POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM"

Transkripsi

1 POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167 Malang Indonesia Telp ABSTRAK Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, khususnya daerah perkotaan mendorong berkembangnya sarana pendukung telekomunikasi. Salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut Base Transceiver Station (BTS). Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan daerah mengenai peletakan bangunan BTS. Sehingga, beberapa BTS yang ada di Kota Mataram berada lokasi yang seharusnya tidak diperbolehkan. Hal tersebut diperparah karena belum adanya kesamaan persepsi serta kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pendirian BTS di Kota Mataram. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian tentang Potensi Lokasi Base Transceiver Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan empat belas variabel penentuan lokasi BTS yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Setelah melalui AHP kemudian akan diperoleh beberapa variabel khusus yang kemudian dilakukan Analisis Tumpang Susun (Overlay) menggunakan GIS dari masing-masing hasil AHP berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat secara terpisah dan terakhir menggabungkan kedua hasil overlay dari kedua persepsi tersebut sehingga menghasilkan lokasi-lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Pemerintah, Masyarakat, Lokasi ABSTRACT Base Transceiver Station (BTS) is one of telecommunication facilities which had built for supporting communication technology development. However, the placement of Base Transceiver Station (BTS) often located at inappropriate location so it needs more specific regulation for placement BTS. Mataram city is one of the cities that doesn t have local regulations regarding the placement of BTS which caused some BTS located at inappropriate place. Based on those conditions, it needs to match the perception from both the government and the society for determining the appropriate location for BTS in Mataram city. The method used in this study is the Analytic Hierarchy Process (HAP) which used government and society representatives as informants. This study uses 14 variables determining the location of BTS that are Land Use Variables (Green Open Space, The Road Network, Commerce and Service, Education, Worship, Health, and Office), Topology (Land Slope), The Population (Population Density), Environmental Aesthetics (Joint Tower and The location of BTS Eksisiting), Safety (The Height of The Tower, The Safety of Flight Operations and cultural heritage, and Density of Buildings). The result of AHP method is priority variables from both of government and society perceptions that would be represent in spatial using overlay method (GIS approach). Then, the result of overlay method which combined perceptions of government and society informants was potential locations for placement of BTS in Mataram city. Keywords: Base Transceiver Station (BTS), Government, Society, Location. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia semakin meluas disertai dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya permintaan masyarakat sebagai pengguna telekomunikasi, sehingga mendorong untuk berkembangnya sarana pendukung telekomunikasi yang salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut Base Transceiver Station (BTS). Base Transceiver Station (BTS) adalah salah satu bagian dari sistem telekomunikasi bergerak yang bisa mempermudah para pemakai Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli

2 POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM ponsel untuk tetap bisa begerak berpindah-pindah tempat tanpa terjadi pemutusan hubungan. Secara garis besar dalam sebuah sistem selular (cellular system) kedudukan sebagai penghubung antara mobile station (ponsel) dengan MSC. Peletakan Base Transceiver Station (BTS) yang berada langsung di sekitar permukiman masyarakat dengan radius keamanan, menimbulkan wacana terganggunya kenyamanan dan kekhawatiran bagi masyarakat setempat, selain itu peletakan BTS juga tidak memperhatikan penataan ruang dan estetika lingkungan disekitarnya. Peraturan Menkominfo No.2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, berdasarkan penompang dasarnya, menara telekomunikasi dibedakan menjadi Menara yang peletakannya diatas tanah (Greenfield) dan Menara yang peletakkannya di atas/menempel gedung atau bangunan (rooftop). Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan daerah mengenai peletakan bangunan BTS, sehingga beberapa BTS yang ada di Kota Mataram juga berada di beberapa lokasi yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk didirikan BTS di tempat tersebut, selain itu juga belum adanya pemikiran yang sama atau kesamaan persepsi serta kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam kesepakatan untuk lokasilokasi yang sesuai atau tidak sesuai untuk pendirian BTS di Kota Mataram. Peletakan BTS di Kota Mataram harus disesuaikan dengan faktor-faktor penentu yang sesuai untuk peletakan BTS, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor khusus dalam penentuan lokasi yang berpotensi untuk peletakan BTS. Penelitian ini diawali dengan mengetahui terlebih dahulu semua faktor peletakan bangunan BTS, setelah memperoleh beberapa faktor atau variabel yang akan digunakan kemudian mengambil beberapa perwakilan dari pemerintah dan masyarakat untuk memberikan persepsi terhadap beberapa factor yang telah disajikan agar dapat mengetahui faktor yang lebih berpengaruh dari beberapa faktor yang ada dalam hal penentuan lokasi untuk peletakan suatu BTS di Kota Mataram. Penggunaan pemerintah dan masyarakat dalam penelitian ini sebagai informan dikarenakan sering terjadinya ketidaksamaan antara keinginan dari pihak pemerintah dan masyarakat dalam hal penentuan peletakan lokasi BTS. Sehingga dilakukan suatu penelitian yang berjudul Potensi Lokasi Base Transceiver Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram, yang nantinya dari penelitian ini dapat diketahui variabel apa saja yang lebih utama dari masing-masing pihak pemerintah dan masyarakat yang lebih utama dalam penentuan lokasi BTS yang kemudian akan dilakukan beberapa análisis sehingga diperoleh lokasi-lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat peletakan BTS di Kota Mataram. Penentuan peletakan bangunan BTS diperlukan untuk terciptanya estetika lingkungan yang selaras dengan lingkungan. Penentuan peletakan bangunan BTS tidak hanya dapat ditentukan dengan variabel teknis saja, tetapi bias dari persepsi pemerintah dan masyarakat. METODE PENELITIAN Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui variabel-variabel yang menentukan lokasi potensial untuk peletakan BTS sehingga bisa mengetahui lokasi-lokasi yang potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan Persebaran BTS Berdasarkan Variabel Penentuan Lokasi BTS di Kota Mataram Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil survey primer yang mencakup persebaran BTS berdasarkan variabel-variabel penentuan lokasi peletakan BTS serta karakteristik fisik yang ada di Kota Mataram. Analisis ini dilakukan untuk memperjelas data yang diperoleh dari hasil survey primer tersebut dan bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. Analisis Evaluatif dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk Mengetahui Variable Terpilih yang Mempengaruhi Lokasi Peletakan BTS di Kota Mataram Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem (Saaty,1994). Metode ini dilakukan dengan kuisioner ke pemerintah dan masyarakat yang memahami tentang variable peletakan BTS. Variabel-variabel yang digunakan dalam metode AHP yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar 38 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

3 Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Dari emmpat belas variabel tersebut akan diperoleh peringkat tertinggi yang kemudian akan diambil lima variabel dengan nilai tertinggi untuk digunakan pada analisis selanjutnya. Analisis Evaluatif dengan Overlay dengan Bantuan Peta Pada Sistem Informasi Geografi (SIG) Pada analisis ini digunakan variabelvariabel pada analisis sebelumnya yaitu analisis AHP. Analisis Tumpang Susun (Overlay) (Purwadhi,2008) ini dilakukan terlebih dahulu untuk masing-masing variabel yaitu dari perwakilan informan pemerintah dan dari perwakilan informan masyarakat. Setelah masing-masing memperoleh lokasi potensial masing-masing dari hasil persepsi tersebut kemudian dilakukan overlay gabungan dari kedua persepsi informan pemerintah dan informan masyarakat yang kemudian akan menghasilkan tujuan akhir dari penelitian ini yaitu lokasi potensial peletakan BTS berdasarkan persepsi pemerintah dan masyarakat Kota Mataram. Lokasi potensial yang dihasilkan untuk penggabungan kedua persepsi ini merupakan lokasi hanya untuk menara Green Field saja atau menara yang langsung berada di atas tanah, karena untuk penelitian ini memiliki batas penelitian hanya untuk menara Green Field tanpa membahas peraturan lokasi untuk menara Rooftop atau menara yang berada di atas gedung. HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Studi Lokasi penelitian yang diambil dalam studi ini berada di 6 kecamatan di Kota Mataram. Yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Mataram, Kecamatan Sandubaya, Kecamatan Sekarbela dan Kecamatan Selaparang. Luas wilayah keseluruhan sebesar Ha atau 61,30 Km². Gambar 1. Peta administrasi Kota Mataram Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan Persebaran BTS Berdasarkan Empat Belas Variabel Penentuan Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram Jumlah Base Transceiver Station (BTS) ekisting yang ada di Kota Mataram adalah 87 BTS dengan persebarannya berada di setiap Kecamatan berbeda-beda yaitu di Kecamatan Selaparang sebanyak 15 BTS, Kecamatan Sandubaya sebanyak 14 BTS, Kecamatan Mataram sebanyak 12 BTS, Kecamatan Sekarbela sebanyak 11 BTS, Kecamatan Ampenan sebanyak 19 BTS, dan Kecamatan Cakranegara sebanyak 16 BTS. Dari persebaran BTS yang ada di Kota Mataram terlihat persebaran terbanyak berada di Kecamatan Ampenan yaitu 19 BTS, Dari jumlah BTS di Kota Mataram yaitu 87 BTS, 45 BTS berada di area permukiman masyarakat. Selain itu, 40 BTS merupakan BTS triangular tower dan 47 merupakan BTS rectangular tower. BTS yang peletakannya diatas tanah (Green Field) sejumlah 6 buah, sedangkan BTS yang peletakannya di atas/menempel di gedung atau bangunan (Rooftop) sejumlah 1 buah berada di Kecamatan Sandubaya. Gambar 2. Persebaran BTS berdasarkan penopang dasarnya di Kota Mataram Persebaran BTS eksisting berdasarkan variabel penetuan lokasi potensial BTS di Kota Mataram yaitu, untuk variabel RTH, 11 BTS berada di kawasan pertanian dan 5 BTS berada di area vegetasi; Variabel Jaringan Jalan, Jalan Arteri Primer sebanyak 6 BTS, di Jalan Kolektor sebanyak 23 BTS, Jalan Lokal dan Lingkungan sebanyak 37 BTS; Variabel Perdagangan dan Jasa, 4 BTS yang berada disekitar area Perdagangan dan Jasa; variabel Pendidikan, 4 BTS berada disekitar area pendidikan; variabel Peribadatan, 1 BTS berada disekitar area peribadatan; variabel Kesehatan, 2 BTS eksisting berada disekitar area kesehatan; 6 BTS berada disekitar area perkantoran; variabel Kelerengan Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli

4 POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM Lahan, di kelerengan 0-8% sebanyak 64 BTS, sedangkan 22 BTS berada pada ketinggian 9-15% dan hanya 1 BTS saja yang berada pada kelerengan 16-25%; variabel Jumlah Penduduk, berkepadatan sedang sebanyak 30 BTS, kepadatan penduduk rendah sebanyak 25 BTS dan kepadatan penduduk sangat rendah sebanyak 32 BTS; variabel Menara Bersama, 11 BTS yang digunakan sebagai menara Bersama; variabel Ketinggian Menara BTS dengan ketinggian 40m sebanyak 52 BTS, BTS dengan ketinggian >40-50 m sebanyak 22 BTS, dan BTS dengan ketinggian >50 m sebanyak 13 BTS; variabel KKOP, 3 BTS eksistingnya berada pada area Bandar Udara Selaparang; dan untuk variabel Kepadatan Bangunan berkepadatan sedang sebanyak 4 BTS, berkepadatan rendah terdapat 41 BTS dan pada kepadatan sangat rendah terdapat 42 BTS. Gambar 3. Persebaran BTS berdasarkan penggunaan sebagai menara bersama di Kota Mataram Analisis Evaluatif Variabel Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram Pada tahap pertama menggunakan metode AHP ini dilakukan dengan pengisian kuisioner AHP oleh informan. Informan tersebut dibagi menjadi dua yaitu informan dari perwakilan Pemerintah dan Perwakilan Masyarakat di Kota Mataram yang telah ditentukan sebelumnya. Perwakilan dari pemerintah Kota Mataram antara lain ahli Bappeda Kota Mataram (Bpk. H. Amir Wisuda,ST.,MT.), Dinas Tata Kota Mataram bagian Perizinan (Bpk. L. Agus Supriyandi,ST.,MT.), Dinas Perhubungan Kota Mataram (Bpk. Sumarno,ST), Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Menara (BALMON) Kota Mataram (Bpk. Kasno,ST.), dan Operator Jaringan Telekomunikasi Seluler (Bpk. Agung Tri Wibowo). Perwakilan dari informan Masyarakat yaitu Ir. Rini Serilina Saptaningtyas (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Tety Handayani,ST.,MA. (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Suthami Ariessaputra, ST., M.Eng. (Dosen Elektro Universitas Mataram), Paniran,ST.,MT. (Dosen Elektro Universitas Mataram), Irfan Akbar,ST.,M.Eng (Dosen Sipil Universitas Mataram), Ardi Firmanto Nugroho (Vendor BTS), Rana Yulistia (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Mataram),dan Mizar Febrian (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Mataram). Tabel 1. Priority Vector, Eigen Value & Consistency Index hasil gabungan pendapat perwakilan Pemerintah terhadap variabel penentu lokasi peletakan Base Tranceiver Station (BTS) di kota Mataram Variabel Total Normalisasi Gabungan Pendapat Priority Vector (VP) Rating Prioritas RTH VI Jaringan Jalan IX Perdagangan dan IV Jasa Pendidikan V Peribadatan VIII Kesehatan X Perkantoran XII Kelerengan Lahan XIV Kepadatan I Penduduk Menara Bersama XIII Lokasi BTS XI Eksisting Ketinggian Menara Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya Kepadatan Bangunan VII III II Hasil dari analisis AHP untuk persepsi dari informan pemerintah ini diambil 2 variabel yang menjadi urutan paling penting atau paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang merupakan urutan perioritas dari gabungan pendapat informan pemerintah, pengambilan 2 variabel ini dilakukan dengan mengambil variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi 0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis selanjutnya digunakan 2 variabel menurut persepsi dari informan perwakilan pemerintah yaitu variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan. 40 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

5 Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Tabel 2. Priority Vector, Eigen Value & Consistency Index Hasil Gabungan Pendapat Perwakilan Masyarakat terhadap Variabel Penentu Lokasi Peletakan Base Tranceiver Station (BTS) di Kota Mataram Variabel Total Normalisasi Gabungan Pendapat Priority Vector (VP) Rating Prioritas RTH X Jaringan Jalan XI Perdagangan dan IV Jasa Pendidikan XIII Peribadatan XII Kesehatan V Perkantoran XIV Kelerengan Lahan VI Kepadatan II Penduduk Menara Bersama VIII Lokasi BTS VII Eksisting Ketinggian IX Menara Kawasan III Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya Kepadatan Bangunan I Hasil dari analisis AHP ini diambil 4 variabel yang menjadi urutan paling penting atau paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang merupakan urutan perioritas dari gabungan pendapat informan masyarakat, pengambilan 4 variabel ini dilakukan dengan mengambil variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi 0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis selanjutnya menggunakan 4 variabel berdasarkan persepsi informan dari masyarakat yaitu variabel Kepadatan Bangunan, variabel Jumlah Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan variabel Perdagangan dan Jasa. Analisis Lokasi Potensial Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram Pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan analisis overlay dengan GIS. Overlay dilakukan dengan menggunakan input data dari hasil analisis AHP yaitu menggunakan variabel-variabel khusus berdasarkan informan perwakilan dari pemerintah dan masyarakat. Adapun kriteria potensial dan tidak potensial dalam peletakan BTS di Kota Mataram dapat dilihat pada tabel 3. Proses overlay yang dilakukan untuk tahap analisis kedua ini, langkah pertama yaitu overlay dengan menggabungkan 2 variabel hasil AHP dari Informan Pemerintah yaitu variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan (Gambar 4). Overlay dari hasil AHP persepsi informan masyarakat yang juga menggunakan 4 variabel yaitu variabel Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel Perdagangan dan Jasa (Gambar 5). Berdasarkan hasil overlay yang telah dilakukan sebelumnya yaitu overlay dari hasil persepsi informan dari pemerintah dan overlay persepsi informan dari masyarakat yang memperoleh masing-masing lokasi potensial berdasarkan variabelnya, setelah itu dilakukan overlay gabungan dari kedua hasil overlay tersebut sehingga memperoleh lokasi yang potensial untuk peletakan BTS berdasarkan kedua persepsi tersebut yang digunakan sebagai lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel Informan Pemerintah dan Masyarakat menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram (Gambar 6). Gambar 4. Peta Overlay lima variabel berdasarkan persepsi informan dari Pemerintah di kota Mataram Gambar 5. Peta Overlay Lima Variabel Berdasarkan Persepsi Informan dari Masyarakat di Kota Mataram Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli

6 POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM Lokasi yang memiliki area paling luas untuk potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan 30% permukiman, lokasi potensial yang berada di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru. Lokasi potensial terendah berada di Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau 10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagian besar merupakan wilayah permukiman dan kawasan pertanian yang ada di masing-masing berada di setiap Kecamatan di Kota Mataram. Tabel 3. Kriteria potensial dan tidak potensial untuk lokasi peletakan Base Transceiver Station (BTS) di kota Mataram No Variabel Kriteria 1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 2 Jaringan Jalan 3 Perdagangan dan Jasa 4 Pendidikan 5 Peribadatan 6 Kesehatan 7 Perkantoran 8 Kelerengan Lahan 9 Kepadatan Penduduk 10 Menara Bersama 11 Lokasi BTS Eksisting 12 Ketinggian Menara 13 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya 14 Kepadatan Bangunan Tidak Potensial, jika berada pada Lapangan Olahraga dan vegetasi esuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, Potensial, jika berada pada Lahan Kosong, Pemakaman Umum dan Kawasan Pertanian sesuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, Tidak Potensial, jika berada pada badan jalan dan ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor. Potensial, jika berada diluar badan jalan dan diluar ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor, dengan jarak dari sisi tepi badan jalan dengan ruwas disesuaikan dengan jenis jaringan jalan, dan jika berada pada jalan lokal dan jalan lingkungan Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan perdagangan dan jasa. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan perdagangan dan jasa (Komalawati,2009). Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan Pendidikan. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Pendidikan. Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Peribadatan. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Peribadatan. Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Kesehatan. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Kesehatan. Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Perkantoran. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Perkantoran. Tidak Potensial, jika kelerengan lahan 8-25% di kelurahan tertentu Potensial, jika kelerengan lahan 0-8 % di kelurahan tertentu. Tidak Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk rendah dan sangat rendah di kelurahan tertentu. Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk sedang dan tinggi di kelurahan tertentu. Tidak Potensial, jika suatu BTS berada pada ketinggian 40 m, maka tidak berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut. Potensial, jika kondisi pada eksisting BTS berada pada ketinggian >40-50 m tetapi hanya terdapat satu operator saja pada BTS tersebut, maka berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut. Selain itu, apabila ketinggian suatu BTS >50m, maka berpotensi untuk penambahan operator pada BTS tersebut. Tidak Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah <500 m. Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah 500 m. Tidak Potensial, jika jarak BTS eksisting dengan BTS baru tidak sesuai dengan ketinggiannya yang juga merupakan area/lingkup perizinan yang diperbolehkan untuk mendirikan BTS (jika tinggi BTS 30 m, 50 m, atau 72 m dst., maka area buffer juga < 30m, < 50m, atau < 72 m dst. Sesuai dengan ketinggian menara eksisting. Potensial, jika jarak BTS eksisting dengan BTS baru sesuai dengan ketinggiannya yang juga merupakan area/lingkup perizinan yang diperbolehkan untuk mendirikan BTS (jika tinggi BTS 30 m, 50 m, atau 72 m dst.,maka area buffer juga 30m, 50m, atau 72m dst. sesuai dengan ketinggian menara eksisting. Tidak Potensial, jika berada pada Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) serta di sekitar kawasan bandara dengan jarak meter, berada di kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan lepas landas, serta jika berada di kawasan cagar budaya. Potensial, jika berada diluar Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dengan jarak meter, berada diluar kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan lepas landas, serta jika berada diluar kawasan cagar budaya. Tidak Potensial, jika kepadatan bangunan sedang dan tinggi di kelurahan tertentu. Potensial, jika kepadatan bangunan sangat rendah dan rendah di kelurahan tertentu. 42 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

7 Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Gambar 6. Peta Overlay berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Gambar 7. Peta Overlay kecamatan Ampenan berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Gambar 9. Peta Overlay kecamatan Mataram berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Gambar 8. Peta Overlay kecamatan Sekarbela berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Gambar 10. Peta Overlay kecamatan Selaparang berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan masyarakat di Kota Mataram Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli

8 POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM Kota Mataram secara keseluruhan memiliki luas Ha, dari total luas Kota Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Gambar 11. Peta Overlay kecamatan Cakranegara berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Gambar 12. Peta Overlay kecamatan Sandubaya berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Tabel 4. Luas lokasi potensial peletakan Base Transceiver Station (BTS) di setiap kecamatan kota Mataram No Kecamatan Luas Lokasi Potensial (Ha) 1 Ampenan 104,7 2 Sekarbela 267,9 3 Mataram 168,1 4 Selaparang 124,8 5 Cakranegara 421,4 6 Sandubaya 164,2 Jumlah 1.251,1 Gambar 13. Persentase Luas Lokasi Potensial Peletakan BTS di setiapkecamatan Kota Mataram SIMPULAN Variabel untuk penentuan lokasi potensial peletakan BTS di Kota Mataram menggunakan empat belas variabel yang kemudian dianalisis terlebih dahulu menggunakan Analytical Hierarchy Proces (AHP) untuk memperoleh variabel khusus yang akan digunakan untuk analisis overlay penentuan lokasi potensial peletakan BTS. Variabel berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Proces (AHP) dari masingmasing pemerintah dan masyarakat adalah untuk perwakilan informan pemerintah menggunakan variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan. Sedangkan untuk perwakilan informan masyarakat menggunakan variabel Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel Perdagangan dan Jasa. Lokasi potensial peletakan bangunan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel Informan Pemerintah dan Masyarakat menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagai berikut: Kecamatan Ampenan seluas 104,7 Ha. Kecamatan Sekarbela seluas 267,9 Ha. Kecamatan Mataram seluas 168,1 Ha. Kecamatan Selaparang seluas 124,8 Ha. Kecamatan Cakranegara seluas 421,4 Ha. Kecamatan Sandubaya seluas 164,2 Ha. Kota Mataram secara keseluruhan memiliki luas Ha, dari total luas Kota Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Lokasi yang memiliki area paling luas untuk potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan 30% permukiman, lokasi potensial yang berada di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru. Lokasi potensial terendah berada di Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau 10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan 44 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

9 Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagian besar merupakan wilayah permukiman dan kawasan pertanian yang ada di masing-masing berada di setiap Kecamatan di Kota Mataram. Saran Guna menyempurnakan penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain: 1. Pemerintah dapat menjadikan sedikit acuan kepada pemerintah Kota Mataram dalam peletakan BTS di setiap kecamatan di Kota Mataram dan bisa di jadikan refrensi dalam pembuatan peraturan BTS tentang penetapan dan pengendaliannya di Kota Mataram yang sampai saat ini masih belum memiliki peraturan yang jelas dalam penentuan lokasi untuk BTS. 2. Masyarakat di Kota Mataram ikut membantu dan berpartisipasi untuk member masukan dan membantu pemerintah dalam perizinan untuk lokasi yang sesuai atau tidak dalam peletakan BTS yang sesuai agar masyarakat juga bisa tetap merasa aman dan tidak terganggu dengan lokasi peletakan BTS tersebut. 3. Penelitian ini hanya membahas mengenai lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini masih belum mengacu pada peraturan pemerintah Kota Mataram mengenai BTS yang dikarenakan belum tersusunya peraturan pemerintah tersebut. Penelitian ini hanya membahas lokasi yang tidak memperhatikan aturan mengenai peletakan BTS Rooftop, hanya khusus untuk BTS Green Field. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang memperhatikan peraturan pemerintah jika telah dibuat nantinya serta melakukan penelitian yang lebih mendetail mengenai lokasi yang spesifik untuk peletakannya sebagai menara Rooftop dan Green Field serta jumlah BTS yang boleh diletakkan pada lokasi yang telah diperoleh agar untuk pendirian BTS memiliki batasan jumlah yang diperbolehkan sesuai variabel-variabel dalam penentuan peletakan BTS. Selain itu, untuk penelitian selanjutkan harus disertakan dengan data jenis-jenis RTH untuk sekala RT atau RW untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Komalawati, Ayu Pengendalian Dan Penataan Bangunan BTS di Kota Malang. Skripsi. Malang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Tidak Diterbitkan Purwadhi, hardiyanti Prof.dr.f.sri, dkk Pengantar Interpretasi Citra Pengindraan Jauh. Semarang: Lembaga penerbangan dan antariksa nasional dan universitas negeri semarang. Saaty, Thomas Pengembangan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli

10 POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM 46 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012 Rencana Teknis kriteria lokasi menara telekomunikasi: 1. Struktur bangunan 1) Menara mandiri (self supporting tower) Menara mandiri merupakan menara dengan struktur rangka baja yang berdiri sendiri dan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 STUDI KELAYAKAN LOKASI PERENCANAAN BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERBASIS GEOSPASIAL (STUDI KASUS : BTS DI KABUPATEN PATI) Resti Winda Ratriana, Arief Laila Nugraha, Arwan Putra Wijaya *) Program Studi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 68 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 20 TAHUN 20011 TENTANG PENATAAN, PENGENDALIAN, DAN RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PELUANG LOKASI MENARA BTS DITINJAU DARI FAKTOR PENENTU LOKASI MENARA BTS DI SURABAYA

PELUANG LOKASI MENARA BTS DITINJAU DARI FAKTOR PENENTU LOKASI MENARA BTS DI SURABAYA PELUANG LOKASI MENARA BTS DITINJAU DARI FAKTOR PENENTU LOKASI MENARA BTS DI SURABAYA L A T A R B E L A K A N G Perkembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Demand > Supply Operator Sistem Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG Dalam bab ini akan dibahas proses penentuan responden serta hasil analisis

Lebih terperinci

Jurnal Teknik WAKTU Volume 14 Nomor 01 Januari 2016 ISSN :

Jurnal Teknik WAKTU Volume 14 Nomor 01 Januari 2016 ISSN : POLA PENGGUNAAN TANAH KAWASAN PENDEKATAN DAN LEPAS LANDAS BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Rizky Putra Mayhendra 1) dan Linda Dwi Rohmadiani 2) 1) dan 2) Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan

Lebih terperinci

Verivikasi tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Mataram Periode

Verivikasi tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Mataram Periode Verivikasi tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Mataram Periode 2015-2020 NO NAMA KAWASAN No. Sub Kawasan KECAMATAN LUAS (Ha) 1 PESISIR 102.29 1 Banjar_Ampenan Selatan Ampenan 47.64

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) ANDI CHAIRUL ACHSAN 1* 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

SKRIPSI MIKA INDIKA

SKRIPSI MIKA INDIKA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN TOWER BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) PADA PT. XL AXIATA TBK-MEDAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI MIKA INDIKA 051401076 PROGRAM

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU Rahmat Aris Pratomo, Eddi Basuki Kurniawan, Gunawan Prayitno Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430;

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi penjelasan mengenai temuan studi yang akan mengantarkan pada kesimpulan studi faktor pertimbangan untuk penataan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN KASIHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Dimas Prawira Dwi Saputra

PENENTUAN PRIORITAS LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN KASIHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Dimas Prawira Dwi Saputra PENENTUAN PRIORITAS LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN KASIHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Dimas Prawira Dwi Saputra dimas.prawira.d.s@mail.ugm.ac.id Rini Rachmawati r_rachmawati@geo.ugm.ac.id

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 ANALISIS FAKTOR AKSESIBILITAS TERHADAP PERBEDAAN NILAI TANAH DI KAWASAN PUSAT KOTA KECAMATAN GEMOLONG DAN KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Nadia Anggraeni Yuristasari, Sawitri Subiyanto, Arwan Putra Wijaya

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014 PEMANFAATAN SIG UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (Studi Kasus Kabupaten Boyolali) Yoga Kencana Nugraha, Arief Laila Nugraha, Arwan Putra Wijaya *) Program

Lebih terperinci

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING.  IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG Mashuri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA WALIKOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Susanti geokpjsusan@gmail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract The development of communication technology

Lebih terperinci

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: Diah Hafidha Cholifatunisa E100150191 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 1 PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA SPATIAL MODELING

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA)

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA) PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA) TESIS MEGISTER Oleh : BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: DIAH HAFIDHA CHOLIFATUNISA

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN Najmi Nur Arif 1), Tomi Eriawan 2), Haryani 3) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini meliputi ringkasan temuan, kontribusi teoritik,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini meliputi ringkasan temuan, kontribusi teoritik, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dan hasil pengamatan yang sudah dilakukan hingga proses pembahasan kasus maka dapat dirumuskan kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN D A E R A H KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, JALAN SURYA SUMANTRI, BANDUNG ABSTRAK

PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, JALAN SURYA SUMANTRI, BANDUNG ABSTRAK PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, JALAN SURYA SUMANTRI, BANDUNG Rini Purwanti NRP : 1021057 Pembimbing : Santoso Urip Gunawan,Ir.,MT ABSTRAK Jalan Surya

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan selular di setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SPATIAL MULTI-CRITERIA EVALUATION (SMCE) MENGGUNAKAN ILWIS. Riki Rahmad

SPATIAL MULTI-CRITERIA EVALUATION (SMCE) MENGGUNAKAN ILWIS. Riki Rahmad SPATIAL MULTI-CRITERIA EVALUATION (SMCE) MENGGUNAKAN ILWIS Riki Rahmad awangrikirahmad@gmail.com Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENPASAR DALAM HAL PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR oleh A.A Sagung Istri Pramita

Lebih terperinci

VI. PERBANDINGAN HARGA LAHAN. bandara berasal dari transaksi lahan yang terjadi pada tahun 2005 sampai 2007.

VI. PERBANDINGAN HARGA LAHAN. bandara berasal dari transaksi lahan yang terjadi pada tahun 2005 sampai 2007. VI. PERBANDINGAN HARGA LAHAN Perbandingan harga lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah sebelum dan setelah pengembangan bandara

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Geografi

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2030 PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Rifky Satrio Utomo, Sawitri Subiyanto, Andri Suprayogi *) Program Studi Teknik Geodesi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 133 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF

LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF ANALISIS FAKTOR FISIK SOSIAL-EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN DENGAN POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH Oleh : Drs. Agus Dwi Martono,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECO INDUSTRIAL PARK) PADA ZONA INDUSTRI PRINGAPUS

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECO INDUSTRIAL PARK) PADA ZONA INDUSTRI PRINGAPUS i STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECO INDUSTRIAL PARK) PADA ZONA INDUSTRI PRINGAPUS TESIS ANANDHA WIEN DINASTY 3000214420049 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN SEKOLAH

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY

TUGAS AKHIR KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY TUGAS AKHIR KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata-1 Perencanaan Wilayah dan

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-36 Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto Linda Purba Ningrum, Ardy Maulidy Navastara

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS MODA TRANSPORTATION CHOICE OF ENGINEERING FACULTY UNS STUDENT TO SUPPORT GREEN CAMPUS PROGRAM Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : Bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMEKARAN KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMEKARAN KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM, PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMEKARAN KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA Sumiyar Pantiharso, Ervina Ahyudanari, dan Hitapriya Suprayitno Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS E-mail : labmk_its@yahoo.com ABSTRAK Untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah/ kawasan perkotaan adalah lingkungan yang dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah/ kawasan perkotaan adalah lingkungan yang dimanfaatkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Wilayah/ kawasan perkotaan adalah lingkungan yang dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas seperti orang-orang bekerja di kantor, belanja, membeli jasa, berinteraksinya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan materi, metodologi

Lebih terperinci

PRIORITAS FAKTOR PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DI KOTA PURWOKERTO SKRIPSI. Bagas Mahardika Prakoso

PRIORITAS FAKTOR PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DI KOTA PURWOKERTO SKRIPSI. Bagas Mahardika Prakoso PRIORITAS FAKTOR PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DI KOTA PURWOKERTO SKRIPSI Bagas Mahardika Prakoso 1303010040 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO AGUSTUS 2017 i PRIORITAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng Land Mark Hutan Kota Srengseng Kantor Pemasaran Pedagang/Pembudidaya Embrio/jenis Tanaman i Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Makam Umum di Kota Kediri

Penentuan Lokasi Makam Umum di Kota Kediri JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) C 28 Penentuan Lokasi Makam Umum di Kota Kediri M. Sayfuddin Anshori dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Arsitektur

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON 110 BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON Pada Bab ini dilakukan analisis data-data yang telah diperoleh. Untuk mempermudah proses analisis secara keseluruhan, dapat

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JALUR HIJAU MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JALUR HIJAU MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA i PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JALUR HIJAU MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN PENDEKATAN BERBASIS OBJEK DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017 SKRIPSI

HALAMAN JUDUL EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN PENDEKATAN BERBASIS OBJEK DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017 SKRIPSI i HALAMAN JUDUL EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN PENDEKATAN BERBASIS OBJEK DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DAN FIBER OPTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Data Agregat per Kecamatan

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Data Agregat per Kecamatan HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Data Agregat per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MATARAM Sekapur Sirih Sensus Penduduk (SP) adalah merupakan kegiatan Nasional yang diamanatkan dalam UU No. 16 tahun 1997

Lebih terperinci

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT 1 EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 Muhamad Nur Ichwanuddin 1, Buchori Asyik 2, Zulkarnain 3 ABSTRACT This study aims to investigate the conformity of

Lebih terperinci

TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY

TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Oleh: IFNI FARIDA I0612024

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa perkembangan kebutuhan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN KOTAGEDE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD Oleh : Linda Dwi Rohmadiani Abstrak Proporsi Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU. Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi

ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU. Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi Abstract Physical development of urban areas need to be carefully

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PEMILIHAN LOKASI SHOPPING MALL DI KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PEMILIHAN LOKASI SHOPPING MALL DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PEMILIHAN LOKASI SHOPPING MALL DI KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Disusun Oleh: DARRYL HALL

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Telepon Seluler (ponsel) telah berubah dari alat telekomunikasi biasa menjadi alat yang mempunyai berbagai fasilitas. Selain untuk berkomunikasi, ponsel juga dapat digunakan untuk koneksi internet

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Dwi Prasetyanto 1, Indra Noer Hamdhan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS INFORMATIKA, Vol.3 September 2016, pp. 200~207 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 200 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ade Mubarok 1,

Lebih terperinci