DAMPAK ACFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN IKAN HIDUP INDONESIA NICCO ANDRIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK ACFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN IKAN HIDUP INDONESIA NICCO ANDRIAN"

Transkripsi

1 DAMPAK ACFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN IKAN HIDUP INDONESIA NICCO ANDRIAN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak ACFTA terhadap Kreasi dan Diversi Perdagangan Ikan Hidup Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Nicco Andrian NIM H

4 ABSTRAK NICCO ANDRIAN. Dampak ACFTA terhadap Kreasi dan Diversi Perdagangan Ikan Hidup Indonesia. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI. Perjanjian perdagangan bebas semakin berkembang dan bertambah jumlahnya. Salah satu perjanjian perdagangan bebas yang ditandatangani oleh Indonesia adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang dilakukan dengan seluruh anggota negara ASEAN dan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) yang dilakukan negara-negara ASEAN dengan negara Cina. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan keragaan perdagangan ikan hidup antar negara anggota ACFTA, menganalisis daya saing ikan hidup Indonesia terhadap negara anggota ACFTA dan menganalisis dampak ACFTA terhadap kreasi serta diversi perdagangan ikan hidup Indonesia. Metode yang digunakan adalah RCA (Revealed Comparative Advantages) dan Data Panel. Data yang digunakan adalah data time series tahunan periode 1996 hingga 2012, serta data cross section 13 negara (4 negara ASEAN, China dan 8 negara selain anggota ACFTA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya saing ikan hidup Indonesia di negara anggota ACFTA (Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Cina) berdaya saing dan dampak yang terjadi akibat ACFTA ini adalah kreasi perdagangan dalam hal impor dan diversi perdagangan pada hal ekspor. Kata kunci : ACFTA, daya saing, diversi perdagangan, ikan hidup, kreasi perdagangan. ABSTRACT NICCO ANDRIAN. Impact of ACFTA Against Trade Creation and Diversion Indonesian Live Fish. Supervised by RINA OKTAVIANI. Free trade agreements is growing and increasing in number. One of the free trade agreement signed by Indonesia is AFTA (ASEAN Free Trade Area). AFTA is performed by all members of the ASEAN countries and ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) that is performed by all ASEAN countries with China. The purposes of this study are to describing the live fish trade among ACFTA members, analyzing the competitiveness of Indonesian live fish to the ACFTA members and analyze the impact of ACFTA on trade creation and diversion Indonesian live fish. The used methods are RCA (Revealed Comparative Advantages) and Panel Data. The data used are annual time series data between 1996 to 2012, as well as a cross section of 13 countries (4 ASEAN countries, China and 8 countries non members of ACFTA). The results of this study indicate that competitiveness of Indonesian live fish at ACFTA countries member (Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand and China) is competitive and the impact that this is caused by the ACFTA are trade creation in terms of import and trade diversion in terms of exports. Keywords: ACFTA, competitiveness, live fish, trade creation, trade diversion.

5 DAMPAK ACFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN IKAN HIDUP INDONESIA NICCO ANDRIAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi: Dampak ACFT A terhadap Kreasi dan Diversi Perdagangan Ikan Hidup Indonesia Nama : Nicco Andrian NIM : H Disetujui oleh - Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS Pembimbing Diketahui oleh MEc Tanggal Lulus: 1 1 JUL 2014

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini adalah kreasi perdagangan dan diversi perdagangan, dengan judul Dampak ACFTA terhadap Kreasi dan Diversi Perdagangan Ikan Hidup Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan dan motivasi yang baik. Dr Alla Asmara SPt Msi selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikan penulisan skripsi ini dan Widyastutik SE Msi selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan masukan demi perbaikan penulisan skripsi ini. Selain itu ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis, teman-teman terbaik penulis Dessy Yanti Eka, Diyane Astriani, Gialdy Putra, Meliana Sirait, Fitria Permata Sari dan Yunus Djamaluddin atas persahabatan, doa, semangat dan motivasi selama kuliah di Institut Pertanian Bogor. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman satu bimbingan, Silvia Sari, Dwiki Peni Abimanyu, Ramdhani Budiman, Azmal G Berliansyah, Faqih Aulia Akbar Rasyid dan Febrina Mirazdianti yang selalu mendukung dan berjuang bersama penulis, teman-teman Ilmu Ekonomi 47, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Nicco Andrian

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 Hipotesis 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 METODE 16 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Keragaan Ekonomi Negara-Negara AFTA dan ACFTA 21 Keragaan Perdagangan Ikan Hidup Indonesia Dengan Negara ACFTA 23 Daya Saing Ikan Hidup Indonesia 25 Dampak Pemberlakuan ACFTA 26 PENUTUP 29 Kesimpulan 29 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 45

10 DAFTAR TABEL 1 Nilai ekspor Indonesia ke negara anggota ASEAN dan Cina (1000 USD) tahun Tahapan integrasi Bela Ballasa 8 3 Nilai ekspor total perdagangan ikan hidup antar negara ACFTA (1000 USD) tahun Hasil perhitungan daya saing ikan hidup Indonesia tahun Dampak pemberlakuan ACFTA terhadap kreasi dan diversi perdagangan ikan hidup Indonesia 27 DAFTAR GAMBAR 1 Nilai ekspor dan impor Indonesia ke Cina dan ASEAN (USD) tahun Nilai ekspor hasil perikanan (Milliar USD) tahun Nilai eksor dan impor ikan hidup Indonesia (1000 USD) tahun Trade creation 11 5 Trade diversion 12 6 Kerangka pemikiran 16 7 PDB nominal negara anggota ACFTA (USD) tahun PDB perkapita nominal negara anggota ACFTA tahun Populasi negara anggota ACFTA (Jiwa) tahun Nilai impor ikan hidup Indonesia dari negara ACFTA (1000 USD) tahun Nilai ekspor ikan hidup Indonesia terhadap negara ACFTA (1000 USD) tahun DAFTAR LAMPIRAN 1 PLS 32 2 LSDV 33 3 FEM Test 33 4 Uji normalitas 34 5 Perdagangan ikan hidup antar negara ACFTA 34 6 Perhitungan RCA 37 7 Variabel-variabel dalam model analisis dampak perjanjian bebas ACFTA 39

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Integrasi regional telah menyebabkan perubahan yang signifikan di dunia sejak awal tahun 1990-an. Laporan WTO menunjukkan bahwa pada tahun 2011 telah terdapat sekitar lebih dari 500 perjanjian perdagangan regional berlaku. Pada dua dekade terakhir, perekonomian negara-negara Asia telah terlibat kedalam integrasi pasar dan menjadi lebih dikenal sebagai pabrik dunia. Sejak krisis 1997, negara-negara di Asia mulai melakukan proliferasi perjanjian perdagangan bebas bilateral dan bahkan kerjasama kelembagaan moneter dengan negara-negara tetangga. Kerjasama ekonomi dan integrasi ekonomi antar wilayah tersebut menjadi lebih efisien. Perkembangan kerjasama ekonomi dan integrasi ekonomi antar wilayah merupakan salah satu ciri sistem internasional selama lima belas tahun terakhir ini. Perkembangan ini telah menyoroti kebutuhan untuk melakukan analisis baru mengenai integrasi regional terjadi karena dua alasan. Pertama, karena negaranegara berkembang saat ini yang beralih ke perjanjian perdagangan bebas adalah untuk meningkatkan pembangunan negara mereka, selain itu berguna untuk mengevaluasi efektivitas suatu perjanjian. Kedua, karena regionalisme merupakan bagian dari lingkungan ekonomi global dan dampaknya terhadap negara-negara berkembang harus lebih dipahami. Salah satu kerjasama ekonomi dan integrasi ekonomi yang terjadi di dunia adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area). AFTA merupakan wilayah perdagangan bebas yang mencakup seluruh batas negara-negara anggota ASEAN, dimana arus lalu lintas barang dan faktor penunjang lainnya yang berasal dari negara-negara anggota bebas keluar masuk dalam wilayah ASEAN hanya dengan hambatan tarif 0 hingga 5 persen dan tidak ada hambatan non-tarif (Non Tariff Barriers - NTB s). Untuk komoditi yang Sensitive List (SL) dan General Exception List (GE) dikeluarkan dari ketentuan di atas, sedangkan untuk barang dagang yang berasal dari wilayah non ASEAN berlaku tarif normal. Ide pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area - AFTA) sebenarnya sudah ada beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu ASEAN Preferential Trading Arrangement (ASEAN PTA) yang merupakan skema perdagangan preferensi antar negara anggota ASEAN yang diberlakukan pada tanggal 1 Januari 1978 dan dianggap kurang berhasil sebagaimana yang diharapkan dalam peningkatan nilai maupun volume perdagangan intra ASEAN, karena dalam skema ASEAN PTA penurunan tarif tidak dilakukan dari tingkat tarif dasar yang sama diantara sesama anggota ASEAN tetapi Margin of Preference (MOP) diberikan dari tingkat tarif bea masuk yang berbeda beda atas produk yang disepakati, sehingga secara konsepsional belum memberikan keuntungan timbal balik bagi negara-negara anggota. ASEAN juga memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara yang salah satunya adalah negara Cina yang dikenal sebagai ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Sejak tahun 2002, Cina dan ASEAN telah menandatangani serangkaian perjanjian perdagangan bebas sebagai bagian dari perjanjian kerjasama ekonomi, termasuk kesepakatan mengenai mekanisme

12 penyelesaian sengketa, perjanjian investasi. Pembentukan ACFTA membantu anggota ASEAN untuk mengakses pasar di negara Cina dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. ACFTA memberikan kesempatan bagi perusahan-perusahaan Cina untuk memperluas pasar mereka ke Asia Tenggara. ACFTA dapat dilihat sebagai langkah dasar yang memperkuat kegiatan perdagangan dan memulai ekonomi kerjasama antara negara-negara anggota ASEAN dan Ciina. Perjanjian-perjanjian tersebut secara langsung membuat neraca perdagangan Indonesia meningkat. Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai ekspor dan impor Indonesia dari negara anggota ACFTA mengalami peningkatan yang cukup signifikan meskipun mengalami fluktuasi. Berdasarkan rentang tahun 2005 sampai 2012, tahun 2012 merupakan tahun tertinggi nilai ekspor Indonesia terhadap ASEAN dengan nilai USD. Penurunan nilai ekspor terjadi pada tahun 2009 yang diakibatkan oleh krisis keuangan global yang terjadi di tahun Sedangkan pada nilai impor Indonesia terhadap negara-negara ASEAN, tahun 2012 namun krisis tahun 2008 juga menyebabkan impor Indonesia mengalami penurunan. Pada nilai ekspor Indonesia terhadap Cina paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar USD. Penurunan ekspor Indonesia ke Cina pada 2012 menjadi USD diakibatkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu ekonomi Cina melambat yang diakibatkan oleh krisis Eropa dan pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Cina. Nilai ekspor yang turun tersebut dapat dijabarkan bahwa pada ekspor non migas mengalami penurunan sebesar 8.55 persen sedangkan untuk sektor migas turun sebesar persen. Sedangkan, nilai impor Indonesia dari negara Cina memiliki pertumbuhan positif meskipun terjadi penurunan pada tahun USD Ekspor ke ASEAN Impor dari ASEAN Eskpor ke Cina Impor dari Cina Tahun Sumber : Bank Indonesia (2014) Gambar 1 Nilai ekspor dan impor Indonesia ke Cina dan ASEAN (USD) tahun Tabel 1 menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia diantaranya adalah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan, negara yang memiliki tingkat ekspor terendah yaitu Laos, Brunei

13 Darussalam dan Myanmar. Singapura merupakan negara yang memiliki nilai ekspor dari Indonesia yang tertinggi dimana pada tahun 2012 mencapai USD. Hal tesebut dikarenakan secara garis besar jenis komoditi yang diekspor ke Singapura merupakan komoditi yang memiliki nilai tinggi yang diantaranya yaitu minyak bumi, timah, gas, sayur mayur dan lainya. Laos merupakan negara yang memiliki nilai ekspor terendah dari Indonesia yaitu sebesar USD pada tahun 2012, dimana terjadi perubahan sebesar USD. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor dengan nilai ekspor yang rendah diakibatkan ileh jenis ekspor yang dilakukan bukan dalam bentuk komoditi namun dalam bentuk tenaga kerja. Tabel 1 Nilai ekspor Indonesia ke negara anggota ASEAN dan Cina (1000 USD) tahun Brunei Filipina Kamboja Laos Malaysia Myanmar Singapura Thailand Vietnam Cina Sumber : Bank Indonesia (2014) Produk ekspor Indonesia sebagian besar berbentuk produk mentah atau setengah jadi. Beberapa produk yang menjadi komoditi unggulan ekspor Indonesia diantaranya adalah kelapa sawit, produk tekstil, karet, elektronika, olahan tembaga\timah\lainnya. Beberapa negara tujuan untuk komoditi unggulan tersebut diantaranya Cina, Uni Eropa, AS, negara-negara anggota ASEAN dan negara lainnya. Salah satu komoditi lain yang menjadi fokus ekspor adalah produk hasil perikanan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini Milliar USD Tahun Sumber : KKP (2014) Gambar 2 Nilai ekspor hasil perikanan (Milliar USD) tahun

14 Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia pada subsektor hasil perikanan mengalami peningkatan signifikan hingga 3.85 miliar USD pada tahun Terjadi penurunan pada tahun 2009 menjadi 2.47 miliar USD namun meningkat kembali pada tahun Salah satu produk hasil perikanan yang menjadi komoditi ekspor Indonesia adalah ikan hidup. Nilai ekspor dan impor ikan hidup Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini dimana secara garis besar nilai ekspor ikan hidup Indonesia lebih besar dibandingkan nilai impornya. Nilai eskpor ikan hidup Indonesia pada 2011 mengalami penurunan dikarenakan produksi domestik menurun, terutama pada ikan dewasa. Faktor utama yang menyebabkan penurunan ekspor ikan hidup Indonesia tersebut merupakan cuaca USD Ekspor Impor Sumber : Worldbank (2014) Gambar 3 Nilai eksor dan impor ikan hidup Indonesia (1000 USD) tahun Perumusan Masalah tahun FTA adalah fakta yang harus diterima Indonesia. FTA memungkinkan akan terjadinya industri dalam negeri mati suri dan dikuasai pemain asing. Keadaan tersebut merupakan akibat dari masih terdapatnya industri dalam negeri yang berproduksi dengan hasil produksi bernilai tambah rendah. Manfaat terebntuknya FTA bagi negara-negara anggota antara lain dapat terjadinya Trade Creation dan Trade Diversion. Trade Creation adalah terciptanya transaksi dagang yang terjadi antar anggota (yang sebelumnya belum pernah terjadi), sebagai akibat adanya insentif-insentif karena terbentuknya FTA dan akibat penurunan hambatan internal dalam perdagangan. Trade Diversion muncul ketika impor dari negara ekstra-blok dengan biaya rendah yang digantikan oleh impor dari negara anggota dengan biaya yang lebih tinggi karena negara intra-blok memiliki akses istimewa ke pasar dan tidak harus membayar tarif. Penciptaan perdagangan menyebabkan pergeseran dari produsen negara intra-blok yang lebih tinggi ke produsen negara intra-blok yang biaya sumber dayanya lebih rendah. Hal ini menyebabkan peningkatan alokasi sumber daya dan mungkin

15 memiliki efek kesejahteraan positif. Sebaliknya, trade diversion mengacu pada hilangnya kesejahteraan yang disebabkan oleh pergeseran asal produk dari produsen ekstra blok yang biaya sumber dayanya lebih rendah ke produsen intra - blok yang biaya sumber dayanya lebih tinggi. Dampak dari FTA bagi Indonesia dapat dilihat dari pemaparan yang telah dijelaskan di latar belakang dimana secara garis besar setelah melakukan perjanjian perdagangan bebas, nilai ekspor Indonesia terhadap negara-negara ASEAN dan Cina mengalami pertumbuhan yang positif. Sedangkan, nilai impor Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang positif akan tetapi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspornya. Setelah berlakunya AFTA pada 2005, neraca perdagangan Indonesia terus mengalami defisit. Sebelum bergabung dengan FTA ASEAN (2004) neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus juta USD. Setelah bergabung dengan FTA ASEAN, posisi neraca perdagangan Indonesia cenderung semakin defisit, yakni dari defisit juta USD (2005) menjadi juta USD (2010). Sedangkan setelah berlakunya ACFTA, kondisi yang dirasakan oleh Indonesia diantaranya masuknya produk impor dari Cina dapat mematikan sektor ekonomi di Indonesia yang diserbu akibat harga yang lebih murah, karakter perekonomian dalam negeri semakin tidak mandiri dan lemah akan selalu tergantung dengan asing. Maka dari itu nilai impor Indonesia menjadi lebih besar dibandingkan nilai ekspor Indonesia terhadap negara Cina. Selain itu, jika di dalam negeri produk domestik kalah saing bagaimana di pasar ASEAN dan Cina karena Indonesia lebih sering produksi barang mentah dan dampak lainnya. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengevaluasi Trade Creation dan Trade Diversion yang merupakan dampak dari perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan ASEAN dan ASEAN dengan Cina terhadap Indonesia khususnya untuk komoditi live fish. Berdasarkan pemaparan yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagamana keragaan ekonomi negara anggota ACFTA? 2. Bagaimana keragaan perdagangan ikan hidup dengan negara anggota ACFTA? 3. Bagaimana daya saing ikan hidup Indonesia di negara anggota ACFTA? 4. Bagaimana dampak trade creation dan trade diversion atas pemberlakuan AFTA dan ACFTA terhadap ikan hidup Indonesia? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dijelaskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan keragaan ekonomi negara anggota ACFTA. 2. Menggambarkan keragaan perdagangan ikan hidup di negara-negara ACFTA. 3. Menganalisis daya saing ikan hidup Indonesia di negara-negara ACFTA. 4. Menganalisis dampak trade creation dan trade diversion atas pemberlakuan AFTA dan ACFTA terhadap ikan hidup Indonesia. 5

16 6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis maupun pihakpihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan tersebut antara lain : 1. Bagi pemerintah atau institusi terkait diharapkan dapat memberikan masukkan dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun dalam pengambilan keputusan terkait dengan perdagangan internasional khususnya untuk kawasan ASEAN. 2. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengkaji trade creation dan trade diversion yang timbul akibat perjanjian perdagangan bebas. Jenis perjanjian perdagangan bebas yang dikaji yaitu ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) yang ditinjau dampaknya terhadap ekspor perikanan Indonesia. Analisis yang digunakan dalam tahun pengamatan sebanyak 17 tahun, mulai dari tahun 1996 hingga Komoditas yang digunakan adalah subsektor perikanan dengan HS1996 dan kode HS 0301 yaitu live fish. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang digunakan untuk melihat dampak trade creation dan trade diversion sebagai dampak ACFTA diantaranya produk domestik bruto (GDP) riil Indonesia dan negara asal impor, jarak ekonomi Indonesia dengan negara asal impor, nilai tukar riil negara Indonesia terhadap negara asal impor dan beberapa variabel dummy seperti impor Indonesia dari negara ACFTA (Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan China) yang digunakan untuk melihat kreasi perdagangan bruto pada peningkatan impor bilateral dengan negara ACFTA dan dummy ekspor dan impor Indonesia dari negara lain selain anggota ACFTA yang digunakan untuk melihat kemampuan Indonesia untuk impor dan ekspor dengan negara diluar anggota ACFTA setelah terjadinya suatu perjanjian perdagangan bebas. Dummy Kolonisasi digunakan berdasarkan penandatangan perjanjian yang terlah dilakukan dimana untuk negara-negara ASEAN berdasararkan pemberlakuan AFTA, dikarenakan harus sesuai dengan permulaan perjanjian perdagangan bebas diberlakukan dan Cina berdasarkan pemberlakuan ACFTA. Untuk menganalisis daya saing live fish digunakan variabel-variabel diantaranya ekspor live fish ke negara tujuan, ekpsor total ke negara tujuan, ekspor live fish dunia ke negara tujuan dan ekspor total dunia ke negara tujuan. Dikarenakan keterbatasan data maka negara yang diambil pada ACFTA yaitu Cina dan AFTA sebanyak 4 negara, diantaranya Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Selain itu diambil 8 negara dengan nilai ekspor Indonesia tertinggi pada komoditas live fish diantaranya Australia, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. 8 negara tersebut diambil karena ingin melihat kemampuan Indonesia dalam ekspor terhadap negara-negara selain anggota ACFTA. Hipotesis Dalam penelitian ini, hipotesis sementara yang digunakan dalam mengevaluasi trade creation dan trade diversion sebagai dampak pemberlakuan AFTA dan ACFTA adalah :

17 1. GDP riil Indonesia mempunyai hubungan yang positif terhadap impor ikan hidup di Indonesia. Apabila GDP riil meningkat maka akan meningkatkan pendapatan sehingga daya beli masyarakat meningkat, oleh karena itu permintaan ikan hidup akan meningkat pula dengan asumsi ikan hidup adalah barang normal. 2. GDP riil negara tujuan mempunyai hubungan yang positif terhadap impor ikan hidup di Indonesia. Apabila GDP riil meningkat maka akan meningkatkan neraca perdagangan, oleh karena itu ekspor ikan hidup akan meningkat pula dengan asumsi ikan hidup adalah barang normal. 3. Jarak ekonomi mempunyai hubungan yang negatif. Apabila jarak antar negara semakin jauh maka akan menurunkan tingkat impor suatu negara tersebut karena biaya transportasi akan semakin meningkat. 4. Nilai tukar riil mempunyai hubungan yang negatif. Karena apabila nilai tukar riil menguat maka nilai tukar Indonesia akan terdepresiasi dan impor Indonesia akan menurun. 7 TINJAUAN PUSTAKA Globalisasi Globalisasi merupakan kata yang paling sering digunakan dalam berbagai diskusi mengenai pembangunan, perdagangan dam ekonomi politik internasional. Globalisasi merupakan proses yang menyatukan berbagai perekonomian dunia, menyebabkan terciptanya perekonomian glibal dan semakin banyaknya pembuatan keputusan ekonomi global, misalnya melalui berbagai lembaga internasional seperti World Trade Organization (WTO). Tetapi dalam makna ekonomi, globalisasi adalah semakin terbukanya perekonomian terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional dan penanaman modal asing langsung yang mempunyai dampak lebih besar pada masyarakat di negara-negara berkembang. Bagi sebagian kalangan, kata globalisasi berarti peluang bisnis yang menarik, pertumbuhan pengetahuan dan inovasi yang lebih cepat atau prospek sebuah dunia yang saling terkait. Namun, bagi banyak orang, globalisasi menimbulkan keprihatinan yang besar yaitu bahwa dalam ketimpangan dalam berbagai bentuk dapat lebih terasa di dalam suatu negara dan antar negara, bahwa kerusakan lingkungan dapat semakin parah. Karena itu, globalisasi mengandung manfaat dan peluang disamping biaya dan resiko (Todaro 2004). Integrasi Ekonomi Menurut Tinbergen dalam Hanie (2006), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas dan dengan jalan mengintrdoduksi semua bentukbentuk kerja sama dan unifikasi. Definisi integrasi ekonomi yang ditandai oleh adanya mobilitas barang dan jasa serta faktor ini sejalan dengan definisi integrasi menurut United Nation

18 Conference on Trade and Development (UNCTAD). UNCTAD mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai kesepakatan yang dilakukan untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan pergerakan faktor produksi lintas Negara. Tahapan integrasi bela ballasa menurut Salvatore (1997) dapat dirangkum menjadi beserta ciri-ciri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tahapan integrasi Bela Ballasa Tahapan Keterangan Pereferential Trade Area (PTA) Blok perdagangan yang memberikan keistimewaan untuk produk-produk tertentu dari negara tertentu dengan melakukan pengurangan tarif namun tidak menghilangkannya sama sekali. Free Trade Area (FTA) Suatu kawasan di mana tarif dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun masing-masing negara tetap menerapkan tarif mereka masingmasing terhadap negara bukan anggota. Customs Union (CU) Merupakan FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antarnegara anggota dan menerapkan tarif yang sama terhadap negara bukan anggota. Merupakan CU yang juga meniadakan Common Market (CM) hambatan-hambatan pada pergerakan faktor-faktor produksi diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. Economic Union Merupakan suatu CM dengan tingkat harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang signifikan (termasuk kebijakan struktural). Total Economic Integration Penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti dengan pembentukan lembaga supranasional dengan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh negara anggota. Sumber : Salvatore (1997) Motif Melakukan Perjanjian Perdagangan Bebas 1. Perasaan tidak enak dengan negara lain sebab Indonesia telah tergabung dalam suatu organisasi atau asosiasi seperti ASEAN. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN tentunya Indonesia turut menyukseskan apa yang menjadi program-program dan kebijakan ASEAN termasuk ikut serta menjadi bagian ASEAN bekerjasama dengan dalam AFTA dan bekerjasama dengan negara lain seperti dengan Cina melalui ACFTA. 8

19 2. Keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian perdagangan bebas karena didasarkan untuk mengangkat citra Indonesia di mata masyarakat internasional hanya karena ingin disejajarkan dengan negara modern lain. 3. Karena desakan negara atau lembaga keuangan internasional mengingat Indonesia sangat bergantung secara ekonomi kepada mereka. 4. Mengikuti perjanjian perdagangan bebas semata-mata karena proses tersebut telah dianggarkan tanpa persis tahu kegunaan dan manfaat yang akan dihasilkan (Ariawan 2012). ASEAN Free Trade Area (AFTA) Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berkomitmen untuk meliberalisasi perdagangan yang tercermin dengan adanya ASEAN Preferential Trade Arrangement (PTA) yang diperkenalkan pada tahun Selanjutnya, pada tahun 1992 negara-negara anggota ASEAN membentuk tipe integrasi yang lebih tinggi yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA). ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN. Tujuan pembentukan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonoi negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis pasar dunia, unutk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. AFTA disepakati pada 28 Januari 1992 di Singapura. Awalnya ada enam negara yang menyepakati AFTA, yaitu : Brunei Darrusalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Vietnam bergabung dalam tahun 1995, sedangkan Laos dan Myanmar pada tahun 1997 kemudian Kamboja pada tahun Mekanisme yang digunakan untuk mencapai tujuan AFTA adalah dengan skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT), dimana CEPT merupakan suatu skema melalui penurunan tarif hingga menjadi nol sampai 5 persen, penghapusan pembatasan kuantitatif, dan hambatan-hambatan non-tarif lainnya (Kementrian Pertanian 2002). Tahapan AFTA di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 1993, setelah KTT IV ASEAN tanggal 27 sampai 28 Januari 1992 di Singapura, melalui CEPT yang disertai program penurunan tarif sampai tahun Pernyataan tersebut dipertegas oleh AEM di Chiangmai tahun 1995, yaitu produk-produk industri yang belum siap bersaing di pasar ASEAN akan bertahap masuk ke dalam cakupan CEPT-AFTA. ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) ASEAN-China Free Trade Area pembentukannya pertama kali disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-7 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam pada November ASEAN menyetujui pembentukan ACFTA dalam waktu 10 tahun, yang dirumuskan dalam Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between The Assiociation of Southeast Asian Nations and The People s Republic of China yang ditandatangani pada 4 November 2002 di Phnom Penh, Kamboja oleh para kepala negara ASEAn dan RRC. ASEAN dan Cina menyetujui dibentuknya ACFTA dalam dua tahapan 9

20 yaitu tahun 2010 dengan negara pendiri ASEAN dan pada tahun 2012 dengan negara anggota baru ASEAN. Landasan Hukum ACFTA Dalam membentuk ACFTA, para kepala negara anggota ASEAN dan China telah menandatangani ASEAN China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 Nopember 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan ACFTA para kepala negara kedua pihak menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People s Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember Indonesia telah meratifikasi Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni Setelah negosiasi tuntas, secara formal ACFTA pertama kali diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand. Peraturan Nasional Terkait ACFTA Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People s Republic of China. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN China Free Trade Area. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area. 10

21 11 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk pada suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu ), antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan Internasional tercermin dari kegiatan impor dan ekspor suatu negara dimana hal tersebut menjadi salah satu komponen dalam pembentukaan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih di suatu negara menjadi faktor utama dalam meningkatkanpdb suatu negara. Kreasi Perdagangan dan Diversi Perdagangan Menurut Salvatore (1997) kreasi perdagangan (Trade Creation) terjadi apabila sebagian produksi domestik di suatu negara yang menjadi anggota perserikatan pabean atau dari negara luar yang bukan anggota digantikan oleh impor yang harganya lebih murah dari negara anggota lain. Namun, berdasarkan asumsi bahwa segenap sumber daya ekonomi telah terarahkan secara penuh (full employment), maka pembentukan perserikatan pabean yang menciptakan dampak seperti itu akan meningkatkan kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena hal tersebut akan mengarah pada peningkatan spesialisasi produksi yang didasarkan pada keuntungan komparatif. Efek positif dari trade creation ini bukan hanya berlaku untuk negara anggota, tetapi juga untuk negara lain yang bukan anggota karena adanya peningkatan spesialisasi produksi yang mendorong peningkatan impor dari negara lain (rest of the world). ($) Sumber : Salvatore (1997) Gambar 4 Trade creation Menurut Salvatore (1997) terjadinya trade creation dapat diilustrasikan pada Gambar 4. Dx dan Sx masing-masing merupakan kurva permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II, sedangkan kurva S1

22 merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I ($1). Dengan mengenakan tarif bea masuk 100 persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I, sehingga harga impornya menjadi $2 atau kurva S1 + T. Produksi domestik negara II sebanyak 20 unit barang X atau AM, sedangkan total konsumsi dalam negara II sebanyak 50 unit barang X atau GH. Kemudian negara I dan negara II membentuk integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA. Setelah membentuk FTA, negara II mengimpor 60 unit barang X atau CB dari negara tanpa bea masuk pada harga $1 (kurva S1). Produk domestik negara I turun menjadi 10 unit barang X atau CM dan total konsumsi naik menjadi 70 unit barang X atau AB. Dengan pembentukan FTA, maka : Penerimaan bea masuk untuk negara II akan hilang, Konsumen domestik akan memperoleh transfer dari produsen domestik sebesar area AGJC yang merupakan kenaikan konsumen surplus, Manfaat lain yang diperoleh negara II setara dengan area CJM + area BHN, atau setara dengan $15. Kebalikan dari kreasi perdagangan adalah diversi perdagangan (trade diversion). Hal ini akan terjadi apabila impor yang murah dari negara luar non anggota tergusur oleh impor yang sesungguhnya lebih mahal (produksinya kurang efisien) dari salah satu negara anggota. Diversi perdagangan ini cenderung menurunkan kesejahteraan di lingkungan negara-negara anggota itu sendiri karena akan menjauhkan produksi dari pola keuntungan komparatif. Dengan demikian kreasi ataupun diversi ini dapat meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan, tergantung yang mana yang lebih menonjol. 12 ($) Sumber : Salvatore (1997) Gambar 5 Trade diversion Gambar 5 menunjukkan terjadinya trade diversion pada negara yang melakukan integrasi ekonomi. Sebagai contoh, Dx dan Sx merupakan kurva permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II, sedangkan kurva S1 dan S3 merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I ($1) dan negara III ($1,5). Dengan mengenakan tarif bea masuk 100 persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I sehingga harga impornya menjadi $2 atau kurva S1+T. Kemudian negara II membentuk integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA dengan negara III. Setelah pembentukan FTA, negara II mengimpor 45 unit barang X atau C B dari negara III yang bebas bea masuk pada harga $ 1,5 (kurva S3).Dengan pembentukan FTA maka : kesejahteraan / manfaat yang diperoleh

23 negara II adalah sebesar segitiga C JJ + segitiga H HB, atau senilai $1,25 + $2,5 = $3,75 ; kesejahteraan / manfaat yang hilang dari negara II sebesar segiempat MNH J atau senilai $15 ; kesejahteraan / manfaat neto yang hilang adalah sebesar $15 - $3,75 = $11,25. Penelitian Terdahulu Joselin dan Nicot (2003) yang menganalisis mengenai geo-economic gravity model of trade between the EU countries, the CEECs and TMC. Mereka menganalisis mengenai isu dari perluasan EU ke tingkat timur dan lebih secara spesifik integrasi dari CEECs ke EU. Dalam kerangka ini, mereka menganalisis mengenai transformasi dari ekonomi dan lingkungan geopolitik yang membuat EU harus mendifiniskan ulang mengenai hubungan baik dari Third Mediteranian Countries (TMC) dengan negara bukan anggota CEECs (Central European Countries dan Eastern Europe). Terlebih pada negara-negara Maghreb dan Turki, dimana memiliki perekonomian yang lebih mandiri ke Eropa dan daya saing dimana hal tersebut merupakan hal terdekat dengan CEECs yang berisiko menutup perdagangan. Demikian pula, mereka membandingkan model dari negara-negara blok asing. Selain itu juga, mereka mengevaluasi dampak dari integrasi CEECs ke EU pada struktur perdagangan antara EU dan MNCs. Pada kenyataannya, perluasan tersebut menstimulasi resiko penggusuran yang menguntungkan CEECs. Studi dari Sharma dan Chua (2000) dan Thornton dan Goglio (2002) dianggap sebagai literatur pertama yang menentukan baik terdapat perdagangan antarwilayah antara negara-negara anggota ASEAN berdasarkan Gravity Model. Data yang digunakan tercanggkup hingga pertengahan tahun 1990 dimana memiliki hasil penelitian yang berbeda. Sharma dan Chua (2000) menyimpulkan bahwa AFTA tidak menyebabkan dampak kreasi perdagangan sejak kurang dari seperlima perdagangan mereka diadakan antar negara blok anggota. Thornton dan Goglio (2002) berargumen bahwa Asia Tenggara memiliki perdagangan antarwilayah akibat jarak yang dekat, kemudian ukuran ekonomi dan bahasa anatar negara-negara anggota. Elliot dan Ikemoto (2004) dan Tang (2005) menggunakan data pada periode setelah Mereka menggunakan persamaan Gravity dan periode sampel yang sama untuk mengevaluasi pola perdagangan dari AFTA. Elliot dan Ikemoto (2004) membagi periode contoh dari 1982 hingga 1990 kepada enam periode waktu yang berbeda untuk membandingkan efek yang terjadi sebelum dan sesudah pembentukan AFTA, European Economic Community (EEC) dan NAFTA. Penemuan utama yaitu mengenai derajat kreasi perdagangan antara negara-negara anggota AFTA sejak 1997 rendah sejak negara-negara anggota diharuskan untuk berkompetisi dengan negara industri baru seperti Cina, Amerika Selatan dan Eropa Timur. Setelah 1997, terdapat impor negatif yang signifikan dimana efek diversi perdagangan sebagai negara-negara anggota AFTA lebih memilih untuk impor barang dari negara-negara anggota dibandingkan dengan negara non-anggota. Pada waktu yang sama, diversi ekspor perdagangan negatif memperkuat anggota AFTA untuk lebih ekspor ke negara-negara non-anggota dibandingkan dengan negara anggota. Tang (2005) memperluas lebih lanjut pada model yang digunakan oleh Elliot dan Ikemoto (2004) dengan menambahkan beberapa peraturan interaksi 13

24 untuk menjelaskan hipotesis Linder. Sejak variabel independen dan dependen berbeda digunakan, hasil dari penilitan Tang hanya memiliki perbedaan yang sedikit dari Elliot dan Ikemoto (2004). Variabel dependen dari model Tang adalah nilai ekspor negara i dan j sedangkan yang digunakan Elliot dan Ikemoto adalah impor negara i dari negara j. Hasil analisis Tang (2005) hampir sama dengan Elliot dan Ikemoto (2004) dimana disimpulkan bawah terdapat kreasi perdagangan namun tidak terdapat diversi perdagangan. Tang (2005) menemukan bahwa negara-negara ASEAN telah meningkatkan perdagangan mereka dengan negara non-anggota meskipun sebelum pembentukan AFTA sebagai industrialisasi negara ASEAN yang berorientasi perdagangan. Kedua penelitian tersebut menemukan bahwa terjadi peningkatan perdagangan antarwilayah di AFTA setelah kerisi keuangan Asia pada Park et al. (2008) menggunakan model Computable General Equilibrium (CGI) untuk menghitung peningkatan output dan peningkatan kesejahteraan potensial dari ACFTA. Mereka menemukan bahwa ACFTA dapat menyebabkan kreasi perdaganagn bersih, output yang lebih tinggi dan memiliki efek kesejahteraan positif bagi wilayah. Hasil menunjukkan bahwa semakin majunya negara-negara ACFTA, seperti Singapura dan Malaysia, akan menguntungkan lebih dari negara-negara berkembang seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. Qiu et al. (2007) menggunakan data perdagangan pertanian disagregat dan menggunakan Global Trade Analysis Project (GTAP) model untuk investigasi dampak dari ACFTA pada perdagangan pertanian Cina. Mereka menyatakan bahwa ACFTA dapat meningkatakan efisiensi alokatif sumberdaya baik pada Cina maupun ASEAN dan dapat mempromosikan perdagangan pertanian bilateral dan pertumbuhan ekonomi kedua negara. Mereka mengungkapkan bahwa ekspor barang Cina akan meningkat secara signifikan dan berdaya saing. Kerangka Pemikiran Perjanjian perdagangan bebas berkembang pesat hingga saat ini, hal tersebut terbukti dengan banyaknya jenis perdagangan bebas yang dilakukan oleh negara-negara di dunia. Salah satu jenis perdagangan bebas yang dilakukan Indonesia adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan ACFTA (ASEAN China Free Trade Area). Namun, perjanjian perdagangan bebas memiliki beberapa dampak yang salah satunya adalah terjadinya trade creation atau trade diversion. Perjanjian bebas tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan GDP negara masing-masing melalui mekanisme perdagangan. Pertumbuhan GDP tersebut akibat perjanjian perdagangan bebas dapat tercapai apabilai masingmasing negara anggota tersebut memiliki daya saing. Apabila tidak memiliki daya saing maka pertumbuhan GDP negara tersebut akan stagnan bahkan negatif akibat kalah bersaing dengan produk dari negara naggota lain yang diperdagangkan. 14

25 15 Integrasi Regional Perjanjian Perdagangan Bebas AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan ACFTA (ASEAN China Free Trade Area) Daya Saing Ikan Hidup Indonesia Trade Creation dan Trade Diversion RCA (Revealed Comparative Advantage) Analisis Panel Data Trade Creation dan Trade Diversion - Nilai Ekspor live fish ke negara tujuan - Ekspor Total Ke Negara Tujuan - Ekspor live fish Dunia Ke Negara tujuan - Ekspor Total Dunia Ke Negara Tujuan - GDP) riil Indonesia dan negara asal impor - jarak ekonomi Indonesia dengan negara asal impor - nilai tukar riil negara Indonesia terhadap negara asal impor - Dummy Impor ACFTA - Dummy ekspor ke negara selain ACFTA - Dummy imspor dari negara selain ACFTA - Dummy bagi negara ACFTA yang menandatangai saat FTA Rekomendasi Kebijakan Gambar 6 Kerangka pemikiran

26 16 METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data (pooled data). Adapun tahun pengamatan sebanyak 17 tahun, mulai dari tahun 1996 hingga 2012 dengan data penampang lintangnya sebanyak lima negara yaitu ASEAN 4 yang diantaranya Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Untuk jenis perjanjian perdagangan bebas ACFTA, negara yang digunakan yaitu Cina dan pada negara lain selain anggota ACFTA ada delapan negara, diantaranya Australia, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Sumber yang digunakan untuk data-data dalam penelitian ini digunakan dari beberapa sumber diantaranya Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk mengetahui nilai ekspor subsektor perikanan Indonesia, Bank Indonesia pada bagian Statistik Keuangan Ekonomi Indonesia untuk mengetahui nilai ekspor sektor perikanan Indonesia ke suatu negara dimana data yang digunakan hanya untuk negara-negara yang terkait dalam penelitian ini. Untuk data PDB, PDB Perkapita, Jarak geografis yang kemudian diukur jarak ekonominya dan Real Bilateral Exchange Rates didaptkan dari sumber World Development Indicators, UNCTAD, Worldbank dan CEPII. Serta penelusuran internet dan literatur terkait. Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan informasi-informasi yang terkandung dalam data hasil analisis. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis dampak atas pemberlakuan Free Trade Agreements bagi negara Indonesia khususnya untuk ACFTA, apakh terjadi Trade Creation atau Trade Diversion. Metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis hal tersebut yaitu dengan menggunakan Gravity Model. Dikarenakan kurang ketersediannya data khususnya untuk negaranegara anggota AFTA, maka negara anggota AFTA yang digunakan hanya Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand terhadap Indonesia sehingga didapatkan terbatasnya jumlah observasi, oleh karena itu kualitas model yang fit dapat dikatakan cukup rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan estimasi panel data. Sedangkan untuk melihat bagaiamana daya saing live fish Indonesia di negara ACFTA dan negara selain anggota ACFTA menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage). Panel Data Data panel merupakan salah satu jenis data yang dapat digunakan dalam analisis model regresi data panel (Panel Data Regression Models), atau disebut juga dengan pooled data (pooling dari pengamatan times series dan cross-section) kombinasi dari time series dan cross-section data. Data cross section merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, perusahaan, negara dan lain-lain. Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu

27 kewaktu terhadap suatu individu. Menggunakan data panel memiliki beberapa keuntungan. Menurut Firdaus (2011) beberapa kelebihan menggunakan data panel disebutkan sebagai berikut: 1. Dengan mengkombinasikan data time series dan cross section membuat jumlah observasi menjadi lebih besar sehingga parameter yang diestimasi akan lebih akurat, 2. Memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, derajat Kebebasan yang lebih efisien, serta mengurangi kolinieritas antar variabel, 3. Data panel lebih baik dalam hal untuk studi mengenai dynamics of adjustment, yang memungkinkan estimasi masing-masing karakteristik individu maupun karakteristik antar waktu secara terpisah, dan 4. Mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur pengaruh yang secara sederhana tidak dapat dideteksi oleh data cross section ataupun time series saja dan mampu mengontrol heterogenitas individu. Pada analisis model panel data dikenal tiga metode pendekatan estimasi yang ditawarkan yaitu metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square), metode efek tetap (Fixed Effect) yaitu dan metode efek acak (Random Effect). Metode Fixed Effect yaitu menambahkan dummy variable untuk mengizinkan adanya perubahan pada intersep. Metode Random Effect adalah variasi dari estimasi Generalized Least Squares (GLS). Hampir semua penelitian terdahulu telah menggunakan metode Fixed Effect untuk mengestimasi persamaan Gravity mereka. Ketika mengestimasi sebuah data panel untuk negara-negara berbeda, harus ada yang mentolerir intersep yang terpisah untuk obesrvasi yang berbeda. Hal tersebut yang membuat metode ini menarik. Pada konteks ini, maka harus ditentukan secara ekonometrik metode terbaik apa yang harus digunakan untuk mengestimasi data. Pertama, menentukan mana yang lebih cocok apakah Fixed atau Random Effects yang paling sesuai. Satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan uji Haussman, dimana hasilnya terdapat dua persamaan (Satu Untuk Fixed Effects dan Random Effects untuk lainnya), selanjutnya lakukan uji berikutnya. Sebagai tambahan, regresi digunakan untuk dua sub periode yaitu sebelum penandatanganan antara Indonesia dengan AFTA dan ASEAN dengan dengan ACFTA. Gravity Model ini ditentukan berdasarkan asumsi impor negara i dari negara j tergantung dari variabel gravity seperti (PDB, PDB Perkapita dan Jarak). Spesifikasi dasar dari persamaan Gravity dasar termasuk faktor-faktor dari negara importir (terkadang PDB dan PDB Perkapita), Supply Factors dari negara eksportir (PDB dan PDB Perkapita) dan juga jarak geografis sebagai proxy untuk biaya transportasi. Persamaan ini digunakan untuk menjelaskan perbedaan arus seperti imigrasi, foreign direct investment, dan digunakan secara luas dalam konteks perdagangan internasional. Persamaan Gravity umum dapat dirumuskan sebagai berikut : Ln M ijt = β 0 + β 1 lngdp it + β 2 lngdp jt + β 3 lndist ij + U ijt (1) Ket : M ijt : Impor Riil Bilateral Negara i dari negara j pada periode teretntu; GDP it : GDP negara i pada tahun t; 17

28 18 GDP jt : GDP negara j pada tahun t; dan dist ij : Jarak antar negara i ke negara j RCA (Revealed Comparative Advantage) Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk mengukur daya saing sebuah komoditas. Oleh karena itu digunakannya metode ini agar dapat mengetahui seberapa besar daya saing minyak nilam di pasar Internasional. Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya. RCA dapat dirumuskan sebagai berikut Dimana : : Ekspor ikan hidup Indonesia ke negara tujuan (1000 USD) : Ekspor total Indonesia ke negara tujuan (1000 USD) : Ekspor ikan hidup dunia ke negara tujuan (1000 USD) : Ekspor total dunia ke negara tujuan (1000 USD) Negara Tujuan : Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Cina, Australia, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Dari nilai RCA dapat diketahui bagaimana daya saing suatu produk apakah daya saingnya rendah atau tinggi. Jika semakin tinggi nilai RCA, berarti daya saingnya semakin tinggi, dan sebaliknya. Batasan nilai daya saing, yaitu: RCA > 1 = daya saing tinggi RCA< 1 = daya saing rendah Metode Penelitian Variabel yang digunakan untuk menganalisis dampak ACFTA terhadap ikan hidup Indonesia antara lain : GDP riil negara Indonesia dan eksportir live fish ke Indonesia, jarak ekonomi dari negara Indonesia dan eksportir live fish, nilai tukar riil Indonesa terhadap masing-masing Negara dan variabel dummy negara-negara menandatangani AFTA/ACFTA saat deklarasi, variabel dummy Indonesia sebagai importir dari ACFTA, variabel dummy Indonesia sebagai ekportir ke negaranegara selain anggota ACFTA dan variabel dummy Indonesia sebagai importir dari negara-negara selain anggota ACFTA. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan persamaan tersebut menjadi sebagai berikut : Ln M ijt = α 0 + α 1 ln GDP it + α 2 ln GDP jt + α 3 ln Dist ij + α 4 ln RER ijt + α 5 Col Ket : α 0 M ijt + α 6 M ACF + α 7 X RW + α 8 M RW + U ijt (2) = Intersep = Impor riil Bilateral Indonesia dari negara j pada tahun t

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA ASEAN CHINA FREE TRADE AREA A. PENDAHULUAN ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan

Lebih terperinci

DAMPAK TRADE IN GOODS AGREEMENT DALAM AIFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN KELAPA SAWIT INDONESIA ENI RATNAWATI

DAMPAK TRADE IN GOODS AGREEMENT DALAM AIFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN KELAPA SAWIT INDONESIA ENI RATNAWATI DAMPAK TRADE IN GOODS AGREEMENT DALAM AIFTA TERHADAP KREASI DAN DIVERSI PERDAGANGAN KELAPA SAWIT INDONESIA ENI RATNAWATI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang : BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL

PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL Oleh : Daniel E Syauta ( P056100493.36E ) dan Asniar ( P056100 ) LATAR BELAKANG ASEAN- China Free Trade Area

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap hasil estimasi model gravity untuk persamaan perdagangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Association of South East Asian Nation (ASEAN), yaitu Kamboja, Indonesia,

BAB III METODE PENELITIAN. Association of South East Asian Nation (ASEAN), yaitu Kamboja, Indonesia, BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah sembilan negara anggota Association of South East Asian Nation (ASEAN), yaitu Kamboja, Indonesia, Myanmar, Singapura,

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Karakteristik Ekspor Negara-Negara ASEAN 2.1.1 Karakteristik Ekspor Indonesia Sebelum tahun 1987, ekspor Indonesia selalu didominasi oleh ekspor migas sebelum akhirnya beralih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun perekonomian negaranya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Setiap

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN

Lebih terperinci

KINERJA PERDAGANGAN DAN DAMPAK FREE TRADE AREA (FTA) ASEAN PLUS THREE TERHADAP PEREKONOMIAN.INDONESIA AHMAD HERI FIRDAUS

KINERJA PERDAGANGAN DAN DAMPAK FREE TRADE AREA (FTA) ASEAN PLUS THREE TERHADAP PEREKONOMIAN.INDONESIA AHMAD HERI FIRDAUS KINERJA PERDAGANGAN DAN DAMPAK FREE TRADE AREA (FTA) ASEAN PLUS THREE TERHADAP PEREKONOMIAN.INDONESIA AHMAD HERI FIRDAUS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG PERUBAHAN KLASIFIKASI DAN PENETAPAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR PRODUK-PRODUK TERTENTU DALAM

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini, secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat, penegakan hukum sangat berperan penting, tidak hanya mengatur bagaimana manusia berperilaku,

Lebih terperinci