ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON
|
|
- Hendra Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON 2017 Claudia E. Horimu*, Odi R Pinontoan*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pestisida adalah semua zat kimia/bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman serta hasil pertanian memberantas dan mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP) tahun 2003 menunjukkan bahwa 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di sektor pertanian. Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara berkembang yaitu sebanyak diantaranya berakibat fatal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida tanaman hortikultura di Perkebunan Wawo di Kota Tomohon Jenis penelitian ini adalah observasional analitik berbaasis laboratorium. Kadar cholinesterase darah didapatkan dari hasil menggunakan alat ukur Tintometer Kit. Sampel diambil secara purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah 34 petani. Hasil penelitian menunjukkan dari pemeriksaan menggunakan alat ukur Tintometer Kit di Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Kota Manado terdapat 28 responden (82%) memiliki kadar cholinesterase normal yaitu 9 responden yang memiliki kadar cholinesterase 87,5% dan 19 responden memiliki kadar cholinesterase 100% dan 6 responden (18%) mengalami keracunan ringan. Dapat disimpulkan Bagi petani yang memiliki keracunan ringan untuk beristirahat selama 2 minggu, kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan ulang dan perlu adanya penyuluhan tentang penggunaan pestisida dengan baik dan benar dan dampak dari penggunaan pestisida dan pemakaian alat pelindung diri untuk meminimalisasi resiko terpaparnya pestisida pada petani. Kata Kunci: Kadar Cholinesterase, Petani Penyemprot Pestisida ABSTRACK Pesticides are all chemicals/other substances with microorganisms and viruses used to extirpate or prevent pets and disease which damaging the plants and agricultural product extirpate and prevent animals include insects that can cause the disease for human or animals.the data from WHO and UNEP program of 2003 showed that 1-5 milions cases of pesticide poisoning occured at the workers who work in agricultural sector. Most of the case of poisoning pesticide occured in developing countries as many as of them resulted in fatalities. The objective of this research is to measure the blood cholinesterase level in pesticide sprayer of horticulture plants at Wawo Plantation in Matani Tomohon City This type of research is analytic observational laboratory. The cholinesterase level obtained from the result of using measuring instrument Tintometer Kit. The sample taken by purposive sampling by using inclusive criteria and exclusive with total 34 farmers. The result of this research showed from the examination using measuring instrument Tintometer Kit at Hiperkes Hall and Work Health Manado was 28 respondents (82%) have normal cholinesterase are 9 respondents who have 87% cholinesterase level and 19 respondents have 100% cholinesterase and 6 respondents (18%) had light poisoning. Can be included for the farmers who have light poisoning to take a rest for 2 weeks and then re-checked and need counseling about the use of pesticides and the application of self-protector instrument to minimize the risk of pesticede exposure to the farmer. Keywords: Cholinesterase level, Pesticide Sprayer Farmer 1
2 PENDAHULUAN Penduduk Indonesia merupakan penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian petani sehingga Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara agraris atau negara yang penduduknya bekerja dengan berocok tanam. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang di olah survei angkatan kerja nasional (Sakernas), pertanian merupakan pekerjaan utama di Indonesia walaupun pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 tetapi bidang pertanian masih merupakan pekerjaan utama yang paling banyak di Indonesia yaitu berjumlah 38,97% (Bargumono, 2016) Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara para petani untuk membasmi hama tanaman dalam meningkatkan hasil panen dan kualitas tanaman yang tidak mudah rusak dengan tidak mempertimbangkan dampak kesehatan bagi konsumen, lingkungan serta petani itu sendiri. Pestisida adalah bahan racun namun dapat bermanfaat apabila cara penggunaannya dilakukan secara tepat dan benar. Secara ideal, semua pihak menghendaki bahwa teknologi pengendalian tidak menggunakan pestisida namun lepas dari semua dampak negatif yang ditimbulkannya, sampai saat ini belum ada teknologi pengendalian hama yang dapat mengendalikan organisme penganggu seefektif dan secepat pestisida (Hasibuan, 2015). Kontaminasi pestisida pada manusia yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan dampak negatif yaitu terkontaminasinya pestisida dalam tubuh yang tanda dan gejala awalnya dapat dirasakan oleh penderita dan juga dapat diamati oleh orang lain. (Djojosumarto 2008). Gejala-gejala yang ditimbulkan bervariasi sesuai dengan pestisida jenis apa yang digunakan dan gejala yang ditimbulkan seperti kehilangan berat badan, kehilangan keseimbangan tubuh, penglihatan kabur, sering lupa dan sulit berkonsentrasi (Conant dan Fadem, 2009). Kecamatan Tomohon Tengah merupakan salah satu kecamatan dari lima kecamatan yang ada di Kota Tomohon. Kecamatan Tomohon Tengah pada umumnya beriklim sejuk sehingga memiliki potensi untuk kesuburan tanah khususnya untuk pertanian hortikultura. Perkebunan Wawo merupakan perkebunan yang ada di Kelurahan Matani Kota Tomohon yang dipakai untuk menanam sayuran para petani menggunakan pestisida dengan metode aplikasi penyemprotan yang merupakan pekerjaan yang paling sering menimbulkan kontaminasi, baik kontaminasi melalui kulit, inhalasi ataupun yang lainnya. Berdasarkan hasil 2
3 wawancara banyak petani yang bekerja menggunakan pestisida tanpa memakai alat pelindung diri seperti masker, penutup hidung dan mulut, baju berlengan panjang, celana panjang, kaca mata, sepatu boot, dan topi. Sering juga ada keluhan sakit kepala, pusing dan susah tidur malam setelah bekerja menggunakan pestisida dengan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida tanaman hortikultura di Perkebunan Wawo Matani Kota Tomohon. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik berbasis laboratorium dengan pemeriksaan kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida dengan menggunakan alat Tintometer Kit. Penelitian ini dilakukan di Perkebunan Wawo Matani Kota Tomohon pada bulan Maret-Juni Populasi dalam penelitian ini sebanyak 91 orang yang berjenis kelamin lakilaki. Cara pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi dengan hasil sebanyak 34 responden. Data yang didapat dari hasil pemeriksaan di laboratorium diolah dengan menggunakan bantuan komputer. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis ini dapat menggambarkan kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida berdasarkan distribusi frekuensi dan persentasenya disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di Perkebunan Wawo Matani Kota Tomohon dengan jumlah sampel 34 Responden dengan menggunakan alat Tintometer Kit didapatkan hasil pemeriksaan kadar cholinesterase sebanyak 28 responden (82%) memiliki kadar cholinesterase normal dan 6 responden (18%) mengalami keracunan ringan. 3
4 Tabel 1. Hasil pemeriksaan uji kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida tanaman hortikultura dengan menggunakan alat ukur tintometer kit No. Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Darah Keterangan 1 100% Normal 2 87,5 % Normal 3 100% Normal 4 100% Normal 5 87,5 % Normal 6 87,5 % Normal 7 75% Keracunan Ringan 8 75% Keracunan Ringan 9 100% Normal 10 87,5 % Normal % Normal % Normal 13 87,5 % Normal % Normal % Normal 16 75% Keracunan Ringan % Normal % Normal % Normal 20 87,5 % Normal % Normal % Normal 23 75% Keracunan Ringan 24 75% Keracunan Ringan 25 87,5 % Normal % Normal 27 75% Keracunan Ringan % Normal % Normal 30 87,5 % Normal % Normal 32 87,5 % Normal % Normal % Normal Tabel 2. Distribusi Responden menurut kadar cholinesterase No. Kaar Cholinesterase n % % % Total % 4
5 a. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan di Perkebunan Wawo Matani Kota Tomohon yang dilakukan pada bulan April - Juni Responden pada penelitian ini keseluruhannya berjenis kelamin lakilaki sebanyak 34 petani. Hampir semua petani yang ada di Perkebunan Wawo Matani adalah petani penyemprot pestisida. Pada penelitian ini petani penyemprot pestisida di kategorikan dalam 5 kelompok umur yaitu umur tahun yaitu 2 responden, umur tahun yaitu 8 responden, umur tahun yaitu 8 responden, umur tahun yaitu 13 responden dan umur >66 tahun yaitu 3 responden. Masa kerja para responden yang paling banyak yaitu terdapat pada masa kerja 25 tahun yaitu 19 responden (58%) dan yang paling sedikit terdapat pada masa kerja > 25 tahun yaitu 15 responden (42%). b. Sebelum Penyemprotan Hasil wawancara yang dilakukan pada 34 petani serta pengisian lembar checklist, menunjukkan bahwa dari 34 responden sebelum melakukan penyemprotan terdapat 18 responden (53%) yang tidak menggunakan sarung tangan saat membuka kemasan pestisida dan 14 responden (41%) yang kadangkadang menggunakan sarung tangan. Dalam pencampuran pestisida para petani sebelum mengaplikasikan pestisida pada tanaman petani terlebih dahulu mencampurkan pestisida ke dalam wadah terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam alat penyemprot dengan menggunakan dosis yang telah di anjurkan. Pencampuran pestisida harus menggunakan pakaian/ peralatan pelindung diri salah satu contohnya menggunakan sarung tangan yang kedap air saat pencampuran pestisida karena saat pencampuran saat itu petani bekerja dengan konsentrat berkadar tinggi yang belum diencerkan (Djojosumarto, 2008) c. Saat Penyemprotan Hasil wawancara yang dilakukan pada 34 petani serta pengisian lembar checklist, menunjukkan alat pelindung diri yang paling banyak dipakai adalah topi yaitu 22 responden (65%), menggunakan celana panjang yaitu 18 responden (53%), menggunakan baju lengan panjang yaitu 17 responden (50%) dan yang menggunakan sepatu boot yaitu 15 responden (44%) sedangkan dalam penggunaan sarung tangan banyak petani yang tidak menggunakannya yaitu 20 responden (59%), tidak menggunakan masker yaitu 16 responden (47%) dan yang tidak menggunakan kacamata yaitu 30 responden (88%). Dalam melakukan penyemprotan pestisida seharusnya menggunakan alat pelindung diri untuk 5
6 meminimalisasi pestisida masuk dalam tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mufidah (2016) dengan judul hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan kadar cholinesterase darah pada petani hortikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa secara statistik menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dan kadar cholinesterase darah dengan nilai p-value sebesar 0,029. Cara untuk meminimalisasi masuknya pestisida dalam tubuh dan terhindar dari keracunan pestisida adalah menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap dan benar. Selain kontaminasi lewat kulit, tangan pernapasan dan mata keracunan karena partikel pestisida semprot yang terhisap melalui hidung merupakan salah satu kasus terbanyak yang pernah ada. Hasil wawancara yang dilakukan pada para petani di Perkebunan Wawo, para petani tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap karena ingin mencari mudah dan cepat saat bekerja, keterbiasaan sejak dulu, dan ketidaknyamanan dalam penggunaan alat pelindung diri. Saat penyemprotan dari 34 responden 6 reponden (18%) yang tidak memperhatikan arah angin saat penyemprotan dan 5 responden (15%) yang kadang-kadang memperhatikan arah angin saat penyemprotan. Berdasarkan wawancara dengan petani di Perkebunan Wawo Matani beberapa petani tidak memperhatikan arah angin dikarenakan agar waktu penyemprotan tidak terlalu lama dan bisa langsung searah dengan tanaman yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Osang (2016) dengan judul hubungan antara masa kerja dan arah angin dengan kadar cholinesterase darah pada petani padi pengguna pestisida di Desa Pangian Tengah Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow hasil yang didapatkan dari uji statistic dengan r= -0,479 dan p= 0,004 dengan α<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara arah angin dengan kadar cholinesterase darah. Memperhatikan arah angin sangatlah perlu diperhatikan saat penyemprotan karena akan mempengaruhin resiko keracunan akibat pestisida terhirup, mengenai mata atau kulit kita. Jika menyemprot pestisida dengan sembarangan tingkat keterpaparan pestisida akan semakin besar dan akan menyebabkan rendahnya kadar cholinesterase sehingga akan mempengaruhi kesehatan yang ada. d. Sesudah Penyemprotan Hasil wawancara yang dilakukan pada 34 petani serta pengisian lembar 6
7 checklist, menunjukkan bahwa yang menimbun wadah obat pestisida yang habis terpakai didalam tanah hanya 12 responden (35%) dan yang membersihkan diri setelah melakukan penyemprotan yaitu 32 responden (94%). Untuk memusnahkan wadah pestisida yang telah selesai digunakan sebaiknya dikumpulkan semua wadah obat yang telah habis terpakai kemudian buang, bakar wadah atau kemasan yang dari kertas dan plastik dan kemasan dari gelas sebaiknya dipecahkan terlebih dahulu sebelum dikubur agar wadah tersebut tidak digunakan untuk hal-hal lainnya seperti untuk tempat makanan dan minuman (Djojosumarto, 2008). e. Hasil Pemeriksaan Kadar Cholineterase Darah Berdasarkan hasil dari alat ukur Tintometer Kit yang dilakukan oleh Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Manado dari jumlah 34 sampel darah petani penyemprot pestisida diperiksa secara kualitatif terdapat kadar cholinesterase atau yang masih normal terdapat 28 responden (82%) para petani masih boleh terus bekerja namun perlu mengulangi pemeriksaan kesehatan dalam waktu dekat sedangkan petani yang memiliki kadar cholinesterase yang merupakan adanya keracunan ringan terdapat 6 responden (18%) para responden harus beristirahat selama 2 minggu dan tidak boleh bekerja dengan pestisida dan kemudian perlu mengulangi pemeriksaan kesehatannya (Suma mur 2009). Petani yang memiliki kadar cholinesterase 75% atau mengalami keracunan ringan terdapat 1 responden yang memiliki umur 40 tahun dengan masa kerja 25 tahun, 1 responden yang memiliki umur 43 tahun dengan masa kerja 20 tahun, terdapat 2 responden dengan umur berbeda yaitu 46 tahun dan 48 tahun namun masa kerja sama yaitu 25 tahun, 1 responden yang memiliki umur 63 masa kerja 7 tahun, dan 1 responden yang memiliki umur 64 tahun dengan masa kerja 21 tahun. Pada penelitian ini semakin bertambah umur dan masa kerja semakin lama tidak mempengaruhi kadar cholinesterase. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Martiana (2014) tentang pengaruh faktor karakteristik petani dan metode penyemprotan terhadap kadar kolinesterase bahwa hasil analisis yang didapat dengan menggunkan regresi linier didapatkan nilai signifikan 0,194 yang berarti tidak ada pengaruh antara umur dengan kadar kolinesterase. Pada hasil wawancara dengan petani di perkebunan Wawo umur juga tidak mempengaruhi kadar cholinesterase dikarenakan saat penyemprotan para petani tidak menggunkan alat pelindung 7
8 diri serta tidak memperhatikan arah angin sedangkan terdapat responden yang memiliki umur 69 tahun dan 70 tahun dengan masa kerja >45 namun masih memiliki kadar cholinesterase normal dikarenakan saat penyemprotan petani tersebut menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan selalu memperhatikan arah angin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiawan (2013) dengan judul faktor risiko cholinesterase rendah pada petani bawang merah didapatkan hasil yaitu p value sebesar 1,000 yang berarti p value lebih besar dari 0,05 (1,000>0,05) sehingga Ha ditolak dengan demikian tidak ada hubungan antara masa kerja dengan cholinesterase petani bawang merah. Sebanyak 6 petani yang mengalami keracunan ringan hal tersebut dikarenakan mulai pada saat membuka kemasaan pestisida, pembuatan larutan sampai saat penyemprotan pestisida petani tersebut saat penyemprotan 5 responden tidak memperhatikan arah angin dan 1 responden hanya kadang-kadang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparti, Anies dan Setiani (2016) tentang beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani bahwa faktor resiko terjadinya keracunan pestisida dikarenakan saat penyemprotan melawan arah angin dengan nilai p=0,039 (95% CI=0,132 0,867) dan OR 0,339 sehingga ada hubungannya antara cara penyemprotan dengan melawan arah angin dengan keracunan petisida. Berdasarkan wawancara kepada para petani 28 responden yang kadar cholinesterase normal, para petani saat penyemprotan rata-rata menggunakan alat pelindung diri hampir lengkap dan memperhatikan arah angin. Pemeriksaan cholinesterase darah memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat pemaparan akibat penggunaan pestisida. Pemeriksaan cholinesterase berguna untuk mendeteksi tingkat kontaminasi yang disebabkan oleh pestisida yang bekerja dengan cara menghambat enzim cholinesterase contohnya senyawa organofosfat dan karbamat. Dampak terhadap kesehatan dalam penggunaan pestisida secara terus-menerus akan mengakibatkan keracunan. Dampak dari penyakit kronis akibat pestisida yaitu kerusakan paruparu, kanker, kerusakan hati, kerusakan sistem saraf dan kerusakan sistem kekebalan (Conant dan Fadem, 2009). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Perkebunan Wawo Matani Kota Tomohon, dari 34 responden yang ada maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 28 responden (82%) memiliki 8
9 kadar cholinesterase dan terdapat 6 responden (18%) mengalami keracunan ringan. SARAN 1. Bagi petani yang memiliki keracunan ringan untuk beristirahat selama 2 minggu, kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan ulang. 2. Perlu adanya penyuluhan tentang penggunaan pestisida dan pencegahan dampak penggunaan pestisida harus ditingkatkan agar masyarakat tetap terjamin kesehatannya. 3. Perlu adanya pemeriksaan cholinesterase selanjutnya secara rutin kepada para petani minimal satu tahun sekali. 4. Saat melakukan penyemprotan harus menggunakan alat pelindung diri (masker) DAFTAR PUSTAKA Bargumono, H Pertanian Organik Solusi Alternatif Pertanian. Yogyakarta: Global Pustaka Utama Budiawan, AR Faktor Risiko Cholinesterase Rendah pada Petani Bawang Merah. Jurnal KEMAS 8 (2): 203. (Online) ( ex.php/kemas) (diakses tanggal 14 Maret 2017) Conant J, Pam F Panduan Masyarakat Untuk Kesehatan Lingkungan. Bandung Djojosumarto, P Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta :Agromedia Pustaka. Hasibuan, R Insektisida. Yogyakarta : Plantaxia. Mufidah, AR Hubungan Antara Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Kadar Cholinesterase Darah Pada Petani Hortikultura Di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Program Studi Kesehatan Masyarakat. (Online) ( miah/documents/4966.pdf) (diakses tanggal 21 Maret 2017) Osang, AR Hubungan Antara Masa Kerja Dan Arah Angina dengan Kadar Cholinesterase Darah pada Petani Padi Pengguna Pestisida di Desa Pangian Tengah Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Samratulanggi. Vol. 5 No. 2 Mei 2016: (online) ( 9
10 3/11763) (diakses tanggal 14 Maret 2017) Rahmawati, YD. Martiana, T Pengaruh Faktor Karakteristik Petani dan Metode Penyemprotan Terhadap Kadar Kolinesterase. The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Vol.1, No. 1 Jan-April 2014: 89. (Online) ( d-fullpaperskklk95ff full.pdf) (diakses tanggal 21 Maret 2017) Sembel, DT Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: ANDI. Suma mur, PK Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Sagung Ceto Suparti, S. Anies. Setiani, O Beberapa Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani. Jurnal Pena Medika. Universitas Pekalongan. Vol. 6, No. 2, Desember 2016: 134. (Online) ( p/medika/article/view/397/355) (diakses tanggal 21 Maret 2017) 10
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah
ANALISIS KANDUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA PADI SAWAH DI DESA MPUYA SELATAN SATU KECAMATAN DUMOGA UTARA Ninik Rusma*, Odi R Pinontoan*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciKata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida
FAKTOR RISIKO KETERPAPARAN PESTISIDA PADA PETANI TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO KOTA TOMOHON 2017 Frity D. Rumondor*, Rahayu H. Akili*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi pangan, sehingga Indonesia mencanangkan beberapa program yang salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk sebanding dengan peningkatan produksi pangan sehingga sangat diperlukan pestisida yang membantu sistem pertanian di Indonesia. Pestisida
Lebih terperinciPESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan
PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia
Lebih terperinciPHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN ARAH ANGIN DENGAN KADAR KOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PADI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA PANGIAN TENGAH KECAMATAN PASSI TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Ais Regi Osang 1),
Lebih terperinciPERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR
62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA ANORGANIK TERHADAP ENZIM CHOLINESTERASE DALAM DARAH PADA PETANI HOLTIKULTURA DI DESA BATUR, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan substansi kimia yang mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui untuk membunuh atau mengendalikan berbagai
Lebih terperinciSUMMARY NURLAILA GAIB NIM :
SUMMARY HUBUNGAN MASA KERJA DAN LAMA PENYEMPROTAN TERHADAP KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI SAWAH (Studi Penelitian di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila) NURLAILA GAIB NIM : 811409149 Program
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
HUBUNGAN CARA PENANGANAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DUSUN BANJARREJO DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Negara-negara berkembang ini
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN MASA KERJA, PENGGUNAAN MASKER, DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI TOMOHON. Inry R kaunang* Paul A T Kawatu* Budi T. Ratag* *Fakultas
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Dengan adanya perkebunan
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN LAMA PENYEMPROTAN DAN INTERVAL KONTAK PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE PETANI DI DESA KEMBANGKUNING KECAMATAN CEPOGO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MASA KERJA DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PETANI SAAT PENYEMPROTAN PESTISIDA DI KELURAHAN RURUKAN KECAMATAN TOMOHON TIMUR. Jacqualine N. N. Kaligis*, Odi Pinontoan*,
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA TOLOMBUKAN KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN 2015 Silvana Omega
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA KEMBANG SARI KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Heidy Manggopa*, Paul A.T.
Lebih terperinciDiana Mayasari Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura di Desa Gisting Atas
Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura Pengguna Pestisida Di Desa Gisting Atas sebagai Faktor Risiko Intoksikasi Pestisida Diana Mayasari 1 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang dianggap paling menjanjikan harapan. Pestisida telah digunakan sekitar 500 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH Wiwi Yuliyanah, 1 Wulandari Meikawati, 1 1 Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin menurunnya jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian.
Lebih terperinciKeywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor
ANALISIS FAKTOR FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA JATI, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH Putri Arida Ipmawati 1), Onny Setiani 2), Yusniar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil
Lebih terperincimengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA BAGI KESEHATAN DENGAN PENGELOLAAN PESTISIDA PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN BELANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Freikel Yermi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciOleh : Rani Angreani Walangitan
Artikel Article : Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pestisida Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Keracunan Pestisida Pada Petani Sayur Di Kelurahan Rurukan Satu Kecamatan Tomohon Timur
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005). Pretest Intervensi
Lebih terperinciHUBUNGAN RIWAYAT PAPARAN PESTISIDA DENGAN TEKANAN DARAH PADA PETANI PENYEMPROT DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG
HUBUNGAN RIWAYAT PAPARAN PESTISIDA DENGAN TEKANAN DARAH PADA PETANI PENYEMPROT DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG Kusuma Dara Zulfania, Onny Setiani, Hanan Lanang Dangiran Peminatan
Lebih terperinciTHE BEHAVIOR IN USING OF PESTICIDES ON RICE FARMERS AT RJ VILLAGE BANDAR LAMPUNG
[ RESEARCH ARTICLE ] THE BEHAVIOR IN USING OF PESTICIDES ON RICE FARMERS AT RJ VILLAGE BANDAR LAMPUNG Fitria Saftarina Departement of Occupational Medicine, Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pestisida banyak digunakan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah setiap zat yang diharapkan
Lebih terperinciPaparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja
Paparan Pestisida Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Dan Keselamatan Kerja CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES Reni Mamang Isnawan 1. Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciKata Kunci : Pestisida, Klorpirifos, Kol, Sawi Hijau, Kromatografi gas
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS PADA SAYURAN KOL (BRASSICA OLERACEA) DAN SAWI HIJAU (BRASSICA JUNCEA L) DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2016 Brian
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PAPARAN PESTISIDA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF GANGGUAN KULIT PADA PETANI DI DESA PAKUREJO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2016
HUBUNGAN ANTARA PAPARAN PESTISIDA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF GANGGUAN KULIT PADA PETANI DI DESA PAKUREJO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2016 Aprilia Nugraheni Setyosari*), Supriyono Asfawi**)
Lebih terperinciARTIKEL. Irnawati Marsaulina,* Arlinda Sari Wahyuni**
ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI HORTIKULTURA DIKECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2005 Irnawati Marsaulina,* Arlinda Sari Wahyuni** Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia sebagian besar bermata pencaharian petani yang sudah mengenal teknologi intensifikasi pertanian, salah satunya penggunaan untuk mengendalikan hama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani adalah sektor yang sangat penting di Indonesia dalam rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu proses yang berencana, sistematis, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas
Lebih terperinciSTUDI PREVALENSI KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA MENDONGAN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
STUDI PREVALENSI KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA MENDONGAN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Muhammad Imam Ma arif, Suhartono, Nikie Astorina Yunita D. Bagian Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciDETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES
DETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES Naftani Chandra Dini, Nurjazuli, Nikie Astorina Yunita Dewanti Bagian Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik observasional. Disebut analitik karena mejelaskan faktor-faktor risiko dan penyebab terjadinya outcome, dan observasional
Lebih terperinciPAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA
PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah
Lebih terperinciKata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru
HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PENAMBANG EMAS WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT TATELU KECAMATAN DIMEMBE Griffit J. Budiak*, A. J. M. Rattu*, Paul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD II). Berbagai uji
Lebih terperinciHUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO
HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN METODE PENYEMPROTAN TERHADAP KADAR KOLINESTERASE
PENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN METODE PENYEMPROTAN TERHADAP KADAR KOLINESTERASE Yeviana Dwi Rahmawati, Tri Martiana Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA 1 I Dewa Ayu Agung Inten Darmayanti, 2 Ketut Tirtayasa, 3 I Kadek Saputra 1Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011 A. Data Umum 1. Nomor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah : VARIABEL BEBAS 1. Kelengkapan APD 2. Lama Penyemprotan 3. Frekuensi Penyemprotan 4. Dosis Penyemprotan 5. Arah
Lebih terperinciSURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth: Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciARTIKEL. OLEH: AFNI ROICHATUL MUFIDAH a001 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)DENGAN KADAR KOLINESTERASE DARAH PADA PETANIHOLTIKULTURA DI DESA BUMEN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL OLEH: AFNI ROICHATUL MUFIDAH 020112a001
Lebih terperinciKHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S
Lebih terperinciHubungan Pajanan Pestisida dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 16 (2), 2017, 63-69 DOI : 10.14710/jkli.16.2.63-69 Hubungan Pajanan Pestisida dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat
KEMAS 8 (2) (2013) 198-206 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas FAKTOR RISIKO CHOLINESTERASE RENDAH PADA PETANI BAWANG MERAH Agung Rosyid Budiawan Pilar Persatuan
Lebih terperinciOleh: Wini Anggraini 1, Halinda Sari Lubis 2, Kalsum 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA TERHADAP KESEHATAN PEKERJA PENYEMPROT PESTISIDA DI PT. LANGKAT NUSANTARA KEPONG DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 (THE EVALUATION
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa Lokasi penambangan Desa Hulawa merupakan lokasi penambangan yang sudah ada sejak zaman Belanda.
Lebih terperinciLama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.2, November 2017, pp.68-73 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi Lama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara tidak disengaja dan dua juta orang
Lebih terperinciJurnal Riset Sains dan Teknologi Volume 1 No. 1 Maret 2017
Jurnal Riset Sains dan Teknologi Volume 1 No. 1 Maret 2017 e-issn 2549-9750 GAMBARAN PRAKTEK PENGELOLAAN PESTISIDA PADA PETANI KENTANG DI DESA KEPAKISAN KECAMATAN BATUR KABUPATEN BANJARNEGARA Description
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENYULUHAN PROGRAM 5T CARA CERDAS PETANI MENGGUNAKAN PESTISIDA GUNA MEMINIMALISASI PENCEMARAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-M Diusulkan oleh:
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN)
Journal Endurance 1(2) June 2016 (88-93) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN) Entianopa *, Edi Santoso Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu
Lebih terperinciUnnes Journal of Public Health
UJPH 3 (1) (2014) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN CHOLINESTERASE PADA PETANI BAWANG MERAH DI NGURENSITI PATI Agung Rosyid
Lebih terperinciDesi Putri Utami; Onny Setiani; Hanan Lanang Dangiran; Yusniar Hanani Darundiati
Hubungan Paparan Pestisida Organofosfat dengan Laju Endap Darah (LED) pada Petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang (Association Between Exposure Organophosphate Pesticides with Erythrocyte
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian terbesar salah satunya di Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian.
Lebih terperinciKejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No. 1, April 2012 Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes Muamilatul Mahmudah *,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory Survey yaitu dengan penelitian penjelasan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil sensus penduduk nasional
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 203 Florentina Flisia SB, Lina Tarigan 2, Umi Salmah 3 Program Sarjana
Lebih terperinciGAMBARAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PETANI PENYEMPROT PESTISIDA DI DESA MINASA BAJI KAB. MAROS
Jurnal MKMI, Vol 6 No.2, April 2010, hal 102-107 Artikel VIII GAMBARAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PETANI PENYEMPROT PESTISIDA DI DESA MINASA BAJI KAB. MAROS Sylpanus Tampudu, Syamsiar S. Russeng, Muh.
Lebih terperinci* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung Donald J.W.M Kumendong*, Joy A.M Rattu*, Paul A.T Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciFaktor Determinan Aktivitas Kholinesterase Darah Petani Holtikultura di Kabupaten Majalengka
KESEHATAN LINGKUNGAN Faktor Determinan Aktivitas Kholinesterase Darah Petani Holtikultura di Kabupaten Majalengka Dedi Ruhendi* Abstrak Kholinesterase darah merupakan salah satu indikator keracunan pestisida
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961
Lebih terperinciKata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, PENGETAHUAN PENGGUNAAN APD, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENURUNAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA LEILEM KECAMATAN SONDER KABUPATEN MINAHASA Jennifer
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN
HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN (APD) ALAT PELINGDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA CURUT KEC.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN (APD) ALAT PELINGDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA CURUT KEC. PENAWANGAN KAB. GROBOGAN TAHUN 2013 Muhammad Nur Shobib *), MG.
Lebih terperinciVol.8 No.2 Oktober Pujiono, Suhartono, Sulistiyani
J Kesehat Lingkung Indones Vol.8 No.2 Oktober 2009 Hubungan Faktor Lingkungan Kerja Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dan Praktek Pengelolaan Pestisida dengan Kejadian Keracunan Pestisida Pada Tenaga Kerja
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petani merupakan kelompok tenaga kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecendrungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida merupakan obat-obatan, campuran dari senyawa kimia yang bersifat bioaktif dan umumnya memiliki sifat beracun. Menurut FAO dan SK Menteri Pertanian RI No.
Lebih terperinciAribowo et al, Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Keracunan Akut Pestisida organofosfat...
Faktor yang Berhubungan dengan Akut Pestisida Organofosfat Pada Petani Jeruk (Studi Di Desa Umbulsari Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember) Determinant of Acute Organophospate Pesticide Intoxication Symtom
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3
1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PAPARAN PESTISIDA TERHADAP KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI PENYEMPROT TEMBAKAU DI DESA KARANGJATI, KABUPATEN NGAWI
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PAPARAN PESTISIDA TERHADAP KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI PENYEMPROT TEMBAKAU DI DESA KARANGJATI, KABUPATEN NGAWI RELATIONSHIP FACTORS OF PESTICIDE EXPOSURE ON CHOLINESTERASE LEVEL
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
Lebih terperinciKeywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Chaterine J. M. Tulenan*, Budi T. Ratag *, Shane
Lebih terperinciKata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Frisca Kalangie* Dina V. Rombot**, Paul A. T. Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinci