BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia 1. Karakteristik Materi Kimia dan Pengajaran Kimia Ilmu kimia merupakan suatu pengetahuan yang memiliki karakteristik yang khas. Menurut Sukarna (Marlina, 2008) karakteristik materi kimia adalah: 1) Ilmu kimia termasuk ilmu pengetahuan alam, sehingga pada pembelajarannya diperlukan contoh-contoh objek nyata yang ada di alam dan dekat. 2) Ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah yang terdiri dari tahapan prosesproses ilmiah untuk mendapatkan produk ilmiah yang terdiri dari tahapan proses-proses ilmiah untuk mendapatkan produk ilmiah (konsep, prinsip, aturan dan hukum). 3) Sebagian besar bahan kajian ilmu kimia bersifat abstrak. Oleh sebab itu dalam proses pembelajarannya, guru harus bisa mengkonstruksi model-model atau analogi-analogi yang tepat sehingga ilmu kimia mudah diterima oleh siswa. 4) Ilmu kimia mengkaji pula soal hitungan, namun hitungan dalam ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka, tetapi soal tersebut berkaitan dengan fakta, aturan, hukum-hukum ilmu kimia sehingga untuk menyelesaikannya pun perlu fakta, aturan, dan hukumhukum-hukum tersebut.

2 9 5) Konsep-konsep ilmu kimia dipelajari dengan urutan tertentu, mulai yang paling sederhana atau mendasar sampai pada yang kompleks. Dengan demikian, maka pembelajaran kimia diperlukan prasyarat pengetahuan yang berhubungan dengan konsep yang akan dibahas sehingga siswa mengetahui kaitan konsep yang lalu dengan konsep baru yang akan dipelajari. 2. Praktikum Sebagai Sarana Pembelajaran Dalam hal ini metode praktikum merupakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dari kimia itu sendiri (Dahar,1996). Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, 2003) mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, yakni bahwa praktikum dapat: 1) Membangkitkan motivasi belajar IPA 2) Mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen 3) Menjadi wahana pendidikan ilmiah 4) Menunjang materi pelajaran Menurut Arifin (2003), keuntungan penggunaan metode praktikum dalam pembelajaran adalah: 1) Kegiatan praktikum dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. 2) Siswa dapat mengamati proses. 3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.

3 10 4) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah 5) Kegiatan praktikum membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan praktikum dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif, psikomotor dan memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. Hal tersebut diperkuat pula oleh pernyataan Utomo, et al., ( Wilani, 2006) bahwa pengajaran adalah efektif untuk mencapai tiga macam tujuan secara bersamaan, yakni pertama keterampilan kognitif yang tinggi (melatih agar teori dapat dimengerti, agar segi-segi yang berlainan dapat diintegrasikan, agar teori dapat ditempatkan pada keadaan problema yang nyata). Kedua keterampilan afektif (belajar merencanakan kegiatan secara mandiri, bekerja sama, mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya, menghargai bidangnya). Ketiga keterampilan psikomotorik (belajar memasang peralatan sehingga betulbetul berjalan, belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu). 3. Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal Prosedur praktikum berbasis material lokal ini merupakan prosedur praktikum yang dapat dijadikan pilihan dari prosedur praktikum standar yang biasa digunakan dalam kegiatan praktikum. Pada praktikum berbasis material lokal ini digunakan bahan dan alat-alat yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah dilakukan. Praktikum dengan menggunakan bahan sehari-hari pun dapat menjadikan belajar lebih bermakna karena lebih dekat

4 11 dengan kehidupan sehari-hari dari siswa. Menurut Solahuddin (Nuryanti, 2006) belajar bermakna akan terjadi jika siswa mampu mengaitkan konsep yang bersikap logika abstrak dengan pengalaman nyata baik dalam kehidupan seharihari maupun dalam skala laboratorium. Prosedur praktikum berbasis material lokal yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah prosedur praktikum titrasi asam basa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengembangan prosedur praktikum ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan dan alat yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari sehingga kegiatan praktikum lebih mudah dilakukan. Langkah-langkah percobaan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan praktikum titrasi asam basa yang standar atau yang biasa dilakukan di laboratorium, namun siswa dalam hal ini lebih dikenalkan pada alat dan bahan praktikum berbasis material lokal. a) Alat Pada praktikum standar, alat yang digunakan biasanya berupa statif, klem, buret dan erlenmeyer. Rangkaian alatnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Statif Klem Buret Labu erlenmeyer Gambar 2.1 Set Alat Titrasi Asam Basa

5 12 Gambar 2.1 memperlihatkan satu set alat titrasi asam basa yang terdiri dari buret yang terpasang pada klem yang sudah terhubung dengan statif. Buret ini digunakan untuk menampung titran atau larutan penitrasi sedangkan labu erlenmeyer digunakan untuk menampung zat yang akan dititrasi. Berbeda dengan peralatan di atas, pada prosedur praktikum berbasis material lokal digunakan alat yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di luar laboratorium. Dalam hal ini sebagai pengganti buret digunakan siring/jarum bekas tinta printer sedangkan sebagai erlenmeyer digunakan botol vial berukuran kecil. Hal yang penting dalam titrasi adalah masalah pengukuran. Ukuran dalam hal ini adalah skala berupa angka yang menunjukkan volume zat/titran dalam satuan mililiter (ml). Buret memiliki skala tertentu dengan tingkat keakuratan yang sudah optimal. Walaupun tingkat keakuratan buret dan siring/jarum bekas tinta printer berbeda, namun siring dengan buret memiliki kemiripan dari segi bentuk, ketersediaan skala dan prinsip kerjanya sehingga dapat dijadikan alat pengganti dalam proses titrasi. Gambar 2.2 Buret (kiri) dan Siring (kanan)

6 13 Selain buret, alat lain yang digunakan pada titrasi asam basa standar adalah labu erlenmeyer. Sebagai alternatif, dalam prosedur praktikum berbasis material lokal ini tidak digunakan labu erlenmeyer melainkan botol vial berukuran kecil seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Labu erlenmeyer (kiri) dan botol vial kecil (kanan) Labu erlenmeyer digunakan sebagai tempat menampung zat yang akan dititrasi dan juga zat hasil titrasi. Dari segi bentuk keduanya berbeda, namun botol vial dapat digunakan karena bahannya yang sama-sama transparan dan memiliki bagian mulut yang kecil sehingga dari segi fungsi botol vial dapat digunakan layaknya labu erlenmeyer. b) Bahan Praktikum titrasi asam basa yang standar, biasanya berupa penentuan konsentrasi atau kadar HCl dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M atau juga penentuan konsentrasi atau kadar CH 3 COOH dengan menggunakan larutan KOH 0,1 M dan masih banyak contoh lainnya. Namun pada praktikum berbasis material lokal yang dikembangkan ini siswa diperkenalkan kepada bahan-bahan yang

7 14 dapat siswa temukan sendiri di sekitar rumah atau yang sudah dikenal secara luas di pasaran. Pada praktikum ini, zat yang akan ditentukan konsentrasinya adalah cuka makan. Dalam hal ini siswa perlu diberikan informasi bahwa asam asetat yang biasa ditemukan di laboratorium juga ternyata dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari baik di pertokoan maupun di pasar yaitu berupa cuka makan dalam kemasan botol maupun kemasan plastik. Gambar 2.4 acetic acid; asam asetat (kiri) dan cuka makan (kanan) Sebagai zat penitrasi, digunakan larutan soda api atau di laboratorium biasa dikenal dengan natrium hidroksida (NaOH). Dalam hal ini siswa juga perlu diberikan informasi bahwa mereka dapat mendapatkan natrium hidroksida dengan mudah di pasaran yaitu soda api seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.

8 15 Gambar 2.5 Caustic Soda; NaOH (kiri) dan Soda Api (kanan) Dalam proses titrasi asam basa, bahan yang juga diperlukan adalah indikator asam basa. Biasanya dalam praktikum titrasi asam basa yang standar digunakan berbagai macam indikator asam basa, seperti fenolftalein, brom timol biru, metil merah dan lain-lain. Untuk praktikum standar, pada titrasi asam lemah (asam asetat) dengan basa kuat (NaOH) biasanya digunakan indikator fenolftalein. Pada umumnya bahan yang memiliki warna yang mencolok dapat memberikan warna yang berbeda pada kedua suasana, baik asam maupun basa. Maka dalam praktikum ini digunakan jenis bunga yang memiliki warna yang mencolok sebagai indikator asam basa yaitu bunga sepatu. Bagian bunga yang dijadikan indikator adalah bagian kelopak berwarna merah yang digerus dengan lumpang dan alu dan ditambahkan sedikit air lalu disaring sehingga dihasilkan ekstrak berwarna merah kehitaman seperti yang terlihat pada Gambar 2.6 Gambar 2.6 Indikator ekstrak bunga sepatu

9 16 Jika titrasi dilakukan dengan menggunakan indikator fenolftalein, maka perubahan warna larutan yang terjadi adalah dari tidak berwarna menjadi merah muda. Sedangkan dengan indikator ekstrak bunga sepatu, perubahan warna yang terjadi adalah warna merah muda ke hijau muda. Karena perubahan warna yang terjadi cukup signifikan, maka titik akhir titrasi akan mudah teramati. Gambar 2.7 Warna indikator dalam suasana asam (kiri) dan basa (kanan) Prosedur praktikum ini juga tentu harus memenuhi kriteria dalam hal keakuratan (accuracy) dan kecermatan/ketelitian (precision). Dalam penggunaan bahasa sehari-hari sering kali istilah ketepatan dan kecermatan dijadikan satu kata yang artinya sama. Namun hal tersebut tidak berlaku sehubungan dengan data ilmiah. Prosedur praktikum yang dapat dijadikan alternatif tentu harus memiliki keakuratan dan kecermatan yang baik sehingga dapat digunakan sebagai prosedur alternatif walaupun tidak menggunakan alat-alat yang terstandarisasi. Akurasi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan analisis dengan kadar analit sebenarnya. Suatu data yang akurat (accurate) adalah hasil yang sangat mendekati nilai sebenarnya dari suatu besaran terukur. Suatu nilai

10 17 dapat dinyatakan akurat bila memenuhi syarat t 0 < t tabel pada persen kepercayaan 95%. Adapun t 0 dapat dihitung dengan rumus berikut (Chase & Bown, 1986): t 0 = dimana: X = rata-rata nilai eksperimen µ 0 = nilai sebenarnya SD = standar deviasi n = banyaknya data Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali atau % recovery. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung % recovery adalah sebagai berikut (Chase & Bown, 1986): 1. Menghitung % error atau % galat dengan rumus berikut: Dimana ; X d = keterangan : X i : hasil eksperimen X 0 : hasil sebenarnya 2. Menghitung persen perolehan kembali atau % recovery : % recovery = 100% - % error Sedangkan kecermatan menurut Harmita (Marlina, 2008) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Kecermatan lazim dinyatakan dalam simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi).

11 18 Adapun kecermatan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Underwood, 1996 ): 1. Hasil analisis adalah x 1, x 2, x 3, x 4,.... x n maka simpangan bakunya adalah : SD = keterangan: x = nilai eksperimen N = banyaknya data 2. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi adalah sebagai berikut: v = x 100 keterangan : SD = standar deviasi = nilai rata-rata B. LKS Sebagai Bentuk Penyajian Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal. 1. Kegunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Conny Semiawan (Nuryanti, 2007) belajar dengan menggunakan LKS menuntut siswa untuk lebih aktif, baik mental atau fisik di dalam kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa kegunaan LKS menurut Hidayat (dalam Ratnasari, 2004) adalah sebagai berikut: 1) Menjadi alternatif bagi guru untuk pengajaran atau memperkenalkan suatu bagian yang tertentu sebagai variasi KBM. 2) Dapat mempercepat proses pengajaran dan dapat menghemat waktu penyajian suatu topik sebab dapat disiapkan di rumah atau disiapkan sewaktu jam bebas

12 19 mengajar sebelum memasuki kelas serta dapat dibagikan secara cepat kepada siswa untuk dipelajari. 3) Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dalam menyelesaikan tugas itu sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. 4) Memberi peluang kepada guru dalam memberi bantuan perorangan atau remedial terutama untuk mengelola kelas besar. 5) Dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga dengan adanya LKS ini siswa dituntut untuk banyak membaca baik itu buku paket, majalah, surat kabar, dan lain-lain untuk menunjang kemajuan dirinya dan membuka cakrawala kedewasaan berpikir. 6) Dapat mempermudah siswa dalam mengingat lebih lama yang dipelajarinya dengan cara membaca dan menulis. 2. Karaktersitik Lembar Kerja Siswa (LKS) Ada dua macam LKS, yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. LKS eksperimen adalah Lembar Kerja Siswa yang dijadikan pedoman atau petunjuk oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan eksperimen dan didalamnya memuat seluruh jenis keterampilan proses. Sedangkan LKS non eksperimen adalah Lembar Kerja Siswa yang dijadikan pedoman untuk memahami konsep tertentu tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan melibatkan penyajian diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan tidak memuat keseluruhan keterampilan proses melainkan hanya keterampilan proses tertentu saja.

13 20 Karena Kimia merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang didalamnya menuntut kemampuan siswa dalam berpikir ilmiah dan bereksperimen, maka jenis LKS yang cocok untuk digunakan sebagai salah satu alat pembelajaran Kimia adalah LKS eksperimen. LKS eksperimen diharapkan dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berfikir, berkreasi dan isinya menarik sehingga membangkitkan minat siswa untuk melakukan eksperimen. Selain itu, LKS harus memiliki peran sebagai alat evaluasi bagi kemajuan belajar siswa. Agar kegiatan praktikum berjalan maksimal, maka LKS sebagai petunjuk praktikum haruslah dibuat dengan sebaik-baiknya. Menurut Darmojo dan Kaligis (Marlina, 2008) LKS yang baik adalah yang memenuhi berbagai persyaratan, seperti syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. 1) Syarat Didaktik Yang dimaksud dengan syarat didaktik adalah persyaratan yang berkaitan dengan azas-azas belajar mengajar yang efektif, yaitu: a) Memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu dapat digunakan oleh siswa lamban, sedang maupun yang cepat belajarnya. b) Memberikan tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu sehingga siswa lebih aktif dalam proses pencarian informasi dan pengetahuan.

14 21 c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Dalam sebuah LKS sebaiknya terdapat kesempatan bagi siswa untuk menulis, menggambar, menggunakan alat percobaan, dsb. d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial emosional, moral dan estetika pada diri siswa. Untuk keperluan ini, diperlukan berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa dapat berhubungan dengan orang lain, mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain. e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dsb), bukan ditentukan oleh materi pelajarannya. 2) Syarat Konstruksi Syarat konstruksi adalah persyaratan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan tingkat kejelasan sehingga dapat dimengerti dengan mudah oleh penggunanya (siswa). Yang termasuk syarat konstruksi adalah sebagai berikut: a) Penggunaan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan kedewasaan anak. b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas. c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. d) Menghindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka, yang dianjurkan adalah isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari pengetahuan yang tidak terbatas.

15 22 e) Tidak mengacu pada buku sumber yang berada di luar kemampuan siswa untuk membacanya. f) Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan sesuai dengan yang diperintahkan. g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Ilustrasi atau gambar lebih dekat pada sifat konkrit, sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga akan berakibat lebih sukar ditangkap oleh siswa. i) Dapat digunakan untuk siswa yang lamban, sedang maupun cepat belajarnya. j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari LKS itu sebagai sumber informasi. k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasi, misal kelas, mata pelajaran, dsb. 3) Syarat Teknis Adapun syarat teknis meliputi pengaturan tulisan, penyajian gambar, kemasan/ penampilan LKS yang menarik. Penjelasan lebih rincinya adalah sebagai berikut: a) Tulisan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tulisan pada suatu LKS, yaitu: Menggunakan huruf cetak dan sebaiknya tidak menggunakan huruf latin atau huruf romawi.

16 23 Menggunakan huruf cetak tebal agak besar untuk topik/judul LKS, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. Mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan gambar serasi. b) Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan isi/pesan secara efektif kepada pengguna LKS. Siswa yang sedang berada pada tahap praoperasional dan operasional konkrit mungkin senang melihat gambar yang bagus tetapi belum dapat menangkap isinya. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar secara keseluruhan atau gambar yang digunakan harus sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. c) Penampilan yang menarik. Penampilan sangat penting dalam LKS, karena pertama kali akan tertarik pada penampilan dari LKS bukan isinya. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata dan banyaknya pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, akan menimbulkan kesan jenuh dan membosankan sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Apabila ditampilkan dengan gambar saja tidak mungkin karena pesan atau isinya tidak akan sampai. Jadi, LKS yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi seimbang antara tulisan dan gambar.

17 24 3. Keterbacaan LKS Sebagai Bentuk Sajian Prosedur Praktikum Sebagai salah satu persyaratan LKS yang baik berdasarkan syarat didaktis, maka hal yang juga penting untuk diperhatikan dalam pengembangan prosedur praktikum ini adalah faktor keterbacaan (readability). Adapun yang dimaksud dengan keterbacaan adalah ukuran sesuai atau tidaknya suatu bacaan atau wacana bagi pembaca tertentu berdasarkan tingkat kesukaran atau kemudahannya. Tingkat keterbacaan harus serasi dengan tingkat kemampuan siswa sehingga dapat digunakan oleh siswa lamban, sedang maupun yang cepat belajarnya. 1) Formula Keterbacaan Formula-formula keterbacaan seperti Reading Ease Formula (RE), Human Interest (HI), Dale and Chall (DAC), Fog Indeks (FI), Grafik Fry, Grafik Raygor, dan Cloze atau prosedur klose (selanjutnya disebut teknik isian rumpang) dianggap praktis dan sederhana pemakaiannya. Metode yang dianggap paling berhasil di antara formula-formula tersebut adalah prosedur klose atau Cloze. Selain dapat digunakan sebagai alat untuk menguji keterbacaan, teknik ini juga sekaligus dapat digunakan untuk alat/teknik pengajaran membaca. Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan bukti bahwa teknik isian rumpang merupakan alat ukur keterbacaan yang mapan. Hal ini didukung oleh beberapa bukti penelitian. Bachman (1985), misalnya telah membuktikan keterandalan teknik ini yang diperbandingkan dengan beberapa skor dari tes baku/standar bahasa Inggris. Bahkan Stump dalam Oller & Perkins (1978), lewat penelitiannya membuktikan bahwa tes isian rumpang dan dikte

18 25 merupakan dua bentuk pengetesan yang mampu memprediksi skor intelegensi dan prestasi belajar. Kedua bentuk pengetesan tersebut telah dikorelasikan dengan sebuah tes standar, yakni The Lorge Thonrdike Intellegence Test dan The Iowa Test Of Basic Skills (ITBS). 2) Teknik Isian Rumpang (Cloze Procedure) Prosedur klose pertama kali diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama cloze procedure. Teknik ini diilhami oleh suatu konsep dalam ilmu jiwa Gestal, yang dikenal dengan istilah clozure. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi satu kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi sesuatu yang sesungguhnya ada namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh; melihat bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan. Berdasarkan konsep tersebut Taylor mengembangkannya menjadi sebuah alat ukur keterbacaan wacana yang diberinya nama cloze procedure. Prosedur tersebut kini lebih dikenal dengan istilah teknis isian rumpang. Taylor (Marlina, 2008) menyebutkan langkah-langkah penyusunan uji rumpang adalah sebagai berikut: 1) Menentukan suatu teks atau wacana yang relatif sempurna ( yakni wacana yang tidak bergantung pada informasi sebelumnya dan tidak terpenggal atau utuh, yaitu wacana dari awal, tengah dan akhir dari prosedur praktikum yang dikembangkan.

19 26 2) Kalimat pertama dan kalimat terakhir dibiarkan utuh. Tiap teks panjangnya antara kata. 3) Melakukan penghitungan mulai dari kalimat kedua, yakni pada setiap kata kelima, penghilangan ditandai dengan titik-titik yang jumlah titiknya sama pada setiap bagian yang dilesapkan. 4) Jika kebetulan kata kelima jatuh pada kalimat yang dianggap penting, pelesapan kata tersebut tidak dilakukan tetapi pelesapan dilakukan pada kata sesudahnya. 5) Secara acak disediakan kata-kata yang dilesapkan dari tiap teks. 3) Kriteria Penilaian Teknik Isian Rumpang Penilaian pengetesan prosedur isian rumpang ditetapkan dengan kriteria persentase. Sampai saat ini para ahli menetapkan dua alternatif kriteria penilaian untuk kemampuan siswa dalam mengisi lesapan pada wacana rumpang. Adapun dua kriteria penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Exact Words Method Jika menggunakan metode ini kita hanya memberi angka kepada jawaban yang sama persis dengan kata aslinya. Kata lain yang tidak tepat benar, tidak dapat diterima walaupun jika ditinjau dari sudut makna tidak mengubah maksud dari konteks kalimatnya. Kriteria penilaian ini dipergunakan untuk menilai prosedur isian rumpang yang dipergunakan sebagai alat ukur dengan peserta tes yang terdiri atas sekelompok besar siswa.

20 27 2) Synonymy Method atau Contextual Method Berbeda dengan exact words method, pada metode ini angka diberikan tidak hanya pada jawaban yang sama persis. Kata-kata yang bersinonim atau katakata yang dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan, dapat dibenarkan dengan catatan makna dan struktur konteks kalimat yang didudukinya tetap utuh dan dapat diterima. 4) Interpretasi Hasil Isian Rumpang Penetapan interpretasi hasil isian rumpang didasarkan atas hasil studi, yaitu dengan cara membandingkan kemampuan siswa dengan kemampuan isian rumpangnya terhadap suatu teks atau wacana yang sama. Berikut ini kriteria penilaian isian rumpang dari beberapa ahli: Earl F. Rankin dan Joseph W. Culhane (1969) menetapkan interpretasi hasil uji rumpang sebagai berikut: Pembaca berada pada tingkat independen/bebas, jika persentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya di atas 60%. Pembaca berada pada tingkat instruksional, jika persentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya berkisar antara 41% - 60%. Pembaca berada pada tingkat frustasi/gagal, jika persentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya sama dengan atau kurang dari 40%. Klasifikasi di atas, penafsiran hasil uji wacana rumpang berdasarkan pembacanya, dengan patokan yang sama, kita dapat mengklasifikasi bahan bacaanya. Untuk klasifikasi skor pertama yaitu diatas 60% artinya wacana itu

21 28 tergolong mudah. Untuk klasifikasi skor kedua, berarti wacana itu tergolong sedang. Sedangkan untuk klasifikasi skor ketiga, menunjukkan bahwa wacana itu tergolong sukar. Zint (1972) menetapkan interpretasi sebagai berikut: Perolehan hasil uji rumpang di atas 50% tergolong dalam tingkat independen (mandiri/bebas). Perolehan hasil uji rumpang antara 40% hingga 50% tergolong dalam tingkat instruksional. Perolehan hasil uji rumpang kurang dari 40% tergolong dalam tingkat frustasi/gagal. Pendapat lain mengemukakan interpretasi dengan ketentuan berikut: Perolehan hasil uji rumpang di atas 53,5% tergolong dalam tingkat independen (mandiri/bebas) Perolehan hasil uji rumpang antara 44,5% sampai dengan 53,5% tergolong dalam tingkat instruksional. Perolehan hasil uji rumpang kurang dari 40% tergolong dalam tingkat frustasi/gagal. Batas kelulusan untuk suatu sistem evaluasi di Indonesia berdasarkan sistem penilaian acuan patokan (PAP), pada umumnya ditetapkan jika peserta tes mampu menjawab dengan benar, minimal separuh dari jumlah soal yang diujikan. Berpegang pada asumsi tersebut, agaknya penetapan interpretasi yang pertama yakni menurut Earl F. Rankin dan Joseph W. Culhane lebih cocok untuk digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

22 29 C. Tinjauan Materi Titrasi Asam Basa 1. Titrasi Asam Basa Istilah titrasi berarti penetapan titer atau penetapan kadar. Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu prosedur percobaan yang disebut titrasi asam basa. Kadar asam atau basa dalam suatu zat tertentu ditentukan berdasarkan pada reaksi penetralan asam-basa. Titrasi asam basa ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui (titran) diturunkan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya (titrat). Dalam hal ini kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, begitu pula sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya. Keadaan ketika mol ekivalen asam sama dengan mol ekivalen basa atau dengan kata lain asam dan basa tepat bereaksi disebut titik ekivalen. Titik ekivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Oleh karena itu, harus dipilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Tabel 2.1 Trayek ph Indikator Asam Basa Indikator Trayek Perubahan Warna Perubahan warna Lakmus 5,5 8,0 merah biru Metil jingga 2,9 4,0 merah kuning Metil merah 4,2 6,3 merah kuning Bromtimol biru 6,0 7,6 kuning biru fenolftalein 8,3 10,0 tidak berwarna - merah

23 30 Dalam proses titrasi asam basa terjadi perubahan ph selama penambahan asam atau basa ke dalam titrat. ph akan naik ketika suatu larutan asam ditetesi dengan larutan basa. Sebaliknya, jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka ph larutan akan turun. Perubahan ph selama penambahan asam atau basa ini dapat digambarkan dengan bentuk kurva titrasi. Bentuk kurva titrasi bergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan. Ada empat jenis titrasi berdasarkan kekuatan asam dan basa yaitu : 1) Titrasi asam kuat dengan basa kuat 2) Titrasi asam lemah dengan basa kuat 3) Titrasi basa lemah dengan asam kuat 4) Titrasi asam lemah dengan basa lemah 2. Penentuan Konsentrasi Asam asetat dalam Cuka Makan Untuk menentukan konsentrasi asam asetat dalam cuka makan, dilakukan melalui proses titrasi yang didasarkan pada reaksi penetralan asam lemah dengan basa kuat. Dalam hal ini konsentrasi asam asetat ditentukan dengan mereaksikannya dengan NaOH yang kita kenal di pasaran sebagai larutan soda api. Adapun indikator yang digunakan adalah indikator alami yang terbuat dari ekstrak bunga sepatu. Perubahan warna yang terjadi ketika larutan asam menjadi basa adalah merah muda ke hijau muda. Adapun bentuk persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: CH 3 COOH (aq) + NaOH(aq) CH 3 COONa(aq) + H 2 O(l)

24 31 Selama penambahan soda api ke dalam asam cuka tetes demi tetes, terjadi perubahan ph yang ditunjukkan dengan kurva titrasi berikut: Trayek ph indikator bunga sepatu Titik ekivalen Gambar 2.8 Kurva Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat Dari kurva pada Gambar 2.8 terlihat bahwa titik ekivalen berada di atas ph 7 yaitu diantara ph 8-9. Maka titik akhir titrasi dapat ditentukan di sekitar trayek ph tersebut dengan melihat perubahan warna yang terjadi. Dari proses titrasi akan diketahui berapa banyak volume larutan soda api yang habis terpakai hingga tepat ekivalen yang dapat terdeteksi melalui titik akhir titrasi. Setelah volum NaOH rata-rata hasil percobaan diketahui, maka untuk menentukan konsentrasi asam dapat digunakan rumus: dengan: M 1. n 1. V 1 = M 2. n 2. V 2 M 1 M 2 n 1 n 2 V 1 V 2 : konsentrasi basa NaOH (soda api) dalam satuan Molaritas : konsentrasi asam asetat dalam satuan Molaritas : valensi basa NaOH (soda api) : valensi asam asetat : volume basa NaOH (soda api) : volume asam asetat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ilmu Kimia Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu

Lebih terperinci

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses Sains. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian

Lebih terperinci

kimia TITRASI ASAM BASA

kimia TITRASI ASAM BASA Kurikulum 2006/2013 2013 kimia K e l a s XI TITRASI ASAM BASA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan macam-macam titrasi.

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 Hal-0 Instruksi Pastikan bahwa nama dan kode peserta Anda sudah tertulis pada halaman pertama lembar soal dan lembar

Lebih terperinci

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI I. TUJUAN a. Mahasiswa dapat menjelaskan proses titrasi asidi alkalimetri. b. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi sampel dengan metode asidi alkalimetri. II. DASAR

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan. Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui dan melakukan hal baru. Pendidikan tidak hanya berorientasikan pada

Lebih terperinci

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l) PENGEMBANGAN PROSEDUR PENENTUAN KADAR ASAM CUKA SECARA TITRASI ASAM BASA DENGAN BERBAGAI INDIKATOR ALAMI (SEBAGAI ALTERNATIF PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA DI SMA) Das Salirawati, M.Si dan Regina Tutik Padmaningrum,

Lebih terperinci

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TITRASI ASAM-BASA SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2 Jam Pelajaran I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami

Lebih terperinci

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan A. Pengertian Asam Basa Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang dalam pembelajarannya sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen

Lebih terperinci

Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret FKIP Universitas Halu Oleo

Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret FKIP Universitas Halu Oleo TINGKAT KETERBACAAN WACANA NONFIKSI PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA PEGANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 RAHA KURIKULUM 2013 EDISI REVISI 2014 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ISIAN RUMPANG 1 Yeni Lisnawati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu komponen penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar seharusnya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) Disusun Oleh : 1. Ela Bintang Bahari (XI IPA 4 / 03) 2. Alfian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I NAMA KELOMPOK : MELVIA PERMATASARI (08121006013) MELANY AMDIRA (08121006027) ANIS ALAFIFAH (08121006029) PUTRI WULANDARI (08121006071) MUTIARA BELLA (08121006073) JURUSAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK BASA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK MODUL PRAKTIKUM NAMA PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : STANDARISASI LARUTAN ASAM DAN BASA : Drs. AGUSTINUS NGATIN, MT. : SIFA FUZI ALLAWIYAH TANGGAL PRAKTEK : 9 Oktober 2013 TANGGAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020 PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020 PROGRAM STUDI D3 ANALISIS KESEHATAN STIKES BINA MANDIRI GORONTALO 2014 LAPORAN AKHIR PERCOBAAN II A. JUDUL : Titrasi Asam Basa B. TUJUAN Dengan

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~ Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~ -Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M- Latifa Dinna Prayudipta XI IPA 1 SMAN 3 TANGERANG SELATAN TAHUN AJARAN 2009/2010 Laporan praktikum kimia -titrasi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu hasil pretest dan posttest. Hasil pretest digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa dilakukan tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Titrasi Volumetri Dr. Anna Permanasari, M.Si. K PENDAHULUAN egiatan praktikum ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan dasar Anda dalam melakukan pekerjaan laboratorium, melatih Anda dalam bekerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penentuan Trayek ph Indikator Alami Dalam penentuan trayek ph, dilakukan beberapa persiapan seperti pembuatan ekstrak buah naga merah dan buah murbei. Selain itu, juga diakukan

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-2122 PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA Nama Praktikan : Anggi Febrina NIM : 13010107 Kelompok : 5 (Shift Pagi) Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Pada pembelajaran larutan penyangga dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian berupa hasil pretest, posttest,dan dokumentasi. Data hasil pretest (sebelum diberi perlakuan) dan pottest

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG PENDAHULUAN Obat maag atau antasida adalah obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif yang menetralkan asam dilambung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE Kelompok : Kelompok 5 Tanggal Persentasi : 14 November 2016 Tanggal Percobaan : 21 November 2016 Sahlillah Dwi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN Das Salirawati, M.Si PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana pokok suatu bangsa dalam peningkatan kualitas masyarakatnya dan penyesuaian diri terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patalogi, Entomologi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patalogi, Entomologi dan 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Januari sampai bulan Maret 014.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patalogi, Entomologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam M. Natzir (2005:54) menyatakan bahwa metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh: TUGAS KIMIA TITRASI ASAM BASA Disusun oleh: Nama : Kelas : SMA NEGERI 1 BAJAWA 2015 TITRASI ASAM BASA 1. Prinsip Dasar Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia Praktikum A Waktu: 120 menit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PARAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PARAKTIKUM KIMIA LAPORAN PARAKTIKUM KIMIA Titrasi Asam Basa Oleh: Annisa Pawitra (04) Hikmah Putri S.A (16) Luh Made K.G.S (24) Nimas Asriningputri (31) Nugky Dyah P. (32) XI-IPA4 Tahun ajaran 2012-2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LKS (Lembar Kerja Siswa) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) Dahar (1996: 29) menyatakan LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri

Lebih terperinci

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**)

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) regina_tutikp@uny.ac.id Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS adalah media pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar alternatif.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya Lampiran 2 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I Mata Pelajaran Kelas/Semester Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan ke : Kimia : XI IPA 4/ 2 (dua) : Teori Asam Basa Arrhenius : 2 x 45 menit : I Standar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2006: 584). Selanjutnya textbook dijelaskan sebagai a book giving instruction in

BAB II KAJIAN TEORI. 2006: 584). Selanjutnya textbook dijelaskan sebagai a book giving instruction in BAB II KAJIAN TEORI A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks Textbook mempunyai padanan kata buku pelajaran (Echols & Sadily, 2006: 584). Selanjutnya textbook dijelaskan sebagai a book giving instruction in

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 11. Sat. Pendidikan

LEMBARAN SOAL 11. Sat. Pendidikan LEMBARAN SOAL 11 Mata Pelajaran Sat. Pendidikan Kelas / Program : KIMIA : SMA : XI IPA PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar. VOLUMETRI I Drs Kusumo Hariyadi Apt MS. Analisa Kimia dibagi 2 bagian : 1. Analisa Kualitatif ( analisa jenis) bertujuan mencari adanya unsur / senyawa dalam suatu sampel 2. Analisa Kuantitatif (analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar di sekolah menengah dalam pembelajaran IPA, pada materi klasifikasi zat KD (2.1) Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 1

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 1 Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya gan Ilir (I) 30662 ABSTRAK Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa

Lebih terperinci

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. ASAM DAN BASA A. Asam Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16. LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober 2012 14.00 s/d 16.00 wib TUJUAN : 1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK 02 REGULER KELOMPOK 6 Disusun oleh: 1. Jang Jin Joo 1306399071 (11) 2. Robby Samuel 1306402204 (12) TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL 2014 Pengertian Titrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sebagai lembaga satuan pendidikan, keberhasilan sekolah dapat diukur dengan kelengkapan sarana dan prasarana dalam menunjang proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut:

1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut: SOAL-SOAL BAB 5 LARUTAN ASAM BASA/ Kimia Erlangga 2B 1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut: No Larutan yang diuji Warna lakmus Merah Biru 1 X Merah Biru 2 Y Merah Merah

Lebih terperinci

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN I. JUDUL PERCOBAAN Titrasi Penetralan dan Aplikasinya II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN Jum at, 4 Desember 2015 III. SELESAI PERCOBAAN Jum at, 4 Desember 2015 IV. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat dan menentukan

Lebih terperinci

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA Dosen Pembimbing : Zora Olivia, S. Farm., M.Farm, Apt GOLONGAN/KELOMPOK : A / 3 Anindiya Tazkiyah Aji Gesang Jati Abrar Rivanio Putra Siti Sofiya Miranda Faradilla Rozziqa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KADAR NaClO PADA PEMUTIH Disusun oleh : Latifah Suryaningrum (24 / XII IPA 1) SMA Negeri 1 Klaten Jl. Merbabu No. 13 Klaten 2012 / 2013 A. Tujuan Menentukan kadar NaClO

Lebih terperinci

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO TEORI ASAM BASA LOGO TEORI ASAM BASA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP 2012 Beberapa ilmuan telah memberikan definisi tentang konsep asam basa Meskipun beberapa definisi terlihat kurang jelas dan berbeda satu sama lain, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

tujuh1asam - - ASAM BASA GARAM - - Asam Basa Garam 7202 Kimia Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

tujuh1asam - - ASAM BASA GARAM - - Asam Basa Garam 7202 Kimia Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - ASAM BASA GARAM - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian tujuh1asam Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Anastasia Latif ( XI IPA 1 ) Christine ( XI IPA 1 ) Josephine Putri ( XI IPA 2 ) Kelvin Ricky (XI IPA 2 ) Patty Regina (XI IPA 1 )

Disusun Oleh: Anastasia Latif ( XI IPA 1 ) Christine ( XI IPA 1 ) Josephine Putri ( XI IPA 2 ) Kelvin Ricky (XI IPA 2 ) Patty Regina (XI IPA 1 ) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Asam dan Basa Disusun Oleh: Anastasia Latif ( XI IPA 1 ) Christine ( XI IPA 1 ) Josephine Putri ( XI IPA 2 ) Kelvin Ricky (XI IPA 2 ) Patty Regina (XI IPA 1 ) Windy Saputra ( XI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) agar menjadi

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN BAB V PEMBAHASAN Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA I. Teori Dasar Kita sering menjumpai asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari. Buah-buahan, seperti jeruk, apel, dll., mengandung asam. Amonia rumah tangga, bahan pembersih,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA KELAS XI IPA MA DARUL ULUM ARTIKEL PENELITIAN OLEH

DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA KELAS XI IPA MA DARUL ULUM ARTIKEL PENELITIAN OLEH DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA KELAS XI IPA MA DARUL ULUM ARTIKEL PENELITIAN OLEH MUHAMMAD SAKUR NIM F02112047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PMIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

Pembuatan Kit Praktikum Kimia Skala Kecil untuk Pembelajaran Reaksi kimia

Pembuatan Kit Praktikum Kimia Skala Kecil untuk Pembelajaran Reaksi kimia Pembuatan Kit Praktikum Kimia Skala Kecil untuk Pembelajaran Reaksi kimia Sri Haryati 1,a), Djulia Onggo 2,b) 1 SMAN 17 Garut Magister Pengajaran Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa.

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne (Sadiman,

Lebih terperinci

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Bab VII ph Larutan Asam-Basa Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Indikator universal dan kertas lakmus digunakan untuk mengindentifikasi ph larutan asam-basa. TUJUAN

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan sifat asam serta basa. 2. Memahami teori

Lebih terperinci

BAB 5. Larutan Asam dan Basa. Kata Kunci. Pengantar Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari

BAB 5. Larutan Asam dan Basa. Kata Kunci. Pengantar Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari Kimia XI SMA 147 BAB 5 Larutan Asam dan Basa Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian asam-basa menurut Arrhenius. 2. Membandingkan kekuatan asam-basa.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dipaparkan pada BAB 1, penelitian ini berupaya untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat keterbacaan

Lebih terperinci

Regina Tutik Padmaningrum, UNY

Regina Tutik Padmaningrum, UNY TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, M.Si Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta regina_tutikp@uny.ac.id Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat,

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA

INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA . Kinerja Proses No INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA Aspek yang dinilai. Mengecek kelengkapan alat dan bahan sesuai dengan yang ada di panduan praktikum

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret Mei 2015. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Etimologi dan Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARJUNA LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Laboratorik dengan pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Kimia Ilmu merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), secara garis besar mencakup dua bagian, yakni sebagai proses dan sebagai produk. Kimia sebagai produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II. A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process Oriented Guided Inqury Learning) pada Materi Asam Basa dan Larutan Penyangga

BAB II. A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process Oriented Guided Inqury Learning) pada Materi Asam Basa dan Larutan Penyangga BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENDEKATAN POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) PADA MATERI ASAM BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process

Lebih terperinci

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY. TITRASI ASIDIMETRI *) Oleh : Regina Tutik Padmaningrum**)

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY. TITRASI ASIDIMETRI *) Oleh : Regina Tutik Padmaningrum**) TITRASI ASIDIMETRI *) Oleh : Regina Tutik Padmaningrum**) regina_tutikp@uny.ac.id A. Beberapa Pengertian Umum dalam Titrasi Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci