pada tahun 1973 yang disebut sebagai sindrom burnout (Farber, 1991). Sedangkan menurut Gehmeyr, 2000 burnout merupakan suatu masalah yang kemunculanny
|
|
- Deddy Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BURNOUT PADA RELAWAN PMI DKI JAKARTA YANG BERUSIA DEWASA MADYA Dessy Dwi Anggita Puspita Fakultas Psikologi Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya. Subjek dalam penelitian ini adalah satu orang dewasa pria yang memiliki pekerjaan sebagai relawan PMI, dan sudah menjadi relawan PMI selama 15 tahun. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Metode yang digunakan adalah observasi tidak langsung dan pendekatan wawancara menggunakan petunjuk umum wawancara. Berdasarkan hasil analisis dari gambaran burnout pada subjek dapat diketahui bahwa subjek mengalami pola makan yang tidak teratur, istirahat yang kurang, pekerjaan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan emosi sehingga subjek menarik diri dari lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil analisis dari faktor-faktor yang menyebabkan burnout pada subjek dapat diketahui bahwa subjek merasa jenuh dengan pekerjaannya, subjek merasa jenuh di tempat bencana dengan kondisi korban yang melimpah dan situasi yang tidak kondusif. Subjek berusaha tidak menjadikan pekerjaannya suatu beban dan berusaha mencari hiburan di luar pekerjaannya. Kata Kunci: Burnout, Relawan PMI, Dewasa Madya PENDAHULUAN Istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan pada masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun Freudenberger adalah seorang ahli psikologis klinis pada lembaga pelayanan sosial di New York yang menangani remaja bermasalah. Setelah mengamati perubahan perilaku para sukarelawan setelah bertahun-tahun bekerja. Hasil pengamatannya, dilaporkan dalam sebuah jurnal psikologi profesional
2 pada tahun 1973 yang disebut sebagai sindrom burnout (Farber, 1991). Sedangkan menurut Gehmeyr, 2000 burnout merupakan suatu masalah yang kemunculannya memperoleh tanggapan yang baik, sebab hal itu terjadi ketika seseorang mencoba mencapai suatu tujuan yang tidak realistis dan pada akhirnya mereka kehabisan energi dan kehilangan perasaan tentang dirinya dan terhadap orang-orang lain. Dalam menghadapi penanganan bencana alam, PMI (Palang Merah Indonesia) sebagai satu-satunya perhimpunan nasional di Indonesia yang didirikan berdasarkan kebersamaan merupakan kekuatan dalam semangat berkarya dalam kegiatan kemanusiaan. Kebersamaan untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat rentan agar lebih mampu dalam penyelamatan hidup dan peningkatan kesejahteraannya (Widodo, 2010). PMI dituntut harus mampu menyediakan pelayanan kepada masyarakat korban bencana secara efektif dan efisien. Untuk mencapai penyediaan pelayanan yang efektif dan efisien, telah banyak usaha yang dilakukan seperti menyediakan peralatan yang standar, dan sumber daya manusia atau relawan yang berkualitas untuk menanggulangi bencana. Relawan Palang Merah Indonesia yang menjadi tonggak tulang punggung dari gerakan Palang Merah atas setiap kegiatan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh PMI, hal ini menjadi tantangan besar bagi relawan PMI untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan tanpa didasari imbalan apapun. Relawan dalam lingkungan organisasi PMI adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan kepalangmerahan baik secara tetap maupun tidak tetap sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah serta diorganisasikan oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Relawan adalah sebuah istilah yang mengacu pada pengertian rela atau ikhlas. Jadi seorang relawan adalah sosok yang melakukan tugasnya dengan ikhlas. Dalam pengertian ini relawan tidak mengharapkan sesuatu
3 apa pun dari pekerjaannya kecuali demi kelancaran, kesuksesan, keselamatan, kenyamanan, dari pekerjaan yang diembannya itu (Susilo, 2008). Untuk itulah, peneliti disini ingin mengetahui lebih dalam mengenai burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya. Yang telah diketahui sebelumnya bahwa relawan rentan terhadap burnout. Oleh sebab itu, dalam penelitian, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai burnout tersebut, agar setidaknya para relawan dapat mengetahui gambaran mengenai burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya. TINJAUAN PUSTAKA Burnout Burnout pada pekerja pelayanan kemanusiaan lebih sering dikaitkan dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Bagi yang lain, gelisah dan tidak mampu tidur dengan baik adalah simptom yang umum dari kelelahan syaraf. Istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan pada masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun Freudenberger (dalam Farber, 1991) mendefinisikan bahwa burnout adalah suatu bentuk kelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens atau melebihi jam kerja yang biasanya, berdedikasi dan berkomitmen. Gejala-Gejala Burnout a. Selera humor yang sedikit b. Tidak ada waktunya istirahat dan pola makan yang tidak teratur c. Jam kerja melebihi waktu kerja yang biasanya d. Keluhan-keluhan yang menyangkut fisik e. Penarikan diri f. Sistem pekerjaan tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan g. Penggunaan dan mengkonsumsi obat penenang dan alkohol h. Perubahan dalam diri sendiri
4 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Burnout 1. Faktor demografi 2. Faktor perfeksionis 3. Lingkungan kerja 4. Keterlibatan emosional 5. Faktor situasional atau karakteristik pekerjaan 6. Faktor organisasional Dimensi Burnout Menurut Maslach (dalam Farber, 1991) bahwa burnout merupakan suatu pengertian yang multidimensional. Burnout merupakan sindrom psikologis yang terdiri atas tiga dimensi, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan low personal accomplishment (prestasi individu). a. Kelelahan Emosional b. Depersonalisasi c. Low Personal Accomplishment (penurunan hasrat pencapai prestasi diri) Dampak-Dampak Burnout a. Dampak burnout pada individu tampak secara fisik, seperti penurunan kekebalan tubuh individu. b. Dampak burnout pada orang lain disarankan oleh penerima pelayanan dan keluarga. c. Dampak burnout menurut Cherniss (1980) mempengaruhi efektifitas dan efisiensi orang yang mengalami burnout. d. Muldary (1983) mengemukakan bahwa dampak dari burnout antara lain angka kehadiran kerja yang rendah. Cara Mencegah Burnout Menurut Mangoenprasodjo (2005) terdapat cara-cara untuk mencegah terjadinya burnout: a. Perhatikan setiap tanda-tanda yang diterima oleh tubuh anda b. Tanyakan pada diri anda sendiri apa yang sesungguhnya ingin dicapai dalam hidup, karier pribadi. c. Langkah khususnya sangat berguna jika suatu saat mendapati
5 diri menggambarkan pekerjaan sebagai suatu yang melelahkan. d. Buatlah jarak secara mental antara anda dengan pekerjaan. e. Harga diri anda dengan suatu yang istimewa dari waktu ke waktu. f. Meditasi atau lakukan teknikteknik relaksasi lainnya untuk membantu melewati masamasa stres. g. Lakukan beberapa aktifitas olahraga. Tetapi jangan memilih olahraga yang memperkuat perasaan putus asa. penyelamatan hidup dan peningkatan kesejahteraannya (Widodo, 2010). Menurut Sapta (2009) PMI adalah perhimpunan lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan mandiri yang didirikan dengan tujuan meringankan penderitaan sesama manusia, apapun sebabnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku bangsa, bahasa, warna kulit, jenis kelamin, golongan, dan pandangan politik. Relawan PMI PMI (Palang Merah Indonesia) PMI sebagai satu-satunya perhimpunan nasional di Indonesia yang didirikan berdasarkan kebersamaan merupakan kekuatan dalam semangat berkarya dalam kegiatan kemanusiaan. Kebersamaan untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat rentan agar lebih mampu dalam Relawan PMI Relawan adalah sebuah istilah yang mengacu pada pengertian rela atau ikhlas. Jadi seorang relawan adalah sosok yang melakukan tugasnya dengan ikhlas. Dalam pengertian ini relawan tidak mengharapkan sesuatu apa pun dari pekerjaannya kecuali demi kelancaran, kesuksesan, keselamatan, kenyamanan, dari
6 pekerjaan yang diembannya e. itu (Susilo, 2008). Menurut Mulyadi (2008) Peduli pada kasus tertentu f. Mengetahui seseorang yang terlibat di lembaga tempatnya Relawan adalah orang atau bekerja ingin menjadi sejumlah orang, baik terorganisir relawan maupun tidak, yang g. Karena panggilan spiritual mendedikasikan potensi yang dimilikinya untuk membantu Manfaat Menjadi Relawan mengatasi permasalahan orang PMI lain tanpa mengharapkan pamrih, Menurut Susilo (2008) relawan adalah mata pisau dari manfaat yang diperoleh dari kepedulian. program relawan ini, antara lain: Faktor-Faktor Seseorang Menjadi Relawan PMI Menurut Ahyudin (1999) memahami latar belakang orang menjadi relawan, bisa memberi wawasan tersendiri dalam mengetahui program ini. Beberapa faktor orang menjadi relawan, berdasarkan penelitian kerelawanan yang pernah ada, adalah: a. Adanya membantu keinginan sesama b. Tertarik dengan aktivitas atau pekerjaan yang ditawarkan c. Keinginan belajar dan memperoleh pengalaman d. Mempunyai waktu luang a. Bisa lebih banyak memberi layanan sosial dengan biaya yang lebih kecil b. Mempunyai tambahan keahlian baru c. Kontak lebih baik dan lebih luas dengan masyarakat d. Asistensi yang lebih baik kepada donor community Karakteristik Relawan PMI Menurut Ansyari (2008), karakteristik relawan PMI, memiliki sifat antara lain: a. Kemanusiaan b. Kesamaan c. Kenetralan d. Kemandirian
7 e. Kesukarelaan f. Kesatuan g. Kesemestaan Tugas Relawan PMI Sapta (2009) relawan PMI selalu siap secara sukarela untuk menjalankan tugas, antara lain: a. Kesiapsiagaan bencana atau konflik (preparedness) b. Penanganan bencana atau konflik (response) c. Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat d. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PMI e. Ikut mengembangkan organisasi PMI, misalnya sebagai: 1) Fasilitator dalam pembinaan PMR 2) Relawan penggalangan dana untuk PMI cabang 3) Pelatih dalam pelatihan (sesuai kompetensi yang dimiliki) 4) Diseminator kepalangmerahan 5) Peserta forum atau rapat penyusunan rencana kerja atau program Dewasa Madya Menurut Atwater, (1983) dewasa madya adalah individu yang telah memasuki usia pertengahan tiga puluh tahun, karena pada dasarnya usia ini adalah usia pertengahan dalam masa kehidupan seseorang. Hurlock, (2000) dewasa madya merupakan fase kehidupan yang dimulai dari usia 40 tahun sampai dengan usia 60 tahun. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dewasa madya adalah tahap perkembangan yang merupakan usia pertengahan dalam masa kehidupan seseorang yang dimulai dari usia 41 tahun dan berakhir pada usia 65 tahun. Karakteristik Dewasa Madya Hurlock,(2000) membagi dewasa madya kedalam beberapa karakteristik:
8 a. Periode yang ditakuti oleh individu karena adanya perasaan sudah tua. b. Merupakan masa transisi dari dewasa muda menuju dewasa akhir. c. Merupakan masa stress yang disebabkan perubahan fisik, psikis maupun sosial dan peranan dalam kehidupan sehari-hari. d. Merupakan usia yang berbahaya karena banyak individu yang merubah haluan kehidupannya pada periode ini. e. Usia canggung dimana individu harus menyesuaikan diri yang sudah tidak lagi mudah tapi belum tua. f. Merupakan masa berprestasi karena individu mencapai puncak karier pada periode ini. g. Periode evaluasi. h. Masa sepi dimana kehidupan tidak lagi bergejolak namun mulai stabil dan monoton. i. Periode jenuh karena individu sudah melakukan rutinitasnya untuk waktu yang lama dan mulai merasa bosan. Perubahan yang terjadi pada masa Dewasa Madya Menurut Sigelman, (1999) individu yang memasuki masa dewasa madya mengalami beberapa perubahan antara lain: 1. Perubahan fisik 2. Perubahan gaya hidup 3. Perubahan seksual 4. Perubahan pada perkembangan kognisi 5. Karir 6. Agama dan pemaknaan hidup Burnout Pada Relawan PMI DKI Jakarta yang Berusia Dewasa Madya Burnout pada pekerja pelayanan kemanusiaan lebih sering dikaitkan dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Bagi yang lain, gelisah dan tidak mampu tidur dengan baik adalah simptom yang umum dari kelelahan syaraf. Istilah burnout pertama kali diutarakan dan
9 diperkenalkan pada masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun Freudenberger (dalam Farber, 1991) mendefinisikan bahwa burnout adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens atau melebihi jam kerja yang biasanya, berdedikasi dan berkomitmen. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif jenis studi kasus. Subjek adalah seorang relawan PMI DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan tehnik wawancara dengan pedoman umum. Alasannya peneliti dengan bertujuan untuk dapat meningkatkan penelitianpenelitian mengenai aspek-aspek yang harus digali secara mendalam dan juga dapat sebagai bahan pengecek dalam urutan-urutan pertanyaan. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi non partisipasif, alasanya dilakukan karena peneliti hanya sejauh penglihatan peneliti tanpa ikut didalam setiap kegiatan yang dilakukan subjek (Basuki, 2006). HASIL DAN ANALISIS Gejala burnout jika dikaitkan dengan keluhan-keluhan yang menyangkut fisik. Dalam hal ini subjek merasakan otot kaku, fisik yang lemas dan pegal-pegal. Subjek mengatasinya dengan melakukan pelemasan otot dan periksa ke dokter. Gejala burnout pada subjek jika dikaitkan dengan penarikan diri, bahwa subjek menarik diri dari lingkungan kerja dan lingkungan keluarga. Penggunaan serta mengkonsumsi obat penenang dan alkohol jika dikaitkan dengan gejala burnout yang subjek alami hanya untuk menenangkan diri sejenak walaupun subjek hanya mengkonsumsi alkohol bukan obat penenang. Selain itu, subjek menenangkan diri dengan cara istirahat dan beribadah. Gejala burnout jika dikaitkan dengan perubahan dalam diri subjek, bahwa saat mengalami burnout
10 subjek menjadi pendiam serta mengalami emosi yang tinggi, dan terkadang menyendiri. Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Santrock (2002), bahwa burnout sebagai suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya yang diakibatkan oleh stres berlarutlarut yang berkaitan dengan kerja. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya jika dikaitkan dengan faktor lingkungan kerja, lingkungan kerja subjek ketika subjek berada di tempat bencana yang tidak kondusif menyebabkan subjek lelah dan jenuh. Karena di lokasi bencana subjek memiliki tanggung jawab yang besar atas tugas-tugasnya sebagai relawan PMI, banyaknya korban yang tidak sabar bisa membuat subjek lelah terhadap fisiknya, serta teman satu profesi yang tidak mau membantu sehingga subjek melakukan tugas dan pekerjaannya sendiri. Kemudian faktor keterlibatan emosional, keterlibatan antara subjek dengan korban yang di bantu cukup baik. Tetapi, subjek merasa stres jika korban yang di bantu tidak sabar, karena sebagai relawan PMI harus dapat memahami kondisi korban yang di bantu dalam keadaan panik, ketakutan, dan kesakitan. Faktor yang menyebabkan burnout adalah faktor situasional atau karakteristik pekerjaan. Hal ini dapat di lihat dari subjek mengatasi beban kerja yang berlebihan dengan cara menikmati pekerjaannya dan berusaha tidak menjadikannya beban dan subjek terkadang hilang kontrol saat menangani korban bencana karena situasinya yang tidak kondusif dan menghadapi korban yang panik. Kemudian faktor organisasional. Faktor organisasional juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan burnout. Dalam hal ini kurang menyebakan subjek untuk rentan terhadap burnout. Freudenberger (dalam Farber, 1991), burnout merupakan suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens atau melebihi jam kerja yang biasanya, berdedikasi dan berkomitmen.
11 KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Subjek menunjukkan kehilangan selera humor, pola makan subjek tidak teratur, istirahat yang kurang, subjek juga sering lembur dan bekerja dalam keadaan yang darurat, subjek merasakan kelelahan fisik seperti badan pegal-pegal dan lemas, subjek juga menarik diri dari lingkungan sekitar, terkadang subjek mengkonsumsi alkohol atau refreshing untuk mengatasi kejenuhan yang subjek alami. Selain itu, subjek mengalami perubahan mental menjadi lebih emosional, dan subjek mengatasinya dengan cara beribadah. Kemudian, Subjek terkadang merasa jenuh dengan pekerjaannya, subjek merasa jenuh ditempat bencana dengan kondisi korban yang melimpah dan situasi yang tidak kondusif, subjek juga merasa jenuh dan stres saat melayani para korban yang tidak merasa sabar untuk dilayani. Subjek berusaha tidak menjadikan pekerjaannya suatu beban dan berusaha mencari hiburan diluar pekerjaannya, subjek merasa puas setelah membantu korban bencana, subjek juga memiliki komunikasi yang cukup baik antara pekerja dan pemimpin, organisasi yang subjek jalani cukup demokratis, dan tugas-tugas subjek mempunyai tujuan yang jelas. Saran Bagi subjek, peneliti menyarankan agar selalu bisa mengatasi burnout yang dirasakan ketika bekerja dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan, sharing dengan teman-teman dan keluarga dari pada subjek mengkonsumsi alkohol dan tidak dapat mengkontrol emosi yang berdampak tidak baik bagi diri subjek. Bagi lingkungan subjek, peneliti mengharapkan agar keluarga dan teman-teman subjek memberi dukungan secara moril dan membantu menghibur subjek ketika subjek merasa tertekan dan jenuh pada pekerjaannya. Usahakan selalu ada saat subjek membutuhkan untuk sharing. Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan untuk mengadakan penelitian serupa mengenai burnout dengan beragam
12 penelitian seperti subjek yang bekerja diorganisasi lain atau dari segi usia yang berbeda. Dengan keragaman ini diharapkan hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan penelitian lain sehingga peneliti mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan komprehensif mengenai Burnout Pada Relawan PMI DKI Jakarta yang Berusia Dewasa Madya. DAFTAR PUSTAKA Ansyari, H. (2008).Pelatihan kbbm pertama untuk sibat.jakarta: PMI Basuki, A.M.H. (2006).Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusian dan budaya.jakarta: Penerbit Gunadarma Caputo, J.S. (1991).Stress and burnout in library service.canada: The Oryx Press Cherniss, C. (1980).Staff burnout: job stress in the human service.baverly Hills: Sage Publication Cherniss, C. (1987).Staff burnout: job stress in the human service.beverly Hills: Sage Publication Farber, B.A. (1991).Chrisis in education: Stress and burnout in the america teacher.san Fransisco, Oxford: Jossey-Bass Publishers Greenberg, J.S. (2002).Comprehensive: Stress management (7 th. ed).new York: America Goliszek, A. (2005).: 60 Second manajemen stress: cara cepat untuk rileks dan menghilangkan rasa cemas.alih Bahasa: Rusdin, D.Jakarta: BIP Kelompok Gramedia Hurlock,E,B. (1990).Psikologi perkembangan (dewasa awal).jakarta: wordpress.com/2011/07/12/psi kologi-perkembangan-dewasaawal/ diakses 18/01/ Hurlock,E,B. (2000).Psikologi perkembangan.jakarta:erlangga Mangoenprasodjo, A.S. (2005).Pengembangan diri menghadapi stress.jakarta: Think Fresh Marshall, C & Rossman, G. (1995).Designing qualitative research.california :Stage Publications, inc. Maslach, C. & Jackson, S. (1981).The measurement of experienced burnout. Journal
13 of Occupational Behaviour, II, Maslach, C. (1998).A Multidimensional theory of burnout: in Theories of Organizational Stress.(Editor: C.L. Couper).Oxford: Oxford University Press Moeleong, L.J. (2005).Metodologi penelitian kualitatif.bandung: Remaja Rosda Karya Muldary, T.W.(1983).Burnout and health professional: Manifestations and Management.California : Capistrano Publication Mulyadi, A. (2008).Pedoman manajemen relawan.edisi I.Jakarta: Penerbit Palang Merah Indonesia Pines, A. Aronson, E. (1989).Career burnout: causes and cures.new York: The Free Press, A Division of Macmillan, inc Poerwandari, E.K. (1998).Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI Sapta, A.S. (2009).Kenali pmi edisi I.Jakarta:PMI Susilo, J. & Ahyudin. (2008).Buku pintar pekerja sosial.jilid I.Edisi I.Jakarta: Penerbit PT. BPK Gunung Mulia Utami, W. (1990). Kenali pmi edisi I.Jakarta:PM Widodo. (2010).Kebersamaan merupakan kekuatan:gema Insani.Jakarta:PMI DKI Jakarta
Burnout Pada Pelayan Restoran Kapal Pesiar
Burnout Pada Pelayan Restoran Kapal Pesiar Prof. Dr. E. S. Margiantari, SE., MM. (Rektor Universitas Gunadarma) Dr. A. M. Heru Basuki, Msi. (Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma) Fauziah (Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun
Lebih terperinciBURNOUT PADA TERAPIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus di Yayasan Sinar Talenta Samarinda)
ejournal Psikologi, 2013, 1 (2): 187-199 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.org Copyright 2013 BURNOUT PADA TERAPIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus di Yayasan Sinar Talenta Samarinda)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai menulis tentang fenomena yang terus-menerus tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. staf yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout Istilah burnout pertama kali dikemukakan oleh Freudenberger, seorang ahli psikologi klinis yang sangat familiar dengan respon stres yang di tunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku saling tolong menolong merupakan perilaku yang dimiliki oleh manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan sosial, bukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Burnout 2.1.1 Definisi Burnout Istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan kepada masyarakat oleh Herbet Freudenberger. Freudenberger menggunakan istilah yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pelayanan jasa yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan di bidang kesehatan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Dalam hal
Lebih terperinciSiswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi
STUDI PENDAHULUAN MENGUJI PERBEDAAN KETEGANGAN OTOT ANTARA JENIS KELAMIN, USIA, DAN SUBJEK YANG NOR- MAL DENGAN YANG MENGALAMI KELUHAN NYERI KEPALA DAN PUNDAK Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan individu, dan untuk mencapai kesuksesan tersebut banyak hal yang harus dilakukan oleh individu, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya kemajuan dibidang pendidikan sekarang ini, menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah. Persaingan antar sekolah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT
HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT Ranti Putri Arifianti, S.Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Penelitian ini bertujuan adalah untuk menguji
Lebih terperinciNama : Eko Darma Satrio. Nim : : Sistem Informasi
Nama : Eko Darma Satrio Nim : 14121024 Prodi : Sistem Informasi 1. Jelaskan pengertian Perilaku Individu dalam organisasi? Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik
Lebih terperinciPROFIL BURNOUT GURU SMP DI KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR DEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN KERJA
Profil Burnout Guru SMP Di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Berdasarkan Faktor Demografi dan... 91 PROFIL BURNOUT GURU SMP DI KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR DEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki peranan penting sebagai penunjang kesehatan masyarakat. Keberhasilan suatu rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan karyawan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kesehatankhususnya pada Rumah sakit, perawat merupakan salah satu yang memiliki komponen penting dalam menentukan kualitas baik, buruk nya suatu
Lebih terperinciPengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa
26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Kepemimpinan 1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh karyawan dalam memberikan
Lebih terperinciFAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4
FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada area-area seperti pengembangan SDM (Losyk, 2005:65). Dalam sebuah perusahaan permasalahan psikologi
Lebih terperinciAda sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari
TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini semua individu pasti mengalami fase mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia dan hal itu sudah sewajarnya terjadi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi polisi oleh hampir seluruh peneliti dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang sangat rawan stres (Ahmad, 2004). Stres yang dialami oleh polisi dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 menjadikan PMI sebagai satu-satunya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat No. 25 Tahun 1950 dan Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 menjadikan PMI sebagai satu-satunya organisasi yang ditunjuk
Lebih terperinciMANAJEMEN STRES KERJA PADA KRU SINETRON KEJAR TAYANG. ¹Lia Nursofa ²Dona Eka Putri. Abstrak
MANAJEMEN STRES KERJA PADA KRU SINETRON KEJAR TAYANG ¹Lia Nursofa ²Dona Eka Putri 1.2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Kru sinetron kejar tayang adalah orang yang bekerja dalam pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout. dengan kebutuhan dan harapan (Rizka, 2013).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Burnout 1. Definisi Burnout Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah organisasi ataupun lembaga. Stres yang dialami secara berkepanjangan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya kemajuan di bidang industri sekarang ini, menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dan tuntutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI 1. DEFINISI MOTIVASI Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai
Lebih terperinciStudi Deskriptif Mengenai Burnout pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Burnout pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Bandung 1 Bellinda Triana Yusuf, 2 Ria Dewi Eryani 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperincimelihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) telah tumbuh dengan pesat di Indonesia saat ini. Juru Bicara Kemendagri Raydonnyzar Moenek mengatakan jumlah LSM di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
Lebih terperinciBABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap
Lebih terperinciPALANG MERAH INDONESIA. BUDI PURWANTO, SSi, MSi
ORGANISASI & MANAJEMEN UMUM PALANG MERAH INDONESIA BUDI PURWANTO, SSi, MSi PALANG MERAH INDONESIA Pengertian Umum : Palang Merah Indonesia (PMI) adalah lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan mandiri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. menjadi sinis tentang karier mereka. Penjelasan umum tentang. pergaulan dan merasa berprestasi rendah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Burnout A. Burnout Menurut Davis dan Newstrom (1985) pemadaman (burnout) adalah situasi dimana karyawan menderita kelelahan kronis, kebosanan, depresi, dan menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan organisasi tersebut bahkan sumber tenaga manusia sudah dianggap
Lebih terperinciPerbedaan Burnout Ditinjau dari Dukungan Sosial pada Atlet Women s National Basketball League (WNBL) Indonesia
Perbedaan Burnout Ditinjau dari Dukungan Sosial pada Atlet Women s National Basketball League (WNBL) Indonesia Differences of Burnout Viewed from Social Support on Women s National Basketball League Athlete
Lebih terperinciPEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA
PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA Pelatihan Koordinasi & Kaji Cepat Bencana (K2B) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Cisarua, 5 November 2009 Nathanael E.J. Sumampouw, M.Psi, Psi. Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan menghadapi stres kerja pada guru (Cherniss, 1980). Lebih lanjut Cherniss (1980) mengatakan
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kepemimpinan Sudarwan (dalam Kusriyah, 2014) berpendapat kepemimpinan ialah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok. Untuk mengkoordinasi dan memberi arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Rumah sakit memiliki berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
Lebih terperinciYOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS
YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS Mulyaningrum E-mail : mulyaningrum2001@yahoo.com Abstrak Pada kehidupan modern, terutama di kota, setiap orang menjadi semakin besar peluangnya menghadapi banyak stress.
Lebih terperincimerupakan faktor penting untuk pembentukan self disclosure dan akan mempermudah self disclosure seseorang kepada orang lain (Mastuti, 2001). Pada umum
Self Disclosure Orang Tua yang mempunyai Anak Down Syndrome Amira (10505011) Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Self disclosure pada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya penyakit di masyarakat, maka pelayanan kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hasibuan (2007) Byars dan Rue Sutrisno (2009)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian sekarang ini semakin bertambah sulit dengan tantangan yang semakin berat, sehingga perusahaan di dalam mengelola usaha diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa dan pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia di proyeksikan sebesar 7,28 % dan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELI SASARI F. 100 080 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di kantor, orang sering kali berbicara satu dengan yang lain tentang tingkat stres yang mereka alami. Gejala stres dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad ke 20 istilah organisasi non pemerintah atau disebut sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai digunakan untuk membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi di Universitas, Perguruan tinggi, Institut, maupun Akademik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang mengenyam pendidikan tinggi di Universitas, Perguruan tinggi, Institut, maupun Akademik yang memiliki status negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI
Lebih terperinciWork-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya
Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya Era globalisasi menuntut seseorang untuk berevolusi menjadi workaholic. Banyak pekerja di negara maju atau di kota-kota besar harus bertahan
Lebih terperinciKECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA
KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh: SIGIT PRIHANTORO F100070095 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan pekerjaan, dan gaya hidup menjadi semakin berat, beberapa persoalan pun muncul dalam diri individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap tugas yang dikerjakan sehingga tujuan organisasi tercapai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciPSIKOLOGI PELATIHAN FISIK
1 PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK Danu Hoedaya FPOK UPI Materi Penyajian Pelatihan Pelatih Fisik Sepak Bola Se-Jawa Barat FPOK-UPI, 14-17 Februari 2007 2 PENGANTAR Materi Psikologi Kepelatihan pada Pelatihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciEdukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini
Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.
Judul : Pengaruh Work-Family Conflict dan Kelelahan Emosional terhadap Intention to Leave Karyawan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan Nama : Putu Aris Praptadi NIM : 1206205036 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan 31 Desember 2015 merupakan bentuk integrasi ekonomi regional. Dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan informasi, perubahaan selera pasar, perubahan demografi, fluktuasi ekonomi dan kondisi dinamis lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Marihot Tua E.H. menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia didefinisikan: Human resources management is the activities undertaken to
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring berkembangannya kehidupan, manusia selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perkembangan hidup manusia
Lebih terperinciMakalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani
Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi Disusun oleh : Carissa Erani 190110080106 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011 BAB I Ilustrasi Kasus Kasus : Letusan Gunung Merapi yang terjadi
Lebih terperinciPengaruh Burnout, Self Esteem terhadap Kinerja Guru
37 Pengaruh Burnout, Self Esteem terhadap Kinerja Guru Savitri Suryandari Prodi PGSD, Fakultas Bahasa dan Sain, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Burnout atau kejenuhan kerja serta Self Esteem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT
BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karyawan, Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014), hal. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa agar dapat melayani permintaan konsumen akan kebutuhan mereka. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang
Lebih terperinci