BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap hasil estimasi model gravity untuk persamaan perdagangan dan persamaan investasi. Model yang dianalisis menggunakan panel data karena merupakan penyatuan antara data antar-waktu (time series) dan data antar-individu (cross section) dengan menggunakan teknik fixed effect. Metode fixed effect digunakan dengan pertimbangan data panel yang diestimasi mempunyai jumlah waktu (T) 25 tahun lebih besar dibanding jumlah individu (N) 19 negara. Secara teoritis, apabila T lebih besar dari N dianjurkan memakai fixed effect. Selanjutnya, model diestimasi dengan Generalize Least Square (GLS). Hasil estimasi tersebut dapat menggambarkan pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen pada persamaan. Hasil estimasi dari model persamaan dapat dilihat pada lampiran. Pembahasan hasil estimasi model dapat diuraikan sebagai berikut: Analisis Aliran Perdagangan ASEAN Secara umum selama 24 tahun antara tahun kinerja perdagangan ASEAN cukup kuat. Kinerja perdagangan tersebut didukung oleh perdagangan internasional berupa ekstra-regional dan intra-regional. Krugman (1991) memperkenalkan istilah blok perdagangan alami atau natural trading blok yang didasarkan pada kedekatan geografis yang dapat meningkatkan perdagangan. Tetapi untuk kasus ASEAN, ekstra-asean lebih besar dari intra-asean. Hasil estimasi data panel model perdagangan ASEAN menunjukkan pengaruh variabel integrasi ekonomi dan makroekonomi terhadap perdagangan bilateral kawasan

2 dengan negara mitra perdagangannya. Hasil estimasi data panel model persamaan perdagangan disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Integrasi dan Variabel Makroekonomi Terhadap Aliran Perdagangan ASEAN Variabel Koefisien Standar Error Nilai Prob. C GDPi(-1) POPi FDIi(-3) TII i(-3) IRi RERi TAXi TAXj OPENi GDPj 7.98E POPj(-2)) E FDIj RERj(-1) IRj 4.49E E Hasil estimasi data panel perdagangan ASEAN menunjukkan bahwa variabel FDI berpengaruh positif dan signifikan. FDI dapat menghasilkan komoditi ekspor dan meningkatkan perdagangan. FDI merupakan faktor penting dalam peningkatan perdagangan kawasan, baik variabel FDI negara eksportir maupun FDI negara importir. Dalam rangka meningkatkan kerjasama investasi, telah dibentuk kerjasama ASEAN investment Area (AIA) pada tahun Tujuannya menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang kompetitif, kondusif dan bebas untuk berinvestasi. Tujuan tersebut diikuti sejumlah kebijakan, seperti menerapkan kebijakan investasi terkordinasi dan program fasilitasi, memperluas sektor untuk

3 FDI kecuali beberapa sektor yang ditetapkan dalam temporary dan sensitive list bagi investor ASEAN pada tahun 2010 dan non-asean Mendorong lalu lintas modal, profesional dan teknologi yang lebih bebas di antara negara anggota, menghilangkan hambatan investasi dan meliberalisasi ketentuan serta kebijakan investasi. ASEAN diharapkan menjadi tempat yang atraktif bagi investasi dan mencegah perlombaan insentif untuk menarik FDI. Peningkatan FDI di ASEAN dapat meningkatkan perdagangan dalam lag selama tiga tahun. Peningkatan FDI pada negara importir ternyata dapat menurunkan ekspor negara ASEAN. Data perdagangan ASEAN menunjukkan adanya peningkatan ekspor maupun impor. Hal ini ditunjukkan dari perubahan nilai ekspor sebesar US$ juta pada tahun 2000 menjadi US$ juta pada tahun 2008 atau naik hampir 100 persen. Realisasi FDI di ASEAN pada tahun 2000 adalah sebesar US$ juta dan menjadi US$ juta pada tahun Hasil tersebut sesuai teori FDI yang mengatakan bahwa apabila FDI meningkat maka produksi barang dan jasa mengalami peningkatan. Produksinya dapat meningkatkan pemenuhan pasar dalam negeri maupun ekspor. Hasil yang sama dikemukakan Kim et al. (2003) yang menunjukkan bahwa masuknya FDI pada industri skala besar akan menghasilkan tingkat pertumbuhan ekspor yang tinggi dibanding dengan impor pada industri sektor yang sama. Pengaruh GDP baik bagi negara kawasan maupun negara mitranya adalah positif dan signifikan. Peningkatan GDP berarti adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta peningkatan dan penambahan kapasitas produksi. Antara tahun GDP ASEAN mengalami kenaikan berarti. Pada tahun 2000, GDP adalah sebesar juta US$ sedang

4 kan pada tahun 2008 menjadi sebesar Juta US$ atau naik sebesar 87.4 persen. Sedangkan GDP perkapita meningkat dari US$ (tahun 2000) menjadi US$ (tahun 2008). Kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap volume perdagangan negara ASEAN. Pengaruh tersebut disebabkan adanya peningkatan daya beli bagi negara importir. Peningkatan dalam daya beli akan meningkatkan permintaan barang untuk substitusi impor dari negara ASEAN. Hasil yang sama ditemukan oleh beberapa studi sebelumnya seperti Clarete, Edmonds and Walack (2002), Wall (2000), dan Cernat (2001) yang menyimpulkan bahwa variabel GDP eksportir dan importir berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan perdagangan pada integrasi ekonomi. Negara yang berpendapatan tinggi, juga menunjukan adanya produksi yang tinggi sehingga menimbulkan peningkatan efisiensi produksi dalam negeri serta mendorong peningkatan perdagangan. GDP yang tinggi meningkatkan potensi ekspor, dan paling besar jika didukung oleh efisiensi produksi. Hasil tersebut sesuai temuan Robert (2004) yang menggunakan model gravity untuk menjelaskan FTA Cina-ASEAN. Kesimpulannya adalah GDP dan jarak antara negara secara signifikan memengaruhi perdagangan antara Cina dan ASEAN. Studi ini memperkuat asumsi bahwa integrasi ekonomi mempercepat perdagangan dan menguntungkan negara kaya. Manfaat integrasi ekonomi semakin menguntungkan anggota yang berpendapatan tinggi. Negara anggota yang berpendapatan rendah tetap memperoleh manfaat dari pembentukan integrasi ekonomi atau perdagangan bebas. Sedangkan perdagangan bebas dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat didalamnya.

5 Jumlah penduduk berpengaruh positif baik terhadap negara ASEAN maupun jumlah penduduk negara mitra dagang. Penduduk selain berfungsi sebagai tenaga kerja juga merupakan pasar yang besar bagi produksi barang dan jasa. Produsen dalam negeri akan lebih mengutamakan pemenuhan permintaan dalam negeri dibandingkan melakukan perdagangan ke luar negeri. Peningkatan jumlah penduduk negara importir pada dua tahun kemudian dapat meningkatkan perdagangan negara ASEAN. Secara teoritis, hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam jumlah konsumen. Jumlah penduduk yang tinggi di ASEAN menyebabkan produsen dalam negeri lebih memprioritaskan pemenuhan pasar dalam negeri, terutama yang berkaitan dengan produk akhir. Sebaliknya, pada negara importir jumlah penduduk akan meningkatkan ekspor negara ASEAN. Pada negara mitra transisi demografisnya sudah hampir selesai karena pertumbuhan penduduknya sangat kecil, tetapi kualitas dari penduduknya yang tinggi meningkatkan produktifitas dan akhirnya produksi dan perdagangan. Hasil tersebut sesuai dengan temuan Do (2006) yang menyimpulkan bahwa aliran perdagangan bilateral salah satunya ditentukan oleh ukuran pasar atau jumlah penduduk. Integrasi perdagangan berpengaruh positif dan signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar tingkat integrasinya, akan memperbesar volume perdagangan ASEAN dan negara anggotanya. Keterbukaan ekonomi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap aliran perdagangan. Semakin terbuka sebuah perekonomian atau negara menunjukkan adanya kemudahan dalam melaksanakan transaksi perdagangan dengan negara mitra perdagangannya. Hasil yang sama ditemukan oleh Guttman dan Richards (2004), dengan estimasi

6 model gravity yang menunjukkan bahwa keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan di Australia. Keterbukaan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap aliran perdagangan. Semakin terbuka sebuah kawasan atau negara maka semakin tinggi pula tingkat aliran perdagangannya. Alasan utama dari hasil tersebut adalah bahwa peningkatan perdagangan akibat keterbukaan ekonomi menciptakan lebih banyak keuntungan dari pada membatasi perdagangannya baik pada sektor maupun pada negara tertentu. Mengingat rumusan keterbukaan ekonomi yaitu rasio antara penjumlahan ekspor dan impor dibandingkan GDP, maka keterbukaan ekonomi dapat dilihat dari intensitas barang keluar atau ekspor dan barang masuk atau impor. Assumsi ini berlaku apabila hambatan perdagangan baik tarif maupun non tarif kondusif bagi negara yang melaksanakan perdagangan. Nilai tukar mata uang negara ASEAN berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perdagangan, semakin terdepresiasi nilai mata uang negara ASEAN akan meningkatkan penawaran ekspor dari negara ASEAN. Respons penawaran ekspor lebih besar dari permintaan impor. Nilai tukar mata uang yang rendah, akan meningkatkan jumlah uang beredar dan meningkatkan produksi serta mendorong ekspor. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar negara importir berpengaruh positif terhadap ekspor ASEAN. Semakin terdepresiasi nilai tukar negara importir dapat meningkatkan volume ekspor negara ASEAN, dengan tingkat elastisitas yang relatif kecil. Do (2006) menyimpulkan bahwa aliran perdagangan bilateral suatu negara ditentukan oleh exchange rate selain ukuran ekonomi dan ukuran pasar. Besarnya tingkat tarif impor yang diberlakukan berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan ASEAN. Sekalipun terjadi kenaikan tarif di ASEAN,

7 peningkatan perdagangan tetap positif karena negara ASEAN lebih berorientasi ekspor. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yeats (1998) yang menunjukkan bahwa hanya produk yang kompetitif di luar kawasan integrasi yang dapat mendorong pertumbuhan perdagangan di luar kawasan integrasi. Kebijakan tarif ASEAN mengacu pada kesepakatan AFTA melalui penghapusan tarif dan nontarif dengan target penurunan 0-5 persen untuk produk yang memiliki muatan ASEAN sebesar 15 persen dalam kurun waktu 15 tahun sejak tahun Sebesar persen produk yang masuk dalam inclusion list CEPT telah berhasil diturunkan oleh ASEAN-5 ditambah Vietnam, yang diberlakukan sejak 1 Januari Produk dalam Inclusion List (IL) yang tarifnya di atas 5 persen adalah produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List (TEL), Sensitive List (SL) dan General Exclution List (GEL) pada tahun Secara teoritis tarif dapat menghambat impor dan meningkatkan harga barang impor dan melindungi industri dalam negeri. Pengaruh tingkat tarif negara importir terhadap volume ekspor negara ASEAN adalah negatif dan signifikan. Secara teoritis dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat tarif pada negara tujuan ekspor, volume ekspor akan menurun. Produsen domestik dapat memenuhi pasar dalam negeri dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan harga barang impor yang dikenai tarif dengan harga lebih mahal. Jadi, meskipun impor menurun tetapi ekspor tetap lebih tinggi Perdagangan Negara Anggota ASEAN Bagian ini menganalisis pengaruh integrasi ekonomi dan variabel makro ekonomi negara ASEAN terhadap perdagangan setiap anggota ASEAN yaitu Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand dan Filipina. Dengan menggunakan

8 panel data model gravity persamaan perdagangan yang diestimasi dijelaskan sebagai berikut: Analisis Aliran Perdagangan Malaysia Pengaruh integrasi ekonomi dan variabel makro ekonomi terhadap aliran perdagangan Malaysia dianalisis berdasarkan hasil estimasi persamaan perdagangan Malaysia disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Estimasi Model Perdagangan Malaysia Variabel Koefisien Standar Error Nilai Prob. C GDPi POPi FDIi RERi -0, OPENi TAXi IRi GDPj POPj FDIj RERj IRj DIST TIIi TAXj ASEAN APEC Malaysia merupakan negara ASEAN yang berhasil melaksanakan industrialisasi secara terencana sejak diterapkannya kebijakan ekonomi baru (New Economic Policy, NEP) pada tahun Program NEP dibiayai oleh hasil ekspor komoditas primer Malaysia. Untuk menjamin tercapainya NEP pemerintah Malaysia meningkatkan intervensi negara dalam kegiatan ekonomi. Peran

9 pemerintah tersebut membawa wajah baru industrialisasi di Malaysia. Malaysia dikenal sebagai negara Asia yang sukses melewati transisi ekonomi, bahkan pada tahun 1990 ekspor manufaktur mencapai 30 persen sehingga masuk dalam Newly Industrialized Country (NIC). Hasil estimasi model perdagangan Malaysia menunjukkan bahwa secara umum variabel yang dianalisis memiliki koefisien yang berpengaruh positif dan signifikan, kecuali variabel tarif dan nilai tukar. Pengaruh FDI terhadap perdagangan bilateral Malaysia adalah positif dan signifikan. Hal tersebut menjelaskan bahwa FDI dapat meningkatkan output yang akhirnya peningkatan ekspor. Nilai ekspor Malaysia meningkat dari US$ miliar (tahun 1993) menjadi miliar (tahun 2008) atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Sedangkan nilai impor Malaysia mencapai US$ miliar (tahun 1993) kemudian menjadi US$ miliar (tahun 2008) atau naik persen per tahun. Dari hasil nilai ekspor dan impor tersebut berarti setiap tahun Malaysia masih net ekspor. Ekspor Malaysia sebagian besar ditujukan pada negara ekstra-asean. Pada tahun 1993 nilai ekspor Malaysia ke negara ekstra-asean yaitu sebesar US$ miliar menjadi US$ miliar pada tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Ekspor pada negara intra-asean juga meningkat. Pada tahun 1993 nilai ekspor Malaysia adalah sebesar US$ miliar kemudian menjadi US$ miliar pada tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Peningkatan perdagangan tersebut menunjukkan bahwa FDI di Malaysia dapat menghasilkan komoditi ekspor dan meningkatkan volume ekspor bilateral,

10 baik terhadap ASEAN maupun negara ekstra-asean. Realisasi FDI ke Malaysia antara tahun meningkat searah dengan perdagangan. Pada tahun 2000 realisasi FDI mencapai US$ miliar dan pada tahun 2008 menjadi US$ miliar. Dibanding dengan negara ASEAN lainnya pada tahun 2002 share FDI malaysia mencapai 27.5 persen kemudian menurun menjadi 18.9 persen pada tahun FDI negara importir berpengaruh secara negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa FDI pada negara mitra perdagangan memproduksi barang yang bersifat substitusi impor. GDP Malaysia maupun GDP negara importir memberi pengaruh positif dan signifikan. Peningkatan GDP menunjukkan adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta adanya peningkatan penambahan kapasitas produksi. Pada rentang tahun , GDP Malaysia rata-rata mengalami peningkatan sebesar persen. Pada tahun 2000 sebesar 356 miliar ringgit kemudian meningkat menjadi miliar pada tahun Selain itu, GDP perkapita juga meningkat dari US$ (tahun 2000) menjadi US$ (tahun 2008) atau rata-rata mengalami kenaikan sebesar persen per tahun. Sementara itu, kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap volume ekspor Malaysia. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan daya beli masyarakat negara importir. Do (2006) menyimpulkan bahwa salah satu penyebab aliran perdagangan bilateral adalah ukuran ekonomi atau GDP. Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan, begitu pula dengan jumlah penduduk negara mitra dagang. Do (2006) menyimpulkan bahwa aliran perdagangan bilateral salah satunya ditentukan oleh ukuran pasar. Jumlah penduduk Malaysia tahun 2000 adalah

11 sebesar juta kemudian tumbuh menjadi juta pada tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar 2.02 persen per tahun. Secara teoritis, jumlah penduduk Malaysia berpengaruh positif karena pertambahan penduduk berarti pertumbuhan tenaga kerja yang akan meningkatkan produksi barang dan jasa yang akan meningkatkan volume perdagangan. Penduduk yang besar juga merupakan pasar yang besar. Nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap US$ relatif stabil dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Pada tahun 2000 nilai tukar Malaysia sebesar 3.80 Ringgit/US$ dan cenderung menguat pada tahun 2008 menjadi 3.55 Ringgit/US$. Dalam analisis ini, variabel nilai tukar Ringgit Malaysia berpengaruh negatif, tetapi tidak signifikan terhadap volume perdagangannya. Hal ini berarti semakin terdepresiasi nilai mata uang Ringgit maka perdagangan Malaysia mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan. Nilai ini menunjukkan elastisitas nilai tukar terhadap ekspor Malaysia relatif rendah tetapi positif, artinya semakin terdepresiasi nilai tukar negara importir maka permintaan atas barangbarang impor dari Malaysia akan meningkat. Tingkat tarif di Malaysia memberi pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor Malaysia. Variabel tarif negara importir juga negatif dan signifikan. Malaysia memiliki komitmen yang kuat terhadap CEPT-AFTA untuk mengikuti liberalisasi perdagangan. Sejak 1 Januari 2005, sebesar persen produk yang masuk dalam inclusion list CEPT telah berhasil diturunkan oleh ASEAN-5 ditambah Vietnam. Produk-produk dalam Inclusion List (IL) yang tarifnya diatas 5 persen adalah produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List (TEL), Sensitive List (SL) dan General Exclution List (GEL) pada

12 tahun Secara teori, semakin tinggi tarif pada negara tujuan ekspor, volume ekspor akan menurun. Jarak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor Malaysia. Semakin jauh jarak antar negara eksportir dengan negara importir maka semakin besar biaya transportasi dan semakin turun volume ekspor pada negara tersebut. Hal ini sesuai dengan temuan Carillo dan Li (2002) bahwa jarak, market size dan FTA berpengaruh terhadap aliran perdagangan pada kawasan integrasi ekonomi Andean dan Mercusor. Pengaruh variabel integrasi ekonomi ASEAN maupun APEC berpengaruh positif dan signifikan. Nilai koefisien ASEAN ini lebih besar dibanding dengan APEC, artinya dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN maka volume perdagangan Malaysia di ASEAN meningkat lebih besar dibanding integrasi APEC. Hal tersebut menunjukkan bahwa Malaysia dapat memanfaatkan ASEAN untuk meningkatkan perdagangannya. Secara keseluruhan ekspor ASEAN ke negara intra-asean masih relatif kecil. Pada tahun 2000 ekspor intra-asean hanya US$ juta sedangkan keluar ASEAN US$ juta atau hanya sekitar 22.8 persen. Pada tahun 2006 ekspor intra-asean US$ juta sedangkan luar ASEAN sebesar US$ juta atau sekitar 25.2 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa sampai sekarang sumbangan perdagangan intra- ASEAN masih relatif kecil dibanding dengan negara mitra perdagangannya. Dalam rangka meningkatkan perdagangannya, Malaysia juga membentuk FTA dengan beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS). Inisiatif FTA Malaysia AS tersebut sebenarnya berasal dari AS. Dengan membuat FTA dengan Malaysia, memberi kesempatan kepada perusahaan AS masuk ke Asia Tenggara

13 dengan pasar sebesar US$ 3 triliun. Saat ini Malaysia merupakan mitra terbesar AS di ASEAN dan sepuluh besar di dunia. AS memiliki perdagangan dua arah berjumlah US$ 44 miliar pada tahun 2005, 60 persen lebih besar daripada perdagangangan dengan India. AS merupakan pasar terbesar kedua Malaysia. Malaysia dan AS merupakan mitra dalam negosiasi perdagangan global serta menjadi pemain penting dalam forum APEC. Kesimpulan Diao, Bonilla dan Robinson (2002) yang menganalisis dua skenario liberalisasi perdagangan potensial, yaitu Free Trade Area (FTA) di Amerika dan kemungkinan hubungan antara Mercusor dan Uni Eropa. Hasilnya FTA menciptakan kreasi perdagangan, dan terdapat penurunan perdagangan pada jumlah yang kecil (trade disversion) di negara yang tidak berpartisipasi dalam FTA sekitar 0.02 persen. Kesimpulan tersebut menolak kekhawatiran bahwa liberalisasi dalam jangka panjang akan menyebabkan instabilitas makroekonomi Analisis Aliran Perdagangan Indonesia Bagian ini menganalisis variabel integrasi ekonomi dan makroekonomi ASEAN yang berpengaruh terhadap aliran perdagangan Indonesia. Hasil estimasi model aliran perdagangan Indonesia disajikan pada Tabel 13. Salah satu kebijakan penting perdagangan Indonesia setelah krisis tahun 1998 adalah memperluas liberalisasi perdagangan dengan menghapus berbagai restriksi tarif dan non-tarif maupun batasan ekspor. Kritik terhadap kebijakan tersebut adalah dilakukannya liberalisasi terhadap sektor sensitif seperti notifikasi terhadap peran bulog sebagai state trading enterprise. Indonesia menjadi negara berkembang paling liberal di sektor perdagangan. Padahal ekspor Indonesia masih didominasi sektor primer yang berbasis komoditas sumberdaya alam.

14 Tabel 13. Hasil Estimasi Model Perdagangan Indonesia Variabel Koefisien Standar Error Nilai Prob. C GDPi POPi FDIi RERi OPENi TAXi IRi GDPj POPj FDIj RERj IRj DIST TIIi TAXj ASEAN APEC Hasil estimasi menunjukkan pengaruh integrasi ekonomi dan variabel makroekonomi terhadap perdagangan Indonesia dengan negara mitra, adalah hampir semua variabel yang dianalisis berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan bilateral Indonesia kecuali tarif, jarak, dan variabel suku bunga. Pengaruh FDI terhadap perdagangan bilateral Indonesia adalah positif karena kegiatan investasi di Indonesia dapat menghasilkan komoditi ekspor. FDI di Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat berarti sekalipun dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, Indonesia masih relatif tertinggal. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya penyerapan FDI di Indonesia adalah tingkat kemudahan investasi (kemudahan mengawali bisnis, kemudahan

15 perizinan, perlindungan terhadap investor, kemudahan perdagangan, komitmen kontrak) yang nilainya lebih rendah, dibandingkan negara lainnya di kawasan. Indonesia hanya bersaing dengan Filipina, sementara Singapura, Malaysia, Thailand menikmati FDI jauh lebih besar dari Indonesia. Sejak tahun 1995 FDI ke Indonesia hanya sekitar US$ miliar kemudian menjadi US$ miliar pada tahun 2005, meskipun terjadi FDI outflow pada saat krisis tahun 1998 sebesar US$ miliar bahkan pada tahun 2001 FDI outflow masih terjadi sebesar US$ miliar. Semakin besar FDI masuk ke Indonesia, semakin besar pula volume perdagangan bilateral. FDI negara importir juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan Indonesia. Pengaruh variabel GDP, baik GDP Indonesia maupun negara importir adalah positif. Kenaikan GDP Indonesia dapat meningkatkan volume perdagangan karena adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta penambahan kapasitas produksi juga peningkatan daya beli. GDP Indonesia pada harga konstan naik sangat tinggi pada tahun 2000 GDP adalah Rp miliar dan pada tahun 2008 menjadi Rp miliar. Kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap perdagangan Indonesia. Hal ini disebabkan adanya kenaikan daya beli bagi negara importir. Semakin tinggi GDP maka semakin besar pangsa pasar produk ekspor Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia adalah input bagi pertumbuhan ekonomi, sekaligus merupakan konsumen bagi output perekonomian. Ketidakmampuan memanfaatkan potensi jumlah penduduk dapat menumbuhkan ketidakefisienan dalam alokasi sumberdaya dan menunjukkan ketidakmampuan perekonomian

16 suatu negara untuk meningkatkan daya beli pada negaranya. Lewis (1959) menyatakan bahwa penduduk yang besar dapat memberikan kontribusi terhadap output dan tenaga kerja pada sektor baru yang lain. Dengan kata lain, kelebihan jumlah penduduk dapat digunakan untuk mengakumulasi pendapatan. Hasil analisis menunjukkan jumlah penduduk Indonesia berpengaruh signifikan terhadap peningkatan volume perdagangan, baik Indonesia maupun negara mitra. Hal tersebut sesuai temuan Carillo dan Li (2002) bahwa market size berpengaruh positif terhadap perdagangan bilateral. Dari sisi permintaan besarnya jumlah penduduk menyebabkan produsen dalam negeri lebih mengutamakan permintaan dalam negeri dibanding ekspor. Penduduk Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN dan terbesar keempat di dunia. Tahun 2000 penduduk Indonesia mencapai 205 juta jiwa dan pada tahun 2008 menjadi 228 juta jiwa atau rata-rata tumbuh sebesar persen per tahun. Potensi pasar tersebut sangat menjanjikan bagi produsen dalam negeri maupun negara mitra perdagangan. Produk yang dihasilkan adalah produk antara dan produk akhir. Pengaruh nilai tukar riil terhadap perdagangan Indonesia adalah negatif dan signifikan. Artinya, bahwa apabila nilai tukar Rupiah terdepresiasi terhadap Dolar AS maka akan meningkatkan ekspor Indonesia dengan mitranya. Hal tersebut menunjukkan bahwa respons perubahan nilai tukar terhadap perdagangan meningkat, respons ekspor lebih besar dari pada respons terhadap impor. Secara teori, depresiasi nilai tukar akan meningkatkan produksi dan meningkatkan volume ekspor. Sementara nilai tukar riil importir juga adalah positif dan signifikan. Depresiasi nilai tukar pada negara mitra dagang Indonesia akan meningkatkan permintaan perdagangan dari negara ASEAN dan Indonesia.

17 Variabel tarif yang berupa pengaruh tingkat tarif negara Indonesia terhadap perdagangan adalah kecil dan tidak signifikan. Fluktuasi volume perdagangan juga dipengaruhi oleh tingkat tarif yang diberlakukan di negara importir. Sebesar persen produk yang masuk dalam Inclusion List CEPT telah berhasil diturunkan oleh ASEAN-5 ditambah Vietnam yang diberlakukan sejak 1 Januari Produk-produk dalam Inclusion List (IL) yang tarifnya di atas 5 persen adalah produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List (TEL), Sensitive List (SL) dan General Exclution List (GEL) pada tahun Variabel tarif negara importir berpengaruh negatif dan signifikan. Secara teoritis dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat tarif pada negara tujuan ekspor maka volume ekspor akan menurun karena harga akan cenderung mengalami kenaikan. Variabel jarak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume perdagangan Indonesia. Semakin jauh jarak antara Jakarta dengan negara importir maka semakin besar biaya transportasi dan semakin turun volume perdagangan dengan negara mitra dagang pada negara tersebut. Hal ini sesuai dengan temuan Carillo dan Li (2002) bahwa jarak, market size dan FTA di Andean dan Mercusor berpengaruh terhadap aliran perdagangan pada kedua kawasan tersebut. Integrasi ekonomi ASEAN maupun APEC berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan. Integrasi APEC lebih besar pengaruhnya dibanding nilai koefisien integrasi ASEAN. Nilai tersebut menunjukkan bahwa integrasi ekonomi ASEAN dapat meningkatkan perdagangan Indonesia di ASEAN, tetapi nilainya ini relatif kecil. Penelitian Clarete et al. (2002) tentang tingkat integrasi perdagangan yang tergabung dengan integrasi APEC, Uni Eropa

18 dan NAFTA memberikan hasil yang sama. Artinya, integrasi ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan dunia. Rendahnya ekspor Indonesia ke intra-asean memperkuat adanya kesamaan sumberdaya yang dimiliki Indonesia dengan negara-negara ASEAN, sehingga cenderung terjadi kompetisi di antara negara kawasan, terutama pada komoditi-komoditi primer. Perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN masih relatif kecil. Perdagangan Indonesia didominasi oleh Jepang, Amerika, Eropa dan Cina. Perdagangan di antara negara ASEAN masih didominasi oleh perdagangan barang-barang komponen (intra industri trade) seperti elektronik dan produk lainnya. Integrasi APEC memberi pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan perdagangan Indonesia. Pengaruh perdagangan intra-apec lebih besar dari perdagangan intra-asean. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas integrasi ekonomi, semakin meningkatkan volume perdagangan dengan negara anggotanya. Selain itu, ada kecenderungan kerja sama integrasi menyebabkan negara anggota memberikan perhatian yang lebih tinggi bagi negara anggota. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Soloaga dan Winters (2001) dan Frankel (1997) yang meneliti bagaimana perdagangan kawasan integrasi Mercusor. Hasilnya menunjukkan bahwa keanggotaan Mercusor berpengaruh positif dan signikan pada peningkatan ekspor Analisis Aliran Perdagangan Singapura Singapura merupakan promotor utama liberalisasi perdagangan barang dan jasa di ASEAN. Di antara negara ASEAN, Singapura dikenal lebih agresif dalam melakukan FTA baik dalam kerangka AFTA maupun APEC. Sebagai anggota

19 ASEAN, Singapura telah menurunkan beberapa hambatan tarif dan non-tarif dalam kerangka CEPT-AFTA serta kerjasama ekonomi lainnya di ASEAN. Analisis ini melihat pengaruh integrasi ekonomi dan variabel makroekonomi ASEAN terhadap aliran perdagangan Singapura. Hasil estimasi persamaan perdagangan untuk Singapura, secara ringkas seperti Tabel 14. Tabel 14. Hasil Estimasi Model Perdagangan Singapura Variabel Koefisien Standar Error Nilai Probabilitas C GDPi POPi FDIi RERi OPENi TAXi Iri GDPj POPj FDIj RERj Irj DIST TIIi TAXj ASEAN APEC Hasil estimasi model perdagangan Singapura menunjukkan bahwa variabel yang dianalisis memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan bilateral Singapura kecuali variabel tarif dan jarak. Pengaruh investasi FDI di Singapura terhadap perdagangan bilateral Singapura dengan negara mitra dagangnya adalah signifikan. Ekspor Singapura mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi dan tertinggi di kawasan ASEAN. Nilai ekspor Singapura rata-rata

20 mengalami kenaikan sebesar persen dan impor 7.38 persen. Hal ini terlihat dari nilai ekspor pada tahun 1993 sebesar US$ miliar menjadi menjadi US$ miliar pada tahun 2008, sedangkan impornya dari US$ miliar menjadi US$ miliar. Angka tersebut menunjukkan bahwa Singapura merupakan negara net ekspor. Ekspor Singapura sebagian besar ditujukan pada negara ekstra-asean. Pada rentang tahun , ekspor Singapura ke negara ekstra-asean meningkat dari US$ miliar tahun 1993 menjadi US$ miliar tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Sedangkan ekspor pada negara intra-asean, pada rentang tahun yang sama, menunjukkan peningkatan dari US$ miliar menjadi US$ miliar atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan investasi di Singapura berkorelasi secara positif dengan perdagangan. Hal tersebut disebabkan karena FDI dapat menghasilkan komoditi ekspor, semakin besar FDI di Singapura maka akan meningkatkan volume ekspor bilateral, baik terhadap sesama anggota kawasan maupun dengan kawasan diluar integrasi ASEAN. Ekspor intra-asean hanya berkisar persen artinya persen ekspor Singapura ke negara di luar anggota integrasi ASEAN. Singapura adalah negara paling banyak memanfaatkan perjanjian CEPT-AFTA ekspor di kawasan negara anggota ASEAN. Realisasi FDI ke Singapura antara tahun meningkat pesat. Pada tahun 2000, realisasi investasi FDI mencapai US$ miliar dan pada tahun 2008 sebesar US$ miliar, atau rata-rata meningkat sebesar persen

21 per tahun. Dibanding dengan negara anggota ASEAN lainnya, pada tahun 2000 share FDI Singapura mencapai 84.1 persen kemudian turun menjadi 53.1 persen pada tahun Singapura adalah negara dengan FDI inflow terbesar di kawasan ASEAN. Salah satu penyebabnya adalah kemudahan investasi serta korupsi yang rendah sehingga menyebabkan investor tidak begitu tertarik menanamkan modalnya di Singapura. Hal yang sama juga terjadi pada FDI negara importir atau mitra dagang Singapura yang berpengaruh signifikan secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa FDI di negara mitra Singapura memproduksi komoditas yang bersifat substitusi impor, atau mengalihkan permintaan pasarnya ke negara lain atau kawasan integrasi ekonomi lainnya. Pada saat krisis di Asia timur tahun 1998, Singapura adalah negara yang mampu mengatur pertumbuhan positif. Strateginya adalah keterbukaan eksternal terhadap perdagangan dan arus investasi. Singapura merupakan negara keenam belas terbesar dalam sektor perdagangan dan ekspor jasa. Perkembangan GDP Singapura mengalami peningkatan yang cukup berarti antara tahun GDP Singapura pada tahun 2000 adalah sebesar 160 miliar Dolar Singapura kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 234 miliar Dolar Singapura, atau mengalami peningkatan rata-rata 4.39 persen per tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta adanya peningkatan penambahan kapasitas produksi. GDP perkapita juga meningkat dari sebesar US$ tahun 2000 menjadi US$ tahun 2008, atau mengalami kenaikan rata-rata 6.10 persen per tahun. Sementara kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap volume ekspor Singapura. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan

22 daya beli bagi negara mitra dagang Singapura, semakin tinggi GDP semakin besar pangsa pasar produk ekspor. Peningkatan dalam daya beli menyebabkan peningkatan permintaan barang komponen untuk substitusi impor. Jumlah penduduk Singapura sangat kecil, tetapi memberi pengaruh yang positif begitu juga jumlah penduduk negara mitra dagang berpengaruh positif terhadap volume perdagangan. Perkembangan jumlah penduduk Singapura pada tahun 2000 sebesar juta jiwa menjadi juta jiwa, atau naik rata-rata persen per tahun. Singapura merupakan negara dengan kualitas sumberdaya manusia yang sangat tinggi, sehingga memiliki produktifitas yang tinggi pula. Meskipun pertambahan penduduknya kecil, tetapi kualitas tenaga kerjanya sangat baik sehingga akan meningkatkan produksi barang dan jasa dan pada akhirnya meningkatkan perdagangan baik dalam negeri maupun ekspor. Di negara mitra, pertumbuhan penduduk akan meningkatkan permintaan impor dari Singapura. Nilai tukar Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat relatif stabil dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1998 nilai tukar Dolar Singapura sebesar 1.76 Sing$/US$ dan cenderung melemah pada tahun 2008 menjadi 1.44 Sing$/US$ dalam 9 tahun terakhir. Nilai tukar Dolar Singapura berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap volume ekspornya, artinya semakin terdepresiasi nilai mata uang Singapura maka perdagangannya mengalami penurunan. Pengaruh nilai tukar negara importir terhadap perdagangan Singapura adalah positif, artinya semakin terdepresiasi nilai tukar negara importir maka permintaan atas barang impor dari Singapura akan meningkat. Tarif yang diberlakukan Singapura berpengaruh negatif yang signifikan terhadap volume perdagangan Singapura. Tarif negara importir juga berpengaruh

23 negatif. Singapura adalah negara yang konsisten terhadap pelaksanaan kebijakan CEPT-AFTA. Sebesar persen produk yang masuk dalam Inclusion List (IL) CEPT telah berhasil diturunkan oleh ASEAN-5 mulai diberlakukan sejak 1 Januari Produk-produk dalam IL yang tarifnya di atas 5 persen adalah produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List (TEL), Sensitive List (SL) dan General Exclution List (GEL) pada tahun Secara teoritis, semakin tinggi tingkat tarif pada negara tujuan ekspor maka volume ekspor akan menurun. Integrasi ekonomi ASEAN maupun APEC berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan Singapura. Nilai koefisien integrasi APEC lebih besar dibanding nilai koefisien integrasi ASEAN. Dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN, volume perdagangan Singapura terhadap negara anggota lebih kecil dibandingkan dengan negara anggota APEC. Kenyataan tersebut memperkuat asumsi adanya kesamaan sumberdaya yang dimiliki Singapura dengan negara ASEAN. Perdagangan Singapura dengan negara ASEAN masih relatif kecil. Pada tahun 1993 pada saat mulainya penurunan tarif CEPT-AFTA ekspor Singapura ke negara intra-asean US$ miliar pada tahun yang sama ekspor ke ekstra-singapura sebesar US$ miliar. Dibandingkan ekstra-asean, ekspor intra-asean hanya 24.8 persen selebihnya 75.2 persen ekstra-asean. Nilai tersebut merupakan persentase terbesar dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Singapura berhasil memanfaatkan peluang perdagangan dalam konteks CEPT-AFTA. Di luar ASEAN, mitra dagang Singapura didominasi oleh Jepang, Amerika, Eropa dan Cina. Manfaat yang diperoleh Singapura dengan bergabung dalam integrasi ekonomi ASEAN masih relatif kecil dibanding dengan APEC.

24 Pengaruh perdagangan Singapura dengan intra-apec lebih besar dari perdagangan intra-asean. Hal ini sesuai kesimpulan Diao, Bonilla dan Robinson (2002) yang menganalisis dua skenario liberalisasi perdagangan potensial, yaitu FTA di Amerika dan kemungkinan hubungan antara Mercusor dan Uni Eropa. Kesimpulannya, FTA menciptakan kreasi perdagangan. Hal tersebut yang mendorong Singapura terus memprakarsai kerjasama regional dan bilateral dibidang perdagangan maupun investasi. Singapura juga menilai integrasi APEC terlalu besar dan luas sehingga tidak mampu menangani semua masalah perdagangan dan investasi. Karena itu, Singapura menempuh dan memperkuat jalur bilateral untuk mendukung kebijakannya di sektor perdagangan. Singapura membentuk perjanjian bilateral dengan Amerika Serikat dan Jepang. Bagi Singapura kerja sama tersebut bernilai strategis karena memperoleh akses pasar yang luas dan sebagai cara menghindari kerugian dari adanya kebijakan proteksi Analisis Aliran Perdagangan Thailand Hasil estimasi pengaruh integrasi ekonomi ASEAN dan variabel makroekonomi terhadap aliran perdagangan di Thailand, secara ringkas disajikan pada Tabel 15. Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara umum variabel yang dianalisis berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan bilateral Thailand kecuali tarif dan nilai tukar berpengaruh negatif. Thailand mengalami pertumbuhan ekspor yang tinggi, secara berurutan nilai ekspor pada tahun 1993 dan 2008 adalah sebesar US$ miliar dan US$ miliar atau ratarata naik sebesar persen per tahun. Pada rentang tahun yang sama, impornya

25 mengalami perubahan dari US$ miliar menjadi US$ atau naik persen per tahun. Thailand masih merupakan negara net impor. Ekspor Thailand sebagian besar ditujukan pada negara ekstra-asean. Tahun 1993 ekspor ke negara ekstra-asean, yaitu sebesar US$ miliar dan pada tahun 2008 sebesar US$ miliar atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Sedang ekspor pada negara intra-asean pada tahun 1993 sebesar US$ miliar menjadi US$ miliar tahun 2008, atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Data tersebut menunjukkan peningkatan FDI di Thailand berkorelasi positif dengan perdagangan. FDI menghasilkan komoditi ekspor, meningkatkan volume ekspor bilateral baik intra-asean maupun ekstra- ASEAN. Tabel 15. Hasil Estimasi Model Perdagangan Thailand Variabel Koefisien Standar Error Nilai Probabilitas C GDPi POPi FDIi RERi OPENi TAXi IRi GDPj POPj FDIj RERj IRj DIST TIIi TAXj ASEAN APEC

26 Pengaruh FDI terhadap perdagangan bilateral Thailand dengan negara mitra dagangnya, adalah positif. Secara teoritis FDI akan meningkatkan output dan output meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi meningkatkan perdagangan. Data realisasi FDI ke Thailand antara tahun menujukkan peningkatan pada tahun 2000 realisasi investasi FDI mencapai US$ miliar dan pada tahun 2008 sebesar US$ miliar, atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Dibanding dengan negara ASEAN lainnya, pada tahun 2002 FDI Thailand mencapai 7.2 persen meningkat menjadi 8.4 persen pada tahun Artinya, share FDI Thailand di ASEAN menurun sejak 4 tahun terakhir. Sedangkan perkembangan FDI negara importir berpengaruh negatif dan signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa FDI pada negara mitra Thailand memproduksi komoditas yang bersifat substitusi impor atau mengalihkan permintaan pasarnya ke negara lain atau kawasan lainnya. Pertumbuhan GDP Thailand maupun negara mitra dagangnya, berpengaruh positif dan signifikan. Perkembangan GDP Thailand pada harga konstan mengalami peningkatan yang cukup berarti antara tahun GDP Thailand pada tahun 2000 adalah sebesar miliar Bath kemudian pada tahun 2008 nilainya menjadi miliar Bath, atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar persen per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan karena adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta adanya peningkatan penambahan kapasitas produksi. GDP per kapita meningkat dari US$ pada tahun 2000 menjadi US$ pada tahun 2008, atau mengalami kenaikan ratarata 8.75 persen per tahun.

27 Kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap volume ekspor Thailand. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan daya beli bagi negara mitra dagang Thailand. Semakin tinggi tingkat GDP semakin besar pangsa pasar produk ekspor. Komoditi yang diekspor Thailand kepada negara mitranya adalah produk final goods dan intermediate goods. Nilai tukar Bath Thailand terhadap Dolar Amerika Serikat relatif stabil dibanding dengan negara ASEAN lainnya setelah krisis tahun Pada tahun 1998 nilai tukar Bath Thailand sebesar Bath/US$ dan cenderung menguat pada tahun 2008 menjadi Bath/US$ atau menguat 14 persen dalam 10 tahun terakhir. Nilai tukar Bath Thailand berpengaruh negatif, tetapi tidak signifikan terhadap volume ekspornya. Hal tersebut berarti bahwa semakin Bath terdepresiasi maka perdagangan Thailand pun mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut tidak signifikan. Nilai tukar negara importir terhadap ekspor Thailand adalah positif, tetapi elastisitas nilai tukar terhadap ekspor Thailand relatif rendah. Artinya, semakin terdepresiasi nilai tukar negara importir maka permintaan atas barang impor dari Thailand meningkat. Tingkat tarif yang diberlakukan di Thailand ternyata tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor Thailand. Sementara variabel tarif negara importir negatif dan signifikan. Thailand konsisten dalam menjalankan kebijakan dan perjanjian CEPT-AFTA. Sejak 1 Januari 2005 sebesar persen produk yang masuk dalam Inclusion List (IL) CEPT telah berhasil diturunkan oleh ASEAN-5 ditambah Vietnam. Produk-produk dalam IL yang tarifnya di atas 5 persen adalah produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List (TEL), Sensitive List (SL) dan General Exclution List (GEL) pada

28 tahun Secara teori, semakin tinggi tingkat tarif pada negara tujuan ekspor maka volume ekspor akan menurun. Artinya, apabila terjadi peningkatan tarif pada negara mitra perdagangan maka terjadi penurunan nilai ekspor dari Thailand. Variabel jarak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor Thailand. Semakin jauh jarak antar negara eksportir dengan negara importir maka semakin besar biaya transportasi dan semakin turun volume ekspor pada negara tersebut. Hal ini sesuai dengan temuan Carillo dan Li (2002) bahwa jarak, market size dan FTA di Andean dan Mercusor berpengaruh terhadap aliran perdagangan pada kedua kawasan tersebut. Integrasi ekonomi ASEAN maupun APEC berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan Thailand. Pengaruh integrasi APEC lebih besar dibanding integrasi ASEAN. Artinya, dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN maka volume perdagangan Thailand di ASEAN terhadap negara anggota ASEAN lebih kecil. Hal ini memperkuat alasan adanya kesamaan sumberdaya yang dimiliki Thailand dengan negara ASEAN sehingga cenderung terjadi kompetisi di negara ASEAN, terutama pada komoditi primer. Perdagangan Thailand dengan negara ASEAN masih relatif kecil. Pada tahun 1993 ekspor Thailand ke negara intra-asean adalah sebesar US$ miliar sedangkan ekspor ke negara ekstra-asean sebesar US$ miliar. Dibandingkan ekstra-asean, ekspor intra-asean hanya sebesar 16 persen. Mitra dagang Thailand didominasi oleh Jepang, Amerika, Eropa dan Cina. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manfaat perdagangan yang diperoleh Thailand dalam integrasi ekonomi ASEAN masih relatif kecil.

29 Perdagangan di antara negara ASEAN lebih pada perdagangan barang komponen (intra industri trade) seperti elektronik dan produk lainnya. Pengaruh perdagangan intra-apec lebih besar dari perdagangan intra-asean. Integrasi ekonomi APEC lebih banyak meningkatkan perdagangan negara Thailand ketimbang pengaruh integrasi ASEAN. Manfaat ASEAN bagi Thailand masih lebih kecil dibanding manfaat yang diperoleh Thailand bergabung dalam APEC. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas integrasi ekonomi, semakin meningkatkan volume perdagangan bagi negara anggota integrasi ekonomi Analisis Aliran Perdagangan Filipina Hasil estimasi model perdagangan Filipina disajikan secara ringkas pada Tabel 16. Hampir semua variabel yang dianalisis berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan bilateral Filipina kecuali variabel tarif dan jarak. Pengaruh investasi FDI di Filipina terhadap perdagangan bilateral Filipina dengan negara mitra dagangnya, adalah signifikan. Ekspor Filipina mengalami pertumbuhan yang baik, pada tahun 1993 nilai ekspornya US$ miliar kemudian menjadi US$ miliar pada tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Impornya pada tahun 1993 mencapai US$ miliar kemudian menjadi US$ miliar pada tahun 2008, atau naik 8.2 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa Filipina merupakan negara net impor. Ekspor Filipina sebagian besar ditujukan pada negara ekstra-asean. Pada tahun 1993 ekspor ke negara ekstra-asean yaitu sebesar US$ miliar dan pada tahun 2008 menjadi sebesar US$ miliar, atau rata-rata naik sebesar 9.53 persen per tahun. Ekspor pada negara

30 intra-asean tahun 1993 adalah sebesar US$ miliar menjadi US$ miliar pada tahun 2008, atau rata-rata naik sebesar persen per tahun. Tabel 16. Hasil Estimasi Model Perdagangan Filipina Variabel Koefisien Standar Error Nilai Probabilitas C GDPi POPi FDIi RERi OPENi TAXi IRi GDPj POPj FDIj RERj IRj DIST TIIi TAXj ASEAN APEC Fakta tersebut menunjukkan bahwa peningkatan FDI di Filipina berkorelasi secara positif dengan perdagangan. FDI dapat menghasilkan komoditi yang dapat diekspor. Semakin besar FDI di Filipina maka semakin meningkatkan volume ekspor bilateral, baik terhadap anggota negara ASEAN maupun dengan kawasan di luar integrasi ASEAN. Tetapi ekspor intra-asean hanya berkisar 17.4 persen sedangkan 82.6 persen ekspor Filipina ke negara di luar anggota integrasi ASEAN. Realisasi FDI ke Filipina antara tahun meningkat dengan pesat. Realisasi investasi FDI awalnya (tahun 2000) mencapai US$ miliar dan

31 menjadi US$ miliar (tahun 2008). Dibanding dengan negara anggota ASEAN lainnya, pada tahun 2000 share FDI Filipina mencapai 12.1 persen kemudian menurun menjadi 0.6 persen pada tahun Artinya, share FDI Filipina di ASEAN menurun drastis sejak 9 tahun terakhir. FDI negara importir atau mitra dagang Filipina, berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa FDI negara mitra memproduksi komoditas yang bersifat substitusi impor atau mengalihkan permintaan pasarnya dari Filipina ke negara lain atau kawasan integrasi ekonomi lainnya. GDP Filipina maupun negara mitra dagangnya, berpengaruh positif dan signifikan. Perkembangan GDP pada harga konstan Filipina mengalami peningkatan yang cukup berarti antara tahun , yaitu sebesar 958 miliar Peso menjadi miliar Peso atau rata-rata meningkat 4.48 persen per tahun. Peningkatan GDP menunjukkan adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta adanya peningkatan penambahan kapasitas produksi. GDP perkapita juga meningkat dari US$ 978 pada tahun 2000 menjadi US$ pada tahun 2008 atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7.63 persen per tahun. Kenaikan GDP pada negara importir berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Filipina. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan daya beli bagi negara mitra dagang. Semakin tinggi GDP semakin besar pangsa pasar produk ekspor. Peningkatan dalam daya beli menunjukkan peningkatan permintaan barang serta untuk substitusi impor. Jumlah penduduk Filipina memberi pengaruh yang positif dan signifikan, begitu juga jumlah penduduk negara mitra dagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan. Perkembangan jumlah penduduk

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Adanya modal dalam sebuah perusahaan menjamin berlangsungnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. murah sehingga ekspor Indonesia ke sebagian besar negara meningkat, ceteris paribus.

BAB I PENDAHULUAN. murah sehingga ekspor Indonesia ke sebagian besar negara meningkat, ceteris paribus. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dapat mempengaruhi tingkat harga, pendapatan nasional, dan tingkat kesempatan kerja suatu negara. Perdagangan internasional sejatinya

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pembangunan ekonomi internasional yang semakin terkait dan adanya interdependensi antar negara, arus perdagangan barang juga mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci