkok, maka berat badan yang ringan (ideal) dapat mendukung pencapaian prestasi yang maksimal. Karena berat badan yang ringan akan dapat melakukan gerakan melompat jauh tinggi ke depan (melayang) dengan ringan. Lompatan yang tinggi jauh ke depan, maka prestasi yang tinggi dapat dicapai lebih maksimal.

45 45 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan lompat jauh gaya jongkok dengan hasil yang bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian Asep Ardiyanto dengan judul, Hubungan antara Kecepatan Lari, Power Otot Tungkai dan Kekuatan Otot Perut dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelompok Umur 11 Tahun di SD Negeri 2 Donohudan Ngemplak Boyolali Tahun 2008/2009. Hasil penelitian ini menunjukkan, ada hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai r hitung = > r tabel 5% = Penelitian Ari Sudono dengan judul, Hubungan antara Power Otot Tungkai, panjang Tungkai dan Koordiansi Mata-kaki dengan kemampuan Passing dalam Permainan sepakbola pada siswa Usia Tahun SSB Pandowo Klaten tahun 2010 (1) ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan kemampuan passing dalam permainan sepakbola pada siswa usia tahun Sekolah Sepakbola Pandowo Klaten tahun Dari hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara panjang tungkai dengan kemampuan passing sepakbola nilai r hitung = > r tabel 5% = C. Kerangka Pemikiran Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Gerakan lompat jauh terdiri dari rangkaian gerakan awalan, menolak, melayang di udara dan mendarat. Bagian-bagian gerakan lompat jauh tersebut harus dirangkaikan secara baik dan harmonis dalam satu gerakan yang utuh. Keberhasilan pencapaian prestasi lompat jauh harus didukung penguasaan teknik yang baik dan didukung kemampuan kondisi fisik yang prima dan proporsi tubuh yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga lompat jauh. Komponen kondisi fisik

46 46 yang mendukung kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara lain kekuatan otot tungkai, sedangkan komponen proporsi tubuh yaitu panjang tungkai dan berat badan. Secara skematis hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok dapat digambar sebagai berikut: Faktor-faktor yang mendukung lompat jauh Kondisi fisik Atrophometrik Kekuatan Otot Tungkai Panjang tungkai Berat badan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasarkan skema kerangka pemikiran di atas dapat diuraikan hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: 1. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Menumpu dan menolak merupakan faktor yang akan menentukan jauh dan tidaknya sebuah lompatan. Kemampuan seorang pelompat merubah kecepatan lari menjadi sebuat lompatan bergantung pada saat menolak. Untuk melakukan lompatan yang maksimal, maka otot-otot tungkai harus dikerahkan secara maksimal. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai akan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi dalam lompat jauh gaya jongkok. Kekuatan otot tungkai berperan dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok terutama pada saat menumpu untuk commit menolak. to user Gerakan menumpu untuk menolak

47 47 dihasilkan dari kecepatan awalan dan gerakan menolak, dimana pada gerakan tersebut otot-otot tungkai harus dikerahkan secara maksimal. Kemampuan seorang pelompat mengerahkan kecepatan dan menumpu untuk menolak secara maksimal, maka akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya. Dengan demikian diduga, kekuatan otot tungkai memiliki hubungan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 2. Hubungan antara Panjang Tungkai dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Faktor-faktor yang mempnagaruhi pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok sangat kompleks. Faktor dari siswa (internal) sangat dominan untuk mendukung pencapaian prestasi yang maksimal. Faktor internal salah satunya proporsi tubuh atlet. Selain menguasai teknik lompat jauh yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai akan dapat membantu pencapaian prestasi lompat jauh. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar. Tungkai yang panjang harus dimanfaatkan pada teknik yang benar dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok. Karena tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan tungkai yang panjang maka memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat membantu pencapaian jarak lompatan lebih maksimal. Dengan tungkai yang panjang, maka pelompat dapat menjulurkan kedua tungkainya jauh ke depan, sehingga dapat mencapai jarak lompatan yang maksimal. Namun sebaliknya, bagi pelompat yang tungkainya pendek, jangkauan tungkainya pendek pula, sehingga jarak lompatannya tidak maksimal. Untuk keselamatan dan efektifitas pendaratan dibantu dengan menjatuhkan badan ke depan. Dengan demikian diduga, panjang tungkai memiliki hubungan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok.

48 48 3. Hubungan antara Berat Badan dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Berat badan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan (kondisi) siswa. Dalam kegiatan olahraga berat badan merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi termasuk lompat jauh gaya jongkok. Oleh karena itu, memiliki berat badan yang ideal sangat penting sesuai tuntutan cabang olahraga yang dipelajarinya. Berat badan yang ideal akan dapat mendukung pencapaian prestasi yang optimal. Dalam gerakan lompat jauh berat badan yang ringan (ideal) sangat membantu dalam gerakan melayang di udara. Dengan berat badan yang ringan maka gerakan melayang dapat dilakukan jauh ke depan, sehingga prestasi yag tinggi dapat dicapai. Namun sebaliknya, berat badan yang berat akan mengakibatkan sulit melakukan gerakan melayang jauh ke depan, sehingga lebih cepat mendarat. Dengan demikian diduga, berat badan memiliki hubungan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 4. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan merupakan komponen-komponen yang dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Untuk mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal komponenkomponen tersebut harus dikerahkan pada teknik yang benar. Kekuatan otot tungkai berperan pada saat gerakan menumpu untuk menolak. Pada saat gerakan menumpu untuk menolak otot-otot tungkai harus dikerahkan secara maksimal. Gerakan menumpu untuk menolak yang dilakukan secara maksimal, maka akan mampu melayang jauh tinggi ke depan. Pada saat melayang tinggi jauh ke depan, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan secara maksimal agar dapat mendarat sejauh mungkin. Pada saat akan mendarat, maka dengan segera kedua tungkai dijulurkan lurus ke depan sejauh mungkin. Sedangkan berat badan yang ringan (ideal) akan sangat membantu pada gerakan melayang di udara. Berat badan yang ringan (ideal) akan membantu gerakan

49 49 melayang jauh tinggi ke depan lebih maksimal. Dengan demikian diduga kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan memiliki hubungan dengan pretasi lompat jauh gaya jongkok. D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Ada hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/ Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.

50 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan lompat jauh SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan dengan dua kali pengambilan data yaitu test dan re-test yaitu: 1) Tes awal dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2010 dimulai jam 7.30 WIB sampai dengan selesai. 2) Re-test dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010 dimulai jam 7.30 WIB sampai dengan selesai. B. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 siswa. C. Teknik Pengumpulan Data Data dari masing-masing variabel yang terkait dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran sebagai berikut: 1) Tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer test dari dari Wahjoedi (1999: 79). 2) Tes dan pengukuran panjang tungkai dari Ismaryati (2006: (2006: 82). 3) Tes dan pengukuran berat badan dengan penimbangan berat badan. 4) Tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh gaya jongkok dari Andi Suhendro (1999: 2.57). Petunjuk pelaksanaan masing-masing tes terlampir.

51 51 D. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan studi korelasional. Sugiyanto (1995: 57) menyatakan, Melalui studi korelasional dapat diketahui apakah satu variabel berasosiasi dengan variabel yang lain. Hubungan antara variabel ditentukan dengan menggunakan koefisien korelasi yang dihitung dengan teknik analisis statistik. Penelitian ini ingin mendeskripsikan hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. E. Teknik Analisis Data 1. Mencari Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan diketahui melalui uji reliabilitas dengan korelasi intraklas dari Mulyono B. (2001: 42) dengan rumus sebagai berikut: R = MS A MS W MS A Keterangan: R = Koefisien reliabilitas MS A = Jumlah rata-rata dalam kelompok MS W = Jumlah rata-rata antar kelompok 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat dalam penelitian ini meliputi dua uji prasyarat yaitu: uji normalitas dan uji linieritas. Langkah-langkah uji prasyarat dalam penelitian ini sebagai berikut:

52 52 a. Uji Normalitas Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut : a) Pengamatan x 1, x 2,...x n dijadikan bilangan baku z 1, z 2,... z n dengan menggunakan rumus : Xi - X zi = S Keterangan : Xi = Dari variabel masing-masing sampel X = Rata-rata S = Simpangan baku b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(z i ) = P(z zi). c) Selanjutnya dihitung proporsi z 1, z 2,...z n yang lebih kecil atau sama dengan z i. Jika proporsi dinyatakan oleh S(z i ). banyaknya z 1, z 2,...z n yang zi maka S(z i ) = n d) Hitung selisih F(z i ) - S(z i ) kemudian ditentukan harga mutlaknya. e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo. b. Uji Linieritas Untuk uji kelinieran regresi dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis varians dari Sudjana (2002: 332) sebagai berikut: S 2 TC F = S 2 e

53 53 Keterangan : F = Nilai linieritas S = Standart deviasi TC = Tuna cocok e = Kesalahan 3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi masing-masing prediktor terhadap kriterium dan menghitung korelasi ganda antara prediktor dan kriterium. Adapun penghitungan dalam pengujian hipotesis sebagai berikut: a. Menghitung Koefisien Korelasi Masing-Masing Prediktor Dalam menghitung koefisien korelasi masing-masing prediktor terhadap kriterium tersebut menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson yang dikutip Sudjana (2002: 369) sebagai berikut: r xy = N. XY - ( X).( Y) {N.X 2 - ( X) 2 } {N. Y 2 - ( Y) 2 } b. Menghitung Korelasi Ganda Dalam menghitung koefisien korelasi ganda antara prediktor dan kriterium menggunakan analisis regresi tiga prediktor. Adapun hal-hal yang akan dicari antara lain: 1) Mencari Persamaan Garis Regresi Persamaan regresi tersebut berfungsi untuk mengetahui kemungkinan besarnya nilai pada variabel berdasarkan besarnya nilai pada variabel yang lain. Dengan kata lain analisis regresi berguna untuk memprediksi nilai suatu variabel berdasarkan variabel yang lain. Dengan menggunakan rumus persamaan regresi dari Sutrisno Hadi (1982: 33) sebagai commit berikut to user :

54 54 Ŷ = a 1 x 1 + a 2 x 2 + a 3 x 3 + K Keterangan : Ŷ = Kriterium x 1 = Prediktor 1 x 2 = Prediktor 2 x 3 = Prediktor 3 a 1 = Bilangan koefisien prediktor 1 a 2 = Bilangan koefisien prediktor 2 a 3 = Bilangan koefisien prediktor 3 K = Angka konstan 2) Mencari Koefisien Korelasi Tiga Prediktor Rumus koefisien korelasi tiga prediktor dari Sutrisno Hadi (1982: 33) sebagai berikut: R (1,2,3) = a 1 x 1 y + a 2 x 2 y + a 3 x 3 y y 2 Keterangan: R (1,2,3) = Koefisien korelasi antara prediktor dengan kriterium Y = Kriterium x 1 = Prediktor 1 x 2 = Prediktor 2 x 3 = Prediktor 3 a 1 = Bilangan koefisien prediktor 1 a 2 = Bilangan koefisien prediktor 2 a 3 = Bilangan koefisien prediktor 3 3) Melakukan Uji Signifikansi Regresi Dalam melakukan uji signifikansi tersebut dengan menggunakan rumus dari Sutrisno Hadi (1982: 214) sebagai berikut: F reg = RK reg RK res

55 55 Keterangan : F reg = Harga F garis regresi RK reg = Rata-rata kuadrat regresi RK res = Rata-rata kuadrat residu 4) Mencari Sumbangan Masing-Masing Prediktor Untuk mencari sumbangan masing-masing prediktor menggunakan rumus sebagai berikut : a) Sumbangan Relatif (SR %) a 1. x 1.y SR % x 1 = X 100% JKreg a 1. x 2.y SR % x 2 = X 100% Jkreg a 1. x 3.y SR % x 3 = X 100% Jkreg b) Sumbangan Efektif (SE %) SE % x 1 = SR % x 1.R 2 SE % x 2 = SR % x 2.R 2 SE % x 3 = SR % x 3.R 2

56 56 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengumpulan data dari masingmasing variabel penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas yaitu: kekuatan otot tungkai, panjang tungkai, berat badan dan satu variabel terikat yaitu prestasi lompat jauh gaya jongkok. Data yang diperoleh dari tiap-tiap variabel tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Adapun rangkuman deskripsi data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes kekuatan Otot Tungkai, Panjang Tungkai, Berat Badan dan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Variabel N Mean SD Max Min Kekuatan otot tungkai Panjang tungkai Berat badan Lompat Jauh Gaya Jongkok Tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas dari masingmasing variabel. Adapun hasil uji reliabilitas data kekuatan otot tungkai dan prestasi lompat jauh gaya jongkok dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Variabel Reliabilita Kategori Kekuatan otot tungkai 0.96 Tinggi sekali Lompat jauh gaya jongkok 0.95 Tinggi sekali

57 57 Untuk mengkategorikan hasil uji reliabilitas tersebut menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip Mulyono B. (1992: 22) sebagai berikut: Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas Kategori Reliabilita Tinggi Sekali 0,90 1,00 Tinggi 0,80 0,89 Cukup 0,60 0,79 Kurang 0,40 0,59 Tidak Signifikan 0,00 0,39 B. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Lilliefors. Adapun hasil uji normalitas yang dilakukan pada hasil tes kekuatan otot tungkai (X 1 ), panjang tungkai (X 2 ), berat badan (X 3 ) dan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y) dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Variabel N M SD Lhitung L tabel 5% Kekuatan otot tungkai Panjang tungkai Berat badan Lompat jauh gaya jongkok Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada tiap-tiap variabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai L hitung dari tiap-tiap variabel lebih kecil dari nilai L dalam tabel. Dengan demikian hipotesis nol masing-masing variabel diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, baik data hasil tes kekuatan otot

58 58 tungkai (X 1 ), panjang tungkai (X 2 ), berat badan (X 3 ) dan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y) tersebut termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Linieritas Uji linieritas hubungan antara masing-masing prediktor yaitu: kekuatan otot tungkai (X 1 ), panjang tungkai (X 2 ), berat badan (X 3 ), dengan kriterium yaitu prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y) dilakukan dengan analisis varians. Adapun rangkuman hasil uji linieritas tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 5. Rangkuman Analisis Varians untuk Uji Linieritas Hubungan antara Prediktor dengan Kriterium Variabel db F hitung F tabel Simpulan X 1 Y 12: Model linier diterima X 2 Y 18 : Model linier diterima X 3 Y 12 : Model linier diterima Berdasarkan rangkuman hasil uji linieritas tersebut dapat diketahui bahwa nilai F hitung linieritas yang diperoleh dari tiap variabel lebih kecil dari harga F tabel 5%. Dengan demikian hipotesis nol linieritas ketiga variabel tersebut diterima. Yang berarti bahwa baik korelasi antara X 1 Y, X 2 Y dan X 3 Y berbentuk linier. C. Pengujian Hipotesis Hasil analisis korelasi dan analisis regresi antara data tes kekuatan otot tungkai (X 1 ), panjang tungkai (X 2 ) dan berat badan (X 3 ), dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y) dalam penelitian ini sebagai berikut:

59 59 1. Analisis Korelasi Tiap Prediktor Hasil analisis korelasi masing-masing prediktor dengan kriterium penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan analisis korelasi antara kekuatan otot tungkai (X 1 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar Dengan N = 21, nilai rtabel 5% = Ternyata r hitung = > r tabel 5% = Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai (X 1 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y). b. Berdasarkan analisis korelasi antara panjang tungkai (X 2 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar Dengan N = 30, nilai rtabel 5% = Ternyata r hitung = > r tabel 5% = Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (X 2 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y). c. Berdasarkan analisis korelasi antara berat badan (X 3 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar Dengan N = 30, nilai rtabel 5% = Ternyata r hitung = 0.57 > r tabel 5% = Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan (X 3 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y). d. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi ganda, kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan (X 1,X 2 X 3 ) dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok Y diperoleh nilai R y(1,2,3) > r tabel 5% = Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 2. Analisis Regresi Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda tiga prediktor. Hasil analisis regresi antara data tes kekuatan otot

60 60 tungkai (X 1 ), panjang tungkai (X 2 ) dan berat badan (X 3 ), dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y) penelitian ini sebagai berikut: 1. Persamaan garis regresinya adalah: ŷ = X X Koefisien korelasi dan determinasi antara prediktor dan kriterium: Ry (1,2,3) = R 2 y (1,2,3) = Uji signifikansi analisis regresi. Hasil uji signifikansi regresi dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Sumber Varians db JK RK F.reg F.tabel Regresi (reg) Residu (res) Total Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut dapat disimpulkan, dengan db = m lawan N - m - 1 = 3 lawan 17 harga F tabel 5% adalah Sedangkan nilai F yang diperoleh adalah ternyata lebih besar dari angka batas penolakan hipotesa nol. Dengan demikian hipotesa nol ditolak, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai (X 1 ), panjang tungkai (X 2 ) dan berat badan (X 3 ), dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok (Y). 3. Mencari Sumbangan Masing-Masing Prediktor 1) Sumbangan Relatif Masing-Masing Prediktor dengan Kriterium Dari hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh sumbangan relatif masing-masing prediktor dengan kriterium disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

61 61 Tabel 7. Sumbangan Relatif Masing-masing Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat. Variabel Sumbangan Relatif Kekuatan otot tungkai (X 1 ) % Panjang tungkai (X 2 ) % Berat badan (X 3 ) % Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa, kekuatan otot tungkai memberikan sumbangan relatif sebesar %, panjang tungkai % dan berat badan %. 2) Sumbangan Efektif Masing-Masing Prediktor dengan Kriterium Dari hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh sumbangan efektif masing-masing prediktor dengan kriterium disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 8. Sumbangan Efektif Masing-Masing Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat. Variabel Sumbangan Efektif Kekuatan otot tungkai (X 1 ) % Panjang tungkai (X 2 ) % Berat badan (X 3 ) % Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa, kekuatan oto ttungkai memberikan sumbangan efektif sebesar %, panjang tungkai dan berat badan %.

62 62 D. Pembahasan Hasil Analisis Data Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah awal untuk menguji persyaratan yang dikemukakan pada rumusan hipotesis bisa diterima atau tidak. Hipotesis yang diajukan bisa diterima jika fakta-fakta empiris atau data yang terkumpul bisa mendukung pernyataan hipotesis. Sebaliknya hipotesis ditolak jika fakta-fakta empiris atau data yang terkumpul tidak mendukung pernyataan hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi product moment dan analisis regresi ganda tiga prediktor. Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data kecepatan lari dengan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai r sebesar Nilai tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu Karena nilai r hitung > r tabel, maka nilai korelasi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa, variansi prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh komponen kekuatan otot tungkai. Hasil tersebut menunjukkan, kekuatan otot tungkai memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya. 2. Hubungan antara Panjang Tungkai dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai r sebesar Nilai tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu Karena nilai r hitung > r tabel, maka nilai korelasi signifikan. Hal ini berarti, variansi prestasi ompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh unsur panjang

63 63 tungkai. Hasil tersebut menunjukkan, panjang tungkai memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya.. 3. Hubungan antara Berat Badan dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok diperoleh nilai r sebesar Nilai tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu Karena nilai r hitung > r tabel, maka nilai korelasi signifikan. Hal ini berarti, variansi prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh berat badan. Hasil tersebut menunjukkan, berat badan memiliki hubungan yang signifikan prestasi lompat jauh gaya jongkok. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya. 4. Hubungan antara Kekuatan otot Tungkai, Panjang Tungkai dan berat Badan dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok Untuk menguji hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok dilakukan analisis regresi ganda tiga prediktor. Dari analisis regresi yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai F hit yang diperoleh sebesar , dengan db = 3 lawan 17 pada taraf signifikansi 5%, nilai F regresi dalam tabel adalah 3.20 Karena F hitung = > F tabel = Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok. Hal ini berarti, variansi prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh kekuatan commit to otot user tungkai, panjang tungkai dan berat

64 64 badan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya.

65 65 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan korelasi product moment dan analisis regresi yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai r hitung = > r tabel 5% = 0.433). 2. Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai r hitung = > r tabel 5% = 0.433). 3. Ada hubungan yang signifikan antara berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai r hitung = > r tabel 5% = 0.433). 4. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai F hitung = > r tabel 5% = 3.20). B. Implikasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. Upaya meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok hendaknya mampu

66 66 mengerahkan kekuatan otot tungkai, mampu memanfaatkan panjang tungkai dan memiliki berat badan yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga lompat jauh. C. Saran Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada guru Penjasorkes SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Upaya meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok hendaknya dilakukan latihan khususnya latihan kekuatan otot tungkai, memanfaatkan panjang tungkai, memiliki berat badan yang ideal dan menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok dengan benar, sehingga kemampuan lompat jauh gaya jongkok lebih baik. 2. Perlunya ditingkatkan faktor-faktor yang mendukung prtestasi lompat jauh gaya jongkok.

67 67 DAFTAR PUSTAKA Andi Suhendro Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. Aip Syarifuddin Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Anspaugh, JD. Hamrick, MH. Rosato, FD Wellness: Concepsts and Applications. St. Louis: Mosby Year Book. Inc. Bloomfield, J. Ackland, T.R, and Elliot B.C Applied Anatomy and Biomecanics in Sport. Victoria: Blackwell Scientific Publication. Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Depdiknas Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Evelyn Pearce Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pusat Utama. Ismaryati Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press. Jes Jerver Belajar dan Berlatih Atletik. Alih Bahasa. Tanan Sumpena. Bandung: CV. Pionir Jaya Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya. Jonath U., Haag E., & Krempel R Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra. KONI Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: KONI Pusat. M. Furqon H Teknik Pemanduan Bakat Olahraga. Surakarta: Program Studi Umum Keolahragaan Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret.

68 68 Mulyono B Tes dan Pengukuran. Surakarta: JPOK FKIP UNS Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani/Olahraga. Surakarta: JPOK FKIP UNS. M. Sajoto Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: IKIP Semarang Press. Russell R. Pate, Bruce Mc. Clanaghan & Robert Rotella Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press. Sarwono Laporan Penelitian Pengaruh Metode Kombinasi Latihan Sirkuit- Pliometrik, Berat Badan dan Waktu Reaksi terhadap Kelincahan.. Surakarta: FKIP UNS Press. Soegito Atletik I. Surakarta: UNS Press. Sudarminto Biomekanika I. Surakarta: UNS Press. Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sudjarwo Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. Suharno HP Metodologi Pelatihan Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Sutrisno Hadi Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Syaifuddin Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tamsir Riyadi Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Wahjoedi Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman Atletik. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

69 69 Yudha M. Saputra Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga. Yuslan Samihardja Kesehatan Olahraga dalam Penataran Pelatih Tingkat Dasar Makalah. Semarang: KONI Jawa Tengah. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik.

70 70 LAMPIRAN

71 71

72 72

73 73

74 74

75 75

76 76

77 77

78 78

79 79

80 80

81 81

82 82

83 83

84 84

85 85

86 86

87 87

88 88

89 89

90 90

91 91

92 92 Lampiran 14 Petunjuk Tes dan Pengukuran Variabel Penelitian a. Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan otot tungkai dapat diukur dengan leg dynamomter test dari Wahjoedi (1999: 79) a) Alat dan perlengkapan: - Leg dynamometer - Blangko dan alat tulis b) Petugas: - Seorang pemandu tes - Seorang pembaca skala - Seorang pencatat c) Pelaksanaan tes: - Testi berdiri pada tumpuan dynamometer dengan lutut ditekuk membentuk sudut derajat dan tubuh tegak lurus. - Panjang rantai dynamometer diatur sedemikian rupa sehingga posisi tongkat pegangan melintang di depan kedua paha - Tongkat pegangan digenggam dengan posisi tangan menghadap ke belakang (pronasi) - Tarik tongkat sekuat mungkin dengan cara meluruskan sendi lutut secara perlahan-lahan - Baca jarum penunjuk pada skala dynamometer saat nilai maksimaum tercapai - Ulangi pengukuran tiga dengan selang waktu istirahat 1 menit - Hasil pengukuran adalah skor tertinggi dari tiga kali kesempatan.

93 93 Gambar 7. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Wahjoedi, 1999: 79) 1. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai Untuk mengukur panjang tungkai dengan cara mengukur dari telapak kaki sampai pinggul (pada tulang yang menonjol pada pinggang) dari Ismaryati (2006: 82) a) Alat dan perlengkapan: - Tempat yang rata - Roll meter - Blangko dan alat tulis b) Petugas : - Dua orang pengukur - Seorang pencatat c) Pelaksanaan: - Testi berdiri tegak tanpa alas kaki, pandangan lurus ke depan dan kedua kaki lurus. - Tester mengukur panjang kaki mulai dari telapak kaki sampai pinggang pada tulang yang menonjol. - Setelah diukur, kemudian dicatat dalam satuan centimeter (cm).

94 94 Gambar 8. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai (Ismaryati, 2006: 82) 3. Tes dan Pengukuran Berat Badan Tes dan pengukuran berat badan dengan melakukan penimbangan berat badan menggunakan timbangan. a) Alat dan perlengkapan: - Timbangan - Blangko dan alat tulis b) Petugas: - Seorang pemandu tes - Seorang pembaca skala - Seorang pencatat c) Pelaksanaan: - Testi mengenakan pakaian yang seminim mungkin (pakaian olahraga) tanpa menggunakan sepatu atau alas kaki.

95 95 - Siswa yang mendapat giliran menempatkan diri di atas timbangan dan tester membaca skala pada timbangan. - Skala yang dicapai pada timbangan selanjutnya dicatat. Gambar 9. Tes dan Pengukuran Berat Badan 4. Tes dan Pengukuran Lompat Jauh Gaya Jongkok Prestasi lompat jauh gaya jongkok diukur dengan tes lompat jauh gaya jongkok dari Andi Suhendro (1999: 2.57) a) Alat dan perlengkapan : - Lapangan lompat jauh - Roll meter - Bendera - Cangkul - Blangko dan alat tulis b) Petugas: - Seorang pemanggil teste dan pencatat hasil lompatan - Dua orang pengukur hasil lompatan c) Pelaksanaan tes : - Siswa yang mendapat giliran menempatkan diri untuk melakukan persiapan lompat jauh gaya jongkok

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016 HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Oleh : SYAIFUDIN ILHAM NPM :

Oleh : SYAIFUDIN ILHAM NPM : HUBUNGAN FLEKSIBILITAS TOGOK DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRI KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM: HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA PUTRA KELAS X SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : GUSTYA YOPIE KURNIAWAN NPM :

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : GUSTYA YOPIE KURNIAWAN NPM : HUBUNGAN FLEKSIBILITAS TOGOK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SKRIPSI Oleh: YUYUN DWI ARI WIBOWO X.5606045 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh 15 BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL DEPAN DENGAN MATRAS MENDATAR DAN MATRAS MIRING TERHADAP HASIL BELAJAR ROLL DEPAN SISWA PUTRI KELAS V DAN VI SD NEGERI MAJENANG 3 SUKODONO KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: HENGKI SAPUTRA NPM: Dibimbing oleh : 1. BUDIMAN AGUNG PRATAMA, M.Pd 2. YULINGGA NANDA HANIEF, M.Or

JURNAL. Oleh: HENGKI SAPUTRA NPM: Dibimbing oleh : 1. BUDIMAN AGUNG PRATAMA, M.Pd 2. YULINGGA NANDA HANIEF, M.Or JURNAL PENGARUH KEKUATAN OTOT PERUT DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPATAN DALAM LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh: HENGKI SAPUTRA

Lebih terperinci

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI)

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) Titin Kuntum Mandalawati, M.Or PGSD IKIP PGRI Madiun titinmandalawati@yahoo.com ABSTRAK Lompat jauh merupakan suatu

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK 1 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI PENGKOK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter a. Definisi Lari 1) Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Panjang Tungkai Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman NPM: GIC.14.0703 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Untuk memperoleh data atau keterangan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penelitian ini dilaksanakan di Kampus

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : AKHMAD HUSNI SYARIFUDIN NPM :

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : AKHMAD HUSNI SYARIFUDIN NPM : HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWI PUTRI KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman 1) Deni Mudian 2) Iyan Nurdiyan Haris

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kajian Teori 1. Hakikat Kecepatan Upaya pencapaian prestasi atau hasil optimal dalam berolahraga, memerlukan beberapa macam penerapan unsur pendukung keberhasilan seperti kecepatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra LOMPAT JANGKIT Definisi lompat jangkit : Lompat jangkit disebut juga lompat-lompat tiga, karena dilakukan dengan tiga lompatan yaitu jingkat (hop), langkah (step), lompat (jump) atau jingkat langkah lompat.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SAMBUNG MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SIRANGKANG KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : UMARYANI NIM: X4711255 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN ALAT BANTU DAN TANPA ALAT BANTU TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LOMPAT JAUH GAYA MELENTING PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan. melakukan berbagai macam gerak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan. melakukan berbagai macam gerak. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakikat Panjang Tungkai Seorang olahragawan yang memiliki proporsi badan tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN RINTANGAN DAN RAIHAN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI 01 BANGSRI KARANGPANDAN KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIS DAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIS DAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIS DAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI I NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh: Erwansyah Nasrul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu bagian dari nomor lompat dalam olahraga atletik. Ada banyak pakar yang mengartikan lompat jauh, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Manahan Solo. Berdasarkan beberapa pertimbangan terkait waktu, tempat, dan biaya maka penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : ANDIKA NUR KUSUMA

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : ANDIKA NUR KUSUMA HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DENGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh. Meki Vahlevi

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DENGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh. Meki Vahlevi 1 HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DENGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH Jurnal Oleh Meki Vahlevi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai a. Pengertian Daya Ledak Daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosive. Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat.kata ini berasal dari bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SIGIT PUNTO PRASONGKO K PROGRAM PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SKRIPSI. Oleh : SIGIT PUNTO PRASONGKO K PROGRAM PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN HUBUNGAN ANTARA RASIO RENTANG LENGAN TINGGI BADAN, RASIO PANJANG TUNGKAI TINGGI BADAN DAN VO 2 MAX TERHADAP PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER PADA MAHASISWA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: PURNA ADITYA NPM:

SKRIPSI. Oleh: PURNA ADITYA NPM: HUBUNGAN ANTARA PANJANG LENGAN DENGAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA OBRIEN PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU PACITAN TAHUN PELAJARAN 015/016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu dengan satu kaki dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu dengan satu kaki dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lompat Jauh Menurut Djumindar (2004: 65) lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat

Lebih terperinci

Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri 1 Bireun

Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri 1 Bireun Jurnal Serambi PTK, Volume IV, No.1, Juni 2017 ISSN : 2355-9535 12 Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan pada kelompok I (Box Jump /K1) dan kelompok II

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BULUTANGKIS DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BULUTANGKIS DITINJAU DARI HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BULUTANGKIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN MOTORIK, KOORDINASI MATA-TANGAN, DAN PERSEPSI KINESTETIK PADA MAHASISWA PUTRA PENKEPOR SEMESTER IV JPOK FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

KORELASI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN DAYA LEDAK TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

KORELASI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN DAYA LEDAK TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK KORELASI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN DAYA LEDAK TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SKRIPSI Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecepatan Lari a. Pengertian Kecepatan Lari Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik, yang terdiri dari empat tahap yaitu menumpu ke depan, mendorong, pemulihan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOORDINASI MATA TANGAN, POWER OTOT LENGAN,

HUBUNGAN KOORDINASI MATA TANGAN, POWER OTOT LENGAN, HUBUNGAN KOORDINASI MATA TANGAN, POWER OTOT LENGAN, DAN KELENTUKAN OTOT PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN LEMPARAN ATAS BOLA SOFTBALL PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI SOFTBALL JPOK FKIP UNS TAHUN 2013

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Winarno Surahman NIM: 14.1.01.09.0380P Abstrak

Lebih terperinci

Oleh Hendri Mulyadi Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Rokania

Oleh Hendri Mulyadi Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Rokania Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 1/2016) 45-50 45 KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KOORDINASI MATA- KAKI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH SANTRIWAN MTS PONDOK PESANTREN IQRA BARUNG BARUNG BALANTAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. Jenis latihan ini telah dikenal dan sering digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakangerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah gabungan dari beberapa nomor pertandingan yang secara garis besar dapat di kelompokan menjadi lari, lompat, dan lempar. Atletik adalah salah

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI ALVIAN RIZKI ANGGRIAWAN NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

ARTIKEL SKRIPSI ALVIAN RIZKI ANGGRIAWAN NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI BAGOR NGANJUK TAHUN 05 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan, 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN 2.1 Latihan Squat Trust Latihan Squat trust adalah sebuah latihan yang dimulai dengan sikap berdiri tegak, kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI, BERAT BADAN, DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP\ KECEPATAN LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VII SMP N 2 GONDANG NGANJUK TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN LARI 50 METER DAN LATIHAN LOMPAT GELANG TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 30 MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN LARI 50 METER DAN LATIHAN LOMPAT GELANG TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 30 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN LARI 50 METER DAN LATIHAN LOMPAT GELANG TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 30 MUARO JAMBI Oleh: M. Askani NIM. A1D408015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Perubahan itu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Perubahan itu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Motorik Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Perubahan itu bertahan dalam waktu yang cukup lama, jadi semakin tekun orang belajar atau melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

Disusun oleh : A WISNU FAJAR SETYANTO NIM: X SKRIPSI

Disusun oleh : A WISNU FAJAR SETYANTO NIM: X SKRIPSI PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI LATIHAN LOMPAT DENGAN RINTANGAN PANJANG DAN TINGGI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH TANPA AWALAN PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI MIPITAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2009

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI IV GENUKHARJO KECAMATAN WURYANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: SUWARDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal berbagai macam bentuk olahraga, salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot tungkai, power otot lengan, kelentukan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mensana end Corporisano merupakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dan akrab terdengar di telinga kita, bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA O'BRIEN PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PEMBEBANAN LINIER

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PEMBEBANAN LINIER PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PEMBEBANAN LINIER DAN NON LINIER TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN SMASH TENIS MEJA PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS SURAKARTA TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah olahraga yang disebut sebagai induk dari cabang olahraga (de mother aller sporte). Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

: MOCH. SEPTIAN IMAN ARIFFIN K

: MOCH. SEPTIAN IMAN ARIFFIN K HUBUNGAN KOORDINASI MATA-TANGAN, KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DAN POWER LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS TINGGI PADA ATLET PEMULA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA SOLO TAHUN 2016 SKRIPSI Oleh : MOCH. SEPTIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTOR ABILITY

HUBUNGAN MOTOR ABILITY HUBUNGAN MOTOR ABILITY DAN PANJANG LENGAN DENGAN KEMAMPUAN LEMPAR LEMBING GAYA JENGKET PADA MAHASISWA PUTRA PROGRAM STUDI PENKEPOR ANGKATAN 2005 JPOK FKIP UNS TAHUN 2006 Skripsi Oleh : SKRIPSI OLEH : YURI

Lebih terperinci

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI 1 PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH Jurnal Oleh JODIEKA PERMADI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT EFFECT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan

Lebih terperinci