PELAPORAN FISKAL PADA PERUSAHAAN DAGANG (Studi Kasus Pada PT Warna Agung Semarang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAPORAN FISKAL PADA PERUSAHAAN DAGANG (Studi Kasus Pada PT Warna Agung Semarang)"

Transkripsi

1 PELAPORAN FISKAL PADA PERUSAHAAN DAGANG (Studi Kasus Pada PT Warna Agung Semarang) SHERLY CHRISTINA PUTRI PRASETYO Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang URL : @mhs.dinus.ac.id ABSTRACT Tax is an important aspect in the development process of a country, especially in Indonesia, namely is the income tax that the largest state revenue contribution. One way to make business decision a company related to a tax that is by adjustment in the calculation of taxable or so-called fiscal correction. Fiscal correction arising from the differences remain (permanent differences ) between the accounting recognition in commercial finance with tax accounting ( tax laws) in the determination of the post - heading in the income statement. The company's financial reports should refer to the Financial Accounting Standards (GAAP ). The purpose of this study was to determine whether all income or expense that has been corrected in accordance with Law - Taxation Law. The research method used is observation and literature. The result of this research was the presence of fiscal reporting, it will reduce the number of tax expense. Keywords : Commercial Income Statement; Fiscal Correction; Law of Taxation; Fiscal Reporting ABSTRAK Pajak merupakan aspek penting dalam proses pembangunan suatu negara khususnya di Indonesia, antara lain adalah pajak penghasilan yang merupakan kontribusi penerimaan negara terbesar. Salah satu cara untuk membantu pengambilan keputusan bisnis suatu perusahaan yang berkaitan dengan pajak yaitu dengan penyesuaian dalam perhitungan kena pajak atau disebut dengan koreksi fiskal. Koreksi fiskal timbul karena terjadinya perbedaan tetap (beda tetap) antara pengakuan dalam akuntansi keuangan komersial dengan akuntansi pajak (peraturan perpajakan) dalam penentuan pos pos dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan perusahaan harus mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah semua pendapatan atau beban yang dikoreksi sudah sesuai dengan Undang Undang Perpajakan. Metode penelitian yang dipakai adalah kunjungan langsung dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah dengan adanya pelaporan fiskal, maka akan menekan jumlah beban pajak. Kata kunci : Laporan Rugi Laba Komersial, Koreksi Fiskal, Undang Undang Perpajakan, Pelaporan Fiskal PENDAHULUAN Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak Badan memiliki kewajiban membuat laporan keuangan secara teratur. Dalam menyusun laporan keuangan, perusahaan harus mengikuti ketentuan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan yang disusun sesuai SAK dikenal dapat disebut laporan keuangan komersial. Guna memenuhi

2 kebutuhan pelaporan pajak, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal. Hal ini dikarenakan, laporan keuangan komersial menganut pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan laporan keuangan fiskal menganut pada Peraturan Perpajakan. Dengan demikian, Wajib Pajak badan perlu membuat laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan, dan melakukan koreksi terhadap penghasilan serta biaya. TINJAUAN PUSTAKA Laba Akuntansi Laba akuntansi (accounting income) atau laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam dunia bisnis baik untuk kepentingan pasar modal (bursa efek), perbankan, Rapat Umum Pemegang Saham dan kepentingan lainnya. Laba komersial ini dihitung berdasarkan Standar Akuntansi yang berlaku. Sejak tahun 1995 Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Perhitungan laba komersial bertumpu pada prinsip matching cost against revenue(perbandingan antara pendapatan dengan biaya- biaya yang terkait). Dalam salah satu prinsip tersebut terdapat konsep bahwa pengeluaran perusahaan yang tidak mempunyai manfaat untuk masa yang akan datang bukanlah merupakan asset sehingga harus dibebankan sebagai biaya atau beban. Berdasarkan laba akuntansi, penghasilan adalah penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty, dan sewa. Pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut : 1. Penjualan barang Barang meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, 2. Penjualan jasa Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang szedcara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama satu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau selama lebih dari satu periode, 3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen a. Bunga, pembebanan untuk penggunaan kas atau setara dengan kas atau jumlah terutang kepada perusahaan, b. Royalti, pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya : paten, hak dagang, hak cipta, dan perangkat lunak komputer, c. Dividen, distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tersebut. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Pada umumnya imbalan tersebut adalah berbentuk kas atau setara kas. Biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan. Sehubungan dengan periode akuntansi pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran kapital (capital expenditure) yaitu pengeluaran yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi

3 dan dicatat sebagai aktiva, sedangkan pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) yaitu pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk satu periode akuntansi yang bersangkutan yang dicatat sebagai beban. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal. Beban juga mencakup kerugian yang belum direalisasi misalnya kerugian yang timbul dari pengaruh selisih kurs mata uang asing. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan antara biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh. Jika manfaat ekonomi yang diperoleh lebih dari satu periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak langsung, maka beban diakui berdasarkan alokasi yang rasional dan sistematis. Misalnya pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap, goodwill, paten, dan merk dagang. Beban ini dikenal dengan istilah penyusutan atau amortisasi (Suandy, 2003). Laba Fiskal Laba fiskal (taxable income) atau sering disebut dengan penghasilan kena pajak merupakan laba yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu UU No 7 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No 10 Tahun 1994 dan diubah terakhir dengan UU No 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya. Perhitungan laba kena pajak dalam kaitannya dengan karyawan didasarkan atas prinsip umum taxability deductibility. Dengan prinsip ini biaya-biaya baru dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto apabila pihak atau orang yang menerima pengeluaran uang atas biaya perusahaan tersebut melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut dikenakan pajak (taxable). Dengan demikian akan selalu ada pihak dapat dikenakan pajak sebagaimana dijelaskan di atas. Dalam menghitung penghasilan kena pajak minimal ada lima komponen yang perlu diperhatikan (Suandy, 2003), yaitu : a. Penghasilan yang menjadi objek, b. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek, c. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final, d. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto, e. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto. Untuk mendapatkan penghasilan netto sebagai dasar pengenaan PPh bagi wajib pajak dalam negeri bentuk usaha tetap, terhadap penghasilan bruto terlebih dahulu dikurangi dengan beban yang dapat dikurangkan sebagai biaya (deductible expenses), yaitu pengeluaran-pengeluaran yang ada hubungan langsung dengan kegiatan usaha unruk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan kecuali yang tercantum dalam kelompok Non Deductible Expenses. Selain itu beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap dapat dibagi menjadi dua golongan, beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun diperlakukan sebagai biaya, beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang pembebanannya dilakukan melalui penyesuaian dan amortisasi. Menurut pasal 6 ayat 1 UU PPh, besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi : 1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya

4 pengolahan limbah, piutang yang nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan, biaya promosi yang nyata digunakan untuk promosi dan bukan sumbangan, 2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan pasal 11 A, 3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, 4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, 5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing, 6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia, 7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan, 8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat : a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial, b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang atau pembebasan utang antar kreditur dengan debitur yang bersangkutan, c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, d. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktur Jenderal Pajak yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak. Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi biaya fiskal didapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan lima tahun. Rekonsiliasi Fiskal Menurut IAI (2002), rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk menghilangkan perbedaan antara laporan keuangan komersial yang berdasarkan SAK dengan peraturan pajak, sehingga dihasilkan laporan keuangan fiskal. Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi, yaitu the proper matching cost againts revenue, sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal Wajib Pajak harus mengaku kepada peraturan perpajakan sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan SAK harus disesuaikam atau dilakukan koreksi fiskal terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan pajak. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perbedaan waktu (timing differences) dan perbedaan tetap (permanent differences). Perbedaan waktu adalah perbedaan yang sifatnya sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan SAK, yaitu : 1. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan

5 untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi, 2. Perbedaan waktu negatif terjadi apabila ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut pajak. Perbedaan tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa adanya koreksi dikemudian hari. Dengan kata lain, perbedaan tetap adalah perbedaan yang benar-benar riil serta bersifat pasti dan tetap karena antara SAK dengan UU Pajak Penghasilan terjadi pengaturan yang berbeda. Wajib Pajak diberikan satu opsi saja untuk mengoreksi perbedaan yang timbul. Perbedaan permanen dapat positif karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief pajak, sedangkan perbedaan permanen negatif disebabkan karena adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan akuntansi pajak dan komersial sehingga timbul adanya koreksi fiskal, yaitu : 1. Adanya pengeluaran atau beban yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (dilakukan koreksi fiskal positif), 2. Adanya pendapatan yang tidak dijumlahkan dengan penghasilan lainnya (dilakukan koreksi fiskal negatif), 3. Adanya transaksi yang terutang pajak, tetapi tidak atau belum tercatat sebagai penghasilan. METODE PENELITIAN Sejarah Singkat Objek Penelitian Perusahaan cat PT Warna Agung didirikan pada tahun 1969 di Jalan Pangeran Jayakarta 129 Jakarta Pusat oleh almarhum Bapak Benny Mulyono yang bekerjasama dengan Ir.Reynold dari Belanda. Pada saat itu PT Warna Agung bernama pabrik cat DORINE atau PATNA yang hanya memproduksi cat Patna dan Frescolin.Kemudian pada tahun 1972 diproduksi pasta Decolith hingga sekarang. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh oleh pihak lain dan bukan diusahakan sendiri pengumpulannya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Warna Agung tahun Selain itu, diperoleh juga melalui buku-buku referensi yang berkaitan dengan masalah kebijakan akuntansi dan perpajakan antara lain UU No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan dan pelaksanaannya, Standar Akuntansi Keuangan, serta buku-buku literaturliteratur yang relevan dengan permasalahannya. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka untuk membandingkan laporan keuangan serta daftar gaji perhitungan PPh 21 karyawan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Kunjungan Langsung (Observasi) Kunjungan langsung dilakukan untuk memperoleh data - data yang diperlukan oleh penulis. 2. Studi pustaka

6 Metode pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yaitu dari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik penelitian analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik penelitian analisis kuantitatif adalah suatu analisa data terhadap angkaangka untuk membandingkan laporan keuangan serta daftar penghasilan dan perhitungan PPh pasal 21 karyawan yang telah disusun perusahaan untuk pemenuhan kewajiban perpajakan dengan laporan keuangan serta daftar penghasilan dan perhitungan PPh pasal 21 karyawan setelah diimplementasikannya strategi perencanaan pajak. Sedangkan teknik penelitian analisis kualitatif yaitu berupa kalimat atau uraian suatu masalah terhadap data yang ada: yaitu sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, kegiatan atau operasional perusahaan. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode komparatif. Metode deskriptif adalah metode analisis yang menggambarkan suatu keadaan secara objektif, sehingga memperoleh penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Metode komparatif dipergunakan dalam penarikan kesimpulan dari fakta yang diamati dan telah diuji kebenarannya dengan membandingkan antara teori yang merupakan kebenaran umum dengan data di lapangan. Langkah-langkah nya sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi masalah, 2. Merencanakan langkah-langkah atau strategi-strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Empat langkah pokok dalam perencanaan, yaitu : Langkah 1 : Tetapkan sasaran atau perangkat tujuan Langkah 2 : Tentukan situasi sekarang Langkah 3 : Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan Langkah 4 : Kembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan, Pelakasanaan langkah-langkah atau strategi-strategi tersebut, 3. Menarik atau membuat sebuah kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut ini disajikan laporan keuangan PT Warna Agung Semarang yang berupa laporan laba rugi, yang telah disusun berdasarkan prinsip kesinambungan. Tabel 4.1 PT Warna Agung Semarang Laporan Laba Rugi Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 Penjualan Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban Operasi : Beban penjualan Rp

7 Gaji,tunjangan,THR Rp PPh 21 (ditanggung perusahaan) Rp Perjalanan dinas Rp Pengangkutan Rp Listrik dan air Rp Pajak Bumi dan Bangunan Rp Perlengkapan kantor Rp Cetakan dan fotokopi Rp Pengembangan SDM Rp Pengobatan karyawan Rp Perbaikan dan pemeliharaan Rp Pakaian seragam untuk satpam Rp Rekreasi karyawan Rp Berlangganan / isi ulang ponsel Rp Sumbangan Rp Telepon, fax, dan internet Rp Entertainment Rp Undertable Rp Penyusutan Rp Total Biaya Rp Laba bersih sebelum pajak Rp Sumber Data : PT Warna Agung Semarang, 2016 Analisis Data Sebagaimana telah diketahui bahwa PT Warna Agung Semarang selama ini kurang secara optimal dalam menjalankan usaha untuk pelaporan pajaknya atau kurang memanfaatkan hal hal yang bisa meminimalkan beban pajak. Padahal celah celah yang terdapat dalam Undang Undang Perpajakan dapat dimanfaatkan dalam usaha pelaporan pajak. Kurang optimalnya pelaksanaan pelaporan pajak tersebut terlihat dari adanya biaya biaya yang masih terkena koreksi fiskal. Biaya biaya tersebut terkoreksi fiskal karena diberikan oleh perusahaan pada karyawan dalam bentuk natura, tidak ada daftar nominatifnya, dan tidak didukung dengan bukti formil berupa bukti ekstern yang kuat, serta adanya biaya yang secara etika moral dan hukum tidak dibenarkan. Tetapi untuk tetap berjalan operasional perusahaan, biaya biaya tersebut harus dikeluarkan. Untuk itu sebelum melakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi yang disusun PT Warna Agung Semarang dalam rangka pemenuhan kewajiban pajaknya, sebagai berikut : Tabel 4.2 PT Warna Agung Semarang Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Beda Waktu Beda Tetap Penjualan Rp Rp

8 Harga Pokok Rp Rp Penjualan Laba Kotor Rp Rp Beban Operasi : Beban Penjualan Rp Rp Gaji, tunjangan, THR Rp Rp PPh 21 (ditanggung Rp Rp Rp. 0 perusahaan) Perjalanan dinas Rp Rp Pengangkutan Rp Rp Listrik dan air Rp Rp Pajak Bumi dan Rp Rp Bangunan Perlengkapan kantor Rp Rp Cetakan dan Rp Rp Fotokopi Pengembangan SDM Rp Rp Pengobatan Rp Rp Rp. 0 karyawan Perbaikan dan Rp Rp pemeliharaan Pakaian seragam Rp Rp untuk satpam Rekreasi karyawan Rp Rp Rp. 0 Berlangganan / isi Rp Rp Rp ulang ponsel Sumbangan Rp Rp Rp. 0 Telepon, fax, dan Rp Rp internet

9 Entertainment Rp Rp Rp. 0 Undertable Rp Rp Rp. 0 Penyusutan Rp Rp Rp Total biaya Rp Rp Rp Rp Laba bersih sebelum Rp Rp pajak Sumber : Data Diolah Dari rekonsiliasi laporan laba rugi di atas, perhitungan besarnya pajak penghasilan terutang tahun pajak 2015 pada PT Warna Agung Semarang, sebelum dilakukan pelaporan fiskal adalah sebagai berikut : Laba bersih sebelum pajak Koreksi fiskal positif : PPh pasal 21 (ditanggung perusahaan) Rp Pengobatan karyawan Rekreasi karyawan Rp Rp Isi ulang ponsel Rp Sumbangan Entertainment Undertable Rp Rp Rp Penyusutan Rp Rp Total koreksi fiskal positif Rp Pajak penghasilan terutang : 5 % x Rp = Rp % x Rp = Rp % x Rp = Rp % x Rp = Rp Rp Pajak penghasilan tanpa pelaporan fiskal Rp Laba setelah pajak sebelum pelaporan fiskal Rp Pembahasan

10 Setelah semua data terkumpul dan tersaji, selanjutnya diimplementasikan strategi pelaporan fiskal dengan melakukan pengelolaan atas transaksi yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan dan meningkatkan biaya biaya yang dapat dibebankan atau menekan biaya yang tidak dapat dibebankan, sehingga atas penghasilan kena pajak perusahaan bisa dikurangi dan pada akhirnya beban pajak yang dibayar oleh perusahaan dapat dikurangi. Adapun penerapan strategi pelaporan fiskal adalah sebagai berikut : 1. Tunjangan PPh pasal 21 PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan memiliki aspek pajak, yaitu tidak menambah penghasilan karyawan dan tidak dapat dibebankan sebagai biaya di PPh Badan. Hal ini dikarenakan PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan termasuk dalam pengertian kenikmatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf e Keputusan Direktur Jenderal Pajak No : KEP 545 / PJ / Untuk mengoptimalkan pelaporan fiskal yang ada, PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan agar dapat dibiayakan seharusnya diberikan sebagai tunjangan sebesar Rp , sehingga menambah penghasilan karyawan dan sekaligus menjadi objek PPh pasal 21. Tunjangan PPh pasal 21 ini akan ditambahkan ke rekening gaji karyawan sehingga menjadi Rp Karena secara fiskal perusahaan dalam keadaan laba, maka tunjangan pajak lebih tepat dihitung dengan cara gross up, yaitu memberikan tunjangan pajak sebesar PPh pasal 21 yang terutang. 2. Biaya telepon, fax, dan internet Biaya berlengganan atau pengisian ulang pulsa ponsel pada dasarnya merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan, karena dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Tetapi Direktur Jenderal Pajak mempunyai persepsi yang berbeda, di mana biaya tersebut sulit untuk dapat dipastikan, bahwa 100 % dipergunakan hanya untuk keperluan yang terkait dengan pekerjaan, bukan untuk keperluan pribadi karyawan. Untuk itu berdasarkan Keputusan Jenderal Pajak No : KEP 220 / PJ / 2002 atas biaya tersebut dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50 % dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa ponsel tersebut. Agar pelaporan fiskal lebih optimal, maka seharusnya atas biaya berlangganan atau isi ulang ponsel senilai Rp tersebut ditambahkan ke rekening biaya telepon, fax, dan internet sehingga menjadi Rp Pengobatan karyawan Pengobatan karyawan di PT Warna Agung Semarang menggunakan sistem reimburse, dimana karyawan yang bekerja di PT Warna Agung mendapatkan penggantian dari pihak perusahaan ketika berobat. Sesuai dengan ketetapan Kep- 545/PJ/2000 dimana penggantian pengobatan boleh dibebankan, sehingga dapat menekan pajak terutang. Untuk lebih jelasnya, akan disajikan rekonsiliasi laporan laba rugi komersial dan fiskal dengan penerapan pelaporan fiskal pada tabel 4.3. Tabel 4.3 PT Warna Agung Semarang Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Periode Tahun 2015 (Pelaporan Fiskal) Keterangan Komersial Koreksi Fiskal

11 Beda Waktu Beda Tetap Penjualan Rp Rp Harga Pokok Rp Rp Penjualan Laba Kotor Rp Rp Beban Operasi : Beban Penjualan Rp Rp Tunjangan PPh 21, Rp Rp THR, bonus Perjalanan dinas Rp Rp Pengangkutan Rp Rp Listrik dan air Rp Rp Pajak Bumi dan Rp Rp Bangunan Perlengkapan kantor Rp Rp Cetakan dan Rp Rp Fotokopi Pengembangan SDM Rp Rp Pengobatan Rp Rp Karyawan Perbaikan dan Rp Rp pemeliharaan Pakaian seragam Rp Rp untuk satpam Rekreasi karyawan Rp Rp Rp. 0 Sumbangan Rp Rp Rp. 0 Biaya telepon, fax, Rp Rp dan internet Entertainment Rp Rp Rp. 0

12 Undertable Rp Rp Rp. 0 Penyusutan Rp Rp Rp Total biaya Rp Rp Rp Rp Laba bersih sebelum Rp Rp pajak Sumber : Data Diolah Tabel 4.4 Perbedaan Nama Rekening Sebelum dan Sesudah Pelaporan Fiskal Nama Rekening Sebelum Pelaporan Fiskal Nama Rekening Sesudah Pelaporan Fiskal Nominal PPh ditanggung perusahaan Tunjangan PPh 21 Rp Isi ulang ponsel Biaya telepon, fax, dan internet Rp Dari rekonsiliasi laporan laba rugi komersial dan fiskal setelah diterapkannya pelaporan fiskal, dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan semakin besar secara otomatis akan mengurangi besarnya laba kena pajak, di mana akan mempengaruhi jumlah pajak yang akan dibayar oleh perusahaan. Untuk memperjelas dalam mengerti seberapa besar perbedaan laporan laba rugi fiskal PT Warna Agung Semarang antara sebelum dan sesudah diterapkan pelaporan fiskal dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 PT Warna Agung Semarang Perbandingan Laba Fiskal Sebelum dan Sesudah Pelaporan Pajak Keterangan Sebelum Pelaporan Fiskal Setelah Pelaporan Fiskal

13 Penjualan Rp Rp Harga Pokok Rp Rp Penjualan Laba Kotor Rp Rp Beban Operasi : Beban Penjualan Rp Rp Gaji, Tunjangan Rp Rp PPh 21, THR, bonus Perjalanan dinas Rp Rp Pengobatan Rp. 0 Rp Karyawan Pengangkutan Rp Rp Listrik dan air Rp Rp Pajak Bumi dan Rp Rp Bangunan Perlengkapan kantor Rp Rp Cetakan dan Rp Rp Fotokopi Pengembangan SDM Rp Rp Perbaikan dan Rp Rp pemeliharaan Pakaian seragam Rp Rp untuk satpam Sumbangan Rp. 0 Entertainment Rp. 0 Undertable Rp. 0 Telepon, fax, dan Rp Rp internet Penyusutan Rp Rp

14 Total biaya Rp Rp Laba bersih sebelum Rp Rp pajak Sumber : Data Diolah Berdasarkan perbandingan laporan laba rugi fiskal, sebelum dan sesudah diterapkannya pelaporan fiskal di atas, dapat dilihat bahwa laba sebelum pajak menurun dari Rp menjadi Rp Dengan demikian beban pajak yang akan dibayar oleh perusahaan juga akan berkurang. Di bawah ini akan penulis sajikan perhitungan besar pajak penghasilan yang ditanggung perusahaan setelah pelaporan fiskal : Laba sebelum pajak (pelaporan fiskal) Rp Pajak penghasilan terutang : 5 % x Rp = Rp % x Rp = Rp % x Rp = Rp % x Rp = Rp Total pajak terutang (dengan pelaporan fiskal) (Rp ) Laba setelah pajak Rp Dari hasil perhitungan pajak penghasilan setelah pelaporan fiskal tersebut, terlihat bahwa besarnya pajak penghasilan badan yang harus di tanggung oleh PT Warna Agung Semarang lebih kecil dibandingkan sebelum dilakukan pelaporan fiskal. Besarnya penghematan pajak setelah pajak sebelum dan sesudah diterapkannya pelaporan fiskal dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 PT Warna Agung Semarang Data Hasil Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Dengan Atau Tanpa Pelaporan Fiskal Tahun 2015 Keterangan Jumlah PPh tanpa pelaporan fiskal Rp PPh dengan pelaporan fiskal Rp Penghematan pajak Rp Sumber : Data Diolah Dari data yang ditampilkan pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilakukannya pelaporan fiskal penghasilan tercapai. Hal ini terbukti yaitu dengan didukung

15 hasil perhitungan yang menunjukan bahwa bila dilakukan pelaporan fiskal dapat dicapai penghematan pajak hingga mencapai Rp untuk tahun pajak KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaporan fiskal pada PT Warna Agung Semarang, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaporan fiskal yang dilakukan pada PT Warna Agung Semarang ternyata dapat meminimalkan beban pajak yang harus dibayar, sehingga optimalisasi laba setelah pajak dapat tercapai, yang sebelum melakukan koreksi pelaporan fiskal sebesar Rp dan setelah perencanaan pajak besarnya pajak sebesar Rp , 2. Jika melakukan koreksi pelaporan fiskal, maka biaya biaya yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dapat dialihkan sehingga biaya biaya tersebut dapat diakui oleh ketentuan perpajakan yaitu dengan cara mengalihkan PPh 21 yang ditanggung perusahaan menjadi tunjangan PPh 21 sebesar Rp dan isi ulang ponsel menjadi telepon, fax, dan internet sebesar Rp , 3. Terdapat kesalahan dalam kebijakan yang dilakukan di PT Warna Agung Semarang. Berdasarkan ketetapan Kep-545/PJ/2000, seharusnya Pengobatan karyawan dapat dibebankan sebagai biaya, sehingga dapat menekan pajak di PT Warna Agung Semarang. 4. Jadi dengan melakukan koreksi pelaporan fiskal, PT Warna Agung Semarang dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp Sehingga PT Warna Agung Semarang dapat memperoleh laba setelah pajak yang optimal yaitu sebelum pelaporan fiskal sebesar Rp dan sesudah pelaporan fiskal sebesar Rp , 5. Penghematan pajak yang terjadi dapat dipergunakan untuk modal kerja perusahaan tahun berikutnya, DAFTAR PUSTAKA Acitya, Serat Analisis Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial dalam Penentuan Pajak Penghasilan Pada PT Gajahmada Indrasehati Periode Jurnal ilmiah UNTAG Semarang, vol. 5 No. 1. Hanum, Zulia Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 25 Badan. Jurnal kultura, vol. 8 No. 1. Koraag, Eko Agi Analisis dan Penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 25 UU NO. 36 Tahun 2008 pada PT BPR Celebes Periode Jurnal emba, vol. 2 No. 4. Languju, Riyan C.C, Jantje J. Tinagon, dan Inggriani Elim Analisis Terhadap Koreksi Fiskal Pajak Penghasilan PadaPT Bitung Mina Utama di Kota Bitung Periode Jurnal emba, vol. 2 No. 3. Sondakh, Steffani G Analisis Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Pada PT BPR Cipta Cemerlang Indonesia Periode Jurnal emba, vol. 3 No. 4.

16

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP a. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANSUNG BERKAITAN DENGAN DENGAN KEGIATAN USAHA, antara lain

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)

Lebih terperinci

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2. sahamnya tidak diperdagangkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2007, UU PPh No. 36 Tahun 2008, UU KUP No. 28 Tahun objek objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. 2007, UU PPh No. 36 Tahun 2008, UU KUP No. 28 Tahun objek objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini mencakup mengenai rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal guna menghitung besarnya PPh badan yang terhutang

Lebih terperinci

By Afifudin PSP FE Unisma 2

By Afifudin PSP FE Unisma 2 Pengertian Beban dan Kompensasi Kerugian sesuai SAK dan UU Pajak Rekonsiliasi Laporan Keuangan. Beda Tetap dan Beda Waktu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif By Afifudin PSP FE Unisma 2 MEKANISME/SIKLUS

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Penghitungan PPh diakhir tahun bagi WP Badan didasarkan atas LK Fiskal (Laba Rugi Fiskal) Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS UP

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS UP ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS UP DALAM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI TETAP SEBAGAI UPAYA PERENCANAAN PAJAK (STUDI PADA PT. PG. RAJAWALI I UNIT PG. KREBET BARU MALANG) Meiliya Imroatus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 : 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan atas Pendapatan dan Beban PT. XYZ PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengelolaan gedung dan jasa lainnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG Nurlela Mohamad S1 Akuntansi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Secara Umum Pajak mempunyai beberapa arti, dimana para ahli dalam bidang perpajakan mrmpunyai definisi masing-masing mengenai pengertian pajak. Beberapa definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak Salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial untuk membiayai pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa kita harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Jenis Pajak Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, antara lain: Soemitro, seperti dikutip Waluyo dan Ilyas (2002) mendefinisikan,

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir tahun adalah saat dimana perusahaan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna informasi dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT Multi Indocitra Tbk, tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. Yusonda Mahayasa Nusantara tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL MENJADI LAPORAN KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh BADAN TERHUTANG PADA PT FAJAR SELATAN PALEMBANG Gracia Stephani Lauwrensius (gracia.stephani@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro (2009:1) Definisi pajak menurut Djajadiningrat (2009:1)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro (2009:1) Definisi pajak menurut Djajadiningrat (2009:1) BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak 1. Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro (2009:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Dasar Perpajakan Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL RINGKASAN REKONSILIASI KETERANGAN LABA BRUTO USAHA Penjualan Neto -/- HPP 1. Penjualan Neto a. Metode Pengakuan Pendapatan Akrual - Akrual b. Potongan Penjualan > Metode Realisasi > Metode Penyisihan c.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:46.2) pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan atas

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dilakukannya proses rekonsiliasi fiskal ini, maka Wajib Pajak tidak perlu

BAB II URAIAN TEORITIS. dilakukannya proses rekonsiliasi fiskal ini, maka Wajib Pajak tidak perlu BAB II URAIAN TEORITIS A. Koreksi Fiskal Koreksi (rekonsiliasi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk memperoleh penghasilan netto atau laba yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

A. Pengertian Laporan Keuangan

A. Pengertian Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah kesimpulan dari hasil pencatatan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang di terima umum dan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA IV.1 Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Berikut adalah analisis dari hasil temuan yang didapatkan oleh penulis selama penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Penelitian Terdahulu Alkasari dkk. (2015), menyatakan bahwa perhitungan pajak di Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita Jawa Timur masih belum optimal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban Pajak pada PT. Malta Printindo. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar Bapak atau ibu yang terhormat, Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Kristen Maranatha ( UKM ) di Bandung yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. KOREKSI FISKAL Oleh Iwan Sidharta, MM. Terdapatnya perbedaan dalam Akuntansi Komersial dengan Peraturan Perpajakan. Perbedaan tersebut sehubungan dengan pengakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Dasar Akuntansi Menurut Manurung (2011:1) beberapa pakar mendefinisikan ilmu akuntansi sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengomunikasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning pada PT. Makro Rekat Sekawan Dalam implementasi tax planning pada PT. Makro Rekat Sekawan strategi yang digunakan untuk penghematan pajak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Laba Rugi Komersial Dalam Penentuan PPh Terhutang Pada PT. Mutiara Intrareksa

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO 1 ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO NUR ENDANG FATRAH KATILI Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Pengaruh Pajak Terhadap Perusahaan Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang ( yang dapat dipaksakan )dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal sebagai dasar Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. DEF. Laporan Keuangan yang dibuat oleh PT. DEF bertujuan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan I. PEMOHON Supriyono. II. OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA PT CITRA TUMBUH LESTARI TAHUN PAJAK 2013

ANALISIS KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA PT CITRA TUMBUH LESTARI TAHUN PAJAK 2013 ANALISIS KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA PT CITRA TUMBUH LESTARI TAHUN PAJAK 2013 B. Soehakso Notohatmodjo Politeknik Sawunggalih Aji Abstract The study aims to look at the PT. Citra

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK. Dr. B. Sundari, Hotel Amaroossa - Bandung, 2-3 may back to pg 26

AKUNTANSI PAJAK. Dr. B. Sundari, Hotel Amaroossa - Bandung, 2-3 may back to pg 26 AKUNTANSI PAJAK back to pg 26 QUESTION: What is accounting? ANSWER: Accounting is the process by which financial information about a business is recorded, classified, summarized, interpreted, and communicated

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. XPRESS CLEAN BER$SAUDARA berdiri pada tahun 1995 dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR. Muhammad 373-383

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB II TELAAH PUSTAKA. dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak. BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010:46), Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), dimana penerimaan utamanya berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), dimana penerimaan utamanya berasal dari pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar yang digunakan untuk pembangunan dan pengeluaran negara. Hal ini tertuang dalam Anggaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahaasan Masalah 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. Bagi negara semakin besar jumlah pajak

Lebih terperinci

ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPh BADAN PADA PT.ASURANSI BUMIPUTERA CABANG SEKIP PALEMBANG

ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPh BADAN PADA PT.ASURANSI BUMIPUTERA CABANG SEKIP PALEMBANG ANALISIS KOREKSI FISKAL DALAM RANGKA PERHITUNGAN PPh BADAN PADA PT.ASURANSI BUMIPUTERA CABANG SEKIP PALEMBANG Elisa Delima Sari (Elcha.NizZ@yahoo.com) Rika Lidyah (rika_msi@yahoo.com) Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak II.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro. R yang dikutip oleh Mardiasmo (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan SUBJEK PAJAK Orang Pribadi Warisan yang Belum Terbagi Badan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Koreksi fiskal dengan penyesuaian laporan keuangan komersial yang telah disusun oleh wajib pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam koreksi tersebut muncul perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Laba merupakan selisih pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan. Investor atau stakeholder melihat laba

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak pada PT ADIS Dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang, PT ADIS

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 11 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Di Indonesia pada saat ini pajak merupakan salah satu komponen terbesar dalam penerimaan negara yang digunakan untuk membayai kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak manajemen. Laporan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Penghasilan Untuk Keperluan Perpajakan. diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Penghasilan Untuk Keperluan Perpajakan. diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Penghasilan Untuk Keperluan Perpajakan Penghasilan berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 4 ayat 1 adalah Setiap tambahan kemampuan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau

BAB IV PEMBAHASAN. (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Ketentuan Pengisian SPT Tahunan IV.1.1 Penggunaan Kurs Mata Uang Asing Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara;

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL Fitriani Saragih Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email : fitrianisakhmad@gmail.com ABSTRACT This study aimed to determine the corporate

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Definisi Pajak, Wajib Pajak, dan Badan Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan

Lebih terperinci

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Sifat dan Fungsi Pajak Banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli perpajakan, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama. Definisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Trillion Glory International Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut : Definisi tersebut dapat dikembangkan menjadi :

BAB II LANDASAN TEORITIS. Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut : Definisi tersebut dapat dikembangkan menjadi : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak 1. Pengertian Pajak Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut : Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang

Lebih terperinci