BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap
|
|
- Leony Sucianty Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi fokus bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Persoalan yang dihadapi suatu negara dalam sebuah perdagangan internasional adalah adanya surplus dan defisit neraca perdagangan. Suatu negara mengalami surplus neraca perdagangan ketika nilai ekspor negara tersebut lebih besar dibandingkan nilai impornya. Dampak utama dari surplus yang dialami suatu negara adalah bertambahnya jumlah valuta asing yang masuk ke dalam negara tersebut dan memicu terjadinya inflasi. Sedangkan, suatu negara mengalami defisit neraca perdagangan ketika nilai impor negara tersebut lebih tinggi dari nilai ekspornya. Dampak utama dari defisit neraca perdagangan yang dialami suatu negara adalah jumlah valuta asing yang semakin berkurang. Penguasa pasar dunia mengalami pergeseran sejak tahun 2000an. Amerika Serikat dan Jepang yang menjadi penguasa pasar dunia selama bertahun-tahun, secara perlahan mulai dikalahkan dengan hadirnya Tiongkok. Secara perlahan Tiongkok menjadi kekuatan utama perekonomian dunia. Kondisi tersebut berdampak pada ASEAN. Tiongkok secara perlahan menjadi partner dagang utama dari ASEAN. Gambar 1.1 merupakan gambar negara asal impor utama dari
2 2 ASEAN pada tahun Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa Tiongkok merupakan negara asal impor utama ASEAN dengan besar lebih dari 14 persen dari keseluruhan total impor yang dilakukan oleh ASEAN. Tingkat impor dari Tiongkok ini berada pada peringkat teratas melebihi impor ASEAN dari Jepang (11,2 persen), EU-28 (9,6 persen), USA (7,5 persen), Korea Selatan (6,2 persen), dan Taiwan (5 persen). Tingkat impor dari Tiongkok hanya kalah dari impor yang dilakukan pada sesama negara anggota ASEAN (22,8 persen). Kondisi hampir serupa juga terjadi pada negara tujuan ekspor utama ASEAN (gambar 1.2). Tiongkok masih menduduki peringkat pertama sebagai negara tujuan ekspor utama ASEAN dengan lebih dari 11 persen dari total keseluruhan ekspor ASEAN. Tujuan ekspor ASEAN lainnya antara lain Jepang (10,1 persen), EU-28 (10 persen), USA (8 persen), Hong Kong (6,4 persen), dan Korea Selatan (4,6 persen). Kondisi ini semakin memperjelas bahwa Tiongkok merupakan mitra dagang utama ASEAN. Gambar 1.1
3 3 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2013 Gambar 1.2 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2013 ASEAN mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok, baik secara total maupun bilateral dalam beberapa tahun terakhir. Tabel 1.1 merupakan tabel neraca perdagangan ASEAN menurut negara tujuan pada tahun Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok merupakan yang tertinggi diantara mitra dagang ASEAN lainnya. Nilai defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok pada tahun 2005 sebesar 8 juta USD dan meningkat menjadi 21 juta USD pada tahun Defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 hingga tahun 2010,yang disebabkan adanya krisis global dan disepakatinya ASEAN Tiongkok Free Trade
4 4 Area (ACFTA), menjadi 15 juta USD pada tahun 2009 dan, mencapai angka terendah selama 6 tahun, menjadi 6 juta USD pada tahun Namun, angka defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012 menjadi 24 juta USD pada tahun 2011 dan mencapai angka tertinggi menjadi 35 juta USD pada tahun Hubungan bilateral antara ASEAN dan Tiongkok mulai mengalami perkembangan sejak awal tahun Hubungan bilateral ASEAN-Tiongkok dalam bidang perdagangan diawali dengan ditandatanganinya Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation 1 pada bulan November Selanjutnya secara berturut-turut ditantangani Trade in Goods Agreement, Trade in Service Agreement, dan The Investment Agreement pada tanggal 29 November 2004, 14 Jamuari 2007, dan 15 Agustus Pada tanggal 1 Januari 2010 ACFTA resmi berlaku di ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dan Tiongkok. Sedangkan untuk negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) ACFTA berlaku pada tanggal 1 Januari Mangapul (2011) dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa salah satu penyebab terjadinya peningkatan hubungan dagang bilateral antara negara anggota ASEAN dan Tiongkok adalah bahwa komoditas yang diperdagangkan antara kedua belah pihak sama-sama dianggap penting oleh rekan dagangnya. Selain itu, dalam penelitiannya, penyebab utama adanya defisit neraca perdagangan ASEAN dan Tiongkok secara terus menerus adalah disebabkan oleh kapasitas prosduksi Tiongkok yang melampaui kapasitas produksi negara 1 Lihat Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation
5 5 individual anggota ASEAN, baik dari sisi kuantitas (GDP Tiongkok sekitar tiga kali lipat GDP total ASEAN) maupun kualitas atau keragaman komoditas yang diperdagangkan karena adanya pengalaman yang lebih yang dimilik oleh Tiongkok. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan ASEAN Menurut Negara Tujuan, Sumber: ASEAN Secretariat database Peningkatan volume perdagangan ekspor dan impor antara ASEAN dan Tiongkok disebabkan peningkatan volume perdagangan dari masing-masing negara anggota ASEAN terhadap Tiongkok.. Tabel 1.2 merupakan volume ekspor negara anggota ASEAN ke Tiongkok. Nilai ekspor semua negara anggota
6 6 ASEAN ke Tiongkok mengalami peningkatan dari tiap tahunnya. Nilai ekspor masing-masing negara anggota ASEAN ke Tiongkok mencapai nilai tertinggi pada tahun Peningkatan nilai ekspor negara anggota ASEAN diikuti dengan peningkatan nilai impor negara anggota ASEAN dari Tiongkok. Tabel 1.4 merupakan nilai impor negara anggota ASEAN dari Tiongkok pada tahun Semua negara anggota ASEAN mengalami peningkatan volume impor dari Tiongkok pada tiap tahunnya. Sebagai contoh, Indonesia mengalami peningkatan nilai impor dari Tiongkok dari sebesar 14 juta USD pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 35 juta USD. Kenaikan nilai impor dari Tiongkok ini dapat diartikan semakin meningkatnya ketergantungan perdagangan dengan Tiongkok sebagai mitra dagang utama. Seperti halnya nilai ekspor ke Tiongkok, nilai impor dari Tiongkok mencapai titik maksimal pada tahun 2013 dan diperkirakan akan terus meningkat untuk tahun-tahun selanjutnya. Tabel 1.2 Ekspor 10 Negara ASEAN ke Tiongkok (USD) Tahun Negara Kamboja Indonesia Filipina Malaysia Thailand Singapura Vietnam Laos Myanmar Brunei Sumber: UNComtrade, data diolah
7 7 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekspor 10 Negara ASEAN ke Tiongkok (%) Tahun No. Negara Kamboja Indonesia Filipina Malaysia Thailand Singapura Vietnam Laos Myanmar Brunei Sumber: UNComtrade, data diolah Tabel 1.4 Impor 10 Negara ASEAN daritiongkok (USD) Tahun Negara Kamboja Indonesia Filipina Malaysia Thailand Singapura Vietnam Laos Myanmar Brunei Sumber: UNComtrade, data diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan Impor 10 Negara ASEAN dari Tiongkok (%) Tahun No. Negara Kamboja Indonesia Filipina Malaysia Thailand Singapura
8 8 7 Vietnam Laos Myanmar Brunei Sumber: UNComtrade, data diolah Beberapa negara anggota ASEAN mengalami kondisi dimana peningkatan nilai ekspor ke Tiongkok lebih kecil dari nilai peningkatan nilai impor dari Tiongkok. Kondisi ini menyebabkan nilai defisit neraca perdagangan bilateral negara tersebut terhadap Tiongkok semakin membesar. Tabel 1.6 memberikan gambaran neraca perdagangan bilateral negara anggota ASEAN terhadap Tiongkok pada tahun Dari 10 negara anggota ASEAN, hanya Singapura yang tidak mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok selama lima tahun terakhir. Sedangkan untuk sembilan (9) negara anggota ASEAN lainnya mengalami peningkatan nilai defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok. Peningkatan nilai defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN secara individu yang menjadi salah satu penyebab defisitnya neraca perdagangan kawasan ASEAN terhadap Tiongkok beberapa waktu ini. Tabel 1.6 Neraca Perdagangan Negara Anggota ASEAN Terhadap Tiongkok Negara Kamboja Indonesia Filipina Malaysia Thailand Singapura Vietnam Laos
9 9 Myanmar Brunei Source: UNComtrade (data diolah) Defisit perdagangan yang dialami ASEAN dalam perdagangan bilateral dengan Tiongkok menjadi masalah bagi negara anggota ASEAN. Sehingga kondisi ini perlu diatasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menganalisis apa yang menjadi penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok. Faktor-faktor penyebab dari defisit neraca perdagangan suatu negara dapat secara langsung terkait pada kinerja perdagangan komoditas negara tersebut. Telah banyak penelitian akan penyebab langsung dari defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok. Yang&Heng (2010) beranggapan bahwa salah satu penyebab defisit neraca perdagangan yang dialami ASEAN dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok adalah ASEAN mengekspor barang primer dan mengimpor barang manufaktur dari Tiongkok. Hal ini membuat ASEAN harus mengeluarkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan Tiongkok. Penyebab lainnya, menurut Yang&heng (2010), adalah nilai tukar masing-masing negara Anggota ASEAN terhadap Yuan 2. Semakin terapresiasi nilai mata uang negara anggota ASEAN, maka akan semakin mahal barang tersebut. Dengan kata lain mengurangi tingkat ekspor ASEAN ke Tiongkok. Mangapul (2011) dalam penelitiannya menemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab defisit neraca perdagangan yang dialami oleh ASEAN 2 Yuan di pegged ke dalam US Dollar, lihat dalam Yang dan Heng, Promoting China- ASEAN Economic Cooperation under CAFTA Framework, December 2010, pp , dalam International Journal of China Studies.
10 10 dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. Faktor yang pertama adalah rasio harga ekspor ASEAN terhadap harga impor ASEAN. Faktor lainnya adalah perbedaan pendapatan negara anggota ASEAN dengan Tiongkok. Faktor yang terakhir adalah nilai tukar masing-masing negara anggota ASEAN terhadap Yuan. Penyebab dari defisit neraca perdagangan suatu negara yang lain adalah faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut dapat berasal dari dalam negara tersebut dan/atau dapat berasal dari negara rekan dagang. John M Keynes membangun sebuah model yang mampu menjelaskan pengaruh faktor eksternal, yang berasal dalam negara tersebut, dan faktor eksternal yang berasal dari negara rekan dagang, yang lazim dikenal dengan nama model Two Gap Approach. Model Two Gap Approach menjelaskan bahwa neraca perdagangan suatu negara dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal dari negara itu sendiri, yang dinyatakan dalam gap anggaran negara yang bersangkutan, dan faktor eksternal yang berasal dari rekan dagang, dijelaskan oleh gap tabungan-investasi di negara rekan dagang. Contoh kasus yang menggunakan model Two Gap Approach adalah kasus defisit neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat terhadap Jepang. Pada saat tersebut, Amerika Serikat menuding surplus neraca tabungan-investasi Jepang sebagai penyebab defisit neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat terhadap Jepang. Dipihak lain, Jepang menuding kebijakan defisit anggaran Amerika Serikat sebagai penyebab dari defisit neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat terhadap Jepang. Pada penelitian ini model Two Gap Approach diharapkan mampu menjelaskan penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok apakah disebabkan oleh gap anggaran negara anggota
11 11 ASEAN, dalam arti kesalahan kebijakan negara anggora ASEAN, atau disebabkan oleh gap tabungan-investasi Tiongkok, dalam arti merupakan skenario dari Tiongkok sebagai rekan dagang ASEAN. Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah Penerapan Model Two Gap Approach 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa selama beberapa waktu terakhir, dalam perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok, pihak ASEAN selalu mengalami defisit neraca perdagangan. Untuk mengatasi masalah tersebur dilakukan dengan mencari penyebab dari defisit neraca perdagangan yang dialami ASEAN tersebut. Penelitian ini fokus menganalisis penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan bilateral antara negara anggota ASEAN dengan Tiongkok menggunakan Model Two Gap Approach. Untuk itu, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut; 1. Apakah defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN, dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok, disebabkan oleh defisit anggaran di negara anggota ASEAN itu sendiri? 2. Apakah defisit neraca perdagangan negara angora ASEAN, dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok, disebabkan oleh surplus neraca tabungan-investasi di Tiongkok?
12 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh defisit anggaran negara anggota ASEAN terhadap defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. 2. Untuk menganalisis penegaruh surplus neraca tabungan-investasi Tiongkok terhadap defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. 1.4 Manfaat Penelitian Kontribusi yang dapat diberikan penelitian ini adalah: 1. Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi rekan mahasiswa, dapat menambah perbendaharaan literatur penelitian di bidang perdagangan intenasional di kawasan ASEAN. 3. Bagi khalayak umum, dapat menambah informasi tentang perdagangan bilateral antara kawasan ASEAN dengan Tiongkok. 1.5 Metodologi Analisis Model Penelitian Model yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan model Two Gap Approach. Model ini merupakan modifikasi model pendapatan nasional Keynes pada perekonomian terbuka. Model Two Gap Approach, yaitu:
13 13 Y = C + I + G + (X M) (1) Ditambahkan variabel pajak (T T) pada ruas kanan persamaan (1), menjadi Y = C + I + G + (X M) + T T (2) Atau X M = Y C I G + T T (3) X M = Y T C I + T G (4) Dimana, S = Y C T Dengan memasukkan variabel S pada persamaan 4, maka model tersebut menjadi: (X M) = (S I) + (T G) (5) Keterangan: NX (X M): nilai ekspor bersih; S: nilai tabungan; I: nilai investasi; T: penerimaan pajak pemerintah; G: pengeluaran pemerintah Dari persamaan (5) diatas dapat dijelaskan bahwa neraca perdagangan suatu negara dipengaruhi oleh gap tabungan-investasi negara tersebut dan gap anggaran negara tersebut. a. Two gap approach pada negara anggota ASEAN: (X M)* = (S I) + (T G)* (6) Dengan mengasumsikan nilai gap tabungan-investasi negara anggota ASEAN tetap dan tidak berpengaruh terhadap nilai neraca perdagangannya, maka nilai neraca perdagangan masing-masing negara anggota ASEAN tersebut dipengaruhi oleh nilai gap anggaran masingmasing negara.
14 14 b. Two gap approach pada Tiongkok (X M)* = (S I)* + (T G) (7) Dengan mengasumsikan nilai gap anggaran Tiongkok tetap dan tidak mempengaruhi nilai neraca perdagangan Tiongkok, maka nilai neraca perdagangan Tiongkok dipengaruhi oleh gap tabungan-investasi dari Tiongkok. Berdasarkan persamaan (6) dan (7), maka bentuk fungsi persamaan model Two Gap Approach yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Y = ƒ (X 1, X 2 ) Dimana: Y = X ASEAN - M ASEAN X 1 = T ASEAN - G ASEAN X 2 = S Tiongkok I Tiongkok Sehingga model regresi yang digunakan sebagai model empirik adalah: Y it = α 0 + α X1 it + α 2 X2 it + e it Dimana: Y = nilai ekspor bersih (NX) beberapa negara ASEAN, sebagai neraca perdagangan X1 = gap anggaran pemerintah negara anggota ASEAN X2 = gap tabungan-investasi Tiongkok α 1, α 2 = bobot hubungan antara X1 dan X2 terhadap Y
15 15 t = periode waktu i = negara e = error term Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun yang bersumber dari IMF (International Monetary Fund)-International Financial Statistic, situs Economic watch, dan UNComtrade. Data yang digunakan merupakan data tahunan. Negara yang menjadi objek penelitian adalah Indonesia, Malaysia, Brunei, Myanmar, Filipina, Kamboja, Thailand, dan Vietnam Hipotesis Penelitian Sebagai pedoman pelaksanaan penelitian disusun sebuat hipotesa penelitian. Penelitian ini menggunakan hipotesa satu sisi karena penulis reasonably sure bahwa hipotesa yang berlawanan tidak mungkin terjadi, maka hipotesis penelitian ini yaitu: 1. Defisit anggaran negara anggota ASEAN berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap defisit perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok. Berpengaruh positif artinya semakin membesar defisit anggaran negara anggoata ASEAN, yang berarti negara anggota ASEAN melakukan kebijakan fiskal longgar, mengakibatkan pendapatan nasional negara anggoata ASEAN naik, yang akan mendorong kenaikan impor negara anggota ASEAN, yang akan memperbesar defisit neraca perdagangan bilateral negara anggota ASEAN dengan tiongkok. Disamping itu, semakin besar defisit anggaran negara anggoata asean, dalam rangka meningkatkan capital inflow untuk membiayai defisit tersebut, otoritas
16 16 akan meningkatkan suku bunga yang akan mengakibatkan ongkos produksi naik dan menyebabkan ekspor tidak menarik dan impor menjadi menarik, yang akhirnya memperbesar defisit neraca perdagangan bilateral negara anggota ASEAN dengan Tiongkok. 2. Kebijakan fiskal ketat Tiongkok berpengaruh signifikan dan positif terhadap defisit perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok. Berpengaruh positif artinya semakin membesar surplus neraca tabunganinvestasi Tiongkok, yang berarti Tiongkok melakukan kebijakan fiskal ketat, akan menyebabkan pendapatan nasional Tiongkok turun, mendorong tiongkok mengurangi impornya, yang berati ekspor negara anggota ASEAN turun dan berdampak memperbesar defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dengan Tiongkok Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Model analisis yang digunakan adalah model Two Gap Approach. 2. Alat analisis yang digunakan adalah model data panel. 3. Negara anggota ASEAN yang dilibatkan adalah Indonesia, Malaysia, Brunei Darusallam, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Filipina, dan Kamboja. Singapura tidak dilibatkan karena Singapura mengalami surplus neraca perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. 4. Tahun penelitian ang digunakan adalah tahun. Pemilihan tahun tersebut didasarkan pada tahun tersebut terjadi defisit neraca
17 17 perdagangan ASEAN terhadap Tiongkok baik secara bilateral maupun total Keaslian Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Two Gap Approach. Telah banyak penelitian yang menggunakan Two Gap Approach sebagai model penelitiannya. Namun terdapat perbedaan dari masing-masing penelitian, seperti penggunaan model untuk melihat hubungan variabel hanya dalam satu negara dan pembuktian hipotesis yang saling bertentangan. Tabel 1.7 merupakan gambaran penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut menggunakan model Two Gap Approach dengan tujuan dan kesimpulan yang berbeda-beda. Tabel 1.7 Penelitian Terdahulu Menggunakan Two Gap Approach Model Peneliti Tujuan dan Objek Penelitian Dasar Teori dan Variabel Utama yang Diteliti Hasil Penelitian Akbostanci dan Tunc (2002) Menganalisis hubungan defisit anggaran Turki dengan defisit neraca perdagangan Turki pada periode Menggunakan Two Gap Approach dan menggunakan Error Correction Model sebagai metodologi penelitian. Terjadi twin deficit di Turki untuk periode penelitian. Ghancev (2010) Menganalisis kevalidasian hipotesis twin deficits di Bulgaria pada tahun 2010 Menggunakan model Two Gap Approach dan Granger Causality,VAR Twin deficits tidak terjadi dalam jangka pendek, namun mengindikasikan
18 dan VECM sebagai metodologi penelitian. kemungkinan terjadi dalam jangka panjang. Nizar (2013) Menganalisis pengaruh defisit anggaran terhadap defisit transaksi berjalan di Indonesia dalam periode tahun Menggunakan model Two Gap Approach dan VAR sebagai metodologi penelitian. Defisit anggaran berpengaruh positif terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia. Asrafuzzaman et al. (2013) Membuktikan hipotesis twin deficits di Bangladesh Menggunakan model Two Gap Approach dan VAR sebagai metode penelitian. Terdapat hubungan kausalitas antara defisit anggaran Bangladesh dengan defisit neraca perdagangan Bangladesh hanya dalam jangka pendek. Ekrem et al. (2013) Menganalisis kevalidan hipotesis triple deficits di Turki pada periode Menggunakan model Two Gap Approach. Triple deficits valid di turki pada periode Cahyadin (2004) Menganalisis pengaruh defisit anggaran Indonesia dan gap tabungan-investasi Jepang terhadap neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada periode Menggunakan model Two Gap Approach dan PAM sebagai metodologi penelitian. Terdapat pengaruh defisit anggaran Indonesia dan gap tabunganinvestasi Jepang terhadap neraca perdagangan Indonesia- Jepang selama periode yang diteliti.
19 Alat Analisis Uji ekonometrik dan uji statistik digunakan sebagai alat pengujian pada penelitian ini. Beberapa pengujian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: 1. Uji MWD yang berguna untuk menentukan persamaan regresi yang akan digunakan berupa dalm bentuk linear atau dalam bentuk non linear. 2. Uji Chow, LM test, dan Hausman Test yang berguna untuk menentukan pemilihan model common effect, random effect, atau fixed effect. 3. Uji asumsi klasik 4. Regresi menggunakan model data panel yang telah ditentukan dan melakukan Uji t sebagai alat pengujian hipotesa. 1.6 Metodologi Penulisan Penelitian ini mempunyai sistematis sebagai berikut: 1. BAB I adalah pendahuluan. BAB I berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, pembatasan masalah, hipotesis penelitian, keaslian penelitian, dan manfaat penelitian. 2. BAB II adalah tinjauan pustaka. BAB II merupakan penjelasan landasan teori yang digunakan dalam penelitian 3. BAB III adalah gambaran umum keadaan perekonomian ASEAN dan Tiongkok yang berhubungan dengan tema penelitian ini. 4. BAB IV adalah analisis data. BAB IV merupakan penjabaran dari analisis data. 5. BAB V adalah kesimpulan dan saran. BAB V berisikan kesimpulan dan implikasi.
BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( )
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu potensi yang dimiliki oleh ASEAN adalah dalam bidang pariwisata. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor pendukung utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pembangunan ekonomi internasional yang semakin terkait dan adanya interdependensi antar negara, arus perdagangan barang juga mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder makroekonomi 13 negara yaitu 1 negara ASEAN ditambah 3 negara seperti yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Objek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi
Lebih terperinciPENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL
PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL Oleh : Daniel E Syauta ( P056100493.36E ) dan Asniar ( P056100 ) LATAR BELAKANG ASEAN- China Free Trade Area
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN
BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai
Lebih terperinci: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan
Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor
BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian suatu negara. Era globalisasi ini terjadi dikarenakan adanya rasa saling ketergantungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore
Lebih terperinciSkripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI
Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan
Lebih terperinciBab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA
Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang, yang membutuhkan investasi cukup besar untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Sementara sumber-sumber dana yang berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun perekonomian negaranya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi mencakup seluruh kehidupan manusia di dunia, terutama dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Budaya bangsa asing perlahan-lahan menghilangkan budaya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016
No. 57/10/17/Th. VII, 3 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 18,26 juta. Nilai Ekspor ini mengalami peningkatan sebesar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya
Lebih terperinciEkspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,
Lebih terperinciSEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA
SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA Adalah perekonomian yang berinteraksi secara terbuka dengan perekonomian-perekonomian lainnya di seluruh dunia. Variabel yang terkait dalam perekonomian:
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data
43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU
No. 03/01/17/Th.VI, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Total Ekspor Provinsi Bengkulu November 2014 mencapai nilai sebesar US$ 16,32 Juta, yang tercatat 66,88 % diantaranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciV. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA. Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis ekonomi di Thailand.
74 V. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Awal Krisis Asia Krisis yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari krisis yang terjadi di Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar dua puluh tahun yang lalu negara maju seperti U.S. selalu dicirikan sebagai negara kaya yang tinggi tingkat tabungannya, sedikit investasi dan surplus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian global masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi yang tercermin dari perubahan yang berlangsung sangat cepat dan sulit diprediksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:
SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs
Lebih terperinciHUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Association of South East Asian Nation (ASEAN), yaitu Kamboja, Indonesia,
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah sembilan negara anggota Association of South East Asian Nation (ASEAN), yaitu Kamboja, Indonesia, Myanmar, Singapura,
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan
Lebih terperinciPoppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya berhubungan dengan setiap upaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya berhubungan dengan setiap upaya untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya (Abdullah, 2003). Pembangunan mengharuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),
Lebih terperinciKeseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM
Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian
Lebih terperinci