PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 C IRWAN WIJAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 C IRWAN WIJAYA"

Transkripsi

1 PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 C IRWAN WIJAYA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 C adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Irwan Wijaya NIM C

4 ABSTRAK IRWAN WIJAYA. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 C. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan HARTON ARFAH. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan suhu terbaik untuk produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi. Penelitian menggunakan empat perlakuan yaitu 28 C, 30 C, 32 C, dan suhu ruang dengan tiga ulangan. Benih ikan neon tetra yang digunakan termasuk ukuran small yang memiliki ukuran panjang rata rata 1,16±0,06 cm dan bobot rata rata 0,05±0,01 gram, dihasilkan oleh petani dari Cibereum, Bogor, Jawa Barat. Pemeliharaan Ikan neon tetra dilakukan pada akuarium yang diisi air tawar sebanyak 10 liter. Pemeliharaan berlangsung selama 28 hari. Pakan yang diberikan berupa cacing sutera dengan pemberian pakan pada pagi dan sore hari secara at satiation. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 30% dari total volume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan neon tetra. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan tertinggi diperoleh pada suhu 28 C, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada suhu ruang Kata kunci:keuntungan, kelangsungan hidup, neon tetra, pertumbuhan, suhu ABSTRACT IRWAN WIJAYA. Production of Neon Tetra Fish Paracheirodon innesi Size M At Room Temperature to 32 C. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and HARTON ARFAH. This study was conducted to determine the best temperature for production of neon tetra fish Paracheirodon innesi. The research consisted of four treatments i.e. 28 C, 30 C, 32 C and room temperature with three replications. The Neon tetra fry was small size category, had average length of 1,16±0,06 cm and average weight of 0,05±0,01 g were produced by farmer from Cibeureum, Bogor, West Java. Neon tetra fry were reared in aquarium filled with 10 liters of fresh water. Period time of rearing was 28 days. The fry were fed at satiation with tubifex twice a day in the morning and evening. Water media exchanged was 30% of total volume every two days. The results showed that temperature affected the growth and survival of the neon tetra. The highest survival rate and growth was obtained at a temperature of 28 C, however the highest profit was obtained at room temperature Keywords :profits, survival, neon tetra, growth, temperature

5 3 PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 C IRWAN WIJAYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 5 Judul Skripsi : Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 C Nama : Irwan Wijaya NIM : C Disetujui oleh Ir. Dadang Shafruddin, MS. Pembimbing I Ir. Harton Arfah, M.Si. Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Sukenda, M. Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah produksi, dengan judul Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 C. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah Hangky dan bunda Asih serta kakak Indira atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. 2. Ir. Dadang Shafruddin, MS. selaku Pembimbing I dan Ir. Harton Arfah M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 3. Pak Ranta, Kang Abe, Pak Wasjan, Mbak Retno atas kerjasamanya yang baik dalam menyelesaikan skripsi. 4. Gary, Fikri, Mayya, Adya, Yoga, Rio,dan teman teman kenanga 14 terima kasih atas motivasi dan bantuan serta memberi semangat hingga skripsi dapat diselesaikan. 5. Keluarga besar BDP 45 terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. Bogor, Januari 2015 Irwan Wijaya

9 7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 BAHAN DAN METODE... 2 Rancangan Penelitian... 2 Prosedur Penelitian... 2 Persiapan Wadah... 2 Penebaran Benih... 2 Pemberian Pakan... 2 Pengelolaan Kualitas Air... 3 Parameter Uji... 3 Kelangsungan Hidup... 3 Pertumbuhan Panjang... 3 Laju Pertumbuhan Harian... 3 Koefisien Keragaman... 4 Efisiensi Pakan... 4 Analisis Usaha... 4 Analisis Data... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 Hasil... 5 Kelangsungan Hidup... 5 Pertumbuhan Panjang... 5 Laju Pertumbuhan Harian... 6 Koefisien Keragaman... 6 Efisiensi Pakan... 7 Kualitas Air... 7 Keuntungan Usaha... 7 Pembahasan... 8

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 23

11 9 DAFTAR TABEL 1 Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Keuntungan usaha ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C... 8 DAFTAR GAMBAR 1 Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Pertumbuhan panjang ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C... 7 DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis data Kelangsungan Hidup Analisis data Laju Pertumbuhan Harian Analisis data Pertumbuhan Panjang Analisis data Koefisien Keragaman Analisis data Efisiensi Pakan Kualitas Air Biaya Pakan AnalisaUsaha Ikan Neon Tetra... 21

12 0

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan juga menjadi komoditas andalan untuk ekspor di Indonesia. Menurut data KKP, produksi ikan hias semakin meningkat dan melampaui target tiap tahunnya. Tahun 2011 target ekspor 700 juta ekor dan realisasi sebesar 945,3 juta ekor. Tahun 2012 target ekspor 850 juta dan realisasi sebesar 1,3 miliar ekor. Proporsi ekspor ikan hias air tawar mencapai 80%. Negara penerima ekspor ikan hias Indonesia adalah Singapura, China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki permintaan pasar tinggi dan juga harga yang relatif stabil adalah ikan neon tetra (Paracheirodon innesi). Ikan ini merupakan ikan asli Sungai Amazon yang memiliki ciri ciri khusus yaitu garis horizontal berwarna biru hijau sepanjang kedua sisi ikan dan warna kemerah merahan disepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh. Dalam membudidayakan ikan neon tetra para petani umumnya sudah menggunakan teknik intensif. Ikan dipelihara di dalam akuarium dalam kondisi suhu ruang dengan padat penebaran 5 ekor/l selama pemeliharaan 1 bulan (Hadiroseyani 2003). Walaupun demikian suhu ruang seringkali berubah-ubah seiring dengan keadaan cuaca. Keadaan ini diduga mempengaruhi laju metabolisme ikan sehingga pertumbuhan kurang maksimal. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi yakni melalui teknik rekayasa lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah suhu. Menurut Cholik et al. (1986) kenaikan suhu perairan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme, sesuai dengan hukum Van t Hoof yang menyatakan untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2-3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10 C. Menurut Wardoyo (1975) ikan dapat beraklimatisasi pada suhu relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat kenaikan suhu tertentu dapat menyebabkan kematian ikan. Penelitian Oliviera et al. (2008) menunjukkan ikan cardinal tetra dapat menolerir suhu dari 21 C hingga 33 C. Penelitian Kelabora (2009) menunjukkan adanya pengaruh suhu terhadap pertumbuhan hidup dan kelangsungan hidup pada ikan mas. Pertumbuhan ikan mas baik panjang dan berat tertinggi dicapai pada perlakuan suhu 28 C dan terendah pada suhu 32 C. Sedangkan kelangsungan hidup ikan mas tertinggi dicapai pada suhu 28 C dan diikuti penurunan tingkat kelangsungan hidup pada suhu 30 C dan 32 C. Berdasarkan uraian di atas pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan neon tetra akan dipengaruhi oleh suhu, sehingga produktivitas tertinggi ikan neon tetra akan dicapai pada suhu tertentu.

14 2 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk menentukan suhu yang paling baik dalam memproduksi ikan neon tetra berdasarkan parameter tingkat kelangsungan hidup, efesiensi pakan, tingkat pertumbuhan serta keuntungan produksi. BAHAN DAN METODE Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu kontrol, yakni media yang suhunya bergantung pada suhu ruangan dan tiga perlakuan suhu media pemeliharaan berbeda yang diatur menggunakan heater/thermostat. Perlakuan perlakuan tersebut adalah: 1) Perlakuan K atau suhu ruang 2) Perlakuan A atau suhu air 28 C 3) Perlakuan B atau suhu air 30 C 4) Perlakuan C atau suhu air 32 C Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti rumus Steel dan Torrie (1991) yaitu : Keterangan: Y ij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Nilai tengah dari pengamatan. σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i. εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium yang berukuran 30 x 20 x 20 cm 3 sebanyak 12 akuarium. Akuarium dicuci kemudian didesinfeksi dengan klorin, dijemur selama satu hari dan dibilas dengan air bersih. Dua hari sebelum ditebar ikan, akuarium kecil diisi air hingga mencapai volume 10 L. Penebaran Benih Ikan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi yang berasal dari Cibereum, Bogor. Ikan berukuran panjang dan bobot rata rata masing-masing 1,16±0,06 cm dan 0,05±0,01 gram atau dikenal sebagai ukuran S. Ikan Neon Tetra dipelihara selama 28 hari hingga ukuran M dengan padat penebaran 7 ekor/l. Sebelum ikan ditebar, dilakukan aklimatisasi. Setelah ikan ditebar, heater dipasang dan diatur suhunya serta dipertahankan selama pemeliharaan sehingga sesuai dengan perlakuan. Pemberian Pakan Pakan yang diberikan yaitu cacing sutra berasal dari daerah Cimanggu. Pakan diberikan secara at satiation atau sekenyangnya. Sebelum diberikan pakan

15 3 dicuci bersih terlebih dahulu agar kotoran di cacing hilang, kemudian ditimbang. Satu jam setelah diberikan sisa pakan ditimbang kembali. Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan dihitung berdasarkan berat pakan yang diberikan dan yang tersisa. Pakan diberikan sebanyak dua kali yaitu pada pagi jam 7.00 WIB dan sore jam WIB. Pengelolaan Kualitas Air Air yang digunakan untuk pergantian air adalah air yang sudah diendapkan selama dua hari di dalam tandon. Selama pemeliharaan air diaerasi agar oksigennya tercukupi. Suhu air dipantau sebanyak empat kali sehari yang dilakukan pada jam 6.00 WIB, WIB, WIB, dan WIB. Pergantian air dilakukan seiring dengan penyiponan kotoran. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 30% dari volume total air. Kualitas air lain diukur pada awal penelitian, kemudian diulang setiap 7 hari sekali. Parameter kualitas air ini adalah kadar amoniak,nitrit, DO, ph, dan alkalinitas. Parameter Uji Kelangsungan Hidup Setiap hari keadaan ikan dipantau, kemudian ikan yang mati diambil, dihitung, dan ditimbang. Berdasarkan data ikan yang hidup pada awal dan akhir pengamatan dihitung kelangsungan hidup yaitu perbandingan ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991): Keterangan: SR = Kelangsungan hidup (%) N t = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N 0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Pertumbuhan Panjang Panjang total ikan diukur dengan menggunakan penggaris. Ikan yang diukur sebanyak 30 ekor/akuarium. Pengukuran dilakukan 7 hari sekali. Selanjutnya pertumbuhan panjang dihitung menggunakan rumus (Effendie 1979): Keterangan: Pm = Pertumbuhan panjang = Panjang rata-rata akhir = Panjang rata-rata awal Laju Pertumbuhan Harian Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Pengambilan contoh sebanyak 30 ekor per akuarium Laju pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al.(1991) : ln( t) ln( o) = 100 % t Keterangan : = Laju pertumbuhan harian individu (%/hari)

16 4 W t = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor) W 0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor) t = Periode pemeliharaan (hari) Koefisien Keragaman Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman, yang dihitung menggunakan rumus Steel dan Torrie (1981): Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh Efisiensi Pakan Efisiensi pakan diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengeluaran pakan cacing sutra selama pemeliharaan. Hal ini dapat dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991): Keterangan: EP = Efisiensi pakan (%) Wt = Biomassa ikan panen (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram) Wo = Biomassa ikan tebar (gram) F = Jumlah pakan yang diberikan (gram) Analisis Usaha Analisis usaha dihitung dilakukan untuk mengetahui perlakuan suhu yang paling menguntungkan selama pemeliharaan. Produksi ikan neon tetra meliputi dari pembelian ikan dan juga jumlah pembelian pakan selama penelitian. Keuntungan atau kerugian dapat dihitung dari total penjualan ikan neon tetra diakhir penelitian dikurangi total biaya produksi yang meliputi pembelian ikan awal serta biaya jumlah pakan untuk produksi ikan tersebut serta biaya penggunaan listrik dari heater. Analisis Data Parameter penelitian meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan dianalisis menggunakan uji ANOVA dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan program SPSS 16.0 kemudian dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan.

17 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup rata-rata ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 76,2±2,2 % hingga 97,6±2,2 % (Gambar 1). Kelangsungan hidup kontrol lebih rendah dibandingkan suhu 28 C dan 30 C. Sedangkan peningkatan suhu dari 30 C diikuti dengan penurunan kelangsungan hidup. Suhu 28 C dan 30 C memiliki tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu ruang dan juga suhu 32 C (P<0,05) (lampiran 1). KELANGSUNGAN HIDUP (%) ,0 97,6 96,2 76,2 b a a c K SUHU( C) Keterangan: K : kontrol, Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 1. Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Pertumbuhan Panjang Pertumbuhan panjang ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 0,67±0,04 cm hingga 0,99±0,03 cm (Gambar 2). Pertumbuhan panjang saling berbeda nyata ditiap perlakuan (P<0,05) (lampiran 3). PERTUMBUHAN PANJANG (cm) ,84 c 0,99 0,94 a Keterangan: K : kontrol, huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 2. Pertumbuhan panjang ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C 0,67 k SUHU ( C) b d

18 6 Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 5,88±0,13 %/hari hingga 7,21±0,04 %/hari (Gambar 3). Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 C dengan nilai 7,21±0,04 %/hari. Laju pertumbuhan bobot harian pada tiap perlakuan memiliki nilai yang berbeda nyata satu sama lain (P<0,05) (lampiran 2). LAJU PERTUMBUHAN HARIAN (%/hari) ,64 c 7,21 6,99 a 5,88 K SUHU ( C) b d Keterangan: K : kontrol, Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 3. Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Koefisien Keragaman Koefisien keragaman ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 3,11±0,27 % hingga 4,87±0,31 % (Gambar 4). Koefisien keragaman tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 C dengan nilai 4,87±0,31 %. Koefisien keragaman panjang pada perlakuan suhu 28 C dan 30 C memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu ruang dan 32 C (P<0,05) (lampiran 4). KOEFISIEN KERAGAMAN (%) ,40 b 4,87 4,81 a Keterangan: K : kontrol, Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 4. Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C 3,11 K SUHU ( C) a b

19 7 Efisiensi Pakan Efisiensi ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 24,59±0,75 % hingga 31,72±0,55 % (Gambar 5). Efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 C dengan nilai 31,72±0,55 %. Nilai efisiensi pakan perlakuan suhu ruang dan 28 C memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu 30 C dan 32 C (P<0,05) (lampiran 5). EFISIENSI PAKAN (%) Keterangan: K : kontrol, Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 5. Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Kualitas Air Kualitas air yang diperoleh dari masing-masing perlakuan suhu ruang, 28 C, 30 C, dan 32 C selama pemeliharaan 28 hari yang tercantum pada tabel 1 dan terperinci pada lampiran 6. Tabel 1. Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Parameter Tandon Suhu ( C) ruang Suhu ( C) 26 27,5 24,5 27,5 27,5 28,5 31,5 32,5 31,98 32,02 Oksigen terlarut (mg/l) 5,90 6,60 5,60 5,87 4,90 5,40 4,53 5,10 4,13 4,73 ph 7,32 7,90 7,19 7,86 7,09 7,61 7,04 7,87 6,96 7,77 Alkalinitas (mg/l) 12,00 16,00 14,67 21,33 13,33 20,00 17,33 24,00 20,00 26,67 Nitrit (mg/l) 0,01 0,030 0,175 0,507 0,164 0,643 0,204 0,620 0,114 0,253 Amonia (mg/l) 0,005-0,018 0,011-0,017 0,01-0,017 0,013-0,021 0,012-0,026 Keuntungan Usaha 30,44 31,72 a 27,48 24,59 K SUHU ( C) Hasil analisa usaha menunjukkan perhitungan keuntungan tiap perlakuan. Harga benih awal Rp 110/ekor dengan panjang rata rata 1,16±0,06 cm. Setiap perlakuan memiliki kepadatan akuarium 70 ekor. Pada akhir pemeliharaan dapat diketahui perlakuan suhu ruang memberikan keuntungan yang paling besar dengan nilai Rp 53784,89 per siklus. Perlakuan dengan nilai pendapatan terendah yakni pada perlakuan suhu 32 C dengan nilai Rp 659,42 per siklus. Salah satu a b c

20 8 faktor penyebab rendahnya pendapatan adalah kelangsungan hidup yang rendah dan juga tingkat pertumbuhan yang rendah. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup karena suhu air yang terlalu tinggi untuk ikan neon tetra. Biaya pakan setiap perlakuan dapat dilihat pada lampiran 7. Analisa usaha terperinci dapat dilihat pada lampiran 8 Tabel 1. Keuntungan usaha ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 C Penerimaan Parameter Suhu ( C) ruang Jumlah ikan sz M (ekor) harga ikan (Rp) Total penerimaan (Rp) , , , ,00 Total Biaya (Rp) , , , ,58 Laba (Rp) 53784, , ,03 659,42 Pembahasan Kelangsungan hidup neon tetra pada suhu ruang atau kontrol lebih rendah dibanding pada suhu 28 C dan 30 C. Suhu air yang mengikuti suhu ruangan berkisar antara 24,5 C hingga 27,5 C. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu ruangan cenderung berfluktuasi dan lebih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kelabora (2009) pada ikan mas yang diberi perlakuan suhu yang menyatakan bahwa suhu yang tidak stabil merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada larva ikan mas dengan fluktuasi suhu harian mencapai 5 C. Penurunan tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan suhu 32 C mengindikasikan berada di luar suhu pemeliharaan optimum bagi ikan neon tetra. Pada penelitian Kelabora (2009) terhadap ikan mas yang diberi perlakuan suhu menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah pada perlakuan suhu tertinggi yakni suhu 32 C. Oliveira et al. (2008) mendapatkan ikan cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) bertahan hidup pada suhu 29 C hingga 33 C dengan tingkat kelangsungan hidup rendah. Hepher (1988) menambahkan seiring peningkatan suhu, tingkat metabolisme akan meningkat dan mencapai puncaknya sesuai dengan karakteristik spesies ikan pada suhu tertentu, di atas suhu tersebut metabolisme akan menurun tajam dan biasanya diasosiasikan dengan kematian ikan. Laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan panjang tertinggi dicapai pada suhu 28 C, setelah itu mengalami penurunan pada suhu 30 C dan 32 C. Hal ini menunjukkan ikan neon tetra tumbuh optimal pada suhu 28 C. Cholik et al. (1986) menyatakan kenaikan suhu perairan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme hingga batas suhu tertinggi untuk pertumbuhan. Fujaya (2008) menyatakan tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), dan sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan, dan reproduksi. Dengan demikian pada suhu 28 C dapat diindikasikan penggunaan

21 energi digunakan secara maksimal untuk pertumbuhan mengingat pada suhu 30 C dan 32 C pertumbuhan lebih rendah. Wedemeyer (2001) menambahkan suhu yang konstan dapat memaksimalkan pertumbuhan ikan pada masa larva. Koefisien keragaman panjang ikan neon tetra pada penelitian ini memiliki nilai keragaman yang rendah atau seragam. Kisaran nilai keseragaman selama penelitian berkisar 3,11 % hingga 4,87 %. Perlakuan suhu 28 C memiliki nilai koefisien keragaman tertinggi. Keseragaman ukuran ikan sangat penting dalam produksi ikan. Ikan dengan ukuran seragam memiliki harga yang lebih tinggi. Koefisien keragaman menunjukkan variasi ukuran. Nilai koefisien keragaman yang kecil menunjukkan variasi ukuran ikan yang seragam. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), nilai koefisien keragaman yang nilainya berada di bawah 20-25% dianggap homogen dan seragam. Rendahnya nilai keragaman menunjukkan bahwa kompetisi pakan dan ruang masih dalam batas yang dapat ditolerir ikan neon tetra sehingga pakan yang diberikan dimanfaatkan merata dan cukup. Selain itu rendahnya nilai keragaman menunjukkan kepadatan ikan neon tetra selama pemeliharaan belum mencapai batas maksimum. Efisiensi pakan tertinggi ikan neon tetra dicapai pada suhu 28 C dengan nilai 31,72 %. Penurunan nilai efisiensi terjadi pada suhu 30 C dan 32 C. Menurut Cholik et al. (1986) kenaikan suhu diikuti oleh derajat metabolisme, akan tetapi pada suhu tertentu akan terjadi penurunan pertumbuhan karena ikan mempunyai selera makan pada suhu yang optimal. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menambahkan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah C. Pada penelitian ini ikan disediakan pakan yang secukupnya. Houlihan et al. (2001) menyatakan suhu optimal untuk pertumbuhan biasanya lebih rendah dari suhu dimana konsumsi pakan maksimal. Dengan demikian penurunan efisiensi pakan sejalan dengan penurunan pertumbuhan pada suhu yang meningkat, juga menunjukkan adanya alokasi energi yang dimakan untuk perawatan tubuh yang meningkat yang diakibatkan ketidak nyamanan hidup ikan pada suhu yang lebih tinggi dari 28 C. Suhu ruang yang merupakan perlakuan suhu paling rendah pada penelitian masih berada dalam batas toleransi ikan neon tetra. Menurut Hepher (1988) kebanyakan ikan air hangat tingkat pertumbuhannya dimulai ketika suhu C dan mencapai puncaknya pada suhu C. Pada perlakuan suhu ruang dapat dilihat bahwa suhu ruang yang berkisar antara 25-27,5 C bukan titik optimal untuk pertumbuhan ikan neon tetra. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan ikan stres sehingga energi yang berasal dari pakan digunakan untuk perawatan. Salah satu indikasinya adalah penurunan jumlah konsumsi pakan. Hepher (1988) menyatakan ketika temperatur melebihi tingkat optimal, maka konsumsi pakan akan menurun. Percobaan yang dilakukan pada ikan trout menunjukkan ikan trout kehilangan nafsu makan pada suhu 23 C yang merupakan suhu batas kematian. Kualitas air selama pemeliharaan ikan neon tetra selama 28 hari menunjukkan hasil yang cukup baik. Suhu pemeliharaan berkisar pada 26 32,02 C. Suhu mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air (Zonneveld et al. 1991). Tingkat nafsu makan ikan tergantung oleh suhu. Penelitian menunjukkan hasil yang sesuai dimana pertumbuhan meningkat seiring dengan peningkatan suhu media. Penurunan pertumbuhan mulai terjadi pada suhu 30 C dan 32 C. Effendi (2003) menyatakan peningkatan suhu menyebabkan 9

22 10 peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Menurut Solehudin (2006) ikan neon tetra hidup optimal pada perairan yang memiliki suhu C. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dimana ikan neon tetra dapat tumbuh optimal pada suhu 28 C. Nilai kelarutan oksigen (DO) pada penelitian ini berkisar antara 4,13-5,87 mg/l. Menurut Boyd (1990) kisaran optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan ikan adalah lebih dari 5 ppm. Nilai kelarutan oksigen pada perlakuan mengalami penurunan setiap minggunya. Peningkatan suhu pada tiap perlakuan menurunkan nilai kelarutan oksigen. Hal ini sesuai pernyataan Cole (1983) dalam Effendi (2003) bahwa semakin tinggi suhu perairan, maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Pencegahan terhadap kurangnya pasokan oksigen dilakukan dengan pergantian air sebanyak 30% setiap dua hari sekali. Berdasarkan hasil penelitian meliputi tingkat kelangsungan hidup dan juga pertumbuhan, nilai kelarutan oksigen selama pemeliharaan masi dapat ditolerir oleh ikan neon tetra. Kadar amoniak dalam air selama pemeliharaan ikan neon tetra berkisar antara 0,005 0,021 mg/l. Menurut Effendi et al. (2008) kadar amoniak yang baik untuk budidaya ikan yakni kurang dari 0,1 mg/l. Selama pemeliharaan dapat dilihat nilai amoniak meningkat nilainya seiring tingginya suhu perlakuan. Hal ini menunjukkan tingginya metabolisme ikan karena perlakuan suhu diikuti dengan meningkatnya buangan metabolit. Nilai kisaran nitrit pada pemeliharaan ikan neon tetra yakni 0,114-0,643 mg/l. Nilai nitrit selama pemeliharaan ikan neon tetra pada media bersuhu masih berada dalam kisaran yang baik untuk kehidupan ikan. Hal ini didukung oleh Boyd (1990) yang menyatakan nitrit yang aman di perairan adalah 0,5-5 mg/l NO 2 -N dengan tanpa meperhatikan nitrit tersebut dihasilkan dari oksidasi amonia atau reduksi nitrat. Nilai ph selama pemeliharaan satu bulan berkisar antara 6,96 7,87. Kisaran nilai ph selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimum untuk ikan neon tetra. Menurut Solehudin (2006) ikan neon tetra hidup optimal pada suhu perairan dengan kisaran 5,5 7,5. Selain itu Effendi (2003) menyatakan sebagian besar biota akuatik menyukai nilai ph sekitar 7 8,5. Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar antara 13,33 26,67 mg/l CaCO 3. Menurut Effendi (2003) perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/l CaCO 3 disebut perairan lunak. Kisaran alkalinitas selama pemeliharaan berada diluar kisaran yang baik yakni mg/l CaCO 3 namun hal ini tidak berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan neon tetra karena ikan neon tetra selama pemeliharaan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisa usaha untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh pada setiap perlakuan. Total penerimaan tertinggi dicapai pada suhu 28 C dengan nilai Rp ,- namun keuntungan tertinggi dicapai pada suhu ruang dengan nilai Rp.53784,-. Hal ini disebabkan tidak adanya biaya listrik dari penggunaan heater pada suhu ruang sehingga menghemat biaya. Adapun biaya listrik dari penggunaan heater pada perlakuan suhu 28 C yakni Rp ,- (lampiran 8). Keuntungan terendah diperoleh pada 32 C dengan nilai Rp. 659,-. Rendahnya keuntungan disebabkan rendahnya kelangsungan hidup ikan neon tetra yakni 76,2 %, selain itu biaya listrik dari heater pada perlakuan 32 C juga tinggi yakni Rp ,- (lampiran 8).

23 11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peningkatan suhu dari 28 C hingga 32 C pada produksi ikan neon tetra ukuran M berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, efisiensi pakan, koefisien keragaman, dan keuntungan. Pertumbuhan dan juga kelangsungan hidup terbaik dicapai pada suhu 28 C, tetapi secara ekonomi keuntungan terbesar dicapai pada suhu ruang. Saran Dalam meningkatkan keuntungan, perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan sumber energi pemanas yang lebih ekonomis dan optimasi produksi melalui peningkatan kepadatan pada pemeliharaan dengan media 28 C. DAFTAR PUSTAKA Boyd CE Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama (US): Auburn University. Cholik F, Artati, Arifudin R Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Jakarta (ID): Dirjen Perikanan. Djajasewaka H, Djajadiredja R Budidaya Ikan di Indonesia dan Cara Pengembangannya. Jakarta(ID): Lembaga Penelitian perikanan darat Effendie MI Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendi H Telaah kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta (ID): Kanisius. Effendi I, Ratih TD, Kadarini T Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr.) di Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 7(2): Fujaya Y Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta (ID): Rineka cipta. Hadiroseyani Y Budidaya Ikan hias jenis tetra. Modul pemeliharaan larva sampai ukuran pasar. Jakarta (ID): Direktorat pendidikan nasional. Hepher B Nutrition of Pond Fishes. Cambridge (UK): Cambridge University Press

24 12 Houlihan D, Boujard T,Jobling M Food Intake In Fish. Oxford (UK): Blackwell Science Ltd. Kelabora DM Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan Terubuk 38: Mattjik AA, Sumertajaya M Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan minitab. Bogor (ID): IPB Press. Oliveira S, Souza R, Nunes E, Carvalho C, Menezes G, Marcon J, Akifumi O, Affonso E Tolerance to temperature, ph, ammonia and nitrite in cardinal tetra, Paracheirodon axelrodi, an amazonian ornamental fish. Instituto de pesquisas da amazonia. 38: Solehudin MA Produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi ukuran M dengan padat tebar 25, 50, 75, dan 100 ekor/liter dalam sistem resirkulasi.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Steel GD, Torrie JH Prinsip-prinsip dan prosedur statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Wardoyo STH Pengelolaan Kualitas Air. Bogor (ID): IPB press. Wedemeyer GA Fish Hatchery Management, Second edition. Maryland (US): American Fisheries Society. Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH Prinsip-prinsip budidaya ikan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

25 LAMPIRAN 13

26 14 Lampiran 1. Analisis data Kelangsungan Hidup Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan Galat Total Uji Duncan Beda Nilai Kesalahan Perlakuan (I) Perlakuan (J) Tengah (I-J) Baku P kontrol * * kontrol * * kontrol * kontrol * * *

27 15 Lampiran 2. Analisis data Laju Pertumbuhan Harian Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan Galat Total Uji Duncan Beda Nilai Kesalahan Perlakuan (I) Perlakuan (J) Tengah (I-J) Baku P kontrol * * kontrol * * kontrol * kontrol * * *

28 16 Lampiran 3. Analisis data Pertumbuhan Panjang Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan Galat Total Uji Duncan Beda Nilai Kesalahan Perlakuan (I) Perlakuan (J) Tengah (I-J) Baku P kontrol * * * kontrol * * kontrol * * kontrol * * *

29 17 Lampiran 4. Analisis data Koefisien Keragaman Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan Galat Total Uji Duncan Beda Nilai Kesalahan Perlakuan (I) Perlakuan (J) Tengah (I-J) Baku P kontrol * * kontrol * * kontrol * * kontrol * *

30 18 Lampiran 5. Analisis data Efisiensi Pakan Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan Galat Total Uji Duncan Beda Nilai Kesalahan Perlakuan (I) Perlakuan (J) Tengah (I-J) Baku P kontrol * * kontrol * * kontrol * * * kontrol * * *

31 19 Lampiran 6. Kualitas Air Parameter DO ph Suhu Amonia Nitrit Alkalinitas Asal Sampel Hari ke 0 Hari ke - 7 Masa Pemeliharaan Hari ke - 14 Hari ke - 21 Hari ke - 28 Tandon 5,90 6,00 6,20 6,50 6,60 ruang 5,87 5,77 5,77 5,63 5, ,40 5,37 5,20 5,07 4, ,10 4,97 4,87 4,77 4, ,73 4,63 4,33 4,20 4,13 Tandon 7,90 7,76 7,80 7,40 7,32 ruang 7,86 7,59 7,55 7,41 7, ,61 7,58 7,48 7,36 7, ,87 7,57 7,49 7,24 7, ,77 7,69 7,43 7,08 6,96 Tandon 26,50 26,45 26,64 26,63 26,57 ruang 26,00 26,55 26,46 26,59 26, ,00 28,05 27,95 28,00 28, ,00 30,05 30,04 30,04 30, ,00 32,00 31,98 32,02 32,02 Tandon 0,0184 0,0124 0,0139 0,0059 0,0049 ruang 0,0165 0,0111 0,0166 0,0159 0, ,0099 0,0137 0,0155 0,0171 0, ,0212 0,0162 0,0192 0,0153 0, ,0181 0,0259 0,0187 0,0122 0,0137 Tandon 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 ruang 0,17 0,32 0,45 0,50 0, ,16 0,32 0,56 0,57 0, ,20 0,41 0,58 0,57 0, ,11 0,20 0,22 0,24 0,25 Tandon 16,00 12,00 12,00 16,00 16,00 K 16,00 18,67 14,67 18,67 21, ,00 17,33 13,33 18,67 20, ,00 17,33 21,33 22,67 24, ,00 21,33 22,67 24,00 26,67

32 20 Lampiran 7. Biaya Pakan Biaya kebutuhan Pakan 1 takar 450 Gram 1 takar 7000 rupiah Perlakuan Kebutuhan Pakan 1 takar (gr) 1 takar (Rp) rp/gr Biaya pakan (Rp) ruang 1 48, , ,87 ruang 2 47, , ,69 ruang 3 46, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,82

33 21 Parameter Lampiran 8. Analisa Usaha Ikan Neon Tetra Suhu ( C) ruang Benih Pakan 7508, , , , , , , , , , , ,22 Akuarium 1666, , , , , , , , , , , ,67 Pompa air 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 Blower 1333, , , , , , , , , , , ,33 Rak akuarium 1166, , , , , , , , , , , ,67 Set aerasi 1083, , , , , , , , , , , ,33 Heater 100 watt 10666, , , , , , , , , , , ,67 Alat sortir 2666, , , , , , , , , , , ,67 Tenaga kerja Sewa lahan Listrik Listrik dari heater , , , , , ,84 Total Biaya (1 s/d 13) , , , , , , , , , , , ,73 Produksi (ekor) Harga jual/ekor Pendapatan Keuntungan 59324, , , , , , , , , , ,38-434,73 21

34 22 Keterangan : Asumsi : Semua perhitungan budidaya didasarkan pada volume akuarium 100 liter, total akuarium 50, dan daya listrik di tempat budidaya 900 watt No Uraian Biaya (rp/bulan) 1 Akuarium 2 Pompa air 3 Blower Harga Rp kekuatan 5 tahun 1666,67 Harga Rp kekuatan 6 bulan 833,33 Harga Rp kekuatan 6 bulan 1333,33 4 Rak akuarium Harga Rp (50 lubang) 1166,67 kekuatan 5 tahun 5 Set aerasi (selang,batu,kran) Harga Rp 6500 kekuatan 6 bulan 1083,33 6 Heater 100 watt Harga Rp kekuatan 6 bulan 10666,67 7 alat sortir (baskom,centong) Harga Rp 8000 kekuatan 3 bulan 2666,67 8 tenaga kerja Rp /bulan sewa lahan 10 Listrik Rp /bulan 4000 Rp /bulan 2000

35 23 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari 1990 dari Ayah Hengky Wijaya dan Ibu Asih Suwarni. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SMP Santa Maria I ( ) dan SMA Setia Bhakti ( ). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN. Selama kuliah di IPB penulis aktif di UKM bola basket IPB dan bergabung dengan tim IPB yang berkompetisi di LA Light Campus League Bandung. Penulis juga berprestasi dalam olahraga bola basket dengan menjadi runner up pada acara PORIKAN. Selain itu penulis pernah melakukan praktik kerja lapang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Penulis melakukan penelitian dengan judul Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Ukuran M pada Suhu Ruang Hingga 32 C.

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE Penelitian tentang budidaya sinodontis dengan densitas yang berbeda ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 yang bertempat Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur,

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 211 215 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 211 PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM Jurnal Pengaruh Akuakultur padat penebaran Indonesia, terhadap 5(2): 127-135 kelangsungan (2006) hidup Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 127 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kolam Budidaya Ikan Ciburial, Sumedang selama kurang lebih dua bulan, yaitu sejak April - Juni 2011. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Wadah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009. Perlakuan dan pemeliharaan dilaksanakan di Cibanteng Farm, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 109-114 ISSN : 2088-3137 PENGARUH KEPADATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA PENDEDERAN

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M 2 DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus Erik Sumbaga SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: 282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 282-289 ISSN: 0853-6384 Short Paper Abstract PENGARUH SALINITAS TERHADAP KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR, Colossoma macropomum THE

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paraclreirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20,40 DAN 60 EKORLITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paraclreirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20,40 DAN 60 EKORLITER DALAM SISTEM RESIRKULASI 6[v PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paraclreirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20,40 DAN 60 EKORLITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Oleh : Nursyamsi Gemawaty C14101026 PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Pembuatan Media Pembuatan air bersalinitas 4 menggunakan air laut bersalinitas 32. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DA PEMBAHASA

IV. HASIL DA PEMBAHASA IV. HASIL DA PEMBAHASA 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan 4.1.1.1 Bobot Bobot rata-rata ikan patin pada akhir pemeliharaan cenderung bertambah pada setiap perlakuan dan berkisar antara 6,52±0,53 8,41±0,40 gram

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Effect of Rearing Density on Growth and Survival Rate of Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr.) Fry at Recirculation Culture System

Effect of Rearing Density on Growth and Survival Rate of Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr.) Fry at Recirculation Culture System Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 189 197 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 189 PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari LAMPIRAN 24 25 Lampiran 1. Data sampling bobot benih ikan lele dan analisis ragam pertumbuhan bobot harian Lampiran 1a, Data sampling bobot benih ikan lele tiap perlakuan setiap 5 hari 35 ekor/liter 40

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 24 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) yang Dipelihara pada Tingkat Kepadatan Berbeda The Survivability

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu: a. Lama pemberian pakan berkarotenoid

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 71-81 ISSN 0126-6265 Vol 38 No.1 71 Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 71-81 ISSN 0126-6265 Vol 38 No.1 PENGARUH SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 59 64 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 59 PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) UKURAN M DENGAN PADAT TEBAR 25, 50, 75 DAN 100 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) UKURAN M DENGAN PADAT TEBAR 25, 50, 75 DAN 100 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 19 24 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 19 PRODUKSI IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) UKURAN M

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI 104 PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI Effect of Stocking Density on Survival and Growth Rate

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENDEDERAN IKAN PINK TAIL CHARACIN UKURAN ¾ INCI DENGAN SISTEM PERGANTIAN AIR SETIAP HARI GARRY RAFFIANO

PRODUKTIVITAS PENDEDERAN IKAN PINK TAIL CHARACIN UKURAN ¾ INCI DENGAN SISTEM PERGANTIAN AIR SETIAP HARI GARRY RAFFIANO PRODUKTIVITAS PENDEDERAN IKAN PINK TAIL CHARACIN UKURAN ¾ INCI DENGAN SISTEM PERGANTIAN AIR SETIAP HARI GARRY RAFFIANO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di Balai Benih Ikan Hias (BBIH) Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April - Juni 2014. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1.

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No.2 /Desember 2016 (29-34) APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) Application of Nano Technology in Aeration Systems

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Ikan Hias Depok. Penelitian berlangsung pada tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2012. Penelitian diawali

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH GURAMI

PRODUKSI BENIH GURAMI PRODUKSI BENIH GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM PADA PADAT PENEBARAN 20 EKOR/L DENGAN PERGANTIAN AIR 75%, 100% DAN 125% PER HARI DARI TOTAL VOLUME AIR RONA ALBRETTICO NEMANITA GINTING DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DYAH KESWARA MULYANING TYAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus EKOR/LITER

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus EKOR/LITER Jurnal Pertanian ISSN 28 436 Volume Nomor 2, Oktober 216 8 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN PADAT TEBAR, DAN EKOR/LITER GROWTH AND

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 Maret 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan

Lebih terperinci

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Yogi Himawan, Khairul Syahputra, Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PADA SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH PERBEDAAN PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PADA SISTEM RESIRKULASI Dewan Redaksi Panduan Penulis PENGARUH PERBEDAAN PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PADA SISTEM RESIRKULASI EFFECTS OF STOCK DENSITY ON

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 hari di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN ANALISIS USAHA PENDEDERAN IKAN SINODONTIS UKURAN 1 INCI DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA VIKIET ARDHITIO

PRODUKSI DAN ANALISIS USAHA PENDEDERAN IKAN SINODONTIS UKURAN 1 INCI DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA VIKIET ARDHITIO PRODUKSI DAN ANALISIS USAHA PENDEDERAN IKAN SINODONTIS UKURAN 1 INCI DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA VIKIET ARDHITIO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011, di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Analisis kualitas

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi 56 Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 56 60 (2010) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 1 Oktober 2015 ISSN: 2302-3600 PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM ADITYA PRIMA YUDHA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang akan diterapkan yaitu pemakaian

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) DENGAN PEMBERIAN PAKAN CACING SUTERA (Tubifex sp.) YANG DIKULTUR DENGAN BEBERAPA JENIS PUPUK KANDANG ROMI PINDONTA TARIGAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA Chironomus sp.

PENGARUH MEDIA YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA Chironomus sp. Jurnal Pengaruh Akuakultur media yang Indonesia, berbeda 5(2): terhadap 113-118 kelangsungan (2006) hidup Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 113 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV Nur Asiah 1, Indra Suharman 1, Siska Wulandari 2 1 Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier)

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier) PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier) Deddy Kristianto Waruwu 1, Hafrijal Syandri 2 dan Azrita 3 E-mail : kristian_dwar@yahoo.com 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta sp.) Yudha Lestira Dhewantara, 1 Ananda Sulistyo Adhi 2,

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta sp.) Yudha Lestira Dhewantara, 1 Ananda Sulistyo Adhi 2, PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta sp.) Yudha Lestira Dhewantara, 1 Ananda Sulistyo Adhi 2, ` 1,2,3) Jurusan Budidaya Perairan, FPIK USNI Jln, Arteri Pondok

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 109 114 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 109 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Mei 2013. Tahapan yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumPembenihan Ikan Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011 bertempat di BBPBL(Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut) Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU Berkala Perikanan Terubuk, Juli 217, hlm 12 18 ISSN 126-4265 Vol. 45. No.2 PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU Erlangga 1*), Riri Ezraneti 1), Mawardi

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME (Osphronemus goramy Lac.)

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME (Osphronemus goramy Lac.) Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 199-207 (2009) 199 PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME (Osphronemus goramy Lac.) EFFECTS OF STOCKING DENSITY ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol

Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 193-198 (2009) 193 Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol Growth of Banggai Cardinalfish

Lebih terperinci