BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :
|
|
- Hengki Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan tekanan darah pada manusia. Menurut Vita (2006) Umur termasuk faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh manusia. Semakin bertambahnya usia, itu berarti manusia atau dalam hal ini pekerja menjadi rentan untuk dapat mengalami peningkatan tekanan darah. Tekanan darah akan lebih mudah meningkat di umur > 55 tahun. Setelah melewati usia 55 tahun sistem sirkulasi darah akan terganggu, karena pembuluh darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta berkurang elastisitasnya pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi sering mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mardin, peningkatan tekanan darah lebih rentan dialami oleh seseorang yang memiliki usia tahun. Di usia tahun seseorang memiliki risiko sebesar 3,36 kali untuk mengalami peningkatan 81
2 82 tekanan darah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki usia tahun. Hasil analisis bivariat dalam penelitian dengan menggunakan uji statistik Correlation Spearman umur dengan tekanan darah didapatkan nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara umur dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anang Kurniawan (2009) menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan peningkatan tekanan darah pada Industri Mebel CV. Gion dan Rahayu Kartasura. Dalam penelitian ini umur bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah akibat bising. Variabel umur dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah akibat bising pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile disebabkan karena pekerja yang mengalami peningkatan tekanan darah mayoritas tenaga kerja yang berumur 55 tahun dengan terpajan bising > 85 db selama 8 jam. 2. Masa Kerja Masa kerja merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan non auditory (peningkatan tekanan darah). Semakin lama masa kerja seseorang (> 5 tahun) di dalam lingkungan kebisingan
3 83 yang di atas NAB maka akan semakin berbahaya pula bagi kesehatannya dibandingkan seseorang yang bekerja 5 tahun. Hasil uji statistik Correlation Spearman masa kerja dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. Akan tetapi, Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti. Hastuti melakukan penelitian kepada pekerja yang terpajan kebisingan di bandara Ahmad Yani Semarang. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah. Dari 38 orang yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun, ada 27 orang (77,1%) yang mengalami peningkatan tekanan darah. Pada penelitian ini diketahui nilai rasio prevalens sebesar 0,654 dengan interval kepercayaan 95%, 0,436 sampai dengan 1,041. Ini menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah pada operator di pabrik ammonia IB PT. PUSRI Palembang. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah subyek yang diteliti kurang banyak dan karena operator yang memiliki masa kerja 5 tahun merupakan operator lapangan yang masih berusia muda ( 40 tahun) sehingga mereka ditempatkan di
4 84 area bising yang melebihi NAB. Dalam satu kali shift, operator lapangan melakukan pemeriksaan ke area plant setiap 2 jam sekali (4 kali dalam satu shift) sehingga mereka lebih banyak terpapar bising di atas NAB dan lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah. 3. Beban Kerja Menurut Tarwaka, dkk (2004), menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Untuk penelitian ini yang digunakan adalah perhitungan nadi kerja pekerja unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. dalam penelitian ini didapatkan 100%cdari 60 sampel penelitian memiliki denyut antara > 75 hingga < 100 denyut/menit. Hasil uji statistik Correlation Spearman beban kerja dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. 4. Jenis Kelamin Sampel pada penelitian ini dibatasi pada tenaga kerja wanita, dimaksudkan memenuhi persayaratan tidak merokok dan minum alkohol. Pemilihan Sampel berjenis kelamin yaitu perempuan, dimaksudkan untuk
5 85 memperoleh karakteristik sampel yang hampir sama. Berdasarkan teori yang ada perbedaan aklimatisasi antara laki-laki dengan wanita dikarenakan kapasitas kardiovaskuler wanita lebih kecil. Pada wanita tekanan darah sebelum menepouse adalah 5-10 mmhg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menepouse tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn, 2007). 5. Lama Paparan Lama kerja dari keseluruhan tenaga kerja unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta selama 8 jam sehari dengan 1 jam istirahat, termasuk juga pekerja yang merupakan sampel penelitian. 6. Riwayat Penyakit Dalam penelitian ini dari 60 sampel didapatkan rata-rata penyakit asam urat dan tekanan darah rendah dengan rata-rata 1.57 tidak ditemukan penyakit obesitas atau hipertensi yang dapat mengganggu hasil dari penelitian. Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan telah melebihi batas ambang normal dan dapat membahayakan kesehatan (Taufik, 2007). Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan darah tinggi dan meningkatkan kadar kolesterol darah dan insulin. Kondisi kegemukan yang dialami anaka-anak sejak kecil jelas meningkatkan resiko kematian dini (Taufiq, 2007).
6 86 Hasil uji statistik Correlation Spearman riwayat penyakit dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Anang Kurniawan (2009) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan tekanan darah pada Industri Mebel CV. Gion dan Rahayu Kartasura dan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. B. Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan alat sound level meter di unit compressor didapatkan hasil rata-rata kebisingan sebesar 90.3 db. Sehingga kebisingan yang ada di unit Weaving melebihi NAB yaitu sebesar 90,3 db. Berdasarkan Kepmenaker No. Kep.51/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Faktor Fisika di Tempat Kerja, untuk waktu pemajanan 8 jam perhari intensitas kebisingan yang dapat diterima tanpa menggunakan APD adalah maksimal 90.3 db. Sedangkan untuk waktu pemajanan kebisingan sebesar 90.3 db lebih dominan ke intensitas sebesar 91 db adalah kurang dari 2 jam perhari artinya tenaga kerja maksimal berada di area tersebut selama 2 jam secara terus menerus tanpa menggunakan APD. Selama penelitian diketahui kebisingan disebabkan karena suara mesin Weaving yang berjumlah 75
7 87 mesin yang sedang operasi. Pekerja berada selama 8 jam di dalam ruangan tersebut dengan keadaan mesin yang selalu menyala sedangkan mekanik berada sekitar 2 jam berada di dalam ruangan tersebut untuk memperbaiki mesin-mesin yang rusak. Dari hasil pengujian statistik Correlation Spearman pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0,000, sehingga p 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif (+) sempurna jika kebisingan mengalami peningkatan maka tekanan darah juga akan meningkat, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara ), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. C. Tekanan Panas Hasil pengukuran tekanan panas pada unit Weaving diperoleh ISBB terendah 26.4 o C dan tertinggi 34.8 o C. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.51/MEN/2011 tentang NAB faktor fisik tempat kerja untuk variasi kerja 75% istirahat 25% dengan beban kerja ringan
8 88 Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB) atau WBGT in yang diperkenankan sebesar 30.6 C (Kepmenaker No. Kep.51/MEN/2011). Hasil pengukuran tekanan panas yang telah dilakukan peneliti yaitu pengukuran dilakukan di unit Weaving dengan 6 titik. Titik yang melebihi NAB ada 4 titik yaitu pada titik III 30.9 C, pada titik IV 34.8 C, pada titik V 30.5 C dan pada titik VI 34.3 C, hal tersebut dikarenakan mesin yang digunakan adalah mesin yang membutuhkan suhu tinggi,, tempat kerja yang banyak terdapat mesin-mesin berukuran besar, mesin mengeluarkan uap panas, suhu sekitar tempat kerja yang panas dan cuaca pada saat pengukuran sangat panas sehingga dapat menambah tekanan panas di dalam ruangan karena tempat kerja tersebut juga tertutup. Untuk 2 titik lainnya menunjukkan suhunya dibawah NAB tekanan panas yang diperkenankan, yaitu pada titik I 24.6 C dan pada titik II 29.9 C. Hal ini dikarenakan kedua titik tersebut tersebut berdekatan dengan alat pendingin ruangan berupa kipas angin yang masih berfungsi dengan baik, dekat dengan ventilasi dan dekat dengan pintu masuk sehingga pekerja yang berada diititik tersebut dapat sirkulasi udara yang baik sehingga tidak terlalu panas. Hal ini dikarenakan, tempat tersebut memiliki ventilasi yang cukup banyak sehingga panas dari tempat tersebut dapat dialirkan ke luar dengan lancar. Keadaan panas lingkungan kerja juga dipengaruhi cuaca lingkungan yang mana saat pengambilan data penelitian suhu udara lingkungan tidak menentu dikarenakan musim (Suma mur, 2009).
9 89 Menurut Suma mur (2009), sumber panas radiasi adalah berasal dari permukaan matahari yang panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (tekanan panas) selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan. Menurut Heru dan Haryono (2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi seperti Weaving. Sumber-sumber panas yang berada di bagian Weaving yaitu dari mesin Weaving yang digunakan untuk pembentukan benang menjadi kain mentah. D. Tekanan Darah Dari hasil pengukuran tekanan darah responden didapatkan ratarata sistolik mmhg dan rata-rata diastolik mmhg. Tekanan darah sistolik berkisar antara tekanan mmhg, untuk tekanan darah diastolik berkisar antara mmhg. Berdasarkan teori Joint National Committe-VII (2004) dari tekanan darah responden didapatkan 45 responden termasuk dalam golongan tekanan darah tinggi dan 15 responden termasuk dalam golongan tekanan darah normal. Dari hasil uji statistik Correlation Spearman tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa diperoleh hasil p value = sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. dan Hasil uji statistik Correlation Spearman tekanan
10 90 darah diastolik pada paparan tekanan panas bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik sebesar dan r untuk tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara ( ), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang kuat. Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0.000, sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara ), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. E. Hubungan Kebisingan dan Tekanan Darah Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0.000, sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada
11 91 hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar ke arah positif (+) artinya adalah jika kebisingan meningkat maka tekanan darah sistolik pun akan meningkat dan memiliki hubungan yang sangat kuat dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah distolik sebesar (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara ) ke arah positif (+) sehingga jika kebisingan meningkat maka tekanan darah distolik pun akan meningkat serta menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. Hal tersebut didukung dengan hasil pengukuran intensitas kebisingan yang menunjukan hasil untuk rata-rata kebisingan adalah 90.3 db melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik tempat kerja menurut Kepmenaker RI No. Kep.51/MEN/2011 sebesar 85 db, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal, yaitu untuk golongan tekanan darah tinggi didapatkan 40 responden dan golongan tekanan darah normal didapatkan 15 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi kebisingan, semakin tinggi pula tekanan darah. Hal tersebut telah membuktikan bahwa bising yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai teori Sasongko (2000) mengenai pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan
12 92 pada indera pendengaran, kebisingan juga menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung. Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler. Tarwaka, dkk (2004) juga menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan. Hasil penelitian sama dengan penelitian sebelumnya dengan terhadap 46 responden yang dilakukan oleh Suparyati (2011) yang berjudul Hubungan Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pada Pekerja Tekstile Di PT. X Pekalongan, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan tekanan darah yang cenderung mengalami peningkatan tekanan darah.
13 93 F. Hubungan Tekanan Panas dan Tekanan Darah Berdasarkan hasil uji statistik Correlation Spearman maka diperoleh hasill p value = sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik sebesar dan r untuk tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara ( ) ke arah positif (+) sehingga jika tekanan panas semakin tinggi maka tekanan darah akan mengalami peningkatan dan menunjukan tingkat hubungan yang kuat. Ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada tenaga kerja di unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta, yaitu semakin tinggi tekanan panas maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal di atas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di unit Weaving yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas tertinggi sebesar 34.8 C melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/2011 yaitu sebesar 34.8 C untuk beban kerja ringan, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak
14 94 dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal, yaitu untuk golongan tekanan darah tinggi didapatkan 45 responden dan golongan tekanan darah normal didapatkan 15 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan panas, semakin tinggi pula tekanan darah. Hal tersebut telah membuktikan bahwa tekanan panas yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai dengan teori Grandjean (1988) yang menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32 C ke C), peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34 C atau lebih. Hasil penelitian sama dengan penelitian sebelumnya dengan terhadap 30 responden yang dilakukan oleh Havidz Al Resya (2010) yang berjudul Perbedaan Tekanan Darah Pada Paparan Tekanan Panas di Atas dan di Bawah NAB Pada Pekerja Cor Cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas melebihi NAB yang cenderung mengalami peningkatan.
15 95 G. Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Dari hasil akhir uji Regresi Linear Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan dan tekanan panas berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variabel kebisingan dan tekanan panas menunjukkan nilai p < dari nilai (0,05) maka variabel tersebut berperan atau berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Variabel yang paling besar peranannya atau dominan hubungannya terhadap tekanan darah sistolik adalah variabel tekanan panas dengan koefisian 0,968 ke arah positif (+) yang artinya adalah jika tekanan panas meningkat atau tinggi maka tekanan darah sistolik juga akan meningkat. Dari hasil akhir uji Regresi Linear Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan dan tekanan panas berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variabel kebisingan dan tekanan panas menunjukkan nilai p < dari nilai (0,05) maka variabel tersebut berperan atau berhubungan terhadap tekanan darah diastolik. Variabel yang paling besar peranannya atau dominan hubungannya terhadap tekanan darah diastolik adalah variabel tekanan panas dengan koefisian ke arah positif (+) yang artinya adalah jika tekanan panas meningkat atau tinggi maka tekanan darah diastolik juga akan meningkat. Hasil tersebut didapatkan bawah tekanan panas yang lebih dominan dalam peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik. Hal tersebut didukung dengan adanya keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan pekerja. Tempat
16 96 kerja pekerja di unit Weaving berada di dalam ruangan yang terbatas dengan kapasitas 150 orang. Ruangan Weaving tersebut tidak memiliki ventilasi yang cukup hanya disediakan 1 Exhaust untuk pekerja dan letaknya hanya di dekat pintu masuk saja. Kemudian panas tersebut juga ditimbulkan karena adanya mesin Weaving yang menimbulkan panas. Mesin-mesin Weaving tersebut dioperasikan setiap harinya selama 24 jam dan pekerja terpapar panas dalam waktu 8 jam selama bekerja. Selain itu panas yang ditimbulkan juga karena pekerjanya sendiri. Jumlah pekerja yang banyak dan dengan ruangan terbatas mengakibatkan suhu menjadi panas. Pekerja menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida secara terbatas. Karena proses metabolisme ini berlangsung terus-menerus dan terjadi di ruangan terbatas terjadi penumpukan panas yang menyebabkan peningkatan temperatur sehingga mengakibatkan peningkatan penguapan keringat. Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan.
17 97 Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. H. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi : 1. Penggunaan alat tensi meter digital yang hasilnya kurang valid jika dibandingkan dengan tensi meter manual karena tensi meter digital alatnya bersifat sensitif terhadap suara dan gerakan dari responden yang sedang diukur tekanan darahnya. 2. Peneliti tidak bisa menggunakan alat tensi meter manual karena tempat penelitian yang agak bising jadi mengurangi kepekaan pendengaran peneliti pada saat pengukuran tekanan darah. 3. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka faktor yang lain seperti tekanan panas, beban kerja, olahraga, emosi dan stres fisik, obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan minum kopi tidak diteliti. 4. Penulis tidak mengetahui bahwa penggunaan adaptor untuk alat tensi meter digital lebih akurat dalam pengukuran daripada penggunaan baterai.
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil devisa tertinggi di antara komoditas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri khususnya industri tekstil semakin meningkat dan akan memberikan dampak positif maupun negatif kepada manusia, terutama para pekerja. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.
BAB V PEMBAHASAN A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Hasil penelitian menunjukkan setelah bekerja untuk sistole
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan
2.1. Tekanan Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi yang tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun demikian, penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan
Lebih terperincikenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim kerja Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. 2 Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti; temperatur, kelembapan udara,
Lebih terperinciDINASTI TUNGGAL DEWI J
PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adapun massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan dikarenakan hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah perempuan. Rata-rata responden berusia produktif
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagian besar waktu usia produktif akan dilewatkan di tempat kerja. Hal ini
Lebih terperinciPERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI
PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih
Lebih terperinciIndeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)
Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) KEPMENAKER NO.51 TAHUN 1999 TENTANG NAB FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA 1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI, TEKANAN DARAH, DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA BAGIAN PRODUKSI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Karakteristik responden jenis kelamin yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis kelamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back pain pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat
Lebih terperinciHUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN
HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat dan lain sebagainya (Arifiani, 2004). Akibatnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan metode cross-sectional dimana setiap subjek penelitian hanya di observasi satu kali dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia
Lebih terperinciKarakteristik Umum Responden
mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Paguyaman adalah satu dari 6 (Enam) kelurahan yang ada di kecamatan kota tengah dengan luas 0,75 Km 2 terdiri dari
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan pemerintah telah mengambil kebijakan khususnya tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Selain bermanfaat untuk perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materi
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciSuma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah upaya kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan adalah suara ditempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pengambilan data dari pengukuran fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt dilakukan oleh satu orang operator dimana operator tersebut melakukan
Lebih terperinciPERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR TEKANAN PANAS DI INDUSTRI MEBEL CV.GION & RAHAYU KARTASURA, SUKOHARJO JAWA TENGAH
PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR TEKANAN PANAS DI INDUSTRI MEBEL CV.GION & RAHAYU KARTASURA, SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan
Lebih terperinciDisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatann.
PERBEDAAN DENYUT NADI KERJA, TEKANAN DARAH, DAN GANGGUAN EMOSIONAL PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN LEBIH BESAR DAN KURANG DARI NAB PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas a. Definisi Iklim kerja adalah suatu bentuk kombinasi dari suhu di tempat kerja, kelembaban pada udara, kecepatan gerakan udara, serta suhu radiasi
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT
PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Magdalena R.0212027
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi yang kemudian dipadankan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Kerja 2.1.1. Definisi Iklim Kerja Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini
Lebih terperinciBab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi
Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas
Lebih terperinci-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas
-THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan melalui upaya kesehatan lingkungan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017
UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan
Lebih terperinciEVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya
Lebih terperinciPengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Stres Kerja
Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.7-12 ISSN 2302-495X Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap dan Tingkat Stres Kerja Muhamad Rian Ardiansyah 1, Ja far Salim 2, Wahyu Susihono 3 123 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciHubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.
Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. 1 Shinly Suzana Montolalu 2 Wenny Supit 2 Vennetia R. Danes 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin
1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing
BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan
Lebih terperinciHUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
LAPORAN KHUSUS HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Dian Pitaloka Ika Dewi R.0008033 PROGRAM DIPLOMA III
Lebih terperinciPERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO
PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja pada saat melakukan pekerjaan di tempat kerja tidak terlepas dari berbagai faktor bahaya dan potensi bahaya yang terdapat pada pekerjaan atau lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,
Lebih terperinci