PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN"

Transkripsi

1 PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabuputen Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2013 Siti Maulina Nuryani Karnaen NIM I

4 2

5 3 ABSTRAK SITI MAULINA NURYANI KARNAEN. Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabuputen Tangerang. Dibimbing oleh SITI AMANAH. Desa Tanjung Pasir merupakan wilayah pesisir pantai yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya pada bidang perikanan. Terdapat kegiatan usaha perikanan baik penangkapan, pengolahan, maupun budidaya yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Berbagai macam program telah dilakukan, namun isu gender dalam rumah tangga belum terselesaikan. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari peranan gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Metode yang digunakan melalui pengisian kuesioner dan wawancara semi terstruktur yang didapat dari anggota rumah tangga perikanan. Beberapa faktor dalam karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi memiliki hubungan dengan peran gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Pembagian peran adil dan setara dari hasil riset antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga membantu mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan seimbang. Kata kunci: peranan gender, pengambilan keputusan, rumah tangga perikanan, karakteristik rumah tangga, kondisi sosial ekonomi ABSTRACT SITI MAULINA NURYANI KARNAEN. Gender Role in Fisheries s Household in Tanjung Pasir Village, Teluknaga Subdistrict, Tangerang District. Supervised by SITI AMANAH. Tanjung Pasir is a coastal area in Tangerang District where majority of the inhabitans depends their livelihood to the fisheries resources. There are three fishery businesses in Tanjung Pasir, include fishing, fish-processing, and fish breeding carried out by women and men. Various programs have been implemented, but gender role and relation in the household still unresolved issue. The research objective is to study the role of gender and decision-making in the fisheries s households. Survey method using questionnaire was used to collect data and in-depth interviews with key informants were also-conducted. Some factors in characteristic of household and socio-economic condition show corelation with the gender roles and decision-making in the fisheries s household. Keywords: gender role, decision-making, fisheries s household, characteristic of households, socio-economic condition

6 4

7 5 PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 6

9 7 Judul Skripsi : Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang Nama : Siti Maulina Nuryani Karnaen NIM : I Disetujui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 8

11 9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Skripsi ini berupaya menjelaskan kondisi rumah tangga perikanan dari aspek peran gender. Rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir menjelaskan usaha penangkapan ikan, pengolahan perikanan, dan budidaya perikanan. Terdapat peran gender yang spesifik, yaitu laki-laki lebih banyak terlibat dalam kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan, sedangkan perempuan lebih banyak terlibat dalam kegiatan pengolahan. Atas terselesaikannya skripsi ini, diucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc, selaku Dosen Pembimbing yang selalu dengan sabar membimbing dan membagi ilmu pengetahuan. Tidak lupa kepada Ibu Ir Siti Sugiah Mugniesyah, MS selaku Dosen Penguji Utama dan Bapak Martua Sihaloho, MS, MSi, selaku Dosen Penguji Wakil Departemen dalam ujian sidang skripsi atas kritik dan masukannya. Terima kasih diucapkan kepada Bapak Dr Ir Dwi Sadono, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Juga kepada seluruh dosen dan staf KPM yang telah banyak membantu selama ini serta kepada masyarakat Desa Tanjung Pasir atas ketersediaannya untuk dijadikan sebagai tujuan sasaran penelitian. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta, Dr Ir Toni Ruchimat, MSc dan Dra Siti Nur Irianti Atmadibrata, serta adik-adik tersayang, Muhammad Fauzan Darmawan Karnaen dan Siti Tazkia Nurhamida Karnaen, yang senantiasa memberi dukungan emosional dan psikologis, doa, serta limpahan kasih sayang kepada penulis. Juga kepada teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai teman seperjuangan, berdiskusi, dan memotivasi penulis dalam proses penulisan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Februari 2013 Siti Maulina Nuryani Karnaen

12 10

13 11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 3 Tujuan Penelitian 4 Kegunaan Penelitian 4 PENDEKATAN TEORITIS 5 Tinjauan Pustaka 5 Konsep Gender 5 Ideologi Gender 6 Peranan Gender 7 Ketidakadilan Gender 7 Analisis Gender 8 Konsep Perikanan 8 Konsep Rumah Tangga 9 Pengambilan Keputusan 9 Kerangka Pemikiran 10 Proporsi Penelitian 12 Definisi Operasional 12 METODOLOGI PENELITIAN 15 Lokasi dan Waktu 15 Teknik Sampling 15 Teknik Pengumpulan Data 16 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17 Kondisi Geografis Desa 17 Kondisi Sosial dan Budaya Desa 17 Kondisi Ekonomi Desa 18 Potensi Sumberdaya Desa 19 Ekosistem Pesisir 19 Pariwisata 20 Kegiatan Usaha Perikanan 20 Penangkapan Ikan 21 Pengolahan Ikan 23 Pembudidayaan Ikan 24 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 27 Usia 27 Pendidikan Formal 28 Status Bekerja/Kedudukan dalam Pekerjaan di Bidang Perikanan 28 Pandangan tentang Peran Gender 29

14 12 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 Jumlah Tanggungan 31 Jenis Usaha Perikanan 32 Curahan Waktu 32 Pendapatan 36 Pengeluaran 37 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dengan Peran Gender dalam Rumah Tangga Perikanan 40 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Peran Gender dalam Rumah Tangga Perikanan 42 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dengan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan 46 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan 49 SIMPULAN DAN SARAN 53 DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN 59 RIWAYAT HIDUP 67

15 13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Perbedaan seks dan gender 5 Tabel 2 Populasi dan sampel penelitian 15 Tabel 3 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir berusia produktif berdasarkan tingkat pendidikan tahun Tabel 4 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir menurut mata pencaharian tahun Tabel 5 Kategori usaha perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung Pasir tahun Tabel 6 Hasil tangkapan utama perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung Pasir tahun Tabel 7 Jenis ikan dalam usaha budidaya perikanan Desa Tanjung Pasir 2009 dan Tabel 8 Persentase responden berdasarkan kategori usia di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 9 Persentase responden berdasarkan pendidikan formal di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 10 Persentase responden berdasarkan status bekerja/kedudukan dalam pekerjaan bidang perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 11 Persentase responden berdasarkan pandangan tentang peran gender di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 12 Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam rumah tangga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 13 Persentase responden berdasarkan jenis usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 14 Persentase responden berdasarkan curahan waktu perempuan dan laki-laki di sektor publik dan domestik masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 15 Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Tabel 16 Curahan waktu responden dalam bidang produktif berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun

16 14 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Persentase responden berdasarkan pendapatan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Pembagian peran/aktivitas di bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dan pembagian peran/aktivitas di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Persentase responden menurut kondisi sosial ekonomi dan pembagian peran/aktivitas di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Persentase pengambilan keputusan di bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dan pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun Persentase responden menurut kondisi sosial ekonomi dan pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun

17 15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran peran gender dalam rumah tangga perikanan 11 Gambar 2 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga nelayan 33 Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan 34 Gambar 4 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pembudidaya ikan 34 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Peta Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang 59 Lampiran 2 Kerangka sampling 60 Lampiran 3 Struktur pemerintahan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang 66

18 16

19 1 PENDAHULUAN Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan kepulauan dan memiliki sekitar pulau dengan wilayah pesisir sepanjang km. Sampai saat ini, usaha perikanan sebagian besar masih dikelola dalam skala rumah tangga, dengan pendapatan yang terbatas. Terdapat beragam aspek dalam rumah tangga yang dapat dikaji untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan rumah tangga perikanan. Salah satunya adalah aspek relasi gender, yang menjadi fokus penelitian ini. Latar Belakang Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode , sampai saat ini upaya untuk meningkatkan manfaat sumberdaya alam dan peningkatan kualitas lingkungan hidup terus dilakukan. Daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam semakin menipis. Pada satu sisi, peningkatan permintaan akan bahan pangan terjadi seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya daya beli dan selera masyarakat akan bahan pangan, yang dipicu oleh membaiknya kondisi ekonomi dalam lima tahun ke depan. Di sisi lain, penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya tambak dan air, akan menjadi kendala dan keterbatasan dalam meningkatkan kemampuan produksi komoditas pangan. Terjadinya alih fungsi lahan pangan ke non pertanian, degradasi lahan pertanian dan lahan tambak, keterbatasan sarana dan prasarana produksi perikanan, serta dampak negatif dari fenomena perubahan iklim, juga akan menjadi permasalahan lain yang akan mengurangi kemampuan produksi bahan pangan dalam lima tahun ke depan. RPJMN Periode menyebutkan bahwa riset teknologi kelautan dan penerapannya dilaksanakan untuk mendukung pembangunan kelautan nasional, termasuk riset sumber daya kelautan di laut dalam. Kebijakan bidang pendidikan, industri, dan IPTEK belum terintegrasi sehingga mengakibatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan pada sisi penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan belum tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna yaitu industri kelautan dan perikanan. Di samping itu, kebijakan fiskal juga dirasakan belum kondusif bagi pengembangan kemampuan IPTEK kelautan dan perikanan. Aspek gender dalam rumah tangga perikanan merupakan isu yang belum banyak diungkap. Hasil kajian Hikmah et al. (2008) mengemukakan bahwa relasi gender dalam masyarakat perikanan menunjukkan kondisi yang masih timpang. Peran gender masih dipengaruhi oleh stereotipe dan diskriminasi, yang berdampak terhadap semakin tingginya curahan waktu kerja perempuan di ranah domestik dan publik. Keterlibatan perempuan di sektor publik erat kaitannya dengan upaya peningkatan penghasilan rumah tangga. Dalam hal ini, Hubeis (2010) berpendapat bahwa umumnya perempuan cenderung menerima berbagai jenis pekerjaan tanpa memperhatikan besarnya pendapatan dan resiko yang akan diterima. Meskipun demikian, pada kenyataannya sampai saat ini kompetensi perempuan belum memperoleh penghargaan/pengakuan sebagaimana mestinya.

20 2 Menurut Hubeis (2010), kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam sebuah rumah tangga memerlukan kerja sama yang harmonis antara perempuan dan lakilaki. Sebuah rumah tangga tidak harus laki-laki sebagai pencari nafkah utama saja, tetapi tergantung kesepakatan bersama sehingga dalam prosesnya, dilakukan atas dasar kemauan sendiri tidak dengan paksaan atau dalam rasa tertindas. Hal tersebut merupakan hak asasi manusia (HAM), tanpa membedakan ia perempuan atau laki-laki. Kenyataan seringkali tidak sesuai dengan aturan yang ada. Salah satunya adalah mengenai HAM yang ada saat ini penerapannya tidak mungkin identik di setiap lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda. Sejak lahir, setiap perempuan dan laki-laki diberikan kemampuan yang sama dan memiliki tugas masing-masing. Berbagai studi dan penelitian menunjukkan bahwa dalam bidang ekonomi, perempuan pekerja memberi kontribusi ekonomi yang sangat signifikan terhadap penghasilan dan kesejahteraan keluarga serta penghasilan nasional. Rata-rata perempuan bekerja sekitar dua belas jam lebih panjang dari laki-laki setiap minggunya, baik dibayar maupun tidak. Oleh karena itu, perempuan merupakan penyelamat dari terjadinya krisis ekonomi yang ada meskipun adanya ketidakadilan gender yang meliputinya. Kenyataan yang ada dalam masyarakat adalah perempuan masih belum memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Perempuan dalam kontribusinya cenderung untuk melakukan kegiatan penunjang. Salah satu contohnya adalah kehidupan perempuan pengolah hasil perikanan. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmalina dan Lumintang (2006) dan Yulisti dan Nasution (2009), adanya partisipasi perempuan dalam perekonomian didasari kebutuhan mendesak. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, kesempatan kerja semakin terbatas karena persaingan yang semakin ketat, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang menyebabkan ibu rumah tangga yang tadinya hanya di sektor domestik pada akhirnya turut dalam sektor publik. Menurut hasil penelitian Hikmah dan Istiana (2009), hanya sedikit istri yang bekerja di sektor perikanan. Hal ini terjadi karena banyak istri yang bekerja di luar bidang perikanan seperti berdagang, menjadi buruh, menjadi tenaga kerja wanita, dan terbanyak adalah menjadi ibu rumah tangga. Sementara itu, tidak ditemukan istri yang bekerja sebagai nelayan. Jenis pekerjaan ini tidak dipilih oleh para istri karena pekerjaan tersebut dianggap membutuhkan tenaga serta waktu yang ekstra dan bermalam di laut, sehingga tugas utama istri mengurus rumah tangga dapat terbengkalai. Istri yang berusia produktif menunjukkan dapat melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan seperti penguatan ekonomi rumah tangga serta kebutuhan yang menyangkut aktivitas domestik, sosial, dan kebutuhan dasar. Pemilihan lokasi dilakukan karena merujuk pada hasil penelitian Hikmah et al. (2008), daerah Kabupaten Tangerang dulunya memiliki sumberdaya perikanan yang melimpah. Penurunan sumberdaya disebabkan lokasi yang berdekatan dengan wilayah ibukota ditambah dengan semakin banyaknya nelayan dari luar kota yang datang. Beberapa nelayan mulai merasakan semakin sulitnya menangkap ikan karena para nelayan pendatang tersebut semakin banyak jumlahnya dan menggunaan peralatan yang lebih modern. Ditambah lagi dengan pengetahuan masyarakat yang kurang dalam upaya konservasi wilayah sekitar

21 3 mereka membuat perekonomian semakin menurun. Dampaknya adalah terhadap rumah tangga perikanan. Pendapatan suami tidak lagi mencukupi kebutuhan rumah tangga, sehingga perempuan mau-tidak mau ikut melakukan pencarian nafkah. Sebaliknya untuk kegiatan domestik, dapat dikatakan bahwa peran istri lebih dominan meskipun terkadang suami ikut membantu. Pencarian nafkah tambahan oleh perempuan dalam rumah tangga perikanan tidak hanya pengolahan saja, tetapi juga melakukan kegiatan di luar non perikanan. Meskipun adanya peran dalam bidang produktif oleh perempuan, hal tersebut tidak membuat peran perempuan dalam rumah tangga menjadi seimbang dengan laki-laki. Akses dan kontrol pengambilan keputusan bagi perempuan dalam rumah tangga cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki. Dibutuhkan adanya keseimbangan dalam pembagian waktu untuk kegiatan rumah tangga dan usaha yang dilakukannya. Seperti halnya dalam penelitian Yulisti dan Nasution (2007), curahan waktu antara suami dan istri dalam rumah tangga nelayan di Kabupaten Sukabumi. Pada dasarnya, perempuan tetep lebih dominan dalam sektor domestik dan laki-laki pada sektor publik. Namun, hasil persentase menunjukkan antara keduanya memiliki peran masing-masing dan mendekati keseimbangan antara sektor domestik dan publik serta dalam kegiatan sosialkemasyarkatan. Mayoritas masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang bekerja di bidang perikanan. Perikanan tangkap dan budidaya perikanan dilakukan oleh laki-laki sedangkan pemasaran ataupun pengolahan dilakukan oleh perempuan. Laki-laki cenderung untuk melakukan aktivitas melaut, sedangkan perempuan tetap tinggal di daratan untuk pengolahan. Perempuan cenderung tidak terlalu aktif di bidang produktif karena pengolahan dapat dilakukan di tempat sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Partisipasi perempuan dalam rumah tangga perikanan cenderung lebih sedikit dibandingkan laki-laki karena adanya budaya patriarki. Pandangan dan budaya patriarki yang tertanam dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir merasa bahwa kewajiban perempuan lebih ditekankan dalam sektor domestik. Seandainya pengolahan lebih dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya, maka kemungkinan pemberian nilai lebih dan peningkatan pendapatan dapat terjadi. Harmonisasi gender diperlukan dalam setiap rumah tangga. Hal ini sebagai dasar dalam kepuasan lahir dan batin bagi perempuan dan laki-laki. Baik pencarian nafkah maupun kegiatan dalam rumah tangga harus imbang antara lakilaki dan perempuan. Hal ini terjadi karena adanya kesepakatan untuk bersamasama dalam penguatan ekonomi rumah tangga dengan tidak mengandalkan salah satu pihak saja. Harmonisasi yang terjadi bukan disebabkan budaya setempat dan pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan bidang perikanan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan konsep gender terhadap rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Masalah Penelitian Terdapat kegiatan usaha perikanan baik penangkapan, pengolahan, maupun budidaya. Peran gender belum secara imbang dilakukan, sehingga berdampak terhadap curahan waktu antara perempuan dan laki-laki. Selain itu, beragam program pembangunan dalam bidang perikanan telah berlangsung di

22 4 Desa Tanjung Pasir seperti PEMP ( ), SIKIB (2011-sekarang), dan PDPT (2012-sekarang). Program-program tersebut belum memasukkan isu gender dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasinya. Sebagai salah satu dampaknya, masih belum terselesaikannya masalah isu gender. Berdasarkan latar belakang teersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian, yaitu: (1) Apa sajakah faktor-faktor karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi berhubungan dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang? (2) Bagaimana hubungan antara faktor karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mempelajari peran gender dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Secara khusus, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Mengetahui faktor-faktor karakteristik rumah tangga yang berhubungan dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan; (2) Mengetahui faktor-faktor kondisi sosial ekonomi yang berhubungan dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan; (3) Menganalisis hubungan antara faktor karakteristik rumah tangga dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan; dan (4) Menganalisis hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: (1) Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan tentang gender dalam rumah tangga perikanan, serta dapat menjadi awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam terkait penelitian sejenis; (2) Bagi pemerintah dan swasta, dapat memandang dan meningkatkan pentingnya kesetaran dan keadilan gender dalam kegiatan domestik dan publik sehingga diadakan program pemberdayaan rumah tangga perikanan; dan (3) Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan dalam pengembangan dan perwujudan kesetaraan gender yang tidak memberatkan perempuan maupun laki-laki dalam rumah tangga perikanan.

23 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi oleh lingkungan sosial-budaya dan politik serta ekonomi. Gender mengacu pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran sosial dan tanggung jawabnya dalam masyarakat mengenai beragam kegiatan yang seharusnya dinilai dan dihargai. Selain itu, gender juga mengacu pada sanksi sosial yang berlaku dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan (Hubeis, 2010). Gender adalah konsep yang berbeda dengan jenis kelamin (seks), karena sifatnya yang tidak stabil. Gender berbeda dengan seks. Seks adalah jenis kelamin perempuan dan laki-laki dilihat secara biologis. Hal ini dikarenakan gender dipengaruhi oleh interaksi dalam lingkungan sosial, konstruksi sosial yang bervariasi di seluruh budaya yang berubah dari waktu ke waktu. Artinya, terdapat perbedaan perempuan dan laki-laki secara sosial, masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak, dan fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki sehingga memunculkan isu gender. Hal ini biasanya muncul sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan gender. Tabel 1 Perbedaan seks dan gender No. Seks Gender 1. Perbedaan anatomis perempuan dan Atribut emosional dan psikologis laki-laki terintegrasi pada karakteristik fisik perempuan dan laki-laki 2. Biologis, dipunyai sejak lahir Tidak dipunyai sejak lahir 3. Kodrat, ketentuan biologis, tidak dapat dipertukarkan 4. Tidak dapat diubah Contoh: - Hanya perempuan yang dapat melahirkan - Hanya laki-laki yang dapat menghamili Sumber: Prasodjo NW et al. (2003) Konstruksi atau bentukan sosial budaya (identitas, peran, fungsi, pola perilaku kegiatan, persepsi tentang perempuan dan laki-laki) Dapat diubah (adaptasi) Contoh: - Perempuan dan laki-laki dapat bekerja sebagai guru, buruh, dan sebagainya Menurut Bappenas (2012), gender adalah peran, status dan relasi yang berbeda diantara kedua jenis kelamin itu dikonstruksikan, disosialisasikan oleh budaya dimana seseorang dibesarkan/diharapkan. Gender memiliki dua konsep teori, yaitu teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus diterima, sedangkan menurut teori nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya. Akibatnya, karakteristik perempuan dilekatkan dengan

24 6 sisi feminin (lembut, manja, perasa, sensitif, penuh perhatian, penuh rasa cinta), sedangkan karakteristik laki-laki dilekatkan dengan sisi maskulin (berkepribadian keras, tegas, kerja keras, senang berkompetisi, punya rencana yang sistematis, kurang sensitif). Namun demikian, kedua sifat tersebut bercampur di dalam setiap individu laki-laki maupun perempuan. Menurut Fakih (1996), menjelaskan bahwa perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui proses sosialisasi, penguatan dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara. Demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis, dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, serta sistem nilai dari bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu. Gender pun dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik, ekonomi dan sosial budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Sehingga gender tidak bersifat universal atau tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional sesuai masyarakatnya. Menurut Gustina (2011), gender seringkali keliru digunakan hanya untuk mewakili perempuan. Perdebatan pada perempuan dan gender merupakan upaya untuk memperkenalkan analisis bagaimana hubungan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki serta pengaruh dalam kehidupan mereka. Semua referensi gender hanya berfokus pada perempuan, sementara laki-laki tidak dihubungan dengan gender dalam analisis feminis awal. Analisis semacam itu menjadi masalah karena menimbulkan batasan antara perempuan dan laki-laki. Gender bukan tentang perempuan atau laki-laki sebagai kategori yang terpisah dan independen, tetapi merupakan konsep yang saling berkaitan. Fokus dari pemahamannya adalah mengenai perempuan dan laki-laki serta maskulin dan feminin yang saling membentuk dan bergantungan sehingga mensyaratkan keterkaitan keduanya. Ideologi Gender Ideologi gender adalah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara perempuan dan laki-laki, melalui pembentukan identitas feminism dan maskulin. Ideologi gender mengakibatkan ketidaksetaraan peran, dimana posisi perempuan berada pada titik terlemah. Maskulin adalah sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki, sedangkan feminin merupakan ciri atau sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi perempuan. Feminitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender yang dihasilkan dari pengkategorisasian antara perempuan dan laki-laki yang merupakan suatu representasi sosial yang ada dalam struktur kognisi masyarakat (Saptari 1997). Ideologi gender dirumuskan sebagai segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan perempuan dan laki-laki terlebih dahulu melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin yang menjadi struktur dan sifat manusia, dengan ciri-ciri dasar dan sifatnya dibentuk sejak masa anak-anak awal sehingga selalu konservatif dan tertinggal di belakang perubahan. Hal ini disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, perempuan dan laki-laki yang dibentuk sejak masa kecil menjadi kekuatan aktif tenaga materiilmanusia juga menyebabkan mengklasifikasian secara universal antara perempuan dan laki-laki.

25 7 Salah satu ideologi paling kuat yang menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam sektor publik dan domestik. Sektor publik yang terdiri dari pranata publik, negara, pemerintahan, pendidikan, media, dunia bisnis, perbankan, agama, dan kultur, hampir semua didominasi oleh laki-laki meskipun ada perempuan yang memasuki sektor publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada laki-laki (Widanti 2005). Peranan Gender Menurut Moser (1993), terdapat tiga peranan gender, yakni produktif, reproduktif, serta pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan produktif merujuk pada peran perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran atau upah secara tunai dan sejenisnya. Hal ini termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumah tangga atau subsistem dengan suatu nilai guna, tetapi juga sesuatu nilai tukar potensial. Misalnya kegiatan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Peranan reproduktif merujuk pada peranan hubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan hidup keluarga seperti melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat sukarela, dan tanpa upah; (2) pengelolaan masyarakat politik (kegiatan politik), yaitu peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar (langsung atau tidak langsung), dan meningkatkan kekuasaan status. Ketidakadilan Gender Menurut Fakih (1996), ketidakadilan dalam gender memunculkan ketimpangan gender yang sesungguhnya ditegaskan terus-menerus oleh struktur sosial yang berpatriarki. Hal ini diakibatkan adanya pandangan-pandangan masyarakat yang seringkali menyebabkan ketidakadilan pada salah satu jenis kelamin. Faktor ketidakadilan gender antara lain: 1. Stereotipe, adalah pemberian citra baku atau label kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan dalam masyarakat. Seringkali pelabelan negatif ditimpakan pada perempuan, misalnya perempuan dianggap cengeng, suka menggoda, perempuan tidak dapat mengambil keputusan penting, laki-laki sebagai pencari nafkah utama sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan. 2. Subordinasi, adalah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua hal yang sama atau suatu penilaian/anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain (penomorduaan). Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam sektor domestik atau reproduksi, sedangkan laki-laki dalam sektor publik atau produksi. 3. Marginalisasi, adalah proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang menyebabkan kemiskinan di sektor-sektor kehidupan terutama yang

26 8 berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber kehidupan (ekonomi dan sumberdaya alam). Marginalisasi umumnya dilakukan dengan berbagai cara, terutama menggunakan institusi sosial, hukum, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kekuasaan politik. 4. Kekerasan (violence), adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok dalam penyalahgunaan kekuatan fisik atau non fisik yang menimbulkan bahaya atau ancaman bagi orang atau kelompok lain dalam hal badan, nyawa, kemerdekaan, ataupun membuat tidak berdaya. Contohnya, kekerasan fisik ataupun non fisik yang dilakukan oleh suami kepada istrinya dalam rumah tangga, pelecehan seksual, eksploitasi tenaga kerja, dan sebagainya. 5. Beban ganda (double burden), adalah beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Meskipun jumlah perempuan yang bekerja di sektor publik sudah banyak, hal tersebut tidak diirngi dengan berkurangnya beban mereka di sektor domestik. Analisis Gender Menurut Fakih (1996), analisis gender adalah analisis sosial meliputi aspek ekonomi, budaya, dan sebagainya yang melihat perbedaan perempuan dan laki-laki dari segikondisi (situasi) dan kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat. Terdapat tiga komponen utama yaitu: 1) pembagian kerja (dapat dilihat dari profil kegiatan perempuan dan laki-laki); 2) profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat; dan 3) faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan, akses dan kontrolterhadap sumberdaya, serta manfaat dan partisipasi dalam lembaga dan pengambilan keputusan (Prasodjo et al. 2003). Salah satu kategori utama alat analisis gender adalah kerangka analisis Harvard. Model ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID (Women in Development) yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Model ini lebih sesuai untuk digunakan dalam perencanaan proyek, menyimpulkan data basis atau data dasar. Komponen dasarnya, yaitu: a. Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial) yang didasarkan pada pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin; b. Profil akses dan kontrol; c. Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol; dan d. Analisis siklus proyek. Konsep Perikanan Menurut Undang-undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal pertama, dijelaskan bahwa perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumberdaya ikan yang dimaksud adalah potensi semua jenis ikan, yang lingkungannya adalah perairan tempat kehidupannya termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau

27 9 mengawetkan untuk tujuan komersial. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Konsep Rumah Tangga Menurut Badan Pusat Statistik (2010), rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Maksud dari satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu. Jika ada perkawinan diasumsikan akan terbentuk rumah tangga baru, tetapi ada sebagian rumah tangga baru yang masih bergabung dengan rumah tangga induknya (nuclear family). Menurut Moser (1993), rumah tangga adalah satu panci, satu atap yang artinya tinggal sebagai keluarga dan bekerja bersama sebagai unit dasar pekerja, berbagi peran, dan berbagi hasil pekerjaan mereka. Pengambilan Keputusan Kekuasaan yang dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga bisa tersebar dengan sama nilainya (equally) atau tidak sama nilainya, khususnya antara suami dan istri. Pembagian kerja menunjuk pada pola peranan yang ada dalam keluarga, khususnya suami dan istri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi dari kedua aspek itu (kekuasaan dan pembagian kerja) adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, yang dipengaruhi oleh posisi keluarga di lingkungan atau masyarakatnya (Sajogyo 1983). Peranan perempuan di dalam dan luar rumah tangga sebagai pengambil keputusan pada berbagai bidang kehidupan cukup bervariasi. Menurut Sajogyo (1983), untuk setiap jenis keputusan rumah tangga, dikelompokkan dalam lima angkatan sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan hanya oleh istri; 2. Pengambilan keputusan dilakukan bersama tetapi istri dominan; 3. Pengambilan keputusan dilakukan bersama setara; 4. Pengambilan keputusan dilakukan bersama tetapi suami dominan; dan 5. Pengambilan keputusan hanya oleh suami. Suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki menunjukkan adanya distribusi kekuasaan yang seimbang (balanced power) tetapi ada kesaling-ketergantungan yang kuat di antaranya. Penguasaan terhadap sumber-sumber yang penting, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada hubungan yang saling mendominasi.

28 10 Sementara itu, suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki yang menunjukkan hierarki dalam kekuasaan, artinya distribusi kekuasaannya tidak seimbang. Salah satu pihak memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain dan mendominasinya. Kerangka Pemikiran Masyarakat yang tinggal di daerah perikanan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik perempuan maupun lakilaki dalam rumah tangga memiliki andil yang besar dalam mencari pendapatan. Kegiatan perikanan dibagi menjadi perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, dan pembudidayaan perikanan. Perikanan tangkap merupakan kegiatan mencari sumberdaya ikan yang dilakukan oleh laki-laki. Pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan yang ada dalam bentuk lain sebagai sumber pendapatan. Pembudidayaan perikanan merupakan kegiatan membiakkan ikan yang dilakukan oleh laki-laki. Merujuk pada hasil penelitian Nurmala dan Lumintang (2006), motivasi perempuan pengolah dalam mengelola usahanya termasuk dalam kategori sedang. Motivasi ini timbul karena semakin tingginya kebutuhan hidup yang dirasakan dengan keterbatasan ekonomi yang kian menurun. Selain itu juga mereka membutuhkan informasi dan teknologi tambahan dalam menunjang kegiatannya, karena selama ini yang terjadi informasi yang disampaikan hanya kepada suaminya saja. Usaha ini dilakukan secara turun-menurun sehingga yang mereka miliki hanya pengalaman berupa warisan dari orang tuanya. Padahal, kontribusi dari perempuan memberikan dampak yang besar bagi perekonomian keluarga. Dilihat dari keterampilannya yang teliti dalam memilih ikan asin yang segar, serta pengalaman-pengalaman membuat mereka cenderung meningkatkan usaha mereka masing-masing. Merujuk pada hasil penelitian Yulisti dan Nasution (2009), perempuan mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja perempuan. Curahan waktu kerja perempuan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu curahan waktu kerja untuk kegiatan ekonomi (mencari nafkah) dan kegiatan non ekonomi, yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga. Jumlah dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan rumah tangga pada umumnya lebih tinggi dari curahan tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan merupakan penanggung jawab pekerjaan domestik (pengaturan rumah tangga) yang membutuhkan waktu lebih banyak. Pekerjaan tersebut dilakukan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan mencari nafkah. Peran ganda inilah yang menyebabkan mobilitas tenaga kerja perempuan terbatas Kegiatan perikanan yang dilakukan pun berhubungan dengan karakteristik individu yang melakukan usaha, meliputi usia yang produktif atau tidak, status individu dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah utama atau sampingan, dan pandangan tentang peran gender sehingga mempengaruhi pembagian tugas dalam mencari pendapatan. Karakteristik individu dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga mempengaruhi peran-peran setiap individu dalam rumah tangganya. Hal ini disebabkan peran dan fungsi perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh konsep

29 11 gender yang berbeda-beda setiap kondisi. Peran gender dalam rumah tangga perikanan meliputi aspek reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan yang merupakan cerminan dari Teori Analisis Harvard mengenai akses dan kontrol perempuan dan laki-laki dalam rumah tangganya. Adanya peran gender dalam rumah tangga tersebut, secara tidak langsung dan didukung faktor-faktor lain yang ada, memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga dalam setiap rumah tangga. (X 1 ) Karakteristik Rumah Tangga (X 1.1 ) Usia (X 1.2 ) Tingkat pendidikan formal (X 1.3 ) Status bekerja (X 1.4 ) Pandangan tentang gender (X 2 ) Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga (X 2.1 ) Jumlah tanggungan (X 2.2 ) Jenis usaha perikanan (X 2.3 ) Curahan waktu (X 2.4 ) Pendapatan (X 2.5 ) Pengeluaran Analisis Ketimpangan Gender - Akses - Kontrol - Manfaat - Partisipasi (Y 1 ) Peran Gender dan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan (Y 1.1 ) Reproduktif (Y 1.2 ) Produktif (Y 1.3 ) Sosial kemasyarakatan Keterangan: Gambar 1 Mempengaruhi Alat analisis Kerangka pemikiran peran gender dalam rumah tangga perikanan

30 12 Proporsi Penelitian Proporsi penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan. 2. Terdapat hubungan karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: X 1. Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada seseorang yang membedakan dengan orang lain. Beberapa variabelnya, antara lain: X 1.1 Usia, yaitu lamanya seseorang hidup di dunia yang diukur dalam satuan tahun dan berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan lingkungan dan perubahan sosial. Usia produktif seseorang berkisar antara tahun, namun untuk keperluan penelitian, dilakukan pengelompokkan umur berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst (Mugniesyah 2006), yaitu: a. Usia tahun = masa awal dewasa b. Usia tahun = masa usia pertengahan c. Usia >50 tahun = masa tua X 1.2 Pendidikan formal adalah jenis pendidikan formal/sekolah tertinggi yang pernah diikuti, dikur menggunakan skala ordinal yang dibedakan menjadi tiga kategori: a. Tidak sekolah/tidak tamat SD = skor 1; rendah b. Tamat SD = skor 2; sedang c. SMP/SMA = skor 3; tinggi X 1.3 Status bekerja, merupakan status seseorang dalam pekerjaan, khususnya dalam penelitian ini di bidang perikanan. Responden dibedakan sebagai penggarap, penyewa, atau pemilik. Seseorang dikatakan penggarap apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan merupakan milik orang lain namun tidak membayar uang sewa, namun adanya pembagian hasil antara pelaku dan pemilik. Seseorang dikatakan penyewa apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan meminjam atau membayar sewa kepada orang lain. Seseorang dikatakan pemilik apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan merupakan milik sendiri. a. Penggarap = skor 1 b. Penyewa = skor 2 c. Pemilik = skor 3

31 13 X 1.4 Pandangan tentang peran gender, adalah pandangan responden terhadap peran dan fungsi perempuan dan laki-laki. Hal ini dilihat dari sejauh mana responden mengalami bias gender dan kesadarannya terhadap hal tersebut. Skor yang diberikan sebagai berikut: a. Tidak memahami peran gender = skor 1; rendah b. Ragu-ragu = skor 2; sedang c. Memahami peran gender = skor 3; tinggi X 2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga meliputi beberapa variabel berikut: X 2.1 Jumlah tanggungan, menurut Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Menurut program KB dan Suyono (2003), jumlah anak yang menjadi batasan keluarga kecil untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera adalah dua anak. Berdasarkan hal tersebut, data digunakan untuk keperluan analisis statistik deskriptif. a. Kurang dari tiga orang = rendah b. Sama dengan tiga orang = sedang c. Lebih dari tiga orang = tinggi X 2.2 Jenis usaha perikanan, adalah pengelompokan sampel sesuai dengan kegiatan yang menjadi mata pencaharian utamanya. Skala data peubah X 2.2 ini adalah nominal dan diberi kode sebagai berikut: a. Nelayan = kode A b. Pengolah hasil perikanan = kode B c. Pembudidaya ikan = kode C X 2.3 Curahan waktu adalah lamanya waktu kerja individu dalam sektor domestik dan publik yang akan disimpulkan dalam bentuk presentase sehingga terlihat jelas pembagian waktu dalam sehari bagi responden. Pembagian dilakukan berdasarkan keseimbangan waktu antara sektor domestik dan publik, yaitu: a. Curah waktu domestik dan publik seimbang = sedang b. Curah waktu domestik atau publik berlebih = berlebihan X 2.4 Pendapatan adalah perolehan uang tunai hasil kegiatan produktif, baik di bidang perikanan maupun non perikanan dalam rumah tangga yang diperoleh dan dihitung rata-rata per bulan. Nilai rata-rata menggunakan UMR Kabupaten Tangerang 2012, yaitu Rp sehingga dilakukan pembagiaannya sebagai berikut: a. Kurang dari Rp = rendah b. Sekitar Rp Rp = sedang c. Lebih dari Rp = tinggi X 2.5 Pengeluaran adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan dalam rumah tangga, baik dalam sektor publik maupun domestik.

32 14 Pengambilan data dilakukan untuk keperluan analisis deskriptif. Berikut pembagiannya: a. Kurang dari Rp = rendah b. Sekitar Rp Rp = sedang c. Lebih dari Rp = tinggi Y 1. Peran gender, dalam hal penelitian ini adalah mengukur sejauh mana lakilaki dan perempuan melaksanakan peran dalam rumah tangga, aktivitas ekonomi produktif, dan sosial kemasyarakatan. Peran gender dapat saling dipertukarkan. Selanjutnya, melalui peran gender, dianalisis pula profil aktivitas dan kontrol masing-masing pihak kepada sumber daya modal, pengetahuan, dan informasi. Peran gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan meliputi: Y 1.1 Reproduktif, merupakan kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, baik berupa uang atau barang. Kegiatan yang dilakukan dalam rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan pekerjaan lain dalam mengurus rumah. Y 1.2 Produktif, merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencarian pendapatan berupa uang. Kegiatan yang dilakukan seperti mencari nafkah, membuka usaha, dan sebagainya. Y 1.3 Sosial kemasyarakatan, merupakan kegiatan yang berkaitan dalam hubungan sosial dengan masyarakat setempat. Contohnya adalah pengajian, kerja bakti, dan sebagainya. Pengukuran untuk peran gender dilakukan pembagian sebagai berikut: a. Rendah, ketika pembagian peran tidak jelas dalam aktivitas apakah perempuan atau laki-laki yang melakukan. Selain itu dapat diartikan juga bahwa salah satu pihak sama sekali tidak melakukan aktivitas dalam bidangnya. Penilaian dilakukan jika dalam rumah tangga tidak melakukan aktivitas tersebut atau terjadi ketidakseimbangan dalam pembagian peran. b. Sedang, ketika terjadi pembagian peran sesuai seksual. Dalam hal ini dapat diartikan hanya perempuan atau laki-laki saja yang melakukan aktivitas terkait. c. Tinggi, ketika terjadi pembagian peran yang sama sehingga antara perempuan dan laki-laki sama-sama melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh dominan istri, dominan suami, atau bersama setara. Untuk keperluan penelitian, masingmasing variabel diukur dengan pengkategorian sebagai berikut: a. Dominan istri, ketika pengambilan keputusan cenderung lebih banyak dilakukan oleh istri/perempuan dalam rumah tangga perikanan. b. Dominan suami, ketika pengambilan keputusan cenderung lebih banyak dilakukan oleh suami/laki-laki dalam rumah tangga perikanan. c. Bersama setara, ketika pengambilan keputusan dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam rumah tangga perikanan tanpa ada pihak yang lebih dominan.

33 15 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar populasi rumah tangga di desa ini melakukan kegiatan yang berkaitan dengan bidang perikanan meliputi penangkapan ikan, pengolahan hasil perikanan, dan budidaya perikanan. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan, yaitu Mei - Desember Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapang, pengolah dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga perikanan (nelayan pengolah hasil perikanan, dan pembudidaya ikan) di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Populasi homogen dengan melihat ruang lingkup kerja yang sama, yaitu pada bidang perikanan. Untuk memperoleh responden, ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) yang dibagi menjadi tiga kelompok responden, yaitu kelompok nelayan, pengolah, dan pembudidaya. Total penduduk yang bekerja sebagai nelayan adalah 1759 orang, dengan rata-rata setiap rumah tangga beranggotakan lima orang sehingga didapat 351 RT. Jumlah rumah tangga tersebut hanya berlaku untuk penangkap dan perikanan, karena pengolah dianggap hanya sebagai usaha sampingan. Tabel 2 Populasi dan sampel penelitian Kelompok Rumah Tangga Populasi Sampel Perikanan (Rumah Tangga) (Rumah Tangga) A Nelayan B Pengolah hasil perikanan C Pembudidaya ikan Total Responden rumah tangga nelayan didapat dari pengambilan sampel gugus sederhana (cluster sampling). Responden rumah tangga pengolah hasil perikanan diambil secara sensus yang diperoleh dari kelompok Batari (Bandeng Tanpa Duri) yang berjumlah sepuluh RT. Responden rumah tangga pembudidaya ikan didapat dari pengambilan sampel wilayah (area sampling). Jumlah responden disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian. Hampir semua rumah tangga responden baik perempuan maupun laki-laki dilakukan wawancara. Terkecuali pada saat pengambilan data, laki-laki yang melakukan usaha perikanan tidak di tempat sehingga diwakilkan oleh laki-laki dalam anggota rumah tangga tersebut.

34 16 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 2) dan observasi langsung. Wawancara mendalam dilakukan kepada tokoh masyarakat, pemerintahan desa, masyarakat sekitar, dan pelaku usaha perikanan yang telah lama melakukan kegiatan terkait dalam jangka waktu lama untuk memperoleh informasi tentang kondisi desa dan kaitannya dengan usaha perikanan (Lampiran 3). Data sekunder yang dikumpulkan meliputi monografi Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dan literatur terkait gender dan rumah tangga perikanan. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga dengan subjek penelitiannya adalah perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga perikanan di lokasi penelitian. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan tabulasi silang untuk melihat hubungan antara variabel. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya, data-data yang sudah diolah, dianalisis dengan menggunakan analisis gender. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan merujuk hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif.

35 17 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu desa di Kecamatan Teluknaga yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan tradisional. Desa ini merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantainya dekat dengan Kepulauan Seribu dan termasuk jalur alternatif menuju Kepulauan Seribu. Kondisi Geografis Desa Desa Tanjung Pasir termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Desa ini memiliki luas 570 ha dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu meter dan bersuhu C. Letak astronomisnya adalah pada koordinat LU LS dan BT. Secara geografis, desa ini termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Batas wilayahnya sebagai berikut: a. Sebelah utara : Laut Jawa b. Sebelah selatan : Desa Tegal Angus c. Sebelah barat : Desa Tanjung Burung d. Sebelah timur : Desa Muara Desa Tanjung Pasir berjarak orbitasi tujuh km dari pusat pemerintahan kecamatan, sedangkan dari ibukota kabupaten berjarak 21 km. Secara administrasi, desa ini terbagi ke dalam enam wilayah kemandoran/dukuh, yaitu Kemandoran 1, Kemandoran 2, Kemandoran 3, Kemandoran 4, Kemandoran 5, dan Kemandoran 6. Jumlah RW di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 31 RT. Setiap kemandoran rata-rata terdiri dari dua RW, kecuali di Kemandoran 3 yang terdiri dari empat RW. Secara geografis, wilayah desa yang memiliki resiko tinggi terhadap dampak perubahan iklim adalah Dukuh Garapan yang merupakan wilayah RW VI dengan jumlah lima RT. Dampak perubahan iklim ini ditandai dengan banjir di pemukiman warga akibat pasang tinggi yang semakin sering terjadi dan meresahkan warga. Desa Tanjung Pasir mencakup 0.14% dari luas Kecamatan Teluk Naga. Daerah ini memiliki topografi landai, dengan ketinggian antara satu sampai tiga meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata sekitar mm/tahun dan suhu udara rata-rata 24 C. Peruntukkan tanah di desa ini meliputi untuk jalan sepanjang 7.95 km, sawah dan ladang 54 ha dan untuk pekuburan 720 ha. Penggunaan lahan desa untuk perkantoran seluas ha dan tanah sawah irigasi teknis 79 ha. Desa Tanjung Pasir juga memiliki lahan seluas 10 ha untuk tempat rekreasi berupa kawasan pantai. Kondisi Sosial dan Budaya Desa Penduduk Desa Tanjung Pasir berjumlah 9168 jiwa yang terdiri atas 4538 jiwa laki-laki dan 4630 jiwa perempuan. Terdapat 2309 kepala keluarga di desa tersebut. Mayoritas penduduk berada pada usia produktif, namun dengan tingkat pendidikan yang tergolong rendah.

36 18 Tabel 3 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir berusia produktif berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2010 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. TK SD SLTP SMU D1-D Sarjana (S1-S3) Madrasah Pendidikan Agama Kursus Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2010 Berdasarkan HDR (Human Development Report) tahun 2011, Indonesia termasuk kategori menengah dalam pengembangan sumberdaya manusia. Salah satu cara untuk mengembangkannya adalah melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah di Desa Tanjung Pasir berkaitan dengan pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan tidak terlalu penting untuk pekerjaan. Pengaruh akses dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai menjadi penyebab lain rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Mayoritas penduduk yang sudah berusia paruh baya mempunyai pendidikan yang rendah. Sedangkan untuk masyarakat yang berusia produktif, mayoritas pendidikannya hanya sampai SD atau SMP....bapak sama ibu cuma sekolah sampe SD, kaga tamat itu juga. Dulu mah belum ada sekolaan disini, jauh neng dari desa. Lagian ibu ujung-ujungnya juga di dapur. Ibu UMH, 43 tahun. Sangat disayangkan karena tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah mengindikasikan tingkat sumberdaya manusia di daerah tersebut. Dampaknya adalah pekerjaan yang didapat oleh penduduk Desa Tanjung Pasir cenderung pekerjaan dengan pendapatan yang rendah.harus adanya peningkatan dalam hal pendidikan, baik dari segi kemauan maupun dari segi ketersediian fasilitas pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang bisa diselesaikan oleh penduduk di suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat pola pikir masyarakatnya. Semakin besar jumlah penduduk yang bisa menyelesaikan tingkat pendidikannya, maka daerah tersebut akan semakin maju. Kondisi Ekonomi Desa Penduduk Desa Tanjung Pasir bermatapencaharian sebagai nelayan dengan jumlah mencapai 1759 jiwa. Pekerjaan ini sesuai dengan karakteristik desa yang berada di wilayah pesisir. Jenis pekerjaan pada bidang perikanan yang ada di desa ini adalah nelayan, pengolah, dan pembudidaya. hampir semua nelayan yang berada di desa ini adalah buruh tangkap, karena perahu-perahu yang digunakan merupakan milik nelayan di luar desa. Tangkapan yang sering didapat biasanya: ikan pari, gerit, kuwe, talang, dan lape. Pengolahan perikanan yang paling

37 19 menonjol dari desa ini adalah Batari (Bandeng Tanpa Duri). Pengolahan tersebut merupakan program dari P2HP (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) yang diberikan kepada masyarakat sebagai sumber pendapatan tambahan khususnya bagi ibu-ibu. Luas areal tambak di desa ini sekitar 334 ha (tambak dinas seluas 4.5 ha) dengan sebagian tambak yang ada dikuasai oleh orang luar wilayah desa, sedangkan penduduk asli sebagai penggarap/pekerja. Tambak rata-rata diisi dengan ikan bandeng dan mujair. Desa ini memiliki PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Tanjung Pasir yang di dalamnya terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Tanjung Pasir dengan luas 2615 m 2 (Sertifikat Tanah No , tanggal 26 Februari 1998), dermaga, kawasan militer yang merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL dan tempat rekreasi, stasiun radar TNI AL, wisata pantai, dan pertambakan. Tabel 4 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir menurut mata pencaharian tahun 2010 No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Pegawai Negeri ABRI/TNI Swasta Wiraswasta Tani Buruh Tani Nelayan Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2010 Data tersebut menunjukkan bahwa adanya ragam pekerjaan selain bidang perikanan. Apabila dikaitkan dengan tingkat pendidikan formal masyarakat, dapat terlihat bahwa mayoritas penduduk bekerja pada bidang yang tidak mengandalkan formalitas pendidikan. Hal ini dapat disebabkan karena akses dari desa menuju kota yang agak jauh sehingga memakan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif besar untuk bepergian. Pada akhirnya, kebanyakan penduduk memutuskan untuk menjadi buruh tangkap karena kondisi wilayah dan sistem kekeluargaan yang menyebabkan pekerjaan tersebut dilakukan akibat turun-temurun dari generasi sebelumnya. Potensi Sumberdaya Desa Ekosistem Pesisir Sumberdaya pesisir di Desa Tanjung Pasir cukup banyak didominasi oleh tanaman bakau/mangrove. Kondisi wilayah yang berada di pesisir Sungai Cisadane menyebabkan tidak adanya terumbu karang, padang lamun, laguna, sand dune, maupun pulau-pulau kecil. Jenis tanaman bakau yang ada di desa ini berupa rambai dan nipah. Kondisi kawasan hutan mangrove banyak ditemukan pada kawasan sempadan sungai, dalam kondisi yang relatif masih cukup baik. Beberapa titik kawasan kearah hilir sungai telah ditemui abrasi, akibat kenaikan muka air laut.

38 20 Desa Tanjung Pasir memiliki panjang abrasi satu km, luas hutan mangrove sebesar sepuluh ha dengan tingkat kerusakan mencapai 35% atau sekitar 3.5 ha dengan didominasi oleh api-api (Avicennia sp) dan bakau (Rhizopora sp). Jenis vegetasi yang ada adalah Avicennia marina, A. officinalis, A. alba, Delonix regia, Sonneratia caseolaris dan Thespesia polpulne pada tingkat pohan, sedangkan Rhizopora mucronata dan Excoecaria agallocha pada tingkat tiang. Pada tingkat sapihan yang menonjol adalah Avicennia marina, A. officinals, A. alba, Rhizopora mucronata, Acasia auriculiformis dan Delonix regia. Daerah sekitar pesisir dan perairan tambak sudah dilakukan penanaman mangrove guna menciptakan lingkungan hijau dan bersih. Kondisi tanaman mangrove tidak tumbuh semestinya karena gangguan ternak dan sampah buangan rumah tangga serta kurang perawatan. Usaha penanaman kembali tanaman mangrove talah dilakukan oleh berbagai pihak termasuk oleh ibu-ibu SIKIB, hanya perlu suatu komitmen dari para pihak untuk dapat memelihara bahkan menanami kembali lahan-lahan yang kosong di desa ini. Program penanaman mangrove masih perlu terus digalakkan terutama di bagian pesisir dan daerah sekitar tambak yang masih gersang. Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Tangerang Kecamatan Teluknaga khususnya di Desa Tanjung Pasir yang disebabkan oleh alam (abrasi pantai, rob). Kerusakan yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, antara lain pengerukan pasir laut, konversi hutan mangrove menjadi tambak, tidak diterapkannya prinsip budidaya dan penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Akibat perubahan iklim atau musim panca roba,desa ini sering mengalami banjir rob akibat air laut pasang, abrasi pantai, dikarenakan tidak adanya penahan ombak/breakwater di bibir pantai sehingga rentan terhadap bahaya abrasi. Pada musim hujan ada beberapa wilayah yang tergenang air sehingga menimbulkan penyakit yang oleh jentik nyamuk, juga karena saluran pembuangan air dangkal. Pariwisata Pariwisata di Desa Tanjung Pasir cukup banyak, tetapi masih belum optimal karena adanya kekurangan dalam pengelolaan. Berikut objek wisatanya: a. Tanjung Pasir Resort yang mengangkat perekonomian desa; b. Restoran dan rumah makan di sepanjang jalan menuju Desa Tanjung Pasir; c. Pantai Desa Tanjung Pasir yang sebagian dikuasai oleh Angkatan Laut untuk dijadikan tempat latihan dan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu); d. Kawasan mangrove; e. Penangkaran buaya; dan f. Dermaga dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Kegiatan Usaha Perikanan Bidang perikanan mempunyai peran dalam pemanfaatan sumberdaya biota akuatik yang ada di dalamnya terutama ikan. Kegiatan masyarakat dalam usaha perikanan adalah penangkapan, budidaya, dan pasca panen. Desa Tanjung Pasir memiliki beragam kategori nelayan sesuai dengan lamanya melaut dan peralatan yang digunakan dalam penangkapan ikan.

39 21 Penangkapan Ikan Mayoritas masyarakat Desa Tanjung Pasir bermatapencaharian sebagai penangkap ikan, atau yang biasa disebut dengan nelayan. Kategori nelayan pun ada bermacam-macam. Semua kegiatan penangkapan menggunakan perahu dan rata-rata pemiliknya merupakan orang di luar desa, sedangkan penduduk asli hanya sebagai nelayan buruh. Tabel 5 adalah jenis-jenis nelayan yang ada di Desa Tanjung Pasir. Tabel 5 Kategori usaha perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung Pasir tahun 2012 No. Jenis Perikanan Peralatan Lama Melaut Keterangan (hari) 1. Nelayan Rawe Kapal/perahu, kail, umpan 1 12 malam-7 pagi 2. Nelayan Jaring Kapal/perahu, jaring jam 3. Nelayan Pancing Kapal/perahu, alat pancing, 1-7 Harian, mingguan umpan 4. Nelayan Sero Kapal/perahu, bambu, siang pancing, umpan 5. Nelayan Bagan Kapal/perahu, tambak 1 Komersil Sumber: Hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Tanjung Pasir Nelayan di Desa Tanjung Pasir dibagi menjadi tiga, yaitu nelayan pemilik, nelayan yang menyewa perahu, dan buruh tangkap. Nelayan pemilik, disebut juga sebagai juragan, artinya nelayan tersebut memiliki perahu sendiri dan mempekerjakan orang sebagai anak buah kapal (ABK). Nelayan yang menyewa perahu, artinya meminjam perahu dari pemilik kemudian membayar uang sewa dan hasil tangkapan terkadang dijual kepada pemilik. Nelayan penggarap, artinya dengan atau tanpa pemilik melakukan penangkapan kemudian adanya bagi hasil antara pemilik dan buruh. Nelayan rawe melakukan penangkapan ikan sekitar tujuh jam, mulai dari jam duabelas malam sampai dengan jam tujuh pagi. Satu kapal/perahu biasanya terdiri dari tiga sampai empat orang. Dimulai dengan pencarian umpah terlebih dahulu, seperti cumi, ikan kecil, dan sebagainya. Teknik penangkapan oleh nelayan rawe menggunakan seratus kail yang dibentangkan. Kail dicelupkan dan didiamkan kemudian diangkat setelah 2-3 jam. Hasil tangkapan biasanya satu ikan dalam satu kail, namun terkadang sampai dua ikan dalam satu kail. Penggunaan peralatan nelayan jaring merupakan yang paling sederhana. Proses penangkapannya hanya dengan membentangkan jaring, lalu didiamkan selama kurang lebih 2-3 jam dan diangkat. Hasil tangkapan tidak menentu, namun terkadang mendapatkan biota air selain ikan seperti ubur-ubur dan cumi-cumi. Sayangnya masyarakat tidak memanfaatkan ubur-ubur tersebut untuk dijual karena merasa tidak akan ada yang membelinya. ya emang kalo pake jaring gitu tergantung rejeki aja sedapetnya. Cuma kadang-kadang sampe dapet ubur-ubur tuh, Neng. Bingung mau diapain abis kaga ada yang demen kalo di sini. Bapak RHT, 32 tahun.

40 22 Nelayan pancing dibagi menjadi dua, yaitu nelayan minggir dan nengah. Nelayan minggir melakukan penangkapan ikan tidak jauh dari pesisir. Keberangkatan biasanya pada pagi hari dan kembali ke daratan sekitar jam 3-4 sore. Nelayan nengah melakukan penangkapan ikan di tengah laut. Penangkapan ikan biasanya dilakukan selama kurang lebih seminggu. Satu kapal/perahu biasanya berisi sekitar enam orang nelayan. Hampir sebagian nelayan di Desa Tanjung Pasir merupakan nelayan pancing. Nelayan sero merupakan nelayan dengan modal terbesar di antara kategori nelayan lainnya. Hal ini disebabkan karena perlunya penyediaan bambu dengan jumlah yang banyak (ratusan), beserta jaringnya untuk mengeruk ikan. Satu kapal/perahu biasanya diisi sekitar enam orang. Keberangkatan dilakukan pada waktu dini hari, kemudian kembali ke daratan pada jam 8-9 pagi. Nelayan bagan merupakan usaha perikanan yang dilakukan dengan tujuan komersil. Sistem kerjanya adalah melayani pelanggan yang ingin melakukan pemancingan dengan menggunakan bagan sebagai sarana tempat pemancingan. Hal yang perlu dilakukan adalah hanya mengantarkan pelanggan ke bagan, sehingga nelayan kategori ini hanya sebagai penyedia fasilitas saja. Umumnya, dalam satu bagan terdiri dari seorang pemilik dan pekerja atau buruh bagan yang bertugas melayani pelanggan yang ingin memancing. Namun saat ini, nelayan bagan sudah sangat jarang ditemu di Desa Tanjung Pasir. jadi kalo misalnya nelayan bagannya kreatip dia bakal skalian nangkep tuh pake tali sama jaring gitu. Nah nanti dari situ timbul deh, dapet tuh banyak kerang ijo... Bapak ARF, 53 tahun. Dulu ada tuh bagan yang petromax, cuma sekarang mah udah kaga ada. Jadi pertama tuh terang dulu nih, nah terus kan ikanikan pada ngedeketin tuh. Abis itu dimatiin atu-atu ampe gelap semua, baru dah ditarik. Mereka kaya make jaring gitu nih bentuknya kotak, nanti dapet deh tuh banyak ikan gitu. Bapak HRM, 48 tahun. Hal ini membuktikan bahwa dari masyarakat sendiri kurang adanya inisiatif untuk mengembangkan usaha perikanan yang dijalani. Masyarakat cenderung menerima begitu saja nasib yang ada. Keinginan untuk meningkatkan pendapatan memang ada, namun akses dalam usaha dan keterampilan yang ada kurang memadai sehingga cenderung pasrah terhadap keadaan....ayah saya nelayan, kakek saya juga nelayan. Saya dulu diajarin sama orang tua. Pokoknya kaya jaring, yang buat mancing, perahu, semuanya juga diajarin si bapak. Saya sih ngikut aja. Bapak ACP, 30 tahun. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagai nelayan telah mendarah daging bagi sebagian rumah tangga di Desa Tanjung Pasir. Hal ini menjadi tradisi yang diberikan turun-menurun sehingga terdapat rumah tangga dengan anggotanya mulai dari kakek, anak, sampai cucunya sebagai nelayan tradisional dan berada pada perahu yang sama.

41 23 Tabel 6 Hasil tangkapan utama perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung Pasir tahun 2012 No. Jenis Ikan Produksi Harga Rata-rata (kg) (Rp) Jumlah (Rp) 1. Pari Gerit Kuwe Talang Lape (kaci-kaci) Kembung Manyung Selar Alu-alu Tembang Total Sumber: Data Tempat Pelelangan Ikan Tanjung Pasir Bulan Oktober 2012 Tabel 6 merupakan hasil tangkapan utama nelayan di Desa Tanjung Pasir. Hasil tangkapan kemudian dijual ke beberapa tempat seperti pasar Kampung Melayu, TPI Tanjung Pasir, ataupun kepada juragan/pemilik perahu. Hasil tangkapan terbanyak adalah ikan pari, namun dalam proses pengisian kuisioner, responden justru lebih banyak menyebutkan ikan kembung dan como. Kemungkinan besar terjadi perubahan jumlah tangkapan karena pendataan yang dilakukan oleh TPI setempat belum diperbaharui kembali. Rata-rata tangkapan yang didapatkan adalah kg untuk nelayan harian dan kuintal untuk nelayan mingguan. Tangkapan yang begitu banyak ternyata kurang menutupi kebutuhan sehari masyarakat, karena cenderung seadanya. penangkapan ikan sehari bagus sehari kagak kadang gitu. Penghasilan ya kalo dipukul rata gitu ya merata aja, gimana rezeki aja sih, Neng. Kadang Alhamdulillah, kadang ya dikit. Gimana cuaca juga. Bapak RHM, 37 tahun. Sangat disayangkan karena potensi yang ada dalam Desa Tanjung Pasir cukup baik, dibutuhkan peningkatan dalam keterampilan penangkapan agar tingkat pendapatan dapat meningkat. Pengelolaan keuangan pun diperlukan sebab pendapatan yang diperoleh oleh nelayan relatif besar, namun hasilnya harus dipergunakan untuk membayar hutang atas perbekalan ketika melaut sebelumnya. Pengolahan Ikan Kegiatan perikanan di Desa Tanjung Pasir tidak hanya dilakukan oleh lakilaki. Perempuan pun turut serta dalam usaha penambahan pendapatan melalui kegiatan pengolahan perikanan. Kegiatan pengolahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ada beberapa macam, namun yang sudah terdaftar dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang hanya Kelompok Pengolahan Batari (Bandeng Tanpa Duri. Desa ini memiliki pengolahan lainnya seperti pengolahan kerupuk ikan, terasi, dan sebagainya. Pengolahan selain Batari yang ada, cenderung dilakukan perorangan atau individu, sehingga tidak nampak dengan jelas. Pengolahan yang dilakukan pun umumnya hanya dikonsumsi untuk pribadi

42 24 atau rumah tangga. Sedangkan pengolahan Batari sifatnya lebih untuk komersil, yang merupakan salah satu kegiatan yang diadakan dari SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) khusus untuk para ibu-ibu di Desa Tanjung Pasir. Batari merupakan kelompok pengolah yang diarahkan langsung oleh ketua SIKIB. Semua pelaku usahanya adalah ibu-ibu, dengan ketua kelompok bernama Ibu Hj. Umi dan beranggotakan sembilan orang. Pelatihan pembuatan batari ini dilakukan sekitar satu bulan, ditunjang dengan pemfasilitasan dari SIKIB berupa alat capit khusus untuk mengambil duri ikan yang diberikan kepada masingmasing anggota, plastik mika yang keras, dan alat semacam vacuum untuk keperluan pengemasan. Pengajaran yang telah diberikan sampai saat ini masih terus dilaksanakan namun pembuatan dilakukan hanya ketika ada pemesanan saja. Pelatihan ini tidak diikuti oleh semua ibu-ibu di Desa Tanjung Pasir. Ngga, ga pernah tuh ada pelatihan disini. Yang bisa ikutan tuh cuma yang deket aja sama Bu Umi. Orang-orang penting gitu kan gamau repot, jadi nyari yg jadi perwakilan. Ya Bu Umi kan emang yang paling gampang dicari juga. Yang jadi anggotanya juga masih sodara Bu Umi, palingan sama temen-temen deketnya juga. Disini mana ada yang punya mobil, cuma dia doangan kali. Jadi kalo ada program berduit, diambil deh tuh sama dia buat sama sodara-sodaranya. Giliran yang ga berduit, baru dilempar kemari. Ibu MSR, 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran pelatihan batari di Desa Tanjung Pasir kurang merata, hanya ada sepuluh ibu-ibu yang mengikuti pelatihan tersebut. Para anggota yang ada pun tidak mengikuti pelatihan secara rutin, dalam satu bulan ada yang hanya satu minggu, bahkan tiga hari. Jauhnya lokasi dengan pasar menyebabkan kurang memadainya akses untuk pemasaran. Penyebab lainnya adalah kurangnya minat terhadap pelatihan yang diadakan, pengutamaan pekerjaan rumah tangga seperti mengurus rumah dan anak, dan sebagainya. Selain pelatihan batari, terdapat pelatihan lainnya seperti pembuatan nugget ikan dan kerupuk ikan. Pelatihan-pelatihan tersebut tidak ada kelompok yang dibuat secara resmi untuk dijadikan sebagai usaha sehingga hanya dilakukan oleh masingmasing individu. Pelatihan tidak terjadi secara berkelanjutan sehingga hanya menjadi tambahan pengetahuan saja bagi yang mengikuti. Pembudidayaan Ikan Mayoritas pembudidaya perikanan yang ada di Desa Tanjung Pasir merupakan buruh budidaya. Kepemilikan tambak dipegang oleh orang luar desa, sedangkan masyarakat asli sebagai buruh atau penggarap. Buruh budidaya merupakan orang yang menyewa tambak untuk keperluan budidaya perikanan, sehingga ia cukup membayar uang sewa. Penggarap budidaya merupakan orang yang bekerja kepada pemilik tambak dalam usaha pemeliharaan objek yang dibudidayakan. Benih, pakan, sampai dengan vitamin menjadi tanggungan oleh pemilik. Saat musim panen yang terjadi setiap 3-4 bulan, dilakukan bagi hasil antara pemilik dan penggarap. Tabel 7 merupakan jenis ikan dalam usaha budidaya perikanan.

43 25 Tabel 7 Jenis ikan dalam usaha budidaya perikanan Desa Tanjung Pasir tahun 2009 dan 2010 No. Jenis Ikan Produksi Tahun 2009 Produksi Tahun 2010 (ton) (ton) 1. Mujair Bandeng Belanak Ikan lainnya Udang Windu Udang Putih Udang Api-api Total Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang tahun 2011 Hasil budidaya yang diperoleh sesuai dengan informasi yang telah disampaikan oleh responden dalam penelitian. Benih yang paling sering dibudidayakan adalah mujair dan bandeng karena lebih menguntungkan. Kegiatan pembudidayaan ini dilakukan mulai dari pagi hingga siang, kemudian dipotong dengan istirahat (kembali ke rumah untuk ishoma) atau terkadang tetap tinggal di tambak hingga sore hari. Istri dari pembudidaya umumnya hanya melakukan pekerjaan rumah tangga, dan beberapa melakukan pekerjaan sampingan seperti berdagang. Ya gitu aja sih neng kalo si bapak. Sekarang lagi di tambak, ntar siangan pas zuhur balik ke rumah, kadang dikasih makan sama juragannya. Di sananya ya ngurusin ikan, ngasi makan ikan, kaya gitu-gitu deh. Ya saya sih di rumah aja diem, ngurus anak gitu. Ibu DYH, 37 tahun. Berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa adanya kepasrahan bagi istri dan kesepakatan dalam rumah tangga perikanan bahwa ketika laki-laki mencari nafkah, perempuan cenderung untuk tetap tinggal di rumah meskipun penghasilan yang didapat dari suami hanya sedikit. Usaha penambahan pendapatan dilakukan dengan membuka usaha kecil-kecilan di depan rumah agar urusan rumah tidak terbengkalai.

44 26

45 27 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada seseorang yang membedakan dengan orang lain. Karakteristik individu merupakan faktor internal dalam rumah tangga perikanan. Karakteristik individu dalam penelitian ini dilihat dari beberapa faktor, yaitu usia, status pelaku usaha perikanan dalam rumah tangga, dan pandangan tentang gender. Usia Usia dalam rumah tangga perikanan merupakan pengaruh dalam hal pelaksanaan kegiatan sehari-hari di sektor publik dan domestik. Menurut Undangundang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, usia produktif adalah penduduk yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Dilakukan pengkategorian umur untuk keperluan penelitian yang merujuk pada Teori Perkembangan Havighurst (1961), yaitu masa awal dewasa, masa usia pertengahan, dan masa tua. Tabel 8 Persentase responden berdasarkan kategori usia di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya ikan Nelayan (%) Usia perikanan (%) (%) P L Total P L Total P L Total Masa dewasa awal Masa pertengahan Masa tua Total (%) Terlihat bahwa dalam rumah tangga nelayan, mayoritas berusia pada masa pertengahan (30-50 tahun). Jika dipilah secara jenis kelamin, baik perempuan maupun laki-laki pun berada pada masa pertengahan (68 persen). Dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan, mayoritas berusia pada masa pertengahan pula. Jika dipilah secara jenis kelamin, baik perempuan maupun laki-laki pun berasa pada masa pertengahan (90 persen dan 60 persen). Tidak ada pasangan yang berusia pada masa dewasa awal. Sedangkan dalam rumah tangga pembudidaya ikan, mayoritas berusia pada masa pertengahan. Jika dipilah secara jenis kelamin, persentase perempuan berusia pada masa pertengahan, sedangkan laki-laki berusia pada masa tua. Terlihat bahwa pencari nafkah pada bidang perikanan di desa ini mayoritas berada pada masa usia pertengahan. Penduduk dengan usia pada masa awal dewasa cenderung melakukan pekerjaan dalam bidang non perikanan seperti bidan, ABRI, kuli panggul, satpam, buruh pabrik, dan sebagainya. anak cenderung tidak ingin melakukan pekerjaan yang sama dengan orang tuanya karena melihat nasib dalam rumah tangganya yang cukup kekurangan. Tingginya partisipasi responden pada kategori usia tahun sesuai dengan salah satu tugas perkembangan pada masa pertengahan, yaitu upaya menjaga stabilitas ekonomi dalam rumah tangga dengan aktif dalam pencarian nafkah.

46 28 Pendidikan Formal Berdasarkan data monografi Desa Tanjung Pasir tahun 2010, mayoritas penduduk masih berpendidikan rendah. Berikut kategori tingkat pendidikan formal dibagi berdasarkan jenis usaha perikanan tahun Tabel 9 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya ikan Nelayan (%) Pendidikan perikanan (%) (%) P L Total P L Total P L Total Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD SMP-SMA Total (%) Terlihat bahwa pada rumah tangga nelayan, mayoritas pasangan sudah tamat SD (48 persen). Untuk rumah tangga pengolah hasil perikanan, pendidikan terbanyak adalah tamat dan tidak tamat SD (40 persen), baik perempuan dan lakilaki. Dalam rumah tangga pembudidaya ikan, mayoritas pasangan sudah tamat SD. Namun jika dipilah secara jenis kelamin, perempuan cenderung tidak tamat SD (40 persen) sedangkan laki-laki cenderung tamat SD (60 persen). Mayoritas pasangan hanya tamat SD berkaitan dengan belum adanya wajib belajar sembilan tahun pada masa responden ketika bersekolah, sehingga tidak merasa ada kewajiban untuk menamatkan sekolah. Selain itu, tidak ada tuntutan yang mengharuskan pelaku perikanan (penangkapan, pengolahan, dan pembudidayaan) untuk memiliki pendidikan yang tinggi demi pekerjaannya. Status Bekerja/Kedudukan dalam Pekerjaan di Bidang Perikanan Desa Tanjung Pasir memiliki tiga jenis pekerjaan dalam bidang perikanan, yaitu nelayan, pengolah, dan pembudidaya. Istri atau suami dalam rumah tangga yang melakukan pekerjaan di bidang perikanan tersebut, dapat berstatus sebagai berusaha/bekerja sendiri, penggarap, dan buruh. Tabel 10 Persentase responden berdasarkan status bekerja/kedudukan dalam pekerjaan bidang perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya ikan Status/kedudukan Nelayan (%) perikanan (%) (%) dalam pekerjaan P L Total P L Total P L Total Penggarap Penyewa Pemilik Total (%)

47 29 Terlihat bahwa mayoritas nelayan di Desa Tanjung Pasir berstatus sebagai penggarap (56 persen). Kepemilikan perahu rata-rata dimiliki oleh penduduk luar desa, sedangkan untuk peralatan penangkapan dimiliki oleh masing-masing nelayan. Mayoritas pengolah hasil perikanan berstatus sebagai pemilik. Dalam usaha pengolahan, mulai dari ikan bandeng, alat pencabut duri, sampai dengan plastik dibeli secara kolektif oleh Ibu Umi selaku ketua kelompok Batari. Alat vacuum untuk pengemasan dimiliki secara bersama-sama. Mayoritas pembudidaya ikan merupakan penggarap. Sama halnya dengan nelayan, tambak dimiliki oleh penduduk di luar desa. Beberapa pembudidaya hanya menyewa tambak saja kepada pemilik, sehingga mulai dari benih, pakan, sampai dengan vitamin dibeli dengan modal sendiri. Sedangkan beberapa pembudidaya lainnya sebagai penggarap sehingga modal, benih, pakan, vitamin, semuanya disediakan oleh pemilik. Namun ketika waktunya panen, dilakukan pembagian hasil dengan pemiliknya. Pandangan tentang Peran Gender Pandangan responden tentang peran gender dilihat dari pembagian tugas masing-masing individu di sektor publik dan domestik dalam rumah tangga. Kesenangan individu dalam menjalani peran sehari-hari, baik di sektor publik atau domestik menunjukkan seberapa jauh pemahaman tentang peran gender. Jawaban atas pertanyaan dalam kuisioner dan hasil wawancara mendalam dengan responden disimpulkan sebagai pemahaman responden mengenai peran gender. Tabel 11 Persentase responden berdasarkan pandangan tentang peran gender di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pandangan tentang Gender Nelayan (%) Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Total (%) Tidak memahami Ragu-ragu Memahami Total (%) Hasil pengambilan menunjukkan tingkat pemahaman mengenai peran gender dalam ketiga jenis rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan persentase bagi yang tidak memahami peran gender sebesar 54 persen. Terbukti dari adanya kepasrahan dalam pembagian tugas, maka dapat disimpulkan bahwa individu tidak memahami peran gender. Responden yang ragu-ragu terhadap pemahamannya dalam peran gender sebesar 32 persen. Responden berkeinginan untuk melakukan perubahan namun dalam kenyataan tetap menjalani pembagian tugas yang ada, menunjukkan bahwa individu ragu-ragu dalam pemahamannya mengenai peran gender. Responden yang memahami peran gender dalam rumah tangga sebesar 14 persen. Jawaban yang diperoleh menunjukkan adanya kesadaran dan kesenangan dalam menjalani pembagian tugas yang ada dan keinginan untuk berubah menunjukkan bahwa adanya pemahaman mengenai peran gender.

48 30

49 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tersebut. Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan kepemilikan, kemampuan dalam keberhasilan menjalankan usaha serta pencapaian pemenuhan kebutuhan (Ardi 2012). Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini di antaranya adalah jumlah tanggungan, jenis usaha perikanan, curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan dalam rumah tangga responden dilihat sebagai besarnya beban dalam penafkahan. Sesuai Undang-undang PPh No. 35 Tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Jumlah tanggungan kurang dari tiga orang maka bebannya rendah. Jumlah tanggungan sama dengan tiga orang maka bebannya sedang. Jumlah tanggungan lebih dari tiga orang maka bebannya tinggi. Tabel 12 Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam rumah tangga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Jumlah tanggungan Nelayan (%) Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Total (%) Rendah (< 3 orang) Sedang (= 3 orang) Tinggi (> 3 orang) Total (%) Hasil pengambilan data menunjukkan bahwa rumah tangga di Desa Tanjung Pasir mengalami pengelompokan beban tanggungan yang cukup merata. Persentase terbanyak dialami oleh rumah tangga dengan tanggungan tinggi sebesar 42 persen. Anggota rumah tangga di dalamnya memiliki banyak anak dan beberapa responden tidak hanya satu keluarga dalam satu rumah tangga. Rumah tangga dengan tanggungan sedang cenderung hanya memiliki dua orang anak (28 persen). Rumah tangga dengan tanggungan rendah sebesar 33 persen yang cenderung merupakan pasangan muda ataupun hanya tinggal pasangan tua saja. Jika dilihat dari setiap jenis usaha perikanan, rumah tangga pengolah hasil perikanan dan sebagian rumah tangga pembudidaya memang memiliki jumlah tanggungan yang tinggi (50 persen dan 40 persen). Sedangkan untuk rumah

50 32 tangga nelayan dan sebagian rumah tangga pembudidaya ikan, jumlah tanggungan cenderung rendah (40 persen). Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara mendalam, penyebab jumlah tanggungan yang tinggi karena masih adanya pandangan konservatif bahwa banyak anak banyak rezeki, namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang diperoleh. Jenis Usaha Perikanan Usaha perikanan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir adalah (1) nelayan, baik harian maupun mingguan; (2) pengolah hasil perikanan, merupakan kelompok Batari (Bandeng Tanpa Duri) yang dikelola oleh ibu-ibu dan cukup sering mengadakan kegiatan pengolahan dalam setahun; serta (3) pembudidaya ikan, yang pelakunya melakukan kegiatan dengan sewa tambak atau penggarap. Tabel 13 Persentase responden berdasarkan jenis usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Jenis usaha perikanan Perempuan (%) Laki-laki (%) Total (%) Nelayan Pengolah hasil perikanan Pembudidaya ikan Total (%) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mayoritas rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dimana seluruh pelakunya adalah laki-laki (56 persen). Dalam usaha pengolahan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah perempuan (22 persen). Sedangkan dalam pembudidayaan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah laki-laki (22 persen). Dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan penangkapan dan budidaya dilakukan hanya oleh laki-laki, sedangkan pengolahan oleh perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan di Desa Tanjung Pasir enggan melakukan kegiatan melaut dan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah. Selain itu alasan kekuatan fisik yang tidak sepadan dengan laki-laki, membuat perempuan dalam rumah tangga perikanan di desa ini memutuskan untuk melakukan kegiatan rumah tangga saja. Curahan Waktu Menurut Teori Analisis Harvard, kegiatan dalam rumah tangga dibagi menjadi kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Setiap bidang kegiatan harus idealnya mengalami pembagian waktu yang seimbang. Kegiatan sosial kemasyarakatan tidak disertakan dalam penghitungan dan hanya sebagai data pendukung saja. Curahan waktu dalam kegiatan reproduktif dan produktif dilihat sebagai inti dari kegiatan keseharian setiap individu. Tabel 14 menunjukkan bahwa curahan waktu perempuan dalam kehidupan sehari-hari cenderung berlebihan. Waktu yang berlebihan ini artinya adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara kegiatan reproduktif dan produktif. Kegiatan yang dilakukan biasanya adalah mengurus rumah, anak, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Curahan waktu sedang bagi perempuan sebesar 40 persen

51 33 disebabkan kegiatan pencarian nafkah yang dilakukan melalui pembukaan usaha dilakukan seiring dengan kegiatan reproduktif seperti mengurus anak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Hampir semua perempuan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir berjualan gado-gado, dan biasanya dilakukan ketika siang hari atau menjelang akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Beberapa usaha lain yang dilakukan adalah berjualan kue keliling, membuka warung, dan sebagainya. Curahan waktu bagi laki-laki dalam rumah tangga perikanan dinyatakan 100 persen berlebih. Hal ini disebabkan laki-laki semuanya mencari nafkah, dan dalam hal ini di bidang perikanan. Waktu yang digunakan dalam sehari habis untuk melaut dan ketika berada di rumah cenderung tidak ikut melakukan kegiatan reproduktif. Tabel 14 Persentase responden berdasarkan curahan waktu perempuan dan laki-laki di sektor publik dan domestik di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Perempuan Laki-laki No. Curahan Waktu % % 1. Sedang Berlebihan Total Berikut ini adalah diagram kegiatan dalam aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan. Pembagian waktu yang dilakukan berdasarkan waktu bagi 45 rumah tangga perikanan (25 rumah tangga nelayan, 10 rumah tangga pengolah, dan 10 rumah tangga pembudidaya) untuk melihat perbedaan waktu dan kegiatan yang dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam sehari (24 jam). Dilakukan pengambilan satu sampel dari masing-masing jenis rumah tangga perikanan Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Melaut Bersosialisasi dengan tetangga Persiapan untuk melaut Istirahat Gambar 2 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga nelayan

52 34 Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Mencari nafkah utama (di luar bidang perikanan) Bersosialisasi dengan tetangga Perjalanan menuju tempat kerja Istirahat Mencari nafkah tambahan Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Mengurus tambak Bersosialisasi dengan tetangga Istirahat Mencari nafkah tambahan Gambar 4 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pembudidaya ikan Berdasarkan hasil ketiga diagram (Gambar 2-4), terlihat bahwa dalam setiap jenis rumah tangga perikanan, masih adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara suami dan istri. Hal ini disebabkan suami hanya fokus terhadap pencarian nafkah tanpa melakukan banyak kegiatan reproduktif. Sedangkan istri, dalam satu hari lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan reproduktif dan juga beberapa istri dalam rumah tangga yang melakukan usaha. Masih terjadinya ketimpangan antar aspek sehingga adanya ketidakseimbangan curah waktu antara aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan baik suami maupun istri dalam rumah tangga perikanan. Berikut ini tabel yang

53 35 menjelaskan masing-masing kegiatan dalam bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan. Tabel 15 Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Reproduktif Curahan waktu (jam) P L Memasak Mencuci dan menyetrika baju Membersihkan lantai Mengurus anak Total (jam) Sosial-kemasyarakatan Curahan waktu (jam) P L Pengajian Arisan Kerja bakti Total (jam) Tabel 15 merupakan bermacam aktivitas yang dilakukan dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan oleh perempuan dan laki-laki. Mayoritas dalam ruamh tangga masing-masing jenis usaha perikanan terjadi pembagian tugas yang serupa. Oleh karena itu dilakukan generalisasi dalam tabel. Curahan waktu dalam bidang produktif dan sosial kemasyarakatan cenderung lebih banyak dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga perikanan. Mayoritas laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk pencarian nafkah, khususnya dalam hal ini di laut/tambak. Oleh karena itu, perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam mengurus rumah dan anak dalam kesehariannya. Terjadi perbedaan pembagian peran/aktivitas di bidang produktif dalam setiap jenis usaha perikanan yang dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Curahan waktu responden dalam bidang produktif berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Produktif Nelayan (jam) Pengolah hasil perikanan (jam) Pembudidaya ikan (jam) Total (jam) P L P L P L P L Mencari nafkah utama Membuka usaha Mengikuti pelatihan Total (jam) Total curahan waktu perempuan dalam aktivitas produktif cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh desakan ekonomi dalam rumah tangga yang mengharuskan adanya upaya penambahan pendapatan

54 36 sehingga perempuan cenderung mengurus rumah dan anak diiringi dengan membuka usaha kecil-kecil di rumahnya seperti warung, penjualan makanan ringan, serta minuman sachet. Jika dilihat dari jenis aktivitas yang dilakukan, dalam kegiatan pencarian nafkah, curahan waktu laki-laki cenderung lebih besar. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan mengikuti pelatihan, curahan waktu perempuan cenderung lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan pencarian nafkah, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Akses untuk melaut maupun mengurus tambak dipandang lebih layak jika dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan kegiatan pelatihan, perempuan cenderung mendapatkan akses yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat. Pendapatan Pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu (Syamrilaode 2010). Pendapatan dalam rumah tangga sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian adalah pendapatan total dari kegiatan perikanan dan non perikanan oleh seluruh anggota dalam rumah tangga. Berdasarkan UMR Kabupaten Tangerang 2012, nilai rataratanya adalah Rp Diambil nilai tengah dari rata-rata tersebut untuk keperluan pengkategorian pendapatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Tabel 17 Persentase responden berdasarkan pendapatan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya Nelayan (%) No. Pendapatan perikanan (%) ikan (%) Total (%) P L P L P L P L 1. Rendah Sedang Tinggi Total (%) Disimpulkan bahwa hampir seluruh rumah tangga, bahkan jika dilihat berdasarkan jenis usaha perikanan, Desa tanjung Pasir tergolong berpendapatan tinggi (87 persen). Hal ini tidak sesuai dengan fakta yang ada dalam lokasi penelitian yang memperlihatkan bahwa keadaan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Pasir tergolong cukup rendah. Kemungkinan besarnya pendapatan karena dilakukan kumulatif antara pendapatan yang harian dihitung menjadi bulanan, dan pendapatan yang mingguan juga dihitung menjadi bulanan. Perhitungan pendapatan yang didapat akan rendah apabila dihubungkan dengan pengeluaran. Jika dilihat berdasarkan setiap jenis usaha perikanan terpilah jenis kelamin, partisipasi perempuan sudah cukup banyak dalam upaya pencarian nafkah (40 persen, 70 persen, dan 50 persen). Pendapatan nelayan yang rendah dibantu perekonomiannya oleh perempuan meskipun hasil yang didapat relatif rendah (24 persen). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya rumah tangga nelayan yang sangat miskin di Desa Tanjung Pasir. Pendapatan pengolah hasil perikanan

55 37 tergolong rendah (60 persen) karena kegiatan tidak dilakukan secara rutin dan hanya ketika ada pemesanan saja. Pendapatan tambahan yang rendah, mayoritas didapat dari hasil berjualan gado-gado yang dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu setiap minggunya. Sedangkan dalam rumah tangga pembudidaya ikan, partisipasi perempuan lebih tinggi dalam pencarian nafkah, meskipun pendapatan yang dihasilkan rendah (50 persen). Terlihat bahwa dalam setiap rumah tangga, masih rendahnya pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan (44 persen) dibandingkan tingginya pendapatan laki-laki (87 persen) dalam rumah tangga perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya akses dalam pencarian nafkah bagi perempuan. Masih banyaknya rumah tangga dimana jika hanya mengandalkan pendapatan laki-laki/suami saja, kebutuhan belum tentu dapat tercukupi semuanya. Pengeluaran Pengeluaran adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam periode tertenu untuk memenuhi kebutuhan (AIM 2009). Penghitungan dilakukan berdasarkan pengeluaran dalam rumah tangga, baik untuk keperluan kegiatan perikanan maupun non perikanan (kebutuhan rumah tangga dan anak). Pengkategorian merujuk pada UMR Kabupaten Tangerang, seperti yang telah dilakukan untuk penghitungan dalam variabel pendapatan. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 No. Pengeluaran Nelayan (%) Pengolah hasil Pembudidaya perikanan (%) ikan Total 1. Rendah Sedang Tinggi Total (%) Disimpulkan bahwa pengeluaran rumah tangga perikanan (nelayan, pengolah, dan pembudidaya) di Desa Tanjung Pasir tergolong tinggi (66 persen). Pengeluaran yang besar diakibatkan perlunya modal yang besar dalam sekali melaut atau mengurus tambak. Usaha penangkapan, membutuhkan biaya yang besar dalam umpan, kail, BBM, dan bekal sehari-hari selama meluat. Dalam usaha pengolahan pun demikian, dibutuhkan sekitar 50 kilo bandeng dalam pembuatannya untuk sekali pemesanan. Dalam usaha pembudidayaan, baik benih, pakan, maupun vitamin cukup besar biayanya. Ditambah dengan masing-masing rumah tangga perikanan memiliki jumlah tanggungan yang mayoritas tinggi, menyebabkan adanya pengeluaran rumah tangga yang cukup besar. Pendapatan yang tinggi nyatanya diiringi juga dengan pengeluaran yang tinggi, misalnya biaya hidup selama di laut dengan berhutang ke warung, bahan bakar mesin, dan keperluan lainnya. Oleh karena itu, berikut ini (Tabel 19) merupakan data pendapatan bersih rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir.

56 38 Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 No. Tingkat Pendapatan Bersih Σ % 1. Pendapatan rendah (< Rp ) Pendapatan sedang (Rp Rp ) Pendapatan tinggi (> Rp ) Total Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, khususnya dalam rumah tangga perikanan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan pendapatan yang tinggi diiringi pula dengan pengeluaran yang tinggi. Beberapa rumah tangga menyadari bahwa perlu adanya pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari...dagang gini ya saya kepengen sendiri aja daripada ga ngapangapain di rumah. Kalo cuma nunggu dari si bapak aja ya kurang. Duit bisa dipake buat anak, makan, macem-macem. Lumayan kalo lagi untung ya sehari bisa dapet Rp Ibu Badlah, 30 tahun. Tidak semua perempuan dalam rumah tangga perikanan berinisiatif dalam melakukan usaha pencarian nafkah tambahan. Masih melekatnya stereotipe yang menganggap bahwa kewajiban perempuan adalah mengurus rumah dan anak. Tidak adanya larangan dari suami untuk bekerja membantu dalam perekonomian rumah tangga, namun tidak banyak yang melakukan pancarian nafkah tambahan

57 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan karakteristik dan kondisi rumah tangga perikanan. Pembagian peran dalam penelitian ini dibedakan menjadi dikerjakan oleh perempuan, lakilaki, atau keduanya. Secara umum, pembagian tugas pada masing-masing bidang bidang (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan) dan jenis usaha perikanan (nelayan, pengolah hasil perikanan, dan pembudidaya ikan) dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Pembagian peran/aktivitas di bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya Nelayan Reproduktif perikanan ikan P L P L P L Memasak Mencuci dan menyetrika baju Membersihkan lantai Mengurus anak Pengolah hasil Pembudidaya Nelayan Produktif perikanan ikan P L P L P L Mencari nafkah utama Membuka usaha Mengikuti pelatihan Pengolah hasil Pembudidaya Nelayan Sosial kemasyarakatan perikanan ikan P L P L P L Pengajian Arisan Kerja bakti Keterangan: P= perempuan, L= laki-laki Hasil di atas menunjukkan bahwa dalam rumah tangga perikanan masih dipengaruhi oleh pembagian peran sesuai seksual. Aktivitas yang berkaitan dengan bidang reproduktif seperti memasak, mencuci, dan sebagainya dilakukan oleh perempuan. Tidak ada partisipasi laki-laki yang seimbang dalam urusan rumah tangga. Sedangkan dalam bidang produktif, aktivitas pencarian nafkah utama dilakukan oleh laki-laki. Aktivitas sampingan seperti membuka usaha dan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pendapatan, umumnya dilakukan oleh perempuan. Dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan terdapat keseimbangan dalam aktivitas membuka usaha karena beberapa rumah tangga mengalami

58 40 keseimbangan dalam pencarian pendapatan. Terlihat bahwa dalam rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan, laki-laki merasa memiliki kewajiban untuk bekerja sebagai pencari nafkah utama. Tidak semua perempuan di dalam setiap rumah tangga tersebut melakukan aktivitas membuka usaha dalam upaya penambahan pendapatan. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, aktivitas-aktivitas seperti pengajian, arisan, kerja bakti, dan sebagainya, cenderung lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Kurang adanya keseimbangan peran antara perempuan dan laki-laki karena laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu melaut/mengurus tambak dibandingkan perempuan yang dapat melakukan aktivitas dalam bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan secara beriringan dan berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dengan Peran Gender dalam Rumah Tangga Perikanan Hubungan antara karakteristik rumah tangga (usia, pendidikan, status bekerja, dan pandangan tentang gender) dikaitkan dengan pembagian kerja (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan). Berikut hasil tabulasi silang antara karakteristik rumah tangga dengan relasi gender dalam pembagian peran pada Tabel 21. Tabel 21 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dan pembagian peran/aktivitas di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pembagian peran (%) Karakteristik individu Reproduktif Produktif Sosial kemasyarakatan R S T R S T R S T R S Usia T Sub Total Total R S Pendidikan T Sub Total Total Status bekerja Pandangan tentang gender R S T Sub Total Total R S T Sub Total Total Keterangan: R= rendah, S= sedang, T= tinggi

59 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian peran yang rendah terjadi ketika tingkat usia sedang atau pada masa pertengahan. Pembagian peran yang dilakukan dari masing-masing tingkatan usia serupa, yaitu hanya perempuan yang melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan bidang reproduktif. Begitu pula dalam bidang produktif, pada usia dewasa awal dan masa tua, pembagian peran yang dilakukan tergolong rendah karena cenderung hanya laki-laki saja yang mencari nafkah sedangkan perempuan membuka usaha. Sedangkan pembagian tugas yang sama antara perempuan dan laki-laki terdapat pada responden yang berada pada usia masa pertengahan. Hal ini karena mayoritas perempuan dan laki-laki di Desa Tanjung Pasir berada tingkat usia sedang atau usia produktif (masa pertengahan/30-50 tahun), sehingga perlu adanya peran serta di antara perempuan dan laki-laki dalam penguatan ekonomi rumah tangga perikanan. Pembagian peran di bidang sosial kemasyarakatan jika dikaitkan dengan umur masih mengalami ketidaksetaraan di antara perempuan dan laki-laki. Hal ini terlihat dari hasil tabulasi silang yang menunjukkan bahwa dalam aktivitas-aktivitas yang ada hanya perempuan atau laki-laki saja yang melakukan. Jarang sekali ditemukan pembagian peran yang sama di antara keduanya karena laki-laki cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di laut/tambak sedangkan perempuan mengurus urusan rumah tangga, anak, bahkan dagangannya. Pendidikan di Desa Tanjung Pasir tergolong sedang, yaitu mayoritas responden hanya bersekolah sampai dengan tamat sekolah sadar. Pendidikan formal sama sekali tidak ada hubungan dengan pembagian peran dalam rumah tangga perikanan. Aktivitas yang terdapat dalam bidang ini seperti memasak, mencuci, mengurus anak, dan sebagainya merupakan keharusan bagi perempuan. Sebaliknya, dalam bidang produktif, laki-laki cenderung lebih banyak melakukan akivitas-aktivitas yang terkait. Rumah tangga dengan pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat sekolah dasar) dan sedang (tamat sekolah dasar), terjadi pembagian peran yang sedang antara perempuan dan lakilaki. Maksud dari sedang di sini adalah terdapat pembagian peran dalam bidang reproduktif mayoritas dilakukan perempuan dan produktif mayoritas dilakukan laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembagian peran yang terjadi secara seksual, atau bukan karena kemampuan melainkan sesuai anggapan masyarakat dan kesepakatan bersama. Sedangkan dalam rumah tangga yang berpendidikan tinggi (sekolah menengah lanjutan), terdapat pembagian peran yang rendah. Rendah diartikan bahwa terdapat ketidaksamaan peran dan ketimpangan antara perempuan dan laki-laki dalam aktivitas terkait seperti pencarian nafkah, pembukaan usaha, pelatihan, dan sebagainya. Aktivitas dalam sosial kemasyarakatan jarang sekali diikuti oleh suami dan istri di Desa Tanjung Pasir, sehingga pembagian perannya tergolong rendah dan tidak terdapat hubungan dengan pendidikan formal seseorang. Status bekerja seseorang, terutama perempuan pengolah sebagai pemilik tidak mempengaruhi pembagian peran dalam bidang reproduktif yang sama dengan laki-laki. Pembagian peran tetap rendah dimana hanya perempuan yang melakukan aktivitas tersebut, sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan pencarian nafkah. Status pekerjan rendah menunjukkan terdapat penggarap dalam usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan, sedangkan status pekerjaan yang tinggi menunjukkan pemilik dalam usaha pengolahan (lihat Tabel 10). Ketika perempuan memiliki status sebagai pemilik untuk usaha perikanan, hal ini menyebabkan pembagian peran yang sedang karena sedikitnya kedudukan perempuan menjadi lebih tinggi dalam rumah tangga. Sedangkan status bekerja yang rendah bagi laki-laki dalam usaha penangkapan dan pembudidayaan membuat perempuan pun turut berpartisipasi dalam pencarian nafkah karena adanya dorongan untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang dihasilkan hanya dari suami kurang mencukupi kebutuhan karena penghasilan yang didapat tergolong kecil dan tidak 41

60 42 mencukupi untuk ukuran desa yang berada dekat dengan ibukota. Status bekerja yang sedang menunjukkan laki-laki dalam usaha bidang perikanan sebagai penyewa perahu/tambak. Modal yang cukup besar ini membuat perempuan tidak harus mencari nafkah tambahan karena kemampuan pencarian pendapatan bagi laki-laki dapat lebih mencukupi kebutuhan dibandingkan jika sebagai penggarap. Oleh karena itu, pembagian perannya rendah dimana laki-laki lebih mendominasi dalam bidang produktif. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, beberapa aktivitas seperti arisan dan pengajian, mayoritas dilakukan oleh perempuan, sedangkan kerja bakti dan kegiatan sosial lainnya dilakukan secara bersama-sama. Hampir semua aktivitas yang ada tidak rutin dilakukan sehari (aktivitas mingguan/bulanan), sehingga jarang sekali terdapat rumah tangga yang aktif berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas terkait. Terdapat hubungan antara pandangan tentang gender dengan pembagian peran dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Hal ini terlihat dari semakin rendahnya pemahaman mengenai gender membuat lebih banyak perempuan yang melakukan aktivitas reproduktif. Tidak ada peran laki-laki dalam aktivitas di bidang produktif. Untuk bidang produktif, semakin tingginya pemahaman mengenai gender maka pembagian peran dalam rumah tangga semakin setara. Dikarenakan masih rendahanya pemahaman mengenai gender dalam rumah tangga perikanan di desa ini, membuat semakin tidak seimbangnya pembagian tugas dalam bidang produktif. Akses perempuan dalam hal ini terbatas dalam pencarian nafkah untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga karena cenderung laki-laki lebih mendominasi untuk bidang produktif. Dalam beberapa rumah tangga terdapat pembagian peran yang merata antara perempuan dan lakilaki sehingga akses untuk mendapatkan pekerjaan berada pada tingkatan yang sama. Pandangan gender yang rendah membua tidak banyak rumah tangga perikanan yang melakukan aktivitas dalam bidang sosial kemasyarakatan. Diartikan bahwa terdapat ketidaksamaan pembagian peran karena partisipasi di antara perempuan dan laki-laki dirasa masih kurang. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Peran Gender dalam Rumah Tangga Perikanan Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dalam rumah tangga (jumlah tanggungan, curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran) dikaitkan dengan pembagian kerja (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan). Berikut hasil tabulasi silang antara karakteristik rumah tangga dengan relasi gender dalam pembagian peran pada Tabel 22. Tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan dengan pembagian peran dalam bidang reproduktif. Segala aktivitas yang berkaitan dengan bidang ini cenderung hanya dilakukan oleh perempuan saja sehingga pembagian peran tergolong rendah. Dalam bidang produktif, rumah tangga dengan jumlah tanggungan rendah mengalami pembagian peran dalam tingkat yang rendah. Hal ini menunjukkan masih adanya ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga. Laki-laki cenderung lebih mendominasi dalam pencarian nafkah sedangkan perempuan tidak banyak melakukan kegiatan produksi/usaha sendiri. Rumah tangga dengan jumlah tanggungan sedang menyebabkan tingkat pembagian tugas termasuk sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi pembagian peran yang cenderung seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam pencarian nafkah demi mencukupi kebutuhan hidup. Sedangkan dalam rumah

61 43 tangga dengan jumlah tanggungan tinggi, pembagian peran yang dilakukan berada pada tingkat yang tinggi pula. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, rumah tangga dengan jumlah tanggungan rendah dan tinggi mengalami pembagian peran yang rendah. Rumah tangga dengan jumlah tanggungan sedang mengalami pembagian peran yang sedang. Salah satu penyebabnya adalah kesibukan dari masing-masing individu tersebut sehingga pembagian peran berbeda dan adanya kecenderungan untuk tidak melakukan. Tabel 22 Persentase responden menurut kondisi sosial ekonomi dan pembagian peran/aktivitas di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Kondisi sosial ekonomi Jumlah tanggungan Curahan waktu Pendapatan Pengeluaran Pembagian peran (%) Reproduktif Produktif Sosial kemasyarakatan R S T R S T R S T R S T Sub Total Total Si Bl Sub Total Total R S T Sub Total Total R S T Sub Total Total Keterangan: R= rendah, S= sedang, T= tinggi, Si= seimbang, Bl= berlebih Curahan waktu merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh dalam pembagian peran di ketiga bidang (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan) dalam rumah tangga perikanan. Curahan waktu dikatakan seimbang jika perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga perikanan menyeimbangkan waktu antara aktivitas publik dan domestik. Sedangkan curahan waktu dikatakan berlebih jika antara aktivitas publik dan domestik mengalami jumlah jam yang lebih banyak salah satunya. Mayoritas dalam rumah tangga perikanan mengalami curahan waktu yang tidak seimbang/berlebih baik perempuan maupun laki-laki. Dalam bidang reproduktif, cenderung hanya perempuan yang lebih banyak melakukan. Curahan waktu yang berlebih membuktikan bahwa pembagian kerja yang dilakukan memang berdasarkan seksual. Perempuan fokus kepada bidang reproduktif, sedangkan laki-laki fokus

62 44 kepada bidang produktif. Masih rendahnya pembagian peran untuk rumah tangga perikanan karena ada ketimpangan yang ditunjukkan dari presentase dalam tabel untuk bidang produktif. Hal ini menyebabkan adanya waktu yang berlebih di kedua belah pihak. Pembagian perna yang dilakukan tidak dirasa sebagai beban oleh suami dan istri dalam rumah tangga perikanan. Pembagian peran dilakukan semata-mata sesuai dengan kondisi fisik masing-masing dan stereotipe masyarakat yang masih konservatif dan bias gender. Untuk bidang sosial kemasyarakatan, pembagian peran masih tergolong rendah. Artinya, pelaku aktivitas dalam bidang tersebut hanya salah satu saja baik perempuan saja ataupun laki-laki saja. Aktivitas-aktivitas yang ada bukan merupakan aktivitas yang rutin diadakan setiap hari sehingga perempuan yang lebih banyak menadapatkan akses dalam pembagian peran di bidang ini. Salah satu penyebabnya karena curahan waktu suami lebih banyak di laut/tambak, sedangkan istri dapat melakukan pengolahan ikan atau usaha lainnya di rumah sehingga dapat beriringan dengan aktivitas lain, khususnya dalam hal ini pengajian, arisan, dan sebagainya. Mayoritas pendapatan yang tinggi dalam rumah tangga perikanan tidak membuat pembagian peran dalam bidang reproduktif serta merta dilakukan secara bersama karena hanya perempuan yang lebih aktif. Tidak adanya akses laki-laki dalam hal ini dikarenakan laki-laki lebih lama di luar rumah dan menyerahkan sepenuhnya urusan rumah tangga dan anak kepada perempuan. Meskipun sedang tidak melaut, tidak membuat laki-laki ketika berada di rumah untuk turut membantu mengurusi rumah dan anak sehingga cenderung menggunakan waktu untuk beristirahat sebelum pergi melaut atau mengurus tambak lagi. Terlihat dari tabel 22 bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dengan pembagian peran dalam bidang produktif. Semakin tinggi kesamarataan pembagian peran untuk aktivitas maka semakin tinggi pula pendapatan yang dihasilkan. Sedangkan dalam bidang sosial kemasyarakatan, tidak terdapat rumah tangga perikanan dengan pembagian peran yang sama antara perempuan dan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas yang ada di Desa Tanjung Pasir masih kurang diminati oleh masyarakat. Selain itu terdapat kemungkinan mayoritas masyarakat tidak merasakan kebersamaan yang erat sehingga cenderung sudah mulai individualis. Sama halnya dengan pendapatan, terdapat hubungan antara pengeluaran dengan pembagian peran dalam rumah tangga perikanan. Dalam aktivitas di bidang reproduktif, hampir semuanya hanya dilakukan oleh perempuan saja tanpa ada campur tangan laki-laki. Pengeluaran yang tinggi menyebabkan pembagian peran yang semakin tidak setara sehingga terjadi ketidaksamaan dalam aktivitasaktivitas yang dilakukan. Ditambah lagi dalam bidang sosial kemasyarakatan dimana pembagian peran yang rendah menyebabkan ketimpangan aktvitas antara perempuan dan laki-laki. pengeluaran yang tinggi cenderung dilakukan oleh pelaku usaha perikanan karena berkaitan dengan urusan penangkapan, pengolahan, dan pembudidayaan seperti pembelian umpan, pakan, benih, vitamin, kail, BBM, dan sebagainya.

63 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan karakteristik dan kondisi rumah tangga perikanan. Pengambilan keputusan dibedakan menjadi dominan istri, dominan suami, dan bersama setara. Secara umum, pengambilan keputusan pada masing-masing bidang (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan) dan jenis usaha perikanan (penangkapan, pengolahan, pembudidayaan) dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Persentase pengambilan keputusan di bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Nelayan (%) Reproduktif perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) DI DS BS TM DI DS BS TM DI DS BS TM Keperluan pangan Keperluan rumah tangga Keperluan anak Keperluan kesehatan Keperluan tak terduga Total (%) Pengolah hasil Nelayan (%) Produktif perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) DI DS BS TM DI DS BS TM DI DS BS TM Mencari nafkah Kegiatan produksi/ usaha Mengikuti pelatihan Total (%) Nelayan (%) Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Sosial kemasyarakatan DI DS BS TM DI DS BS TM DI DS BS TM Arisan Kerja bakti Rapat Selamatan Total (%) Keterangan: DI= dominan istri, DS= dominan suami, BS= bersama setara, TM= tidak melakukan Pengambilan keputusan untuk bidang reproduktif dari masing-masing rumah tangga (nelayan, pengolah hasil perikanan, dan pembudidaya ikan) menunjukkan bahwa istri/perempuan lebih dominan dibandingkan suami./laki-laki

64 46 dari mayoritas aktivitas yang ada. Ditemukan sebesar 12 persen dan 40 persen yang menunjukkan bahwa beberapa rumah tangga, dalam keperluan anak tidak dilakukan hanya oleh istri tetapi juga oleh suami atau dominan suami yang boleh memutuskan. Selain dari aktivitas yang berhubungan dengan anak, istri yang memiliki kendali lebih besar dibandingkan suami dalam rumah tangga perikanan. Untuk pengambilan keputusan di bidang produktif, pengambilan keputusan dominan suami terjadi dalam rumah tangga nelayan. Hal ini disebabkan suami merasa memiliki kewajiban yang besar untuk menafkahi keluarganya sehingga cenderung mengontrol dalam siapa yang berhak untuk bekerja. Sedangkan dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan dan pembudidaya ikan, keputusan untuk pencarian nafkah dilakukan bersama setara. Hal ini disebabkan jika hanya mengandalkan pendapatan suami, tidak akan mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Ketiga jenis rumah tangga perikanan, dalam aktivitas membuka usaha cenderung dilakukan pengambilan keputusan dominan istri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sisi mandiri dari perempuan untuk turut membantu perekonomian rumah tangganya meskipun penghasilan yang didapat tidak seberapa. Sedangkan dalam membuka usaha dan mengikuti pelatihan, cenderung hanya diputuskan oleh perempuan atau tidak melakukan kedua aktivitas tersebut. Pengambilan keputusan dalam bidang sosial kemasyarakatan untuk ketiga jenis rumah tangga memiliki pola yang sama. Kecenderungan dalam rumah tangga menunjukkan pengambilan keputusan dilakukan oleh perempuan atau bersama setara. Selain itu, tidak terjadi pengambilan keputusan karena ada beberapa rumah tangga yang tidakk melakukan aktivitas seperti pengajian, kerja bakti, dan sebagainya. jika dikaitkan dengan pembagian peran dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dapat disimpulkan bahwa partisipasi laki-laki masih sangat sedikit dibandingkan perempuan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dengan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan Hubungan antara karakteristik rumah tangga (usia, pendidikan, status bekerja, dan pandangan tentang gender) dikaitkan dengan pembagian kerja (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan). Berikut hasil tabulasi silang antara karakteristik rumah tangga dengan relasi gender dalam pengambilan keputusan pada Tabel 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bidang reproduktif, pengambilan keputusan terbanyak dilakukan oleh perempuan/istri dan berada pada usia masa pertengahan. Pengambilan keputusan yang dilakukan dikuasai oleh perempuan baik urusan rumah sampai pengelolaan keuangan, namun dalam beberapa rumah tangga ditemukan bahwa dalam mengurus anak diambil keputusan bersama. Dalam bidang produktif pada usia dewasa awal, pengambilan keputusan untuk pencarian nafkah, membuka usaha, dan sebagainya, dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk penguatan ekonomi dalam rumah tangga agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pada usia masa pertengahan, pengambilan keputusan cenderung lebih dominan dilakukan oleh suami/laki-laki. Pada masa pertengahan/usia produktif (30-50

65 47 tahun), meskipun istri mempunyai akses untuk misalnya membuka usaha, tetapi tetap kekuasaan terbesar dimiliki oleh suami. Oleh karena itu sebelum membuka usaha atau mengikuti pelatihan, istri harus meminta izin kepada suami dan tidak melakukan pengambilan keputusan secara mandiri. Untuk rumah tangga dengan usia masa tua, pengambilan keputusan cenderung dilakukan dominan istri. Hal ini disebabkan suami pada usia masa tua sudah tidak terlalu produktif dan berdaya sehingga cenderung lebih mengandalkan kemampuan istri dalam mencari nafkah. Begitupun dalam bidang sosial kemasyarakan. Jika dikaitkan dengan kategori usia, terlihat bahwa masih sangat rendahnya partisipasi rumah tangga dalam aktivitasaktiviits seperti pengajian, kerja bakti, dan sebagainya. Terlihat kecenderungan bahwa pengambilan keputusan dilakukan dominan istri/perempuan karena tidak banyak laki-laki yang terlibat dalam bidang ini. Tabel 24 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dan pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Karakteristik individu Usia Pendidikan Status bekerja Pandangan tentang gender Pengambilan keputusan (%) Reproduktif Produktif Sosial kemasyarakatan DI DS BS DI DS BS TM DI DS BS TM R S T Sub Total Total R S T Sub Total Total R S T Sub Total Total R S T Sub Total Total Keterangan: R= rendah, S= sedang, T= tinggi, DI= dominan istri, DS= dominan suami, BS= bersama setara, TM= tidak melakukan Rumah tangga dengan pendidikan yang rendah sampai dengan yang tinggi tidak memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan untuk bidang reproduktif. Perempuan tetap memegang kontrol dalam bidang ini dan hanya beberapa rumah tangga saja yang melakukan pengambilan keputusan secara bersama ataupun laki-laki lebih berkuasa. Sedangkan dalam bidang produktif, ketika pendidikan formal yang rendah di rumah tangga perikanan, pengambilan

66 48 keputusan justru lebih banyak dilakukan secara bersama setara. Sedangkan dalam rumah tangga dengan pendidikan formal sedang menunjukkan bahwa pengambilan keputusan cenderung lebih dominan dilakukan oleh suami, dan sebagian dilakukan secara bersama setara. Pendidikan formal yang tinggi menyebabkan pengambilan keputusan cenderung dilakukan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak menjadi patokan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir untuk menentukan siapa yang lebih berkuasa dalam pengambilan keputusan. Aktivitas-aktivitas di bidang sosial kemasyarakatan cenderung tidak dilakukan oleh suami dan istri, oleh karena itu tidak banyak diketahui pola pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir dalam bidang ini. Status bekerja responden dalam bidang perikanan tidak memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan dalam bidang reproduktif. Meskipun pelaku pengolahan ikan merupakan perempuan, namun hal tersebut tidak sertamerta menyebabkan adanya kesetaraan dalam pengambilan keputusan. Istri/perempuan tetap diberikan kuasa dan kewajiban untuk mengurus rumah tangga dan anak terlebih dahulu sehingga pengambilan keputusan dalam bidang reproduktif cenderung dilakukan oleh istri. Dalam bidang produktif, status bekerja yang rendah (penggarap) membuat pengambilan keputusan untuk aktivitas produktif lebih dominan dilakukan oleh suami. Responden dengan status bekerja sedang (penyewa) dan tinggi (pemilik) menyebabkan pengambilan keputusan dilakukan secara bersama setara. Alasannya adalah kepemilikan alat oleh pengolah dan kemampuan responden untuk menyewa tambak/perahu sehingga terjadi peningkatan status dalam rumah tangga. Oleh karena itu terjadi pengambilan keputusan yang setara ketika memilki modal yang cukup dalam usaha perikanan. Sama halnya dengan faktor lainnya, status bekerja tidak terlihat adanya hubungan dengan aktivitas dalam bidang sosial-kemasyarakatan. Rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir cenderung tidak melakukan pengambilan keputusan dalam bidang ini. Apabila dikaitkan antara pengambilan keputusan dalam bidang reproduktif dengan pandangan responden tentang gender, tidak terlihat hubungan di antara. Hal ini dikarenakan adanya pemahaman mengenai gender tidak membuat pengambilan keputusan diambil setara melainkan tetap saja ada salah satu yang dominan. Dalam hal ini, istrilah yang lebih banyak berperan dalam pengambilan keputusan dan melibatkan suami/laki-laki hanya ketika berhubungan dengan keperluan anak. Sedangkan dalam bidang produktif, terlihat bahwa semakin memahami gender, maka pengambilan keputusan yang dilakukan bersama setara. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya kerja sama di antara istri dan suami dalam memperoleh pendapatan dan tidak dikuasai aksesnya hanya oleh salah satu pihak saja. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, cenderung perempuan lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan perempuan tinggal sehari-hari dalam lingkup sosial di desa sehingga perempuan lebih banyak memiliki akses untuk melakukan aktivitas sosial dibandingkan suami/laki-laki yang lebih banyak menghabiskan waktu di laut/tambak. Terdapat lebih banyak rumah tangga di Desa Tanjung Pasir yang tidak melakukan pengambilan keputusan dalam bidang sosial kemasyarakatan karena beberapa hal, di antaranya adalah kurangnya penggerak dalam bidang ini, tidak berjalan secara rutin, dan kesibukan dalam pencarian

67 49 nafkah yang menyebabkan kecenderungan untuk beristirahat dibandingkan menghabiskan waktu untuk aktivitas tersebut. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dalam rumah tangga (jumlah tanggungan, curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran) dikaitkan dengan pembagian kerja (reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan). Berikut hasil tabulasi silang antara karakteristik rumah tangga dengan relasi gender dalam pengambilan keputusan pada Tabel 25. Tabel 25 Persentase responden menurut kondisi sosial ekonomi dan pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Kondisi sosial ekonomi Jumlah tanggungan Curahan waktu Pendapatan Pengeluaran Pengambilan keputusan (%) Reproduktif Produktif Sosial kemasyarakatan DI DS BS DI DS BS TM DI DS BS TM R S T Sub Total Total Si Bl Sub Total Total R S T Sub Total Total R S T Sub Total Total Keterangan: R= rendah, S= sedang, T= tinggi, DI= dominan istri, DS= dominan suami, BS= bersama setara, TM= tidak melakukan, Si= seimbang, Bl= berlebih Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dalam bidang reproduktif cenderung dominan dilakukan oleh istri. Hanya sedikit ditemukan dalam rumah tagga perikanan dimana suami sebagai pengambilan keputusan tertinggi untuk bidang ini. Hal ini dapat diartikan bahwa akses perempuan untuk melakukan sesuatu tidak dikendalikan oleh laki-laki atau tidak berada di bawah kekuasaan laki-laki. Jumlah tanggungan dalam rumah tangga tidak memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan karena nilainya tidak konstan. Dalam bidang produktif, jumlah tanggungan yang rendah menyebabkan

68 50 terjadinya pengambilan keputusan yang dominan oleh salah satu pihak. Desakan ekonomi yang tinggi membuat tidak hanya laki-laki saja yang memutuskan untuk mencari nafkah, tetapi juga adanya partisipasi perempuan untuk mencari nafkah tambahan atas inisiatif sendiri. Tingginya jumlah tanggungan menyebabkan kecenderungan pengambilan keputusan yang lebih banyak dilakukan secara bersama setara. Seperti halnya pada rumah tangga dengan jumlah tanggungan rendah maupun sedang, desakan ekonomilah yang membuat pasangan suami dan istri memutuskan untuk bersama-sama mencari nafkah. Dikaitkan dengan pengambilan keputusan dalam bidang produktif, aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan bidang sosial kemasyarakatan cenderung tidak dilakukan oleh rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Hal ini disebabkan selain karena tidak rutinnya aktivitas yang ada, juga tidak tersedianya banyak tenaga, waktu, dan biaya untuk menunjang aktivitas tersebut. Curahan waktu merupakan salah satu faktor terpenting dalam analisis pengambilan keputusan. Curahan waktu dikatakan seimbang jika perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga perikanan menyeimbangkan waktu antara aktivitas publik dan domestik. Sedangkan curahan waktu dikatakan berlebih jika antara aktivitas publik dan domestik mengalami jumlah jam yang lebih banyak salah satunya. Mayoritas dalam rumah tangga perikanan mengalami curahan waktu yang tidak seimbang/berlebih baik perempuan maupun laki-laki. Dalam bidang reproduktif, cenderung perempuan yang lebih berkuasa dalam pengambilan keputusan. Curahan waktu yang berlebih membuktikan bahwa pembagian kerja yang dilakukan memang berdasarkan seksual. Perempuan fokus kepada bidang reproduktif, sedangkan laki-laki fokus kepada bidang produktif. Pengambilan keputusan dalam bidang produktif cenderung dilakukan bersama setara. Hal ini menyebabkan adanya waktu yang berlebih di kedua belah pihak. Namun hal ini tidak memberatkan keduanya karena memang telah terjadi kesepakatan bahwa adanya pembagian tugas dan kontrol untuk setiap bidang secara nature (sesuai faktor biologis/fisik). Untuk bidang sosial kemasyarakatan, pengambilan keputusan cenderung dominan istri. Hal ini disebabkan karena curahan waktu suami lebih banyak di laut/tambak, sedangkan istri dapat melakukan pengolahan ikan atau usaha lainnya di rumah sehingga dapat beriringan dengan aktivitas lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang semakin tinggi tidak menyebabkan pengambilan keputusan yang semakin setara. Sama seperti faktor-faktor lain sebelumnya, perempuan lebih berkuasa dan memiliki akses yang lebih besar dalam mengambil keputusan untuk urusan rumah tangga dan anak. Lain halnya dengan pengambilan keputusan dalam bidang produktif. Faktor pendapatan memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan yang semakin setara. Pengambilan keputusan yang setara menyebabkan pendapatan yang dihasilkan semakin meningkat karena kedua pihak (suami dan istri) sama-sama memiliki kontrol yang setara dalam hal pencarian nafkah dan aktivitas produktif lainnya. Hal ini terlihat dari semakin tingginya pengambilan keputusan secara setara jika dibandingkan salah satu yang dominan. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, ditemukan lebih banyak rumah tangga yang tidak melakukan pengambilan keputusan untuk aktivitas-aktivitas tertentu. Jika pun ada, hal ini hanya dominan oleh istri saja karena dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, istri cenderung lebih aktif dalam bidang ini dibandingkan suami yang lebih fokus untuk aktivitas-aktivitas dalam bidang produktif. Beberapa

69 rumah tangga ditemukan mengambil keputusan secara setara karena adanya keinginan untuk menyeimbangkan aktivitas-aktivitas dalam bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan, juga dipengaruhi oleh curahan waktu yang tidak terlalu lama dalam bidang reproduktif dan produktif. Pengeluaran jika dikaitkan dengan pengambilan keputusan dalam bidang reproduktif, tidak memiliki hubungan yang nyata. Penyebabnya adalah pembagian kerja secara seksual sehingga perempuan memiliki akses dan kontrol yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dalam bidang reproduktif. Pengambilan keputusan untuk aktivitas-aktivitas dalam bidang sosial kemasyarakatan memang cenderung tidak dilakukan. Kurangnya minat, tidak rutinnya aktivitas yang dilakukan, dan lebih fokus untuk urusan rumah tangga dan pencarian nafkahlah yang menyebabkan tidak aktifnya partisipasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dalam bidang sosial kemasyarakatan. Sama halnya dengan pendapatan, pengeluaran pun memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan di bidang produktif. Hasil tabulasi silang menunjukkan adanya peningkatan persentase, yaitu semakin tingginya pendapatan maka semakin setara pula pengambilan keputusannya. Dalam rumah tangga perikanan, sebagian pengambilan keputusan dominan suami untuk aktivitas pencarian nafkah, dominan istri untuk aktivitas pencarian nafkah tambahan, serta bersama setara ketika keduanya merasa bahwa perlu adanya pencarian nafkah dan membuka usaha demi memenuhi kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat. Selain itu, dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa responden didapatkan pernyataan bahwa dalam persiapan melaut/mengurus tambak, terdapat peran serta bahwa terkadang perempuan yang lebih banyak menentukan dalam pemilihan umpan, benih, pakan, alat pancing, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya perempuan pun dapat berperan serta dalam aktivitas melaut/mengurus tambak. Adanya stereotipe dalam masyarakat Desa Tanjung Pasir yang menganggap bahwa perempuan lebih baik mengurus rumah tangga dan anak inilah yang menyebabkan perempuan sendiri menstereotipe dirinya untuk hanya terbatas dalam aktivitas di bidang reproduktif. 51

70 52

71 53 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir memiliki ciri sebagai berikut: pertama, istri/perempuan rata-rata berusia 40 tahun, sedangkan suami/laki-laki rata-rata berusia 45 tahun. Status pendidikan baik perempuan maupun laki-laki mayoritas hanya sampai tamat sekolah dasar. Status bekerja/kedudukan responden perempuan dalam pengolahan ikan sebagai pemilik, sedangkan mayoritas responden laki-laki dalam penangkapan dan pembudidayaan sebagai penggarap. Pemahaman masyarakat setempat mengenai gender tergolong masih rendah sehingga memunculkan ketimpangan dan kesenjangan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Usaha perikanan merupakan mata pencaharian utama rumah tangga di desa ini. Jenis-jenis usaha perikanan tersebut antara lain: nelayan, pengolah hasil perikanan, dan pembudidaya ikan. Jumlah tanggungan dalam setiap rumah tangga perikanan tergolong cukup merata, ada yang rendah sampai dengan tinggi. Baik perempuan maupun laki-laki dalam rumah tangga perikanan masih mengalami curahan waktu yang berlebih karena pembagian kerja sesuai seksual dan desakan ekonomi. Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga yang relatif tinggi (di atas UMR Kabupaten Tangerang sebesar Rp ) karena adanya pembagian peran terutama dalam aspek produktif bagi istri/perempuan dan suami/laki-laki. Tidak terdapat hubungan antara usia, pendidikan formal, dan status bekerja dengan pembagian peran dalam rumah tangga perikanan. Faktor usia yang cenderung lebih banyak pada masa pertengahan (30-50 tahun), pendidikan formal yang sedang (tamat sekolah dasar), dan status bekerja hanya sebagai penggarap membuat pembagian peran yang ada belum setara dan berkesinambungan. Terdapat hubungan antara pandangan tentang gender dengan pembagian peran dalam rumah tangga perikanan. Semakin rendahnya pemahaman mengenai gender membuat pembagian peran yang rendah juga. Hal ini diartikan bahwa terjadi ketidaksamaan peran antara perempuan dan laki-laki bahkan cenderung timpang. Tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan dengan pembagian peran dalam rumah tangga perikanan. Jumlah tanggungan yang rendah sampai dengan tinggi tidak memberikan pengaruh dalam pembagian peran karena cenderung masih rendahnya kesamaan dalam aktivitas yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Terdapat hubungan antara curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran rumah tangga dengan pembagian peran. Semakin berlebihnya curah waktu, maka semakin rendah pembagian peran dalam rumah tangga. Artinya, pembagian peran untuk bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan tidak seimbang dalam rumah tangga tersebut. Semakin tingginya pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, semakin seimbang peran antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki cenderung hanya melakukan aktivitas dalam bidang produktif, sedangkan perempuan melakukan aktivitas dalam bidang reproduktif tanpa ada peran serta dari laki-laki. Terjadi pembagian peran secara seksual namun hal tersebut merupakan kesepakan bersama dan ada unsur stereotipe dari masyarakat Desa Tanjung Pasir dimana perempuan lebih baik aktif dalam bidang domestik sedangkan laki-laki dalam bidang publik. Selain itu juga

72 54 karena desakan ekonomi sehingga perempuan harus ikut pencari nafkah tambahan meskipun mayoritas atas inisiatif sendiri. Tidak terdapat hubungan antara usia dan pendidikan formal dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Mayoritas usia berada pada masa pertengahan atau masa sangat produktif sehingga pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan kinerja atau peran yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Pendidikan pun tidak mempengaruhi dalam pengambilan keputusan karena dalam memang pandangan masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan tidak terlalu penting, hanya sebagai formalitas saja. Sebaliknya, terdapat hubungan antara status bekerja dan pandangan tentang gender dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Semakin rendahnya status bekerja/kedudukan dalam usaha perikanan, menyebabkan pengambilan keputusan didominasi oleh salah satu pihak. Dalam bidang reproduktif didominasi oleh perempuan dan dalam bidang produktif cenderung didominasi oleh laki-laki. Semakin rendahnya pemahaman mengenai pemahaman tentang gender maka semakin rendahnya pengambilan keputusan secara bersama setara. Pembagian kerja sesuai seksual yang terjadi ini menyebabkan akses perempuan dan laki-laki tidak di semua bidang. Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang bersama setara terjadi ketika adanya kesepakatan yang berhubungan dengan ekonomi dan aktivitas sosial dalam masyarakat. Jumlah tanggungan tidak berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Hal ini dikarenakan jumlah tanggungan merata mulai dari rendah sampai tinggi, sehingga pengambilan keputusan tidak didasari hal tersebut. Beberapa anggota rumah tangga ikut melakukan penambahan pendapatan sehingga perekonomian terbantu. Sedangkan curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran rumah tangga terdapat hubungan dengan pengambilan keputusan. Kepemilikan barang yang minim menyebabkan curahan waktu untuk meningkatkan pendapatan semakin meningkat karena kebutuhan yang terus bertambah. Selain itu, curahan waktu bagi perempuan memiliki hubungan nyata dengan pengambilan keputusan dalam aspek reproduktif. Semakin berlebihnya curahan waktu khususnya dalam pencarian nafkah ataupun membuka usaha sendiri, menyebabkan perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang setara dalam pengambilan keputusan untuk urusan produktif. Semakin tingginya pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tanga, semakin setara pengambilan keputusan untuk bidang produktif dan sosial kemasyarakatan. Hal ini tidak berlaku dalam bidang reproduktif karena istri memiliki kontrol yang lebih besar dalam urusan rumah tangga dan anak. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, rumah tangga perikanan cenderung tidak melakukan pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan mayoritas rumah tangga di Desa Tanjung Pasir cenderung enggan dan kurangnya minat terhadap aktivitas-aktivitas terkait. Beberapa penyebab di antaranya adalah keterbatasan waktu, tenaga, dan terutama biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan seperti arisan, pengajian, kerja bakti, dan sebagainya.

73 55 Saran Mengingat rata-rata jumlah tanggungan dalam rumah tangga perikanan berlebih, disarankan bagi pemerintah untuk mempromosikan kembali program KB (Keluarga Berencana). Perlu adanya kesadaran untuk pembagian tugas secara lebih adil dan harmonis. Hal ini dilakukan agar tidak adanya salah satu pihak yang mengalami beban kerja berlebih, dalam hal ini istri/perempuan. Masyarakat membutuhkan peningkatan dalam pemahaman tentang gender agar tidak adanya ketimpangan dari salah satu pihak, baik perempuan maupun laki-laki. Selain itu, diperlukan adanya pelatihan manajemen keuangan bagi setiap rumah tangga agar nilai saving dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Dibutuhkan lebih lanjut pelatihan penangkapan, pengolahan, dan pembudidayaan yang berkualitas dan modern agar dapat meningkatkan output yang dihasilkan dari masing-masing jenis usaha perikanan. Masih terjadi ketimpangan dalam aspek reproduktif dan sosialkemasyarakatan, dimana hanya perempuan yang lebih aktif dalam melakukan aktivitas. Perlu diberikan arahan agar munculnya kesadaran bahwa meskipun lakilaki bekerja melaut/di tambak, tidak serta-merta menghilangkan peran dalam aspek produktif. Selain itu, perlu ditingkatkan keaktifan masyarakat terhadap kegiatan sosial-kemasyarakatan agar tercipta keakraban yang lebih melekat antar rumah tangga. Pemerintahan desa tidak boleh acuh terhadap apa yang sedang dialami oleh masyarakat perikanan sehingga perlu adanya perkumpulan seperti FGD yang dilakukan secara rutin dan terjadwal. Adanya kegiatan seperti ini, diharapkan dapat menjadi wadah untuk mencurahkan masalah-masalah umum dan khusus yang dihadapi oleh rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Pengambilan keputusan yang terjadi dalam rumah tangga perikanan unruk aspek reproduktif, cenderung hanya/dominan oleh istri/perempuan saja. Hal ini berkaitan dengan stereotipe yang terjadi di Desa Tanjung Pasir. Perempuan dianggap hanya berkewajiban dalam urusan rumah tangga. Di samping itu, beberapa rumah tangga juga memberatkan perempuan dengan adanya beban kerja berlebih dengan pencarian nafkah. Oleh karena itu, perlu adanya pengambilan keputusan yang setara dan adil antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga agar tidak terjadi ketimpangan. Perlunya kesepakatan sedari awal semenjak menikah untuk menyetarakan dan menyeimbangkan kendali pengambilan keputusan di antara keduanya. Pengambilan keputusan yang terjadi tidak boleh hanya ketika dalam keadaan terdesak saja, tapi dipersiapkan secara matang sedari awal. Tidak luput juga, perlu diadakannya program pemberdayaan masyarakat nelayan oleh fasilitas untuk memperbaiki dan menguatkan ekonomi rumah tangga sehingga kebutuhan yang terus bertambah dapat tercukupi.

74 56

75 57 DAFTAR PUSTAKA AIM Pengertian pengeluaran. [Internet]. 17:11 [Diunduh 2011 Maret 20]. ept/10.html Ardi Sosial ekonomi.[internet]. 08:07 [Diunduh 2013 Januari 7]. html [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Gender. [Internet]. 09:11 [Diunduh 2013 Januari 30]. BUQFjAA&usg=AFQjCNFbli8RMb-wT1bcJ_o37WpER9RGDg [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMN. [Internet]. 21:12 [Diunduh 2013 Januari 30]. go.id/node/0/2518/buku-rpjmn / [BPS] Badan Pusat Statistika Pengertian rumah tangga menurut BPS. [Internet]. 18:56 [Diunduh 2011 November 10]. go.id/publikasi/ pdf/gender08.pdf Fakih M Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar. Gustina W Pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terhadap kesejahteraan keluarga. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 236 hal. [HDR] Human Development Report HDR. [Internet]. 08:35 [Diunduh 2013 Januari 6]. Summary.pdf Hubeis AVS Pemberdayaan perempuan dari masa ke masa. Bogor [ID]: IPB Press. Hikmah dan Istiana Pemberdayaan peran perempuan nelayan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif. Dalam: Dinamina peran gender dan diseminasi inovasi. Jakarta. [ID]: Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal 1-8. Hikmah, Nasution Z, Yulisti M, Istiana, Mursidin, Hartono TT, dan Azizi A Gender dalam rumah tangga masyarakat nelayan. Jakarta [ID]: Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Maryani T Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan keluarga dan pendapatan perempuan. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 80 hal. Moser CON Gender planning and development: theory, practice and training. New York: Routledge. Mugniesyah SS Modul mata kuliah pendidikan orang dewasa. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Nurmalina N dan Lumintang RWE Pembinaan perempuan pengolah ikan asin di pesisir Muara Angke Jakarta Timur. Siska O, editor. Dalam: Jurnal penyuluhan. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Hal 91.

76 58 Pajak Online Jumlah tanggungan. [Internet]. 16:08 [Diunduh 2012 Desember 20]. view.php? id=762 Prasodjo NW et al Modul mata kuliah gender dan pembangunan, departemen komunikasi dan pengembangan masyarakat. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Pratiwi L Marginalisasi perempuan dalam industri dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan keluarga pekerja (cv. mekar plastik industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 81 hal. Rahayu MD Pola asuh anak ditinjau dari aspek relasi gender kasus pada keluarga etnis minang, jawa dan batak di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 97 hal. Sajogyo P Peranan wanita dalam perkembangan masyarakat desa. Jakarta [ID]: CV Rajawali. Saptari, dkk Perempuan, kerja, dan perubahan sosial. Jakarta [ID]: Pustaka Utama Grafiti. Saragih H Data kemiskinan menurut BPS. [Internet]. 20:10 [Diunduh 2012 Oktober 20]. Sariful UMR [Internet]. 10:37 [Diunduh 2012 Juni 2]. Syamrilaode Pengertian pendapatan [Internet]. 17:03 [Diunduh 2012 Desember 20] pengertian-pendapatan/#ixzz2HDKVIjE5 Suryono H Memotong rantai kemiskinan. Jakarta [ID]: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri. [UU] Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undangundang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Widanti A Hukum berkeadilan gender. Jakarta [ID]: Penerbit Buku Kompas. Yulisti M. dan Nasution Z Produktivitas istri dalam penguatan ekonomi rumah tangga nelayan. Nasution dan Hikmah, editor. Dalam: Dinamina peran gender dan diseminasi inovasi. Jakarta. [ID]: Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal 9-17.

77 Lampiran 1 Peta Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang 59

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG Gender Role in Fisheries s Household in Tanjung Pasir Village, Teluknaga Subdistrict, Tangerang

Lebih terperinci

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG Gender Role in Fisheries s Household in Tanjung Pasir Village, Teluknaga Subdistrict, Tangerang

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 14 II. TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah erat kaitannya dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga. Ketahanan pangan rumahtangga sebagaimana hasil rumusan Internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa potensi pembudidayaan perikanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Gender dan Ketidakadilan Gender Hal penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah perempuan adalah membedakan antara konsep seks dan gender. Kedua konsep

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

Gender, Social Inclusion & Livelihood

Gender, Social Inclusion & Livelihood Gender, Social Inclusion & Livelihood LATAR BELAKANG KOMITMEN AWAL PEMBANGUNAN UTK MELIBATKAN SELURUH KOMPONEN BANGSA BAIK L/P DALAM PEMBANGUNAN Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami

Lebih terperinci

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA (Studi Kasus TPA Jaya Kartika Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar) Nur Ita Kusumastuti K8409045 Pendidikan Sosiologi Antropologi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Bali untuk Bekerja di Sektor Publik (Studi Kasus di Desa Adat Kerobokan Kuta Utara Kabupaten Badung). Nama : Ni Putu Devi Ekayanti Ningsih

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1 Kesimpulan Krisis ekonomi tahun 1998 memberikan dampak yang positif bagi kegiatan usaha rajutan di Binongjati. Pangsa pasar rajutan yang berorientasi ekspor menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0 Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di perbincangkan. Perempuan yang dulunya dianggap sebagai kanca wingking, pada zaman

Lebih terperinci

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Bab 9 Kesimpulan Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan berasal dari dalam diri nelayan sendiri

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Bahan Ajar Responsif Gender SMP bagi Guru SD dan SMP di Wisma LPP Tanggal 8 Oktober

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Tim Penyusun Pengarah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Penanggungjawab Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Ketua Panitia Kepala Sub Bidang Penguatan Advokasi

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.15/MEN/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.15/MEN/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.15/MEN/2005 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PEMBUDIDAYAAN IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA YANG BUKAN UNTUK TUJUAN KOMERSIAL

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai) PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai) Oleh: ARBAIYAH 060903036 DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009, pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Hal

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci