NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TUNTUTAN PEKERJAAN DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TUNTUTAN PEKERJAAN DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWATI"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TUNTUTAN PEKERJAAN DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWATI Oleh: Frisca C. Pratista Thobagus Moh. Nu man PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 i

2 ii

3 JOB DEMANDS AND PSYCHOLOGICAL WELL-BEING OF EMPLOYEES Frisca C. Pratista Thobagus Moh. Nu'man Abstract This research describes the job demands and psychological well-being of the employee. The proposed hypothesis of this research is correlation between the job demands and psychological well-being of the employee. The subjects of this research were 120 people. The scale used is translation scale. The aspects of this research include aspects of psychological well-being, such as job satisfaction, family satisfaction and life satisfaction (Achour, et.al, 2011). The scale of the job demands used in this research is translational scale. The aspects of job demands is work overload and emotional demands (Schaufeli and Bakker, 2004). Methods of data analysis used in this study using SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows to test whether there is the job demands and the psychological well-being of the employee. Correlation of Spearman showed a correlation of r = 0.011, p = (p> 0.01), which means there is no relationship between the job demands with the psychological well-being of the employee. So the research hypothesis was rejected. Keywords: Job Demands, Psychological Well-being, Employees. iii

4 PENGANTAR Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun terakhir mendapat perhatian yang cukup besar. Menurut Russel (2008) kesejahteraan psikologis karyawan merupakan salah satu faktor yang tidak bisa lepas dari isu penting dalam suatu perusahaan, karena kesejahteraan psikologis pada karyawan memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengefektifkan biaya yang berhubungan dengan kesehatan karyawan, ketidakhadiran (absenteeism), pergantian karyawan (turnover), performa kerja (job performance), dan kepuasan kerja (job satisfaction). Danna dan Griffin (1999) menyatakan terdapat tiga alasan mengapa kesejahteraan pada karyawan merupakan hal yang patut diperhatikan oleh organisasi. Pertama, pengalaman di tempat kerja atau lingkungan sosial, baik fisik maupun psikis, akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari individu. Besarnya porsi waktu yang dihabiskan karyawan di pekerjaan membuat pengalamanpengalaman selama bekerja melekat pada diri individu tersebut dan terbawa kedalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian dipertajam oleh pernyataan Page (2005) bahwa kesejahteraan pada karyawan di tempat kerja memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan pada karyawan di kehidupannya. King dan Diener (2005) juga menyatakan bahwa karyawan yang memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi akan lebih bahagia dalam pekerjaan dan kehidupan rumah tangganya. Oleh karena itu, kesejahteraan di tempat kerja merupakan kebutuhan karyawan yang harus dipenuhi. Kedua, kesehatan dan 1

5 kesejahteraan karyawan tidak hanya memberikan dampak bagi karyawan itu sendiri namun juga pada perusahaan atau organisasi dimana ia bekerja. Apabila kesehatan dan kesejahteraan karyawan menurun maka kinerja karyawan tersebut juga akan menurun, sedangkan apabila kesehatan dan kesejahteraan karyawan meningkat maka kinerjanya juga akan meningkat. Pemahaman terhadap kesehatan seseorang tidak hanya meliputi kesejahteraan fisik tetapi juga psikologis dan sosial. Individu yang kesejahteraannya lebih tinggi akan lebih produktif dan memiliki kesehatan mental serta fisik yang lebih baik dibandingkan dengan yang kesejahteraannya rendah (Ryff & Singer, 2002). Kesehatan fisik karyawan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis karyawan, dimana kesehatan fisik karyawan akan meningkatkan kesehatan emosional sehingga karyawan dapat menghindar dari pemikiran yang negatif dan meningkatkan produktivitasnya (Envick, 2012). Harter, Schmidt, dan Keyes (2002) mengungkapkan bahwa kesejahteraan psikologis karyawan berkaitan dengan produktivitas, pergantian karyawan (turn over), kesetiaan pelanggan (customer loyalty), dan keuntungan perusahaan. Spector menyatakan bahwa karyawan dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi lebih kooperatif, lebih mudah menolong rekan kerjanya, tepat waktu dan efisien, jarang absen dan bertahan lebih lama di organisasi (Harter, dkk 2002). Tingkat kesejahteraan psikologis pada karyawan yang lebih baik dapat berguna untuk meningkatkan komitmen individu, produktivitas kerja, hubungan dengan rekan kerja, dan penguasaan lingkungan kerja (Horn, Taris, Schaufeli, dan Schreurs, 2004). Ciri-ciri orang yang memiliki kesejahteraan psikologis yang 2

6 tinggi adalah mandiri, memiliki kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya, keinginan untuk terus tumbuh dan berkembang dalam segala hal, hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam hidup, dan penilaian positif terhadap dirinya sendiri (Ryff dan keyes, 1995). Saat ini banyak dilakukan penelitian untuk mengukur kesejahteraan (misalnya kepuasan kerja, komitmen organisasi, ketegangan di tempat kerja dan kelelahan) terutama tekanan dimensi afektif dari kesejahteraan (Horn, dkk, 2004). Terdapat banyak kasus yang menunjukkan seberapa penting untuk melakukan penelitian terkait kesejahteraan psikologis. Salah satunya pada penelitian The Job Demands-Resources model: state of the art yang dilakukan oleh Bakker & Demerouti pada tahun Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model tuntutan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tiga tahun terakhir, Bakker & Demerouti (2007) menemukan bahwa banyak studi yang menunjukkan bahwa karakteristik pekerjaan (job characteristics), yang meliputi job demands, job control, dan job resources, dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan pekerja (employee well-being). Penilitian terhadap lebih dari karyawan di Indonesia dilakukan oleh Kelly Global Workforce Index pada tahun Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karyawan di Indonesia adalah karyawan yang paling aktif dalam mencari pekerjaan baru, hampir tiga perempat karyawan berencana untuk pindah ke posisi lain di tahun berikutnya. Munculnya keinginan karyawan untuk berpindah posisi menunjukkan adanya ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaannya saat ini 3

7 ( Kepuasan kerja berhubungan secara signifikan terhadap kesejahteraan psikologis karyawan (Russell, 2008). Pada penelitian tentang tuntutan kerja, motivasi intrinsik, kelelahan kerja, peran pengawasan kerja, dan kesejahteraan karyawan yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yperen & Hagedoorn (2003) pada penelitiannya, penulis mengambil subyek penelitian tenaga perawat rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Perawat sebagai seorang pekerja dituntut untuk selalu siap sedia memberikan pelayanan kepada pasien. Perawat harus mampu dengan cepat, teliti dan akurat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Hal tersebut merupakan tuntutan dari pekerjaan sebagai perawat. Tuntutan pekerjaan yang tinggi tersebut memberikan dampak bagi diri perawat itu sendiri. Di satu sisi tuntutan pekerjaan yang tinggi secara fisik akan meningkatkan kelelahan/ keletihan yang berdampak pada kesejahteraan perawat. Pekerjaan yang banyak dan bermacam-macam akan menyebabkan meningkatnya keletihan pada perawat. Hal ini membuat beberapa perawat memilih untuk mengambil cuti dari pekerjaannya. Menurut Leka, Griffiths, dan Cox (2003) bahwa stres kerja merupakan respon individu saat dihadapkan pada tuntutan dan tekanan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki karyawan serta kemampuan mengatasi tantangan. Kondisi fisik karyawan dalam bekerja juga mempengaruhi hasil pekerjaanya yang berdampak pada kesejahteraan karyawan, seperti terlalu lelah karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, sakit dan tidak mendapatkan ijin untuk istirahat, atau tidak puas dengan gaji dan jabatan 4

8 yang diperolehnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldstein (2007) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi dapat menurunkan stres. Penelitian lain yang dilakukan oleh Karyono, dkk., (2008) juga mengungkapkan bahwa individu yang mengalami stres berkepanjangan dapat mengalami penurunan kesejahteraan psikologis. Survei yang telah dilakukan oleh Life (2013) terhadap lebih dari karyawan di Inggris. Seperempat dari karyawan tersebut merasa kesejahteraannya tidak dipedulikan oleh perusahaan, mereka terlalu banyak bekerja dan tidak bisa memiliki work-life balance. Akibatnya, 31% dari mereka mengaku memiliki tingkat produktivitas dan konsentrasi menurun dibandingkan tahun sebelumnya ( Menurut Keyes, dkk (2002) kesejahteraan psikologis adalah kondisi dimana individu memperoleh pencapaian kesehatan mental ketika melakukan sesuatu atau mendapatakan kebahagiaan dari suatu pengalaman. Huppert (2009) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah suatu kehidupan individu yang berjalan dengan baik dan merupakan hasil kombinasi dari perasaan positif yang berfungsi secara efektif. Sebagian besar hasil dari penelitian-penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya telah menunjukkan betapa pentingnya pengaruh kesejahteraan psikologis pada karyawan baik terhadap karyawan itu sendiri maupun terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Namun yang menjadi masalah adalah tidak setiap organisasi mampu mewujudkan kesejahteraan psikologis bagi para karyawan. Hal tersebut dikarenakan kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh 5

9 serangkaian faktor personal, lingkungan, situasi keuangan, status sosial, kesehatan fisik, kualitas perkawinan, status pensiun, tuntutan pekerjaan, dukungan sosial, tingkat kegiatan, harapan pensiun, self-efficacy, stres yang dirasakan, optimisme atau pesimisme, gejala depresif, dan kepuasan hidup (Salami, 2010). Bakker & Demerouti (2007) menyatakan bahwa banyak studi yang menunjukkan bahwa karakteristik pekerjaan (job characteristics), yang meliputi job demands, job control, dan job resources, dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis karyawan. Salah satu dari faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada karyawan adalah tuntutan pekerjaan. Menurut Love, Irani, Standing, dan Themistocleous (2007) tuntutan pekerjaan didefinisikan sebagai pemicu terjadinya kelelahan secara psikologis, misalnya seperti bekerja dalam waktu yang lama, beban pekerjaan yang terlalu banyak, dan terbatasnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan adanya konflik pada tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan. Pekerjaan seorang karyawan di perusahan besar relatif padat dengan beban pekerjaan yang berat. Tuntutan pekerjaan yang tinggi tentunya memberikan dampak bagi kehidupan pribadi karyawan yang bersangkutan. Menurut Parker dan Sprigg (Huang, Du, Chen,Yang, dan Huang, 2010) adanya tuntutan pekerjaan dan kontrol pekerjaan akan memunculkan motivasi pada seseorang tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya. Secara bersamaan, hal tersebut juga akan mengakibatkan stres yang berdampak pada kesehatan seseorang tersebut dan adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh karyawaan 6

10 untuk penyakit yang diderita, kehilangan waktu untuk bekerja dan kinerja menjadi menurun dalam perusahaannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa karakteristik pekerjaan yang meliputi tuntutan pekerjaan, kontrol pekerjaan, dan sumber pekerjaan, dapat memiliki dampak besar pada kesejahteraan karyawan. Selain itu tuntutan pekerjaan seperti tingginya tekanan kerja, tuntutan emosional, dan ambiguitas peran juga dapat menyebabkan masalah tidur, kelelahan, dan gangguan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan (Bakker & Demeranti, 2007). Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa tuntutan pekerjaan memiliki pengaruh terhadap stres dan depresi. Penelitian Higashiguchi, dkk (2002) menunjukkan bahwa semakin tinggi tuntutan pekerjaan maka semakin tinggi pula tingkat depresi seseorang. Tuntutan pekerjaan adalah satu hal yang mungkin menjadi penyebab buruknya kesejahteraan, kesehatan, dan kinerja karyawan. Dengan demikian, tuntutan pekerjaan dapat dikatakan memiliki hubungan yang negatif dengan kesejahteraan psikologis, dimana semakin rendah tingkat tuntutan pekerjaan maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan psikologis dan sebaliknya semakin tinggi tingkat tuntutan pekerjaan maka semakin rendah tingkat kesejahteraan psikologis. Fenomena wanita bekerja sebenarnya bukanlah menjadi hal yang baru di era emansipasi seperti saat ini, bahkan sejak jaman purba ketika suami pergi berburu, istri bekerja dengan menukar hasil buruan dengan bahan yang lain (Siregar, 2007). Pada era emansipasi seperti saat ini telah meninggalkan kesan yang berbeda terhadap status dan peranan kaum wanita. Tingkat partisipasi 7

11 angkatan kerja wanita Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun sebesar 38,75% menjadi 51,65% pada tahun Bahkan menurut surat kabar Republika edisi 22 Desember 2004 hingga tahun 2007 diperkirakan mencapai 73,58% (Nurhayati, 2012). Sebagai contoh menurut Badan Pusat Statistik, di daerah Jakarta terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja wanita dari yang awalnya sebanyak orang pada tahun 2002 menjadi pada tahun Selain itu peningkatan juga terjadi antara rentang bulan Februari 2010 sebanyak orang hingga Februari 2012 menjadi orang ( indonesia.com). Primastuti (Permatasari, 2010) menjelaskan ada beberapa motif yang menyebabkan wanita bekerja yaitu menambah penghasilan keluarga, tidak tergantung secara ekonomi pada suami, mengisi waktu kosong di rumah, ketidakpuasan dalam pernikahan, mempunyai keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan, memperoleh status, pengembangan diri dan aktualisasi diri. Selain itu Junita (2011) juga menjelaskan mengenai motif dari wanita menjadi pekerja yaitu dengan bekerja memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya dengan cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya mendapatkan umpan balik yang positif. Junita (2011) menjelaskan bahwa wanita yang bekerja cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih luas dan dinamis. Wanita cenderung lebih memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dikaitkan dengan pola pikir yang berpengaruh 8

12 terhadap strategi koping yang dilakukan, serta aktivitas sosial yang dilakukan, dimana wanita memiliki kemampuan interpersonal yang lebih baik daripada lakilaki (Ryff & Singer, 2002). Selain itu wanita lebih mampu mengekspresikan emosi dengan bercerita kepada orang lain, dan wanita juga lebih senang menjalin relasi sosial dibanding laki-laki. Wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan yang positif dengan orang lain (Ryff & Keyes, 1995). Sebagian besar wanita bekerja yang merasa bahagia dan sejahtera secara psikologis mampu mengatasi berbagai macam masalah yang terjadi dengan berbagai cara dan strategi hingga mampu mengarahkan diri sendiri pada proses pencapaian kesejahteran psikologisnya (Wright, Cropanzano, dan Bonett, 2007). Levy dan Shiff ( Papalia, dkk., 2009) menyebutkan bahwa Wanita bekerja yang mencapai psychological well-being adalah yang mampu mengatur dirinya sendiri, mampu tumbuh dan berkembang, mampu menunjukan potensinya secara optimal, berani menghadapi berbagai macam tantangan yang dihadapi dan mampu mengatasi berbagai macam tuntutan dan permasalahan hidup termasuk dalam kehidupan keluarga maupun pekerjaan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai kesejahteraan psikologis pada karyawati. Untuk itu judul penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati. 9

13 METODE PENELITIAN A. Responden Penelitian Karakteristik subjek yang dipilih untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: karyawati, pekerja tetap (bukan pekerja magang), berusia lebih dari 21 tahun, sudah menikah, dan masa kerja minimal 1 tahun. B. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa metode skala untuk mendapatkan jenis data kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala kesejahteraan psikologis dan skala tuntutan pekerjaan. 1. Skala Kesejahteraan Psikologis Skala kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Achour, dkk (2011) yang menjelaskan bahwa kesejahteraan karyawan memiliki tiga aspek yaitu kepuasan kerja, kepuasan keluarga, dan kepuasan hidup. Jumlah aitem yang direncanakan dalam skala ini adalah 24 aitem. Skala ini menggunakan 5 pilihan jawaban respon, yaitu angka 5 menunjukkan pernyataan SS (Sangat Setuju), angka 4 menunjukkan pernyataan S (Setuju), angka 3 menunjukkan pernyataan R (Ragu-ragu), angka 2 menunjukkan pernyataan TS (Tidak Setuju), dan angka 1 menunjukkan pernyataan STS (Sangat Tidak Setuju). Pernyataan dalam skala ini hanya terdapat kelompok pernyataan favourable. 10

14 2. Skala Tuntutan Pekerjaan Skala tuntutan pekerjaan mengacu pada teori Schaufeli & Bakker (2004) yang menjelaskan bahwa tuntutan pekerjaan memiliki aspek yaitu work overload (beban kerja yang berlebihan) dan emotional demands (tuntutan emosional). Jumlah aitem yang direncanakan dalam skala ini adalah 31 aitem. Skala ini menggunakan 5 pilihan jawaban respon, yaitu angka 5 menunjukkan pernyataan SS (Sangat Setuju), angka 4 menunjukkan pernyataan S (Setuju), angka 3 menunjukkan pernyataan R (Ragu-ragu), angka 2 menunjukkan pernyataan TS (Tidak Setuju), dan angka 1 menunjukkan pernyataan STS (Sangat Tidak Setuju). Pernyataan dalam skala ini hanya terdapat kelompok pernyataan favourable. C. Metode Analisis Data Dalam mengolah data, peneliti melakukan penghitungan statistika dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows. Teknik statistika yang digunakan adalah teknik Korelasi Product Moment. Dipilihnya Korelasi Product Moment karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati. 11

15 HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample Kolmogorov- Smirnov Test dari program SPSS for Windows menunjukkan nilai K-SZ sebesar 1,172 dengan nilai p = 0,128 (p>0,05) untuk kesejahteraan psikologis. Nilai K-SZ sebesar 0,879 dengan nilai p = 0,423 (p>0,05) untuk tuntutan pekerjaan. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan memiliki sebaran normal. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F Linearity = 0,124 dan p = 0,726. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel tuntutan pekerjaan dan variabel kesejahteraan psikologis tidak linear karena p>0,05. B. Uji Hipotesis Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis r = 0,011 dengan p = 0,453 (p>0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati sehingga hipotesis yang diajukan ditolak. 12

16 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati. Berdasarkan hasil korelasi Spearman dapat diketahui bahwa koefisien r = 0,011 dengan p = 0,453 (p>0,01). Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tuntutan pekerjaan maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis pada karyawati dan sebaliknya semakin rendah tuntutan pekerjaan maka semakin rendah kesejahteraan psikologis pada karyawati. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek tuntutan pekerjaan dengan aspek kesejahteraan psikologis. Penyebab tidak adanya hubungan yang signifikan antara aspek tuntutan pekerjaan dengan aspek kesejahteraan psikologis kemungkinan karena tuntutan pekerjaan pada subjek penelitian ini tidak terlalu berat. Ada beberapa penyebab hipotesis ditolak. Pertama, karena alat ukur yang digunakan peneliti merupakan alat ukur translasi dari sumber yang berbeda negara dengan peneliti. Sehingga mungkin terdapat perbedaan dalam hal budaya. Dalam sebuah penelitian, pernyataan yang diajukan peneliti haruslah bebas budaya sehingga tidak terjadi culture-bound. Dimana suatu pernyataan tersebut bisa saja bermakna bagi satu budaya namun tidak bagi budaya lain. Selain pernyataan yang culture-bound, peneliti harus memperhatikan penafsiran atas data yang didapat. Peneliti sering berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dengan para subjek yang dikaji. Yang terakhir adalah adanya response set yaitu, kecenderungan kultural untuk memberi respon dengan cara-cara tertentu terhadap 13

17 tes atau skala respon yang lebih merupakan cermin dari kecenderungan kultural dan bukan makna skala yang sebenarnya (Matsumoto, 2008). Walaupun hipotesis ada hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati dalam penelitian ini ditolak, tidak berarti faktor-faktor lain di luar tuntutan pekerjaan tidak mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Menurut Bakker dan Demerouti (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan yaitu, job demands, job control, dan job resources. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis menurut Salami (2010) adalah situasi keuangan, status sosial, kesehatan fisik, kualitas perkawinan, status pensiun, tantangan pekerjaan, dukungan sosial, dan kepuasa hidup. Kualitas perkawinan menjadi faktor lain dalam terbentuknya kesejahteraan psikologis. Menurut Clayton (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan diantaranya adalah kualitas komunikasi, pelaksanaan tugas, pendidikan, tahap perkembangan keluarga, dan keberadaan anak. Meskipun kualitas perkawinan tidak dapat diartikan hanya dengan melihat lama waktu perkawinan, setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa perkawinan yang dijalani dapat memberikan kenyamanan bagi hidup. Para karyawati yang memiliki lama waktu perkawinan hingga berpuluh-puluh tahun ternyata memilik skor kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan para karyawati yang baru saja menikah. Jumlah anak juga dapat memberikan sedikit gambaran terhadap kepuasan perkawinan seseorang. Walaupun tidak berarti keluarga yang tidak dikarunia anak 14

18 tidak mengalami kepuasan dalam perkawinan. Hanya saja dengan memiliki anak proses dalam keluarga tentunya akan lebih kompleks. Berdasarkan data penelitian, rata-rata karyawati memiliki anak 2-3 orang dan hanya ada dua karyawati yang memiliki anak 4 orang. Selebihnya para karyawati yang baru menikah memiliki 1orang anak atau belum memiliki anak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah lama waktu perkawinan sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikologis. Para karyawati yang memiliki lama waktu perkawinan hingga berpuluh-puluh tahun memiliki skor kesejahteraan psikologis lebih tinggi daripada para karyawati yang baru menikah. Para karyawati yang memiliki anak menunjukkan skor kesejahteraan psikologis yang baik. Oleh karena itu kualitas perkawinan juga merupakan salah satu faktor yang berperan positif dalam terbentuknya kesejahteraan psikologis pada karyawati. Lama waktu bekerja menjadi salah satu faktor pendukung terbentuknya kesejahteraan psikologis pada karyawan. Berdasarkan data penelitian ditemukan hasil bahwa karyawati yang telah lama bekerja tidak memiliki skor kesejahteraan psikologis yang baik. Ada 14 orang dari 39 orang karyawati dengan lama waktu bekerja antara tahun yang memiliki skor kesejahteraan psikologis yang tinggi. Selain itu karyawati hanya mampu mencapai skor rata-rata saja, walaupun begitu skor kesejahteraan psikologis para karyawati masih tergolong cukup baik. Dalam suatu pekerjaan biasanya tidak mungkin hanya ada satu faktor saja yang dapat mempengaruhi. Tempat kerja merupakan lingkungan yang kompleks untuk munculnya suatu masalah, misalnya masalah komunikasi interpersonal, dukungan sosial, rekan kerja, dan lingkungan kerja itu sendiri. Sehingga wajar 15

19 saja apabila karyawati yang sudah lama bekerja memiliki kesejahteraan psikologis yang konstan dan tidak bertambah lebih baik. Faktor pendukung terakhir yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah karakteristik demografis. Karakteristik demografis dalam penelitian ini adalah usia. Berdasarkan data penelitian diperoleh dua kelompok rentang usia, yaitu yang pertama rentang usia tahun dan yang kedua rentang usia tahun. Pada rentang usia yang pertama terdapat 14 orang yang memiliki skor kesejahteraan psikologis tinggi dan 15 orang yang memilki skor kesejahteraan psikologis rendah. Sedangkan rentang usia yang kedua terdapat 13 orang yang memiliki skor kesejahteran psikologis tinggi dan 9 orang yang memiliki skor kesejahteraan psikologis rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor usia karyawati dengan rentang usia tahun lebih memiliki skor kesejahteraan psikologis yang tinggi dibanding karyawati dengan rentang usia tahun. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 111 orang yang termasuk dalam kategori kesejahteraan psikologis tinggi. Ada 9 orang yang termasuk dalam kategori kesejahteraan psiokolgis sedang. Rata-rata skor tuntutan pekerjaan dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tuntutan pekerjaan subjek tidak terlalu berat. Berdasarkan penelitian ini terdapat 42 orang subjek menunjukkan kategori tinggi dalam skor tuntutan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua subjek mendapatkan tuntutan pekerjaan yang tinggi dari perusahaannya. Selaras dengan variabel tuntutan pekerjaan, kategorisasi variabel kesejahteraan psikologis tergolong tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa 16

20 sebagian subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Dalam hal ini subjek sudah memenuhi keseluruhan dari aspek kesejahteraan psikologis. Penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan. Diantaranya pertama, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua skala translasi meliputi skala kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan. Walaupun skala ini telah melalui proses review, tidak menutup kemungkinan bahwa skala translasi tersebut masih banyak kekurangan. Penyebaran skala yang tidak dilakukan sendiri oleh peneliti dapat mempengaruhi jawaban subjek. Kedua, terdapat kesalahan dalam menentukan aitem yang termasuk favourable dan unfavourable sehingga terdapat dua aitem yang gugur dikarenakan salah tabulasi. Ketiga, kemungkinan bisa saja terjadi karena subjek ingin memberikan kesan positif atau faking good tentang dirinya dan tidak menginginkan orang lain tahu mengenai masalah atau kekurangan yang ada dalam diri subjek. Keempat, kurangnya referensi yang digunakan oleh peneliti sehingga teori yang digunakan pada variabel kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan masih kurang relevan. 17

21 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara tuntutan pekerjan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa peran tuntutan pekerjaan tidak mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada karyawati. A. Saran 1. Bagi Subjek penelitian (karyawati) Disarankan kepada karyawati dapat mengatur tekanan kerja yang diberikan oleh perusahan, mengendalikan emosional, dan dapat mengatasi stres dan depresi, sehingga dapat mendukung perkembangan kesejahteraan psikologis dalam diri karyawati tersebut. 2. Bagi instansi yang bersangkutan Penelitian ini diharapkan mampu untuk lebih memberikan pemahaman adanya faktor-faktor yang dapat menaikkan maupun menurunkan kesejahteraan psikologis. Karena faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, maka penting bagi pihak manajemen untuk selalu meminimalisir faktor-faktor negatif yang menghambat perkembangan kesejahteraan psikologis karyawati. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, jika memakai alat ukur dari negara lain diharapkan dapat memperhatikan dalam menerjemahkan alat ukur dengan 18

22 benar. Diharapkan juga melakukan penelitian kesejahteraan psikologis dengan variabel lain. Dan mampu untuk lebih mengembangkan penelitian baik dari segi tema, metode, maupun alat ukur khususnya pada bidang industri. 19

23 DAFTAR PUSTAKA Achour, M., Boerhannoeddin, A.B., & Khan, A. (2011). Religiosity as a Moderator of Work-Family Demands and Employees Well-being, African Journal of Business Management, Vol 5, No 12. Achour, M., Nor. M. R. M., & Yusoff, M. Y. Z. M. (2015). Islamic Personal Religiosity as a Moderator of Job Strain and Employee s Well-Being: The Case of Malaysian Academic and Administrative Staff, Journal of Religion and Health, Vol DOI Amstad, F. T., Meire, L. L., Fasel, U., Elfering, A., & Semer, N. K. (2011). A Meta-Analysis of Work-Family Conflict and Various Outcomes With A Special Emphasis on Cross-Domain Versus Matching-Domain Relations. Journal of Occupational Health Psychology, 16, Anwarsyah, dkk. (2012). Hubungan antara Job Demands dengan Workplace Wellbeing pada Pekerja Shift, Jurnal Psikologi Pitutur, Vol. 1 No. 1. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2007). The Job Demands-Resources model: state of the art, Journal of Managerial Psychology, Vol. 22 No. 3. Bassi, M., Bacher, G., Negri, L., & Fave, A. D. (2003). The Contribution of Job Happiness and Job Meaning to the Well-Being of Workers from Thriving and Failing Companies. Applied Research Quality Life, 8: Chen, F. C., Ku, E. C. S., Shyr, Y.H., Chen, F. H., & Chou, S. S. (2009).Job Demand, Emotional Awarness, And Job Satisfaction in Internship: The Moderating Effect Of Social Support. Journal of Social Behavior And Personality Chida, Y., & Steptoe, A. (2008). Positive Psychological Well-Being and Mortality: A Quantitative Review and Motivation-After Downsizing. African Journal of Business Management, Vol. 4(5), pp Damerouti, E., Bakker, A. B., Nachreiner, F. & Schaufeli, W. B. (2001). The job demands resources model of burnout. Journal of Applied Psychology, 86, Danna, K., & Griffin, R. K. (1999). Health and Well-Being in the Workplace: A Review and Synthesis of the Literature. Journal of Management, vol

24 Diener, E. (2009). The Science of Well-Being. New York: Springer Envick, B. R. (2012). Investing in A Healthy Workforce: The Impact of Physical Wellnes on Psychological Well-Being and The Critical Implications for Worker Performance. Academy of Health Care Management Journal, Galginaitis, C.R. (1994). Managing the demands of work and home. Boston: Irwin. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelill, J. R. J. H. (2002). Organisasi. Edisi ke-8. Terjemahan Nunuk Adiarni. Jakarta: Binarupa Aksara Goldstein, E. D. (2007). Sacred Moments: Implications on Well-Being and Stress. Journalof Clinical Psychology, 63(10), Grebner, S., Semmer, N. K., & Elfering, A. (2005). Working Conditions and Three Types of Well-Being: A Longitudinal Study With Self-Report and Rating Data. Journal of Occupational Health Psychology, 10, Hairudinor. (2014). The Effect of Compensation on the Psychological Well-being, Work Engagement and Indidual Performance (Case Study on The Nurses of Private Hospital In South Borneo, indonesia), International Journal of Business and Management Invention, Vol. 3 No. 7. Hamid, H. (2005) Hubungan antara Androginitas dengan Konflik Peran Ganda pada Wanita. Jurnal Intelektual Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Keyes, L. M. (2002). Well-Being in The Workplace and Its Relationship to Business Outcomes: A review of The Gallup Studied Higashiguchi, K. K., Nakagawa, H., Morikawa, Y., Ishizaki, M.,Miura, K., Naruse,Y., & Kido, T. (2002). The Association Between Job Demand, Control, and Depression, in Workplaces in Japan. Journal of Occupational Health, 44, Horn, J. E. V., Taris, T. W., Schaufeli, W. B., & Schreurs, P. J. G. (2004). The Structure of Occupational Well-Being: A Study Among Dutch Teacher. Journal of Occupational and Organizational Psychology, Huang, Y. H., Du, P. L., Chen, C. H., Yang, C. A., & Huang, I. C. (2010). Mediating Effect Of Emotional Exhaustion On The RelationshipBetween Job Demand-Control Model And Mental Health. Journal of Stress And Health 21

25 Huppert, F. A. (2009). Psychological Well-Being: Evidence Regarding Its Causes and Cousequences. Journal of Health and Well-Being Junita, A. (2011). Konflik Peran Sebagai Salah Satu Pemicu Stres Kerja Wanita Karir. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 3 (2), Karyono, Dewi, K. S., & Lela, T. A. (2008). Penanganan Stres dan Kesejahteraan Psikologis Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Radioterapi di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Media Medika Indonesia, 43 (2), Keyes, C. L.M., Hysom, S. J., & Lupo, K. L. (2000).The Positive Organization: Leadership Legitimacy, Employee Well-Being, and The Bottom Line. The Psychologist-Manager Journal, 4, Kristensen, T. S. (2001). A New Tool for Assessing Psychosocial Work Environment Factors: The Copenhagen Leka, S., Griffiths, A., & Cox, T. (2003). Work Organization & Stress: Systematic Problem Approaches for Employers, Managers and Trade Union Representatives Life, C. (2013). Tingkat Stress Karyawan Meningkat diunduh dari pada tanggal 24 April Love, P.E.D, dkk. (2007). Influence of Job Demands, Job Control and Social Support on Information Systems Professionals Psychological Well- Being. International Journal of Manpower, Vol. 28 No. 6. Matsumoto, D. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nawawi, H. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Papalia, D. G., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development: Perkembangan Manusia (Edisi 10, Buku 2). Jakarta: Salemba Humanika Rivai, V. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Robbins, S. P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Index Kelompok Gramedia. 22

26 Russell, J. E. A. (2008). Promoting Subjective Well-Being at Work. Journal of Career Assessment, 16, 1, Ryff, C. D., & Keyes,C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, Ryff, C. D., & Singer, B. (2002). From Social Structure to Biology: Integrative Science in Pursuit of Human Health and Well-Being. C. R. Synder dan S. J. Lopez (Eds), Handbook of Positive Psychology (pp ). Oxford: Oxford University Press Salami, S. O. (2010). Emotional Intelligence, Self-Efficacy,Psychological Well- Being and Students Attitudes: Implications for Quality Education. European Journal of Educational Studies, 2, Schaufeli, W. B., & Bakker, A. B. (2004). Job Demands, Job Resources, and Their Relationship with Burnout and Engagement: a Multi-Sample Study, Journal of Organizational Behavior, 248 (25) Siregar, M. (2007). Keterlibatan Ibu Bekerja dalam Perkembangan Pendidikan Anak. Jurnal Harmoni Sosial. 2 (1) Wood, S., Stride, C., Threapleton, K., Wearn, E., Nolan, F., Osborn, D., Paul, M., & Johnson, S. (2011). Demands, Control, Supportive Relationship and Well- Being amongst British Mental Health Worker. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol, Vol. 46, Wright, T. A., Cropanzano, R., & Bonett, D. G. (2007). The Moderating Role of Employee Positive Well Being on The Relation between Job Satisfaction and Job Performance. Journal of Occupational Health Psychology, 12, Yperen, N. W. V., & Hagedoorn, M. (2003). Do High Job Demands Ingrease Intrinsic Motivation or Fatigue or Both? The Role of Job Control and Job Social Support. Academy of Management Journal, Vol. 48, No. 3 (2012). Karyawan Indonesia resah dan mempertimbangkan perubahan pekerjaan menurut survey tahunan dari Kelly Services diunduh dari Releases/KGWI-Karyawan-Indonesia/#.VqCE40DxiVw pada tanggal 21 Januari

27 IDENTITAS PENULIS Nama Alamat Rumah : Frisca C. Pratista : Perumahan Margorejo Asri Blok H-14, Tempel, Sleman, Yogyakarta Alamat Kampus : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya No. Hp : Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia Jalan Kaliurang Km. 14,5 Sleman, Yogyakarta friscapratista@gmail.com 24

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun terakhir mendapat perhatian yang cukup besar. Menurut Russel (2008) kesejahteraan psikologis

Lebih terperinci

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang yang memiliki semangat kerja, dedikasi, disiplin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis 2. Variabel Independen : Tuntutan Pekerjaan B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover

BAB I PENDAHULUAN. organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan psikologis karyawan merupakan hal yang penting bagi organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover karyawan (Page & Vella-Brodick,

Lebih terperinci

BAB 5 SARAN DAN KESIMPULAN

BAB 5 SARAN DAN KESIMPULAN BAB 5 SARAN DAN KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Antara Job Demands Dengan Workplace Well-Being Pada Kantor Cabang Perusahaan X, dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit, tetapi dapat berfungsi secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit, tetapi dapat berfungsi secara optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan psikologis adalah suatu kajian ilmu psikologi positif mengenai individu yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit, tetapi dapat berfungsi secara optimal

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI

EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI Ayu Rahmawati Permatasari, Jati Ariati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 sariarp93@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being

Lebih terperinci

Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung

Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung Aden Rahmat Afrianto, Binsar Siregar, Insan Firdaus Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Nasution dan Usman (2007, h.2) mengatakan penelitian adalah sebuah proses untuk mendapatkan solusi dari permasalahan setelah melakukan studi dan analisis

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. TSUKASA MANUFACTURING OF INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. TSUKASA MANUFACTURING OF INDONESIA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. TSUKASA MANUFACTURING OF INDONESIA SKRIPSI Oleh: Muhammad Ragin Daskaputra 201210515030 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELI SASARI F. 100 080 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X. Wahyudhi Sutrisno ABSTRACT

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X. Wahyudhi Sutrisno ABSTRACT PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X Wahyudhi Sutrisno Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Azwar (2011) pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan MEDIAPSI 2016, Vol. 2, No. 2, 38-45 Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan Ferry Iswanto, Ike Agustina ferry.iswanto44@gmail.com Program Studi Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian non-eksperimental tidak ada treatment/ perlakuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PETUGAS PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PETUGAS PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PETUGAS PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG Nuari Rahmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan tuntutan hidup bagi seseorang. Harter, Schmidt dan Keyes (2003) mengatakan bahwa pekerjaan merupakan bagian yang signifikan dalam hidup individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pegawai negeri sipil merupakan salah satu organ penting bagi eksistensi suatu negara, keberadaan pegawai negeri sipil selain sebagai dari eksekutif juga

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT Lilik Aslichati, Universitas Terbuka (lilika@ut.ac.id) Abstrak Penelitian penelitan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini, 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Fenomena long distance relationship (LDRs) mengalami peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini, dimana teknologi komunikasi semakin canggih, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat pada saat ini, menyebabkan begitu banyak permasalahan yang harus dihadapi perusahaan. Salah satu permasalahan yang kebanyakan

Lebih terperinci

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

mengekspresikan dukungan emosional kepada karyawan bersangkutan. Ketika karyawan bersikap lebih tertutup maka karyawan lain pun juga lebih sulit

mengekspresikan dukungan emosional kepada karyawan bersangkutan. Ketika karyawan bersikap lebih tertutup maka karyawan lain pun juga lebih sulit BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan kategori penilaian subjek terhadap dukungan emosional, proporsi subjek yang menyatakan dukungan emosional terhadap karyawan di PT. SLS adalah tinggi sebesar 60%.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Job demands Dengan Workplace Well-being Pada Pekerja Shift

Hubungan Antara Job demands Dengan Workplace Well-being Pada Pekerja Shift Hubungan Antara Job demands Dengan Workplace Well-being Pada Pekerja Shift Wanda Irawan Anwarsyah Alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Alice Salendu Tulus Budi Sulistyo Radikun Staf Pengajar

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bangun, Wilson, (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Bangun, Wilson, (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga, Bandung. 70 DAFTAR PUSTAKA Amstad, F. T., Meier, L, L, Fasel, U., Elfering, A., & Semmer, N. K, (2011). A meta-analysis of work-family conflict and various outcomes with a special emphasis on cross-domain versus

Lebih terperinci

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X Arlinda Ashar 11511192 3PA09 Pembimbing : Marchantia Andranita, Mpsi

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA DI PT. PERTIWI AGUNG

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA DI PT. PERTIWI AGUNG HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA DI PT. PERTIWI AGUNG SKRIPSI Oleh: DHEVY NOVERIA ADESTA 201210515024 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bonyta Ermintika Rizkiani, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal). 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia yang penuh dinamika dan mengalami perubahan secara terus menerus dari waktu ke waktu, begitu pula dengan kehidupan personal orang-orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA KARYAWAN Oleh: Intan Novitasari Yulianti Dwi Astuti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA

PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA GRINNA TRI HANDAYANI IWAN NURSALAM ABSTRAK Salah satu faktor yang menentukan hasil penjualan adalah kinerja karyawan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan 31 Desember 2015 merupakan bentuk integrasi ekonomi regional. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada yang pernah terjadi sebelumnya, perusahaan dalam sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. daripada yang pernah terjadi sebelumnya, perusahaan dalam sektor publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, perusahaan perlu memaksimalkan penggunaan ketrampilan potensial karyawan mereka agar perusahaan berkembang dan bersaing. Lebih daripada yang pernah terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA KARYAWATI YANG BEKERJA DI BANK KALTIM KOTA SAMARINDA.

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA KARYAWATI YANG BEKERJA DI BANK KALTIM KOTA SAMARINDA. HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA KARYAWATI YANG BEKERJA DI BANK KALTIM KOTA SAMARINDA Nur Kumala Sari Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LOKUS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA GURU SMA NEGERI DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN ANTARA LOKUS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA GURU SMA NEGERI DI KOTA BOGOR HUBUNGAN ANTARA LOKUS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA GURU SMA NEGERI DI KOTA BOGOR Cindy Puspita Sari, Anita Listiara FakultasPsikologi, UniversitasDiponegoro, Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia merupakan aset yang penting dan perlu dikelola secara profesional karena setiap organisasi mengharapkan sumber daya manusia yang kompeten, loyal, dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan selain faktor lain seperti modal. Perusahaan perlu menaruh perhatian lebih agar karyawan dapat merasa

Lebih terperinci

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU BEKERJA SEBAGAI PEGAWAI BANK

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU BEKERJA SEBAGAI PEGAWAI BANK HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU BEKERJA SEBAGAI PEGAWAI BANK Dhinar Pratiwi W. Dhinar_imut@yahoo.com Faizah Ari Pratiwi Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY

HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY DENGAN COMPUTER STRESS Oleh: Muhammad Rumi Adiyan 97 320 016 4 5 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 6 HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. sekolah negeri milik pemerintah setingkat menengah atas dengan visi

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. sekolah negeri milik pemerintah setingkat menengah atas dengan visi 33 BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sedayu. Sekolah ini terletak di Argomulyo Sedayu Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: motivasi kerja, kepemimpinan, budaya organisasi, kepuasan kerja. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci: motivasi kerja, kepemimpinan, budaya organisasi, kepuasan kerja. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan, dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan di HARRIS Hotel & Conventions Ciumbuleuit Bandung. Data penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH DIMENSI-DIMENSI JOB DEMANDS DAN DIMENSI-DIMENSI JOB RESOURCES TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT DI LONSUM KANTOR CABANG MEDAN

PENGARUH DIMENSI-DIMENSI JOB DEMANDS DAN DIMENSI-DIMENSI JOB RESOURCES TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT DI LONSUM KANTOR CABANG MEDAN PENGARUH DIMENSI-DIMENSI JOB DEMANDS DAN DIMENSI-DIMENSI JOB RESOURCES TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT DI LONSUM KANTOR CABANG MEDAN (The Effect of Job Demands Dimensions and Job Resources Dimensions on Employee

Lebih terperinci

PENGARUH ORGANIZATIONAL TRUST DAN JOB SATISFACTION TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. BANGUN WISMA SEJAHTERA

PENGARUH ORGANIZATIONAL TRUST DAN JOB SATISFACTION TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. BANGUN WISMA SEJAHTERA PENGARUH ORGANIZATIONAL TRUST DAN JOB SATISFACTION TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. BANGUN WISMA SEJAHTERA Sylvia Lienardo dan Roy Setiawan Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA Ade Tri Wijayanti, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. NADHIRA DANESSA M. ABSTRAK Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang. karyawan tidak hanya dengan cara menambah kompetensi para

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang. karyawan tidak hanya dengan cara menambah kompetensi para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia menjadi hal yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang berjudul Pengelolaan Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Resource Management (HRM) memainkan peran yang penting untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng, Chang, & Yeh, 2004; Zulkarnain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang melakukan transformasi dan reformasi pelayanan kesehatan primer serta penguatan sistem kesehatan melalui sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

KEMALASAN SOSIAL, PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA

KEMALASAN SOSIAL, PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA JURNAL PSIKOLOGI JAMBI ISSN : 2528-2735 VOLUME 1, NO 1, JULI 2016: 10-18 KEMALASAN SOSIAL, PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA SOCIAL LOAFING, PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 ini, akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, saran-saran juga akan dikemukakan untuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu 56 BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI 4.1 Gambaran Responden Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu yang bekerja full time yang berdomisili di wilayah Jakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG Risma Widyakusumastuti, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

Peran Personal Meaning pada Perubahan Organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen

Peran Personal Meaning pada Perubahan Organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen Peran Personal Meaning pada Perubahan Organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen Hilda Ari Andani Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Abstract. This study aims to determine

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain dalam dan luar lingkungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis dan sebagai syarat agar dpat melakukan teknik korelasi Product Moment. Uji asumsi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dinamika kerja saat ini menimbulkan tantangan baru bagi mental pekerja, salah satunya adalah ancaman stres. Diuraikan dalam Harvey et al. (2012), dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini berada pada pasar berkembang Asia. Hal ini dapat dilihat dengan masuknya pasar AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja, yang mana aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA DIDIK PRASETYO UTOMO Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 75234. Indonesia E-mail : didik_utomo12@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DENGAN WORK-FAMILY CONFLICT PADA KARYAWATI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DIY

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DENGAN WORK-FAMILY CONFLICT PADA KARYAWATI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DIY HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DENGAN WORK-FAMILY CONFLICT PADA KARYAWATI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DIY Anindita Fitria Listyanti, Kartika Sari Dewi* Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA Flora Grace Putrianti Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ABSTRACT

Lebih terperinci