ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Novia Dian Praptica Sri Utiyati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out whether any different of the financial performance before and after stock split at the manufacture company which is listed in Indonesia Stock Exchange. The sample of this research is PT Delta Dunia Petroindo Tbk and PT Berlina Tbk who do a stock split in The analysis technique used is t test with the multiple sample. Based on the statistically test by using t test of the multiple sample can be know that 9 ratio can be observe from the 2 companies who do the stock split, it was all ratio has no distinction significantly between before and after stock split. Keywords: financial performance, finantial ratio, stock split ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk yang melakukan stock split pada tahun Teknik analisis yang digunakan adalah uji t sampel berpasangan. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji t sampel berpasangan dapat diketahui bahwa dari 9 rasio yang diteliti dari 2 perusahaan yang melakukan stock split ternyata semua rasio tidak mempunyai perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Kata kunci: kinerja keuangan, rasio keuangan, stock split PENDAHULUAN Salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor adalah peristiwa pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk mengubah jumlah saham yang beredar. Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu pemecahan naik (split up) dan pemecahan turun (split down/reverse split). Pemecahan naik adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan cara memecah selembar saham menjadi beberapa lembar saham, sedangkan pemecahan turun adalah kebalikan dari pemecahan naik, yaitu peningkatan nilai nominal per lembar saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar. Mengingat perkembangan pasar modal yang memiliki prospek cerah dimasa yang akan datang dalam menggalang dana dari masyarakat, maka perhatian terhadap pasar modal harus lebih baik. Peningkatan peran pasar modal memerlukan dukungan dan

2 2 partisipasi dari seluruh komponen yang berkaitan dengan pasar modal, baik dalam sosialisasi eksistensi pasar modal, maupun dalam pengelolaan dan pengembangannya. Menurut Marwata (2000:752) Pemecahan saham merupakan upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan pemecahan saham akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Jadi, pemecahan saham sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Meskipun secara teoritis pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyaknya peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat penting dalam praktik pasar modal. Keberhasilan perusahaan dalam melakukan stock split dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahan melakukan stock split biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Setelah stock split kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan stock split. Perusahaan yang melakukan stock split didasari pada motivasi perusahaan untuk menurunnya harga saham yang kemudian akan membantu meningkatkan daya tarik investor, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, dan mengubah para investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot). Berdasarkan dari apa yang telah diterapkan diatas, maka judul penelitian ini adalah: Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Stock Split Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Rumusan masalah yang dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah Stock Split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia TINJAUAN TEORETIS Analisis Rasio Keuangan Menurut Simamora (2002:357) analisis rasio keuangan merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna di antara komponen-komponen dari laporan keuangan. Rasio laporan keuangan dengan membagi nilai rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan dengan nilai rupiah pos yang lainnya yang dilaporkan. Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan di antara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan dan dibandingkan dengan informasi yang lainnya. Simamora (2002:522) juga mengatakan bahwa analisis rasio (ratio analysis) menunjukkan hubungan di antara pospos yang terpilih dari data laporan keuangan. Analisis rasio keuangan bukanlah alat analisis yang mampu berdiri sendiri tanpa memperhatikan hasil dan gejala-gejala yang dapat mempengaruhi penerapan alat-alat analisis yang lainnya, sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan. Analisis rasio dapat menjelaskan hubungan yang ada antara variabel-variabel atau pos-pos yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan antara perusahaan sejenis atau juga dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan tahun lalu. Menurut Hanafi dan Halim (2005:77) analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori, yaitu:

3 3 1. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauhmana efektifitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. 3. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 4. Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba 5. Rasio Pasar yaitu rasio yang melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Dalam analisa, angka-angka rasio yang diperoleh dapat dianalisa dengan membandingkan angka rasio tersebut dengan : a. Standard rasio atau rata-rata dari seluruh industri semacam di mana perusahaan yang data keuangannya dianalisis menjadi anggotanya. b. Rasio yang telah ditentukan oleh budget perusahaan yang bersangkutan. c. Rasio-rasio yang semacam di waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan d. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya. (Munawir, 2007:101) Dari keempat data rasio pembanding tersebut, pembanding c dan d sering digunakan karena data kemungkinan dapat diperoleh. Rasio Likuiditas Pengertian rasio likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2005:77) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu: 1. Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern) 2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern) 3. Membayar bunga dan devidens yang dibutuhkan 4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan Menurut Hanafi dan Halim (2005:79) ada 2 rasio likuiditas yang sering digunakan yaitu rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). a. Rasio Lancar atau Current Ratio Rasio lancar atau current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. b. Quick Ratio Quick ratio atau acid test ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaanya (Munawir, 2007:74). Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

4 4 Aktiva Lancar - Persediaan Quick ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukkan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Rasio Solvabilitas Menurut Hanafi dan Halim (2005:83) pengertian Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sedangkan pengertian rasio solvabilitas atau juga disebut dengan rasio leverage (rasio pengungkit) menurut Darsono dan Ashari (2005:54) adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) rasio solvabilitas atau rasio leverage meliputi Debt to Asset Rasio (DAR), Debt to Equityt Rasio (DER), Equity Multiplier (EM), dan Interst Coverage (IC) atau Time Interest Earned a. Debt to Total Assets Ratio (DAR) Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Total Kewajiban Debt to Total Assets Ratio = Total Aktiva Darsono dan Ashari (2005:76) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. b. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya adalah Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. c. Equity Multiplier (EM) Rasio ini menunjukkan kamampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Rumus Equity Multiplier adalah: Total Aktiva Equity Multiplier = Total Ekuitas Semakin kecil rasio Equity Multiplier, berarti porsi pemegang saham semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. d. Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba untuk membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi

5 5 karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah: EBIT Interest Coverage = Biaya Bunga Rasio Profitabilitas Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas yaitu Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity. Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. a. Profit Margin Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba-rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan rumus : Laba Bersih Profit Margin = Penjualan Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh : industri retailer cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. b. Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : ROA = Laba Bersih Total Aktiva c. Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih ROE = (Hanafi dan Halim, 2005:85) Total Ekuitas Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.

6 6 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Rasio aktivitas menurut Darsono dan Ashari (2005:59) antara lain Receivable Turn Over (RTO), Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP), Inventory Turn Over (ITO), Lama Persediaan Mengendap (PM), dan Total Asset Turn Over (TATO). a. Receivable Turn Over Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga bisa menjadi dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih. Rumusnya adalah: Penjualan bersih Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Dagang Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. b. Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP) Dengan melihat rasio ini, bisa dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Rumusnya adalah: Rata-Rata Penerimaan Piutang = 365 Receivable Turn Over c. Inventory Turn Over (ITO) Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rumusnya adalah: Inventory Turn Over = Harga Pokok Penjualan Rata-rata persediaan Barang d. Lama Persediaan Mengendap (LPM) Rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah: Rata-Rata Penerimaan Piutang = 365 Receivable Turn Over e. Total asset turn over Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, dapat diketahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Rumusnya adalah: Total asset turn over = Penjualan Bersih Rata-rata Total Aktiva

7 7 Stock Split Pengertian Stock Split menurut beberapa ahli adalah : 1. Halim (2005:97), stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional. 2. Sartono (2001:297) menyatakan bahwa stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. 3. Jogianto (2000:397) mendefinisikan stock split (pemecahan saham) sebagai memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah pemecahan adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Berdasarkan definisi yang di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stock split merupakan tindakan memecah saham perusahaan menjadi n lembar saham sesuai dengan faktor pemecahan yang ditetapkan sebelumnya dengan melakukan penyesuaian harga per lembar saham baru menjadi 1/n dari harga sebelum stock split. Tujuan dilakukannya stock split adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan. Yusuf (2001:346) berpendapat, bahwa salah satu alasan perusahaan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga saham-sahamnya. Hal ini terjadi apabila perusahaan atau perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan atau perusahaan yang bersangkutan. Dengan nilai nominal yang lebih rendah maka akan menarik lebih banyak investor untuk membeli saham dan memperluas jenis serta jumlah pemegang saham, sehingga secara otomatis jumlah saham yang beredar juga akan meningkat proporsional. Keiso dan Weygant (2002:366), menjelaskan beberapa alasan serta tujuan perusahaan dilakukannya stock split yaitu : a. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan hingga pada tingkat dimana lebih banyak individu dapat berinvestasi dalam saham. b. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan. c. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar tidak sempurna setelah melakukan stock split. Jenis-Jenis Stock Split Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham (Stock Split) yang dapat dilakukan, yaitu : a. Split Up (pemecahan naik) Adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan saham 2:1, 3:1, dan 4:1. Misalnya pada awalnya nilai nominal saham per lembar saham sebelum melakukan stock split sebesar Rp 1.500,- maka setelah dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar saham yang baru adalah Rp 500,- sehingga awalnya satu lembar saham menjadi tiga lembar saham. b. Split Down (pemecahan turun) Adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya split down dengan perbandingan 1:3, awalnya nilai nominal per lembar saham Rp 1.000,- kemudian dilakukan split down dengan perbandingan 1:3 maka nilai nominal per lembar saham yang

8 8 baru adalah Rp 3.000,- dan jumlah lembar saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar saham. Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa saham. Dampak Stock Split Stock split menurut Kurniawati (2003) mempunyai dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak tersebut antara lain: a. Dampak positif dengan adanya stock split adalah : 1) Harga saham yang rendah setelah pemecahan akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Odd lot adalah kondisi dimana investor membeli saham di bawah 500 lembar (1 lot) sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot). 2) Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. 3) Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid. 4) Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik. b. Dampak negatif dengan adanya stock split adalah : 1) Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split karena ketidakpastian dalam lingkungan bisnis. 2) Tingkat harga saham setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada kelompok yang memiliki nilai nominal saham rendah sehingga mengakibatkan kepercayaan terhadap saham menurun. 3) Peningkatan jumlah pemegang saham akan menaikkan biaya pelayanan (serving costing) bagi perusahaan. Hubungan Stock Split dengan Kinerja Keuangan Hanya perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik saja yang dapat melakukan stock split, karena untuk melakukan stock split perusahaan harus menanggung biaya yang ditimbulkan oleh stock split tersebut. Adapun contoh dari biaya-biaya yang dikeluarkan dari proses stock split adalah : biaya pemberitahuan kepada investor akan adanya stock split, biaya publikasi pengumuman adanya stock split kepada publik, biaya pemecahan saham, dan lainlain. Dengan adanya stock split, diharapkan saham perusahaan menjadi semakin likuid. Jika saham perusahaan likuid, maka dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan baik. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus (case study), yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari objek tertentu yang diteliti, yaitu mengenai stock split dan kinerja keuangan. Gambaran dari populasi (objek) penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008.

9 9 Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya akan diduga. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu semua perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia sebanyak 446 perusahaan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, jumlah elemen dalam sampel lebih sedikit daripada elemen populasi. Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi keseluruhan perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia, kemudian dipilih perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dengan kriteria sebagai berikut: 1. Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sahamnya masih aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. 2. Melakukan stock split pada tahun Menyajikan laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba rugi secara lengkap 3 tahun sebelum akuisisi (tahun 2005, 2006, 2007) dan 3 tahun sesudah akuisisi (tahun 2009, 2010, 2011) Berdasarkan kriteria tersebut terpilih sampel yaitu PT Delta Dunia Petroindo Tbk yang bergerak di bidang tekstil yang melakukan stock split pada tahun 2008 dengan rasio 1:2 dan PT Berlina Tbk yang bergerak di bidang produksi plastik yang melakukan stock split pada tahun 2008 dengan rasio 1:2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah : 1. Stock split adalah tanggal pengumuman pemecahan saham yang merupakan tanggal perusahaan mengumumkan akan melakukan pemecahan saham yang terdapat pada pengumuman di Bursa Efek Indonesia. 2. Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu a. Rasio likuiditas, meliputi: current ratio dan quick ratio. b. Rasio aktivitas, meliputi: total asset turnover dan receivable turn over c. Rasio leverage, meliputi: debt to total asset dan debt to equity ratio. d. Rasio profitabilitas, meliputi: profit margin, return on assets dan return on equity. Teknik Analisa Data Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan paired t-test. Langkah-langkah paired t-test adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari: a. Rasio Likuiditas Aktiva Lancar Current ratio = Hutang Lancar Quick ratio = b. Rasio Aktivitas Total asset turn over = Aktiva Lancar- Persediaan Hutang Lancar Penjualan Rata-rata Total Aktiva

10 10 Receivable Turn Over = c. Rasio Solvabilitas Debt to total asset ratio = Penjualan Rata-rata Piutang Total Hutang Total Aktiva Debt to Equity ratio = d. Rasio Profitabilitas Profit margin = Total Hutang Total Modal Laba Bersih Penjualan Return On Assets = Laba Bersih Total Aktiva Laba Bersih Return On Equity = Modal Sendiri 2. Merumuskan uji hipotesis dengan langkah: Ho : µ1=µ2, tidak ada perbedaan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah stock split. Hi : µ1 µ2, ada perbedaan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah stock split. 3. Menggunakan level of significant (α) 5% 4. Pengujian dengan menggunakan nilai sig. 1) Jika nilai sig < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan 2) Jika nilai sig > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rasio Likuiditas 1. Current Ratio Current ratio dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aset lancar yang kurang bagus karena masih banyak aset yang menganggur. Current ratio sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan adalah Tabel 1 Current Ratio Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun CR Rata-rata DOID , , , , , ,16 5,88 2,60

11 11 BRNA , , , , , ,01 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa rata-rata current ratio PT Delta Dunia Petroindo sebelum stock split kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 5,88. Rata-rata current ratio sesudah stock split juga kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 2,60. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata current ratio sebelum dan sesudah stock split di atas 2. Rata-rata current ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 2,44. Sedangkan current ratio sesudah stock split baik karena di antara 1 sampai 2 yaitu sebesar 1,28. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata current ratio sesudah stock split di antara 1 sampai Quick Ratio Quick ratio dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Tabel 2 Quick Ratio Sebelum Dan Sesudah Stock Split 2,44 1,28 Kode Tahun Quick Ratio Rata-rata DOID , , , , , ,92 BRNA , , , , , ,69 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata quick ratio PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu sebesar 0,86. Rata-rata quick ratio sesudah stock split juga kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 2,39. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata quick ratio sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang berada antara 1 sampai 2. Rata-rata quick ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split baik karena di antara 1 sampai 2 yaitu sebesar 1,91. Sedangkan quick ratio sesudah stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu sebesar 0,94. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum stock split lebih baik dari pada sesudah stock split karena rata-rata current ratio sebelum stock split di antara 1 sampai 2. 0,86 2,39 1,91 0,94

12 12 Rasio Aktivitas 1. Total asset turn over Total asset turn over dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Penjualan Total asset turn over = Rata-rata Aktiva Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka rasio ini akan semakin baik. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Total asset turn over sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan adalah Tabel 3 Total Asset Turn Over Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Total Asset Turn Over Rata-rata DOID , , , , , ,738 BRNA , , , , , ,137 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa rata-rata total asset turn over PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu 0,76, sedangkan rata-rata total asset turn over sesudah stock split baik karena di atas 1 yaitu 1,05. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sesudah stock spit lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata total asset turn over sesudah stock spit lebih dari 1. Ratarata total asset turn over PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu 0,80, sedangkan rata-rata total asset turn over sesudah stock split baik karena di atas 1 yaitu 1,15. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sesudah stock spit lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata total asset turn over sesudah stock spit lebih dari Receivable Turn Over Receivable turn over dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Penjualan Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Darsono (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Receivable turn over sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: 0,76 1,05 0,80 1,12

13 13 Tabel 4 Receivable Turn Over Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Receivable Turn Over Rata-rata DOID , ,713 21, , , , ,209 4,58 Kode Tahun Receivable Turn Over Rata-rata BRNA , , ,197 7, , ,956 4, ,763 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa rata-rata receivable turn over PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena di atas 12 yaitu sebesar 21,92, sedangkan rata-rata receivable turn over sesudah stock split kurang baik karena di bawah 6 yaitu sebesar 4,58. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena tidak ada rata-rata receivable turn over di antara 1 sampai 2. Rata-rata receivable turn over PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split baik karena di antara 6 sampai 12 yaitu 7,02, sedangkan rata-rata receivable turn over sesudah stock split kurang baik karena di bawah 6 yaitu sebesar 4,34. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum stock split lebih baik dari pada sesudah stock split karena rata-rata receivable turn over di antara 1 sampai 2. Rasio Solvabilitas 1. Debt to Total Assets Ratio (DTAR) Debt to Total Assets Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Total Hutang Debt to Total Assets Ratio = Total Aktiva Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan liabilitas. Debt to total assets ratio sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 5 Debt to Total Assets Ratio Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Debt to Total Assets Ratio Rata-rata DOID , ,44 0, , , ,91 0, ,91

14 14 BRNA , ,59 0, , , ,59 0, ,60 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa rata-rata debt to total assets ratio PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split baik karena di bawah 100% atau di bawah 1 yaitu sebesar 0,56 dan 0,93. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata debt to total assets ratio sesudah stock split lebih besar dari pada sebelum stock split. Rata-rata debt to total assets ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum dan sesudah stock split baik karena di bawah 100% atau di bawah 1 yaitu sebesar 0,58 dan 0,60. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata debt to total assets ratio sesudah stock split lebih besar dari pada sebelum stock split. 2. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio dapat dihitung dengan rumus: Debt to Equity Ratio = Total Hutang Total Modal Sendiri Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan liabilitas. Debt to equity ratio sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 6 Debt to Equity Ratio Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Debt to Equity Ratio Rata-rata DOID , ,03 1, , , ,85 18, ,33 BRNA , ,66 1, , , ,62 1, ,53 Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa rata-rata debt to equity ratio PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena di atas 100% atau di atas 1 yaitu sebesar 1,56 dan 18,07%. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata debt to equity ratio lebih dari 100% atau lebih dari 1. Rata-rata debt to equity ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena di atas 100% atau di atas 1 yaitu sebesar 1,57 dan 1,62. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata debt to equity ratio lebih dari 100% atau lebih dari 1.

15 15 Rasio Profitabilitas 1. Profit Margin Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Profit Margin = Laba Bersih Penjualan Profit margin sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 7 Profit Margin Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Profit Margin (%) Rata-rata (%) DOID , ,37 0, , , ,40 0, ,17 BRNA , ,03 0, , , ,12 5, ,99 Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa rata-rata profit margin PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split lebih besar (0,53%) dari pada sesudah stock split (0,24%). Sedangkan rata-rata profit margin PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split lebih kecil (0,03%) dari pada sesudah stock split (5,62%). Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Penggunaan suku bunga deposito untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan karena sebagian permodalan perusahaan dibiayai dari pinjaman atau bank, dan setiap pinjaman dikenakan bunga. Apabila tingkat keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai surplus / kelebihan keuntungan, namun apabila tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai defisit / kekurangan keuntungan. Adapun perbandingan profit margin sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan dengan tingkat Suku Bunga SBI adalah sebagai berikut: Tabel 8 Perbandingan Profit Margin Sebelum dan Sesudah Stock Split Dengan Tingkat Suku Bunga SBI Kode Tahun Profit Margin (%) Suku Bunga BI (%) Keterangan DOID ,67 12,75 Kurang baik ,37 9,75 Kurang baik ,55 8,00 Kurang baik Sebelum 0,53 10,17 Kurang baik

16 ,52 6,50 Kurang baik ,40 6,50 Baik ,17 6,00 Kurang baik Sesudah 0,24 6,33 Kurang baik BRNA ,01 12,75 Kurang baik ,03 9,75 Kurang baik ,04 8,00 Kurang baik Sebelum 0,03 10,17 Kurang baik ,77 6,50 Kurang baik ,12 6,50 Kurang baik ,99 6,00 Baik Sesudah 5,62 6,33 Kurang baik Dari tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata profit margin lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata profit margin lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. 2. Return On Assets Return On Assets dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ROA = Laba Bersih Total Aktiva Return On Assets sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 9 Return On Assets Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Return On Assets (%) Rata-rata (%) DOID , , , , , ,26 BRNA , , , , ,31 0,37-0, ,37 Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa rata-rata Return On Assets PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split lebih besar (0,37%) dari pada sesudah stock split (-0,37%). Sedangkan rata-rata Return On Assets PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split lebih kecil (0,73%) dari pada sesudah stock split (5,89%). Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Penggunaan suku bunga deposito untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan 0,73 5,89

17 17 karena sebagian permodalan perusahaan dibiayai dari pinjaman atau bank, dan setiap pinjaman dikenakan bunga. Apabila tingkat keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai surplus / kelebihan keuntungan, namun apabila tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai defisit / kekurangan keuntungan. Adapun perbandingan Return On Assets sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan dengan tingkat Suku Bunga SBI adalah: Tabel 10 Perbandingan Return On Assets Sebelum dan Sesudah Stock Split Dengan Tingkat Suku Bunga SBI Kode Tahun Return On Assets (%) Suku Bunga BI (%) Keterangan DOID ,37 12,75 Kurang baik ,27 9,75 Kurang baik ,46 8,00 Kurang baik Sebelum 0,37 10,17 Kurang baik ,44 6,50 Kurang baik ,60 6,50 Kurang baik ,26 6,00 Kurang baik Sesudah -0,37 6,33 Kurang baik BRNA ,83 12,75 Kurang baik ,33 9,75 Kurang baik ,68 8,00 Kurang baik Sebelum 0,73 10,17 Kurang baik ,99 6,50 Kurang baik ,31 6,50 Kurang baik ,37 6,00 Baik Sesudah 5,89 6,33 Kurang baik Dari tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Assets lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Assets lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. 3. Return On Equity (ROE) Return On Equity dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ROE = Laba Bersih Modal Sendiri Return On Equity sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 11 Return On Equity Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Return On Equity (%) Rata-rata (%) DOID , , , , , ,22 1,04 136,40

18 18 BRNA , ,70 1, , , ,48 19, ,86 Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa rata-rata Return On Equity PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split lebih kecil (1,04%) dari pada sesudah stock split (136,40%). Rata-rata Return On Equity PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split lebih kecil (1,77%) dari pada sesudah stock split (19,79%). Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Penggunaan suku bunga deposito untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan karena sebagian permodalan perusahaan dibiayai dari pinjaman atau bank, dan setiap pinjaman dikenakan bunga. Apabila tingkat keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai surplus / kelebihan keuntungan, namun apabila tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai defisit / kekurangan keuntungan. Adapun perbandingan Return On Equity sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan dengan tingkat Suku Bunga SBI dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12 Perbandingan Return On Equity Sebelum dan Sesudah Stock Split Dengan Tingkat Suku Bunga SBI Kode Tahun Return On Equity (%) Suku Bunga BI (%) Keterangan DOID ,97 12,75 Kurang baik ,62 9,75 Kurang baik ,53 8,00 Kurang baik Sebelum 1,04 10,17 Kurang baik ,55 6,50 Baik ,87 6,50 Baik ,22 6,00 Kurang baik Sesudah 136,40 6,33 Baik BRNA ,37 12,75 Kurang baik ,70 9,75 Kurang baik ,63 8,00 Kurang baik Sebelum 1,77 10,17 Kurang baik ,04 6,50 Baik ,48 6,50 Baik ,86 6,00 Baik Sesudah 19,79 6,33 Baik Dari tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Sedangkan kinerja keuangan sesudah stock split baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih besar

19 19 dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Rata-rata Return On Equity dengan rata-rata tingkat suku bunga di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Sedangkan kinerja keuangan sesudah stock split baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih besar dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan uji beda sampel berpasangan untuk melihat signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split sebagai berikut: 1. Analisis Perbedaan Current Ratio Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi current ratio dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 13 t hitung Current Ratio Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig (2-tailed) Pair 1 CR_sblm - CR_ssdh2,3767 2, , ,2108 4,9642 2,361 5,065 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,065. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,065 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik current ratio sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara 2. Analisis Perbedaan Quick Ratio Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi quick ratio dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut:

20 20 Tabel 14 t hitung Quick Ratio Paired Samples Test Pair 1 Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) QR_sblm - QR_ssdh,2017 1,45266 Error, ,3228 1,7261,340 5,748 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,748. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,748 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik quick ratio sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara 3. Analisis Perbedaan Total Assets Turn Over Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi total assets turn over dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 15 t hitung Total Assets Turn Over Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Pair 1 TATO_sblm - TATO_ssdh -,0565,41169, ,4885,3755 -,336 5,750 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,750. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,750 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik total assets turn over sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara 4. Analisis Perbedaan Receivable Turn Over Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi receivable turn over dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut:

21 21 Tabel 16 t hitung Receivable Turn Over Paired Samples Test Pair 1 Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) RTO_sblm - RTO_ssdh 7,5705 8, , , ,2052 2,254 5,074 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,074. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,074 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik receivable turn over sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara 5. Analisis Perbedaan Debt To Total Assets Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi debt to total assets dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 17 t hitung Debt To Total Assets Paired Samples Test Pair 1 DTAR_sblm - DTAR_ssdh Mean Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed),1555,20720, ,0620,3729 1,838 5,125 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,125. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,125 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik debt to total assets sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara 6. Analisis Perbedaan Debt To Equity Ratio Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi debt to equity ratio dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung:

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA Risma Ayunda Ayundarisma001@yahoo.com Dini Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH IPO (INITIAL PUBLIC OFFERING)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH IPO (INITIAL PUBLIC OFFERING) ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH IPO (INITIAL PUBLIC OFFERING) Ari Putri Rachmawati ariputripuput16@gmail.com Budiyanto ybudi1957@yahoo.com Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT United Tractors, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebelum membahas secara mendalam mengenai bagaimana cara membaca, menganalisa,

Lebih terperinci

Keywords: financial ratio, financial distress, z-score

Keywords: financial ratio, financial distress, z-score ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS Eka Noverita Woro Astuti echa.noverita@gmail.com Djawoto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

KINERJA KEUANGAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN LQ 45

KINERJA KEUANGAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN LQ 45 1 KINERJA KEUANGAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN LQ 45 Jeffry Dwiyanto Panggau Free_self@ymail.com Tri Yuniati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB IV Analisis Rasio A. Tujuan Instruksional : 1. Umum : Mahasiswa dapat memahami teknik dan aspek dalam menilai kinerja suatu perusahaan 2. Khusus : - Mahasiswa dapat menghitung berdasarkan ratio likuiditas

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI WANITA SEHATI SEMOLOWARU SURABAYA ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI WANITA SEHATI SEMOLOWARU SURABAYA ARTIKEL ILMIAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI WANITA SEHATI SEMOLOWARU SURABAYA ARTIKEL ILMIAH Disusun Oleh: Nama : ABRIL DA CONCEICAO NIM : 01111001 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NAROTAMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Anggarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Adha dan Ratna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Objek yang dipilih adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk. PT Mitra Adiperkasa Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam operasi berbagai merek toko ritel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham. Data akuntansi sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN Ratio Keuangan: perhitungan matematika yang bergunauntuk: Mengevaluasi performa perusahaan Memonitor performa perusahaan selama periode tertentu (mingguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang. yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang. yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan perusahaan lain, yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan tansformasi biologis atas

Lebih terperinci

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO PENGERTIAN Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang telah tersedia yang terdiri dari : Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi finansial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba rugi, dan (3) Laporan arus kas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba rugi, dan (3) Laporan arus kas BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan dan peringkasan data keuangan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui posisi keuangan perusahaan saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pengertian merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuaan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi sebagai berikut : Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Likuiditas Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban lancarnya.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 123 Bab 9 Teori Rasio Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai jenis dan pembagian laporan keuangan serta mengerti tentang perhitungan tentang rasio

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT This research is conducting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger, entitas

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Bagian akuntansi merupakan bagian yang sangat berjasa dalam menyajikan sebuah laporan keuangan sektor usaha. Laporan keuangan yang dimaksud terdiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Price Earnig Ratio Price Earning Ratio merupakan salah satu ukuran paling besar dalam analisis saham secara fundamental dan bagian dari rasio penilaian untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaua Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan berikut: Menurut Gitman (2012:4), pengertian keuangan adalah sebagai Finance can be defined as the science and art of

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI Lilis Tri Jayanti lilistrijayanti@gmail.com Budhi Satrio hasta.budhisatrio@gmail.com Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN 2008-2012 NAMA : DEWI KUSUMASTUTI KELAS : 3EB15 NPM : 21210905 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang Masalah Analisis laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Keuangan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Data akuntansi merupakan salah satu sumber pokok analisis keuangan, oleh karena itu pemahaman terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC PADA PT. SAMPOERNA AGRO

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC PADA PT. SAMPOERNA AGRO 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC PADA PT. SAMPOERNA AGRO Novita Dwi Anggraini Vitha_anggraini27@yahoo.com Sasi Agustin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba Setiap perusahaan pasti menginginkan memproleh laba yang maksimal atas usaha yang dikelolanya sehingga perusahaan dapat terus maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam mengevaluasi kondisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Horne dan Machowicz

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

Paired Samples Statistics

Paired Samples Statistics Lampiran 1 ed Samples Statistics 1 2 3 4 5 6 7 8 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Current Ratio Sebelum Akuisisi 1,2367 3,12662,07311 Set Sebelum Akuisisi,0587 3,02684,01550 Current Ratio Sesudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman yang mengambil topik mengenai literasi keuangan antara lain penelitian : 2.1.1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mempermudah investor dalam mengembangkan saham yang akan dibutuhkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mempermudah investor dalam mengembangkan saham yang akan dibutuhkan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signalling Theory) Signalling Theory merupakan suatu penjelasan dari asimetri informasi. Terjadinya asimetri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja adalah aktivitas yang berkaitan dengan unsur yang terlibat dalam suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangannya, yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangannya, yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada era persaingan saat ini, keunggulan kompetitif telah berkembang dan menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangannya, yang dimaksud tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan. Perekonomian yang kompleks dan persaingan antar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Simpulan rinci yang didapatkan dari perhitungan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan sebagai salah satu dasar penilaian kinerja keuangan pada PT Ace Hardware Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada untuk senantiasa meningkatkan efisiensinya. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci