Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PENAMBANG EMAS WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT TATELU KECAMATAN DIMEMBE Griffit J. Budiak*, A. J. M. Rattu*, Paul Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Penyakit paru akibat kerja disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Debu adalah faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit paru akibat kerja. Pekerja Tambang Emas rentan terkena gangguan fungsi paru yang disebabkan oleh debu yang ada dilingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dan penggunaan (APD) dengan kapasitas vital paru (KVP) penambang emas di wilayah pertambangan rakyat Tatelu. Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel sebanyak 1 pekerja. Sampel ditentukan secara Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengukuran kapasitas paru menggunakan alat spirometer. Analisis data dilakukan dengan Fisher s Exact test. Hasil Penelitian menunjukkan yang bekerja > 8 jam pekerja (12,2%) dan 8 jam pekerja (87,8%). Yang menggunakan APD pekerja (1,2%) dan yang tidak menggunakan APD 20 pekerja (8,8%). Hasil uji statistik antara lama kerja dan KVP diperoleh p value = 0,97 > 0,0, dan untuk APD dan KVP diperoleh p value = 0,0 < 0,0. Hasil penelitian tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan KVP dan untuk penelitian hubungan penggunaan APD dengan KVP menyatakan bahwa ada hubungan. Saran untuk pekerja hendaknya sadar dalam penggunaan APD saat bekerja dikarenakan banyaknya partikel debu yang ada di tempat kerja. Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru ABSTRACT Occupational lung disease caused by a job or work environment. Dust is factors that cause occupational lung disease. The miners susceptible to lung function impairment caused by dust in the environment. The purpose of this study was to determine the Relationship Between The Length of Work and The Use of Personal Protective Equipment (PPE) with Vital Lung Capacity (VLC) In The Gold Miners Mining Areas of The People Tatelu. Research use a survey method using cross sectional analytic study. Samples 1 workers. Samples was determined by purposive sampling. Data was collected using a questionnaire and measurement of lung capacity using a spirometry. Data were analyzed by fisher s exact test. Results of study indicate that work > 8 hours workers (12,2%) and 8 hours workers (87,8%). The use PPE workers (1,2%) and were not using PPE 20 workers (8,8%). Results of statistical tests between the length of work and VLC obtained p value = 0,97 > 0,0, and the use of PPE and VLC obtained p value = 0,0 < 0,0. Results of the study there was no correlation between length of work with VLC and to study the relationship the use of PPE with VLC stating there is a relationship. Suggestion for workers is they should be aware in using PPE while working due to the quantity of dust particles that exist in the workplace. Keywords : The Length of Work, The Use of Personal Protective Equipment, Vital Lung Capacity 1

2 PENDAHULUAN Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan kesehjateraan keluarga. Di antara populasi usia produktif (1- tahun), 89,7% diantaranya merupakan pekerja aktif atau pada saat ini memiliki pekerjaan tertentu. Di antara orang yang bekerja, % bekerja di sektor pertanian, 19,9% bekerja di sektor perdagangan, 12,3% bekerja di sektor industri,,8% bekerja di sektor transportasi, 0,9% bekerja di sektor pertambangan dan 0,2% bekerja di sektor listrik, air dan gas dan sisanya bekerja di sektor lainnya. (Atikah, 2012). Gangguan kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari lingkungan tempat kerja, dimana debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Lingkungan kerja yang sering dipenuhi oleh debu, uap, gas dapat mengganggu produktivitas serta mengganggu kesehatan kerja. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu fungsi paru (Suma mur, 2009). Salah satu usaha atau pekerjaan yang perlu mendapat perhatian lebih yaitu pada bagian pekerja Tambang Emas di Tatelu yang dapat meningkatkan kasus penyakit akibat kerja. Pengendalian penyakit akibat kerja pada tiap unit usaha merupakan tugas yang berat bukan hanya bagi pekerja yang bersangkutan tetapi juga bagi pengelola, masyarakat dan pemerintah. Di Indonesia pengendalian penyakit akibat kerja termasuk dalam pola peningkatan peran sumberdaya manusia (Lientje, 2010). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2011) pada operator SPBU Sokaraja Purwokerto bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara variabel lama bekerja dengan variabel nilai Kapasitas Vital Paru, seperti penelitian yang dilakukan oleh Marianti (2013) tidak ada hubungan yang signifikan tentang masa kerja dengan kapasitas vital paru terhadap pekerja pengecetan mobil CV. Kombos Manado, sedangkan penelitian yang dilakukan Hutama (2013) menyatakan ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru terhadap pekerja unit Spinning I bagian ring frame PT. Pisma Putra Tekstil Pekalongan. Penggunaan APD merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan kapasitas vital paru pekerja. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas paru seperti yang dilakukan David (2012) menyatakan ada hubungan antara praktik penggunaan APD pernapasan dengan tingkat kapasitas vital paru pada pekerja. METODE PENELITIAN Penelitian ini yaitu penelitian survei analitik dengan menggunakan rancangan survei cross sectional (potong lintang). Tempat penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Agustus sampai dengan November 201. Populasi pada penelitian ini yaitu pekerja tambang emas di WPR Desa 2

3 Tatelu yang diambil di satu titik lokasi pertambangan. Sampel pada sebagian penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yakni pekerja yang hanya bekerja di satu titik lokasi pertambangan. Pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga jumlah sampel sebanyak 1 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Kuesioner, alat Spirometer, timbangan berat badan, microtoise, mouth piece, nose clip, komputer. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap responden dan wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung menggunakan kuesioner serta pengukuran fungsi paru dengan menggunakan spirometer, pengukur tinggi badan dan berat badan. Analisis data menggunakan bantuan program komputer untuk analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara Lama Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan variabel terikat Kapasitas Vital Paru Pada pemambang Emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu. Uji statistik yang digunakan yaitu Fisher s Exact Test. Nilai confidence interval (CI) atau tingkat kepercayaan = 9% dan α (significance interval/ tingkat signifikansi) = 0,0 jika p < 0,0. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 1 orang. Distribusi responden berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Kelompok Umur : 1 2 Tahun 26 3 Tahun Tahun 6 Tahun Tingkat Pendidikan : Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Masa Kerja : > Tahun Tahun Kebiasaan Merokok : Ya Berdasarkan tabel 1. Bahwa kelompok umur tertinggi terdapat pada kelompok umur 1-2 tahun berjumlah 26 orang (63,3%), dan terendah terdapat pada kelompok umur 6- tahun berjumlah 2 orang (,9%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan terakhir SD terdapat 8 responden dengan presentase 19,%, yang memiliki tingkat pengetahuan terakhir SMP terdapat 18 responden dengan presentase 3,9%, dan yang memiliki tingkat pengetahuan terakhir SMA terdapat 1 responden dengan presentase,6%. Responden yang memiliki masa kerja lebih dari tahun berjumlah 17 orang dengan nilai presentase 1,%, dan responden yang memiliki masa kerja kurang dari tahun berjumlah 2 orang dengan nilai presentase 8,%. Jumlah responden yang merokok sebanyak 39 orang dengan nilai presentase 9,1% sedangkan yang tidak merokok berjumlah 2 orang dengan nilai presentase,9% ,3 22,0 9,8,9 19, 3,9,6 1, 8, 9,1,9 3

4 Distribusi responden berdasarkan analisis data dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan analisis data Analisis Data Frekuensi Persentase (%) Gangguan Kapasitas Vital Paru : Derajat Obstruksi : Gangguan Ringan Gangguan Sedang Kapasitas Paru Derajat Restriksi : Gangguan Ringan Gangguan Sedang Lama Kerja : 8 Jam >8 Jam Penggunaan Alat Pelindung Diri : Menggunakan APD Menggunakan APD Frekuensi Penggunaan APD : (1-2 hari) perminggu (3- hari) perminggu (setiap kali bekerja) Berdasarkan tabel 2. Responden yang memiliki kapasitas vital paru normal sebanyak orang atau 12%. Sedangkan terdapat orang atau 88% responden yang memiliki gangguan atau tidak normal terhadap kapasitas vital paru. Terdapat responden atau presentase 1% yang tidak memiliki gangguan obstruksi paru atau normal. Terdapat 8 responden atau presentase 20% yang memiliki gangguan obstruksi ringan, dan terdapat 12 responden atau presentase 29 % yang memiliki gangguan obstruksi sedang. memiliki gangguan atau normal ada responden (12%), memiliki gangguan ringan responden (1%), dan yang ,2 1,2 8,8 61,9 1,3 23,8 memiliki gangguan sedang ada 1 responden (37%). Distribusi tersebut menunjukan bahwa gangguan restriksi yang paling banyak yaitu dengan jumlah responden orang atau presentase 1%. Lama kerja kurang dari 8 jam berjumlah responden (12,2%) dan lama kerja lebih dari 8 jam berjumlah responden (87,8%). Responden yang menggunakan alat pelindung diri sebanyak orang dengan presentase 1,2% dan responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri berjumlah 20 orang dengan presentase 8,8%. Frekuensi penggunaan APD pekerja bervariasi yaitu Presentase terbanyak ada pada responden yang menggunakan APD 1-2 hari perminggu yaitu 61,9%. Tabel 3. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pada Penambang Emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu Lama Kerja 8 Jam 8 Jam KVP Total n % n % n % 1 9,7 2, 32 78,2 9,7 Berdasarkan tabel 3, hasil yang didapatkan melalui uji statistik Fisher s Exact Test antara lama kerja dengan kapasitas vital paru yaitu p value = 0,97 > α = 0,0 maka dapat disimpulkan Ho diterima dan H1 di tolak. Jadi, tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kapasitas vital paru pada penambang 87,9 12,1 Jumlah P value 0,97

5 emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2011) menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara variabel lama bekerja dengan variabel nilai kapasitas vital paru pada pekerja dibagian operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Sokaraja-Purwokerto dengan hasil p value 0,3 > 0,0. Paparan debu yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi paru-paru, dengan begitu paparan akan semakin banyak terhadap pekerja yang bekerja terlalu lama di lingkungan yang penuh debu (Suma mur, 2009). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Meita (2012) menyatakan tidak ada hubungan paparan debu dengan kapasitas vital paru pada pekerja penyapu pasar Johar kota Semarang. Tabel. Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kapasitas Vital Paru Pada Penambang Emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu APD Ya KVP Total n % n % n % ,1 1 1,3,6 p value Berdasarkan tabel, hasil yang didapatkan melalui uji statistik Fisher s Exact Test antara penggunaan alat pelindung diri dengan kapasitas vital paru yaitu didapatkan p value 0,0 < α = 0,0 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi 20 1,3 Jumlah ,7 0,0 terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan kapasitas vital paru pada penambang emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Gangguan fungsi paru juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor, dalam penggunaan APD dilihat juga melalui frekuensi penggunaan APD saat bekerja. Dalam lingkungan kerja udara yang memenuhi persyaratan merupakan faktor yang sangat penting bagi kesehatan pekerja. Persyaratan tersebut tidak hanya kebersihanya, tapi juga suhu dan kelembapannya (Irianto, 2013). Pada lingkungan kerja penambang emas sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan para pekerja haruslah menggunakan APD pada saat bekerja, khususnya alat pelindung pernapasan untuk melindungi dari paparan debu yang ada, dan saat keluar masuk lubang bisa terhindar dari gas metan, gas CO2 yang ada di bawah lubang tambang atau debu arang batu halus yang dapat terhirup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh David (2012) menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan masker dengan kapasitas vital paruparu dengan p value = 0,0001 pada pekerja pembuat genteng di Desa Singorojo Kabupaten Jepara. Serupa dengan penelitian yang dilakukan Hutama (2013) pada pekerja unit spinning I bagian ring frame PT. Pisma Putra Tekstil Pekalongan menunjukan adanya hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan kapasitas vital paru dengan p value = 0,028. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri sangatlah diperlukan saat bekerja, pekerja yang menggunakan APD tetapi

6 belum sesuai standar dapat terkena gangguan fungsi paru apalagi dengan pekerja yang tidak menggunakan APD, ketaatan dalam penggunaan juga harus diperhatikan, karena dengan penggunaan APD khususnya masker akan meminimalkan jumlah paparan partikel debu yang dapat terhirup. Pertambangan penuh dengan risiko kecelakaan, baik terjatuh, atau tertimpa benda jatuh termasuk atap tambang atau dinding yang rontok bahkan tidak mustahil rubuh, terbentur maupun terjadi peledakan. Di tinjau dari besarnya risiko kecelakaan kerja sangat penting penyelenggaraan upaya pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2010) ada hubungan antara alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian rustic PT. Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta, dengan nilai p value 0,009 < 0,0. Dengan demikian menjelaskan Alat Pelindung Diri diperlukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan dari pekerja, dengan menggunakannya sesuai dengan persyaratan keselamatan agar dapat terhindar dari kecelakaan dan gangguan kesehatan saat bekerja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian Hubungan antara lama kerja dan penggunaan alat pelindung diri dengan kapasitas vital paru pada penambang emas Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Tatelu Kecamatan Dimembe dapat disimpulkan bahwa: 1. Lama kerja penambang emas di WPR Tatelu yang bekerja > 8 jam dalam sehari lebih banyak dengan pekerja (87,8%). 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada penambang emas di WPR Tatelu terdapat pekerja (1,2%) yang menggunakan APD, dan 20 pekerja (8,8%) yang tidak menggunakan APD. 3. Kapasitas Vital Paru penambang emas di WPR Tatelu ada sebanyak pekerja KVP normal (12%) dan Pekerja yang ada gangguan atau KVP tidak normal (88%).. terdapat hubungan antara lama kerja dengan kapasitas vital paru pada penambang emas di WPR Tatelu.. Terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan kapasitas vital paru pada penambang emas di WPR Tatelu. SARAN Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagi penambang emas di WPR Tatelu Selalu menggunakan APD pada saat bekerja karena dapat melindungi diri dari kecelakaan saat bekerja dan mengurangi risiko terpaparnya debu di lingkungan bekerja sehingga tidak menyebabkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. 2. Bagi peneliti Diharapkan bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas pekerja dan kesehatan pekerja yang berhubungan dengan fungsi paru. 6

7 3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara Diharapkan dapat mengawasi dan memperhatikan kondisi kesehatan pekerja, khususnya pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja, supaya ketika terjadi paparan akan mengurangi risiko terjadinya gangguan kesehatan, serta pekerja dapat sehat dan produktif. DAFTAR PUSTAKA Atikah Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika David, Eram, Widya Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan Dengan Tingkat Kapasitas Vital Paru. Unnes Journal of Public Health. Vol. 1 No. 1. Universitas Negeri Semarang Indonesia Irianto Pencegahan dan Penanggulangan Keracunan Bahan Kimia Berbahaya. Bandung: Penerbit Yrama Widya Lientje Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Penerbit Amara books Marianti Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Dibagian Pengecatan Mobil di CV. Kombos Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 2. No. 1 Meita Hubungan Paparan Debu Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Penyapu Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 No. 2 Hal Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta Suma mur Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto Dwi Korelasi Lama Bekerja Dengan Nilai Kapasitas Vital Paru Pada Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Sokaraja Purwokerto. Mandala of Health. Vol. No. 3 Handayani Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri, Umur, dan Masa Kerja dengan Kecelakaan kerja Pada Pekerja Bagian Rustic di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. No. 3 Hal Hutama Penyakit Antara Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Unit Spinning I Bagian Ring Frame PT Pisma Putra Tekstil Pekalongan. Unnes Journal of Public Health. Vol. 2 No. 3. Universitas Negeri Semarang Indonesia 7