Kata Kunci : Pestisida, Klorpirifos, Kol, Sawi Hijau, Kromatografi gas
|
|
- Inge Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS PADA SAYURAN KOL (BRASSICA OLERACEA) DAN SAWI HIJAU (BRASSICA JUNCEA L) DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2016 Brian Fellany Kapoh*, Odi Pinontoan*, Rahayu H. Akili* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama. Untuk melindungi lingkungan dan menjaga kesehatan masyarakat dari kemungkinan terjadinya bahaya pestisida maka dari itu ditetapkan Batas Maksimum Residu (BMR) pada hasil pertanian. Berdasarkan SNI No.7313 tahun 2008 yaitu < 1 mg/kg terhadap kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif klorpirifos pada sayuran kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L) yang dijual di Pasar Bersehati Kota Manado. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado dengan menggunakan metode Kromatografi Gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pestisida parameter uji Klorpirifos di Pasar Bersehati untuk kol (Brassica oleracea) sebesar 1,165 mg/kg dan sawi hijau (Brassica juncea L) sebesar 1,125 mg/kg. Gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan pestisida terhadap kesehatan bervariasi dari yang paling ringan hingga yang terberat seperti mual, pandangan kabur, keringat berlebihan, air liur berlebihan, pingsan, kejang-kejang, iritasi kulit, gangguan saraf, hati, ginjal, dan pernapasan. Disarankan kepada Pemerintah Sulawesi Utara khususnya dinas pertanian untuk meningkatkan pengawasan dan memperketat aturan terhadap penggunaan pestisida pada pertanian dan memberikan penyuluhan untuk penggunaan bio pestisida. Kata Kunci : Pestisida, Klorpirifos, Kol, Sawi Hijau, Kromatografi gas ABSTRACT Pesticides are chemicals which used to kill or controlling the pests. To protect the environment and safeguard public health from the possibility of harmful effects of pesticides and therefore set the Maximum Residue Limit (MRL) on agricultural produce. Based on SNI No.7313 of 2008 was <1 mg / kg on cabbage (Brassica oleracea) and mustard greens (Brassica juncea L). The purpose of this study was to determine the levels of residues of pesticide in the group of organophosphate with the active ingredient chlorpyrifos on cabbage (Brassica oleracea) and cabbage greens (Brassica juncea L) were sold at market of Bersehati, Manado City. This study was an observational study with descriptive approach. Sampling inspection conducted at the Laboratory of Research and Standardization Industry Manado using Gas Chromatography. The results showed that the test parameters chlorpyrifos pesticide residues in market of Bersehati for cabbage (Brassica oleracea) of mg / kg and mustard greens (Brassica juncea L) of mg / kg. The symptoms and signs of pesticide poisoning on health varies from the lightest to the heaviest such as nausea, blurred vision, excessive sweating, excessive salivation, unconsciousness, convulsions, skin irritation, nervous disorders, liver, kidney, and respiratory. Suggested to the government of North Sulawesi in particular the department of agriculture to increase supervision and tighten the rules on the use of pesticides in agriculture and to provide education on the use of bio-pesticides. Keywords: Pesticides, Chlorpyrifos, Cauliflower, Mustard Green, Gas Chromatography PENDAHULUAN Kebutuhan pangan nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Untuk mendapatkan hasil pertanian yang dapat mencukupi kebutuhan pangan nasional, 1
2 diperlukan berbagai sarana yang bisa meningkatkan hasil pertanian. Salah satu sarana yang dapat mendukung peningkatan hasil pertanian adalah pupuk, baik pupuk alami ataupun pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia termasuk di dalamnya pestisida (Hendriani, 2013). Penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman adalah salah satu cara andalan para petani untuk meningkatkan hasil panen dan kualitas tanaman yang tidak mudah rusak tanpa mempertimbangkan dampak kesehatan bagi konsumen, lingkungan serta petani itu sendiri. Pestisida adalah bahan racun namun dapat bermanfaat apabila cara penggunaannya dilakukan secara tepat dan benar. Secara ideal, semua pihak menghendaki bahwa teknologi pengendalian tidak menggunakan pestisida. Namun kenyataannya (lepas dari semua dampak negatif yang ditimbulkannya), sampai saat ini belum ada teknologi pengendalian hama yang dapat mengendalikan organisme penganggu seefektif dan secepat pestisida. Bahan pangan dapat menjadi tidak aman untuk dikonsumsi apabila tercemar oleh pestisida terutama dengan adanya residu pestisida pada komuditas pangan. Bahaya residu pestisida yang dapat membahayakan kesehatan konsumen meliputi: timbulnya reaksi alergis, keracunan, dan karsinogenik (Hasibuan, 2015). Ancaman bahaya pestisida terhadap manusia khususnya konsumen membuat penggunaan pestisida harus dilakukan dengan bijak dan hati-hati. Setiap aplikasi pestisida dalam proses produksi pertanian selalu berpotensi meninggalkan residu pestisida pada produk pertanian. Residu dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat terutama konsumen. Oleh karena itu, untuk mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan terjadinya bahaya pestisida, maka perlu ditetapkan Batas Maksimum Residu (BMR) (MRL= MaximumResidue Limits) (Hasibuan, 2015). Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2003) dan Program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di sektor pertanian. Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara berkembang yang diantaranya berakibat fatal. Jumlah keracunan yang akan terjadi diperkirakan lebih tinggi lagi, mengingat angka tersebut diperoleh dari kasus yang dilaporkan oleh korban keracunan, maupun dari angka statistik. Pasar Bersehati merupakan salah satu pasar tradisional terbesar yang 2
3 ada di kota Manado. Pasar Bersehati merupakan tempat berkumpulnya segala jenis sayuran yang berasal dari berbagai pemasok di wilayah Sulawesi Utara. Sehingga mayoritas masyarakat Manado membeli kebutuhan akan sayur di Pasar Bersehati. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi residu pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif klorpirifos pada sayuran kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L) yang dijual di Pasar Bersehati Kota Manado. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan random sampling. Sampel penelitian yaitu kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L). Identifikasi klorpirifos menggunakan metode kromatologi gas. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado dengan menggunakan metode kromatografi gas untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif klorpirifos pada sayuran kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea l) di Pasar Bersehati Kota Manado. Hasil pemeriksaan yang telah diperoleh seperti pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Residu Pestisida Golongan Organofosfat dengan Bahan Aktif Klorpirifos Pada Sayuran Kol (Brassica oleracea) di Pasar Bersehati Kota Manado Tahun 2016 No Parameter Jenis Sampel Kosentrasi Residu BMR Ket 1 Klorpirifos Kol (Brassica oleracea) 1,165 1 TMS Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pada sampel kol (Brassica oleracea) yang berasal dari Pasar Bersehati Kota Manado terdeteksi mengandung residu pestisida golongan organofosfat berbahan aktif klorpirifos. Hasil ini berada diatas standar BMR 3
4 yang telah ditetapkan berdasarkan SNI No tahun 2008 yaitu > 1 Mg/Kg. Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Residu Pestisida Golongan Organofosfat dengan Bahan Aktif Klorpirifos Pada Sayuran Sawi Hijau (Brassica juncea L) di Pasar Bersehati Kota Manado Tahun 2016 No Parameter Jenis Sampel Kosentrasi Residu BMR Ket 1 Klorpirifos Sawi Hijau (Brassica juncea L) 1,125 1 TMS Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pada sampel sawi hijau (Brassica juncea L) yang berasal dari Pasar Bersehati Kota Manado terdeteksi mengandung residu pestisida golongan organofosfat berbahan aktif klorpirifos. Hasil ini berada diatas standar BMR yang telah ditetapkan berdasarkan SNI No tahun 2008 yaitu > 1 Mg/Kg. Hasil analisis konsentrasi residu pestisida parameter uji Klorpirifos pada kol (Brassica oleracea) di Pasar Bersehati menunjukkan hasil 1,165 mg/kg dan sawi hijau (Brassica juncea L) di Pasar Bersehati menunjukkan hasil 1,125 mg/kg. Kandungan residu pestisida berada diatas standar BMR yang telah ditetapkan berdasarkan SNI No tahun 2008 yaitu > 1 mg/kg untuk kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L). Hasil ini menunjukkan bahwa petani yang menjadi pemasok sayuran kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L) yang dijual di Pasar Bersehati Kota Manado menggunakan pestisida dengan kandungan Klorpirifos secara berlebihan. Sayuran kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L) berasal dari Kota Tomohon tempatnya di daerah Rurukan dan Wailan. Rurukan dan Wailan merupakan daerah penghasil komoditi tersebut yang cukup besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sayuran kol (Brassica oleracea) dan sawi hijau (Brassica juncea L), masa panen untuk sayuran kol (Brassica oleracea) setiap 2 bulan sampai 3 bulan sekali dalam kurun waktu 1 tahun sayuran kol (Brassica oleracea) bisa 4 sampai 5 kali panen, kemudian untuk sayuran sawi hijau (Brassica juncea L) masa panennya adalah 1 bulan sampai 2 bulan sekali dalam kurun waktu 1 tahun sayuran sawi hijau (Brassica juncea L) bisa 4 kali panen. Pola pemberian pupuk untuk sayuran kol (Brassica oleracea) 4
5 setiap 1 minggu 2 kali pemberian pupuk dan untuk sayuran sawi hijau (Brassica juncea L) setiap 1 minggu 2 sampai 3 kali pemberian pupuk. Sedangkan, untuk penyemprotan pestisida pada sayuran kol (Brassica oleracea) dalam waktu 1 bulan dilakukan 4 kali penyemprotan pestisida, jika masih terdapat hama pada sayuran kol (Brassica oleracea) penyemprotan pestisida akan dilakukan kembali 2 sampai 3 hari ke depan. Untuk penyemprotan pestisida pada sayuran sawi hijau (Brassica juncea L) dalam waktu 1 bulan dilakukan 6 kali penyemprotan pestisida. Pestisida adalah bahan kimia yang mengandung zat racun. Oleh sebab itu, maka penanganan pestisida sangat perlu diperhatikan oleh para pemakai. Selain bahaya keracunan pestisida yang secara langsung dimakan atau diminum oleh manusia dan binatang, ada banyak bahaya-bahaya lain yang dapat di akibatkan oleh pestisida, antara lain dengan menghirup gas racun, kontak pada kulit atau terkontaminasi dengan bahan makanan dan minuman dan lain sebagainnya. Pestisida yang masuk dalam jumlah yang sangat sedikit akan lama kelamaan terkumpul dalam suatu proses bioakumulasi yang nantinya akan mengakibatkan keracunan kronik (Sembel, 2015). Cara masuk pestisida ke dalam tubuh melalui kulit, mulut, saluran pencernaan, pernafasan. Pestisida berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur kerja syaraf, yaitu cholinesterase. Apabila cholinesterase terikat, enzim tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan untuk mengirimkan perintah kepada oto-otot tertentu, sehingga senantiasa otot-otot bergerak tanpa dapat dikendalikan (Sudarmo, 1991). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Hendriani (2013) dimana dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sayuran kol mentah di Pasar Terong Kota Makassar dan sayuran kol siap santap di Kantin Jasper Universitas Hasanuddin Makassar menunjukkan bahwa kadar residu pestisida Klorpirifos dalam kedua sampel sayuran tersebut > 0,1 mg/kg dimana residu pestisida masih dibawah BMR. Hasil tersebut menunjukkan adanya perlakuan yang diberikan pedagang terhadap sayuran kol mentah di Pasar Terong Kota Makassar dan sayuran kol siap santap di Kantin Jasper Universitas Hasanuddin Makassar yang dapat berkontribusi dalam penurunan kadar residu pestisida. Penelitian lainnya yang tidak sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ndalewoa (2014) di Pasar Tradisional (Pasar Terong) dan Pasar Modern (Pasar Swalayan M tos) Makassar. Kadar residu pestisida Klorpirifos pada sayuran 5
6 sawi hijau (Brassica juncea L) yaitu 0 mg/kg dimana residu pestisida masih dibawah BMR. Hasil tersebut menunjukkan adanya perlakuan khusus sebelum siap dipasarkan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yusnani (2013) di Swalayan Lotte Mart dan Pasar Terong Kota Makassar. Kadar residu pestisida Klorpirfos pada sayuran kentang yaitu < 0,1 mg/kg dimana residu pestisida ini berada jauh dari ambang batas yang telah di tentukan. Hasil tersebut menunjukkan residu pestisida pada sampel kentang yang diperiksa telah hilang atau petani pemasok kentang tersebut memang tidak menggunakan pestisida golongan organofosfat berbahan aktif klorpirifos. Upaya pencegahan untuk mengurangi bahkan menghilangkan residu pestisida dalam sayuran perlu di terapkan. Banyak faktor yang bisa menghilangkan pestisida yang menempel di sayuran. Jumlah residu SARAN 1. Dinas Kesehatan dan Instansiinstansi terkait lainnya perlu mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida kepada para petani agar kiranya meningkatkan pengetahuan mengenai dampak penggunaan pestisida serta bahaya yang ditimbulkan pestisida yang mengakibatkan kerusakan pestisida yang terdapat pada sayuran dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, jasad renik, sinar matahari dan jenis dari pestisida tersebut. Kemungkinan lain yang mempengaruhi tidak terdapatnya residu pestisida atau yang menyebabkan sedikitnya residu pestisida adalah pemakaian dosis pestisida yang sesuai aturan (Assad, 2012) dan melakukan pencucian secara berulang-ulang kali dengan air yang mengalir. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kadar residu pestisida golongan organofosfat berbahan aktif klorpitifos pada sayur kol (Brassica oleracea) yaitu 1,165 mg/kg dan kadar residu pestisida golongan organofosfat berbahan aktif klorpitifos pada sayur sawi hijau (Brassica juncea L) yaitu 1,125 mg/kg, hasil ini berada diatas standar BMR yang telah ditetapkan berdasarkan SNI No tahun 2008 yaitu > 1 mg/kg. lingkungan dan gangguan kesehatan terhadap penggunanya. 2. Untuk Dinas Pertanian perlu mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan memfasilitasi petani untuk menggunakan bio pestisida atau pestisida alami untuk mengurangi dampak penggunaan 6
7 3. pestisida serta bahaya yang ditimbulkan. 4. Masyarakat juga perlu mengetahui cara penanganan dan menanggulangan untuk mengurangi residu pestisida dan kiranya tetap berhati-hati mengingat beragamnya residu pestisida. 5. Masih diperlukan penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan variabel-variabel lain sehingga dampak-dampak penggunaan pestisida bagi kesehatan masyarakat dapat dan dirumuskan solusinya. DAFTAR PUSTAKA Assad, M Kajian Pestisida Nabati Yang Efektif Terhadap Penggerek Buah Kakao (PBK) di Sulawesi Selatan. Suara Perlindungan Tanaman (jurnal pertanian) vol 2 (2). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Hasibuan, R Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Yogyakarta: Plantaxia. Hendriani, E Identifikasi Residu Pestisida Klorpirifos Dalam Sayuran Kol Mentah Di Pasar Terong Kota Makassar Dan Sayuran Kol Siap Santap Di Kantin Jasper Universitas Hasanuddin Makassar Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin, Makassar. Ndalewoa, B, L Identifikasi Residu Pestisida Golongan Organofosfat Berbahan Aktif Klorpirofos Dalam Sayur Jenis Sawi Hijau (Brassica juncea L) di Pasar Tradisional (Pasar Terong) dan Pasar Modern (Pasar Swalayan M Tos) Makassar Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. Sembel, Dantje, T Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: ANDI. Sudarmo, S Pestisida. Yogyakarta: PT. Kanisius. WHO WHO Specifications and Evaluations for Public Health Pesticides (Malathion). Geneva : Word Health Organization 7
IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS DALAM SAWI HIJAU DI PASAR TERONG DAN SWALAYAN MTOS MAKASSAR
IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS DALAM SAWI HIJAU DI PASAR TERONG DAN SWALAYAN MTOS MAKASSAR Identification Chlorpyrifos on Mustard Greens at Terong Market and MTos Ramayana Makassar Bernard L. Ndalewoa, Anwar
Lebih terperinciThe Identification of Klorpirifos Residues on Carrots (daucus carota ) in Pabaeng-Baeng Market and Lotte Mart of Makassar City
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM SAYURAN WORTEL (Daucus Carota )DI PASAR PABAENG-BAENG DAN LOTTE MART PANAKUKANG KOTA MAKASSAR The Identification of Klorpirifos Residues on Carrots (daucus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi pangan, sehingga Indonesia mencanangkan beberapa program yang salah satunya adalah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RESIDU KLORPIRIFOS PADA BAWANG PUTIH YANG DIJUAL DI PASAR PANNAMPU DAN LOTTE MART MAL PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR
IDENTIFIKASI RESIDU KLORPIRIFOS PADA BAWANG PUTIH YANG DIJUAL DI PASAR PANNAMPU DAN LOTTE MART MAL PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF CHLORPYRIFOS RESIDUES IN GARLIC THAT IS SOLD IN PANNAMPU MARKET
Lebih terperinciMetode Penelitian. Hasil
ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N The Analysis of Residues Pesticide in Curly Red Chili and Big Red Chili (Capsicum annum) at Traditional Market of Makassar City Riski Amaliah¹*, Makmur Selomo², Muhammad
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA LINDANE DALAM TOMAT BUAH DAN TOMAT BIASA DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA LINDANE DALAM TOMAT BUAH DAN TOMAT BIASA DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF LINDANE PESTICIDES RECIDUES IN FRUIT TOMATO AND ORDINARY TOMATO AT
Lebih terperinciKata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida
FAKTOR RISIKO KETERPAPARAN PESTISIDA PADA PETANI TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO KOTA TOMOHON 2017 Frity D. Rumondor*, Rahayu H. Akili*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang dirasakan masyarakat dari penggunaan pestisida tersebut. Bahkan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961
Lebih terperinciAnalysis of Pesticide Thiametoxam Pesticide Residu Cabbage in Vegetables (Brassica oleracea var. Capitata L)
Analysis of Pesticide Thiametoxam Pesticide Residu Cabbage in Vegetables (Brassica oleracea var. Capitata L) Yuli Pratiwi Muslim 1), Fatimawali 1), WidyaAstuty Lolo 1) 1) Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR MIFTAHUR RAHMI
PENENTUAN KADAR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH TOMAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS YANG BEREDAR DI PASAR PAGI DAN PASAR SORE PADANG BULAN MEDAN MENGGUNAKAN ALAT KROMATOGRAFI GAS TUGAS AKHIR MIFTAHUR RAHMI
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah setiap zat yang diharapkan
Lebih terperinciPESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan
PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia
Lebih terperinciABSTRAK
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM SAYURAN KOL MENTAH DI PASAR TERONG KOTA MAKASSAR DAN SAYURAN KOL SIAP SANTAP DI KANTIN JASPER UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR IDENTIFICATION OF CHLORPYRIPOS
Lebih terperinciThe Analysis of Residues Pesticide in Curly Red Chili and Big Red Chili (Capsicum annum) at Traditional Market of Makassar City
ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N The Analysis of Residues Pesticide in Curly Red Chili and Big Red Chili (Capsicum annum) at Traditional Market of Makassar City Riski Amaliah¹*, Makmur Selomo², Muhammad
Lebih terperinciPesticide Residue Analysis of Fruit Tomato (Lycopersicon commune) and Vegetable Tomato (Lycopersicon Pyriporme) at Traditional
ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Pesticide Residue Analysis of Fruit Tomato (Lycopersicon commune) and Vegetable Tomato (Lycopersicon Pyriporme) at Traditional Nahda Ulmiati Nur¹*, Makmur Selomo 2,
Lebih terperinciDosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
ANALISIS KADAR RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT PADA SAYURAN SERTA TINGKAT PERILAKU KONSUMEN TERHADAP SAYURAN YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL PRINGGAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2015. Lulu Hotdina Marbun
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
Lebih terperinciPENGARUH FREKWENSI PENCUCIAN TERHADAP RESIDU PESTISIDA (GOLONGAN ORGANOPOSPAT JENIS PROFENOFOS) PADA CABE MERAH (Capsium annum)
PENGARUH FREKWENSI PENCUCIAN TERHADAP RESIDU PESTISIDA (GOLONGAN ORGANOPOSPAT JENIS PROFENOFOS) PADA CABE MERAH (Capsium annum) Awalia Gusti (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Tujuan penelitian
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR Identification Of Chlorpyrifos Pesticides Residues In Great Chili And Cayenne Pepper
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DAN METIDATION DALAM KACANG PANJANG DI PASAR PANNAMPU DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DAN METIDATION DALAM KACANG PANJANG DI PASAR PANNAMPU DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF CHLORPYRIFOS AND METIDATION PESTICIDES RESIDUE IN LONG BEAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sayuran sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi terhadap manusia, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara tidak disengaja dan dua juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan substansi kimia yang mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui untuk membunuh atau mengendalikan berbagai
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
GAMBARAN HYGIENE SANITAS PENGOLAHAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT IV KOTA MANADO Inayah Akmalia Waleuru*, Rahayu H. Akili*,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi pakcoy adalah jenis sayuran yang termasuk keluargan Brassicaceae.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sawi pakcoy (Brassica rapa L) Sawi pakcoy adalah jenis sayuran yang termasuk keluargan Brassicaceae. Sayuran sawi pakcoy berasal dari Cina dan telah dibudidayakan secara luas setelah
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
HUBUNGAN CARA PENANGANAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DUSUN BANJARREJO DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu
Lebih terperinciANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON
ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON 2017 Claudia E. Horimu*, Odi R Pinontoan*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang dianggap paling menjanjikan harapan. Pestisida telah digunakan sekitar 500 tahun
Lebih terperinciKeywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor
ANALISIS FAKTOR FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA JATI, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH Putri Arida Ipmawati 1), Onny Setiani 2), Yusniar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk sebanding dengan peningkatan produksi pangan sehingga sangat diperlukan pestisida yang membantu sistem pertanian di Indonesia. Pestisida
Lebih terperinciANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012
ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 Khodijah Tussolihin Dalimunthe 1, Wirsal Hasan 2 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida merupakan obat-obatan, campuran dari senyawa kimia yang bersifat bioaktif dan umumnya memiliki sifat beracun. Menurut FAO dan SK Menteri Pertanian RI No.
Lebih terperinciLama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.2, November 2017, pp.68-73 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi Lama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA TOLOMBUKAN KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN 2015 Silvana Omega
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang mampu meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang pertanian, utamanya di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pestisida banyak digunakan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi
Lebih terperinciPAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA
PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah
ANALISIS KANDUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA PADI SAWAH DI DESA MPUYA SELATAN SATU KECAMATAN DUMOGA UTARA Ninik Rusma*, Odi R Pinontoan*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil sensus penduduk nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis ekosistem yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik observasional. Disebut analitik karena mejelaskan faktor-faktor risiko dan penyebab terjadinya outcome, dan observasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN LAMA PENYEMPROTAN DAN INTERVAL KONTAK PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE PETANI DI DESA KEMBANGKUNING KECAMATAN CEPOGO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph
KUALITAS FISIKA DAN KIMIA AIR BERSIH DI DESA PESISIR MINAHASA UTARA (Studi Kasus Di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur) Priskila E. Posumah*, Oksfriani J. Sumampouw*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciArfan Ohorella 1, Anwar Daud 2, Anwar 2. / )
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOKLORIN BAHAN AKTIF LINDAN PADA WORTEL DI PASAR TRADISIONAL (PASAR TERONG) DAN PASAR MODEREN (SWALAYAN RAMAYANA M TOS) KOTA MAKASSAR TAHUN 2013 IDENTIFICATION
Lebih terperinciINTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA
INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA Nadya Aulia 1 ; Amaliyah Wahyuni, 2 ; Nurhamidi 3 Rhodamin B adalah salah
Lebih terperincimengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA BAGI KESEHATAN DENGAN PENGELOLAAN PESTISIDA PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN BELANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Freikel Yermi
Lebih terperinciPaparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja
Paparan Pestisida Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Dan Keselamatan Kerja CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat dominan dalam penyediaan protein hewani. Saat ini produksi daging broiler menempati urutan pertama
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Dengan adanya perkebunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral terutama vitamin B dan C. Jenis sayuran yang banyak mengandung mineral dan serat diantaranya bayam, kacang panjang, daun kecipir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun membutuhkan kebutuhan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin menurunnya jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Negara-negara berkembang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pewarna makanan sudah dikenal rakyat Indonesia sejak lama. Masakanmasakan Jawa tradisional seperti opor ayam kunyit untuk menghasilkan warna kuning atau oranye, juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh Organisme
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA KEMBANG SARI KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Heidy Manggopa*, Paul A.T.
Lebih terperinciKata Kunci : Formalin, Mie Basah, Karombasan Market
ANALSIS KANDUNGAN FORMALIN PADA MIE BASAH YANG DI JUAL DI PASAR KAROMBASAN KOTA MANADO Fredrik Yohanes Wuisan*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Odi Roni Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA ANORGANIK TERHADAP ENZIM CHOLINESTERASE DALAM DARAH PADA PETANI HOLTIKULTURA DI DESA BATUR, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA MALATHION DALAM SAYURAN SAWI (Brassica juncea.l)di PASAR PANNAMPU DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA MALATHION DALAM SAYURAN SAWI (Brassica juncea.l)di PASAR PANNAMPU DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF MALATHION PESTICIDES RESIDUES IN MUSTARD GREENS (Brassica
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KADAR RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT PADA SAYURAN SERTA TINGKAT PERILAKU KONSUMEN TERHADAP SAYURAN YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL PRINGGAN KECAMATAN MEDAN BARU
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2017 Regina Sasmita Lakuto*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2017 Regina Sasmita Lakuto*, Rahayu H. Akili*, Woodford B. S Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia sebagian besar bermata pencaharian petani yang sudah mengenal teknologi intensifikasi pertanian, salah satunya penggunaan untuk mengendalikan hama,
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN)
Journal Endurance 1(2) June 2016 (88-93) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN) Entianopa *, Edi Santoso Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu
Lebih terperinciKERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU
KERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU 8 Untuk mengawetkan kayu di samping dengan cara-cara tradisional yang tidak menggunakan racun seperti perendaman dalam air dan pengeringan,
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN ZAT PENGAWET BORAKS PADA BAKSO YANG DISAJIKAN PADA KIOS BAKSO PERMANEN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO
ANALISIS KANDUNGAN ZAT PENGAWET BORAKS PADA BAKSO YANG DISAJIKAN PADA KIOS BAKSO PERMANEN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Sixtian F. Monijung 1), Prof. dr. Jootje M. L. Umboh 1), Ricky C. Sondakh 1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari
Lebih terperinciUJI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH CABAI (Capsicum annum Linnaeus) DI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN
UJI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH CABAI (Capsicum annum Linnaeus) DI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN INSECTICIDE RESIDUE TESTING IN CHILI FRUIT (Capsicum annum Linnaeus) IN PINRANG DISTRICT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai
Lebih terperinciANALISIS RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT, KLORIDA DAN FOSFAT PADA TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) DI PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT
ANALISIS RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT, KLORIDA DAN FOSFAT PADA TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) DI PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT Eca Fitriani 1, Itnawita 2, Subardi Bali 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciKEAMANAN PANGAN HASIL TERNAK DITINJAU DARI CEMARAN LOGAM BERAT
KEAMANAN PANGAN HASIL TERNAK DITINJAU DARI CEMARAN LOGAM BERAT Roostita L. Balia, Ellin Harlia, Denny Suryanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Tujuan dari pengembangan peternakan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan kimia tak lagi menjadi bahan asing yang beredar di masyarakat luas dalam bentuk bahan kimia mentah ataupun dalam bentuk obat-obatan. Zat pewarna makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh
Lebih terperinciPIRETROID DAN ANTINYAMUK
PIRETROID DAN ANTINYAMUK Nyamuk merupakan serangga yang sangat mengganggu di rumah tangga. Penggunaan antinyamuk sebagai pengendali nyamuk di rumah tangga sudah sangat sering digunakan oleh masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI A. KERANGKA TEORI 1. Definisi dan Bentuk Fogging Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD
Lebih terperinciHUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO
HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Lebih terperinciKERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL
KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Forensik adalah cabang ilmu kedokteran yang memberikan bantuan kepada penyidik untuk mendapatkan salah satu alat bukti baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan makanan penduduk dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang terus meningkat (Atmawidjaja, et al., 2004). Negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang
Lebih terperinciRACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN
1 RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN Pendahuluan Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan
Lebih terperinciRENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI
RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI Prehatin Trirahayu Ningrum, Rahayu Sri Pujiati, Ellyke, Anita Dewi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta
Lebih terperinci