BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Sejarah Unit Induk PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Sejak tahun 1942, di Indonesia dikenal suatu badan yang menyediakan pasokan tenaga listrik milik pemerintah, daerah otonom atau patungan antara pemerintah dan swasta. Di Jawa Barat khususnya kota Bandung, terdapat perusahaan yang mengelola penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yaitu Bandoengsche Electriciteit Maatschappij (BEM), kemudian berdiri pula perusahaan perseroan Gemeenschappeljk Electricitet Bedrijf Voor Bandoeng (GEBEO) yang menggantikan BEM dengan akte pendirian notaries Mr. Adrian Hendrik Van Ophuisen, NO. 213 tanggal 31 Desember Selanjutnya pada masa pendudukan Jepang ( ), pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Djigyo Sha Bandoeng Shisa dengan wilayah kerja seluruh pulau jawa. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1957 merupakan titik tolak dan awal dari seluruh pengelolaan dan penguasaan pelistrikan di seluruh Indonesia yang dikuasai oleh pemerintahan Republik Indonesia, karena pada tahun tersebut mulai dilaksanakan nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia. Maka pada tanggal 27 Desember 1957, GEBEO diambil alih oleh pemerintah yang ditetapkan melalui Perarturan Pemerintah No. 86 tahun 1959 tentang penentuan perusahaan listrik dan gas milik Belanda yang pada tahun 1961 berdasar pada Peraturan 49

2 50 Pemerintah NO.67 tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listik Negara (BPU-PLN) sebagai wadah kesatuan pimpinan PLN. Kemudian istilah PLN Bandung diganti dengan nama PLN Eksploitasi XI sebagai kesatuan BPU-PLN di daerah Jawa Barat kecuali daerah DKI Jakarta Raya dan Tanggerang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Listrik Negara, menyebutkan bahwa PLN jadi Perusahaan umum milik Negara. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL NO.013/PRT/1957 tanggal 8 September 1957 tentang organisasi dan tata kerja Perusahaan Umum Listik Negara, maka PLN mengadakan reorganisasi menyangkut nama, tugas dan wilayah kerja di daerah, sehingga Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi XI berubah nama menjadi Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jawa Barat dalam hal ini termasuk daerah operasi Banten. Dengan adanya Peraturan Pemerintah NO.23 tahun 1994 pada tanggal 16 juni 1994 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum) menjadi perseroan (Persero), maka bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat menjadi perusahaan perseroan dengan nama PT. PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, yang dimulai sejak 30 Juli 1994 sesuai dengan akte pendirian. Sejalan dengan kebijakan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan dan dalam rangka optimasi Corporate Gain serta penyusunan organisasi berdasarkan Value Chain, sehingga tugas pokok dan susunan organisasi seperti yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direksi Perusahaan No.28.K/010/DIR/2001 tanggal 20 Februari 2001, PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat diubah menjadi PT.PLN Unit Bisnis Distribusi Jawa Barat. Kemudian melalui Surat Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) No.120.K/010/DIR/ 2002 tanggal 27 Agustus 2002, PT.PLN (Persero) Unit Bisnis Jawa Barat berubah menjadi PT.PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten hingga saat ini.

3 51 Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten berlokasi di gedung Bale Sumur Bandung, Jalan Asia Afrika No.62 Bandung, Jawa Barat. (Sejarah PLN DJBB, Lingkup Bidang Usaha Lingkup bidang usaha Unit Induk PT.PLN (Persero) berdasarkan keputusan Direksi PLN No.062.K/010/DIR/2003 tanggal 4 maret 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja PT.PLN (Persero) terdiri atas dua unit bisnis, yaitu: 1. Unit Bisnis Penyediaan Tenaga Listrik Unit bisnis ini meliputi bidang usaha pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, pengelolaan kompetensi pembangkit, pengolaan sistem tenaga listrik, pengelolaan pasar tenaga listrik, distribusi listrik, penjualan tenaga listrik, agen penjualan tenaga listrik, penyediaan tenaga listrik terintegrasi, penyediaan tenaga listrik yang merupakan kombinasi dari bidang usaha inti. 2. Usaha Bisnis penunjang Unit bisnis penunjang meliputi bidang usaha seperti konsultasi, pembangunan dan pemasangan instalasi, penjualan instalasi, pegoperasian instalasi, pemeliharaan instalasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, peralatan tenaga listrik, pemanfaatan tenaga listrik, badan dan industri lainnya, proyek induk Proses Bisnis Utama PT.PLN merupakan BUMN yang berbentuk perseroaan dan bergerak di bidang ketenagalistrikan. Dengan bentuk perseroaan ini dimaksudkan agar PT.PLN dapat menyediakan jasa yang bermutu tinggi, mempunyai daya saing kuat dan bisa memberikan keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

4 52 Bisnis utama dari PT.PLN (Persero) ini berupa usaha penyediaan tenaga listrik dimana kegiatan ini meliputi; kegiatan pembangkitan, penyaluran dan distribusi serta melakukan perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik serta pengembangan penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasokan listrik kepada konsumen, baik itu masyarakat umum, indutriawan dan pebisnis dalam wilayah pemasaran Jawa Barat dan Banten, ditangani oleh unit distribusi PT.PLN DJBB. Sumber pasokan tenaga listrik berasal dari sistem kelistrikan Jawa-Madura dan Bali (JAMALI) dan produksi sendiri oleh PLTD Pulo Panjang yang berada di Selat Sunda (wilayah cabang banteng) dan PLTA Cijedil-Cianjur. Menurut pasal 8 PP No.3 tahun 2005 Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik antara Lain, terdiri atas: 1. Pembangkit tenaga Listrik 2. Transmisi tenaga Listrik 3. Distribusi tenaga Listrik 4. Penjualan tenaga Listrik 5. Pengelola Sistem Tenaga Listrik Visi, Misi, Nilai, Motto Visi Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpecaya dengan bertumpu pada potensi insani Misi 1. Melakukan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

5 53 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan Nilai Nilai-nilai PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang harus dijunjung dalam setiap kegiatan adalah: 1. Saling percaya 2. Integritas 3. Peduli 4. Pembelajaran Motto PT.PLN (Persero) mempunyai motto: Electricity for better life atau Listrik untuk kehidupan yang lebih baik Struktur Organisasi Struktur organisasi PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten disusun dengan tujuan agar organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik, efektif, dan efesien sehinggga perusahaan akan terus beroperasi dengan kinerja yang baik dan dapat melakukan pengawasan yang terpadu pada para pegawainya. Untuk mencapai hal itu maka struktur organisasi di Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten telah berulangkali mengalami reorganisasi. Struktur organiasi di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten terdiri atas beberapa jenjang yaitu:

6 54 Kantor Distribusi Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Unit Pelayanan (AP) Area Pengaturan Distribusi (APD) Unit Jaringan (UJ) Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Unit Distribusi Jawa Barat dan Banten Struktur organisasi pada Unit Induk sesuai dengan Keputusan General Manager PT.PLN (Persero) DJBB No.101.K/021/GM.DJBB/2004 tanggal 24 November 2006 adalah sebagai berikut: Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2006 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Induk PT. PLN (Persero) DJBB

7 55 Jumlah dan komposisi sumber daya manusia yang terdapat di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 4.1 Komposisi Pegawai PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Berdasarkan Fungsi (Januari 2007) No Unit Fungsi lain Fungsi Ahli Struktural Jumlah 1 APD Bandung APJ Bandung APJ Banten APJ Bekasi APJ Bogor APJ Cianjur APJ Cimahi APJ Cirebon APJ Depok APJ Garut APJ Karawang APJ Majalaya APJ Purwakarta APJ Sukabumi APJ Sumedang APJ Tasikmalaya Kantor Distribusi Jumlah Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Dalam Operasionalnya, PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten didukung dengan sumber daya fisik yang beragam. Sumber daya terdiri sumber daya yang

8 56 dimiliki oleh PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten itu sendiri dan sumber daya yang berasal dari kerjasama dengan unit-unit yang terkait lainnya Tabel 4.2 Jumlah Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) dan Kantor Pelayanan (KP) APJ UP UJ UPJ KP Bandung Bekasi Banten Bogor Karawang Purwakarta Cimahi Cirebon Majalaya Sumedang Depok Tasikmalaya Sukabumi Cianjur Garut Jumlah Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun Uraikan Pekerjaan Berikut ini adalah uraian pekerjaan dari masing-masing bagian divisi dalam Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten:

9 57 1. General Manager - Bertanggung jawab mengelola usaha melalui optimalisasi sumber daya yang efesien, efektif dan sinergis untuk menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik. - peningkatan kualitas pelayanan. - peningkatan profitabilitas serta iklim kerja yang produktif. General manager membawahi : a. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha. Terdiri dari : Manajer Perencanaan dan Pengembangan usaha - Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan korporasi dan rencana kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP) Unit Bisnis Distribusi. - Pelaksanaan analisis dan evaluasi pencapaian kinerjanya. - Pengembangan penyediaan dana investasi dan operasi serta pengembangan usaha-usaha baru ataupun melakukan aliansi usaha, yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Menerima laporan dari : 1. Deputi Manajer Perencanaan perusahaan - Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan korporat dan RKAP dan Unit Bisnis Distribusi serta pelaksanaan analisa dan evaluasi terhadap pencapaian kinerjanya. 2. Deputi Manajer Pendanaan - Bertanggung jawab atas tersedianya sumber dana untuk mendukung rencana kegiatan investasi dan operasi. - Melakukan analisa justifikasi investasi serta menyiapkan penerbitan SKKI dan SKKO untuk penyusunan skala prioritasnya.

10 58 3. Pengembangan usaha kepakaran - Bertanggung jawab atas tersusunnya rencana pengembangan usaha /aliansi usaha sesuai kaidah bisnis yang sehat. b. Bidang Niaga. Terdiri dari : Manajer Niaga - Bertanggung jawab atas pencapaian penjualan tenaga listrik. - Pengembangan pemasaran dengan melakukan riset pasar/invasi di dalam mengembangkan penjualan tenaga listrik dengan harga yang kompetitif yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan serta transaksi pembelian tenaga listrik yang menguntungkan bagi unit bisnis. Menerima laporan dari : 1. Deputi Manajer Administrasi niaga - Bertanggung jawab atas pencapaian kinerja niaga (rasio operasi, umur piutang, pendapatan, penjualan dan susut tenaga listrik). - Pengaturan transaksi niaga & kontrak bisnis yang dilaksanakan di UPP, UPT/cabang, AREA yaitu transaksi jual/beli/produksi. C. Bidang Keuangan. Terdiri dari : Manajer Keuangan - Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendanaan dan pengelolaan arus kas secara akurat. - Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sistem manajemen keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik. - Serta menjamin akurasi dan ketetapan waktu penyajian akutansi dan pelaporan keuangan. Menerima laporan dari :

11 59 1 Deputi manajer pengelolaan keuangan - Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan dana arus kas secara akurat. - Melaksanakan pengembangan sistem manajemen keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yag sehat. - Melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan yang menguntungkan dan menyiapkan data untuk laporan keuangan. 2 Deputi manajer pengendalian anggaran - Bertanggung jawab pengendalian pelaksanaan RKAP dan monitoring penggunaan dana. 3 Keuangan (kepakaran) - Bertanggung jawab atas merencanakan pola pengelolaan dana yang menguntungkan serta melakukan analisa dan evaluasi keuangan. D. Bidang Distribusi. Terdiri dari : Manajer Distribusi - Menjamin kontiunitas pengusahaan tenaga listrik dengan efisiensi serta mutu dan keandalan yang baik dengan logistik bagi operasional pengusahaan tenaga listrik di unit pelaksana. Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer pengembangan sistem - Bertanggung jawab atas perencanaan sistem distribusi yang andal dan kebutuhan gardu induk untuk memenuhi kebutuhan beban, serta upaya penurunan susut distribusi.

12 60 2. Deputi manajer pengedalian Distribusi - Bertanggung jawab atas perencanaan sistem pengoperasian jaringan distribusi berdasarkan standar pelaksanaan kegiatan operasi yang aman, andal dan efesien. 3. Metering & Proteksi - Bertanggung jawab atas prosedur dan mekanisme, koordinasi sistem proteksi dan metering serta menyiapkan spesifikasi teknik peralatan metering. E. Bidang SDM dan Organisasi. Terdiri dari : Manajer SDM dan Organsiasi - Bertanggung jawab atas tersedianya SDM yang berkualitas serta kompeten dalam bidang tugasnya melalui rekrutmen, penempatan, pembinaan,dan pengembangan SDM secara komprehenshif dan terencana serta pengembangan organisasi sesuai kebutuhan dan menjamin terselenggaranya analisis jabatan dan evaluasi jabatan, administrasi remunerasi dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer administrasi SDM - Bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan penghasilan dan emolumen, kesejahteraan dan kesehatan pegawai serta pensiunan, dan sistem pengelolaan data pegawai yang up to date dan penyajian informasi SDM yang akurat serta pembinaan k3. 2. Deputi Manajer pengembangan SDM - Bertanggung jawab atas terlaksananya pengembangan sumberdaya yang berkualitas dan kompeten melalui jenjang karir yang jelas.

13 61 3. Manajemen SDM (kepakaran) - Bertanggung jawab atas pengembangan sistem sumberdaya manusia. F. Bidang Umum. Terdiri dari : Manajer Umum - Bertanggung jawab atas kelancaran operasional bidang kesekretariatan, rumah tangga perkantoran, pelaksanaan law inforcement secara konsisten, pembentukan citra perusahaan melalui aktivitas ke PR an, pelaksanaan protokuler dan komunikasi dengan stake holder, pengelolaan sarana kerja dan mewakili perusahaan dalam proses hukum. Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer sekretarit dan umum - Bertanggung jawab atas kelancaran opersional bidang kesekretariatan rumah tangga perkantoran, serta pengelolaan fasilitas dan sarana kerja untuk kantor UBD. 2. Deputi manajer hukum - Bertanggung jawab atas tersedianya produk hukum untuk kepentingan perusahaan dalam kaitannya dengan pelanggan, mitra kerja, maupun pihak ketiga, serta mengelola produk hukum baik yang berupa ketentuan maupun yang berkaitan dengan asset tanah, dan mewakili perusahaan dalam menghadapi persoalan baik di persidangan maupun diluar persidangan. 3. Deputi manajer public relation - Bertanggung jawab atas terpeliharanya citra perusahaan dan terjalinnya hubungan baik antara perusahaan dengan publik eksternal dan internal perusahaan dan terselenggaranya mass education dan customer

14 62 education serta pembinaan dan koordinasi fungsi PR di unit pelaksana dan terlaksanya progran PUKK dengan baik. G. Bidang Teknologi informasi. Terdiri dari Manajer teknologi informasi - Bertanggung jawab atas pengembangan dan penerapan sistem teknologi informasi yang terintegrasi dan terpadu di UBD serta tersedianya data dan sistem, pelaporan untuk kepentingan internal dan eksternal. Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer operasi teknologi informasi - Bertanggung jawab atas pengoperasian aplikasi teknologi informasi yang optimal guna tersedianya data yang cepat, akurat dan terpecaya serta mengimplementasikan prosedur opersional yang efesien dan efektif di setiap lini. H. Bidang Audit kepala internal audit - Bertanggung jawab atas terselenggaranya pembinaan dan penilaian atas sistem pengendalian manajemen maupun operasional serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan. Menerima laporan dari : 1. Auditor tehnik - Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang tehnik dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas pencapaian target kinerja.

15 63 2. Auditor manajemen dan keuangan - Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang manajemen dan keuangan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas pencapaian target kinerja. 3. Auditor Khusus - Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit masalah yang bersifat khusus dan mutu layanan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas pencapaian target kinerja. 4. Auditor muda - Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang-bidang terhadap jalannya sistem dan prosedur dalam perusahaan sesuai ketentuan yang ditetapkan manajemen maupun sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku serta melakukan pembinaan. 4.2 Perspektif Keuangan Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan di Indonesia. Pengukuran kinerja yang dilakukan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten saat ini menggunakan atau berdasarkan laporan keuangan. Laporan keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distibusi Jawa Barat dan Banten terdiri dari data laporan laba-rugi dan data neraca tahunan yang digunakan untuk mengetahui profitabilitas yang di dapat oleh perusahaan.

16 Data Laba/Rugi Dari data pendapatan bersih tahun 2003 adalah sebesar Rp ke tahun 2004 adalah Rp menunjukan terjadi kenaikan pendapatan bersih Rp atau 24.35%. Sementara di tahun 2004 pendapatan bersih adalah Rp ke tahun 2005 adalah Rp menunjukan kenaikan pendapatan sebesar Rp atau 18,95%. Sedangkan di tahun 2005 pendapatan bersih adalah Rp ke tahun 2006 adalah Rp menunjukan kenaikan pandapatan sebesar Rp atau 37.26% Kenaikan pendapatan bersih yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan karena adanya tambahan pelanggan dengan daya tersambung atau kwh jual. Dilihat dari laporan laba/rugi Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada tahun 2003 adalah ( ) ke tahun 2004 adalah sebesar menunjukan bertambahnya keuntungan yang didapatkan Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar Rp atau %. Sementara di tahun 2004 laba/rugi bersih Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah Rp ke tahun 2005 adalah Rp menunjukan mengalami penurunan keuntungan yang didapatkan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar (Rp ) atau %. Sedangkan di tahun 2005 laba/rugi bersih Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah sebesar Rp ke tahun 2006 adalah sebesar Rp menunjukan bertambahnya keuntungan yang didapatkan Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar Rp atau 39.36%. Perubahan laba/rugi yang dialami Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten seperti kenaikan dari tahun 2003 ke tahun 2004 disebabkan oleh

17 65 pendapatan operasi tahun 2004 lebih besar daripada biaya operasi sehingga terjadi kenaikan laba/rugi bersih, penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2005 disebabkan oleh pendapatan operasi 2005 hampir sama dengan biaya operasi 2005 jadi terjadi penurunan laba/rugi operasi, dan kenaikan dari tahun 2005 ke tahun 2006 di sebabkan oleh selisih pendapatan operasi dan biaya operasi tahun 2006 lebih besar dari pada selisih pendapatan operasi dan biaya opeasi tahun Neraca 1. Aktiva Pada tahun 2003 total aktiva lancar pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar Rp ke tahun 2003 adalah Rp menunjukan kenaikan sebesar Rp atau 8,15%. Sementara di tahun 2004 total aktiva lancar pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah Rp ke tahun 2005 adalah Rp menunjukan penurunan sebesar (Rp ) atau %. Sedangkan di tahun 2005 total aktiva lancar pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah Rp ke tahun 2006 adalah menunjukan penurunan sebesar (Rp ) atau -6,5% Ketidakstabil-an aktiva lancar disebabkan oleh persedian pada kas dan bank pegalami ketidakstabilan juga. Total aktiva tetap Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten pada tahun 2003 adalah sebesar Rp ke tahun 2004 adalah sebesar Rp mengalami penurunan sebesar (Rp ) atau -1.19%. Sementara di tahun 2004 total aktiva tetap PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah Rp ke tahun 2005 adalah Rp menunjukan peningkatan sebesar Rp atau 6,26%. Sedangkan di tahun 2005 total aktiva

18 66 tetap PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah Rp ke tahun 2006 adalah Rp menunjukan peningkatan sebesar Rp atau 1%. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan jumlah pelanggan, sehingga perlu penambahan investasi. 2. Kewajiban Pada tahun 2003 total kewajiban lancar pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah Rp ke tahun 2004 adalah sebesar Rp menunjukkan peningkatan sebesar Rp atau 5,9%. Sementara di tahun 2004 adalah sebesar Rp ke tahun 2005 adalah sebesar Rp menunjukkan peningkatan sebesar Rp atau 20,4%. Sedangkan di tahun 2005 adalah sebesar Rp ke tahun 2006 adalah sebesar Rp menunjukkan peningkatan sebesar Rp atau 1,28%. Penigkatan tersebut disebabkan oleh tambahnya jumlah pelanggan yang mengakibatkan naiknya uang jaminan langganan. 3. Ekuitas Ekuitas pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten pada tahun 2003 adalah sebesar Rp ke tahun 2004 adalah sebesar Rp menunjukkan penurunan sebesar (Rp ) atau %. Sementara di tahun 2004 sebesar Rp ke tahun 2005 sebesar Rp menunjukkan penurunan sebesar (Rp ) atau %. Sedangkan di tahun 2005 sebesar Rp ke tahun 2006 sebesar Rp menunjukkan penurunan sebesar (Rp ) atau -0,02 %

19 67 Tabel 4.3 Perbandingan Data Keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten LAPORAN KEUANGAN PERIODE % 2005 % 2006 % Laporan Laba/Rugi Penjualan bersih Laba bersih Neraca Total Aktiva Lancar Total Aktiva Tetap Total KewajibanLancar Total Ekuitas PERBANDINGAN Berkurang / Bertambah Laporan Laba/Rugi Penjualan Bersih Laba bersih Neraca Total Aktiva Lancar Total Aktiva Tetap Total Kewajiban Lancar Total Ekuitas Sumber : Laporan Keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

20 Analisis Rasio keuangan Penilaian dalam analisis Rasio keuangan ini menggunakan analisis rasio dalam hal ini di bagi menjadi tiga, yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Masing-masing perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi hutang lancar. Tahun 2003 = Tahun 2004 = Tahun 2005 = Tahun 2006 = = 1,55 = 1,72 = 1,18 = 1,09 Rasio Lancar pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan seterusnya mengalami penurunan. Rasio lancar pada tahun 2003 sebesar 1,55 menunjukkan terjadinya kenaikan sebesar 0,14 ksehingga Rasio Lancar pada tahun 2004 menjadi sebesar 1,72. Sementara di tahun 2004 sebesar 1,72 menunjukkan terjadinya penurunan sebanyak 0,54 sehingga Rasio Lancar pada tahun 2005 menjadi sebesar 1,18. Sedangkan di tahun 2005 sebesar 1.18 menunjukkan

21 69 terjadinya penurunan sebesar 0,09 sehingga Rasio Lancar pada tahun 2004 menjadi sebesar 1,09. Dilihat dari rata-rata rasio per tahun berada di atas, menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sudah mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya. b. Quick Ratio = Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang lancarnya. Perhitungannya adalah pengurangan antara aktiva lancar terhadap persediaan kemudian dibagi dengan kewajiban lancar. Tahun 2003 = Tahun 2004 = = 1.53 = 1.68 Tahun 2005 = Tahun 2006 = = 1.17 = 1.07 Quick Ratio pada tahun 2003 sebesar Sedangkan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 0,15 menjadi Pada tahun 2005 Quick Ratio mengalami penurunan sebesar 0,51 menjadi sebesar Dan di tahun 2006 Quick Ratio mengalami penurunan 0,1 menjadi Quick Ratio terbesar terjadi di tahun 2004 yaitu

22 70 sebesar Hal ini menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sudah mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Likuiditas a. Rasio Hutang atas Modal = Total Hutang Modal Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang. Tahun 2003 = = 0.16 Tahun 2004 = Tahun 2005 = = 0.17 = 0.21 Tahun 2006 = = 0.22 Rasio hutang atas modal mengalami penurunan dan kenaikan dari tahun ke tahun. Seperti di tahun 2003 Rasio hutang atas modal sebesar 0.16 naik sebesar 0,01 sehingga pada tahun 2004 Rasio hutang atas modal menjadi sebesar 0,17. Sementara di tahun 2004 Rasio hutang atas modal sebesar 0,17 mengalami kenaikan sebanyak 0,04 sehingga Rasio hutang atas modal pada tahun 2005 menjadi sebesar 0,21. Sedangkan di tahun 2005 juga mengalami penurunan sebesar 0,01 sehingga Rasio hutang atas modal pada tahun 2006 menjadi sebesar 0,22. Hal ini menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN

23 71 (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sudah mampu menutupi hutang-hutangnya dari tahun ke tahun sehingga menjadi semakin baik. b. Rasio Hutang atas Aktiva = Total Hutang Total Aktiva Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat tertutupi oleh aktiva Tahun 2003 = Tahun 2004 = Tahun 2005 = Tahun 2006 = = 0.12 = 0.13 = 0.14 = 0.15 Rasio Hutang Atas Aktiva mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Seperti di tahun 2003 Rasio Hutang Atas Aktiva sebesar 0,12 naik sebesar 0,01 sehingga Rasio Hutang Atas Aktiva pada tahun 2004 menjadi sebesar 0,13. Sementara di tahun 2004 Rasio Hutang Atas Aktiva sebesar 0,13 naik sebesar 0,01 sehingga Rasio Hutang Atas Aktiva pada tahun 2005 menjadi sebesar 0,14. Sedangkan di tahun 2005 Rasio Hutang Atas Aktiva sebesar 0,14 naik sebesar 0,01 sehingga Rasio Hutang Atas Aktiva pada tahun 2006 menjadi sebesar 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa, dari tahun ke tahun Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten semakin baik dalam menutupi hutang-hutangnya.

24 72 3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas a. Profit Margin = Laba bersih setelah pajak Penjualan Bersih Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase penjualan bersih yang didapat. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam menempatkan laba cukup tinggi. Tahun 2003 = Tahun 2004 = Tahun 2005 = Tahun 2006 = = = 0.10 = = Profit Margin pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada tahun 2003 sebesar -0,07 mengalami kenaikan sebanyak 0,17 sehingga Profit Margin pada tahun 2004 menjadi sebesar Sementara di tahun 2004 Profit Margin sebesar 0.10 mengalami penurunan sebesar sehingga Profit Margin pada tahun 2005 menjadi sebesar Sedangkan di tahun 2005 Profit Margin sebesar stabil sehingga Profit Margin pada tahun 2006 tetap Hal ini menunjukkan bahwa penjualan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dalam belum mampu meningkatkan laba bersih perusahaan.

25 73 b. Gross Margin Ratio = L a b a K o t o r Penjualan Bersih Tahun 2003 = Tahun 2004 = Tahun 2005 = Tahun 2006 = = = 0.10 = = Gross Margin Ratio pada tahun 2003, sebesar mengalami kenaikan sebanyak 0,18 sehingga Gross Margin Ratio pada tahun 2004 menjadi sebesar Sementara di tahun 2004, Gross Margin Ratio sebesar 0.10 mengalami penurunan sebanyak 0,084 sehingga Gross Margin Ratio pada tahun 2005 menjadi sebesar Sedangkan pada tahun 2005, sebesar mengalami penurunan sebanyak 0,003 sehingga Gross Margin Ratio pada tahun 2006 menjadi Hal ini menunjukkan bahwa penjualan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dalam belum mampu meningkatkan laba kotor perusahaan. c. Return on Investment (ROI) = Laba Bersih Sebelum Pajak Total Aktiva

26 74 Perhitungan ROI didasarkan pada laba Bersih Sebelum Pajak dibagi dengan Total Aktiva, dengan perhitungan sebagai berikut : Tahun 2003 = Tahun 2004 = Tahun 2005 = Tahun 2006 = = = 0.21 = 0.04 = 0.05 ROI Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahunnya. ROI pada tahun 2003 sebesar mengalami kenaikan sebesar 0,35 sehingga ROI pada tahun 2004 sebesar 0,21. Sementara di tahun 2004, ROI sebesar 0.21 mengalami penurunan 0,17 sehingga pada tahun 2005 ROI menjadi sebesar Sedangkan pada tahun 2005, sebesar 0.04 mengalami kenaikan sebanyak 0,01 sehingga ROI pada tahun 2006 menjadi Hal ini menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten setiap tahun dapat meningkatkan ROI.

27 75 Tabel 4.4 Analisis Rasio Keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan BantenTahun RASIO PERIODE Rasio Likuiditas Current Ratio Quick Ratio Rasio Solvabilitas Rasio Hutang atas Modal Rasio Hutang thp aktiva Rasio Rentabilitas Profit Margin Gross Margin Ratio Return On Assestment (ROI) Sumber : Hasil Analisis Penulis 4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Yang menjadi ukuran-ukuran dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini dalam mencapai keberhasilan di dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah kuesioner karyawan dan juga perhitungan pendapatan laba masing-masing karyawan setiap tahunnya. Jumlah ukuran sample yang di ambil adalah seluruh pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten berjumlah 400. Kuesioner disebarkan di loket-loket pembayaran, antara lain yang bertempat di daerah : 1. Bandung

28 76 2. Depok 3. Tanggerang Kategori yang diambil berdasarkan kelompok usia. Dapat dilihat dari data yang diperoleh yaitu sample berusia 10 tahun- 50 tahun keatas : 1. Usia tahun sebanyak Usia tahun sebanyak Usia tahun Usia tahun Diatas 50 tahun 20 Tolak ukur yang dipakai dalam menentukan kepuasan karyawan dijadikan pertanyaan dalam kuesioner ini yaitu : 1. Kepuasan terhadap gaji dan tunjangan yang ditetapkan oleh perusahaan, 2. Kepuasan terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan 3. Kepuasan terhadap hubungan kerja sama antara sesama karyawan di perusahaan 4. Kepuasan terhadap pelatihan yang diberikan di dalam perusahaan 5. Kepuasan terhadap jabatan yang di tempati sekarang ini 6. Kepuasan terhadap ketepatan informasi yang di dapat selama bekerja 7. Kepuasan terhadap penghargaan prestasi kerja yang ada di perusahaan 8. Kepuasan terhadap kenyamanan / suasana kerja di perusahaan 9. Kepuasan terhadap pembagian tugas yang ada di dalam perusahaan

29 77 Tabel 4.5 Tingkat kepuasan karyawan terhadap gaji dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 726/200=3.63 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 0%; 14 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 7%; 72 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 36%; 88 yang memberikan nilai 4 (puas) sehingga persentasenya 44% ;26 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 13%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.63.

30 78 Tabel 4.6 Tingkat kepuasan karyawan terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 740/200=3.7 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%; 0 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 0%; 86 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 43%; 88 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 44%; 26 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 13%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.7

31 79 Tabel 4.7 Tingkat kepuasan karyawan terhadap hubungan kerjasama antara sesama karyawan di dalam perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 688/200=3.44 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%;12 yang memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 6%;96 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 48%;84 memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 42%;8 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 16%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,44.

32 80 Tabel 4.8 Tingkat kepuasan karyawan terhadap pelatihan yang diberikan di dalam perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 620/200=3.1 Sumber : hasil Kuesioner Karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 0%; 44 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 22%; 92 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 46%;64 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 32%; 0 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 0%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,1.

33 81 Tabel 4.9 Tingkat kepuasan karyawan terhadap jabatan yang ditempati di dalam perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 668/200=3.34 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil Label menunjukkan bahwa 0 yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 0%; 32 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 16%; 86 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 43%; 64 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 32%; 18 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,34.

34 82 Tabel 4.10 Tingkat kepuasan karyawan terhadap ketepatan informasi yang di dapat dalam perusahaan Responden Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Tidak Puas % Sangat Tidak Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 686 / 200 = 3.43 Sumber : hasil Kuesioner karywan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 yang memberikan nilai 1 (sangat tidak puas) sebanyak 0%; 20 memberikan nilai 2 (tidak puas) sebanyak 10%; 104 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 52%; 66 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 33%; 10 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 5%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,43.

35 83 Tabel 4.11 Tingkat kepuasan karyawan terhadap penghargaan atas prestasi kerja yang ada dalam perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Tidak Puas % Sangat Tidak Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 696/200=3,48 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 yang memberikan nilai 1 (sangat tidak puas) sebanyak 0%; 16 memberikan nilai 2 (tidak puas) sebanyak 8%; 90 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 45%; 76 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 38%; 18 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,48.

36 84 Tabel 4.12 Tingkat kepuasan karyawan terhadap kenyamanan / suasana kerja di perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 716 / 200 = 3.58 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%; 8 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 4%; 80 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 40%; 100 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 50%; 12 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 6%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,58.

37 85 Tabel 4.13 Tingkat kepuasan karyawan terhadap pembagian tugas yang ada di perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 682/200=3,41 Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%; 26 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 13%; 80 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 40%; 80 yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 40%; 14 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 7%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,41.

38 86 Berdasarkan hasil kuesioner yang ada, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai rata-rata yang dihasilkan karyawan adalah ; 3,63 + 3,7 + 3,44 + 3,1 + 3,34 + 3,43 + 3, ,41 = 31,11 = Yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan karyawan adalah 69% yang artinya karyawan cukup puas terhadap apa yang selama ini sudah diberikan oleh Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. a. Kemampuan Teknis dan Manajerial Karyawan Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan setiap karyawan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan dilihat dari jumlah laba bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh karyawan dan di lihat dari persentase kenaikan laba karyawan. Tabel 4.14 Rasio jumlah laba dengan jumlah karyawan tahun 2003, 2004, 2005, 2006 Tahun Laba (Rugi) Bersih (Rp) Jumlah Karyawan (orang) Jumlah Laba Per Karyawan (Rp) , , , ,158 Sumber : Laporan Keuangan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah laba yang didapat tiap karyawan pada tahun 2003 adalah sebesar Rp ,409 ketahun 2004 adalah sebesar Rp ,519 menunjukkan peningkatan laba sebesar Rp.

39 ,928 atau %. Sementara pada tahun 2004 Rp ,519 ke tahun 2005 adalah sebesar Rp ,756 menunjukkan penurunan laba sebesar Rp ,763 atau -82 %. Sedangkan di tahun 2005 Rp ,756 ke tahun 2006 adalah sebesar Rp ,158 menunjukkan peningkatan laba sebesar Rp ,402 atau 39.36%. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tahun 2003 ke tahun 2004 dan tahun 2005 ke tahun 2006 sesuai dengan kemampuan teknis dan manajerial dari karyawan diperusahaan dimana sasaran strategi perusahaan tercapai. Sementara terjadi penurunan tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi karena kemampuan teknis dan manajerial dari karyawan diperusahaan dimana sasaran strategi perusahaan belum tercapai. 4.5 Perspektif Pelanggan Pada perspektif ini, sasaran yang ingin dicapai adalah melihat sejauh mana perusahaan telah memberikan pelayanannya sehingga pelanggan dapat puas dengan apa yang telah diberikan oleh perusahaan. Dalam hal ini, untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan digunakanlah kuesioner terhadap 400 pelanggan secara acak. Tolak ukur yang dipakai pada perspektif ini adalah: a. Mutu dan Keandalan pasokan Mutu dan Keandalan pasokan dari Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.15 sampai 4.16

40 88 Tabel 4.15 Tingkat kepuasan pelanggan terhadap Keandalan suplai daya listrik Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1468 / 400 = 3.67 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sebanyak 1%, 12 memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 3%; 130 memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 32%; 220 memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 55%; 34 memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.67.

41 89 Tabel 4.16 Tingkat kepuasan pelanggan terhadap stabilitas tegangan listrik Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1440 / 400 = 3.6 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 6 memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sebanyak 1%; 20 memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 5% ; 136 memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 34%; 204 memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 51%; 34 memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,6. b. Kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran Kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran dari Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.17

42 90 Tabel 4.17 Tingkat Kepuasan pelanggan dalam Kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kuarang Puas % Sangat Kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1460 / 400 = 3.65 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 16 memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sehingga persentasenya 2%; 70 memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 18%; 42 memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 11%; 182 memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 46%; 90 memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 23%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,65. c. Akurasi catat meter Hubungan dengan pelanggan pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.18

43 91 Tabel 4.18 Tingkat pandangan pelanggan terhadap akurasi catat meter Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Setuju % Setuju % Cukup Setuju % Kurang Setuju % Sangat Kurang setuju % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1616/ 385 = 4.04 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) sebanyak 1%; 6 memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 12%; 56 memberikan nilai 3 (cukup setuju) sebanyak 14%; 238 memberikan nilai 4 (setuju) sebanyak 60%; 96 memberikan nilai 5 (sangat setuju) sebanyak 23%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar d. Transformasi Informasi Transformasi Informasi pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.19

44 92 Tabel 4.19 Tingkat pandangan pelanggan terhadap Trasnformasi Informasi Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Setuju % Setuju % Cukup Setuju % Kurang Setuju % Sangat Kurang setuju % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1488/400= 3.72 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) sebanyak 1%; 26 memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 6%; 108 memberikan nilai 3 (cukup setuju) sebanyak 27%; 202 memberikan nilai 4 (setuju) sebanyak 51%; 60 memberikan nilai 5 (sangat setuju) sebanyak 15%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,72. e. Pandangan Masyarakat Pandangan masayrakat terhadap Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.20 sampai 4.23

45 93 Tabel 4.20 Tingkat pandangan masyarakat terhadap pengelolaan perusahaan Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Baik % Baik % Cukup Baik % Kurang Baik % Sangat Kurang Baik % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1410/400=3,53 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 yang memberikan nilai 1 (sangat kurang baik) sehingga persentasenya 1% ; 34 memberikan nilai 2 (kurang baik) sebanyak 9%; 140 memberikan nilai 3 (cukup baik) sebanyak 35%; 192 memberikan nilai 4 (baik) sebanyak 48%; 30 memberikan nilai 5 (sangat baik) sebanyak 7%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,525.

46 94 Tabel 4.21 Tingkat pandangan masyarakat terhadap perubahan tarif dasar listrik (TDL) Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Setuju % Setuju % Cukup Setuju % Kurang Setuju % Sangat Kurang Setuju % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1208/400=3.02 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 44 memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) yakni: 11%; 118 memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 30%; 76 memberikan niiai 3 (cukup setuju) sebanyak 19%; 110 memberikan niiai 4 (setuju) sebanyak 28%; 52 memberikan niiai 5 (sangat setuju) sebanyak 12%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,02.

47 95 Tabel 4.22 Tingkat Kepuasan masyarakat terhadap layanan pembayaran online Nilai Jumlah Jumlah Skor Persentase (a) (a x b) (b) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Sangat kurang Puas % Jumlah % Nilai Rata-Rata = 1520/400=3.8 Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007 Hasil tabel menunjukkan bahwa 10 memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 1%; 32 memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 8%; 96 memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 24%; 152 memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 39%; 110 memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 28%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.8.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1905, di Jawa Barat khususnya di kota Bandung berdiri perusahaan Bandungsche

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1905, di Jawa Barat khususnya di kota Bandung berdiri perusahaan Bandungsche 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang mengelola tentang kelistrikan. Awal kelistrikan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Akhir Di masa sekarang ini, perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan produktifitas dan bekerja lebih keras lagi untuk melayani para konsumennya. Bila ditelusuri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Sejak masa penjajahan Belanda sampai tahun 1942 di Indonesia telah dikenal suatu badan perusahaan yang menyediakan tenaga listrik, baik milik pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu Unit

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu Unit BAB I PENDAHULUAN.. Sejarah Perusahaan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu Unit Bisnis PT PLN (Persero) dengan wilayah kerja meliputi Propinsi Jawa Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) pemerintah daerah otonom (GEMENTE) atau gabungan keduanya.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) pemerintah daerah otonom (GEMENTE) atau gabungan keduanya. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) Sejak masa penjajahan Belanda sampai awa tahun 1942, di Indonesia dikenal suatu perusahaan yang menyediakan pasokan tenaga

Lebih terperinci

BAB III DATA HASIL TUGAS AKHIR. tenaga listrik bagi kepentingan publik. Nama perusahaan itu Bandungsche

BAB III DATA HASIL TUGAS AKHIR. tenaga listrik bagi kepentingan publik. Nama perusahaan itu Bandungsche BAB III DATA HASIL TUGAS AKHIR 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak Pemerintah Kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah sunda. Ditahun 1905, di Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 5 BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 2.1 Sejarah Perusahaan Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yaitu pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Perusahaan yang menyediakan jasa tenaga listrik sudah ada sejak zaman

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Perusahaan yang menyediakan jasa tenaga listrik sudah ada sejak zaman BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan yang menyediakan jasa tenaga listrik sudah ada sejak zaman Hindia Belanda dan terus berkembang hingga saat ini. PT. PLN (Persero) sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah adanya listrik di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat itu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah adanya listrik di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat itu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah adanya listrik di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat itu penguasaan dan perusahaan listrik (kelistrikan) di Indonesia dipegang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika

BAB III METODE PENELITIAN. Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah Sunda. Di tahun 1905, di Jawa

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah Sunda. Di tahun 1905, di Jawa 6 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak pemerintah kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah Sunda. Di tahun 1905,

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Perusahaan 2.1.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Untuk menyusun sejarah listrik di seluruh Indonesia tidaklah mudah. Penyusunan sejarah listrik yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT. PLN (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Berdirinya PT PLN (Persero) UPJ Singaparna

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Berdirinya PT PLN (Persero) UPJ Singaparna BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Berdirinya PT PLN (Persero) UPJ Singaparna Kelistrikan di Jawa Barat dan Banten mempunyai catatan sejarah yang cukup panjang. Awal kelistrikan di bumi

Lebih terperinci

Bab III Profil Perusahaan

Bab III Profil Perusahaan Bab III Profil Perusahaan Bagian ini akan mengetengahkan sekilas mengenai profil perusahaan. Berikutnya akan dijelaskan secara singkat mengenai kondisi sumberdaya TI yang ada di perusahaan. III.1 Profil

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bandung berdiri Perusahaan Listrik milik Pemerintah Kolonial Belanda dengan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bandung berdiri Perusahaan Listrik milik Pemerintah Kolonial Belanda dengan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Umum Listrik Negara di Indonesia pada mulanya di monopoli oleh perusahaan swasta Belanda, seperti yang pada mulanya di tahun 1905

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia terjadi sejak awal abad

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Area Pelayanan dan Jaringan Majalaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Area Pelayanan dan Jaringan Majalaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Majalaya Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Perjalanan PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup panjang.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Perjalanan PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup panjang. BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan Sejarah Singkat Perjalanan PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup panjang. Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Tempat Kerja Praktek PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bandung Barat adalah sebuah perusahaan yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR 3.1 Objek Tugas Akhir Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut yang berlokasi di Jalan Otista Nomor 140

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tarif dasar listrik atau biasa disingkat TDL adalah tarif yang boleh dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN. PLN adalah satu-satunya perusahaan yang boleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PLN. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PLN. Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Logo PLN Sumber: www.pln.co.id 1.1.1 Gambaran Umum PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masih bercokol di tataran Sunda. Di tahun 1905, di Jawa Barat khususnya kota

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masih bercokol di tataran Sunda. Di tahun 1905, di Jawa Barat khususnya kota 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perjalanan PT. PLN Distribusa Jawa Barat dan Banten cukup panjang. Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak Pemerintah Kolonial Belanda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan 2.1.1 Makna Logo PT PLN Persero Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Sejarah keberadaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923,

Lebih terperinci

Analisis Pengukuran Kinerja Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Dengan Pendekatan Metode Balanced Scorecard

Analisis Pengukuran Kinerja Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Dengan Pendekatan Metode Balanced Scorecard Analisis Pengukuran Kinerja Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Dengan Pendekatan Metode Balanced Scorecard Dody Anugrah Permana Tasdik-0700732712 ABSTRAK Penelitian pengukuran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN ( PERSERO )

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN ( PERSERO ) BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN ( PERSERO ) 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara PLN merupakan badan usaha yang berkaitan dengan sektor kelistrikan di indonesia, yaitu yang memproduksi, mentransmisi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. tenaga listrik bagi kepentingan publik. Nama perusahaan itu Bandungsche

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. tenaga listrik bagi kepentingan publik. Nama perusahaan itu Bandungsche BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak Pemerintah Kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah Sunda. Di tahun

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

BAB II PROFIL PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG BAB II PROFIL PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG 2.1 Sejarah singkat PT. PLN ( Persero ) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan Ruang lingkup penerapan system manajemen mutu ISO 9001:2000 pada PT PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya & Tangerang, Area Pelayanan(APL) Kampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus, adalah jenis penelitian yang merinci

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia di mulai pada akhir abad ke 19, ketika beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO)

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) 2.1 Sejarah Umum PT. PLN (Persero) Sejak awal berdirinya PT. PLN (Persero) telah mengalami banyak perkembangan yang dibagi dalam beberapa periode: 1. Periode 1894-1942

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Dalam metode penulisan, sumber data yang digunakan oleh penulis adalah:

BAB III METODE PENULISAN. Dalam metode penulisan, sumber data yang digunakan oleh penulis adalah: 36 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Dalam metode penulisan, sumber data yang digunakan oleh penulis adalah: Data sekunder yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data yaitu dengan Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Listrik di wilayah Jawa Barat sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Pada tahun 1905,

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tahap awal yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja keuangan pada usaha budiaya ikan kerapu macan yang dilakukan oleh Bapak X adalah membuat laporan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1 berikut adalah kerangka pemikiran penelitian pada PT. XYZ: Analisa Bisnis Pada PT. XYZ Perumusan Masalah Pengumpulan data dengan: - Kuesioner

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM 23 BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Sumber Data Sumber data dari penulisan ini yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung (dari tangan pertama). 1. Data Sekunder Data

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II Dengan dikeluarkannya UU No. 58 tahun 1958 tentang Nasionalisasi, nama OGEM dinasionalisasikan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA. 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA. 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965 BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Perusahaan 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965 Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

27 Desember 1957, GEBEO diambil alih oleh Pemerintah Indonesia yang kemudian dikukuhkan lewat Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 1958 j.o.

27 Desember 1957, GEBEO diambil alih oleh Pemerintah Indonesia yang kemudian dikukuhkan lewat Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 1958 j.o. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Penyediaan tenaga listrik di Indonesia dimonopoli oleh sebuah perusahaan listrik negara atau yang biasa dikenal PLN yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LEMBAGA

BAB IV DESKRIPSI LEMBAGA BAB IV DESKRIPSI LEMBAGA A. Lokasi, Dasar Hukum Perusahaan dan Etika Kerja 1. Lokasi Distribusi listrik di kawasan Surakarta yang menjadi wilayah PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DIY, dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa semakin ketat, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa semakin ketat, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era perdagangan bebas saat ini, tingkat persaingan dalam industri yang bergerak di bidang jasa semakin ketat, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan industri jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Penelitian Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Penelitian Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Penelitian 1.1.1 Sejarah Perusahaan Perjalanan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) di Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup panjang. Awal kelistrikan di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN 2.1. Perusahaan Listrik Negara Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini zaman telah berkembang menjadi lebih maju, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini zaman telah berkembang menjadi lebih maju, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini zaman telah berkembang menjadi lebih maju, dimana kemajuan tersebut tak lepas dari peran teknologi yang semakin lama semakin berkembang juga.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero) Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yakni pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang terperinci mengenai suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini adalah pendapat dari

BAB I PENDAHULUAN. masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini adalah pendapat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sebelum tahun 1980 di Indonesia, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini adalah pendapat dari Kasmir (2008,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA ( PERSERO )

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA ( PERSERO ) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA ( PERSERO ) 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara PLN merupakan badan usaha yang bidang usahanya mengenai hal hal yang berkaitan dengan sektor kelistrikan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah PT. PLN (Persero) Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan dan organisasinya yang dibentuk dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT.PLN (Persero) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika bebarapa Perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

Lebih terperinci

harus meliputi lima komponen yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, serta pengawasan

harus meliputi lima komponen yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, serta pengawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurus semua aspek listrik yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

PT. Daya Mulia Sejahtera Laporan Laba rugi Per 31 Desember

PT. Daya Mulia Sejahtera Laporan Laba rugi Per 31 Desember L1 PT. Daya Mulia Sejahtera Laporan Laba rugi Per 31 Desember 2005-2006 Keterangan 2005 2006 Penjualan 11,552,652,345.00 12,501,522,540.00 Harga pokok penjualan Persediaan awal barang 2,010,628,560.00

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk NAMA : APRILIA ENDAH SUSANTY NPM : 21211018 JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : HARYONO, SE., MM PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH : 1. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan secara maksimal baik pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan secara maksimal baik pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian pada masa sekarang ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan secara maksimal baik pada sektor produksi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan energi listrik di Indonesia. Pada awalnya PT. PLN ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada. Adanya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. untuk wilayah Riau Dan Kepulauan Riau ini memiliki 4 kantor cabang, terdiri dari

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. untuk wilayah Riau Dan Kepulauan Riau ini memiliki 4 kantor cabang, terdiri dari BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN Persero Cabang Pekanbaru adalah salah satu dari empat cabang PT. PLN Persero untuk wilayah Riau Dan Kepulauan Riau. PT. PLN Persero

Lebih terperinci

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Latar Belakang Masalah 1. Keuangan merupakan sarana yang penting bagi suatu perusahaan untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap BAB IV ANALISIS DATA A. Pengukuran Kinerja PT Nindya Karya (Persero) Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap sebagai fokus utama pengendalian manajemen tradisional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan semakin berkembangnya sumber daya manusia, akan membawa dampak yang besar dan luas terhadap perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perusahaan adalah organisasi yang melakukan suatu kegiatan usaha dan memiliki tujuan untuk mendapatkan laba. Perusahaan memerlukan perencanaan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara restrukturisasi pinjaman PDAM / penyelesaian piutang negara pada PDAM telah ditetapkan dalam PMK nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang ketenagalistrikan di Indonesia dimulai oleh Belanda sebelum masa kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan berbagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab sebelumnya di jelaskan bahwa laporan keuangan merupkan sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu badan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Indofarma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 39 BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kimia Farma merupakan Pioner dalam Industri Farmasi Indonesia. Cikal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kimia Farma merupakan Pioner dalam Industri Farmasi Indonesia. Cikal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Kimia Farma merupakan Pioner dalam Industri Farmasi Indonesia. Cikal bakal Perusahaan dapat dirunut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PT PLN RAYON SUKOHARJO. berinteraksi secara langsung dengan PT. PLN Interaksi yang dilakukan seperti

BAB III TINJAUAN UMUM PT PLN RAYON SUKOHARJO. berinteraksi secara langsung dengan PT. PLN Interaksi yang dilakukan seperti BAB III TINJAUAN UMUM PT PLN RAYON SUKOHARJO 3.1 Latar Belakang Perusahaan Salah satu tujuan berdirinya kantor PLN tingkat Rayon adalah agar dapat menjangkau dan menjadi suatu wadah bagi masyarakat di

Lebih terperinci

BAB II PT. PLN (PERSERO) KANTOR INDUK PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB II PT. PLN (PERSERO) KANTOR INDUK PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN UTARA BAB II PT. PLN (PERSERO) KANTOR INDUK PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN UTARA A. Sejarah Ringkas PT. PLN (Persero) Kantor Induk KITSBU Berdasarkan Keputusan Direksi Nomor 111.K/023/DID/1996 tepatnya pada tanggal

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat mempertahankan diri

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis rasio keuangan PT Gudang Garam Tbk tahun 2012-2014 pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk tahun 2012-2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Profil PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Semarang Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Profil PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Semarang Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Dalam sub bab ini akan membahas profil singkat mengenai PT. PLN (Persero), yang mencakup profil singkat, visi dan misi serta struktur organisasi PT. PLN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI IMPLEMENTASI SISTEM PENILAIAN KINERJA UNTUK PUSAT-PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat) Oleh : NUZULLIANA WINERY

Lebih terperinci

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%)

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%) L1 Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROE (%) Skor 15 < ROE 2 13 < ROE < 15 18 11 < ROE < 13 16 9 < ROE < 11 14 7,9 < ROE < 9 12 6,6 < ROE < 7,9

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN. PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN. PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah organisasi yang berdiri sejak tahun 1976. Bidang usaha PLN (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang akan bermanfaat bagi sejumlah besar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN. PADA PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk CABANG CILEUNGSI : SAINA PRADESTY NPM : FAKULTAS : EKONOMI

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN. PADA PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk CABANG CILEUNGSI : SAINA PRADESTY NPM : FAKULTAS : EKONOMI ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD PADA PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk CABANG CILEUNGSI NAMA KELAS : SAINA PRADESTY : 3EB01 NPM : 21209410 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Penilaian kinerja dengan menggunakan perspektif finansial yaitu

BAB V PENUTUP. 1. Penilaian kinerja dengan menggunakan perspektif finansial yaitu BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan perspektif finansial dan non finansial yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penilaian

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisa laporan keuangan adalah suatu proses yang dapat digunakan untuk memeriksa data

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN BAB II PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR 2.1 Sejarah dan perkembangan 2.1.1 Sejarah PLN Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Barat khususnya kota Bandung, berdiri perusahaan yang mengelola penyediaan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Barat khususnya kota Bandung, berdiri perusahaan yang mengelola penyediaan BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah PT. PLN (Persero) Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak Pemerintah Kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah Sunda. Di tahun 1905, di Jawa

Lebih terperinci