Analisa Strategi Manajemen pada Industri Tekstil dan Garment

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Strategi Manajemen pada Industri Tekstil dan Garment"

Transkripsi

1 Analisa Strategi Manajemen pada Industri Tekstil dan Garment Mata Kuliah : Manajemen Strategik Dosen : Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng Disusun oleh : Lie Robert Iskandar ( ) Josa Tobias ( ) Alvin Soesilo ( ) Ruth Imelda Febryta Liem ( ) PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA KAMPUS III JAKARTA 2015

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB 1 PENDAHULUAN Industri Tekstil dan Garment (PT. Sri Rejeki Isman, Tbk.) Visi dan Misi Perusahaan Sritex Milestone Lokasi Sritex dan SPD Proses dan Hasil Produksi Setiap Divisi... 4 BAB 2 DASAR TEORI Forces Model Michael E. Porter SWOT Analysis Pilar Strategi BAB 3 ANALISA STRATEGI MANAJEMEN Forces Analysis SWOT Analysis Pilar Strategi BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA i

3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Industri Tekstil dan Garment (PT. Sri Rejeki Isman, Tbk.) Industri yang akan dibahas pada kesempatan kali ini adalah tekstil dan garment pada PT. Sri Rejeki Isman, Tbk. (SRIL) yang memulai usaha sebagai sebuah perusahaan perdagangan tradisional Sri Redjeki yang didirikan pada tahun 1966 di Pasar Klewer, Solo oleh H. M. Lukminto. Dari menjual produkproduk tekstil, perlahan-lahan Sritex mempelajari proses produksi hingga akhirnya dapat menghasilkan produknya sendiri. Perluasan pertama dilakukan dengan memproduksi kain yang dikelantang dan dicelup dalam pabrik pertamanya di Baturono 81A, Solo pada tahun Pada tahun 1978, tepatnya pada tanggal 16 Oktober, Sri Redjeki secara resmi berubah menjadi PT. Sri Rejeki Isman. Pada tahun 1982, Sritex mulai memiliki pabrik penenunan pertamanya dengan alat tenun. Pada tahun 1992, Sritex telah menjadi produsen tekstilgarment terintegrasi dengan memiliki empat lini produksi, mulai dari pemintalan, penenunan, pencetakan-pencelupan dan garment, menjadikan total fasilitas produksi menjadi spindle, alat tenun, tiga mesin cetak, dan 100 mesin jahit. Sritex selanjutnya mulai memasuki bisnis pembuatan seragam, dan pada tahun 1994 dipercaya untuk membuat seragam militer Jerman dan kemudian merambah ke sejumlah negara NATO lainnya. Lepas dari krisis finansial Asia pada tahun 1998, Sritex kemudian menjadi semakin kuat dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya. Tahun 2001, pertumbuhan Sritex telah berkembang menjadi delapan kali lebih besar dibandingkan dengan tahun 1992 ketika pertama kali menjadi perusahaan tekstilgarment terpadu.krisis berikutnya, di tahun 2008 juga berhasil dilalui dengan selamat karena strategi pemasaran yang jitu dan dengan diversifikasi pasar yang berimbang antara pasar domestik dan internasional. Pada tanggal 17 Juni 2013, Sritex berhasil mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi PT. Sri Rejeki Isman, Tbk. (SRIL). Sejak tahun 2006 pucuk pimpinan tertinggi telah diserahkan pada Iwan S. Lukminto yang 1

4 telah terjun dalam manajemen perusahaan sejak 1997, hampir bersamaan waktunya dengan merebaknya finansial Asia merebak. Di bawah kepemimpinan Iwan yang menjadi Businessman of the Year menurut Majalah Forbes Indonesia, edisi Januari 2014 Sritex telah memiliki 9 pabrik spinning, 3 pabrik weaving, 3 pabrik dyeing/printing dan 7 pabrik garment. Berawal dari perusahaan dagang keluarga yang dioperasikan secara tradisional, kini Sritex telah berubah menjadi perusahaan modern yang mempekerjakan tenaga-tenaga profesional dari dalam negeri maupun dari manca negara seperti Korea Selatan, Filipina, India, Jerman maupun China. Sejumlah peritel besar dan modern termasuk H&M, Uniqlo dan Guess merupakan para pelanggannya. Pada 2013 juga, Sritex menggunakan dananya untuk mengakuisisi PT Sinar Pantja Djaja (SPD), sebuah perusahaan produksi benang, yang terletak di Semarang. 1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi produsen tekstil dan garment terbesar, bereputasi paling baik dan paling terpercaya. Misi Menghasilkan produk-produk paling inovatif sesuai dengan keperluan dan kebutuhan pelanggan. Menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan dan pertumbuhan untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Menyediakan dan memelihara lingkungan pekerjaan yang kondusif bagi seluruh karyawan. Memberikan kontribusi dan peningkatan nilai bagi masyarakat sekitar. Trilogi 1. Perusahaan adalah sawah ladang kita bersama 2. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini. 3. Kita terikat sebagai keluarga besar Sritex yang mengutamakan persatuan dan kesatuan. 2

5 Tri Dharma 1. Melu Handarbeni (Ikut Merasa Memiliki) 2. Melu Hangrungkebi (Ikut Bertanggung Jawab) 3. Mulat Sariro Hangrosowani (Selalu Mawas Diri) Kebijakan Mutu Sritex adalah perusahaan tekstil-garment terpadu yang menghasilkan produk: Sesuai dengan persyaratan pelanggan Mengutamakan kepuasan pelanggan Menyerahkan produk tepat waktu Selalu melakukan perbaikan secara berkesinambungan 1.3 Sritex Milestone Gambar 1.1 Milestone PT. Sri Rejeki Isman, Tbk. 3

6 1.4 Lokasi Sritex dan SPD Gambar 1.2 Lokasi Pabrik Sritex dan SPD Gambar 1.3 (a) Lokasi Pabrik PT. Sri Rejeki Isman, Tbk., (b) Lokasi Pabrik PT. Sinar Pantja Djaja (SPD) 1.5 Proses dan Hasil Produksi Setiap Divisi Alur pasokan tekstil dan garment global ditandai oleh empat proses produksi utama: pemintalan benang (spinning), proses tenun kain (weaving), pembuatan kain jadi (finishing) dan pakaian jadi (garment). Proses pemintalan benang menggunakan sumber daya alam (seperti kapas) dan serat sintetis (seperti rayon dan polyester) sebagai input untuk menciptakan benang. Setelah itu benang tersebut ditenun menjadi greige (kain mentah) dalam proses tenun (weaving). Dalam proses pembuatan kain jadi (finishing), greige tersebut diolah secara fisik dan kimia sehingga berubah menjadi berbagai kain jadi yang siap untuk dijual sebagai produk konsumen atau diproduksi dalam pakaian. Sementara proses pembuatan pakaian jadi biasanya melibatkan proses pemotongan dan penjahitan kain hingga menjadi bentuk yang diinginkan. 4

7 Gambar 1.4 (a) Pemintalan Benang (Spinning), (b) Proses Tenun Kain (Weaving) Divisi Spinning terdiri dari sembilan pabrik yang didukung oleh ring spindles. Total kapasitas produksi adalah bal benang per tahun (2013). Proses penenunan atau weaving adalah proses untuk mengubah benang menjadi greige. Divisi Weaving terdiri dari mesin tenun atau loom. Total kapasitas produksi mencapai 149 juta meter greige per tahun (2013). Gambar 1.5 (a) Pembuatan Kain Jadi (Finishing), (b) Pembuatan Pakaian Jadi (Garment) Proses finishing terutama terdiri dari dua proses, yaitu pencelupan dan pencetakan. Divisi Finishing terdiri dari 3 lini produksi dyeing, 9 rotary printing machines, 12 jet dyeing machines, 9 stenter machines. Total kapasitas produksi mencapai 120 juta yard per tahun (2013). Produksi Divisi Garment didahului oleh proses desain. Divisi Garment terdiri dari 8 pabrik yang didukung oleh mesin jahit dengan kapasitas produksi 12 juta potong per tahun (2013). 5

8 BAB 2 DASAR TEORI Forces Model Michael E. Porter Pemodelan Porter s 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter s 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Terdapat lima kekuatan bersaing, yaitu : Masuknya pesaing baru Ancaman dari produk pengganti (subtitusi) Kekuatan penawaran dari pembeli Kekuatan penawaran dari pemasok Persaingan diantara perusahaan yang ada Jadi jelas bahwa persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada persaingan diantara para pesaing yang ada tetapi gabungan dari kelima kekuatan bersaing itu yang akan menetukan kemampuan perusahaan di dalam suatu industri untuk memperoleh keuntungan. Gambar 2.1 Lima kekuatan bersaing pada 5 Forces 6

9 Masuknya Pesaing Baru Pendatang baru akan menambah tingkat kompetisi dalam suatu industri. Masuknya pendatang baru kedalam suatu industri tergantung pada hal-hal berikut: Loyalitas pelanggan Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap produk akan terus menggunakan produk dari industri. Diferensiasi produk Diferensiasi produk artinya perusahaan mempunyai identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan yang disebabkan oleh iklan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk atau karena merupakan perusahaan pertama yang memasuki industri. Biaya investasi Kebutuhan investasi yang besar menciptakan penghalang untuk masuk ke suatu industri. Biaya beralih pemasok (switching cost) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan pendatang baru untuk beralih dari suatu pemasok ke pemasok yang lain akan menciptakan penghalang untuk masuk. Akses ke saluran distribusi Mendapatkan jalur distribusi pelanggan dan jalur pemasok yang tepat adalah tantangan bagi setiap pendatang baru. Kebijakan pemerintah Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan jaringan bisa merupakan salah satu hambatan untuk masuk. Kekuatan Penawaran Pembeli Daya tawar pembeli pada industri berperan dalam menekan harga, serta memberikan penawaran dalam peningkatan kualitas ataupun layanan lebih, dan menciptakan persaingan antar kompetitor. Pembeli memiliki daya tawar yang kuat apabila memenuhi beberapa hal sebagai berikut : Kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar. Produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Sehingga pembeli yakin akan menemukan penjual alternatif yang memberikan penawaran lebih baik. Pembeli menghadapi switching cost yang kecil. Hal ini salah satunya 7

10 dialami apabila switching cost ditanggung oleh penjual. Pembeli mempunyai informasi lengkap mengenai suatu produk. Seperti informasi tentang permintaan, harga pasar yang aktual, dan bahkan biaya yang dikeluarkan penjual sehingga posisi tawar-menawar menjadi lebih kuat. Ancaman Produk Atau Jasa Pengganti Adanya produk atau jasa pengganti akan membatasi jumlah laba potensial yang akan didapat dari suatu industri, diantaranya : Layanan produk pengganti. Produk pengganti mudah didapatkan. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pula pembatasan laba dari suatu industri. Kekuatan Penawaran Pemasok Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap pembeli dalam industri dengan cara menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang dibeli. Kondisi-kondisi yang membuat posisi pemasok kuat cenderung menyerupai kondisi yang membuat pembeli kuat. Pemasok memiliki posisi yang kuat apabila : Pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terpusat pada industri dimana mereka menjual. Tidak terdapat produk pengganti lain yang dijual pada suatu industri. Industri bukan satu-satunya tempat pemasok menjual produknya. Apabila suatu industri bukan merupakan pelanggan utama dari suatu pemasok maka kecenderungan pemasok dapat memaksakan kekuatannya pada industri tersebut. Produk pemasok sangat penting demi keberhasilan proses pembuatan atau kualitas dari produk yang dihasilkan pembeli. Switching cost yang dibutuhkan untuk beralih ke produk pemasok tidak besar. Kelompok pemasok melakukan integrasi maju pada suatu industri. Persaingan Diantara Perusahaan yang Ada Kompetitor dalam hal ini adalah pemain yang menghasillkan serta menjual produk sejenis, yang akan bersaing dalam memperebutkan marketshare. Intensitas persaingan akan tinggi apabila : 8

11 Jumlah pesaing yang seimbang. Banyaknya pemain dengan kekuatan masingmasing tentu saja akan meningkatkan intensitas persaingan dalam kompetisi. Pesaing yang beragam. Pesaing mempunyai strategi beragam, asal-usul, karakteristik serta tujuan dan strategi bersaing yang berlainan. Pertumbuhan industri yang lamban, akan mengubah persaingan menjadi ajang perebutan pangsa pasar untuk perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan ekspansi. Kurangnya diferensiasi produk. Ketika suatu produk atau jasa dipandang sebagai komoditas, maka pilihan oleh pembeli banyak didasarkan atas harga dan pelayanan, dan desakan untuk persaingan harga dan pelayanan yang tajam dapat terjadi. Biaya tetap. Biaya tetap yang tinggi menciptakan tekanan yang besar terhadap semua perusahaan untuk mengisi kapasitas yang sering kali menyebabkan penurunan harga yang cepat pada saat terjadi kapasitas berlebih. 2.2 SWOT Analysis Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut Kotler (2009: 51) Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threaths) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Menurut Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT merupakan pendekatan dari Strenghts, Weakness, Opportunity, and Threats, yang dapat diterjemahkan menjadi : Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut sering disingkat menjadi KEKEPAN. 9

12 Gambar 2.2 Swot Analysis Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah sebagai berikut : Strength faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dapat berupa sumber daya, keahlian, atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier. Weakness Faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dapat berupa fasilitas yang tidak lengkap, kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran dan citra perusahaan. Opportunity Faktor eksternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan persaingan, perubahan teknologi dan perkembangan hubungan supplier dan buyer. Threat faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power daripada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru. 10

13 Pola pikir pendekatan analisa SWOT ini di bagi menjadi 3 aspek. Adapun ketiga aspek dalam analisa SWOT ini adalah terdiri dari : Aspek Global Dalam aspek global ini kita harus mengetahui SWOT atau KEKEPAN kita yang berkaitan dengan aspek global, aspek yang bersifat garis besar, yang kadangkadang bersifat internasional serta tidak jarang bernuansa religius. Aspek Strategis Aspek strategi ini merupakan penjabaran yang lebih rinci kedalam rencana kerja yang lebih bersifat jangka menengah (biasanya 5 tahunan) guna merealisasikan apa yang sudah dirumuskan oleh rencana global di atas. Aspek Operasional Aspek operasional merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau bahkan kurang dari setahun. Rencana operasional ini akan menjabarkan secara operasional serta rinci terhadap rencana strategi Pilar Strategi 4 Keunggulan dari pilar strategi ini merupakan penyusun dari keunggulan kompetitif yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi perusahaan yang khusus/berbeda dari kompetitor dan kinerja yang superior untuk mencapai keunggulan kompetitif. Gambar Pilar Strategi 11

14 Gambar 2.4 (a) Dampak 4 Pilar Strategi Terhadap Unit Cost dan Price, (b) Pengaruh Kualitas Terhadap Profit Efisiensi Efisiensi adalah ratio outputs/inputs. Efisiensi ditentukan terutama oleh produktivitas SDM yang biasanya diukur dari output per satuan pekerja. Produk bermutu adalah produk yang berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Inovasi Inovasi adalah menemukan sesuatu yang baru dalam operasi atau pembuatan produk, meliputi kemajuan dalam pembuatan produk, sistem manajemen, struktur organisasi, dll. Inovasi merupakan pilar keunggulan kompetitif paling penting, karena menciptakan keunikan perusahaan. Kualitas Kualitas suatu produk atau jasa harus menjadi suatu daya tarik bagi konsumen, selain semakin banyak konsumen yang akan datang, brand loyalty juga akan terbentuk apabila suatu perusahaan memiliki kualitas barang dan jasa yang baik dan dikenal banyak orang. Respon terhadap pelanggan (Customer Responsiveness) Customer responsiveness (CR) adalah kemampuan mengenali dan memuaskan keinginan pelanggan. Superior quality dan inovasi adalah bagian integral dari superior customer responsiveness. Salah satu aspek penting dari CR ialah CR-time yaitu waktu yang diperlukan untuk menyediakan/mengantar barang atau melaksanakan servis. Aspek lain dari CR yang semakin berkembang ialah customization, yaitu memproduksi barang sesuai keinginan individual atau kelompok pelanggan. 12

15 BAB 3 ANALISA STRATEGI MANAJEMEN Forces Analysis Pada PT. Sri Rejeki Isman, Tbk., dilakukan analisa 5 forces yang menghasilkan : 1. Masuknya pesaing baru Terdapat ancaman dari para pesaing baru bagi perusahaan ini, yang menyebabkan ancaman ini kuat, diantaranya: Ada banyak pemodal baru yang sanggup memenuhi persyaratan modal dan barrier masuk industri ini dikarenakan margin keuntungan yang tinggi untuk industri ini. Permintaan pasar terhadap pakaian yang merupakan produk turunan Garment juga besar sehingga grafik permintaan bahan mentah dalam industri ini semakin naik. Perusahaan dalam industri ini sedang melakukan ekspansi usaha, baik untuk memproduksi rayon, kapas, polyester dan benang maupun ekspansi produk turunannya (Industri Hilir). Pesaing baik nasional maupun internasional dapat memilih dengan mudah darimana mereka membeli bahan baku, karena bahan baku seperti kapas sebagai input untuk menciptakan benang dapat diperoleh dari beberapa Negara seperti Tiongkok, Australia, Timur Tengah dan Amerika Serikat. Mengingat struktur pasar produk tekstil adalah persaingan sempurna dan adanya produsen dari negara Myanmar, China, Vietnam yang memiliki performa lebih baik dalam hal waktu produksi yang lebih singkat dan waktu pengiriman lebih cepat dan tepat. Dengan demikian, kehadiran mereka patut diperhitungkan walaupun hasil produksi mereka dalam arti kualitas produk tekstil yang dihasilkan mereka masih dibawah hasil produk tekstil PT. A ataupun PT. B, maka hasil produksi mereka banyak mengarah pada pasar 13

16 menengah kebawah seperti pemasaran ke negara India, Turki, Agfanistan,Colombo, Srilangka dan Afrika. Setiap transaksi pasar tidak memiliki pengaruh dominan terhadap harga pasar, tetapi ditentukan oleh jenis, kualitas dan desain produk tekstil yang akan dijual. Ancaman pendatang baru ditentukan oleh skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya pengalihan, akses ke saluran distribusi, keunggulan relatif dan kebijakan pemerintah. Dalam struktur biaya tetap yang paling besar (fixed cost) ialah depresiasi dan nilai mesin serta kelengkapannya. Dalam kondisi perekonomian sekarang ini sampai dua tahun kedepan ancaman pendatang baru diduga relatif kecil dan dapat diantisipasi dengan cara segera mengisi produk tekstilnya dipasar Internasional untuk meningkatkan pangsa pasar barang impor di negara yang dituju dan meningkatkan akses kesaluran distribusi sehingga akan menjadi barrier to entry bagi pemasok asing (produk barang impor milik perusahaan asing). 2. Kekuatan penawaran dari pembeli Sritex memiliki jaringan dan pelanggan internasional yang terdiversifikasi, Dari 212 negara dunia, Sritex mampu berpenetrasi hingga ke 55 negara. Dengan memiliki basis pelanggan yang kuat di 55 negara tersebut, Sritex memiliki kekuatan dalam menghadapi penawaran dari pembeli Gambar 3.1 Negara-Negara Pelanggan Sritex 14

17 Ditentukan oleh jumlah pemasok, ciri produk, biaya pengalihan, nilai produk dalam struktur biaya pembeli, kesempatan integrasi kebelakang, tingkat kepentingan kualitas produk bagi pembeli dan informasi yang dimiliki pembeli. Intensitas kekuatan tawar menawar pembeli pada industri tekstil termasuk kategori "sedang" karena: a. Tergantung pada besarnya keuntungan yang diperoleh pembeli. b. Tingkat kepentingan kualitas produk bagi pembeli masih rendah. Sekalipun perusahaan pembeli tersebut berbasis dinegaranya seperti Hongkong, Jeddah, Jepang tapi mereka juga memiliki kantor cabang di beberapa negara lainnya, disamping itu barang yang dibeli dari Perusahaan Tekstil tidak terbatas untuk tujuan negara tersebut, melainkan dapat ke negara Eropa dan negara lainnya. Importir-importir tersebut merupakan agen pembelian dan mereka memiliki agen penjualan. Selain itu mereka juga mempunyai jaringan pemasaran dan lebih aktif mencari pasar sasaran untuk produksi yang diimpornya. Hal tersebut menguntungkan Perusahaan yang memiliki jaringan yang luas diluar negeri tetapi untuk pengembangan pemasaran dan peningkatan pangsa pasar harus mulai dilakukan pemasaran secara langsung terutama pada konsumen industri (garmen), sehingga perusahaan tekstil dapat mengurangi ketergantungan terhadap para agen atau distributor, selain itu posisi para agen dan distributor dapat dikendalikan oleh perusahaan. Distributor terbesar Perusahan Tekstil Indonesia ialah Monash yang berkantor pusat di Dubai, pasar utamanya adalah Dubai, Jerman dan Perancis. Sedangkan distributor lainnya adalah Castel yang berkantor pusat dinegara Jepang tapi pengiriman barangnya selalu kenegara Eropa dan Timur Tengah seperti Jerman, Perancis, Dubai dan Jeddah.. Distributor ketiga besar adalah SGR yang berkantor pusat di Paris. Posisi mereka dipasar sangat membantu Perusahaan Tekstil karena selain membeli produk tekstil dari Perusahaan mereka juga berfungsi sebagai distributor yang mengatur siklus hidup produksi suatu jenis kain pada booking season tertentu. Sehingga setiap pedagang dipasar internasional yang membeli barang dari mereka akan mendapatkan dua keuntungan dalam arti keuntungan jaminan mutu dan desain produk tekstil 15

18 3. Ancaman produk pengganti Ditentukan oleh produk yang memiliki fungsi yang sama, perkembangan teknologi, tingkat harga produk substitusi, Ancaman barang substitusi pada lingkungan industri tekstil termasuk dalam kategori sedang. Khusus untuk pasar negara India dan Afrika bila ada produk tekstil yang memiliki desain yang sama, maka produk substitusi yang berharga murah yang lebih mudah dipasarkan. Bahan baku substitusi untuk produk tekstil pasar negara Amerika, Jerman, Perancis dan Inggris relatif hampir tidak ada. Karena distributor sangat menekankan keutuhan kontruksi dan material kain yang selalu diikuti dari saat diperkenalkan, dipesan dan pada saat pengiriman. Sehingga bila ada perbedaan kontruksi kain sebaiknya diinformasikan terlebih dahulu Perilaku konsumen negara - negara tersebut sangat mengutamakan keterbukaan dari pihak produser. 4. Kekuatan penawaran dari pemasok Sritex memerlukan bahan baku, terutama rayon, kapas, polyester dan benang untuk proses produksinya. Sekitar 57% dari bahan baku Sritex adalah rayon, sementara kapas dan polyester memberikan kontribusi sekitar 21%, dan 22%. Khusus untuk kapas, 100% dari kebutuhan Sritex didatangkan dari luar negeri, yaitu Tiongkok, Australia, Timur Tengah dan Amerika Serikat. Dengan cukup banyaknya sumber pemasok bahan baku, Sritex mempunyai kekuatan untuk menekan harga pemasok. Gambar 3.2 Rincian Bahan Baku Sritex 16

19 5. Persaingan antar perusahaan sejenis Di dalam negeri, ekspor tekstil Indonesia juga menunjukkan peningkatan siginifikan pasca krisis ekonomi. Dari hanya 4,1% CAGR (Compound Annual Growth Rate) pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia, melonjak signifikan menjadi 12,0% CAGR selama tahun Kondisi makro ekonomi yang kuat, produk dan layanan yang berkualitas mendorong pertumbuhan yang signifikan tersebut. Dengan semakin meningkatnya jumlah ekspor tekstil Indonesia, menunjukkan bahwa persaingan antar industri tekstil semakin kuat, dan tergantung pada kemampuan dan strategi perusahaan untuk dapat tetap menjalankan operasi usahanya dalam industri tersebut SWOT Analysis Gambar 3.3 (a) Ekspor Tekstil Global, , (b) Ekspor Tekstil Indonesia,

20 Pilar Strategi Efisiensi Dengan pengembangan produk baru dilakukan dengan diciptakan berbagai macam jenis kain baru untuk mengisi pasar, operator mesin weaving ditingkatkan keahlian-nya dalam menangani dan mengoperasikan mesin, sehingga selain dapat menangani mesin dengan lebih baik juga menghasilkan mutu produk yang semakin baik serta meningkatkan efisiensi juga kemampuan seorang operator untuk menangani, mengoperasikan dan memantau beberapa mesin sekaligus akan meningkatkan efisiensi produksi. Inovasi Sejalan dengan strategi efisiensi, perusahaan melakukan pengembangan produk baru yang dilakukan dengan menciptakan berbagai macam jenis kain baru untuk mengisi pasar. Kualitas Kualitas produk yang dihasilkan memenuhi standar Amerika dan Eropa, sehingga kualitas produknya dapat diakui sebagai komoditas ekspor yang bertaraf Internasional. Respon terhadap pelanggan (Customer Responsiveness) Untuk cara pemasaran ekspor selain secara langsung kepada distributor dirintis pula kepada agen baik yang mempunyai perwakilan di Indonesia maupun yang ada diluar negeri dengan cara melakukan penetrasi pasar terutama dipasar internasional dengan dasar keunggulan bersaing seperti: produk tekstil mengandung keistimewaan daya tahan, gaya, rancangan serta pelayanan dengan kemudahan dan ketepatan waktu pengiriman untuk tujuan memenuhi kepuasan pelanggan. 18

21 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan dari PT. Sri Rejeki Isman, Tbk., dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Kompetisi perusahaan dengan kompetitor dalam industri ini sangat kuat walaupun kadang menjadi lemah dikarenakan bahan baku yang sebagian besar bergantung dari luar negeri. Perusahaan harus siap dalam menanggapi kompetisi di setiap lini usaha, baik di level global maupun domestik. Selain itu belum terdaftarnya Indonesia sebagai anggota Trans-Pacific Partnership, membuat tingginya hambatan bagi perusahaan untuk menembus pasar Amerika dan Uni Eropa. Perusahaan diuntungkan dengan sudah menjadi perusahaan yang sudah terintegrasi. Dengan sistem terintegrasi, berarti perusahaan dapat melakukan pengawasan seluruh proses produksi sehingga dapat memastikan kualitas dan konsistensi produksi, kemudian perusahaan juga memungkinkan untuk mengefisiensi struktur biaya dengan skala ekonomis dan biaya transportasi yang lebih rendah, perusahaan juga mempunyai kemampuan untuk menetapkan harga jual yang lebih kompetitif. Adapun saran bagi sritex untuk dapat mengembangkan perusahaannya, diantaranya: Melakukan ekspansi usaha ke luar negeri, dengan mempertimbangkan transportation cost dari bahan baku yang mayoritas diimpor dari luar negeri, dan juga negara yang memiliki upah buruh yang cenderung tidak terlalu berbeda dengan Indonesia. 19

22 DAFTAR PUSTAKA 1. USDA, PEFINDO divisi Valuasi Saham & Indexing; 2. World Trade Organization; 3. Laporan Keuangan PT.Sri Redjeki Isman tahun IDX. (2015), Equity Research PT. Sri Rejeki Isman, Tbk. (SRIL). t/announcementstock/exchange/peng-00004_bei- PNG_ER_ pdf. ( ) 5. Hill. Charles W. L., Jones. Gareth R. (2012). Essentials of Strategic Management. Mason: South-Western Cengage Learning. 20

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport Mata Kuliah : Manajemen Strategik Dosen : Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng Disusun oleh : Vicky Harseno (01-2014-093) Pito Fibriyanto (01-2014-097) Melissa

Lebih terperinci

Analisa Strategi Manajemen pada Perusahaan AimFood Indonesia

Analisa Strategi Manajemen pada Perusahaan AimFood Indonesia Analisa Strategi Manajemen pada Perusahaan AimFood Indonesia Mata Kuliah : Manajemen Strategik Dosen : Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng Disusun oleh : Vicky Harseno (01-2014-93) PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007 BAB 3. PORTER 5 FORCES Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih unggul akan mampu menarik perhatian para konsumen dan dapat bertahan

BAB I PENDAHULUAN. lebih unggul akan mampu menarik perhatian para konsumen dan dapat bertahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang pesat memunculkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Terlebih pada era globalisasi sekarang ini, sangat memungkinkan persaingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertumbuhan industri baja saat ini sedang tumbuh dengan cepat (fast growing), seiring meningkatnya konsumsi baja nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang : konsep strategi, manajemen strategi, analisis faktor internal dan eksternal serta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Textil merupakan salah satu komoditas ekspor andalan bagi Indonesia. Banyaknya permintaan akan textile dari Negara-negara seperti Amerika, German, atau bahkan Eropa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Suatu perusahaan yang bergerak dalam sebuah industri hampir tidak ada yang bisa terhindar dari persaingan. Setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

Sri Rejeki Isman, Tbk

Sri Rejeki Isman, Tbk Equity Valuation Sri Rejeki Isman, Tbk Laporan Utama 21 Januari 2015 Target Harga Terendah Tertinggi 248 280 Tekstil dan Garmen Property Kinerja Saham IHSG 5.400 SRIL 350 5.200 300 5.000 250 4.800 200

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas mulai diberlakukan pada tahun 2003 untuk kawasan ASEAN dan pada tahun 2020 untuk seluruh dunia. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan

Lebih terperinci

BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING

BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING 4.1 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA Lingkungan usaha yang akan diindentifikasi dalam penelitian ini adalah lngkungan usaha dari industri radio trunking.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah Penulis melakukan analisis terhadap lingkungan industri yang dihadapi oleh Dewi Sambi Tenun dan Perancangan saluran distribusi multi channel Marketing,

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kini perkembangan dunia industri di Indonesia semakin maju, hal ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

Teori Perdagangan Internasional

Teori Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Kompetitif Michael Porter 1990 Tugas Mata Kuliah Sistem Jaringan Bisnis Internasional Dosen : Dr. Teddy Oswari Oleh : Ifadah Amalia (92210047) Suko Retno

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Definisi Perusahaan Perusahaan adalah badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum yang menjalankan perdagangan barang atau jasa dengan tujuan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam maupun sumber daya manusia. Kedua sumber itu sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. alam maupun sumber daya manusia. Kedua sumber itu sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa memerlukan sumber daya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kedua sumber itu sangat penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH

Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH Pemasaran dan Nilai Pelanggan Inti dari pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen Sasaran dari setiap bisnis adalah menghantarkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema

Lebih terperinci

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL LINGKUNGAN EKSTERNAL Lingkungan di luar perusahaan Sifat uncontrollable Identifikasi Peluang dan Ancaman Jenis: 1. Lingkungan Jauh 2. Lingkungan Dekat FUNGSI ALE

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori untuk pemecahan masalah yang akan dilakukan. Oleh karena itu pada bagian dibawah ini akan dikemukakan teori teori yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan industri otomotif di Indonesia dalam beberapa tahun ini berkembang dengan sangat pesat dan diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk tetap bisa bersaing dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Pemasaran Menurut Paul D. Converse, Harvey W. Huegy dan Robert V. Mitchell, dalam bukunya Elements of Marketing menyatakan bahwa marketing didefinisikan sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan di era global perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. HM. Sampoerna,Tbk. di masa yang akan datang akan tetap fokus pada bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu Dji Sam Soe dan

Lebih terperinci

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG Oleh : Ermina Miranti 1 Meskipun tak putus didera masalah, hingga saat ini Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia masih memainkan

Lebih terperinci

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL Pengertian Globalisasi Kata globalisasi dari bahasa Inggris globalization. Global berarti universal yang mendapat imbuhan - lization yang bisa dimaknai sebagai proses.

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 : ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI

PERTEMUAN 9 : ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI PERTEMUAN 9 : ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Memahami dan menjelaskan tentang ancaman masuk pendatang baru dan persaingan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia, apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh Danareksa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat dalam memperebutkan pasar membuat perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau mengembangkan bisnisnya. Keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dewasa ini, kebutuhan manusia di seluruh dunia terus berkembang. Ini ditandai dengan sangat bervariasinya kebutuhan dan keinginan manusia yang berbeda -beda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Stanton dalam Tambajong (2013:1293), pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK 1 STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK Oleh RetnoPutri Nanda (e-mail : retnotujuhbelas@gmail.com) Pembimbing : TitinEkowati, S.E.,M.Sc (e-mail

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV diketahui bahwa: 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan pendatang baru yang belum memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang dapat menyediakan produk atau jasa berkualitas. Sehingga perusahaan dituntut untuk terus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Menurut David (2008) strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas saat ini, batasan-batasan perdagangan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas saat ini, batasan-batasan perdagangan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era perdagangan bebas saat ini, batasan-batasan perdagangan menjadi semakin tipis. Seperti dikatakan salah satu guru pemasaran Asia, Kehnichi Ohmae,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat jumlah penduduk yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara berpenduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan dalam segala bidang usaha semakin ketat, seperti dalam bidang ekspor impor, pariwisata, pertanian, tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada prosesnya itu sendiri membutuhkan berbagai macam media pendukung agar

BAB I PENDAHULUAN. pada prosesnya itu sendiri membutuhkan berbagai macam media pendukung agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil merupakan salah satu industri unggulan yang banyak diminati baik oleh pasar nasional maupun internasional. Industri tekstil, dimana pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber daya manusia nya. Keberhasilan perusahaan diukur oleh kemampuan perusahaan mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam menganalisa, kami menggunakan data dengan pengumpulan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Wawancara Dengan cara ini, penulis melakukan tanya jawab dengan bagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN 4.1 Faktor Strategi Eksternal 4.1.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Penentuan faktor strategi eksternal bertujuan untuk mengetahui berbagai peluang serta ancaman

Lebih terperinci

Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id

Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id Fitria Ekarini Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatikation Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Yield Management Internet telah menyebabkan banyak perusahaan untuk mempertimbangkan kembali model bisnis mereka saat ini dan mengevaluasi bagaimana untuk menangkap potensi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan dalam dunia manufaktur dan bisnis, kebutuhan untuk waktu pelayanan konsumen yang semakin cepat dalam memenuhi demand menjadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kotler dan Armstrong (2008:10), Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication 2

Integrated Marketing Communication 2 Modul ke: 03Fakultas Eppstian Fakultas Ilmu Komunikasi Integrated Marketing Communication 2 Analisis Situasi Pasar dengan Model Michael Porter, GE Matrix, dan Product Life Cycle (PLC) Syah As ari, M.Si

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Manajemen Strategi Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 24 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Critical Success Factors 1. Pengertian Critical Success Factors Perusahaan berada dalam lingkungan bisnis harus menggunakan manajemen stratejik untuk

Lebih terperinci

Sumberdaya manusia merupakan asset terpenting yang harus diiliki oleh. suatu organisasi. Sumberdaya manusia yang berkualitas dengan segala kompetensi

Sumberdaya manusia merupakan asset terpenting yang harus diiliki oleh. suatu organisasi. Sumberdaya manusia yang berkualitas dengan segala kompetensi 1.1. Latar Belakang Sumberdaya manusia merupakan asset terpenting yang harus diiliki oleh suatu organisasi. Sumberdaya manusia yang berkualitas dengan segala kompetensi yang dimiliinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan 14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mampu bersaing dan berkompetisi. Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi perusahaan sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK S. Marti ah / Journal of Applied Business and Economics Vol. No. 1 (Sept 2016) 26-4 KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK Oleh: Siti Marti ah Program Studi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diberikan pada penelitian ini merupakan jawaban dari perumusan masalah yang terdapat pada Bab 1. 1. Persepsi Konsumen Terhadap Produk DONATELLO

Lebih terperinci

Farah Esa B

Farah Esa B ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENILAIAN KINERJA (Studi Kasus pada RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Kab. Wonogiri) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

STRATEGI INTERNASIONAL

STRATEGI INTERNASIONAL STRATEGI INTERNASIONAL Strategi internasional adalah penjualan produk di pasar-pasar yang berada di luar pasar domestik perusahaan. Salah satu alasan diterapkannya strategi internasional adalah bahwa pasar

Lebih terperinci

9 Perencanaan Strategik Sistem Teknologi Informasi

9 Perencanaan Strategik Sistem Teknologi Informasi Information System Strategic Design 9 Perencanaan Strategik Sistem Teknologi Informasi Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com 1. Tahapan dari perencanaan

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Perubahan lingkungan industri dan peningkatan persaingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil 6 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil Industri kecil menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1997) adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Rumusan Masalah. 1. Bagaimana profil singkat PT.Indah Jaya. 2. Bagaimana Jenis Produk PT.Indah Jaya. a. Handuk. b. Garment. c.

Bab 1 PENDAHULUAN. Rumusan Masalah. 1. Bagaimana profil singkat PT.Indah Jaya. 2. Bagaimana Jenis Produk PT.Indah Jaya. a. Handuk. b. Garment. c. Bab 1 PENDAHULUAN Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA A. Analisis Daya Saing Konveksi Semar Daya saing merupakan suatu konsep perbandingan kemampuan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai dengan adanya mesin-mesin pembuat kain, baik yang menggunakan sistem rajut maupun dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema

Lebih terperinci

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari Strategi E-Commerce 1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Yaitu metode yang meninjau peluang dan ancaman dari luar dan menghubungkannya dengan kekuatan dan kelemahan internal. Analisis

Lebih terperinci