Laptop APBN/D/File/renstra Page 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laptop APBN/D/File/renstra Page 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya, mengingat isu penting selama ini dan akan datang adalah menyangkut ketahanan pangan, energi dan iklim global. Dalam membangun peternakan di Provinsi Aceh diperlukan acuan berpikir/model yaitu paradigma baru pembangunan peternakan. Secara makro pembangunan peternakan akan memihak kepada rakyat. Acuan utama dalam Pembangunan Peternakan di Provinsi Aceh adalah membangun peternakan modern, maju, mandiri dan berkesinambungan. Peternakan modern adalah pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang andal dan berdaya guna serta bermanfaat untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Peternakan yang maju, mandiri dan berkesinambungan yaitu peternakan tangguh yang dapat memberdayakan sumber daya manusia dan ternak, sehingga mampu mengelola peternakan yang berwawasan agribisnis, serta mampu menangkal segala gejolak, tantangan dan hambatan. Karena itu pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat petani khususnya masyarakat petani peternak, agar mampu melaksanakan usaha produktif di bidang peternakan secara mandiri. Usaha tersebut dilaksanakan bersama oleh petani peternak, pelaku usaha dan pemerintah sebagai fasilitator yang mengarahkan kepada berkembangnya usaha peternakan yang efisien dan memberi manfaat bagi petani peternak. Dari kondisi tersebut, pada dasarnya membangun peternakan bukan hanya membangun budidaya komoditi, tetapi membangun petani dalam suatu sistem yang utuh dari sistem agribisnis yang berbasis komoditi peternakan pada kawasan sentrasentra pengembangan agropolitan. Pengembangan agribisnis komoditi peternakan unggulan, dalam rangka menunjang program pengembangan ekonomi daerah, diharapkan mampu memberikan kontribusi tidak saja bagi peningkatan produksi peternakan di Provinsi Aceh, juga mampu membuka peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di bidang peternakan, sehingga mampu meningkatkan aktifitas perekonomian di pedesaan. Dengan program pemberdayaan kelompok usaha, kelembagaan usaha agribisnis peternakan, akan dapat meningkatkan produktifitas usaha tani ternak, dan pada Laptop APBN/D/File/renstra Page 1

2 gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya melalui penerapan azas skala usaha yang layak dan menjamin kelangsungan usaha. Melalui sistem agribisnis berbasis komoditi ternak unggulan yang mengacu pada prospek tantangan dan tuntutan pasar, yang memiliki daya saing dalam negeri maupun peluang ekspor, maka diperlukan suatu pedoman standar skala usaha agribisnis peternakan dan berbagai jenis komoditi ternak yang memiliki nilai keunggulan di suatu wilayah/daerah, sehingga mampu mengakses seluruh aspek agribisnis baik kualitas dan kuantitas produksi, tuntutan pasar, permodalan sarana dan prasarana pendukung termasuk tenaga dan Sumber Daya Manusia. Pembangunan peternakan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi Aceh. Selama kurun waktu pembangunan peternakan diarahkan pada upaya-upaya revitalisasi pembangunan peternakan dalam rangka mereprosisi kembali kedudukan dan peran penting peternakan secara proporsional dalam kontek pembangunan daerah dan pembangunan pertanian nasional. Oleh sebab itu, Dinas Peternakan Aceh mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi di bidang peternakan untuk menyusun kebijakan teknis bidang peternakan sesuai peraturan per-undang-undangan yang berlaku. Rencana Strategis (Renstra) disusun untuk menjamin kontinuitas dan konsistensi program pembangunan peternakan sekaligus menjaga fokus sasaran yang akan dicapai dalam satuan waktu tertentu. Renstra juga menetapkan sasaran yang akan dicapai dengan indikator keberhasilan yang dapat diukur dan diverifikasi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengendalian dan evaluasi program. 1.2 Landasan Hukum a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tentang pemerintah Daerah menjadi Undang-undang ; b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN); c. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Laptop APBN/D/File/renstra Page 2

3 d. Undang - undang Nomor 10 Tahun 2005, tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2005; e. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006, tentang Pemerintah Aceh; f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; g. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009, tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; i. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; j. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah; k. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2010, tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun Maksud dan Tujuan a. Maksud Penyusunan Renstra Menyikapi fenomena perkembangan, tantangan, hambatan dan peluang pembangunan peternakan dewasa ini, maka Renstra ini disusun sebagai pedoman dalam penyusunan program dan kegiatan pembangunan peternakan yang akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT). b. Tujuan Penyusunan Renstra Sebagai respon terhadap dinamika lingkungan strategis baik global maupun domestik, serta memperhatikan perencanaan sebagai alat manajerial untuk memelihara keberlanjutan dan perbaikan kinerja lembaga, maka Renstra Dinas Peternakan Aceh disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk merencanakan berbagai kebijakan dan strategi percepatan pembangunan peternakan ke arah yang lebih baik dalam kondisi perubahan lingkungan yang cepat, transparan dan semakin kompleks; Laptop APBN/D/File/renstra Page 3

4 2. Sebagai dokumen yang akan menjadi dasar atau acuan, khususnya bagi Dinas Peternakan Aceh dan berbagai komponen yang menjalankan fungsi pembangunan peternakan, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya; 3. Untuk memberikan komitmen pada aktivitas dan kegiatan di masa mendatang; 4. Sebagai dasar untuk mengukur capaian kinerja dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang mungkin terjadi; 5. Sebagai pedoman umum dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat; 6. Untuk memfasilitasi komunikasi, baik vertikal maupun horizontal, antar dan lintas sektor serta dengan masyarakat peternak, dan pelaku agribisnis berbasis peternakan. 1.4 Sistematika Penulisan Secara sistematis Rencana Strategis Dinas Peternakan Aceh tahun dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I. Merupakan bab Pendahuluan, yang memuat uraian tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II. Merupakan bab tentang Gambaran Pelayanan SKPA, yang memuat tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPA, sumber daya SKPA, kinerja pelayanan SKPA, tantangan dan peluang pembangunan pelayanan SKPA. BAB III. Merupakan bab tentang Isu-isu Strategis berdasarkan Tugas dan Fungsi yang memuat Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPA, telahaan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, telahaan Renstra K/L dan Renstra, telahaan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis, penentuan isu-isu strategis. BAB IV. Merupakan bab tentang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan, yang memuat visi dan misi SKPA, tujuan dan sasaran jangka menengah SKPA, strategi dan kebijakan SKPA. BAB V. Merupakan bab tentang Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif. BAB VI. Merupakan bab tentang Indikator Kinerja SKPA yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMA. Laptop APBN/D/File/renstra Page 4

5 BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPA 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPA Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 127 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Peternakan Aceh, Tugas Pokok Dinas Peternakan adalah melaksanakan tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang peternakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Peternakan Aceh mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas; b. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang; c. Perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan teknis di bidang peternakan; d. Penyusunan program di bidang peternakan; e. Pembinaan izin usaha, pelaksanaan pelayanan dan penyuluhan di bidang kesehatan hewan dan peternakan; f. Pelaksanaan koordinasi, pemantauan, pengendalian dan pembinaan pengembangan serta peningkatan peternakan; g. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang peternakan; h. Pembinaan Unit PelaksanaTeknis Dinas (UPTD). Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut, Dinas Peternakan mempunyai kewenangan : a. Menyusun perencanaan dan melakukan pengendalian pembangunan secara makro di bidang peternakan; b. Menetapkan standar pelayanan minimal dalam bidang peternakan yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota; c. Menetapkan standar pembibitan/pembenihan peternakan; d. Melakukan promosi eksport komoditas peternakan di Provinsi Aceh; e. Menyediakan dukungan kerja sama antar kabupaten/kota dalam bidang peternakan; f. Mengatur penggunaan bibit unggul di sektor peternakan; g. Menetapkan kawasan peternakan terpadu berdasarkan kesepakatan dengan Kabupaten/Kota; h. Melaksanakan penyidikan penyakit di bidang peternakan lintas Kabupaten/Kota; Laptop APBN/D/File/renstra Page 5

6 i. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia bidang peternakan; j. Melakukan pengendalian mutu peternakan serta memberikan pelayanan teknis administrasi kepada instansi terkait dalam rangka peningkatan produksi di sektor peternakan. Struktur Organisasi SKPA Susunan Organisasi Dinas Peternakan Aceh berdasarkan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tanggal 5 Oktober 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri atas : a. Kepala Dinas b. Sekretariat c. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan dan Veteriner d. Bidang Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil e. Bidang Pembibitan dan Produksi Ternak f. Bidang Pakan g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) h. Kelompok Jabatan Fungsional Selanjutnya dalam rangka pelaksanaan Pasal 241 Ayat (2) dan Ayat (3) Qanun Aceh nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dipandang perlu menata kembali susunan organisasi dan tata kerja UPTD pada Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, untuk itu pada tanggal 17 Maret 2009 telah ditetapkan peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 20 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Peternakan Aceh. Dalam peraturan Gubernur tersebut susunan organisasi dan tata kerja UPTD terdiri dari : a. UPTD Laboratorium Veteriner b. UPTD Balai Inseminasi Buatan (BIB) c. UPTD Inkubator Kader Peternakan (IKP) d. UPTD Balai Ternak Non Ruminansia (BTNR) Sekretariat terdiri dari : - Sub Bagian Program, Informasi dan Hubungan Masyarakat - Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Asset - Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum Laptop APBN/D/File/renstra Page 6

7 Bidang Kesehatan Hewan dan Veteriner terdiri dari : - Seksi Pengamatan Penyakit Hewan - Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan - Seksi Perlindungan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Bidang Usaha, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan terdiri dari : - Seksi Pengolahan - Seksi Investasi dan Pengembangan Usaha - Seksi Pemasaran Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak terdiri dari : - Seksi Standarisasi dan Mutu Ternak - Seksi Ruminansia Potong dan Perah - Seksi Inseminasi Buatan Kelembagaan Penunjang a. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Inkubator Kader Peternakan (IKP) - Kepala UPTD - Kepala Sub Bagian Tata Usaha b. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Veteriner - Kepala UPTD - Kepala Sub Bagian Tata Usaha c. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Ternak Non Ruminansia (BTNR) : - Kepala UPTD - Kepala Sub Bagian Tata Usaha d. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Inseminasi Buatan (IB) : - Kepala UPTD - Kepala Sub Bagian Tata Usaha 2.2. Sumber Daya SKPA Jumlah seluruh pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, CPNS dan tenaga honorer/kontrak pada Dinas Peternakan Aceh, sampai akhir Desember 2016 sebanyak 286 orang, terdiri dari 189 orang PNS, 97 orang tenaga kontrak. Adapun jumlah pegawai berdasarkan pangkat/golongan, tingkat pendidikan dan jumlah PNS yang menduduki jabatan struktural, non struktural dan fungsional laki-laki dan perempuan per 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut : Laptop APBN/D/File/renstra Page 7

8 Tabel.1 Sumber Daya Aparatur Dinas Peternakan Aceh Tahun 2016 No Pangkat Golongan Jumlah (orang) Ket 1 Pembina Utama Madya IV/d - 2 Pembina Utama Muda IV/c 2 3 Pembina Tk.I IV/b 16 4 Pembina IV/a 18 5 Penata Tk.I III/d 45 6 Penata III/c 19 7 Penata Muda TK.I III/b 34 8 Penata Muda III/a 34 9 Pengatur Tk.I II/d 2 10 Pengatur II/c Pengatur Muda TK.I II/b 5 12 Pengatur Muda II/a 3 13 Juru Tk.I I/d - 14 Juru I/c - 15 Juru Muda Tk.I I/b - 16 Juru Muda I/a - Jumlah 189 Ditinjau dari segi pendidikan yang dimiliki oleh pegawai Dinas Peternakan Provinsi Aceh sampai dengan akhir tahun 2016, maka jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan adalah sebagai berikut : Laptop APBN/D/File/renstra Page 8

9 Tabel.2 Sumber Daya Aparatur Dinas Peternakan Aceh Menurut Tingkat Pendidikan No Gol Tingkat Pendidikan S3 S2 S1 DIII SLTA SLTP SD Jumlah 1 IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a I/d I/c I/b I/a Jumlah Ket 2.3. Kinerja Pelayanan SKPA Berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang diembankan pada Dinas Peternakan Aceh seperti yang tersebut diatas maka kegiatan operasional yang akan dilaksanakan untuk masing-masing bidang pada Tahun Anggaran adalah sebagai berikut : 1. Bidang Sekretariat 1.1. Jangka Pendek dan Menengah - Penyusunan program dan rencana anggaran; - Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi - Pembinaan, monitoring dan evaluasi pembangunan peternakan - Membuat pelaporan realisasi fisik dan keuangan, laporan tahunan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) dan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ). - Melakukan pendataan Pegawai Negeri Sipil yang ada pada Dinas Peternakan Aceh dan Kabupaten/kota; - Melakukan pendataan arsip dinas; - Menginventarisasi peralatan kantor dinas; - Melakukan sosialisasi peraturan kepegawaian; Laptop APBN/D/File/renstra Page 9

10 - Menindaklanjuti hasil pemeriksaan anggaran pembangunan dan rutin oleh pengawasan fungsional; - Mengelola keuangan negara secara baik dan transparan; - Menfasilitasi peraturan perundang-undangan bidang peternakan dan penyiapan metode kerja, prosedur kerja, dan standarisasi kerja; 1.2. Jangka Panjang - Meningkatkan kualitas perencanaan; - Mengadakan penelitian komoditi unggulan yang spesifik daerah; - Melaksanakan survey pengumpulan data parameter ternak; - Mengembangkan sistem informasi pengembangan peternakan; - Melakukan pengembangan informasi kepegawaian; - Melakukan penyempurnaan undang-undang bidang peternakan; 2. Bidang Kesehatan Hewan dan Veteriner terdiri dari 2.1. Jangka Pendek dan Menengah - Melakukan penanggulangan wabah penyakit hewan menular; - Melakukan pengendalian pemotongan ternak betina produktif; - Melakukan pengujian mutu obat hewan,vaksin dan hormon; - Melakukan pengendalian populasi vektor; - Melakukan pengembangan dan pengawasan pemotongan hewan di RPH dan RPU; - Melakukan pembenahan peraturan obat hewan dan pengawasan obat hewan - Melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan strategis - Melakukan pemantauan penyakit hewan di seluruh Kabupaten/Kota 2.2. Jangka Panjang - Mendukung jaringan kerjasama laboratorium dengan BPPV Wilayah - Melakukan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan produk pangan asal hewan 3. Bidang Usaha, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan 3.1 Jangka Pendek dan Menengah - Melakukan penggalian sumber-sumber pembiayaan untuk modal usaha di bidang peternakan Laptop APBN/D/File/renstra Page 10

11 - Mengembangkan kawasan industri peternakan - Melakukan promosi produksi hasil peternakan - Melakukan penanganan pasca panen hasil produk peternakan - Mengadakan Pertemuan kemitraan dan temu usaha - Melakukan pembinaan informasi pasar - Melakukan pembinaan usaha agribisnis peternakan - Mengembangkan standarisasi mutu produk olahan 3.2 Jangka Panjang - Mengembangkan usaha peternakan rakyat kearah agribisnis - Mengembangkan usaha pengolahan hasil produk peternakan di pedesaan - Mendukung kerja sama antara petani peternak dengan swasta atau Bank 4. Bidang Pembibitan dan Produksi Ternak 4.1. Jangka Pendek dan Menengah - Melakukan identifikasi wilayah sumber bibit; - Melakukan pengembangan perbibitan ternak dipedesaan; - Melaksanakan penyebaran pejantan unggul untuk kawin alam; - Penyelamatan sapi/kerbau betina produktif; - Pemamfaatan potensi sumber daya genetik lokal; - Melakukan pengembangan pakan ternak dan pembinaan padang pengembalaan; - Pengembangan integerasi tanaman-ternak; - Mengembangkan pemanfaatan pupuk kompos; - Mengembangkan sarana dan prasarana produksi peternakan; - Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pakan; - Peningkatan penyediaan pakan dan air; - Melakukan pengembangan alsintan; - Melakukan analisis potensi wilayah; - Melakukan penyusunan master plant komoditi unggulan; - Melakukan pengembangan dan pembinaan kawasan peternakan; - Menyelesaikan administrasi ternak pemerintah; - Melakukan Identifikasi dan Verifikasi Pengembangan Ternak; 4.2. Jangka Panjang - Pelestarian sumber daya genetik lokal secara berkelanjutan; Laptop APBN/D/File/renstra Page 11

12 - Pengembangan usaha dan investasi perbibitan; - Mengembangkan sistem informasi pengembangan peternakan; - Mengoptimalkan kelembagaan perbibitan dan sertifikasi peternakan; - Melakukan kegiatan seleksi, recording dan progeny test. 5. Bidang Pakan 5.1. Jangka Pendek dan Menengah - Melakukan pengembangan pakan ternak dan pembinaan padang pengembalaan; - Pengembangan integerasi tanaman-ternak; - Mengembangkan pemanfaatan pupuk kompos; - Mengembangkan sarana dan prasarana produksi peternakan; - Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pakan; - Peningkatan penyediaan pakan dan air; - Melakukan pengembangan alsintan; - Melakukan analisis potensi wilayah; - Melakukan penyusunan master plant komoditi unggulan; - Melakukan pengembangan dan pembinaan kawasan peternakan; - Menyelesaikan administrasi ternak pemerintah; - Melakukan Identifikasi dan Verifikasi Pengembangan Ternak; 5.2. Jangka Panjang - Mengembangkan kawasan peternakan; 6. UPTD Laboratorium Veteriner 6.1. Jangka Pendek dan Menengah - Menyediakan bahan-bahan kimia/bahan pengujian penyakit laboratorium; - Menyediakan perlengkapan dan peralatan laboratorium sebagai alat bantu diagnosa penyakit; - Melaksanakan pemeriksaan spesimen; - Menyediakan obat-obatan untuk klinik terpadu Jangka Panjang - Meningkatkan derajat kesehatan hewan; - Meningkatkan sumber informasi kesehatan hewan; - Melakukan revitalisasi UPTD Laboratorium Veteriner; - Meningkatkan Kompetensi Aparatur dan Kelembagaan. Laptop APBN/D/File/renstra Page 12

13 7. UPTD Balai Ternak Non Ruminansia (BTNR) 7.1. Jangka Pendek dan Menengah - Pembinaan dan pengadaan sarana produksi ternak non ruminansia; - Pembinaan usaha budidaya ternak non ruminansia; - Pengelolaan produksi telur dan daging; - Pengembangan usaha pengelolaan agroindustri ternak non ruminansia Jangka Panjang - Pelaksanaan kerjasama kemitraan dengan pihak swasta dan instansi terkait; - Melakukan kerjasama operasional dengan pihak terkait; - Menerapkan sistim manajemen mutu. 8. UPTD Inkubator Kader Peternakan (IKP) 8.1. Jangka Pendek dan Menengah - Meningkatkan pendidikan kader peternakan; - Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader; - Melaksanakan pelatihan SDM petugas dan peternak Jangka Panjang - Menciptakan lapangan pekerjaan; - Menciptakan petugas dan peternak swadaya mandiri; - Meningkatkan kompetensi kader, paramedis dan inseminator. 9. UPTD Balai Inseminasi Buatan (BIB) 9.1. Jangka Pendek dan Menengah - Melakukan pembinaan kelompok ternak inseminasi buatan; - Melakukan penyiapan dan pembinaan potensi akseptor; - Melakukan pengembangan inseminasi buatan; - Melakukan prosesing sperma beku sapi Aceh; - Melakukan pembinaan sistem pelayanan inseminasi buatan Jangka Panjang - Melakukan pengembangan Balai Inseminasi Buatan Sapi Aceh; - Revitalisasi Laboratorium Prosesing Sperma Beku; - Penyebaran sperma beku sapi Aceh ke luar daerah. Laptop APBN/D/File/renstra Page 13

14 2.4 Tantangan dan Peluang Pembangunan Pelayanan SKPA Potensi dan Permasalahan 1. Analisis Lingkungan Internal Dalam menyusun kebijakan di bidang peternakan, prinsip yang digunakan adalah bagaimana mengkombinasikan seluruh aset termasuk Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang dikemas dalam suatu perencanaan yang baik. Dalam menganalisis faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja Dinas Peternakan, dicermati dari aspek kekuatan (strengths) dan kelemahan (Weaknesses). a. Kekuatan (Strengths) 1) Pembangunan peternakan saat ini telah dipayungi oleh Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang telah memberi kewenangan untuk merumuskan norma, standar, pedoman, dan kriteria di bidang peternakan dan kesehatan hewan. 2) Adanya kelembagaan di berbagai aspek produksi dan kesehatan hewan, teknologi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai. 3) Adanya potensi sumber daya genetik lokal seperti sapi, kerbau, kuda, sedangkan potensi ternak lainnya seperti kambing, domba dan ternak unggas merupakan komoditas lokal juga masih dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan populasi dan produktivitas ternak. 4) Potensi lahan sebagai basis budidaya dan sumber pakan hijauan yaitu padang pengembalaan Ha dan kebun rumput Ha serta potensi hasil samping produk pertanian/perkebunan/perikanan yang melimpah sebagai sumber bahan pakan ternak; 5) Telah ditetapkannya sapi Aceh sebagai plasma nutfah sapi nasional dengan SK Menteri Pertanian Nomor : 2907/KPTS/OT.140/6/2011, tanggal 17 Juni b. Kelemahan (weaknesses) Berbagai kelemahan yang dihadapi dalam pembangunan peternakan antara lain: 1) Belum adanya perlindungan jaminan usaha peternakan melalui subsidi input produksi; 2) Belum optimalnya fungsi kelembagaan, rendahnya dukungan institusi lain yang terkait dalam mendukung pembangunan peternakan dan kesehatan Laptop APBN/D/File/renstra Page 14

15 hewan, lemahnya koordinasi lintas sektor, rendahnya penerapan standar mutu bibit, kurangnya pengendalian sistem persilangan ternak lokal; 3) Dari aspek teknis, kelemahan yang menghambat pembangunan peternakan dan kesehatan hewan antara lain proses produksi serta belum mantapnya program perbibitan ternak sapi potong, kambing, domba, ayam lokal, dan itik. Kelemahan lainnya adalah produksi dan produktivitas ternak yang masih rendah. 4) Pada umumnya wilayah perbibitan, budidaya dan pembesaran belum dipetakan sehingga belum mampu membentuk suatu agribisnis yang terintegrasi dalam suatu kawasan. Adanya penyakit hewan menular strategis yang belum dibebaskan. 2. Analisis Lingkungan Eksternal Dalam menganalisis faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja Dinas Peternakan dicermati dari aspek peluang (opportunity) dan aspek hambatan/ancaman (threats) a. Aspek peluang (Opportunity) 1) Letak provinsi Aceh yang berada pada posisi geostrategik dalam perdagangan dunia memberikan peluang untuk meningkatkan akses pasar barang ekspor ke pasar global. 2) Kekayaan Sumber Daya Alam berupa lahan pengembalaan yang ditunjang iklim tropis basah memungkinkan kontinuitas pasokan komoditas peternakan. Lahan peternakan yang begitu luas akan menciptakan peluang bagi Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk meningkatkan investasi dalam pengolahan produk bernilai tinggi, yang didukung oleh jumlah penduduk sebagai pasar potensial. 3) Meningkatnya permintaan produk peternakan dalam negeri dan ekspor, tersedianya potensi sumber daya bahan pakan dan pakan lokal, potensi sumber daya genetik ternak lokal, berkembangnya usaha pendukung peternakan, semakin besarnya minat investasi di bidang peternakan. 4) Adanya pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan melalui anggaran belanja Pemerintah Daerah, meningkatnya tuntutan One World One Laptop APBN/D/File/renstra Page 15

16 Health (kesehatan semesta) untuk kesehatan manusia, hewan dan lingkungan, dan adanya pengaturan perwilayahan peternakan. 5) Tersedianya teknologi dan informasi perdagangan juga akan berdampak ganda (multiplier effect) bagi dunia usaha peternakan. 6) Peluang ekspor komoditas ternak cukup besar, meliputi ternak sapi, kambing dan domba ke Timur Tengah dan negara lainnya. Laptop APBN/D/File/renstra Page 16

17 b. Aspek Hambatan/Ancaman (threats) 1) Pembangunan peternakan dihadapkan pada lemahnya kerjasama terutama di sektor produksi, transportasi dan jasa. Perdagangan produk peternakan secara illegal, menurunnya fungsi kelembagaan di daerah, tingginya konversi serta kompetisi lahan peternakan serta tumpang tindihnya tata guna lahan antar sektor dan subsektor yang mengakibatkan kurangnya kepastian berusaha. 2) Paradigma otonomi daerah menjadi faktor signifikan yang harus dipertimbangkan dalam menyusun suatu kebijakan. Pemberian otonomi ke daerah pada dasarnya memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi daerah guna meningkatkan pembangunan daerah salah satunya dalam produksi peternakan. 3) Adanya perubahan iklim global pada saat-saat tertentu menurunnya produksi hijauan pakan ternak, sehingga menyebabkan kurangnya ketersediaan bahan pakan hijauan ternak yang bermutu. 4) Terjadinya alih fungsi lahan dari padang pengembalaan umum dan lahan pertanian ke sektor lain yang menyebabkan menurunnya kapasitas tampung ternak. Laptop APBN/D/File/renstra Page 17

18 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPA Pembangunan sub sektor peternakan saat ini dihadapkan pada tantangan terhadap lingkungan strategi global, baik di tingkat daerah, regional dan nasional serta internasional. Perubahan lingkungan yang sangat cepat dibidang sosial, budaya, ekonomi dan politik menimbulkan berbagai ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pemerintah. Isu kemiskinan, pengangguran dan kesempatan kerja merupakan masalah nasional. Di sub sektor peternakan kasus flu burung, penyakit hewan dan swasembada daging merupakan tantangan dan masalah yang harus dihadapi melalui proses tranformasi dari usaha tani ternak tradisional kearah usaha tani maju dan modern. Untuk menuju kearah tersebut perlu dibangun paradigma baru serta visi pembangunan peternakan yang memberikan arah dan citra pembangunan peternakan di masa datang guna menjawab tantangan dan harapan di masa depan. Sehubungan dengan fenomena tersebut, beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Sistem usaha peternakan masih merupakan usaha peternakan rakyat yang pada umumnya merupakan usaha sambilan atau cabang usaha. 2. Semakin sulitnya jaminan kebutuhan lahan bagi sub sektor peternakan karena belum adanya kepastian hukum terhadap tata ruang budidaya. 3. Belum terbinanya sumber daya manusia (SDM) petani peternak dalam rangka membangun karakter masyarakat petani yang mandiri dan tangguh Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih Telahaan Visi dan Misi Visi : Mewujudkan tata kelola pengembangan ternak dengan menerapkan tata nilai dan budaya kerja masyarakat Aceh dalam melaksanakan budidaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak yang berbasis ekonomi kerakyatan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabatnya. Melaksanakan pembangunan peternakan secara profesional dan proporsional yang terintegrasi dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan nilai tambah produk peternakan dalam rangka pemanfaatan potensi sumber daya peternakan, untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak beserta keluarganya, sehingga mampu mandiri dan tangguh. Dalam melaksanakan Laptop APBN/D/File/renstra Page 18

19 pembangunan peternakan harus berdasarkan perwilayahan komoditi dengan memperhatikan aspek keadilan dan pemerataan sesuai cluster masing-masing daerah. Telaahan Misi : 1. Menyusun Qanun peternakan tentang tata kelola pembangunan peternakan Aceh yang amanah berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2. Menyediakan produk pangan asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) sesuai dengan nilai-nilai Dinul Islam. 3. Memperkuat sumber daya peternak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Melaksanakan pembangunan peternakan yang profesional, proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan sesuai dengan cluster daerah masing-masing. 5. Meningkatkan nilai tambah produksi peternakan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal Telaahan Renstra K/L dan Renstra Renstra disusun untuk menjamin kontinuitas dan konsistensi program pembangunan peternakan sekaligus menjaga fokus sasaran yang akan dicapai dalam satuan waktu tertentu. Renstra juga menetapkan sasaran yang akan dicapai dengan indikator keberhasilan yang dapat diukur dan diverifikasi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengendalian dan evaluasi program. Sebagai respon terhadap dinamika lingkungan strategis baik global maupun domestik, serta memperhatikan perencanaan sebagai alat manajerial untuk memelihara keberlanjutan dan perbaikan kinerja lembaga, maka Rencana Strategis Dinas Peternakan Aceh disusun dengan tujuan sebagai berikut - Untuk merencanakan berbagai kebijakan dan strategi percepatan pembangunan peternakan ke arah yang lebih baik dalam kondisi perubahan lingkungan yang cepat, transparan dan semakin kompleks. - Sebagai dokumen yang akan menjadi dasar atau acuan, khususnya bagi Dinas Peternakan Aceh dan berbagai komponen yang menjalankan fungsi pembangunan peternakan, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. - Untuk memberikan komitmen pada aktifitas dan kegiatan di masa mendatang. Laptop APBN/D/File/renstra Page 19

20 - Sebagai dasar untuk mengukur capaian kinerja dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang mungkin terjadi. - Sebagai pedoman umum dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. - Untuk memfasilitasi komunikasi, baik vertikal maupun horizontal, antar dan lintas sektoral serta dengan masyarakat peternakan, dan pelaku agribisnis berbasis peternakan Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Strategi pembangunan didasarkan pada kerangka analisis terhadap faktor lingkungan strategis. Strategi yang demikian perlu dilakukan mengingat faktor strategis lingkungan akan menentukan keberhasilan pelaksanaan visi dan misi yang diterapkan. Keberadaan faktor-faktor lingkungan strategis yang terdiri dari faktor lingkungan internal strategis dan faktor lingkungan eksternal strategis akan merupakan kerangka dasar mengingat pada faktor tersebut dapat ditemukan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Isu pelestarian lingkungan menjadi perhatian internasional yang harus diperhatikan dan diatasi melalui langkah-langkah antara lain : 1. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program pemerintah dalam upaya mencegah degradasi kualitas lingkungan 2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi secara berkelanjutan. 3. Memperbaiki taraf hidup penduduk miskin. Kondisi tersebut menuntut Dinas Peternakan bersama - sama dengan instansi lainnya menciptakan program yang ramah lingkungan dan berkelanjutan Penentuan Isu-isu Strategis: 1. Meningkatkan Kelahiran dan Efisiensi Reproduksi Ternak Tingkat efisiensi reproduksi yang selama ini dengan sistim pengelolaan ternak secara ekstensif masih sangat rendah dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki oleh ternak ruminansia besar (sapi/kerbau), ternak ruminansia kecil ( kambing /domba) maupun pada ternak non ruminansia terutama ayam buras dan itik. Upaya meningkatkan kelahiran dan efisiensi reproduksi ditempuh melalui strategi pendekatan sistim pengelolaan intensif dengan pola pengaturan perkawinan baik dengan inseminasi buatan, meningkatkan intensifikasi sistim perkawinan alam, penerapan sistim recording, seleksi dan penyediaan bibit unggul. 2. Menekan Angka Kematian Ternak Laptop APBN/D/File/renstra Page 20

21 Selain efisiensi reproduksi yang masih rendah, angka kematian dan kasus penyakit pada ternak rakyat masih tinggi yang disebabkan oleh serangan penyakit/wabah yang menyerang ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas. Semua jenis kasus penyakit pada ternak belum mampu diberantas secara tuntas dan setiap tahun secara temporer masih berjangkit dibeberapa daerah. Untuk itu upayaupaya peningkatan sistim pengendalian dan pemberantasan melalui sistim komando pengamanan dini dan optimalisasi perangkat pendukung di kab/kota sampai kecamatan dan pedesaan perlu terus ditingkatkan. 3. Pengendalian Pemotongan dan Pengeluaran Ternak Upaya pengendalian pemotongan ternak betina produktif diarahkan pada usaha mencegah terjadinya pemotongan terhadap ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau) betina produktif khususnya yang sedang bunting sehingga dapat menguras sumber bibit betina. Demikian juga pada calon-calon pejantan unggul perlu diselamatkan melalui program pengadaan atau rekruitmen pejantan untuk menjadi bull bagi penyediaan sperma. Untuk mendukung kegiatan tersebut selain diperlukan fasilitas pembiayaan dan peralatan juga perlu dibuat Peraturan Daerah, tentang Pelarangan Pemotongan Ternak Betina Produktif dengan sanksi yang lebih ketat untuk mengsukseskan program tersebut dimasing-masing Kabupaten/Kota. Disamping itu pengembangan pola kemitraan dan koordinasi semua komponen yang terkait perlu terus ditingkatkan dalam pembinaan dan pengendalian program. 4. Pemasukan dan Pengembangan Ternak Bibit Unggul Program pemasukan dan pengembangan ternak bibit unggul tetap perlu dilakukan secara selektif, kolektif berencana dan terukur. Dengan perkataan lain pemasukan bibit unggul baik dari dalam negeri (antar provinsi) maupun bibit impor tetap harus memiliki sikap hati-hati, terkendali dan terprogram dengan baik, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak legal dengan sumber yang tidak jelas baik dari segi genetik maupun fenotip yang diperlihatkan. Untuk itu kriteria teknis sesuai ketentuan Pemerintah tentang pemasukan ternak bibit impor tetap menjadi acuan yang baku untuk dipedomani. Disamping itu upaya-upaya pengembangan potensi plasma nutfah ternak lokal perlu terus dilakukan secara intensif khususnya sapi Aceh melalui domestikasi pada suatu kawasan yang layak. 5. Pemanfaatan Teknologi dan Informasi Laptop APBN/D/File/renstra Page 21

22 Menghadapi pesatnya perkembangan teknologi informasi membutuhkan kreatifitas dari semua aparatur Dinas Peternakan untuk memanfaatkan teknologi adalah sebagai alat bantu manusia untuk mencapai tujuannya. Pemanfaatan teknologi sangat tergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, tanpa kemampuan SDM tidak mungkin optimalisasi pemanfaatan teknologi dapat dilakukan. Untuk itu upaya pembinaan SDM sangat penting dilakukan guna tersedianya tenaga aparatur yang handal dalam memanfaatkan perangkat teknologi informasi, sehingga dengan teknologi informasi akan mampu mengakses semua data yang ada untuk kepentingan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program. 6. Penerapan Teknologi Ekonomi/Usaha Teknologi adalah sebagai alat mencapai sasaran produksi peternakan. Optimalisasi pemanfaatan teknologi untuk menyikapi tuntutan kebutuhan masyarakat sesuai perkembangan yang terus berubah dengan cepat. Pemanfaatan teknologi diperlukan kreativitas sumber daya pelaku yang terlibat langsung dengan pengembangan peternakan. Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas haruslah melalui inovasi teknologi yang memberikan efektivitas dan efisiensi tinggi bagi suatu usaha. 7. Penerapan Teknologi Sosial Ekonomi Semua proses pendekatan baik dalam rangka perencanaan maupun operasional dilapangan selain pertimbangan dari segi teknis mekanisasi tetapi juga harus memperhitungkan dari aspek teknis sosial dan ekonomi. Untuk itu dalam rangka mempercepat proses transformasi kebijakan pembangunan peternakan, terutama dalam rangka pengembangan kawasan usaha agribisnis peternakan, pertimbangan sosial ekonomi merupakan salah satu aspek penting yang menjadi pertimbangan di dalam menetapkan langkah-langkah strategis memecahkan masalah dilapangan. Mengingat aspek politik dan sosial ekonomi memegang peranan penting dalam membangun suatu wilayah maka kebijakan yang ditempuh haruslah benar-benar mampu mengakomodir semua kepentingan baik dari segi politik, teknis dan sosial ekonomi. Laptop APBN/D/File/renstra Page 22

23 Dengan demikian dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan pembangunan peternakan lima tahun kedepan diarahkan agar ketiga kepentingan tersebut dapat terpenuhi maka melalui penerapan teknologi sosial ekonomi akan diterapkan tiga pola pengwilayahan pengembangan yaitu : Pertama untuk memenuhi aspirasi praktis program peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan diarahkan pada usaha tani keluarga dengan komoditas ternak kecil dan unggas; Kedua pada masyarakat tani yang bersifat heterogen dengan berbagai komoditas pertanian ditetapkan pola intensifikasi usaha tani terpadu penggemukan sapi potong dan ternak kambing/domba, dan ketiga pada pola pengembangan kawasan agribisnis sentra perbibitan ternak sapi/kerbau adalah melalui sistim integrasi ternak dengan tanaman dan mengembangkan pola kemitraan. 8. Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi Peternakan Untuk meningkatkan kegiatan budidaya dan proses pengelolaan ternak, upayaupaya pengadaan bibit ternak terus dilakukan baik dalam bentuk natura maupun dalam bentuk kegiatan Inseminasi Buatan (IB). Secara bertahap diharapkan pengadaan bibit ternak dapat terus meningkat setiap tahun 1-2 % sampai tahun 2017 dapat terpenuhi jumlah populasi yang ditargetkan untuk bibit, sehingga melalui kedua kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kekurangan bibit selama ini. Selain sarana bibit ternak, secara sinergis penyediaan pakan dan hijauan pakan ternak, sarana obat-obatan dan vaksin dalam rangka pengendalian penyakit juga terus ditingkatkan, demikian juga sarana pendukung operasional dilapangan secara bertahap ditingkatkan dimasing-masing kabupaten/kota sentra pengembangan komoditas peternakan. 9. Pembinaan Produksi dan Proses Budidaya Upaya pembinaan produksi dan proses budidaya merupakan subsistim kedua dalam sistim agribisnis usaha peternakan. Upaya-upaya tersebut diarahkan pada proses penerapan bioteknologi bibit, pakan dan kesehatan hewan, sehingga subsistim proses produksi secara sinergis harus didukung oleh subsistim yang lain. Proses produksi dan kegiatan budidaya merupakan inti dari kegiatan pengembangan ternak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kegiatan ini sangat tergantung pada pelaku usaha peternakan dalam hal ini petani peternak sebagai subjek harus ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam sistim pengelolaan agribisnis, Laptop APBN/D/File/renstra Page 23

24 dari subsistim hulu sampai sub sistim hilir. Langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah melalui selektifitas pelaku usaha yang berorientasi agribisnis dalam typologi usaha pokok, cabang usaha dan sambilan atau sampingan sehingga dengan demikian akan mempermudah usaha pembinaan dan pengembangannya secara berkelanjutan dan integratif dari hulu sampai hilir. Dengan menerapkan standar skala usaha agribisnis peternakan yang layak dapat mengembangkan kapasitas produksi yang sesuai dengan tujuan usaha yang ingin dicapai. 10. Penanganan Pasca Panen, Pengelolaan Hasil dan Pemasaran Kegiatan pada usaha hilir sangat penting dan memberikan kontribusi sangat besar bagi peningkatan nilai tambah dari produk peternakan yang dihasilkan. Upaya-upaya penerapan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil harus ditujukan pada jaminan produk baik kualitas maupun kuantitas secara berkelanjutan sehingga memenuhi kebutuhan tuntutan pasar yang terus meningkat. Dengan perkataan lain bahwa dalam proses pasca panen harus dimulai dari penanganan hasil sejak produk peternakan dihasilkan sampai pada proses pengolahan dan kegiatan lain yang terkait dengannya seperti pengawetan dan pengepakan hingga produk tersebut memuaskan konsumen dan memenuhi standar ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Dengan demikian nilai tambah bagi pelaku usaha akan semakin meningkatkan pendapatannya. 11. Pengembangan Sub Sistem Pendukung. Tanpa sub sistim pendukung kegiatan sub sistim lainnya sulit berjalan sebagaimana diharapkan, karena sub sistim pendukung yang dimaksudkan disini adalah peranan pembinaan SDM aparatur pembina dan pelaku usaha menjadi penting dalam rangka pemanfaatan teknologi pengelolaan dan sistim informasi pasar. Untuk itu upaya-upaya melalui pendidikan dan pelatihan perlu ditingkatkan secara bertahap dan berkelanjutan, termasuk disini kegiatan penyuluhan, pembinaan kemitraan usaha, dan kerja sama jasa penunjang yang terkait langsung dengan proses sub sistim agribisnis lainnya. Pembinaan sub sistim pendukung sangat strategis dalam rangka memanfaatkan potensi SDM yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spritual sehingga menjadi manusia yang tangguh dalam menjalankan tugas dan memiliki dedikasi yang tinggi serta bertanggung jawab. Laptop APBN/D/File/renstra Page 24

25 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPA : A. VISI : Peternakan yang Tangguh, Mandiri, Berdaya Saing Menuju Masyarakat yang Bermartabat, Sejahtera dan Berkeadilan Visi tersebut mengandung 6 (enam) kata kunci yang merupakan pernyataan keinginan yang mencerminkan mimpi Dinas Kesehatan Peternakan. Keenam kata kunci tersebut yakni: (1) Tangguh; (2) Mandiri; (3) Berdaya saing; (4) Bermartabat; (5) Sejahtera; (6) Berkeadilan. Tangguh, diartikan mampu menghadapi segala tantangan dan gejolak baik internal maupun eksternal untuk memanfaatkan segala peluang. Mandiri, diartikan mampu memenuhi kecukupan pangan sendiri terhadap kebutuhan pangan asal hewan. Berdaya saing, berarti peternakan yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan kompetitif. Bermartabat, diartikan masyarakat yang memiliki dan mengetahui nilai harga diri, integritas pribadi sebagai mahluk Allah yang mulia. Sejahtera, diartikan sebagai kemampuan peternak dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Berkeadilan, diartikan pembangunan peternakan yang merata seluruh wilayah Aceh sesuai dengan potensi wilayah. B. MISI : Untuk mewujudkan visi Dinas Peternakan akan melaksanakan beberapa misi sebagai berikut : 1) Meningkatkan profesionalitas dan integritas aparatur peternakan. 2) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak. 3) Mengembangkan perbibitan, budidaya, pakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. Laptop APBN/D/File/renstra Page 25

26 4) Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak dengan mengoptimalkan sumber daya lokal. 5) Meningkatkan nilai tambah hasil peternakan. 6) Mengembangkan kawasan peternakan sesuai potensi dan cluster yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan. 7) Melaksanakan pelestarian dan pemurnian plasma nutfah sapi Aceh. Visi dan misi tersebut dilandaskan pada nilai-nilai budaya kerja sebagai suatu ukuran yang mengandung kebenaran/kebaikan mengenai keyakinan dan perilaku organisasi yang dianut. Nilai budaya ini digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan. Nilai-nilai budaya kerja tersebut adalah dipegangnya komitmen dan konsistensi terhadap visi, misi dan tujuan organisasi. Implementasi nilai-nilai budaya tersebut memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) peternakan dan kesehatan hewan yang memiliki integritas dan profesionalitas dalam bidangnya. Sumber Daya Manusia tersebut juga harus memiliki kreativitas dan kepekaan yang dinamis kearah efesiensi dan efektivitas. Untuk itu dalam menjalankan roda organisasi di Dinas Kesehatan Peternakan diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas, tegas dan seimbang Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPA Tujuan : Bersinergi dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, tujuan Dinas Peternakan dalam periode tahun adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal, dalam rangka : 1. Meningkatkan produksi ternak dan produk Peternakan yang berdaya saing. 2. Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis. 3. Menyediakan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). 4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Tujuan tersebut menunjukkan bahwa peranan Dinas Peternakan adalah merumuskan kebijakan dan kesehatan hewan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu Dinas Peternakan merupakan salah satu pelaku penting dalam pembangunan peternakan selain Laptop APBN/D/File/renstra Page 26

27 pelaku lainnya yaitu para peternak dan kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi dan perbankan. Sasaran : Sasaran uatama program Dinas Peternakan adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging & telur) meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak. Secara lebih rinci sasaran kegiatan Dinas Peternakan adalah : 1) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; 2) Tercapainya peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; 3) Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; 4) Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; 5) Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan; 6) Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha di bidang peternakan Strategi dan Kebijakan SKPA B. Strategi a. Peningkatan kompetensi aparatur Dinas Peternakan. b. Pengembangan kawasan sentral perbibitan ternak sapi potong. c. Peningkatan investasi dan kemitraan serta akses sumber permodalan. d. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk peternakan yang berdaya saing. e. Penerapan rekayasa teknologi dan sistem informasi peternakan. f. Penerapan sistem agribisni peternakan secara terpadu dan utuh (integrited). g. Optimalisasi pemanfaatan lahan. B. Kebijakan Laptop APBN/D/File/renstra Page 27

28 Usaha mendukung Visi, Misi dan Tujuan pembangunan peternakan ditetapkan beberapa kebijakan antara lain : Peningkatan keterbukaan dalam perumusan kebijakan dan manajemen pembangunan peternakan. Pelaksanaan kegiatan pembangunan peternakan bedasarkan kewenangan Dinas Kesehatan Hewan dan Pternakan. Kegiatan pembangunan peternakan berdasarkan skala prioritas pemecahan masalah dan pencapaian tujuan Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan konsultasi dengan instansi terkait baik di pusat maupun daerah. Peningkatan evaluasi, pengawasan dan pengendalian pembangunan peternakan. Peningkatan Sumber Daya Manusia aparatur dan peningkatan keterampilan kelompok peternak. Laptop APBN/D/File/renstra Page 28

29 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF A. Program Umum SKPA 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran - Penyediaan Jasa Surat Menyurat - Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik - Penyediaan Jasa Peralatan dan Perlengkapan Kantor - Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional - Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor - Penyediaan Alat Tulis Kantor - Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan - Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor - Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor - Penyediaan Bahan Bacaaan dan Peraturan Perundang-Undangan Penyediaan Makanan dan Minuman Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah Penyediaan Jasa Non PNS 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur - Pembangunan gedung kantor Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan - Pemeliharaan Rutin/Berkala Kenderaan Dinas/Operasional 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur - Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur - Pendidikan dan Pelatihan Formal 5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan - Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPA Laptop APBN/D/File/renstra Page 29

30 B. Program/Kegiatan Spesifikasi SKPA/ Program urusan Pilihan Pertanian : 6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak - Pendataan Masalah Peternakan - Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak - Penanggulangan Penyakit Zoonosis - Penanggulangan Kasus Flu Burung - Penguatan Peran dan Fungsi Otoritas Veteriner - Penyidikan Penyakit Hewan dan Penguatan Laboratorium Veteriner 7. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan - Pemurnian dan Pengembangan Plasma Nutfah Sapi Aceh - Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia - Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Peternakan - Peningkatan Populasi Ternak Non Ruminansia - Pengembangan Inseminasi Buatan (IB) - Perencanaan Pembangunan Peternakan - Fasilitasi Peningkatan Inkubator Kader Peternakan dan Sumber Daya Petugas dan Peternak 8. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan - Pembinaan Pengolahan dan Promosi Hasil Produksi Peternakan; - Peningkatan Sumber Daya Pelaku Usaha dan Kelembagaan Usaha Peternakan; - Peningkatan Sarana dan Prasarana Pasar Hewan. 9. Program Perencanaan Pembangunan Peternakan - Perencanaan Pembangunan Peternakan C. Program dan Kegiatan Lintas SKPA: (Sumber Pendanaan APBN) 1. Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan) - Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal; - Peningkatan Produksi Pakan Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal; - Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis; Laptop APBN/D/File/renstra Page 30

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh No. Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Aceh Target Indikator Lainnya Target Renstra ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Februari 2014 Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Februari 2014 Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan KATA PENGANTAR Dalam upaya membangun kerangka landasan yang kokoh bagi pencapaian pembangunan peternakan yang tangguh, mandiri, berdaya saing menuju masyarakat yang bermartabat, sejahtera dan berkeadilan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 A. Program. Sebagai upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan peternakan ditempuh melalui 1 (satu) program utama yaitu Program Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

(Rp.) , ,04

(Rp.) , ,04 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN APBD PROVINSI SUMATERA BARAT BELANJA LANGSUNG URUSAN : PILIHAN ( PERTANIAN ) KEADAAN S/D AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR SERTA SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH, PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 18 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PETERNAKAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM Laporan Program/Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2016 (Belanja Langsung) s/d Bulan Desember Dinas Pertanian dan Kehutanan 1 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 424,049,000

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) Pemerintah Kabupaten Blitar PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PERTERNAKAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 Jl. Cokroaminoto No. 22 Telp. (0342) 801136 BLITAR 1 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) 231590 Garut PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 1 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN

Lebih terperinci

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus BAB XII DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 224 Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Peternakan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT REALISASI RUPIAH MURNI REALISASI

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah diminta untuk menyampaikan

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) ( B A P P E D A )

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) ( B A P P E D A ) PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) 2011 2016 ( B A P P E D A ) LUWUK, 2011 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5. NO KOMODITAS POPULASI (EKOR) PRODUKSI DAGING (TON) 1 Sapi Potong 112.249 3.790,82 2 Sapi Perah 208 4,49 3 Kerbau 19.119 640,51 4 Kambing 377.350 235,33 5 Domba 5.238 17,30 6 Babi 6.482 24,55 7 Kuda 31

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Peternakan adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Kedudukan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS 2013-2018 2017-2018 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DAFTAR ISI SURAT KEPUTUSAN BUPATI SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA SKPD Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timnur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis SKPD sesuai dengan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

Lampiran 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Lampiran 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Lampiran. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 0 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN MISI : Mewujudkan Peningkatan Produksi dan Konsumsi Hasil Peternakan PROGRAM. Pengembangan data/ informasi/ statistik

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah) A.

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pean adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2019 PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA, PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindaklanjut ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Strategis (RENSTRA) 20142019 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program indikatif dimaksudkan sebagai pedoman bagi aktifitas pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA 214-218) BAB 1 : PENDAHULUAN BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 1.1.

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 1 Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal a. Pengembangan Kawasan Sapi Potong (Kelompok) 378 335 88,62 b. Pengembangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BLORA DENGAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Laporan Kinerja

Lebih terperinci