BAB IV ANALISIS. IV.1 Aspek Manusia. IV.1.1 Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik. Gambar IV-1 Rata-Rata Waktu dari Kegiatan Harian Atlet

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS. IV.1 Aspek Manusia. IV.1.1 Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik. Gambar IV-1 Rata-Rata Waktu dari Kegiatan Harian Atlet"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS Permasalahan dianalisis dengan berdasarkan pada metode G. Broadbent, sebagai pendekatan arsitektur yang berisi pembahasan mengenai aspek manusia, aspek lingkungan, dan aspek bangunan. IV.1 Aspek Manusia IV.1.1 Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik Pelaku kegiatan yang utama di dalam wisma atlet ini adalah atlet dengan berbagai cabang olahraga yang berbeda. Selain itu, pelaku kegiatan lainnya yang juga mempengaruhi wisma atlet ini adalah pengelola, pengunjung, dan pelatih. Atlet memerlukan ruangruang yang sesuai dengan kebutuhan guna mengakomodasikan mobilitas kegiatan harian mereka. Gambar IV1 RataRata Waktu dari Kegiatan Harian Atlet Latihan Sepakbola Latihan Basket Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011 Berdasarkan gambar IV1, dapat dilihat bahwa kegiatan utama harian atlet secara umum selain beristirahat adalah latihan (berdasarkan hasil survei lapangan terhadapa beberapa atlet cabang olahraga). Latihan yang dilakukan oleh atlet seharihari dapat menghabiskan waktu ratarata sampai ± 6 jam ditambah ± 2 jam waktu pemanasan dan pendinginan. Selain itu, kegiatan harian yang kerap kali dilakukan oleh atlet adalah makan, briefing, dan test kesehatan (fisik dan psikis). Hal ini membuktikan bahwa atlet adalah individu yang memiliki keunikan dengan pola perilaku dan kepribadian tersendiri. 53

2 Latihan merupakan fokus kegiatan dari para atlet sebelum suatu pertandingan dilakukan. Latihan dari masingmasing atlet pun fokusnya berbedabeda tergantung dari cabang olahraga yang mereka geluti. Selain itu, karakteristik latihan ini pun akan berbeda satu sama lainnya tergantung lingkungan di mana tempat para atlet ini berada. IV.1.2 Analisis Perilaku Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet Mobilitas/pergerakan khususnya atlet tidak terlepas dari suatu aktifitas/kegiatan yang dilakukan mereka. Pencapaian mobilitas kegiatan harian yang baik perlu didukung oleh suatu rancangan ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antara kegiatan tersebut. Maka dapat dikatakan, kegiatan akan menghasilkan ruang, dan ruang tersebut dilakukan untuk melakukan pergerakan/mobilitas. Mobilitas kegiatan harian ini akan membentuk dan mempengaruhi kecenderungan perilaku dari seorang atlet. Gambar IV2 FaktorFaktor yang Mempengaruhi Mobilitas Kegiatan Harian Atlet Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011 Berdasarkan gambar IV2, mobilitas kegiatan harian atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi mobilitas kegiatan harian atlet, antara lain hubungan ruang, akses pencapaian, lingkungan, bentuk ruang, besaran ruang, dan sebaginya. Faktor hubungan ruang dan akses pencapaian merupakan faktor utama yang mempengaruhi mobilitas kegiatan harian atlet. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Rapoport. A, 1986, ukuran terjadinya suatu mobilitas/pergerakan adalah apabila terjadi suatu interaksi antara seorang atau beberapa orang terhadap jenis kegiatan yang dilakukan, terhadap lingkungan, dan bagaimana akses pencapaian yang menyangkut sirkulasi. Beliau juga 54

3 menambahkan bahwa suatu pergerakan perlu didukung oleh suatu integrasi hubungan dan pencapaian yang mudah. Berdasarkan gambar tersebut, atlet secara garis besar memilih aspek kemudahan, kenyamanan, dan keamanan daripada aspek kecepatan. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan yaitu faktor hubungan ruang (aspek kemudahan) dan akses pencapaian/pola sirkulasi (aspek kenyamanan dan keamanan) merupakan faktor utama yang mempengaruhi mobilitas kegiatan harian atlet. Menurut salah satu atlet yang tinggal di dalam Wisma Atlet Ragunan, para atlet tidak membutuhkan cepat atau tidaknya mereka berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya tetapi yang mereka butuhkan adalah kemudahan dan kenyamanan dari kegiatan yang mereka lakukan. Atlet adalah individu yang memiliki pola perilaku dan kepribadian yang unik. Kecenderungan perilaku yang agresif tercermin dari mobilitas kegiatan harian para atlet yang terorganisir dengan rapi dan baik serta menginginkan kemudahan, kenyamanan, dan juga keamanan, yang sekaligus membuktikan bahwa atlet memiliki keunikan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengaturan perilaku (behaviour setting) yang membedakan dengan orang pada umumnya untuk menempatkan para atlet sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungannya berada. Setting perilaku tidak terlepas dari 2 hal yang membangun, yakni system of activity (sistem kegiatan) dan system of setting (sistem tempat atau ruang). IV.1.3 Analisis Kegiatan Pelaku Kegiatan Atlet (pelaku utama dan menjadi perhatian utama) Pengelola Pengunjung (pengunjung umum dan khusus, seperti pers /reporter) Pelatih Alur Kegiatan Atlet Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan utama atlet yang menjadi fokus adalah kegiatan latihan. Beberapa rutinitas kegiatan harian lainnya menjadi kegiatan pendukung/penunjang dan kegiatan tambahan. 55

4 Gambar IV3 Kegiatan Pendukung/Penunjang Atlet Test Kesehatan Fisik Atlet Futsal Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011 Berdasarkan gambar IV3, kegiatan pendukung/penunjang atlet yang utama adalah kegiatan briefing dan test kesehatan (fisik dan psikis). Dari total sampel 30 atlet yang dikumpulkan, 22 atlet mengatakan kegiatan pendukung/penunjang yang penting dari kegiatan latihan adalah briefing dan sisanya 8 atlet memilih test kesehatan (fisik dan psikis). Gambar IV4 Kegiatan Briefing Harian Atlet Briefing Strategi dari Pelatih Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011 Berdasarkan hasil survei lapangan yang didapatkan dari lima kelompok cabang olahraga pilihan (atletik, beladiri, bulutangkis, sepakbola, renang), fokus kegiatan briefing atlet dibedakan menjadi 3 hal, yakni briefing porsi latihan, briefing fokus latihan, dan briefing strategi. 56

5 Berikut ini adalah data mengenai kegiatan harian atlet secara umum yang didapatkan berdasarkan hasil survei lapangan : Senin Jumat = Olahraga pagi/pemanasan = Sarapan = Briefing (strategi, fokus latihan, porsi latihan, dsb) = Test kesehatan (fisik dan psikis) = Makan siang dan persiapan sebelum latihan = Latihan + pemanasan dan pendinginan = Istirahat, makan malam, dsb = Briefing = Tidur Sabtu Minggu = Olahraga pagi/pemanasan = Sarapan = Briefing = Kegiatan dibebaskan = Tidur Kegiatan persiapan pertandingan = Olahraga pagi/pemanasan = Sarapan = Briefing (strategi, fokus latihan, porsi latihan, dsb) = Test kesehatan (fisik dan psikis) = Makan siang = Latihan ringan + pemanasan dan pendinginan = Bebas (dengan porsi mencari konsentrasi pribadi) = Istirahat, makan malam, dsb = Briefing = Tidur 57

6 Gambar IV5 Alur Kegiatan Harian Atlet Istirahat Olahraga Pagi/Pemanasan Makan Briefing Test Kesehatan (Fisik & Psikis) Makan Latihan Makan Briefing Istirahat Kegiatan tama Kegiatan Pendukung/Penunjang Kegiatan Service Berdasarkan gambar IV5, dapat dilihat bahwa kegiatan makan tidak dapat lepas dari kegiatan utama maupun kegiatan pendukung/penunjang dari para atlet. Hampir pada setiap kegiatan harian atlet, kegiatan utama tidak pernah berhubungan langsung dengan kegiatan pendukung/penunjangnya dan selalu diselingi dengan kegiatan makan (service untuk atlet). Kegiatan utama menjadi perhatian sehingga diutamakan lebih dahulu dibandingkan kegiatan penunjang/pendukung. 58

7 Pengelola Kegiatan harian pengelola secara umum untuk melayani para atlet dibagi menjadi subsub kegiatan utama mereka, antara lain : Melayani kegiatan administrasi. Melayani kegiatan makan. Melayani kegiatan briefing, pers, pertemuan, dan sebagainya. Melayani kegiatan kesehatan. Melayani kegiatan latihan. Melayani kegiatan service, seperti masuk keluar barang, operasional, dan sebagainya. Melayani kegiatan tambahan lainnya. Gambar IV6 Alur Kegiatan Harian Pengelola Masuk Receptionist Administrasi Administrasi Operasional Service Kerja Keluar Makan Kegiatan tama Kegiatan Pendukung/Penunjang Kegiatan Service Pengunjung Pengunjung dibagi menjadi dua, yakni pengunjung umum dan pengunjung khusus, seperti pers/wartawan/reporter. Pengunjung umum, alur kegiatannya, seperti bertemu atlet, makan, test kesehatan, dan sebagainya. Sedangkan pengunjung khusus memiliki alur kegiatan, seperti bertemu atlet, melakukan kegiatan wawancara, menghadiri konferensi pers, dan sebagainya. 59

8 Gambar IV7 Alur Kegiatan Harian Pengunjung Masuk Makan Administrasi Meliput Bertemu Atlet Tunggu Wawancara Test Kesehatan Keluar Konferensi Pers Kegiatan tama Kegiatan Pendukung/Penunjang Kegiatan Service Atlet memiliki kecenderungan untuk menghindari pers/wartawan/reporter. Mereka menganggap tekanan dari pers/wartawan/reporter dapat mengganggu konsentrasi mereka. Mereka siap ditemui oleh pers/wartawan/reporter pada waktuwaktu tertentu saja, seperti selesai latihan, selesai pertandingan, dan juag tergantung mood dari para atlet. Pelatih Secara garis besar kegiatan harian pelatih hampir sama dengan kegiatan harian atlet pada umumnya. Hubungan antara keduanya tidak dapat terlepaskan, karena pelatih akan mempengaruhi atlet dan atlet akan menjadi perhatian pelatih. 60

9 Hubungan Kegiatan Atlet, Pengelola, Pengunjung, dan Pelatih Gambar IV8 Hubungan Kegiatan Atlet, Pengelola, Pengunjung, dan Pelatih Istirahat Olahraga Pagi/Pemanasan Makan Barang Service Briefing Operasional Test Kesehatan Test Kesehatan Service Makan Bertemu Atlet Latihan Meliput & Wawancara Service Makan Barang Receptionist Operasional Briefing Istirahat Keterangan : Kegiatan Atlet & Pelatih Kegiatan Pengelola Kegiatan Pengunjung Kegiatan Bersama Atlet memiliki mobilitas kegiatan harian yang berbeda dengan orang pada umumnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengaturan perilaku (behaviour setting) yang membedakan dengan yang lainnya. Beberapa hal terkait kegiatan atlet perlu dipisahkan dengan kemungkinan kegiatan dari pengguna wisma atlet lainnya untuk pembentukan perilaku atlet tersebut agar lebih baik. 61

10 IV.1.4 Analisis Kebutuhan Ruang Ruang yang menjadi kebutuhan para atlet adalah ruang yang dapat mengakomodasikan seluruh kegiatan harian atlet dengan baik. Mobilitas kegiatan harian atlet sangat ditentukan oleh keberadaan ruang ini. Ruang menjadi kebutuhan atlet yang utama untuk mendukung mobilitas kegiatan harian mereka. Gambar IV9 Kebutuhan Ruang untuk Atlet Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011 Berdasarkan gambar IV9, kebutuhan ruang yang diharapkan oleh para atlet adalah ruangruang yang mampu mengakomodasikan kegiatan harian mereka. Cafetaria dan ruang briefing merupakan pilihan atlet yang terbanyak. Alasan mereka memilih ruang ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pendukung/penunjang dari para atlet. Sedangkan ruangruang yang dianggap paling utama bagi para atlet adalah ruang tinggal/unit tinggal dan lapangan latihan. Ruangruang lainnya yang menjadi kebutuhan atlet berdasarkan survei lapangan, antara lain ruang serbaguna, poliklinik, ruang test psikis, dan hall of fame (ruang pameran). 62

11 Berdasarkan hasil yang didapatkan dari sampel di atas, identifikasi analisis kegiatan, dan hasil studi banding baik lapangan maupun literatur (terlampir), maka berikutnya didapatkan kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh para atlet di dalam wisma ini. Kebutuhan ruang secara garis besar yang dibutuhkan pada wisma atlet, antara lain : Hunian (unit kamar) Cafetaria Ruang briefing Ruang serbaguna Poliklinik (test fisik) Ruang test psikis Ruang bersama/kumpul Hall of fame Kantor pengelola Lapangan latihan Kebutuhan ruang lainnya, seperti lobby, mini market, warnet, laundry, ATM, musholla, ruang utilitas, parkir, dan sebagainya. Berikut ini adalah tabel analisis kebutuhan ruang di dalam wisma atlet dengan pembagian yang lebih rinci berdasarkan aktivitas di dalam ruang tersebut, persyaratan/suasana ruang, dan sifat ruang. 63

12 Kebutuhan Ruang Wisma Atlet Tabel IV1 Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet Aktivitas tama Ruang Persyaratan/Suasana Sifat Istirahat Hunian Bersih, kering, Private pencahayaan baik, penghawaan baik, proteksi suara baik. Makan Cafetaria Bersih, pencahayaan Public Ruang makan baik, penghawaan baik, Ruang penyajian sirkulasi gerak baik. Dapur Ruang cuci Gudang Ruang pengelola Ruang ganti Toilet pengunjung Toilet pengelola Ruang kasir Briefing Ruang briefing Bersih, kering, Semi Briefing area pencahayaan baik, Private Toilet penghawaan baik, Gudang kecil tenang, sirkulasi gerak baik. Konferensi pers, dsb Ruang serbaguna Bersih, kering, Semi Hall serbaguna pencahayaan baik, Public Backstage penghawaan baik, Ruang operasional tenang, sirkulasi gerak Toilet baik. Gudang Gudang alat 64

13 Tabel IV2 Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet (Lanjutan1) Aktivitas tama Ruang Persyaratan/Suasana Sifat Test fisik dan kesehatan Poliklinik Bersih, kering, tidak Public Receptionist bau, pencahayaan baik, Ruang tunggu penghawaan baik, Ruang test fisik tenang, sirkulasi gerak Ruang dokter baik. Kamar rawat Laboratorium Ruang diagnosa Apotek Toilet Ruang pengelola Test psikis Ruang test psikis Bersih, kering, tidak bau, pencahayaan baik, penghawaan baik, tenang. Semi Private Santai, kumpul, dsb Lounge dan ruang Bersih, pencahayaan Semi bersama/kumpul baik, penghawaan baik, Public sirkulasi gerak baik. Pameran Hall of fame Bersih, kering, Public Ruang pamer pencahayaan baik, Ruang pengelola penghawaan baik, Gudang sirkulasi gerak baik. Toilet Kerja Pengelola Kantor pengelola (office) Bersih, kering, pencahayaan baik, penghawaan baik, proteksi suara baik. Private 65

14 Tabel IV3 Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet (Lanjutan2) Aktivitas tama Ruang Persyaratan/Suasana Sifat Melayani Lobby Bersih, pencahayaan Public Receptionist baik, penghawaan baik, Ruang ganti sirkulasi gerak baik. Ruang tunggu Ruang pengelola Toilet Olahraga Fitness center Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik, Semi Private sirkulasi gerak baik. Belanja Mini market Bersih, kering, Public pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik. Internet Warnet Bersih, kering, Public pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik. Transaksi ATM Bersih, nyaman, Publik sirkulasi gerak baik. Cuci Laundry Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik, Semi Public sirkulasi gerak baik. Kontrol ME Ruang utilitas Bersih, kering, proteksi Private baik, sirkulasi baik. Parkir Parkir Bisa tertutup bisa Public terbuka, sirkulasi baik. Olahraga Lapangan olahraga Bisa tertutup bisa terbuka, sirkulasi gerak Semi Public baik. Santai Taman Terbuka, nyaman, tenang, sirkulasi baik. Public 66

15 IV.1.5 Analisis Luasan Ruang Setelah didapatkan hasil kebutuhan ruang yang dibutuhkan pada wisma atlet, berikutnya ditentukan luasan ruang. Analisis luasan ruang ini ditentukan berdasarkan standart ruang, kapasitas ruang, dan jumlah ruang. Bangunan wisma atlet, tentu ruang yang dominan adalah kamar tidur atlet. Kamar tidur ini akan dirancang masingmasing kamar dihuni oleh dua orang, karena menurut Dra. Yuanita Nasution, M.App.Sc, Psi(2001) atlet akan lebih merasa relaks apabila memiliki teman sekamar, namun tidak boleh terlalu banyak, dua orang adalah jumlah ideal. Kegiatankegiatan pada kamar tidur antara lain : Tabel IV4 Kegiatan dan Kebutuhan Perabot Kamar Kegiatan Perabot Kegiatan Perabot Tidur Tempat tidur Gosok Gigi Washtafel Ganti Baju Lemari Cuci Muka Washtafel Mandi Shower Box Membuat Mental Meja Tulis/ Log & Membaca Komputer Buang Air Closet Ngobrol Meletakkan Barang Pribadi Nakash Bersantai/ Menikmati pemandangan Balkon Setelah menganalisa kegiatankegiatan dan perabotperabot yang dibutuhkan, serta mempertimbangkan efisiensi ruang, maka muncul denah skematik sebagai berikut : Gambar IV10 Denah Skematik Kamar Tidur Lemari build in dengan system sliding untuk membuat ruang lebih bersih, rapi, dan memudahkan pergerakan sehingga lebih efisien. Meja dijadikan satu dengan lemari built in sebagai tempat untuk untuk membuat mental log Space yang cukup untuk 2 atlet bergerak dan melakukan kegiatan, seperti latihan ringan push up. Penempatan mini pantry untuk member kemudahan kepada atlet melakukan kegiatan tanpa harus keluar dari unit kamar. 67

16 kuran kamar tersebut masingmasing memiliki luas 26 m 2 dengan kapasitas dua orang atlet telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasikan kegiatankegiatan atlet dalam kamar guna pencapaian mobilitas. Hal yang paling mendasar dalam menentukan program ruang adalah mengetahui kapasitas dari kegiatankegiatan yang hendak diakomodasi. Metode yang digunakan dalam menentukan luasan ruang adalah dengan membagi luas yang boleh terbangun dengan persentasepersentase sifat kegiatan yang hendak diakomodasi. Terkait tema mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di SenayanJakarta, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu : Hunian Berupa kamar tidur, sebagai tempat atlet tidur dan beristirahat Fasilitas Penunjang Ruangruang penunjang seperti poliklinik, ruang briefing, ruang makan, dapur, laundry, dan lain sebagainya. Latihan Yang termasuk dalam kategori ini adalah tempattempat atlet berlatih, untuk meningkatkan kemampuannya, secara fisik maupun mental, namun karena terletak pada kawasan pemusatan latihan, fasilitas latihan dialihkan ke Kawasan Gelora Bung Karno sebagai kawasan pemusatan latihan. ntuk menentukan seberapa besar masingmasing bobot untuk hunian, latihan, dan penunjang, dapat dilakukan dengan metode studi banding dengan wisma atlet lainnya. Tabel IV5 Tabel Perbandingan Bobot dari Studi Banding Wisma Atlet Fungsi Wisma Atlet Olimpiade Wisma Atlet Kesimpulan London 2012 Vancouver Hunian 60% 61% 60% Penunjang 18% 15% 17% Latihan 22% 24% 23% Sumber : google.com 68

17 Berdasarkan tema terkait, terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda antara atlet dengan orang pada umumnya terutama yang membedakan adalah kegiatan hariannya, serta dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan Kawasan Gelora Bung Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan) sehingga diperlukan integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun dengan luar bangunan. ntuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benarbenar dapat dimanfaatkan untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%). Perlu diingat bahwa wisma atlet ini berfungsi untuk menampung atletatlet dari berbagai macam olahraga yang akan melakukan kegiatan pemusatan latihan terutama di Kawasan Gelora Bung Karno, seperti para pelatnas, atlet binaan muda, maupun atlet profesional. Berdasarkan data dari tabloid Bola, 15 Oktober 2009, atlet pelatnas dan atlet binaan muda memiliki sifat yang berkala artinya hanya pada waktuwaktu tertentu saja mereka melakukan pemusatan latihan, demikian pula atlet profesional lainnya. Selebihnya mereka akan latihan pada tempattempat lainnya yang telah ditunjukkan. Hal ini diperkuat dari pernyataan salah seorang pengelola Wisma Atlet Ragunan bernama Pak Musa. Menurut Beliau, terkadang wisma atlet ini malah sering ditinggal kosong, hal ini dikarenakan oleh keberadaan atlet pelatnas, atlet binaan, dan atlet profesional yang berkala. Beliau menjelaskan apabila sedang ada kegiatan pemusatan latihan di Wisma Atlet Ragunan, maka keberadaan atlet di wisma ini bisa mencapai ± 200 atlet. Wisma atlet di Senayan ini akan didesain untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal untuk atlet yang akan melakukan pemusatan latihan. Menurut Toni salah seorang atlet muda binaan yang pada saat diwawancarai berada di Hotel Atlet Century menuturkan bahwa jika sedang ada kegiatan pemusatan latihan di Senayan keberadaan atlet pelatnas, atlet binaan muda, maupun atlet profesional dapat mencapai ± 400 atlet secara keseluruhan. 69

18 ntuk memaksimalkan penggunaan wisma atlet ini, maka akomodasi jumlah atlet dapat ditekan dan terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal atlet yang akan melakukan kegiatan pemusatan latihan di Senayan menjadi 400 atlet ditambah dengan 100 atlet untuk memberikan akomodasi service yang memuaskan. Jadi, secara keseluruhan desain wisma atlet ini dapat mengakomodasi ± 500 atlet di dalamnya. Lebih jauh lagi, maka total jumlah kamar yang dibutuhkan adalah 500 : 2 = ± 250 kamar hunian dengan luas 250 kamar x 26 m 2 = m 2. Berikut ini adalah tabel analisis luasan ruang untuk fasilitasfasilitas penunjang dari wisma atlet : Tabel IV6 Analisis Luasan Ruang Fasilitas Penunjang Ruang Cafetaria Ruang makan Ruang penyajian Dapur Ruang cuci Gudang Ruang pengelola Ruang ganti Toilet pengunjung Toilet pengelola Ruang kasir Ruang briefing Briefing area Toilet Gudang kecil Ruang serbaguna Hall serbaguna Backstage Ruang operasional Toilet Gudang Gudang alat Standart Ruang (m 2 ) 1,2 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 5 m 2 /orang 2 m 2 /orang 4 m 2 /orang 9 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 1 m 2 /orang 1,2 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 3 m 2 /orang 2,5 m 2 /orang 2,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4 m 2 /orang Kapasitas (Orang) 300 orang 4 orang 4 orang 2 orang 1 orang 1 orang 3 orang 3 orang 2 orang 1 orang 20 orang 3 orang 1 orang 200 orang 20 orang 3 orang 5 orang 1 orang 1 orang Luasan Ruang (m 2 ) 360 m 2 14 m 2 20 m 2 4 m 2 4 m 2 9 m 2 4,5 m 2 4,5 m 2 3 m 2 1 m 2 24 m 2 4,5 m 2 3 m m 2 50 m 2 12 m 2 7,5 m 2 4 m 2 4 m 2 Jumlah Ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 2 ruang 2 ruang 1 ruang 3 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang Total Luasan Ruang (m 2 ) 436 m m 2 14 m 2 20 m 2 4 m 2 4 m 2 9 m 2 9 m 2 9 m 2 6 m 2 1 m 2 84 m 2 72 m 2 9 m 2 3 m m m 2 50 m 2 12 m 2 15 m 2 4 m 2 4 m 2 70

19 Ruang Standart Ruang (m 2 ) Kapasitas (Orang) Luasan Ruang (m 2 ) 12 m 2 Jumlah Ruang Total Luasan Ruang (m 2 ) 724 m 2 Poliklinik Receptionist Ruang tunggu Ruang test fisik Ruang dokter Kamar rawat Laboratorium Ruang diagnosa Apotek Toilet Ruang pengelola 4 m 2 /orang 1,2 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 9 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 6 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 9 m 2 /orang 3 orang 15 orang 10 orang 1 orang 10 orang 4 orang 4 orang 2 orang 4 orang 1 orang 18 m 2 35 m 2 9 m 2 35 m 2 14 m 2 14 m 2 12 m 2 6 m 2 9 m 2 1 ruang 1 ruang 4 ruang 5 ruang 10 ruang 3 ruang 3 ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 12 m 2 18 m m 2 45 m m 2 42 m 2 42 m 2 12 m 2 12 m 2 9 m 2 Ruang test psikis 3,5 m 2 /orang 10 orang 35 m 2 4 ruang 140 m 2 Ruang bersama 2,5 m 2 /orang 30 orang 75 m 2 3 ruang 225 m 2 Hall of fame Ruang pamer Ruang pengelola Gudang 2,5 m 2 /orang 9 m 2 /orang 4 m 2 /orang 60 orang 1 orang 1 orang 150 m 2 9 m 2 4 m 2 1 ruang 1 ruang 1 ruang 172 m m 2 9 m 2 4 m 2 Toilet 1,5 m 2 /orang 3 orang 4,5 m 2 2 ruang 9 m 2 Office 4 m 2 /orang 50 orang 200 m 2 1 ruang 200 m 2 Lobby Receptionist Ruang ganti Ruang tunggu Ruang pengelola Tabel IV7 Analisis Luasan Ruang Fasilitas Penunjang (Lanjutan1) 4 m 2 /orang 1,5 m 2 /orang 1,2 m 2 /orang 9 m 2 /orang 2 orang 4 orang 15 orang 1 orang 12 m 2 6 m 2 18 m 2 9 m 2 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 60 m 2 12 m 2 12 m 2 18 m 2 9 m 2 Toilet 1,5 m 2 /orang 3 orang 4,5 m 2 2 ruang 9 m 2 Fitness Center 3,5 m 2 /orang 30 orang 105 m 2 1 ruang 105 m 2 Mini market 3,5 m 2 /orang 15 orang 52,5 m 2 1 ruang 52,5 m 2 Warnet 1,5 m 2 /orang 20 orang 30 m 2 1 ruang 30 m 2 Parkir (Rasio 1:10) Parkir mobil Parkir motor Parkir bus 12,5m 2 /mobil 2 m 2 /motor 49 m 2 /bus 100 mobil 100 motor 3 bus m m m m 2 Total Luasan Ruang Fasilitas Penunjang 4.410,5m 2 71

20 Total luasan ruang m 2 untuk unit hunian dan 4.410,5m 2 untuk fasilitas penunjang apabila didistribusikan ke dalam presentase menjadi 60% untuk hunian dan 40% untuk fasilitas penunjang (memenuhi standart). Hal tersebut dapat saja lebih atau pun kurang mengingat belum terhitungnya 20% dari sirkulasi atlet maupun pengguna lainnya. Standart ruang didapatkan berdasarkan datadata yang terkumpul dari buku standart, literatur, dan studi lapangan. Kapasitas dan jumlah ruang disesuaikan dengan kebutuhan. IV.1.6 Analisis Hubungan Ruang Hubungan Ruang Secara mum Gambar IV11 Hubungan Ruang Secara mum Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan Hubungan ruang secara umum dianalisis dengan mengaitkan hubungan kegiatan harian pelaku dengan kebutuhan ruang yang telah didapatkan sebelumnya. Erat tidaknya suatu hubungan ruang tergantung bagaimana pergerakan/mobilitas dan pencapaian antar kegiatan harian pelakunya. Beberapa ruang yang memiliki sifat dan fungsi yang hampir sama dapat dijadikan satu dengan dasar system of setting sebagai salah satu faktor yang membangun pengaturan perilaku khususnya para atlet. 72

21 Hubungan Ruang Secara Khusus Cafetaria Gambar IV12 Hubungan Ruang di Dalam Cafetaria Kasir Entrance Toilet Pengunjung Ruang Penyajian Ruang Makan Dapur Ruang Pengelola Toilet Pengelola Service Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan Ruang Briefing Gambar IV13 Hubungan Ruang di Dalam Ruang Briefing Entrance Toilet Briefing Area Gudang Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan 73

22 Ruang Serbaguna Gambar IV14 Hubungan Ruang di Dalam Ruang Serbaguna Entrance Toilet Hall Serbaguna Ruang Operasional Gudang Backstage Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan Poliklinik Gambar IV15 Hubungan Ruang di Dalam Poliklinik Entrance Apotek Receptionist Ruang Tunggu Toilet Ruang Dokter Laboratorium Ruang Diagnosa Kamar Rawat Ruang Test Fisik Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan 74

23 Hall of Fame Gambar IV16 Hubungan Ruang di Dalam Hall of Fame Entrance Toilet Ruang Pamer Ruang Pengelola Gudang Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan Skala Hubungan Ruang Terkait Mobilitas Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan Memiliki hubungan ruang yang sangat dekat (fungsi sejenis, fungsi berkaitan), akses dan pencapain sangat mudah Memiliki hubungan ruang yang terjangkau (berbeda fungsi), akses dan pencapaian mudah Memiliki hubungan ruang yang tidak langsung namun saling berkaitan, akses dan pencapaian cukup mudah Tidak memiliki hubungan ruang yang khas, akses dan pencapaian sulit 75

24 IV.1.7 Skema Organisasi Ruang Berikut ini adalah penyajian skema organisasi ruang secara umum dengan akses dan sarana pencapaian (pola sirkulasi) yang dipilih oleh para atlet. Gambar IV17 Skema Organisasi Ruang Secara mum Berikut ini adalah analisis terkait dengan akses dan sarana pencapaian (pola sirkulasi) yang mempengaruhi skema organisasi ruang tersebut. Erat tidaknya hubungan suatu ruang dengan yang lainnya tergantung bagaimana pencapaian antar ruang tersebut. Hubungan yang erat antar ruang perlu diimbangi dengan pencapaian yang mudah. Kebebasan bergerak dan berpindah dari satu ruang ke ruang lain menjadi faktor penentu mudah tidaknya pencapaian. Akses dan sarana sirkulasi (horizontal dan vertikal) menjadi penting untuk memudahkan pencapaian. 76

25 Gambar IV18 Akses/Sarana Sirkulasi yang Memudahkan Pencapaian Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011 Berdasarkan gambar IV16, dari total sampel yang dikumpulkan, sarana koridor menjadi pilihan terbanyak dari para atlet terutama yang sifatnya terbuka karena dengan bentuk koridor yang demikian dapat menenangkan perasaan mereka dibandingkan dengan koridor yang tertutup dan sesak yang dapat membuat psikologi mereka terganggu. Selain itu, atlet memilih menggunakan tangga daripada lift karena tangga dapat dijadikan sarana olahraga ringan seharihari mereka. Para atlet tidak ingin dimanjakan dengan keberadaan lift ataupun eskalator (tangga berjalan). Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan ramp, untuk mendukung mobilitas pencapaian kegiatan harian atlet, penggunaan ramp sangat membantu selain penggunaan tangga. Penggunaan ramp dapat memudahkan pergerakan seseorang terutama seorang atlet dan dapat juga dijadikan sebagai sarana latihan gerak ringan selain penggunaan tangga. 77

26 Sirkulasi Horizontal Tabel IV8 Analisis Sirkulasi Horizontal Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Linier Menerus Bertekuk Sesuai dengan bangunan wisma atlet dalam hal efisiensi ruang Cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur Cenderung statis Tidak efisien pada koridor wisma atlet Berpotongan Cocok untuk bangunan dengan banyak klasifikasi ruang Tidak cocok dengan bentuk wisma atlet yang memanjang Bercabang Sesuai dengan bangunan wisma atlet dengan banyak unit hunian dan fasilitas Perlunya penunjuk arah yang jelas Berbelok Cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur Membentuk suasana yang patah/terhenti Melingkar Cocok untuk bangunan pameran atau museum Sulit memberi aksen pada jenis ruang Radial Memusatkan kegiatan/ orientasi Mudah untuk mencapai ke titik tertentu Cocok diterapkan pada bangunan fungsi ruang seragam Karena wisma atlet ini memiliki ruangruang yang fungsinya cenderung homogen (kamar unit atlet), maka pola sirkulasi yang paling cocok adalah pola menerus supaya memudahkan pengguna atlet pada saat berjalan. Namun lebih daripada itu, dikarenakan pada wisma atlet ini juga akan dibangun beberapa fasilitasfasilitas penunjang di dalamnya, maka harus juga diterapkan pola bercabang untuk memudahkan pencapaian bagi penggunanya. 78

27 Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah single loaded supaya psikilogis atlet tidak terasa sesak dan merasa bebas karena dapat melihat pemandangan di luar kamarnya. Hal ini akan mengakibatkan bangunan cenderung akan memipih dan memanjang ke samping. Sirkulasi Vertikal Jenis sirkulasi Tangga Tabel IV9 Analisis Sirkulasi Vertikal Kelebihan Tidak menggunakan listrik Fleksibel dan murah, sesuai dengan bangunan wisma atlet Dapat dipakai setiap saat Berguna di saat kebakaran Kekurangan Melelahkan bagi pengguna, namun tidak bagi atlet Eskalator Lift Fleksibel diletakkan di mana saja Perjalanan arsitektur lebih baik Efisien Daya angkut yang besar Tidak melelahkan Cocok untuk wisma atlet saat mengangkut perabotan besar ke lantai atas Butuh listrik dan space besar, tidak efisien bagi wisma atlet Butuh listrik dan waktu tunggu Ramp Bernilai estetika Efisien bagi trolley Butuh space besar, tidak efisien bagi wisma atlet Mengingat bangunan ini berfungsi sebagai wisma atlet, maka diusahakan atlet yang tinggal di dalamnya dapat berlatih secara langsung maupun tidak langsung. Aspek secara tidak langsung inilah yang menjadi ciri khas unik dalam desain, yakni melatih atlet secara tidak langsung melalui desain tangga. 79

28 Tangga sebagai sarana sirkulasi vertikal dapat dimanfaatkan sebagai sarana latihan atlet pasif. Tangga dirancang sedemikian rupa sehingga atlet dapat berlatih di tangga untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet. Dasar teori yang mendasari adalah bahwa menurut Edi Songo (2007), kalori yang terbakar untuk menaiki 10 (sepuluh) anak tangga adalah 0,036 kalori/kg/jam, sedangkan untuk menuruni tangga adalah 0,012 kalori/kg/jam. Hal ini berarti seseorang yang memiliki berat badan 60 kg dalam menaiki adalah 60 kg x 0,036 = 2,16 kalori dan untuk menuruni tangga adalah 60 kg x 0,012 = 0,72 kalori. Jumlah ini cukup besar dan cocok untuk diterapkan dalam wisma atlet. Selain untuk membakar kalori, penggunaan tangga juga dapat menyebabkan atlet secara langsung melatih otot kakinya sehingga otot kakinya menjadi lebih kuat. Efektivitas tangga menjadi dominan sebagai transportasi vertikal, karena berdasarkan hasil survei lapangan, para atlet lebih banyak memilih menggunakan tangga. Menurut para atlet, naik turun tangga merupakan olahraga ringan yang menyehatkan bagi mereka. Selain tangga, penggunaan ramp juga diperlukan untuk memudahkan pencapaian. Hal ini didasari oleh seorang arsitek terkenal Frank Lloyd Wright dalam desain Guggeinhem Musemnya yang banyak menggunakan ramp. Menurut Beliau, penggunaan ramp akan lebih efektif jika dihadirkan suasanasuasana yang berbeda pada setiap titik klimaksnya. Penggunaan ramp dapat mendukung pergerakan seseorang secara menerus dan memudahkan mobilitas seseorang. Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan dan mempercepat suatu pergerakan/mobilitas. Penggunaan ramp akan lebih efektif jika disediakan untuk pengguna lainnya, selain atlet. 80

29 Menurut Rasy Janatunnisa dalam desainnya Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh di Lahan Berkontur, menuturkan bahwa persyaratan ramp, antara lain sebagai berikut : a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7 derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (curb ramps landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 derajat. b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7 derajat) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang. c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan 136 cm dengan tepi pengaman. ntuk ramp yang digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendirisendiri. d. Bordes (muka datar) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar. e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan. f. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu pencahayaan di ramp waktu malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian bagian yang membahayakan. g. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya denga ketinggian yang sesuai. 81

30 Selain itu, penggunaan lift juga diperlukan mengingat bangunan ini adalah tipe medium rise, dimana lift merupakan sebuah persyaratan. Namun lift ini tidak menjadi prioritas karena wisma ini dirancang agar atlet secara tidak langsung berlatih dengan menaiki tangga. Lift pada wiswa ini lebih berfungsi sebagai pencapaian unit hunian yang lebih tinggi, support bagi stafstaf administrasi ataupun maintenance. Lift yang digunakan adalah lift dengan kapasitas 24 orang dan 20 orang. Penggunaan lift ini dibedakan dari segi siapa pemakainnya. ntuk lift berkapasitas 24 orang, digunakan untuk mengakomodasi penggunapengguna lainnya selain atlet, karena penggunapengguna lainnya lebih membutuhkan kecepatan dibandingkan atlet. Sedangkan untuk lift berkapasitas 20 orang, digunakan untuk mengakomodasikan para atlet yang lebih membutuhkan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dibandingkan kecepatan. Namun penggunaan lift tersebut semuanya ditekan waktu tunggunya hingga 4550 detik mengingat adanya fungsi hunian dan penunjang lainnya seperti kantor dan sebagainya (sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE). Penggunaan lift berkapasitas 20 orang untuk atlet juga dilihat dari penggunaan koridor single loaded yang memungkinkan jumlah hunian yang akan ditekan atau lebih sedikit, sehingga jumlah 20 orang tersebut apabila dihitung secara akomodasi per lantainya adalah 20 orang untuk 1 lantai bahkan dapat ditekan lebih sedikit lagi untuk memberikan segi kecepatan yang memudahkan walaupun para atlet tidak terlalu membutuhkan aspek kecepatan. Wisma atlet ini mampu mengakomodasi keberadaan 500 atlet, jika keberadaan 1 buah tower memiliki 2 unit lift berkapasitas 20 orang, maka kemungkinan waktu tercepat untuk mendukung mobilitas seluruh atlet ke unit hunian bila menggunakan lift adalah 500 : (2 x 20) = 12,5 kali bolak balik lift x 45 detik = 562,5 detik (9,375 menit). Apabila 2 tower, maka kemungkinan waktu tercepat untuk mendukung mobilitas seluruh atlet ke unit hunian bila menggunakan lift adalah dapat ditekan 2 kali lipat dari penggunaan 1 tower menjadi 4,6875 menit atau hanya sekitar 5 menit waktu tunggu ke unit masingmasing seluruh atlet. 82

31 IV.2 Aspek Lingkungan IV.2.1 Deskripsi Tapak Lokasi Letak lokasi proyek secara administratif berada dalam wilayah DKI Jakarta, Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Gelora, Kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Lokasi proyek itu sendiri terletak di arah selatan dari Kawasan Gelora Bung Karno tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. Lahan Tapak a. Luas Lahan : ± m 2 b. Bentuk Lahan : Persegi panjang, sisi bagian barat relatif tidak beraturan c. Regulasi Lahan : KDB 20%, KLB 2,5, Ketinggian max.24 lantai d. Batas Area Lahan : tara : Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora Bung Karno Senayan Timur : Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, & FX Lifestyle X nter Barat : Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika Selatan : Wisma Serba Guna e. Tata Ruang Lahan : Dengan tipe masa bangunan tunggal dan sebagian besar tata ruang untuk taman umum f. Peruntukan Lahan : Kut (Karya mum Taman), 80% lahan diperuntukkan untuk taman umum g. Kontur Lahan : Topografi lahan secara garis besar relatif datar h. Kondisi Eksisting Lahan : Merupakan lahan terbangun (Wisma Fajar) dengan kondisi siap redesign 83

32 Kondisi Fisik Lahan tapak memiliki karakteristik fisik memanjang dari arah samping kanan sebagai batas timur terus ke arah barat dengan sisi bagian barat relatif tidak beraturan. Lokasi lahan tapak sangat strategis karena tepat berada di Kawasan Gelora Bung Karno Senayan tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. Demikian pula visibilitas lahan tapak secara keseluruhan memiliki keunggulan dengan letaknya yang strategis dan mudah dijangkau. Kondisi fisik lahan tapak sebagian besar arealnya memiliki tendensi secara keseluruhan rata. Dengan keadaan topografi demikian, lahan ini memiliki potensi untuk didesain dengan perancangan lansekap untuk menyempurnakan kondisi muka tanah tanpa proses cut & fill yang berlebih. IV.2.2 Analisis Tapak Menurut Ir. Tin Budi tami, M.T., analisis tapak merupakan proses pemahaman kualitas tapak dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhi karakter tapak, dengan memadukan program kebutuhan. Kategori dari analisis tapak ini terdiri dari potensi tapak, persoalan tapak, fitur tapak, dan tanda bahaya/peringatan di dalam tapak. Adapun unsur analisis tapak secara garis besar, antara lain bentuk tapak, peraturan, kondisi sekitar, vegetasi, arah angin, matahari, sirkulasi kendaraan, sirkulasi pejalan kaki, view dari dan ke dalam tapak, utilitas, dan sebagainya. Menurut Beliau, unsur analisis tapak yang terkait hubungannya dengan mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan adalah analisis sirkulasi baik sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi pejalan kaki dengan hasil tanggapan rancangan berupa suatu pencapaian yang terkait dengan hal tersebut. Sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki akan dianalisis secara lebih tajam dengan fokus utama, yakni mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan. Berikut ini akan dijabarkan proses analisis tapak dalam bentuk tabel dengan 3 tahapan, yakni data kondisi tapak (unsur analisis tapak), analisis, dan tanggapan rancangan. 84

33 Analisis Tapak Tabel IV10 Analisis Tapak Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Bentuk Tapak dan Peraturan Luas Tapak ± m 2 GSB 10m GSB 10m Lokasi Tapak GSB 8m GSB 8m Bentuk Tapak dan Peraturan : Luasan tapak ± m 2 Bentuk tapak persegi panjang, sisi bagian barat relatif tidak beraturan. Regulasi tapak : GSB 10 meter bagian depan dan 8 meter bagian belakang KDB 20% KLB 2,5 Ketinggian maksimum 24 lantai KDB = (Luas Keseluruhan Lantai Dasar/Luas Keseluruhan Tapak) x 100% Total luas keseluruhan lantai dasar yang diijinkan adalah ± m 2 x 20% = 2.178,4 m 2 KLB = (Luas Keseluruhan Lantai/Luas Keseluruhan Tapak) Total luas keseluruhan lantai yang diijinkan adalah ± m 2 x 2,5 = m 2 Ketinggian maksimum 24 lantai Garis Sepadan Bangunan 10 meter dan 8 meter Luasan tapak ± m 2 GSB = 10 meter dan 8 meter KDB = 20% KLB = 2,5 Maksimum 24 lantai (lapis) Ketinggian bangunan berkisar antara lapis. Jumlah podium berkisar antar 45 lapis dan sisanya untuk memaksimalkan hunian. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya bahwa kategori hunian sekitar 60% dan fasilitas penunjang sekitar 40%. 85

34 Analisis Tapak Tabel IV11 Analisis Tapak (Lanjutan1) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Kondisi Sekitar a Gedung KONI d Lokasi Tapak e Parkir bersama gedung KONI dengan peruntukkan bangunan di dalam tapak Masjid Wisma Serbaguna b c Hotel Atlet Century f Gedung Dikti Rutinitas kegiatan selalu bergerak dari pagi hingga malam di sekitar lokasi tapak. Mobilitas pergerakannya sangat cepat, apalagi terdapat di sekitar Kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Lokasi Tapak Pedestrian untuk mendukung mobilitas kegiatan masyarakat Parkir bersama Proyeksi kemacetan harian yaitu cukup macet. Sering terjadi kemacetan pada waktuwaktu tertentu. Daerah peruntukan bangunan Rutinitas kegiatan di dalam bangunan dan tapak selalu bergerak sepanjang hari Bangunan dan ruang luarnya menanggapi dan mengadaptasi aktivitas sekitar dan kondisi sekitar Banyak gedung tinggi di sekitar tapak FX Banyak gedung tinggi di sekitar tapak a b c d e f Kondisi Sekitar : a. Dekat dengan Kawasan Gelora Bung Karno b. Mobilitas kendaraan pada jalan utama c. Kawssan sekitar yang cukup hijau dengan pemandangan bangunan tinggi. d. Gedung KONI. e. Kondisi belakang tapak, sepi dan cukup hijau. f. Hotel Atlet Century, bangunan yang cukup tinggi. Kawasan dengan mobilitas yang cukup tinggi,berupa area perkantoran, perdagangan, olahraga, hotel, dsb. Bangunan yang diberi warna ungu merupakan bangunan yang paling dekat dan berdampak terhadap lokasi tapak. Bangunan sekitar dengan ratarata bangunan lapis menengah tinggi. Kondisi masyarakat yang heterogen. Bangunan sekitar dengan tingkat lapis yang cukup tinggi. Hal ini berdampak juga pada peruntukan tapak. Banyak bangunan sekitar berfungsi sebagai bangunan komersial (kantor, apartemen, mall,dsb). Beberapa bangunan sekitar dapat mendukung fungsi peruntukkan bangunan di dalam tapak. Kepadatan di sekitar lokasi tapak. Rutinitas kegiatan selalu bergerak sepanjang hari. Mobilitas pergerakannya sangat cepat. Proyeksi kemacetan harian yaitu cukup macet. Sering terjadi kemacetan pada waktuwaktu tertentu. Lebar antar kedua bahu jalan 26 meter dan merupakan jalan boulevard. Pedestrian yang cukup lebar untuk mendukung mobilitas kegiatan masyarakat sekitarnya. Bangunan dan ruang luar menanggapi dan mengadaptasi aktivitas sekitar dan kondisi sekitar. Desain bangunan dan ruang luar di dalam tapak yang mampu mengakomodasikan mobilitas kegiatan harian pengguna bangunan dan tapak. Bentuk bangunan akan menanggapi mobilitas kegiatan harian yang sangat cepat. Bentuk bangunan akan merupakan bangunan lapis tinggi dengan mengikuti peraturan dan kondisi bangunan sekitar. 86

35 Analisis Tapak Vegetasi Tabel IV12 Analisis Tapak (Lanjutan2) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan a Sekeliling lahan tapak akan ditanami vegetasi dan menjadi buffer dari keadaan sekitar. c d Lokasi Tapak b a b c Vegetasi : a. Kawasan Senayan merupakan kawasan yang masih sangat hijau dengan banyaknya ditemukan hutan kota dan ruang terbuka hijau. b. Kumpulan pohonpohon, baik di depan lokasi tapak ataupun di belakang lokasi tapak masih sangat asri dan rindang. c. Deretan pohon kelapa menjadi landmark pada Jalan Pintu Satu Gambar di atas merupakan pemetaan kawasan hijau di sekitar lokasi. Cukup banyak vegetasi yang tumbuh di dalam tapak. Kumpulan vegetasi ini menjadikan kawasan cukup asri dan rindang. Keberadaan vegetasi ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan tapak dan sekitarnya. Vegetasi ini pun dapat berfungsi sebagai buffer Vegetasi di dalam tapak tetap dipertahankan. Tidak akan dibuang ataupun ditebang. Sekeliling lahan tapak akan ditanami vegetasi dan menjadi buffer dari keadaan sekitar. Peruntukan lahan : Kut (Karya mum Taman), 80% lahan diperuntukkan sebagai ruang terbuka dan hanya 20% lahan yang diperuntukkan untuk membangun (sesuai ketentuan KDB). d Senayan. polusi dan kebisingan sekitar. 87

36 Analisis Tapak tilitas Tabel IV13 Analisis Tapak (Lanjutan3) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Bangunan d b a c Aliran drainase Aliran drainase Suplai listrik Suplai listrik Instalasi listrik sebagai penyuplai dan pembangkit Ruangruang utilitas seperti ruang diesel, gardu tilitas : a b c d Instalasi listrik bawah tanah dan lampu jalan Tiang listrik dan lampu jalan listrik ke dalam lokasi tapak. Aliran drainase ditujukan ke dalam saluran air, riol kota, ataupun ke dalam tanah listrik, dan sebagainya dibuat di dalam bangunan untuk penyuplai listrik ke dalam bangunan. Aliran drainase harus dapat mengalir dengan baik dengan kelandaian tertentu. Saluran air/riol kota 88

37 Analisis Tapak Sirkulasi Kendaraan Tabel IV14 Analisis Tapak (Lanjutan4) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Sirkulasi kendaraan padat pada jam three in one, yakni pada saat pagi hari pukul sampai dan sore hari pukul sampai m 50 m 50 m Lokasi Tapak 30 m Kepadatan terjadi karena adanya lampu merah 30 m Parkir bersama dengan Gedung KONI 30 m Parkir bersama dengan Gedung KONI (linkage structural elemen tambahan) Kebisingan : Keterangan : Tanggapan pencapaian kendaraan ke dalam tapak : Lalu lintas kendaraan utama (sirkulasi kendaraan utama) > three in one, yakni pada saat pagi hari pukul sampai dan sore hari pukul sampai Lalu lintas kendaraan yang tidak terlalu padat > merupakan jalan kolektor yang menghubungkan jalan arteri primer yaitu Jalan Pintu Satu Senayan. Jarang terjadi kemacetan kecuali pada jamjam masuk dan keluar kantor Lalu lintas kendaraan yang tidak padat > jarang dilewati kendaraan, bahkan banyak dijadikan area parkir Sirkulasi utama ke dalam tapak Sirkulasi pendukung ke dalam tapak Pertimbangan parkir bersama dengan Gedung KONI menjadi perhatian utama siklus akses kendaraan di dalam tapak. Jika mengganggu, maka akan diambil kebijakan lain. Kriteria Aman Macet Mudah dilihat Pencapaian Kemungkinan tidak cross Kemungkinan peruntukan Mobil, bus, & motor Mobil & motor Mobil & motor Mobil, motor, & service Mobil, motor, bus, & service Jumlah Skala Penilaian 1. Tidak 2. Cukup 3. Ya Mobil, motor, bus, & service Titik pencapaian kendaraan masuk ke dalam tapak yang terpilih adalah nomor 1, dengan memperhatikan berbagai aspek/kriteria. 89

38 Analisis Tapak Sirkulasi Pejalan Kaki Tabel IV15 Analisis Tapak (Lanjutan5) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Lebar pedestrian 4 meter Lebar pedestrian 2 meter Lokasi Tapak Lebar pedestrian 2 meter 1. Dari Dalam Tapak ke Kawasan Gelora (Khususnya untuk Atlet dan Pelatih) Kebisingan : Sirkulasi pejalan kaki Lebar pedestrian : 4 meter dan 2 meter. Pentingnya sirkulasi pejalan kaki untuk pencapaian mobilitas kegiatan harian dari para atlet. Keterangan : Sirkulasi utama bagi pejalan kaki ke dalam tapak Kemungkinan meet point antar pejalan kaki (atlet, pengelola, pengunjung, dsb) Pejalan kaki dibedakan menjadi atlet, pengunjung (umum dan khusus), pengelola, dan pelatih Mobilitas atlet ke Kawasan Gelora Bung Karno untuk kegiatan pemusatan latihan. Ratarata atlet memilih untuk berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan (bus). Linkage structural (elemen sambungan) menjadi solusi untuk menjawab mobilitas atlet tersebut, Tanggapan pencapaian dari dalam tapak ke Kawasan Gelora : Kriteria Pencapaian Kemudahan Keamanan Jumlah Skala Penilaian 1. Buruk 2. Cukup 3. Baik Titik pencapaian dari dalam tapak ke Kawasan Gelora yang terpilih adalah nomor 1 dan 3. Alasan : atlet memerlukan kecepatan, kemudahan, dan keamanan untuk melangsungkan mobilitas kegiatan mereka. ntuk mendukung hal tersebut, kemungkinan penggunaan dua akses pencapaian dari dalam tapak ke Kawasan Gelora Bung Karno. 90

39 Analisis Tapak Tabel IV16 Analisis Tapak (Lanjutan6) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan 2. Di Dalam Tapak (Khususnya untuk Pengelola dan Pengunjung) Kemungkinan Meet Point Kemungkinan pergerakan pers/wartawan/reporter Kecenderungan pers/wartawan/reporter untuk bergerak cepat mencari atlet. Menghindari sirkulasi yang cross dengan para atlet. Akses pejalan kaki didesain fleksibel. Berdasarkan Teori Hamid Shirvani, signage dibutuhkan sebagai penanda elemen perancangan sutau kawasan, contoh penanda antar sirkulasi Kecenderungan pers/wartawan/reporter untuk bergerak cepat mencari atlet. Pergerakan pengelola pada pagi hari, siang hari, dan sore hari perlu diwaspdai. ntuk membedakan sirkulasi antara atlet & pelatih dengan pengelola & pengunjung diperlukan ruang sirkulasi atau signage yang membedakannya, bisa dalam hal bentuk, fleksibilitas, dsb. Signage bisa saja berupa penggunaan material soft/hard (contoh perdu 90100cm, rumput, dsb) pada ruang luar ataupun perbedaan material dan level pada ruang dalam. 91

40 Analisis Tapak Matahari dan Arah Angin Tabel IV17 Analisis Tapak (Lanjutan7) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Stadion tama Bung Karno (Tinggi ± 30 meter) Gedung KONI (Bangunan yang cukup tinggi) Masjid (Bangunan lapis rendah) Lokasi Tapak + + Wisma Serbaguna (Bangunan lapis rendah) Hotel Atlet Century (Bangunan yang cukup tinggi) Matahari : Orientasi sisi memanjang tapak cenderung menghadap utara dan selatan. Bangunanbangunan yang berada pada sisi barat dan timur merupakan bangunan yang memiliki ketinggian relatif menengah dan tinggi. (medium rise high rise) Sebaliknya bangunanbangunan yang berada pada sisi utara dan selatan merupakan bangunan yang memiliki ketinggian relatif menengah ke bawah. (medium rise low rise). Berdasarkan data dari Badan Klimatologi dan Geofisika, maka untuk arah secara dominan berada pada jurusan 265 dan dengan kecepatan ratarata knot ( m/s) pada ketinggian 10 meter. Data ini berguna sebagai tempat potensi bukaan yang paling potensial pada bangunan. Keterangan : Efek besar ketajaman sinar matahari sore. Efek sinar matahari sore lainnya akibat pembayangan bangunan sekitar. Sinar matahari pagi. Cahaya matahari arah utara dan selatan. Arah dominan angin. nit hunian diusahakan tidak menerima sinar matahari langsung terutama matahari sore. Matahari sore diusahakan dapat diredam dengan mendapat pembayangan dari bangunan lainnya di sisi barat lokasi tapak dan pembayangan dari vegetasi sekitar. Pembagian ruang berdasarkan analisis matahari dan arah angin menjadi penting untuk kenyamanan atlet di dalam. Ruangruang private diusahakan jauh dari sinar matahari langsung, namun mendapatkan potensi bukaan sesuai arah angin dan ruangruang service diletakkan pada sisi barat. Arah dominan angin dari selatan ke utara memiliki hubungan dengan analisis matahari yang tidak bertolak belakang, sehingga desain dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada. 92

41 Analisis Tapak Kebisingan Tabel IV18 Analisis Tapak (Lanjutan8) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan Sumber Kebisingan tama (Besar) Lokasi Tapak nit hunian diusahakan jauh dari sumber kebisingan utama Kebisingan Kecil Vegetasi keliling tapak sebagai buffer terhadap sumber kebisingan Kebisingan : Kebisingan tama Kebisingan terbesar karena sirkulasi kendaraan berlalu lalang dan mobilitas kegiatan utama pada sekitar jalan utama yaitu Jalan Pintu Satu Senayan. Kebisingan Kecil Hampir tidak dirasakan kebisingan yang berarti dan mempengaruhi lokasi tapak. Jarang dilewati kendaraan dan banyak buffer tanaman yang asri. Keterangan : Efek besar berasal dari kebisingan utama. Efek kecil. Hampir tidak ditemukan sumber kebisingan yang besar selain dari jalan utama yaitu Jalan Pintu Satu Senayan. Bangunan diusahakan jauh dari sumber kebisingan utama, jika pun harus dekat diusahakan merupakan bangunan atau ruang yang bersifat public. nit hunian diusahakan jauh dari sumber kebisingan utama. Pembagian ruang berdasarkan analisis kebisingan menjadi penting untuk kenyamanan atlet di dalam. Ruangruang utama dan private diusahakan jauh dari sumber kebisingan langsung. Efektivitas vegetasi untuk meredam kebisingan. 93

42 Analisis Tapak View dari Tapak Tabel IV19 Analisis Tapak (Lanjutan9) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan View ke Kawasan Bung Karno Senayan a b d f c Ruangruang publik e nit hunian View dari tapak : Keterangan : Orientasi bangunan diutamakan mendapatkan view + Best view (view terbaik dengan view langsung dan aksis ke a rah Stadion tama Gelora Bung Karno dengan penghijauan yang sangat baik, selain itu merupakan arah aktifitas perkotaan). yang terbaik dan menarik. Ruangruang private dan public diutamakan mendapatkan view yang terbaik dan menarik. + View yang baik a b c (view baik dengan pemandangan terbuka ke kawasan hijau serta terlihat aktifitas perkotaan dan lalu lintas). View yang kurang (view kurang baik karena tertutup bangunan sekitar). View yang cukup d e f (view cukup baik dengan pemandangan terbuka ke kawasan hijau, namun sepi dan jarang terlihat aktifitas yang besar > cocok untuk santai). 94

43 Analisis Tapak View ke Dalam Tapak Tabel IV20 Analisis Tapak (Lanjutan10) Data Kondisi Tapak Analisis Tanggapan Rancangan a b Titik pertemuan terpadat Desain yang menanggapi sumbu pemandangan terbuka d c e f View ke dalam tapak : Keterangan : View ke dalam tapak diusahakan mendapat view Sumbu pemandangan terbuka diambil yang menarik dan terbaik dari desain bangunan dari pemandangan sekitar yang terutama ataupun desain tapaknya. ke dalam tapak (jalan, vegetasi, titik Ruangruang public dapat ditonjolkan ke luar pertemuan terpadat, dsb). untuk menanggapi view ke dalam tapak. a b c d e f 95

44 96

45 IV.3 Aspek Bangunan IV.3.1 Analisis Zoning Menurut Ir. Tin Budi tami, M.T. (2003), umumnya, hal yang paling menentukan dalam penentuan zoning adalah hubungan ruang, orientasi matahari, dan kebisingan. Secara sederhana dapat digambarkan melalui diagram berikut : Zoning Horisontal Gambar IV19 Analisis Zoning Horizontal Public Semi Public Service Private Semi Private Di arah utara tapak kerena memiliki tingkat kebisingan yang tinggi maka diletakkan area public yang tidak memerlukan ketenangan, di belakangnya menyusul area private berupa hunian diletakkan di tengah karena memiliki tingkat kebisingan paling rendah. Sedangkan pada sisi samping arah memanjang, di mana mendapatkan panas matahari pagi, diletakkan zona public dan service, sedangkan yang mendapatkan panas matahari sore yang paling banyak, diletakkan zona service, karena zona service tidak memerlukan kenyamanan termal secara khusus. Pada sisi selatan tapak, peruntukkan untuk parkir KONI merupakan zona semi private bagi KONI. Selain itu, juga diletakkan zona semi public peruntukkan di dalam tapak dengan fungsi yang disesuaikan. 96

46 Zoning Vertikal ntuk zoning vertikal, yang perlu diperhatikan adalah faktor aktivitas pengguna wisma, di mana dapat dianalisis dengan menggunakan diagram berikut: Gambar IV20 Analisis Zoning Vertikal Pertimbangan penggunaan basement untuk memenuhi kebutuhan parkir dan memperkecil kemungkinan cross sirkulasi. ntuk basement mengingat tempatnya yang tidak mendapat udara luar dan cahaya alami, maka lebih cocok digunakan sebagai area service. ntuk level dasar, sebagai tempat kegiatankegiatan yang dapat diakses public, seperti lobby, cafetaria, hall of fame, dan juga tempat parkir, maka dikategorikan sebagai zona public. Level berikutnya adalah semi public sebagai peralihan dari zona public ke zona private, seperti poliklinik, ruang serbaguna, ruang briefing, dan sebagainya. Level berikutnya adalah zona private di mana terdapat management building (office) dan unitunit hunian. IV.3.2 Analisis Tata Ruang Bangunan Hal yang paling mempengaruhi di dalam penentuan tata ruang di dalam bangunan adalah hubungan ruang dan skema organisasi ruang di dalam bangunan. Menurut buku Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi 2), Francis D.K. Ching, caracara dasar menghubungkan ruangruang di dalam bangunan wisma atlet satu sama lain, terdiri dari 4 cara, yakni : 97

47 a. Ruang di dalam ruang Contoh : dapur dan ruang penyajian makanan di dalam cafetaria, backstage di dalam ruang serbaguna, ruang dokter dan kamar rawat di dalam poliklinik, dan sebagainya. b. Ruangruang yang saling berkaitan Ruangruang yang saling berkaitan ini didasari oleh ruangruang yang memiliki sifat dan fungsi yang hampir sama. Selain itu, ruangruang yang saling berkaitan ini dapat berupa ruangruang yang fleksibel fungsinya. Contoh : poliklinik dengan ruang test psikis, ruang serbaguna dengan ruang briefing. c. Ruangruang yang bersebelahan Contoh : ruang briefing satu dengan yang lainnya, unit hunian satu dengan yang lainnya. d. Ruangruang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama Contoh : cafetaria dengan hall of fame dihubungkan oleh lobby. Caracara dasar menghubungkan ruangruang suatu bangunan satu sama lain tersebut erat kaitannya dengan system of setting sebagai salah satu faktor yang membangun pengaturan perilaku khususnya para atlet. Selanjutnya dari hubungan ruang tersebut diorganisir menjadi polapola bentuk dan ruang yang saling terkait. Hal tersebut menjadi faktor penentu mudah tidaknya pencapaian. Akses dan sarana sirkulasi (horizontal dan vertikal) menjadi penting untuk memudahkan pencapaian. Organisasi ruang secara umum terpusat pada bagian lobby dan dibagi per cluster sesuai dengan kebutuhan ruang yang dibutuhkan berdasarkan mobilitas kegiatan harian khususnya atlet. Gambar IV21 Kombinasi Organisasi Ruang Terpusat dan Cluster Ruang I Ruang II Ruang Pusat Ruang V Ruang III Ruang IV 98

48 IV.3.3 Analisis Bentuk Massa Bangunan Pada sub bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa untuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benarbenar dapat dimanfaatkan untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%). Pada dasarnya jumlah massa akan ditekan sesedikit mungkin mengingat KDB 20%, dan juga untuk mempermudah dan mempercepat akses dan sirkluasi manusia di dalamnya sehingga menjadi lebih efisien. Fungsifungsi penunjang akan dikumpulkan menjadi satu di bagian bawah, sedangkan fungsi hunian akan didirikan di atasnya secara vertikal. Secara skematik dapat dijelaskan melalui diagram berikut : Gambar IV22 Pembagian Fungsi Bangunan Fungsi fasilitas latihan diminimalkan mengingat segala kegiatan latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung karno. Penyediaan fasilitas latihan hanya dalam kategori lapangan latihan Service diletakkan di basement sebagai penunjang fasilitasfasilitas seperti parkir, genset, dsb Fungsi hunian ditaruh di atas karena privasinya lebih tinggi, view juga lebih baik Fasilitas penunjang di bawah fungsi hunian untuk mempermudah akses. Bentuknya melebar untuk memaksimalkan fungsi, sehingga akan membentuk podium 99

49 ntuk analisis bentuk massa bangunannya, dapat dilihat sebagai berikut : Gambar IV23 Analisis Bentuk Bangunan Sumbu Kawasan Gelora View yang baik ke dalam tapak CAHAYA MATAHARI SORE View yang baik ke dalam tapak + + CAHAYA MATAHARI PAGI Sumbu Pemandangan Terbuka Menangkap view Pada gambar IV23, terdapat dua sumbu yang menjadi perhatian utama, yakni sumbu Kawasan Gelora dan sumbu pemandangan terbuka. Sumbu Kawasan Gelora diambil berdasarkan aksis yang ditarik ke arah Stadion tama Gelora Bung Karno yang menjadi landmark kawasan dan sumbu pemandangan terbuka diambil dari pemandangan sekitar yang terutama ke dalam tapak (jalan, vegetasi, titik pertemuan terpadat, dsb). Sumbusumbu inilah yang kemudian diolah sebagai penyesuaian terhadap bentukan massa bangunan. Selain itu, cahaya matahari dan view ke dalam maupun ke luar tapak juga menjadi sorotan penting dalam pembentukan massa bangunan. Bentuk bangunan melengkung dengan orientasi arah utara selatan diyakini dapat menanggapi sumbu Kawasan Gelora, view, dan merespon cahaya matahari. Namun daripada itu, sumbu pemandangan terbuka menjadi penting halnya sebagai view ke dalam tapak. Apabila bangunan dibuat melengkung, view ke dalam tapak akan terhalangi oleh lengkungan dari arah sumbu pemandangan terbuka. Oleh sebab itu, maka solusi skematik bentuk massa bangunannya adalah sebagai berikut : 100

50 Gambar IV24 Analisis Bentuk Bangunan (Lanjutan1) Sumbu Kawasan Gelora + + Sumbu Pemandangan Terbuka Bentuk yang menanggapi sumbu pemandangan terbuka Berdasarkan gambar IV24, dengan bentuk massa demikian maka akan menanggapi segala aspek yang terkait. ntuk menjaga kestabilan bentuk, lengkungan diubah menjadi bentuk patahan yang tetap dijaga pada sisi sayap sebelah barat. Tower hunian diletakkan di tengah dan di sisi patahan tersebut, sedangkan pada sisi satu lagi menjadi pusat sumbu pemandangan terbuka tanpa dihalangi tower hunian. Tower hunian yang berada pada sisi patahan justru secara tidak langsung menjadi arah tangkap dari arah sumbu pemandangan terbuka. Pada bagian yang menanggapi sumbu pemandangan terbuka, bentuk massa diatur lebih variatif untuk menarik pandangan agar dapat tertuju ke dalam tapak. Bentuk massa bangunan ini sebenarnya tidak terlepas dari tata letak dan orientasi bangunan pada tapak demikian juga sebaliknya. 101

51 IV.3.4 Analisis Sistem Struktur Bangunan Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya masa bangunan dan ketahanannya terhadap elemenelemen perusak bangunan seperti gempa bumi, bencana angin, faktor biologis (hewan perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Sub Structure (Struktur bawah) Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang bekerja dari atas kebawah. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis pondasi : Tabel IV21 Tabel Perbandingan Jenis Pondasi Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan Tiang Pancang Waktu pelaksanaan cepat Relatif murah Cocok untuk menahan beban vertikal Memerlukan banyak sambungan dan ketelitian yang tinggi, kurang ekonomis bagi wisma atlet tapi bagi hotel ekonomis Menimbulkan bising dan getaran Bored Pile Pemasangan tidak berdampak buruk bagi lingkungan, cocok dengan konsep wisma atlet Memiliki kekuatan yang cukup untuk bangunan bertingkat tinggi Cocok untuk segala jenis tanah Waktu pelaksanaan lebih lama Jika kadar air tinggi pengecoran akan beresiko Pondasi Rakit (basement) Tahan gempa Ruang pada pondasi dapat difungsikan sebagai asement/efisiensi lahan Kedalaman sebesar volume yang dipindahkan Boros dalam pemakaian bahan, kurang efisien bagi wisma atlet Pelaksanaan sulit 102

52 Berdasarkan analisis sub structure pada tabel diatas, maka bangunan wisma atlet ini menggunakan pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang dipilih karena relatif murah, pengerjaan cepat, dan bersih, juga karena kemampuannya untuk menahan beban yang cukup besar dan juga dalam tahap pengerjaannya tidak mengganggu keadaan sekitar atau gangguan relatif kecil. pper Structure (Struktur atas) pperstructure merupakan struktur utama yang bertugas untuk menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang diterimanya untuk diterukan pada pondasi. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis sistem upper structure : Tabel IV22 Tabel Perbandingan Jenis Sistem pper Structure Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan Portal (kolom dan balok) Kekakuan cukup Fleksibel dalam penataan interior unit wisma atlet Struktur sederhana dan Dimensi relatif besar untuk bentang lebar Trafe kolom relatif kecil ringan Dinding pemikul Kekakuan tinggi Material beton pada bidang datar dapat mereduksi suara Memipih sesuai ruang Biaya yang cukup besar Harus terjadi banyak penyesuaian dengan barang dari pabrik Waktu konstruksi cepat Penampilan masif Struktur baja (balok, rangka, grid, dan slab) Pemakaian bahan sedikit dan berupa prefab Waktu pengerjaan cepat Dapat digunakan untuk bentang lebar Bahan baja kuat tarik relatif kurang ekonomis bagi wisma atlet Korosi Struktur bentang lebar (baja, beton, balon, hybrid, dsb) Bentukbentuk yang impresif dan fleksibel (struktur kabel, membran, shell,dsb) Cocok untuk ruangan berbentang lebar Tidak cocok untuk ruangruang yang sangat fungsional Konstruksi pabrikasi Cenderung mahal 103

53 ntuk upper strcucture, penggunaan sistem struktur portal dan sistem struktur hybrid (kombinasi antara konstruksi baja dengan struktur bentang lebar) menjadi pilihan. Struktur portal dipilih karena bentangan pada wisma atlet relatif pendek mengingat fungsi dari bangunan ini adalah hunian. Portal ini juga tergolong sederhana dan mudah pengerjaannya. Selain itu, aplikasi sistem struktur membran sebagai penutup atap pun menjadi salah satu pilihan yang variatif. Sebagai pertimbangan, berikut gambar struktur yang dipakai pada Wisma Atlet Fajar, Senayan sekarang : Gambar IV25 Struktur Wisma Fajar Sumber : Dokumen Pribadi Dari gambar tersebut tampak bahwa yang digunakan adalah struktur portal, dengan jarak antar kolom adalah 4m dan jarak floor to floor adalah 2,9m. Penerapannya pada proyek ini, portal yang digunakan harus diberi dilatasi antara podium dengan bangunan hunian vertikalnya. Gambar IV26 Ilustrasi Dilatasi Dilatasi 104

54 Sedangkan sistem struktur hybrid (kombinasi konstruksi portal baja dan struktur bentang lebar) dipilih karena terdapat bagian pada bangunan wisma ini merupakan ruang yang berbentang lebar, seperti ruang serbaguna. Perletakkan ruang serbaguna inilah yang akan menanggapi sumbu pemandangan terbuka seperti yang telah dibahas sebelumnya. Selain itu, untuk ruangruang terbuka yang memerlukan penutup atap dapat menggunakan aplikasi sistem struktur membran. Gambar IV27 Sistem Struktur Hybrid IV.3.5 Analisis Material Bahan material yang akan digunakan dalam proyek tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Tabel IV23 Analisis Perbandingan Bahan Material Aspek Alternatif A Atlernatif B Alternatif C Kesimpulan Dinding Bata merah Kedap suara, lebih kedap air, lebih kuat, namun pengerjaan lama, dan boros adukan Bata celcon Pengerjaan cepat, ringan, tahan api, namun harga mahal, rembes air, finishing tinggal plester dan cat Precast Kedap air, kedap suara, pemasangan cepat, namun harga mahal, dan finishing langsung cat tanpa plester lagi Yang dibutuhkan untuk wisma atlet adalah kedap suara, kedap air, sehingga yang cocok adalah bata celcon untuk dinding dalam dan precast untuk dinding luar 105

55 Tabel IV24 Analisis Perbandingan Bahan Material (Lanjutan1) Pelapis Dinding Cat Pengerjaan mudah, cepat, murah, namun tidak tahan air, mudah terkelupas Keramik Mudah dibersihkan, tahan air, lebih kedap suara, namun harga lebih mahal, dan terdapat nat pada dinding Panel & Wallpaper Pengerjaan cepat, mudah, dan memiliki banyak motif, namun tidak tahan air, mudah terkelupas, ntuk hunian dapat menggunakan panel ataupun wallpaper karena akan mengakibatkan ruang menjadi lebih indah, sedangkan ruangruang lainnya dapat menggunakan cat, sedangkan toilet menggunakan dinding keramik agar tahan air dan mudah dibersihkan Lantai Keramik Tahan lama, perawatan murah, mudah didapat, namun menghantarkan dingin, nat cepat kotor, dan mudah pecah Marmer Motif beragam, terkesan mewah, tahan lama, namun harganya mahal, pemasangannya lama, sulit dibersihkan Kayu Memberi kesan alami dan hangat, warnanya tidak mudah pudar, bisa difinishing/ coating, namun harga relatif mahal, pengerjaannya lama, dan tidak tahan air ntuk hunian, yang cocok adalah keramik, sedangkan untuk ruang besar lebih cocok mengunakan marmer yang terkesan mewah. Plafond Gypsum Mudah dipasang, mudah dibentuk, sambungan tidak terlihat, namun tidak tahan air, dan perlu dipelitur GRC Board Ringan, tahan air, tidak mudah lapuk, tahan api, namun perlu diberi rangka permodul dan terlihat adanya nat Beton ekspose (tanpa plafond) Yang cocok digunakan adalah gypsum, karena mudah dibentuk (drop ceiling,dsb), dan juga tidak ada nat. 106

56 Tabel IV25 Analisis Perbandingan Bahan Material (Lanjutan2) Atap Beton (Atap datar) Praktis, tidak perlu rangka, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan, namun sangat rawan bocor, dan juga ruang dibawahnya menjadi panas Genteng Keramik Tahan lama dan kuat, warnanya tidak mudah luntur, namun sudut kemiringan atap minumun harus 30o, dan pemasangannya perlu ketelitian Genteng Metal Pemasangan mudah dan cepat, hemat material, dilapisi anti karat, kuat (anti pecah),tahan panas, anti lumut, rapi, namun pemasangannya perlu ketelitian tinggi Yang cocok digunakan adalah genteng metal karena memiliki keunggulan yang baik, namun di beberapa tempat juga harus menggunakan atap beton, untuk menunjang service Kusen & Daun Kayu Kuat, Kokoh, warna alami, terkesan mewah, namun mahal, tidak tahan air, dan dapat dimakan rayap Alumunium Ringan, pembuatan dan pemasangan cepat, terkesan modern, namun kurang kokoh PVC Murah, ringan, namun tidak kokoh, mudah retak/patah. Yang cocok digunakan pada pintu adalah kusen kayu karena dibutuhkan kekokohan, sedangkan pada kusen jendela adalah kusen alumunium karena modernintasnya, namun untuk pintu Toilet dapat menggunakan pintu PVC supaya lebih tahan air. 107

57 IV.3.6 Analisis Sistem tilitas 1. Penghawaan Penghawaan ini dapat dibagi menjadi dua jenis : a. Penghawaan alami Contohnya dengan menggunakan cross ventilation. Dengan memanfaatkan penghawaan alami pada fungsifungsi tertentu pada ruang kumpul pada masingmasing unit, koridorkoridor wisma atlet, dan kamar mandi. Penghawaan alami bisa dengan membuat cross ventilation pada bangunan maupun pada unitunit wisma atlet. cross ventilation pada bangunan bisa dipenuhi dengan adanya jarak antara bangunan yang cukup luas dan juga terdapat ruang terbuka untuk memasukan udara skycourt. Gambar IV28 Cross Ventilation Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi ntuk cross ventilation pada unitunit bangunan harus memilih jenis sirkulasi udara yang menyilang, terdapat inlet maupun outlet. Outlet hendaknya lebih besar dibandingkan dengan inlet agar udara bisa mengalir. Tapi pada iklim tropis lembab arah angina agak sulit ditentukan, tapi rancangan mengacu pada arah angin yang dominan. Pada bangunan Wisma Fajar sekarang, kondisi penghawaan alaminya masih cukup baik, dengan beberapa jendela yang dapat dibuka dan memiliki inlet dan outlet yang cukup. b. Penghawaan buatan Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakan Air Conditioner (AC). Air Conditioner disini hanya digunakan untuk ruang tidur, fitness center, dan ruang briefing. AC yang digunakan adalah tipe AC Split karena dapat menghemat ruang AH, chiller dan cooling tower. 108

58 Namun yang jadi masalah dari penggunaan AC split adalah peletakan outdoor unit. Dalam kasus wisma atlet yang mempunyai balkon atau teras maka peletakan outdoor di balkon. Gambar IV29 Hubungan Indoor dan Outdoor AC Split Perletakkan outdoor unit di balkon 2. Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan terdapat dua macam pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang didapat dari cahaya matahari. Pemanfaatan pencahayaan alami harus semaksimal mungkin. Penempatan bukaan bukaan harus lebih di tata secara baik sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan secara cukup dan tidak berlebihan. Pencahayaan alami pada bangunan Wisma Fajar sekarang cukup baik dan nyaman bagi orang di dalamnya. Bukaanbukaan yang cukup lebar dapat memaksimalkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan dengan menggunakan lampu. Tipe lampu yang dapat digunakan adalah lampu transclucent (lampu TL) karena cahaya yang dihasilkan nyaman untuk mata. 3. Proteksi Kebakaran Sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat perlindungan yang di manfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat.daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga 2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 32 meter dan 12 meter dari dead corridor (koridor buntu). 109

59 Gambar IV30 Tangga Kebakaran Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi Proteksi kebakaran ini terdiri dari 2, yaitu berupa proteksi aktif contohnya hidran, sprinkler, smoke detector, dan proteksi pasif berupa tangga darurat atau struktur bermaterial tahan api. Pemadam api berupa hidran juga perlu disediakan. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga kebakaran, dilengkapi selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya dari sistem hidran kota. 4. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Pada jaringan instalasi air akan terdiri dari dua macam yaitu pipa air saluran air bersih dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih ini berfungsi mengalirkan air bersih yang biasanya bersumber dari PDAM ke reservoir bawah kemudian dipompa naik melalui ruang pompa (yang berisi pipa sprinkler, hidran, dan air bersih) ke reservoir atas yang kemudian disalurkan ke seluruh ruangan yang membutuhkan, seperti kamar mandi, wastafel, dan lain lain. Sedangkan pipa saluran air kotor berfungsi mengalirkan air kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat pembuangan seperti Septic tank, STP, dan lain lain. Pipa pembuangan limbah kamar mandi sebaiknya mudah diakses untuk mempermudah maintenance apabila terjadi kerusakan, maka biasanya kamar mandi dalam tiap unit kamar ditempatkan pada sisi yang berbatasan dengan koridor agar shafshaft pipa dapat diakses dari koridor. Limbah kamar mandi padat disalurkan ke STP (Sewage Treatment Plant) untuk diolah agar dapat dibuang ke lingkungan dan riol kota dengan 110

60 aman dan tidak mencemari. Limbah kamar mandi cair pun disalurkan ke STP (Sewage Treatment Plant) untuk diolah. Hasil olahannya biasanya cukup bersih, dapat digunakan kembali untuk penyiram taman dan flush toilet. Di wisma ini air hujan akan dimasukkan ke dalam sumur resapan (sesuai peraturan pemerintah PP No.36) dan sebagian ada yang dialirkan ke dalam bak kontrol dan kemudian disalurkan ke roil kota. Pembuatan sumur resapan perlu diupayakan terkait dengan upaya perbaikan drainase tapak. 5. Instalasi Listrik Pada Wisma Fajar saat ini, instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau genset yang akan dioperasikan apabila PLN mengalami gangguan. Penempatan ruang genset dan ruangruang panel utama bisa ditempatkan pada basement agar bunyi dan getaran yang mungkin dihasilkan tidak mengganggu kenyamanan wisma. Selain itu pengantaran bahan bakar untuk solar juga dapat dilakukan dengan mudah tanpa menggangu penghuni begitu juga saat terjadi kerusakan. 6. Penangkal Petir Wisma atlet ini sebagai tempat tinggalnya ratusan orang untuk beristirahat harus diberikan proteksi terhadap penangkal petir sebagaimana telah diatur dalam PP No. 36. Hal ini dibutuhkan mengingat bangunan ini mempunyai ketinggian yang cukup tinggi dibanding dengan bangunan di sekitarnya. Sehingga apabila ada petir yang menyambar, maka bangunan ini riskan untuk terkena petir. Sistem penangkal petir yang lazim digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125 m. sistem ini dianggap cocok karena terbilang efisien apabila di taruh di bagian tower wisma untuk jangka panjang. Sehingga bisa melindungi bangunanbangunan rendah, pohonpohon dalam tapak. 111

61 Gambar IV31 Skematik Penangkal Petir Sistem Thomas Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi 7. Pembuangan Sampah. Sistem pembuangan sampah dapat dilakukan dengan sistem shaft, yaitu menyediakan sebuah ruangan shaft yang langsung berhubungan dengan lantai dasar tanpa penyekat antar lantai. Pada bagian bawah terdapat ruangan penampungan. Penggunaan shaft ini lebih efisien pada wisma atlet karena sampah sudah terkumpul pada bagian lantai dasar bangunan yang berada pada titik tertentu. Gambar IV32 Skematik Pembuangan Sampah nit bangunan Shaft sampah Penampung sementara TPA Gambar IV33 Shaft Sampah Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi 112

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber : BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak cabang olahraga yang dapat menjadi kebanggaan, seperti sepakbola, bulutangkis, atletik, renang, tinju, dan sebagainya. Namun ironisnya, untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 DRAFT PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA ATLET Nama / No. Responden : Usia : Cabang Olahraga : Asal : 1. Kegiatan apa saja yang Anda lakukan sehari hari? Bagaimana jadwalnya (waktu berlangsung)?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Atlet dituntut untuk selalu memiliki kondisi tubuh yang prima, terutama pada musim pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sajoto

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS BAB IV ANALISIS Analisis permasalahan yang ada dilakukan berdasarkan pada metode Broadbent yang berisi pembahasan mengenai aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. 4.1 Aspek Manusia Analisis

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN. Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono NIM :

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN. Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono NIM : RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1. Pemilik, Jenis dan pelayanan Rumah Sakit a. Pemilik : Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta b. Nama Rumah Sakit : RS Jakarta Selatan c. Kelas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL 1. Peraturan Teknis a. Jarak bebas Bangunan Gedung / Industri KDB KLB 3 3 Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL GSB GSJ GSJ Intensitas bangunan (KDB/KLB), dimaksudkan agar menjaga

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan - Luas lahan : 30.400,28 m² - KDB 20% : 20% x 30.400,28 m² = 6.080,06 m² - KLB 0,8 : 0,8 x 30.400,28 m² = 24.320,22 m² -

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. berbagai cabang. yang. lakukan di. banyak di. karena di hitung. tes kesehatan. Jenis Kegiatan Atlett 10%

BAB IV ANALISIS. berbagai cabang. yang. lakukan di. banyak di. karena di hitung. tes kesehatan. Jenis Kegiatan Atlett 10% BAB IV ANALISIS IV. Aspek Manusia IV.. Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik Pelaku kegiatan dalam wisma atlet Senayan di fokuskan pada atlett dari berbagai cabang olahraga. Karena posisi wisma atlet Senayan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Indonesia memiliki beragam cabang olahraga, ada olahraga yang membutuhkan kerjasama tim dan ada pula yang hanya mengandalkan kekuatan individu.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

BAB III PROGRAM PERANCANGAN 29 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Tata Ruang Makro 1. Penentuan Lokasi Site Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bone Bolango (Sumber: Dokumen Faksi Bone Bolango) Pemilihan lokasi site harus memperhatikan beberapa

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL Program dasar perencanaan dan perancangan resort hotel merupakan sebuah hasil dari kesimpulan menyeluruh dan berfungsi sebagai pemandu desain

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik

Lebih terperinci

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Vindri Anggraini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari Atletik, yaitu konsep perancangan bentukan bangunan yang mengambil bentukan maupun sifat dari atletik.

Lebih terperinci