PENGARUH TERPASAN KEBISINGAN DAN PROSES PRODUKSI TERHADAP DAYA DENGAR PADA PEKERJA
|
|
- Erlin Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH TERPASAN KEBISINGAN DAN PROSES PRODUKSI TERHADAP DAYA DENGAR PADA PEKERJA Dian Eko Adi Prasetio, ST., MT 1, Ir. Herlina KN, MT 2 dianeko11@gmail.com, linanurtjahyo@gmail.com Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam As-Syafi iyah ABSTRAK PT. Armindo CaturPratama adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang steel structure, dimana saat ini perusahaan yang terbesar di wilayah Gunung Putri Kabupaten Bogor, dalam kategori untuk pengolahan baja lembaran/batangan menjadi sebuah produk. Namun dibalik kesuksesan sebuah perusahaan akan berdambak terhadap pekerja maupun lingkungan perusahaan jika tidak dikendalikan dengan baik dan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memastikan apakah alur proses sesuai aturan atau pedoman yang ada, kemudian berapa besar kontribusi paparan kebisingan yang di timbulkan dari proses produksi pengepresan baja, serta berapa besar keefektifan sistem yang terapkan untuk dijalankan secara continue untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang dapat merugikan perusahaan maupun pekerja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif di unit produksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan cukup untuk mengantisipasi resiko permasalahan akibat kebisingan. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa manajemen PT. Armindo CaturPratama untuk meningkatkan kesadaran pekerja kemudian menggunakan alat pelindung telinga, serta meningkatkan pengawasan dan pelaksanaan program SMK3 dengan serius kemudian mengendalikan kebisingan di unit produksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan dapat mengantisipasi terjadinya resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK). Kata Kunci: SMK3 Alat Kendali/ Proteksi Bahaya Sejak Awal I. PENDAHULUAN Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51/MEN/1999 yang menetapkan nilai ambang batas kebisingan selama 8 jam kerja adalah 85dB. Kebisingan diatas 85dB tidak hanya menimbulkan keluhan pada pendengaran, tetapi menurut penelitian yang pernah dilakukan kebisingan juga bisa menimbulkan meningkatnya tekanan darah, gangguan tidur, kelainan pencernaan, meningkatnya emosi dan berbagai kelainan yang diakibatkan oleh stres karena kebisingan. PT Armindo CaturPratama terdapat mesin yang menimbulkan suara yang menganggu bagi pekerja. PT Armindo CaturPratama sebagai perusahaan konstruksi baja penghasil tower transmisi, pemancar, monopole, baja bergelombang dan hot dip 1
2 galvanize yang berpotensi cukup besar untuk mempunyai paparan bising dalam setiap proses produksinya yaitu Cutting, Corrugated & Punching, Curving dan Hot Dip Galvanize. Pada setiap aktifitas proses produksi tersebut terdapat mesin-mesin yang menimbulkan suara bising. Pada manusia kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pendengaran dan pencernaan, stres, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja (Suma mur,1996). Untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat kebisingan serta pengendalian tingkat kebisingan yang ada, pemerintah telah membuat UU RI No.4 tahun 1982 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.718/Menkes/Per/XI tahun 1987 yang berisikan aturan kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan (Suharyanto, 1994). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terpajan kebisingan dari proses produksi terhadap daya dengar pada tenaga kerja di PT Armindo CaturPratama. II. Kajian Teori Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No 51. tahun 1999). Tambunan (2005) dalam bukunya yang berjudul Kebisingan Di Tempat Kerja menuliskan bahwa dalam bahasa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) telah mendefinisikan status suara/kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu: Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 db. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 db selama lebih dari 8 jam. Menurut Cholidah, 2006, intensitas kebisingan yang tinggi dan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) mempunyai efek yang merugikan kepada tenaga kerja meliputi : a. Gangguan Komunikasi Kebisingan dapat menggangu percakapan baik jika dilakukan dengan tatap muka ataupun via telepon karena kebisingan yang terjadi akan mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung. Risiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan komunikasi menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan mungkin terjadi kelelahan,terutama pada peristiwa penggunaan tenaga baru (Suma mur P. K, 1996:65). b. Gangguan Tidur Kebisingan bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur. Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain motivasi bangun, kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan dan umur manusia (Dwi P. Sasongko, 2000:19). c. Gangguan Psikologis Kebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Tergantung pada intensitas, frekuensi, perioda kebisingan, saat dan lamanya kejadian, kompleksitas spektrum/kegaduhan dan ketidakteraturan kebisingan (Dwi P. Sasongko, 2000:20). d. Gangguan Produktifitas Kerja Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang melalui gangguan psikologis dan gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktifitas kerja (Dwi P. Sasongko, 2000:20). 2
3 e. Gangguan Mental Emosional Gangguan ini berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung (Dwi P. Sasongko, 2000:20). f. Gangguan Kesehatan Kebisingan Kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu periode yang lama dan terus menerus. (Dwi P. Sasongko, 2000:20). g. Gangguan Fisiologi Kebisingan Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap sistim jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormone adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler (Dwi P. Sasongko, 2000:21). Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas seseorang yang bekerja di tempat kerja yang bising dan faktor-faktor tersebut adalah: 1. Frekuensi kebisingan, nada tinggi adalah lebih menggangu daripada nada rendah. 2. Jenis kebisingan, kebisingan terputus-putus (intermitten noise) adalah lebih menganggu daripada kebisingan kontinu. 3. Sifat pekerjaan, pekerjaan yang rumit atau kompleks lebih banyak terganggu daripada pekerjaan yang sederhana (simple work ). 4. Variasi kebisingan, makin sedikit variasinya makin sedikit juga gangguannya. 5. Sikap individu. 6. Faktor adaptasi (Siswanto, 1989). Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan telah direkomendasikan menurut ACGIH dan ISO (International Standart Organization) sebesar 85 db (A) sedangkan menurut OSHA (Occupational Safety and Health Assosiation) sebesar 90 db(a) untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu ( Susanto, 2006). Ketentuan NAB kebisingan di Indonesia diatur dalam KepMenaker No.Kep.51/Men/1999 tentang NAB Faktor Fisik di tempat kerja yang menetapkan NAB 85 db(a) untuk waktu kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. III. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, (Notoadiatmojo, 2005). Metode cross sectional ini seperti yang disebutkan oleh Husein Umar (2007:45) adalah sebagai berikut : Metode cross sectional adalah metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam satu kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam waktu panjang). Tingkat kebisingan diukur dengan Sound Level Meter (SLM). Dengan prosedur pengukuran sebagai berikut : a. Periksa output baterai dengan menswicth on swicth test baterai, jarum harus dihubungkan dengan skala meter yang benar. Posisi swicth test ini berbeda untuk instrumen dengan instrumen lainnya tetapi umumnya berkaitan dengan swicth on/off dan selalu dibari tanda dengan jelas. b. Swicth on istrumen dan panaskan hingga dua menit. c. Kalibrasi instrumen sebagai berikut : lepaskan penutup mikropon, tempatkan kalibrator pada mikropon dan set skala pada db(a) dan pada rentanan yang benar untuk uotput 3
4 kalibrator. Jika instrumen memiliki swicth respons cepat dan lambat, maka setlah kebagian yang cepat. Aktifkan kalibrator dan amati bacaan pada meter. Jika tidak mampu membaca dengan cepat, aturlah tampilan layar sedemikian dengan memutar sekrup kalibrasi menggunakan obeng kecil. d. Untuk mengukur paparan kebisingan, lepaskan tutup mikropon, aktifkan switch pada respon yang tepat dan tempatkan instrumen sejauh lengan dari tubuh dengan tetap menjaganya satu meter diatas lantai. Jika paparan pekerja telah diukur, tempatkan mikropon lebih dekat ke telinga pekerja tetapi dengan mengarah pada sumber dan catat bacaan pada setiap sisi. Jika mengalami fluktuasi yang terlalu besar untuk mendapatkan nilai yang dapat dibaca, maka switchlah ke respon yang lebih lambat dan bacalah sekali lagi. e. Jika para pekerja berada pada mesin yang bising, maka sangatlah bermanfaat untuk mendapatkan kebisingan latar belakang, sehingga ulangi point 4 diatas dengan mematikan mesin. IV. Hasil Penelitian PT. Armindo CaturPratama merupakan industri manufaktur yang memproduksi tower transmisi, pemancar, monopole, baja bergelombang dan hot dip galvanize dan berlokasi di Jl. Raya Gunung Putri KM 8 Cibinong Bogor Kondisi lingkungan kerja perusahaan sebagian besar menimbulkan intensitas bising yang tinggi, melebihi nilai ambang batas 85 db sehingga risiko tenaga kerja akan gangguan pendengaran sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh terpajan bising yang meliputi intensitas bising, frekuensi kebisingan, masa kerja, alat pelindung diri, dan umur terhadap daya dengar pada pekerja di PT Armindo CaturPratama. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dibatasi berdasarkan syarat-syarat tertentu untuk mendapatkan sampel dengan karakteristik yang sama. Hal ini dilakukan guna mengendalikan variabel-variabel pengganggu dalam penelitian. Tenaga kerja yang diambil sebagai sampel adalah tenaga kerja bagian proses produksi yang memiliki fungsi pendengaran normal pada saat pemeriksaan kesehatan di awal bekerja, berusia tahun dengan masa kerja minimal 5 tahun,sehingga didapatkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 30 pekerja. a. Intensitas Bising Hasil pengukuran intesintas bising di bagian proses produksi di PT Armindo CaturPratama pada 4 lokasi yaitu di bagian Cutting, Corrugated & Punching, Curving dan Hot Dip Galvanizing didapatkan hasil bahwa intensitas bising sudah melebihi nilai ambang batas intensitas bising yang diperkenankan di Indonesia, sebagaimana Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 tentang NAB untuk iklim kerja dan kebisingan di tempat kerja yaitu tidak melebihi 85 db (A) untuk 8 jam kerja perhari atau 40 jam perminggu. Nilai intensitas bising yang diperoleh dari 4 lokasi tesebut diatas yang diukur berkisar diantara db. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 30 pekerja yang bekerja di lingkungan kerja dengan intesitas bising diatas NAB dengan distribusi frekuensi 0 (0%) pekerja yang bekerja pada intensitas bising 86 db, 10 (33,33%) pekerja yang bekerja pada intensitas bising 87 db, 1 (3,33%) pekerja yang bekerja pada intensitas bising 88 db, dan 19 (63,33%) pekerja yang bekerja pada intensitas bising 90 db. Berdasarkan teori kebisingan, intensitas bising yang melebihi NAB dapat menyebabkan dampak yang bersifat auditory (yang berhubungan dengan organ telinga) dan non-auditory (yang tidak berhubungan dengan organ telinga). 4
5 National Occupational Safety and Health Commission (2001) menyatakan bahwa kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pendengaran berupa penurunan daya dengar dan juga menimbulkan stress dan penyakit jantung. Menurut Tarwaka (2004) bahwa pengaruh pemajanan intensitas bising tinggi (di atas NAB) menyebabkan terjadinya kerusakan pada indera pendengaran atau penurunan daya dengar baik bersifat sementara maupun permanen. b. Frekuensi Bising Distribusi frekuensi 30 pekerja yang menjadi objek penelitian berdasarkan tingkat frekuensi kebisingan lingkungan kerja adalah 0 (0%) pekerja yang bekerja pada frekuensi bising 1000Hz, 8 (26,67%) pekerja yang bekerja pada frekuensi bising 2000Hz, 7 (23,33%) pekerja yang bekerja pada frekuensi bising 4000Hz, dan 15 (50%) pekerja yang bekerja pada frekuensi bising 6000Hz. Nada dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi yang ada (Suma mur, 1996). Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16 hingga Hz. Frekuensi bicara terdapat pada rentang Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya (Suyono, 1995). Kebisingan dengan frekuensi diatas 1000 Hz lebih mengganggu daripada frekuensi rendah yang dapat mengganggu kecermatan, dan ketelitian kerja seseorang daripada terhadap kuantitas kerja (Siswanto, 1991). c. Masa Kerja Distribusi fekuensi masa kerja dari 30 pekerja yang bekerja di lingkungan kerja dengan intesitas bising diatas 85 db adalah 12 (40%) pekerja yang memiliki masa kerja berkisar antara 0-5 tahun, 10 (33,33%) pekerja yang memiliki masa kerja berkisar antara 6-10 tahun, 8 (26,67%) pekerja yang memiliki masa kerja berkisar antara tahun. Masa kerja tenaga kerja menunjukkan lamanya bekerja di perusahaan, makin tinggi masa kerja makin tinggi pula risiko untuk mengalami gangguan pendengaran. Menurut WHO dalam buku Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja menyebutkan bahwa risiko kerusakan pendengaran pada tingkat kebisingan 75 db untuk paparan selama 8 jam per hari dapat diabaikan. Bahkan pada tingkat paparan sampai 80 db tidak ada peningkatan subyek dengan gangguan pendengaran. Akan tetapi pada 85 db ada kemungkinan bahwa setelah 5 tahun bekerja, 1% pekerja memperlihatkan sedikit (minor) mengalami gangguan pendengaran, setelah 10 tahun kerja 3% mengalami kehilangan pendengaran dan setelah 15 tahun meningkat menjadi 5%. Pada tingkat bising 90 db berturut-turut 4% (5 tahun), 10% (10 tahun) dan 14% (15 tahun). Sedangkan pada tingkat kebisingan 95 db berturut-turut menjadi 7% (5 tahun), 17% (10 tahun) dan 24% (15 tahun) (Wijaya, 1997). d. Alat Pelindung Diri Distribusi fekuensi penggunaan alat pelindung diri dari 30 pekerja yang bekerja di lingkungan kerja dengan intesitas bising diatas 85 db adalah 27 (90%) pekerja yang menggunakan alat pelindung diri pada saat sedang bekerja dan 3 (10%) pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat sedang bekerja. Alat pelindung telinga berfungsi sebagai penghalang (barier) antara sumber bising dengan telinga bagian dalam, juga melindungi telinga dari ketulian akibat bising. Dalam menentukan jenis alat pelindung telinga yang dipakai, perlu dipertimbangkan berbagai faktor seperti jenis alat pelindung yang dipakai, bahan dan cara pemakaiannya, kemampuan alat untuk melindungi telinga, intensitas kebisingan, kenyamanan, harga dan sebagainya (Budiono, dkk, 2003). Alat pelindung diri merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi tingkat 5
6 intensitas yang diterima oleh telinga tenaga kerja, sehingga akan mengurangi tingkat kerusakan telinga (penurunan daya dengar). Perusahaan sudah menyediakan Alat pelindung diri berupa ear plug, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja tidak menggunakan ear plug yang telah disediakan perusahaan. Alasan tidak memakai alat pelindung telinga bervariasi yaitu dari pihak tenaga kerja menyatakan bahwa pekerja tidak nyaman menggunakan ear plug pada saat sedang bekerja, tidak ada sanksi dari pihak manajemen perusahaan jika tidak menggunakan ear plug, dan tidak tahu dampak kebisingan terhadap telinga. Secara umum bisa disimpulkan bahwa pemakaian APD ditunjang oleh pengawasan dari pihak manajemen perusahaan, pengetahuan dan kesadaran tenaga kerja akan dampak yang ditimbulkan oleh kebisingan. e. Umur Distribusi frekuensi umur dari 35 pekerja yang bekerja di lingkungan kerja dengan intesitas bising diatas 85 db berdasarkan Tabel 5.1 adalah 10 (33,33%) pekerja yang berumur antara tahun, dan 20 (66,67%) pekerja yang berumur antara tahun. Umur adalah usia tenaga kerja mulai dari lahir sampai saat pengambilan sampel. Berdasarkan kondisi alamiah manusia makin bertambah umur akan makin menurun nilai ambang dengarnya, yang disebut presbiakusis (presbyacusis) yaitu penurunan daya dengar alamiah secara gradual akibat bertambahnya umur seseorang. Sensitivitas pendengaran seseorang akan turun mulai usia 40 tahun (Bashiruddin, 2008). Oleh karena itu, pekerja dipilih menjadi objek penelitian berusia dibawah 40 tahun. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji regresi linear ganda diperoleh angka R sebesar 0,815a baik untuk telinga kiri maupun telinga kanan yang berarti bahwa pengaruh antara variabel terpajan kebisingan terhadap penurunan daya dengar pekerja adalah kuat. Santoso (2000) menyatakan bahwa hubungan variabel dikatakan kuat jika nilai R yang diperoleh diatas 0,5. Pengaruh Terpajan Kebisingan terhadap Daya Dengar Telinga Kiri Angka R Square dari uji regresi sebesar 0,665 (66,5%) dengan demikian dapat dijelaskan bahwa variabel terpajan kebisingan dapat menyebabkan penurunan daya dengar (ketulian) telinga kiri sebesar 66,5% sedangkan 33,5% lagi dijelaskan (dipengaruhi) oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pengaruh Terpajan Kebisingan Terhadap Daya Dengar Telinga Kanan Angka R Square dari uji regresi sebesar 0,664 (66,4%) dengan demikian dapat dijelaskan bahwa variabel terpajan kebisingan dapat menyebabkan penurunan daya dengar (ketulian) telinga kanan sebesar 66,4% sedangkan 33,6% lagi dijelaskan (dipengaruhi) oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. V. Kesimpulan Hasil pengukuran audiometri ambang dengar pekerja menunjukkan penurunan daya dengar telinga kiri sebanyak 13 pekerja : 30 sampel x 100% = (43,33%) dengan kategori tuli ringan, 2 pekerja : 30 sampel x 100% = (6,67%) dengan kategori tuli sedang dan 1 pekerja : 30 sampel x 100% = (3,33%) dengan kategori tuli berat. Sementara untuk jumlah pekerja yang mengalami penurunan daya dengar telinga kanan sebanyak 11 pekerja : 30 sampel x 100% = (36,67%) dengan kategori tuli ringan, 4 pekerja : 30 sampel x 100% = (13,33%) dengan kategori tuli sedang dan 1 pekerja : 30 sampel x 100% = (3,33%) dengan kategori tuli berat. 6
7 Penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara variabel alat pelindung diri (APD) dan intensitas bising terhadap penurunan daya dengar telinga kiri pada pekerja bagian produksi PT. Armindo CaturPratama. Sementara itu, untuk daya dengar telinga kanan hanya variabel alat pelindung diri (APD) saja yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap penurunan daya dengar telinga kanan pada pekerja bagian produksi PT. Armindo CaturPratama. Pada penelitian ini ditemukan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap terjadinya penurunan daya dengar telinga kanan adalah umur. Dan hal ini dapat juga mempengaruhi produktifitas kerja, sehingga perusahaan lambat laun akan mendapatkan imbas dari penurunan daya dengar para pekerja. Irma, I dan Intan A Penyakit Gigi, Mulut, dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika. Mulia R. M Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purnomo, H Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Riyanto Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Soepardi E.A., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R.D Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jakarta: FK UI. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. VI. DAFTAR PUSTAKA Admin PG. POERWODADIE. Di unduh: 21 April Anizar Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Deo, Marselina Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran pada Tenaga Kerja Bagian Weaving di PT.ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. (Skripsi).Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Harrianto, R Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Iriani, Muslichah Pengaruh Paparan Bising terhadap Gangguan Pendengaran pada Pekerja di PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil devisa tertinggi di antara komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin
1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,
Lebih terperinciANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV
ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki
Lebih terperinciGAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA
GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri khususnya industri tekstil semakin meningkat dan akan memberikan dampak positif maupun negatif kepada manusia, terutama para pekerja. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia semakin meningkat. Peralatan permesinan juga semakin canggih. Penggunaan yang semakin canggih akan memberikan keuntungan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN Mata Kuliah : Penyehatan Udara Materi Pokok : Pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter (SLM) Hari/Tanggal : Senin, 22 September 2014 Waktu : 09.00-13.00
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Anizar Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Al Fatih, Muhammad. 2008. Tes Pendengaran. Diakses pada 15 Juli 2014.http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/tes.pendengaran/online Amira P. 2012. Analisis Faktor Resiko yang Berhubungan
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun
Lebih terperinciPERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014
PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 Isramilda Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT
PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang berdiri di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko (Suardi, 2007). Orang yang bekerja juga
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PEMESINAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF
PENGARUH PROSES PEMESINAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF Nama : Muhammad Budiman NPM : 22409589 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr. Ir. Tri Mulyanto, MT. LATAR BELAKANG MASALAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG
ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG Sinta Marlina, Ari Suwondo, Siswi Jayanti ABSTRAK Gangguan pendengaran sensorineural merupakan gangguan pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi menurut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja termasuk di sektor informal. Untuk itu, perlu dikembangkan dan ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pabrik speaker (pengeras suara) menggunakan mesin yang menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat membuat pekerja disekitar mesin produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi
Lebih terperinciKebisingan Kereta Api dan Kesehatan
Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia semakin banyak dan untuk memenuhi semua itu orang-orang berupaya menyediakan pemenuh kebutuhan dengan melakukan proses
Lebih terperinciProgram Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)
Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi dihasilkan dari pergesekan benda padat, gas, cair atau kombinasinya. Pergesekan tersebut mengakibatkan geteran yang akan menganggu keseimbangan molekul-molekul udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan
Lebih terperinciHUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU
HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS () DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU 1 2 3 Nisa Amalia, Idjeriah Rossa, Rochmawati CORRELATION OF NOISE EXPOSURE AND NOISE INDUCED
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ditandai dengan semakin banyaknya industri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ditandai dengan semakin banyaknya industri yang menggunakan teknologi maju dan modern. Penggunaan teknologi yang modern memberikan banyak kemudahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat dan lain sebagainya (Arifiani, 2004). Akibatnya
Lebih terperinciDisusun oleh : J PROGRAM FAKULTAS
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN PENURUNANN AMBANG DENGAR PADAA TENAGA KERJA DI PT. PUTRI INDAH PERTIWII DESA PULE, GEDONG, PRACIMANTORO, WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : MEIKE WAHYU WIJAYANTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan industrilisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisme dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,
Lebih terperinciANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA
ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf
Lebih terperinciDINASTI TUNGGAL DEWI J
PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PUBLIKASI
Lebih terperinciFISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja
Lebih terperinciSuma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah upaya kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagian besar waktu usia produktif akan dilewatkan di tempat kerja. Hal ini
Lebih terperinciTINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT
TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT Yunasril 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang email: inoes83@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada saat ini masih kurang diperhatikan, hal ini terbukti dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Menurut International
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini, pemerintah telah mempunyai kebijakan pembangunan industri nasional yang tertuang dalam Perpres No.28
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materi
Lebih terperinciKEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI
KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI Sukmal Fahri dan Eko Pasha Politeknik Kesehatan Jambi Abstract Pengaruh kebisingan berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
Lebih terperinciINFOKES, VOL. 5 NO. 1 Februari 2015 ISSN :
ANALISIS PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PROSES PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Oleh: Nabilatul Fanny APIKES Citra Medika Surakarta nabilafanny@gmail.com
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan kesehatan kerja adalah berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih serasi dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang
Lebih terperinciTIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan
Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart
Lebih terperinciStudi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi
Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi (Studi Kasus: PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban Jawa Timur) Rochana Fathona
Lebih terperinciTINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI
63 TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI Nyoman Surayasa 1), I Made Tapayasa 2), I Wayan Putrayadnya 3) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian tersebut
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan laporan proyeksi kebutuhan listrik PLN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. NIDCD (2010) menyatakan bahwa kejadian gangguan pendengaran akibat bising
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktutertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress
Lebih terperinciGANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1
GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan masalah utama pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang terpapar bising, misalnya pekerja di kawasan industri antara lain pertambangan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendengaran berperan penting dalam komunikasi, perkembangan bahasa dan belajar. Penurunan pendengaran dalam derajat yang ringanpun dapat mempunyai efek negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi agar mampu
Lebih terperincihidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
Lebih terperinciHUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN
HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi
Lebih terperinciPENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014)
PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014) Neila Mokoagow, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 nelamokoagow@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produktivitas manusia sangat ditunjang oleh fungsi pendengaran. Apabila pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident Compensation
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG
SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara industri di kota-kota besar seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Sudah sejak dulu diketahui bahwa bising industri dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar di negara-negara dunia sering ditemukan adanya daerah kumuh atau pemukiman miskin. Daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA
HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA Urai Yuniarsih, Sunarsieh dan Salbiah Jurusan Kesehatan lingkungan Poltekkes Kemenkes
Lebih terperinciHubungan Intensitas Kebisingan Dengan Gangguan Psikologis Pekerja Departemen Laundry Bagian Washing PT. X Semarang
Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Gangguan Psikologis Pekerja Departemen Laundry Bagian Washing PT. X Semarang *) **) Ferri Kristiyanto *), Bina Kurniawan **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa Bagian Peminatan
Lebih terperinci