ANALISIS SISTEM TATANIAGA KOMODITAS BROKOLI DI DESA TUGU UTARA, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM TATANIAGA KOMODITAS BROKOLI DI DESA TUGU UTARA, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS SISTEM TATANIAGA KOMODITAS BROKOLI DI DESA TUGU UTARA, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI BATAHI WASTIN HUTABARAT H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN BATAHI WASTIN HUTABARAT. Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI) Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat produk hortikultura bagi manusia diantaranya adalah sebagai sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga, pendapatan negara, sedangkan bagi lingkungan adalah rasa, estetika, konservasi genetik sekaligus sebagai penyangga kelestarian alam. Salah satu jenis produk hortikultura yang berperan penting dalam perekonomian negara adalah sayuran. Pada berbagai jenis sayuran unggulan yang ada, diketahui bahwa salah satu sayur unggulan adalah brokoli (Brassicae oleraceae L). Brokoli memiliki banyak manfaat dalam aspek kesehatan diantaranya : memperkecil resiko terjadinya kanker kerongkongan, perut, usus besar, paru, larynx, parynx, prostat, mulut, dan payudara, membantu menurunkan resiko gangguan jantung dan stroke, mengurangi resiko terkena katarak, membantu melawan anemia, dan membantu mengurangi resiko terkena spina bifida (gangguan pada tulang belakang). Kelompok tani Suka Tani merupakan salah satu anggota gabungan kelompok tani Tugu Utara yang menjadikan brokoli menjadi salah satu komoditas usahatani anggotanya. Terdapat beberapa kendala yang membuat kelompok tani ini tidak dapat memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen sehingga kelompok tani ini harus berhubungan dengan pedagang yang dapat membantu menyalurkan produk tersebut. Kendala yang dihadapi oleh petani adalah harga yang fluktuatif dimana harga seringkali ditentukan oleh pihak pedagang dan petani cenderung bertindak sebagai penerima harga (price taker). Di samping itu terjadi juga perbedaan marjin yang diterima dari tingkat petani kepada pedagang dan pada tingkat sesama pedagang. Dalam hal ini petani mendapatkan bagian yang paling sedikit dari total penerimaan pemasaran brokoli tersebut. Penelitian dilakukan pada kelompok tani Suka Tani yang terletak di jalan Kampung Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Kemudian lokasi penelitian dilanjutkan ke pasar TU Kemang, pasar penampungan Cipanas, pasar induk Cipanas, pasar Cisarua, pasar Tangerang, dan pasar Parung. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli sampai dengan Agustus Responden penelitian adalah anggota kelompok tani Suka Tani sebanyak delapan responden, pedagang pengumpul desa sebanyak satu responden, pedagang besar sebanyak dua responden, dan pedagang pengecer sebanyak 13 responden. Penelitian ini menggunakan alat analis marjin tataniaga, farmer s share, dan rasio keuntungan dan biaya. Terdapat tiga pola saluran tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara. Adapun saluran tersebut adalah sebagai berikut : saluran satu: Petani - Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir, saluran dua : Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir, dan saluran tiga : Petani Pedagang Pengecer Konsumen Akhir. Fungsi-fungsi

3 tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas sudah berjalan relatif baik. Pada umumnya semua lembaga yang terkait dalam tataniaga brokoli di desa Tugu Utara sudah melakukan berbagai fungsi tataniaga dengan baik. Struktur dan perilaku pasar berpengaruh terhadap kinerja keseluruhan sistem tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara. saluran tataniaga brokoli yang paling efisien adalah saluran satu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sebaran harga yang tidak berbeda secara signifikan yaitu sebesar Rp ,- per kg, total keuntungan sebesar Rp 5.465,38 per kg, dan rasio keuntungan terhadap biaya yaitu sebesar 2,16. Berdasarkan pengamatan pada saat penelitian disimpulkan bahwa saluran tataniaga brokoli yang terjadi di desa Tugu Utara belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh : harga cenderung ditentukan oleh pedagang sehingga petani menjadi penerima harga (price taker), informasi yang diperoleh anggota kelompok tani masih terbatas, dan skala usaha petani masih kecil. Saran yang dapat diberikan pada hasil penelitian ini diantaranya: 1. Saluran satu merupakan saluran yang paling efisien di antara ketiga saluran yang terbentuk. Akan tetapi pada saluran satu masih perlu dilakukan upaya dalam memperkecil biaya tataniaga khususnya di tingkat pedagang pengecer. 2. Pada saluran dua diharapkan adanya upaya untuk meningkatkan keuntungan atau mengurangi biaya dalam meningkatkan rasio keuntungan dan biaya. 3. Pada saluran tiga masih perlu dilakukan peningkatan volume penjualan. 4. Mengharapkan adanya penelitian lanjutan dalam melengkapi informasi yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

4 ANALISIS SISTEM TATANIAGA KOMODITAS BROKOLI DI DESA TUGU UTARA, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR BATAHI WASTIN HUTABARAT H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi : Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Nama : Batahi Wastin Hutabarat NIM : H Menyetujui, Pembimbing Dr.Ir. Ratna Winandi, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2012 Batahi Wastin Hutabarat H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Balige pada tanggal 4 Agustus Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Sabam Hutabarat dan Ibu Rosida Simanjuntak. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 02 Balige pada tahun 1992 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Budhi Dharma Balige. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Bintang Timur 1 Balige diselesaikan pada tahun Setelah itu, penulis menyelesaikan pendidikan di Diploma 3 Teknologi Industri Kayu, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun Penulis diterima pada program Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

8 KATA PENGANTAR Segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih, berkat dan anugerah, kekuatan, dan penyertaannya dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pemilihan topik dan judul penelitian ini didasari bahwa brokoli (Brassicae oleraceae L) memiliki peranan yang penting dalam perekonomian negara. Di samping itu brokoli memiliki banyak kandungan kimia yang baik untuk kesehatan. Salah satu wilayah yang baru mengembangkan kegiatan usaha tani brokoli adalah kabupaten Bogor. Usahatani brokoli di kabupaten Bogor dimulai pada tahun Adapun wilayah yang merupakan sentra produksi komoditas brokoli terdapat di kecamatan Cisarua. Desa Tugu Utara menjadi salah satu wilayah bagian di Kecamatan Cisarua yang memiliki kontribusi produksi yang relatif besar dalam menghasilkan komoditas brokoli. Kelompok tani Suka Tani merupakan salah satu penghasil komoditas brokoli yang terdapat di Desa Tugu Utara. Kelompok tani Suka Tani mulai memulai usahatani brokoli pada tahun Pada tahun 2009, kelompok tani ini mampu memperoleh tingkat produksi sebesar 59,52 persen dari total produksi brokoli yang ada di wilayah Cisarua, dan pada tahun 2010 mampu memperoleh tingkat produksi sebesar 54,11 persen dari total produksi di wilayah Cisarua tersebut. Aspek potensi produksi tersebut seharusnya dapat menjadi salah satu kekuatan bagi anggota kelompok tani dalam memasarkan komoditas brokoli tersebut. Namun harga seringkali ditentukan oleh pedagang sehingga petani menjadi penerima harga (price taker). Harga yang diperoleh petani juga cenderung fluktuatif karena harga ditentukan oleh pedagang. Di samping itu, terbentuk juga marjin penjualan yang besar antara petani dengan pedagang pengecer sebagai penjual akhir. Kondisi marjin tersebut pada akhirnya

9 berdampak pada kesejahteraan petani dikarenakan penerimaan atas penjualan yang relatif kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem tataniaga brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Maret 2012 Batahi Wastin Hutabarat

10 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis atas segala kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidik pada ujian sidang penulis dalam memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 5. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak kelompok Tani Suka Tani dan para pedagang yang dijadikan oleh penulis sebagai responden atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Enrico T.N. Doloksaribu, Ivan Stanley Siregar, Yohan Wahyudi, Adi Christiyanto, dan Rosida Aritonang, atas setiap waktu untuk bertukar pikiran, khususnya dalam perkembangan penulisan tugas akhir ini. 8. Nicholas De Surya Tenglewier, Vicki Risky, dan Yusman Syah, untuk segala kebersamaan, dukungan dan kesediaan waktu untuk mendampingi selama di lapangan. 9. Bhanu Dono dan Johanes Wiharto untuk dukungan dan motivasi selama penulisan tugas akhir ini berlangsung. 10. Sri Susanti Siahaan dan Conny Evelina Tampubolon setiap waktu untuk bertukar pikiran dan motivasi yang diberikan khususnya pada masa penulisan tugas akhir ini.

11 11. Desi Natalis Singarimbun, Ribkha Dumiris Sinaga, Verawati Ambarita, dan Reni Tilova Siagian atas bantuannya dalam mempersiapkan segala kebutuhan seminar hasil penelitian. 12. Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen yang menjadi salah satu wadah pembentukan karakter penulis selama melakukan studi di kampus tercinta. 13. Bapak Sri Bawono dan Ibu Esther Bawono Simanjuntak atas segala masukan dan dukungan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 14. Teman-teman terdekat di ekstensi Agribisnis : Pamela Situmorang, Heri Eko Wira Marpaung, Felix Bob Siregar, Lustri Sembiring, Kinza Laura, Erik Siregar, Ance Trio Marta, Agus Sutrisno Sihombing, dan Ignaz Charles Simanjuntak atas kebersamaan yang telah dijalani bersama selama melakukan studi di kampus tercinta. 15. Rekan-rekan di Keluarga Mahasiswa Kristen Ekstensi (KMKE). 16. Rekan-rekan di Departemen Profetik GSJA Betlehem atas dukungan yang selalu mengingatkan dan memberi perhatian terhadap proses penulisan tugas akhir yang sedang dijalani oleh penulis. 17. Teman-teman satu kos di perwira 19 Darmaga atas segala kebersamaan, motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan. 18. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan tiga, empat, dan lima atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Maret 2012 Batahi Wastin Hutabarat

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Brokoli (Brassicae oleraceae L) Penelitian Terdahulu Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Tataniaga Pertanian Fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga Saluran Tataniaga Fungsi Saluran Tataniaga Pendekatan Structure-Conduct-Perfromance (S-C-P) Efisiensi Tataniaga Marjin Tataniaga Farmer s Share Peran Kelompok Tani Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Penarikan Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Saluran Tataniaga Analisis Lembaga Tataniaga Analisis Struktur dan Perilaku Pasar Analisis Marjin Tataniaga Analisis Farmer s Share Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya iii v vi vii

13 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelompok Tani Suka Tani Gambaran Umum Usaha Tani Brokoli Karaktertistik Petani Responden Pengalaman Usahatani Brokoli Karakteristik Pedagang Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Tataniaga Saluran Tataniaga Saluran Tataniaga Satu Saluran Tataniaga Dua Saluran Tataniaga Tiga Fungsi Tataniaga pada setiap Lembaga Tataniaga Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar/ Grosir Pedagang Pengecer Analisis Struktur Pasar Struktur Pasar di Tingkat Petani Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa Strukur Pasar di Tingkat Pedagang Besar Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer Analisis Perilaku Pasar Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Petani Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pengecer Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga Keragaan Pasar Analisis Marjin Tataniaga Farmer s share Rasio Keuntungan dan Biaya Efisiensi Tataniaga VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA iv

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi Sayuran Indonesia ( ) Data Konsumsi Sayuran Indonesia ( ) Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Brokoli di kecamatan Cisarua ( ) Daftar Kelompok Tani di desa Tugu Utara Harga Brokoli di Tingkat Petani Harga Brokoli di Tingkat Pedagang Pengecer di Pasar Bogor Komposisi Nutrisi per 100 gram Brokoli Penelitian Terdahulu tentang Tataniaga Lima Jenis Pasar Sistem Pangan dan Serat Sifat-sifat Utama Bentuk Pasar Bersaing Murni (Atomistik) dan Oligopolistik dikembangkan dengan Sistem Tataniaga Pemanfaatan Lahan Desa Tugu Utara Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengalaman dan Luas Lahan Usahatani Brokoli pada Tahun Karakteristik Pedagang Perantara Fungsi- Fungsi Lembaga-Lembaga Brokoli di Desa Tugu Utara Tingkat Harga rata-rata Brokoli Pada Lembaga Tataniaga di desa Tugu Utara tahun Analisis Marjin Tataniaga Brokoli Pada Saluran Satu, Dua, dan Tiga, di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Farmer s Share Pada Saluran Brokoli di Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Rasio Keuntungan dan Biaya untuk Setiap Saluran Tataniaga Brokoli yang ada di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Sebaran Harga pada Masing-Masing Pola Saluran Tataniaga Brokoli di Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor... 89

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Contoh Saluran Tataniaga dengan Beberapa Tingkat Marketing Margin Kerangka Pemikiran Operasional Saluran Tataniaga Brokoli di Desa Tugu Utara

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Karakteristik Petani Brokoli pada Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Biaya Produksi Petani Brokoli di Desa Tugu Utara per Musim Panen Pendapatan Petani Brokoli di Desa Tugu Utara π/c Rasio Petani Brokoli di Desa Tugu Utara Biaya Pedagang Pengumpul Pendapatan Biaya Pengumpul Biaya Pedagang Besar Pendapatan Pedagang Besar Biaya Pedagang Pengecer Pendapatan Pedagang Pengecer

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein, dan zat pelindung seperti vitamin serta mineral. Karbohidrat banyak terdapat pada pangan beras, jagung, ketela pohon, dan sebagainya, sedangkan pangan protein dapat diperoleh dari hewan (protein hewani) atau dari tanaman (protein nabati). Buah-buahan dan sayuran memiliki kandungan protein maupun vitamin serta mineral yang cukup banyak untuk menopang keseimbangan metabolisme dalam tubuh. Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat produk hortikultura bagi manusia diantaranya adalah sebagai sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga, dan pendapatan negara. Sedangkan manfaatnya bagi lingkungan adalah menambah citra dalam rasa dan estetika, konservasi genetik dan sekaligus sebagai penyangga kelestarian alam. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman jenis buah-buahan dan sayur-sayuran yang sangat banyak. Komoditas sayuran memegang peranan penting dalam perekonomian negara. Salah satu produk sayuran unggulan adalah brokoli. Brokoli (Brassicae oleraceae L) merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam kelompok kubis-kubisan (Brassicaceae). Bagian brokoli yang dapat dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti cabang pohon dan batang tebal. Brokoli dikenal memiliki berbagai kandungan kimia yang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Adapun kandungan dalam brokoli antara lain protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat besi, vitamin A, C, E, tiamin, riboflavin, nikotinamide, kalsium, beta karoten dan glutation, senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan dan iberin yang merangsang pembentukan glutation. Hal ini menjadikan brokoli menjadi salah satu sayuran yang diminati banyak orang. Brokoli juga dapat digunakan sebagai obat untuk menjinakkan bakteri H. pylori yang mengendap di dalam lambung dan

18 usus dua belas jari yang dapat menyebabkan penyakit tukak lambung dan gangguan usus dua belas jari. 1 Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 1. produktivitas sayuran secara umum cenderung fluktuatif terhitung mulai tahun 2004 sampai dengan tahun Dari 18 komoditas sayuran unggulan pada tahun 2009, produktivitas brokoli berada pada peringkat sepuluh. Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa produktivitas brokoli cenderung fluktuatif. Produktivitas brokoli pada tahun 2004 mampu mencapai angka 94,77 kuintal/ha. Brokoli mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2005 yaitu sebesar 100,71 kuintal/ha. Tingkat produktivitas brokoli pada tahun 2005 merupakan tingkat produktivitas terbesar dari tahun 2004 sampai pada tahun Pada tahun 2006 terjadi penurunan produktivitas yang sangat drastis yakni sebesar 9,882 kuintal/ha. Tingkat produktivitas brokoli pada tahun 2006 merupakan tingkat produktivitas terendah dari tahun 2004 sampai pada tahun Pada tahun 2007, komoditas brokoli mengalami peningkatan produktivitas menjadi 95,35 kuintal/ha. Pada akhirnya pada tahun 2009, komoditas brokoli kembali mengalami penurunan produktivitas menjadi 90,135 kuintal/ha. 1 Tim Info Tempo.2009.Khasiat si Kecambah Brokoli. November

19 Tabel 1. Produktivitas Sayuran Indonesia ( ) Tahun Jenis sayuran Satuan Bunga Kol ton/ha 14,44 14,53 13,63 13,37 12,31 11,87 Buncis ku/ha 81,4 87,9 7,75 85,2 85,2 94,8 Brokoli Ku/ha 94,77 100,71 9,882 95,535 96,795 90,135 Cabe ku/ha 56, Jamur ku/ha 400, ,60 790, ,80 675,8 549,3 Kacang Merah ku/ha 3,2 38,3 3,82 45,1 47,8 48,6 Kacang Panjang ku/ha 53,4 55 5,44 57,2 54,6 57,7 Kangkung ku/ha 56,4 63,6 6,6 71, ,8 Kentang ku/ha 163, ,4 160, ,1 Ketimun ku/ha 94,9 104,1 10,21 102,6 96,8 103,9 Kol ku/ha 115,83 123,09 12, , , ,165 Lobak ku/ha 124,1 164,6 135,1 133,2 210,6 156,9 Petai ton/ha 7,01 7,47 7,58 6,99 8,19 6,92 Petsai / Sawi ku/ha 9,43 105, ,8 103,6 99,8 Terung ku/ha 69 73,5 7,26 82,1 88,2 93,8 Tomat ku/ha 118,9 126,4 11,77 123,3 136,6 152,7 Wortel ku/ha 175,3 178,5 167,1 147, ,6 Jahe kg/m2 1,7 1,82 1,77 2,66 1,93 1,69 Sumber : Susenas diolah (2011) Sementara itu, dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi per kapita sayuran di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2010 cenderung fluktuatif. Konsumsi per kapita untuk komoditas brokoli pada tahun 2004 mencapai 0,91 kg/tahun. Konsumsi per kapita brokoli pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,94 kg/tahun. Tingkat konsumsi per kapita pada tahun 2005 tersebut merupakan tingkat konsumsi per kapita tertinggi dari tahun 2004 sampai pada tahun Pada tahun 2006, konsumsi per kapita brokoli mengalami penurunan 3

20 menjadi 0,82 kg/tahun. Tingkat konsumsi per kapita pada tahun 2006 tersebut merupakan tingkat konsumsi per kapita terendah dari tahun 2004 sampai pada tahun Setelah itu, pada tahun 2007 konsumsi per kapita untuk komoditas brokoli mengalami peningkatan sampai pada tahun Penurunan konsumsi per kapita untuk komoditas brokoli pada tahun 2006 diperkirakan sejalan dengan penurunan tingkat produktivitas komoditas brokoli pada tahun 2006 yang mencapai 9,882 kuintal/ha (Tabel 1.). Adapun tingkat konsumsi per kapita brokoli akan terus meningkat pada tahun 2009 dan tahun 2010 yaitu sebesar 0,89 kg/tahun dan 0,92/tahun. 4

21 Tabel 2. Data Konsumsi per Kapita Sayuran Indonesia ( ) Konsumsi per Kapita (kg/tahun) Jenis sayur-sayuran # 2010# Bawang Merah 2,19 2,21 2,08 3,01 2,74 2,82 2,90 K e t i m u n 1,92 1,92 1,98 2,08 2,08 2,14 2,21 Kacang Merah ,00 0,00 Kacang Panjang 3,43 3,69 4,00 3,80 3,80 3,91 4,03 K e n t a n g 1,82 1,92 1,66 2,08 2,03 2,09 2,15 Kol 1,12 1,09 1,00 1,03 1,06 1,09 1,12 T o m a t 1,52 1,34 1,17 2,09 2,23 2,29 2,36 W o r t e l 0,73 1,09 0,94 1,14 1,14 1,18 1,21 Brokoli 0,91 0,94 0,82 0,84 0,86 0,89 0,92 Cabe Merah 1,36 1,51 1,38 1,47 1,54 1,59 1,64 Cabe Hijau 0,24 0,24 0,23 0,30 0,27 0,27 0,28 Cabe Rawit 1,14 1,16 1,16 1,51 1,44 1,48 1,53 T e r u n g 2,55 2,55 2,65 3,48 2,91 3,00 3,09 Petsai / Sawi 0,47 0,78 0,47 0,73 0,88 0,91 0,94 Kangkung 4,52 4,94 4,99 4,94 4,78 4,93 5,08 Labu Siam 0,83 0,94 1,09 1,46 1,46 1,50 1,54 B u n c i s 0,94 0,94 0,94 0,88 0,94 0,96 0,99 B a y a m 4,42 4,78 4,37 4,47 4,00 4,13 4,25 Bawang Putih 1,15 1,21 1,09 1,51 1,71 1,76 1,82 J a m u r 0,05 0,05 0,04 0,07 0,06 0,06 0,06 Petai - - 0,15 0,84 0,30 0,31 0,32 Jengkol - - 0,62 0,68 0,47 0,48 0,50 Lainnya 2,18 2,03 1,72 2,50 2,76 2,84 2,92 Sumber : Susenas diolah (2011) Keterangan : # = Angka ramalan 5

22 Dataran tinggi Jawa Barat (Bandung, Garut, Bogor, Cianjur, dan Tasikmalaya) terletak pada daerah agroklimat basah dengan rata-rata bulan basah delapan sampai dengan sepuluh bulan dengan curah hujan rata-rata tahunannya lebih dari 2000 mm. Daerah ini cocok untuk pertumbuhan dan produksi sayuran dataran tinggi seperti brokoli, paprika, selada, sawi, kentang, wortel, kubis, dan lain-lain (Nugraha, 2010). Berdasarkan informasi melalui komunikasi lisan dengan pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, diperoleh informasi bahwa sayuran brokoli merupakan salah satu jenis sayuran yang belum lama dibudidayakan dan untuk wilayah Bogor hanya dihasilkan di kecamatan Cisarua Puncak. Daerah ini dipilih untuk usahatani brokoli karena sesuai dengan persyaratan tumbuh dari sayuran brokoli tersebut ditinjau dari aspek geografisnya, yaitu wilayah dengan ketinggian mdpl. Pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menyampaikan bahwa sampai saat ini wilayah sentra produksi brokoli untuk wilayah Bogor hanya terdapat di kecamatan Cisarua. Laporan pihak Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Teknologi Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Kehutanan VII (UPT PTTPHPK VII) menginformasikan bahwa di kecamatan Cisarua brokoli baru dibudidayakan pada tahun Laju pertumbuhan brokoli dari aspek luas panen, produktivitas, dan produksi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Brokoli di Kecamatan Cisarua ( ) Tahun Luas panen (ha) Produktivitas Produksi (ton) (ton/ha) , , , Sumber : UPT PTTPHPK VII wilayah Ciawi (2011) Berdasarkan Tabel 3. produksi brokoli dari tahun 2008 sampai pada tahun 2009 adalah tetap yaitu sebesar 270 ton, kemudian mengalami peningkatan produksi sebesar 10 persen pada tahun Usahatani brokoli di kecamatan Cisarua terpusat di desa Tugu yang masih terbagi pada dua wilayah pedesaan yaitu desa Tugu Utara dan desa Tugu Selatan. 6

23 Salah satu kelompok tani yang mengusahakan brokoli di desa Tugu Utara yaitu kelompok tani Suka Tani. Kelompok tani Suka Tani merupakan bagian dari gabungan kelompok tani Tugu Utara. Gapoktan Tugu Utara terdiri dari beberapa kelompok tani yang bergerak dalam beberapa bidang budidaya komoditas yang dapat dilihat pada Tabel 4. Kelompok tani Suka Tani bergerak dalam usahatani sayuran non organik. Berdasarkan luas lahan, kelompok tani Suka Tani memiliki luas lahan yang paling besar jika dibandingkan dengan kelompok tani sayuran non organik lainnya di Gapoktan Tugu Utara, yaitu sekitar 70 Ha. Usahatani brokoli yang dijalankan oleh kelompok tani Suka Tani baru dimulai pada tahun Adapun dari 20 anggota petani kelompok tani Suka Tani, baru ada delapan petani yang berkecimpung dalam usahatani brokoli sampai pada saat ini. Tabel 4. Daftar Kelompok Tani di Desa Tugu Utara Nama Kelompok Tani Alamat Nama Ketua Komoditas Budidaya Pemuda Sampang Kampung Sampang Aang Zaenal Ikan Nila Rt 01/03 Gadong Organik Kampung Cisuren Rt Soemadi STP Sayuran Organik 04/04 Wijaya Tani Kampung Cisuren Rt 04/04 Asep Ruhiyat Sayuran Non Organik Puncak Sejati Kampung Pondok Henda Budiman Kambing Rawa Rt 03/04 Tunas Kaliwung Kampung Pondok Rudi Sanjaya Kelinci Caringin Rt 02/04 Kaliwung Kalimuncar Kampung Pondok Dedi Damhudi Jamur Tiram Caringin Rt 02/04 Suka Tani Kampung Suka Tani Ujang Yahya Sayuran Non Organik Rt 06/04 Halimun Kampung Tugu Rt H.Topik Sayuran Non Organik 02/01 Hijau Lestari Kampung Cisuren Rt 04/04 H. Mamat Karyana Sayuran Non Organik Sumber : Kantor Kelurahan desa Tugu Utara (2011) 1.2 Perumusan Masalah Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), perekonomian yang menyangkut persoalan dalam hal mata pencaharian dan cara hidup bermasyarakat terbagi atas tiga bagian, yaitu produksi, pemasaran, dan konsumsi. Produksi dan pemasaran adalah kegiatan yang mempunyai hubungan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan atas barang dan jasa, sedangkan konsumsi adalah kegiatan yang 7

24 memiliki hubungan dengan penurunan atas kegunaan barang dan jasa. Sementara pemasaran atau yang sering disebut sebagai tataniaga merupakan tindakan yang berhubungan dengan pergerakan barang-barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen. Kelompok tani Suka Tani merupakan salah satu anggota gabungan kelompok tani Tugu Utara yang berada di jalan Kampung Suka Tani, desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor. Kelompok tani Suka Tani memiliki anggota sebanyak 20 orang dengan seorang ketua yang bernama bapak Ujang Yahya. Usahatani brokoli di Suka Tani baru dimulai dari tahun Pada kelompok tani ini, baru terdapat delapan orang petani dalam menjalankan usahatani brokoli. Adapun total luas lahan petani brokoli pada kelompok tani ini seluas 27,6 Ha (Lampiran 1). Masa tanam jenis sayuran ini adalah selama 2,5 bulan dari tahap penyemaian sampai masa panen. Kelompok tani Suka Tani telah mampu menjalankan usahatani brokoli dengan memperoleh hasil panen yang besarnya sama dari tahun 2009 sampai dengan tahun Hasil panen rata-rata petani dapat mencapai 5,93 ton brokoli per tahun. Dengan demikian total hasil panen yang didapatkan oleh delapan anggota kelompok tani tersebut adalah sebesar 160,70 ton per tahun pada total luas panen sebesar 27,6 Ha. Data pada Tabel 3. dapat menunjukkan bahwa hasil produksi brokoli di Kecamatan Cisarua sebagian besar diperoleh dari kelompok tani Suka Tani. Pada tahun 2009, kelompok tani ini mampu memperoleh tingkat produksi sebesar 59,52 persen dari total produksi brokoli yang ada di wilayah Cisarua, dan pada tahun 2010 mampu memperoleh tingkat produksi sebesar 54,11 persen dari total produksi di wilayah Cisarua tersebut. Proporsi produksi yang besar pada kelompok tani ini seharusnya membuat kelompok tani tersebut mampu memasarkan brokoli dengan lebih baik. Akan tetapi kelompok tani ini harus mampu menciptakan aktivitas tataniaga yang baik untuk menjaga kestabilan produksinya. Tingkat produksi yang tinggi dapat menjadi salah satu kekuatan bagi kelompok tani ini untuk memasarkan produk brokoli yang dihasilkannya. Oleh karena itu, cukup menarik untuk melakukan suatu penelitian pada kelompok tani ini. 8

25 Kelompok tani Suka Tani sebenarnya mampu memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen. Akan tetapi terdapat beberapa kendala yang membuat kelompok tani ini tidak dapat memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen sehingga membuat kelompok tani ini harus berhubungan dengan pedagang yang dapat membantu menyalurkan produk tersebut. Kendala yang dihadapi oleh kelompok tani tersebut adalah produk yang dijual sifatnya mudah rusak (bulky) dan cepat busuk (perishable). Kendala lain yang dihadapi adalah jarak lokasi pemasaran dari areal usahatani yang dimiliki oleh kelompok tani, sehingga memerlukan penanganan, mulai dari penyimpanan, pengangkutan dan bongkar muat. Hal tersebut dapat mengakibatkan biaya yang dikeluarkan oleh kelompok tani tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperolehnya. Dalam memasarkan brokoli, petani belum dapat menentukan harga jual. Dengan demikian penentuan harga seringkali dilakukan oleh pihak pedagang, sehingga status petani hanya sebagai penerima harga saja (price taker). Hal inilah yang mengakibatkan petani cenderung tergantung pada pihak pedagang. Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa harga rata-rata per bulan yang diterima oleh petani dari bulan Oktober tahun 2010 sampai pada bulan Juni tahun 2011 berfluktuasi. Tabel 5. Harga Rata-rata Brokoli di Tingkat Petani Tahun Bulan Harga per kg (Rp) 2010 Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Keterangan : - : petani tidak melakukan penanaman brokoli Sumber : Ketua Kelompok Tani Suka Tani (2011) 9

26 Pada Tabel 5. dapat terlihat bahwa petani memperoleh harga rata-rata yang fluktuatif dari mulai bulan Oktober 2010 sampai pada bulan Juni Petani memperoleh harga rata-rata tertinggi pada bulan Desember tahun 2010 sebesar Rp 5.000,- per kg dan harga rata-rata terendah diperoleh pada bulan November 2010, yaitu sebesar Rp 3.000,- per kg. Dalam hal ini, penulis juga melakukan suatu kegiatan peninjauan harga jual di tingkat pedagang pengecer di pasar Bogor, yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Harga Rata-rata Brokoli di Tingkat Pedagang Pengecer di Pasar Bogor Tahun Bulan Harga per kg 2010 Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Sumber : Pedagang Pengecer di Pasar Bogor (2011) Pada Tabel 6. dapat diketahui bahwa harga yang terbentuk di tingkat pedagang pengecer berfluktuasi. Pedagang pengecer memperoleh harga rata-rata tertinggi pada bulan Januari tahun 2011, yaitu sebesar Rp ,- per kg dan harga rata-rata terendah diperoleh pada bulan April dan Mei tahun 2011 yaitu sebesar Rp 8.000,- per kg. Jika dilakukan pengamatan pada Tabel 5. dan Tabel 6., dapat disimpulkan bahwa telah terbentuk suatu marjin pemasaran yang relatif besar diantara petani sampai ke pedagang pengecer. Dalam hal ini petani mendapatkan bagian yang relatif paling sedikit dari total penerimaan pemasaran brokoli tersebut. Dengan memperhatikan fakta-fakta tersebut, penulis memiliki suatu ketertarikan dalam melakukan penelitian tentang sistem tataniaga brokoli pada kelompok tani ini. Sistem tataniaga brokoli berkaitan dengan peran lembaga tataniaga dalam menyampaikan brokoli dari tangan produsen ke tangan konsumen. Oleh karena itu, hal ini memiliki keterkaitan pada perbedaan lokasi dan kegiatan lembaga tataniaga yang mengakibatkan penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga tataniaga menjadi tidak merata. Adanya lembaga tataniaga akan menyebabkan harga brokoli berubah setelah sampai di konsumen, di mana yang menjadi 10

27 penyebab hal tersebut adalah setiap lembaga tataniaga berusaha melakukan fungsi tataniaga yang menambah nilai guna (utilitas) dari brokoli tersebut sehingga memperbesar biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga biasanya dibebankan kepada pihak produsen dan konsumen dengan cara meningkatkan harga konsumen atau menekan harga produsen. Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat suatu perumusan masalah yang terwujud dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem tataniaga yang dilakukan oleh kelompok tani Suka Tani, di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Puncak, Kabupaten Bogor? 2. Apakah sistem tataniaga yang berlangsung sudah efisien? 1.3 Tujuan Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Anggota kelompok tani dan lembaga tataniaga terkait dalam membantu menambah informasi dan masukan dalam hal pengambilan keputusan pemasaran produk secara umum dan pemasaran brokoli secara khusus. 2. Masyarakat secara umum untuk dapat menambah pengetahuan dalam menjalankan bisnis untuk komoditas brokoli. 3. Pembaca, dalam menambah informasi, literatur, dan bahan tambahan untuk keperluan penelitian selanjutnya. 11

28 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penulis melakukan batasan dalam melakukan kegiatan penelitian, yang mencakup : 1. Produk yang dikaji adalah komoditas brokoli yang merupakan salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan oleh kelompok tani Suka Tani. 2. Penelitian hanya terfokus tentang sistem tataniaga sayur brokoli pada kelompok tani Suka Tani. 3. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan Agustus Penelitian dilakukan pada kelompok tani Suka Tani yang terletak di jalan Kampung Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. 12

29 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brokoli (Brassicae oleraceae L) Brokoli (Brassicae oleraceae L) adalah tanaman sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Brokoli diperkirakan didomestikasi di wilayah Mediterania dan mungkin di sekitar Siprus atau Crete. Ada tiga tipe brokoli yang ditanam, yaitu tipe umur genjah, tipe umur sedang, dan tipe umur dalam. Bagian tanaman yang dapat dimakan adalah perbungaan yang terdiri atas bunga muda yang telah terdiferensiasi sempurna dan bagian atas batang yang lembut. Berikut taksonomi dari brokoli : Kelas : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji) atau Embryophyta Siphonogomo Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup) Ordo : Brassicalaes (Rhoedales) Famili : Brassicaceae (Cruciferae) Genus : Brassisca Species : Oleraceae L Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi brokoli adalah 15,5-18,0 0 C. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga. Keadaan tanah untuk lahan penanaman brokoli harus subur, gembur, kaya bahan organik, dan tidak mudah tergenang air, kisaran ph tanah pada kisaran 5,5-6,5 dan harus memiliki pengairan yang cukup. Beberapa manfaat brokoli bagi kesehatan tubuh diantaranya : 1. Memperkecil resiko terjadinya kanker kerongkongan, perut, usus besar, paru, larynx, parynx, prostat, mulut, dan payudara. 2. Membantu menurunkan resiko gangguan jantung dan stroke. 3. Mengurangi resiko terkena katarak. 4. Membantu melawan anemia. 5. Mengurangi resiko terkena spina bifida (salah satu jenis gangguan kelainan tulang belakang).

30 Komposisi nutrisi yang terkandung dalam 100 gram brokoli dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Komposisi Nutrisi per 100 gram Brokoli Nutrisi Jumlah Mineral Jumlah Asam Amino Jumlah Air 90,69 g Kalsium (Ca) 48 mg Tryptophan 0,029 g Energi 28 Kcal Besi (Fe) 0,88 mg Threonine 0,091 g Energi 117 kj Magnesium (Mg) 25 mg Isoleucine 0,109 g Protein 2,98 g Phospor (P) 66 mg Leucine 0,131 g Total lemak 0,35 g Potassium (K) 325 mg Lysine 0,141 g Karbohidrat 5,24 g Sodium (Na) 7 mg Methionine 0,034 g Serat 3 g Seng (Zn) 0,4 mg Cystine 0,02 g Ampas 0,92 g Tembaga 0,045 (Cu) mg Phenylalanine 0,084 g Vitamin Jumlah Mangan 0,229 (Mn) mg Tyrosine 0,063 g Vitamin C 93,2 mg Selenium (Se) 3 mcg Valine 0,128 g Thiamin Riboflavin Niacin 0,065 mg 0,119 mg 0,638 mg Lemak Jumlah Arginine 0,145 g Asam Lemak Jenuh Asam Lemak Tak Jenuh 0,054 g Histidine 0,05 g 0,191 g Alanine 0,118 g Asam 0,535 Kolesterol 0 mg Aspartic acid 0,213 g Pantothenic mg Vitamin B- 0,159 Glutamic acid 0,375 g 6 mg Folat 71 mcg Glycine 0,095 g Vitamin A 1542 UI Proline 0,114 g 1,66 Vitamin E Serine 0,1 g mg Sumber : Rubatzky dan Yamaguchi (1997) Tipe brokoli yang penting meliputi tunas ungu (tipe bercabang lewat musim dingin), tanjung bunga ungu (tanaman dua musim berkepala tunggal, lewat musim dingin), sisilia ungu (tanaman setahun berkepala tunggal berwarna ungu 14

31 pucat, kadang-kadang dikenal sebagai kubis bunga ungu), tunas putih (tanaman dua tahunan bercabang, lewat musim dingin), dan calabrase (tunas hijau, sebagian besar berkepala tunggal dengan bentuk setahun dan dua tahunan). Tipe calabrase adalah yang paling banyak ditanam, dengan banyak hibrida yang sangat baik yang menggantikan kultivar menyerbuk terbuka. Sifat yang penting meliputi kepadatan dan bentuk kepala, tingkat percabangan, ukuran individu tunas bunga, panjang batang, jumlah dan panjang ruas, dan perkembangan bunga aksilar/samping. 2.2 Penelitian Terdahulu Pada waktu sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian tentang tataniaga suatu produk. Masing-masing peneliti melakukan penelitian pada produk yang berbeda-beda. Ariyanto (2008) meneliti tentang tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menganalisis saluran tataniaga dan fungsifungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga pada komoditas sayuran bayam, menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat, dan menganalisis efisisensi saluran tataniaga bayam berdasarkan marjin tataniaga, farmer s share, rasio keuntungan dan biaya. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pembagian daftar pertanyaan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat. Sistem tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir terdiri dari tiga buah saluran tataniaga yaitu ; saluran tataniaga satu : petani - pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen ; saluran tataniaga dua : petani - pedagang pengecer konsumen ; saluran tataniaga tiga : petani - konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi petani bersifat pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. 15

32 Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul adalah oligopsoni. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembeli dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cukup banyak, produk yang diperjualbelikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar sehingga bertindak sebagai price taker. Perilaku pasar yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa praktek pembelian sayuran bayam dan kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer. Secara umum sistem pembayaran antar lembaga tataniaga dan petani dilakukan secara tunai dan harga produk ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Kerjasama antara petani dan pedagang pengumpul terjalin dengan baik melalui kegiatan jual beli produk sayuran bayam. Hal yang sama juga terjadi diantara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Berdasarkan analisis marjin tataniaga diketahui bahwa saluran tataniaga tiga petani yang paling efisien, karena hasil produksi sayuran bayam langsung dibawa ke pasar dan dijual langsung ke konsumen dalam bentuk ikat dan petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Petani memperoleh keuntungan terbesar yaitu sebesar Rp 368,- per ikat, rasio keuntungan dan biaya yaitu sebesar 9,43 dan bagian harga yang terbesar (farmer s share) diterima oleh petani berprofesi sebagai pedagang pengecer dan produk yang dijual sedikit sehingga keuntungan secara total yang diperoleh tidak begitu besar dan hanya sebagian kecil dari jumlah petani yang melakukan kegiatan tataniaga. Hasniah (2005), meneliti tentang analisis sistem dan efisiensi tataniaga komoditas pepaya sayur di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga yang 16

33 dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga pepaya sayur di Desa Sukamaju, menganalisis struktur dan perilaku pasar yang dihadapi oleh pepaya sayur produksi Desa Sukamaju, dan menganalisis efisiensi tataniaga pepaya sayur Desa Sukamaju dilihat dari segi operasional dan harga. Metode penelitian yang digunakan meliputi analisis kualititatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar serta perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga, farmer s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Salah satu hasil analisis yang didapatkan adalah pola saluran tataniaga. Pola saluran tataniaga tersebut adalah sebagai berikut: saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga saluran satu (petani-pedagang pengumpul-pedagang grosirpedagang pengecer-konsumen), saluran tataniaga dua (petani-pedagang pengumpul- pedagang pengecer-konsumen), dan saluran tataniaga tiga (petanipedagang pengecer-konsumen). Saluran tataniaga satu merupakan tataniaga pepaya sayur terpanjang dan digunakan oleh 6,04 persen dari total petani responden. Sedangkan saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang digunakan oleh 35,17 persen dari total petani responden. Saluran tataniaga tiga dipergunakan oleh 58,79 persen petani responden. Pada saluran tiga, petani langsung menjual produknya ke pedagang pengecer di pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani pepaya sayur yaitu fungsi pertukaran berupa kegiatan penjualan kepada pedagang perantara. Fungsi fisik dilakukan petani yang menjual produk pertaniannya langsung ke pasar yaitu kegiatan pengemasan dan pengangkutan. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang grosir berupa kegiatan pengemasan. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang grosir berupa penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Struktur pasar yang dihadapi petani cenderung bersifat pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Selain itu produk petani bersifat homogen. Sistem penentuan harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang berlaku di pasar sehingga kedudukan petani dalam sistem tataniaga sangat lemah. Petani bertindak sebagai price taker. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul adalah oligopsoni. Hal ini terlihat melalui adanya hambatan bagi pedagang dari daerah lain untuk 17

34 keluar masuk pasar. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, produk bersifat homogen, harga berdasarkan mekanisme pasar dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan bebas keluar masuk pasar. Perilaku pasar yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa praktek pembelian pepaya sayur dari petani dan menjual kepada pedagang grosir dan pedagang pengecer. Sistem penentuan harga di setiap tingkat lembaga tataniaga berdasarkan mekanisme pasar. Sedangkan sistem pembayaran di setiap lembaga tataniaga dilakukan secara tunai. Berdasarkan analisis marjin tataniaga diketahui bahwa saluran tataniaga tiga yang paling efisien karena memiliki marjin tataniaga terkecil, yaitu sebesar Rp 400,- per kg. Farmer s share tertinggi juga terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 60 persen. Namun rasio keuntungan dan biaya tataniaga pepaya sayur tertinggi terdapat pada saluran dua yaitu sebesar 1,24. Efisiensi tataniaga pepaya sayur tercapai jika saluran tataniaga yang digunakan adalah saluran tataniaga tiga. Selain itu saluran tataniaga tiga juga menghasilkan keuntungan terbesar bagi petani. Faisal (2010), meneliti tentang analisis tataniaga sapi potong di PT. Kariyana Gita Utama (PT. KGU) di Cicurug, Sukabumi. Tujuan penelitian yang dilakukan di antaranya mengidentifikasi dan menganalisis pola saluran tataniaga sapi potong di PT. KGU, mengidentifikasi dan meganalisis lembaga dan fungsi tataniaga sapi potong di PT. KGU, menganalisis marjin tataniaga, producer s share, rasio keuntungan dan biaya tataniaga sapi potong di PT. KGU, dan mengidentifikasi dan menganalisis struktur pasar tataniaga sapi potong di PT. KGU. Pengolahan data digunakan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif menjabarkan secara deskriptif tentang gambaran umum dan kondisi perusahaan, menganalisis saluran tataniaga dan fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga, producer s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Hasil yang diperoleh bahwa di PT. KGU terdapat empat lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul, pedagang pemotong, pedagang pengecer, dan rumah potong hewan (RPH). Fungsi tataniaga yang dilakukan adalah fungsi pertukaran, 18

35 fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga tataniaga tidak melakukan seluruh fungsi tataniaga tersebut. Masing-masing lembaga tataniaga hanya melakukan fungsi tataniaga yang dibutuhkannya untuk memperlancar aktivitas tataniaga untuk memperlancar aktivitas tataniaga yang dilakukannya. Di PT. KGU terdapat enam saluran tataniaga, yaitu : (1) PT. KGU - pedagang pengumpul - pedagang pemotong - konsumen, (2) PT. KGU - pedagang pengumpul - pedagang pemotong - pedagang pengecer - konsumen, (3) PT. KGU - pedagang pemotong - konsumen, (4) PT. KGU - pedagang pemotong - pedagang pengecer konsumen, (5) PT. KGU pedagang pengumpul konsumen, (6) PT. KGU pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen. Saluran dua merupakan jalur distribusi sapi potong terbesar diantara saluran lain yaitu sebesar 39,7 persen. Saluran tataniaga sapi potong di PT. KGU yang paling efisien adalah pada saluran tiga, berdasarkan nilai marjin tataniaga terendah (23,55 persen) dan memberikan nilai producer s share terendah (73,53 persen). Struktur pasar yang dihadapi hampir seluruh lembaga tataniaga sapi potong di PT. KGU cenderung bersifat oligopoli. Hal ini dilihat dari kemampuan lembaga tataniaga dalam menentukan harga, produk yang diperdagangkan bersifat homogen, dan hambatan keluar masuk pasar yang cukup tinggi. Purba (2010) meneliti tentang analisis tataniaga ubi jalar di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis lembaga dan fungsi tataniaga, saluran tataniaga, struktur pasar, dan perilaku pasar, dan menganalisis efisiensi tataniaga ubi jalar di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Metode pengolahan data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, lembaga dan fungsi-fungsi tataniaga, serta struktur dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga, farmer s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut : terdapat lima lembaga dalam sistem tataniaga ubi jalar di Desa Gunung Malang, yaitu petani selaku produsen ubi jalar, pedagang pengumpul tingkat pertama, pedagang pengumpul tingkat kedua, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi yang berbeda-beda, yaitu 19

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol Karo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran kembang kol di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR SKRIPSI FELIX BOB SANFRI SIREGAR H 34076064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura memiliki posisi yang sangat baik di pertanian Indonesia, karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi serta nilai tambah daripada komoditas lainnya.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang luas dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Hal ini menyebabkan pertanian merupakan menjadi tulang punggung dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TATANIAGA MENTIMUN DI DESA LALADON, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR BACHTIYAR ARIF IBRAHIM

ANALISIS SISTEM TATANIAGA MENTIMUN DI DESA LALADON, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR BACHTIYAR ARIF IBRAHIM ANALISIS SISTEM TATANIAGA MENTIMUN DI DESA LALADON, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR BACHTIYAR ARIF IBRAHIM DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Di Indonesia, sektor pertanian memegang peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir,

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan strategis

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA DAN KETERPADUAN PASAR KUBIS (Studi Kasus Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS TATANIAGA DAN KETERPADUAN PASAR KUBIS (Studi Kasus Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS TATANIAGA DAN KETERPADUAN PASAR KUBIS (Studi Kasus Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat) Oleh LUSIANA AGUSTINA A14304052 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol Kol bunga atau sering disebut kembang kol merupakan salah satu anggota famili kubis dengan nama latin Brassica oleracea botrytis L. subvar. cauliflora DC berupa

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN URIN KELINCI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea, L.) SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN URIN KELINCI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea, L.) SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN URIN KELINCI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea, L.) SKRIPSI Oleh : ABUYAMIN NPM. 0925010026 FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa. Di samping pengaruh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011 PENGGOLONGAN TANAMAN Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011 1 PENGGOLONGAN TANAMAN BERDASARKAN : (A) FAKTOR TANAMAN : 1. Umur Tanaman (Tanaman Setahun, Tahunan, Diperlakukan

Lebih terperinci

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas BA PUSAT STATISTIK DEPARTEMEN PERTANIAN LAPORAN TANAMAN SAYURAN BUAH-BUAHAN SEMUSIM RKSPH-SBS (Isian dalam Bilangan Bulat) PROPINSI : BANTEN 3 6 Bulan JANUARI 1 KAB./KOTA : LEBAK 2 Tahun 217 1 7 Luas Luas

Lebih terperinci