CONTOH ISIAN FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRABAWA. Identitas Calon a. Instansi : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali b. c.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CONTOH ISIAN FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRABAWA. Identitas Calon a. Instansi : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali b. c."

Transkripsi

1 CONTOH ISIAN FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRABAWA Usulan Calon Penerima Penghargaan Energi Prabawa: Identitas Calon a. Instansi : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali b. c. Pimpinan Instansi Alamat Instansi : Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si.. : Jl. Raya No.11 d. Nomor Telepon/HP Kode Pos : : / e. Alamat @domail .com. Identitas Pengusul a. b. Nama Lengkap Jabatan : Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si. : Kepala Dinas c. d. Instansi/Lembaga Alamat Lengkap : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali : Jl. Raya No. 11 e. Nomor Telepon/HP Kode Pos : : / f. Alamat @domail .com. 3. Unsur Kebijakan/Regulasi, Kegiatan, dan Produk Fisik a. Sebutkan kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan instansi Saudara berkaitan dengan pengembangan, penyediaan dan pemanfaatan energi dengan prinsip konservasi dan/atau diversifikasi! Program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) merupakan salah satu program unggulan pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan Bali Mandara ( Maju, Aman, Damai dan Sejahtera) dan mendukung program Bali Clean and Green, dicanangkan sejak tahun 2009 dengan target pembangunan 1000 Simantri sampai dengan Tahun b. Sebutkan produk kebijakan/regulasi untuk mendukung terwujudnya pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a! Hasil kajian dan evaluasi terhadap pembangunan sektor ekonomi di Provinsi Bali mengindikasikan bahwa pembangunan sektor pertanian berkembangan sangat lamban dibandingkan dengan percepatan pertumbuhan sektor lain seperti jasa pariwisata dan perdagangan. Demikian juga terhadap pencapaian PDRB Bali sektor Pertanian memberikan kontribusi rata-rata 18 %/thn. Sedangkan sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian terbesar dari penduduk provinsi Bali yang tersebar di 9 kabupaten/kota sehingga kantong-kantong kemiskinanpun terdapat di perdesaan yang

2 2 bermata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian yang dilakukan selama ini masih bersifat parsial dan sub sektor, kurang fokus dari masyarakat dengan sekala ekonomis yang kurang komersil sehingga belum mampu memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Program Simantri merupakan program unggulan Pemerintah Provinsi Bali sebagai solusi dari beberapa permasalahan seperti: - Belum optimalnya pemanfaatan lahan untuk mendukung pertumbuhan perekonomian masyarakat. Dengan kecendrungan alih fungsi lahan pertanian ke sektor lain mencapai rata-rata 2 %/th. - Ada kecendrungan kegiatan pertanian dengan biaya tinggi karena tergantung dari pasokan saprodi dari luar utamanya pupuk padahal petani dapat didorong kemandiriannya. - Belum intensifnya pembinaan dan pendampingan untuk mengubah prilaku pertanian tradisional dan konvensional menjadi pertanian moderen yang lebih menguntungkan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai sosial spiritual, lingkungan dan kepariwisataan di Bali. - Belum dimanfaatkannya limbah pertanian (padat dan cair) dengan konsep pertanian tanpa limbah zero waste - Perlunya pembangunan pertanian berbasis kearifan lokal dengan konsep agribisnis (efisien dan optimalisasi) pemanfaatan SDA/SDM pertanian dengan local genetic sapi Bali sebagai basis yang dibanggakan masyarakat Bali. Simantri merupakan program inovatif dalam memberikan solusi terhadap tantangan pembangunan Pro Rakyat, pengentasan kemiskinan, pelestarian lingkungan, pergerakan ekonomi perdesaan, pelestarian sumberdaya alam pertanian, sosio kultur religius ( subak ). Dalam sekup yang lebih luas Simantri membangun keseimbangan Ekologi, pelestarian budaya serta kemandirian teknologi dan ekonomi. c. Uraikan kegiatan dan produk kebijakan/regulasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b! Program Simantri merupakan program inovasi dengan mengintegrasikan beberapa komponen dalam sub sistem pembangunan Agribisnis dengan konsep dasar : Simantri mengintegrasikan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya (vertikal maupun horizontal) sesuai potensi masing-masing wilayah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Kegiatan integrasi berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel).

3 3 Kegiatan utama mengintegrasikan budidaya tanaman dan ternak; limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida. Penguatan kelembagaan petani dan berkembangnya agribisnis/usaha ekonomi produktif diperdesaan. d. Apakah prakarsa untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk kebijakan/regulasi merupakan implementasi kebijakan/regulasi yang lebih tinggi dan/atau rencana strategis instansi atau Pimpinan Instansi? Penggagas program Simantri adalah Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuarddhana, M.Si., Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, Ir. Putu Sumantra, M. App.Sc. Kepala BPTP Bali, Ir.A.A Kamandalu, M.Si. Pelaku Utama program Simantri adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan dan Kelautan, BPTP Bali, Bappeda, Dinas Koperasi dan UKM. Sebagai Penggerak Simantri adalah Petani, peternak yang tergabung dalam Kelompok pengelola Simantri. Keterlibatan kepentingan secara sektoral adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali ( Sekretariat Simantri) sebagai pusat Pelayanan administrasi keuangan, perencanaan, pengawasan dan pengendalian. Dinas Peternakan, Perkebunan dan perikanan keterlibatan dalam Pengawasan dan evaluasi, BPTP Bali dalam Kajian dan pengembangan teknologi. Program Simantri mendapat respon positif petani karena mengakomodasi kegiatan sosial (hubungan antar warga) tempat pembelajaran/latihan, inovasi teknologi dan dirasakan langsung sebagai penggerak ekonomi kreatif perdesaan. e. Uraikan pertimbangan/motivasi yang utama untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk kebijakan/regulasi dimaksud? Program Simantri diluncurkan sebagai jawaban terhadap masih adanya ketimpangan tingkat kesejahtraan pelaku usaha sektor pertanian dan sektor jasa pariwisata, sebagai solusi terhadap masih terdapatnya kemiskinan di perdesaan, kurang optimalnya pemanfaatan sumberdaya pertanian, sebagai upaya pelestarian dan pengembangan lokal genetik sapi Bali sekaligus pemenuhan konsumsi daging masyarakat. Mewujudkam pembangunan berkelanjutan dengan kemandirian pemenuhan kebutuhan pupuk organik dari limbah ternak menuju Bali Pulau Organik dan Bali Go Green. Terhadap isue kelangkaan energi untuk biogas dari kandang koloni dapat diharapkan mendukung kemandirian energi lokal. Simantri sebagai wahana

4 4 pemperkuat kelembagaan sosial beraktivitas ekomoni sebagai wahana pembelajaran teknologi dan inovasi dalam pembanguan pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan sustainable. Dengan demikian Simantri dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan pelayanan publik yang terukur dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Motivasi utama melaksanakan kegiatan antara lain : a. Diawali dari ketidak yakinan masyarakat terhadap sistem kandang koloni untuk sapi Bali, seiring dengan waktu petani/ternak melihat, mengerjakan dan menikmati manfaat sistem kandang koloni dalam pengembangan sapi Bali merupakan proses pembelajaran yang memberi harapan kepada pelaku usaha pertanian. b. Kegiatan usaha pertanian yang selama ini bersifat parsial /bebas melalui Simantri dilakukan dalam managemen kelompok sehingga terjadi sinergi antar komponen Subsistem menjadikan terbangunnya kekuatan internal kelompok dalam tatanan sosial untuk kegiatan ekonomi yang saling tergantung dan menguntungkan. c. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat pelaksana Simantri karena disadari kegiatan agribisnis memerlukan keterkaitan dengan sektor lain yang sesungguhnya tersedia disekitar mereka tinggal inisiatif untuk menanganinya sebagai sumber penghasilan (Pengolahan kompos, bio urine dan bio gas contoh). d. Tanpa melakukan pencatatan dan penghitungan petani hanya menghitung yang bisa memperoleh uang kurang menilai manfaat yang dapat dikonsumsi atau digunakan kembali sebagai modal. Dalam Simantri pencatatan dan penghitungan nilai manfaat selain yang di jual (uang) manfaat non budget juga dirasakan. Sebagai Rekomendasi agar program Simantri secara utuh maupun modifikasi perlu terus dikembangkan dengan tetap mengacu modernisasi berbasis kearifan lokal. f. Uraikan produk fisik yang dihasilkan sebagai implementasi kegiatan dan produk kebijakan/regulasi meliputi satuan dalam volume/unit/kg/kwh/atau satuan lainnya): 1) Jumlah unit produksi : 549 kelompok Simantri. 2) Jumlah unit terpasang : unit degister biogas. 3) Kapasitas produk degister : 4 m 3-10 m 3 4) Total kapasitas unit terpasang : unit degister biogas. 5) Spesifikasi produk : biogas 6) Jumlah pengguna : KK. 7) Lain-lain : Sejak tahun 2014 biogas Simantri telah dapat dipindahkan ke tabung LPG 12 kg. g. Uraikan teknologi/alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk fisik dimaksud!

5 5 Teknologi yang digunakan dalam berbagai kegiatan di Simantri adalah : 1. Degister yang digunakan dengan memperhatikan degister yang telah dan akan dibangun mempergunakan degister type dome dan untuk mengatasi biogas yang banyak mengandung gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang berbahaya bagi kesehatan dan sangat korosif bagi peralatan dipergunakan produk desulfurizer yang merupakan Faten dari Universitas Udayana. 2. Optimalisasi pembuatan pupuk organik dari kotoran dan urine sapi dalam program Simantri menggunakan BeKa(decomposer). h. Sebutkan sarana dan prasarana pendukung untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk fisik dimaksud! Sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Simantri adalah setiap unit Simantri dilengkapi dengan : Bangunan kandang koloni, rumah pakan, rumah pengolahan kompos, rumah bio urine masing-masing 1 (satu) unit dan digester bio gas (1-2 unit), decomposer (BeKa), teknik Desulfurisasi dan penyimpanan biogas (botling). i. Berapakah luas lahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk fisik serta bagaimana sistem kepemilikan lahan tersebut? Luas lahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan di setiap 1 (satu) unit Simantri adalah minimal 7 are (700 m 2) dengan sistim kepemilikan lahan sistim kontrak oleh kelompok/gapoktan Simantri dengan jangka waktu tertentu tergantung kesepakatan kelompok dengan pemilik lahan. 4. Unsur Tingkat Keberhasilan a. Sejak kapan produk kebijakan/regulasi dan kegiatan, dan produk fisik dimulai? Program Simantri mulai diluncurkan tahun 2009 diawali dengan pilot proyek sebanyak 10 unit tersebar di 7 kabupaten, dengan bimbingan dan pendampingan yang memadai dibawah pengawasan langsung dari Gubernur Bali sehingga evaluasi akhir kegiatan dapat diketahui sisi lemah untuk disempurnakan menjadi program andalan Bali. Hal hasil pilot project berjalan dengan baik dan mendapat respon yang antusias dari masyarakat disertai dengan munculnya proposal dari masyarakat yang tersebar di 9 kabupaten/kota di Bali. Namun prinsif kehati-hatian dan persiapan awal yang baik terhadap calon pelaksana lapangan (CPL) menjadi acuan dalam penentuan pelaksana Simantri.

6 6 b. Uraikan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan hasil produk fisik sebagai implementasi kebijakan/regulasi sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf b? Keberhasilan pelaksanaan kegiatan adalah : Manfaat langsung hingga terakhir th 2013 yang dirasakan masyarakat dari program Simantri berupa 7 ekor anak sapi tiap unit/th atau ekor dari 419 unit dengan nilai Rp Pupuk kandang yang dihasilkan tiap kandang koloni kg /th dari 419 unit dihasilkan kg dengan nilai Rp /th. Bio urine tiap koloni ltr. atau ltr untuk 419 unit dengan nilai Rp /th. Bio gas yang dihasilkan tiap unit simantri per tahun ltr atau ltr untuk 419 unit dengan nilai Rp /th. Nilai manfaat dari kegiatan utama Simantri (kandang koloni sapi Bali) tiap tahunnya mencapai rata-rata Rp /th belum termasuk nilai jual indukan sapi yang kedaluwarsa. c. Uraikan frekuensi dan intensitas kegiatan dan produk fisik dimaksud! Kegiatan Simantri mulai diluncurkan tahun 2009 diawali dengan pilot project sebanyak 10 unit tersebar di 7 kabupaten, tahun 2010 sebanyak 40 unit, tahun 2011 sebanyak 150 unit, tahun 2012 sebanyak 125 unit, tahun 2013 sebanyak 94 unit, tahun 2014 sebanyak 83 unit dan tahun 2015 sebanyak 47 unit. Target Simantri tahun 2018 sebanyak 1000 unit. d. Berapa alokasi anggaran yang direncanakan/dibutuhkan/ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk fisik dimaksud? Paket utama Simantri dibiayai dari dana Hibah APBD Provinsi Bali, sedangkan untuk kegiatan penunjang dibiayai dari kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait. Sejak tahun 2009 s/d tahun 2015 mencapai 549 unit Simantri dengan serapan dana hibah sebesar Rp per unit dan sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 dinaikkan menjadi Rp per unit. Besaran dana hibah yang terserap selama 6 th mencapai Rp ,-(Seratus Tiga Belas Milyar Tujuh Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah). e. Uraikan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan hasil produk fisik dimaksud dikaitkan dengan pemanfaatan alokasi pendanaan dan implementasi produk kebijakan/regulasi yang ditetapkan! Dampak dari program Simantri adalah terbentuknya kelompok pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan subsidi pupuk organik yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Bali, mendukung Bali sebagai pulau Organik dan Bali Go Green. Menumbukan industri pupuk berbasis perdesaan dengan konsep dari petani untuk petani.

7 7 di Bali diantaranya termudahkannya memperoleh pupuk untuk kegiatan usahatani bagi pelaku usaha agribisnis di Bali pada sentra jeruk Kintamani Kabupaten Bangli, perbaikan kwalitas mutu hortikultura sayuran Baturiti Bedugul kabupaten Tabanan, pemenuhan pupuk organik sentra hortikultura buah-buahan di Kubutambahan Buleleng dan pemenuhan pupuk organik pengembangan kopi Kintamani. Dampak lain adalah telah terbangun sebanyak unit biogas dari 549 Simantri dan sebanyak KK yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota telah menikmati biogas untuk keperluan Rumah Tangga. f. Bagaimana upaya instansi Saudara mengembangkan produk kebijakan/regulasi, kegiatan, dan produk fisik sesuai dengan kewenangan atas tingkat keberhasilan yang telah dicapai? Sebagai optimisme bahwa program Simantri akan terus berjalan hingga beberapa tahun kedepan dan munculnya model Simantri swadaya di masyarakat dengan memperhatikan beberapa hal mendukung keberlanjutan Simantri: 1. Adanya komitmen kuat dari pemerintah Provinsi Bali dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Bali menjadikan Simantri sebagai program andalan hingga tahun Dari hasil evaluasi internal menunjukkan bahwa program Simantri telah memberikan manfaat yang cukup besar dalam upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi yang dirasakan langsung oleh masyarakat. 3. Dampak Program Simantri yang semakin nyata dari pemanfaatan pupuk organik dalam meningkatkan produksi pertanian dan upaya perbaikan mutu hasil menjadikan kebutuhan pupuk organik terus meningkat yang mendorong masyarakat untuk mengembangkan pola Simantri. 4. Belum adanya pola lain yang dianggap lebih efektip dalam pengentasan kemiskinan berwawasan kearifan lokal Bali. g. Bagaimana peran instansi Saudara untuk mensinergikan pemerintah, industri, dan masyarakat dalam rangka keberlanjutan hasil implementasi dan pengembangan produk kebijakan/regulasi, kegiatan, dan produk fisik yang telah dicapai? Sebagai Penggerak Simantri adalah Petani, peternak yang tergabung dalam Kelompok pengelola Simantri. Keterlibatan kepentingan secara sektoral adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali ( Sekretariat Simantri) sebagai pusat Pelayanan administrasi keuangan, perencanaan, pengawasan dan pengendalian. Dinas Peternakan, Perkebunan dan perikanan keterlibatan dalam Pengawasan dan evaluasi, BPTP Bali dalam Kajian

8 8 dan pengembangan teknologi. Program Simantri dirancang untuk memenuhi aspek aspek perubahan dalam reformasi birokrasi antara lain : a. Program dirancang lintas sektoral sehingga antar SKPD yang terkait tidak mengedepankan Sub Sektor atau mengurangi ego sektor. Organisasinya di atur melalui Surat Keputusan Gubernur Bali sebagai Tim teknis yang mengedepankan kesuksesan pelaksanaan program dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Jadi Organisasi pengelola fungsinya jelas dan menjalankan fungsi koordinasi. b. Penataan Peraturan dan perundangan, setiap aspek kegiatan yang berkaitan dengan keuangan dilandasi dengan aturan keuangan yang berlaku didukung dengan SK. Gubernur sebagai dasar aturan pengalokasian dana dan peruntukannya. c. Untuk menjamin pelayanan publik yang lebih prima program simantri merekrut tenaga muda sebagai pendamping Simantri tiap Simantri dengan seorang pendamping sehingga kualitas pelayanan dapat diharapkan menjadi lebih baik. d. Penghargaan reword diberikan terhadap petugas yang telah melakukan pekerjaan dengan baik dalam berbagai bentuk ( piagam, penggajian yang layak, kesempatan studi banding ) dsb. Sesuai dengan kemampuan dana yang ada. e. Penyelenggaran pengawasan diawali dengan pengawasan internal para pembina tingkat provinsi, Petugas lapangan dan monitoring secara intensip ke tingkat pelaksana Poktan pelaksana Simantri. f. Perubahan Mind Set birokrasi dilakukan dengan meningkatkan profesionalisme petugas melalui desiminasi, Bintek terhadap hal-hal yang mempunyai urgensi dengan peningkatan pelayanan publik g. Perbaikan budaya kerja Culture-Set dilakukan dengan penerapan disiplin kerja meliputi disiplin waktu, disiplin pelaporan dan Pengawasan tugas diluar tugas kedinasan. h. Perbaikan kinerja aparatur dilakukan dengan meningkatkan kemampuan keterampilan dan sikap agar mampu menyelesaikan pekerjaan dan pelayanan publik yang lebih baik. i. Membangun Team-Work peranan birokrasi agar terbentuk semangat kerja team sehingga pelayanan dikerjakan secara terorganisir dalam keterbukaan. 5. Unsur Keterpaduan dan Kemandirian a. Sebutkan unit organisasi yang secara struktural atau fungsional memiliki tugas dan fungsi melaksanakan produk kebijakan/regulasi dimaksud! Secara struktural dan fungsional memiliki tugas dan fungsi dalam melaksanakan Simantri adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali ( Sekretariat Simantri)

9 9 sebagai pusat Pelayanan administrasi keuangan, perencanaan, pengawasan dan pengendalian. Dinas Peternakan, Perkebunan dan perikanan keterlibatan dalam Pengawasan dan evaluasi, BPTP Bali dalam Kajian dan pengembangan teknologi. b. Bagaimana instansi Saudara mengupayakan pengorganisasian implementasi produk kebijakan/regulasi serta pengelolaan kegiatan dan produk fisik dimaksud? Upaya mengembangkan produk kebijakan/regulasi kegiatan melalui mekanisme : - Berkaitan dengan kebijakan dilakukan melalui mekanisme kewenangan Gubernur seperti Koordinasi lintas Sektor dan SKPD. - Berkaitan dengan teknis operasional ditempuh melalui kewenangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali bersama tim teknis dari lintas sektoral. - Tahap inplementasi dilakukan oleh Tim pendampingan program dari petugas provinsi/kabupaten dan petugas pendamping Simantri. - Ditingkat pelaksana kegiatan dilakukan oleh petani dalam kelompok Gapoktan yang telah ditetapkan tiap tahunnya c. Apakah instansi Saudara sepenuhnya memanfaatkan alokasi anggaran yang telah ditetapkan atau menerima bantuan dalam bentuk kerja sama dengan pihak lain untuk menghasilkan produk kebijakan/regulasi serta melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk fisik! Sebutkan dengan jelas dan terinci! Simantri dibiayai sepenuhnya dari dana Hibah APBD Provinsi Bali dimana setiap unit sebesar Rp untuk pembiayaan 419 unit (th 2009 s.d. 2013) dan Th dan 2015 sebesar Rp , dana hibah yang telah dialokasikan sampai Th.2015 sebesar Rp ,-(Seratus Tiga Belas Milyar Tujuh Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah) digunakan secara proporsional pembangunan pertanian terintegrasi dari sub sektor tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan ternak (sapi Bali, kambing ) dengan kandang koloni sebagai titik ungkit kendali kegiatan kelompok. Tiap unit kandang sapi koloni dengan 22 ekor sapi (21 betina,1 ekor jantan). d. Sejauh mana instansi Saudara menetapkan target kemandirian berdasarkan tingkat keberhasilan produk kebijakan/regulasi, pelaksanaan kegiatan, dan produk Fisik? Target yang ditetapkan mulai sejak tahun 2009 s/d 2018 adalah terbangunnya Simantri sebanyak 1000 unit sesuai dengan Rencana Strategi yang telah ditetapkan dalam mewujudkan Bali Mandara (Maju, Aman, Damai dan Sejahtera). e. Sebutkan produk kebijakan/regulasi lain yang mendukung produk kebijakan/regulasi utama?

10 10 Kebijakan yang mendukung program Simantri tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Bali menjadikan Simantri sebagai program andalan hingga tahun 2018 untuk mewujudkan program Bali Organik dan Bali Mandara serta mewujudkan Bali Clean and Green. 6. Unsur Dampak Uraikan secara kualitatif (penjelasan terurai) dan kuantitatif (perhitungan dengan angka/data) dampak keberhasilan produk kebijakan/regulasi, pelaksanaan kegiatan, dan produk fisik dimaksud: a. terhadap sosial budaya, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat: Dari hasil evaluasi internal menunjukkan bahwa program Simantri telah memberikan manfaat yang cukup besar dalam upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dampak Program Simantri yang semakin nyata dari pemanfaatan pupuk organik dalam meningkatkan produksi pertanian dan upaya perbaikan mutu hasil menjadikan kebutuhan pupuk organik terus meningkat yang mendorong masyarakat untuk mengembangkan pola Simantri. b. terhadap perekonomian masyarakat, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM): Berkembangnya lembaga usaha ekonomi pedesaan, meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (pupuk, pakan, biogas, bio urine dan pestisida diproduksi sendiri) dan peningkatan pendapatan petani minimal 2 kali lipat. c. terhadap peran dan kinerja pengelolaan sektor energi dan sumber daya mineral, peningkatan rasio elektrifikasi, konversi energi, subsidi energi, dan jaminan pasokan energi (dapat dikaitkan dengan pengelolaan sektor lain): Di Provinsi Bali dimana sampai dengan tahun 2015 biogas yang telah terbangun sebanyak unit dari 549 Simantri. Dampak lain terhadap rumah tangga adalah sebanyak KK yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota telah menikmati biogas untuk keperluan Rumah Tangga.

11 11 7. Unsur Pendorong Perubahan a. Uraikan secara kualitatif (penjelasan terurai) dan kuantitatif (perhitungan dengan angka/data) sebelum dan sesudah produk kebijakan/regulasi dan kegiatan dilaksanakan serta produk fisik dihasilkan! Manfaat langsung hingga terakhir th 2013 yang dirasakan masyarakat dari program Simantri berupa 7 ekor anak sapi tiap unit/th atau ekor dari 419 unit dengan nilai Rp Pupuk kandang yang dihasilkan tiap kandang koloni kg /th dari 419 unit dihasilkan kg dengan nilai Rp /th. Bio urine tiap koloni lt. atau lt untuk 419 unit dengan nilai Rp /th. Bio gas yang dihasilkan tiap unit simantri per tahun lt atau lt untuk 419 unit dengan nilai Rp /th. b. Uraikan keberlanjutan terhadap produk kebijakan, pelaksanaan kegiatan dan produk fisik yang dihasilkan! Keberlanjutan terhadap pelaksaan kegiatan dan program fisik terlihat dari dampak yang dihasilkan seperti berikut : No Dampak/Pengembangan Komoditas dll. Satuan Jumlah yang telah dikembangkan Catatan/dukungan terhadap program 1 Padi Ha Pengembangan Ketersediaan Pangan dan mendorong program 2 Palawija dan Kacang-kacangan Ha swasembada pangan/swasembada berkelanjutan. 3 Sayuran Ha Mendukung program konservasi lahan dan pelestarian lingkungan 4 Buah-buahan pohon Komoditas Perkebunan pohon Mendukung program pelestarian plasma nutfah (Sapi Bali) 6 Ikan air tawar ekor swasembada pangan/swasembada berkelanjutan. 7 Sapi ekor Mendukung program Indonesia Go Organik 8 Kambing ekor Produksi Pupuk Organik 5. Mendukung program pengentasan kemiskinan dan pengurangan - Padat ton pengangguran. - Cair liter Pemanfaatan biogas KK Komoditi Kehutanan pohon Keterlibatan SDM orang Perkembangan jumlah ternak (sapi) ekor c. Apakah instansi Saudara menggerakkan instansi lain untuk melaksanakan kegiatan dan menghasilkan produk fisik dengan menggunakan produk kebijakan/regulasi dimaksud? Dalam melaksanakan kegiatan dimana Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali sebagai pelaku Utama program Simantri juga melibatkan instansi terkait seperti : Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, Bappeda, Dinas Koperasi dan UKM. Dinas Perikanan dan Kelautan, BPTP Bali, d. Apakah alasan instansi pantas diusulkan sebagai penerima penghargaan dan apa keistimewaannya? Alasan pantas diusulkan sebagai penerima penghargaan karena Simantri merupakan program inisiatif dalam memberikan solusi terhadap tantangan pembangunan Pro Rakyat, pengentasan kemiskinan, pelestarian lingkungan, pergerakan

12 12 ekonomi perdesaan, pelestarian sumberdaya alam pertanian, sosio kultur religius subak Dalam sekup yang lebih luas Simantri membangun keseimbangan Ekologi, pelestarian budaya serta kemandirian teknologi dan ekonomi. Program Simantri merupakan program inovasi dengan mengintegrasikan beberapa komponen dalam sub sistem pembangunan Agribisnis dan mendapat respon sangat baik di masyarakat di Provinsi Bali dimana sampai dengan tahun 2015 biogas yang telah terbangun sebanyak unit dari 549 Simantri. Dampak lain terhadap rumah tangga adalah sebanyak KK yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota telah menikmati biogas untuk keperluan Rumah Tangga. 8. Lain-lain a. Lampirkan dokumen pendukung keberhasilan calon penerima penghargaan (publikasi, video, buku): Paket Simantri yang terdiri dari kandang koloni + ternak, bangunan pengolahan pakan dan pupuk, instalasi bio urine dan biogas.

13 13 Keterangan : Kunjungan Wakil Presiden RI tanggal 6 Mei 2016 di Simantri Desa Bangli Kecamatan Baturiti Tabanan, menyaksikan teknik pemindahan biogas Simantri ke tabung LPG 12 kg dan ke genset 1000 watt.

14 14 Keterangan : Gubernur dan Wakil Gubernur Bali dalam Pengawasan dan Pembinaan Simantri bersama Pimpinan SKPD terkait. Keterangan : Model kandang koloni, Peternakan lele, pengembangan Jagung (atas) Instalasi Bio Gas, energi gas untuk penerangan, pembuatan kompos dan pemeliharaan mente organik (bawah).

15 15 Keterangan : KWT telah memanfaatkan biogas untuk keperluan memasak/ pembuatan kue. Keterangan : Teknik botling biogas Simantri/pemindahan bio gas Simantri ke tabung LPG 12 kg Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si. Pembina Utama Muda NIP

FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRABAWA

FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRABAWA FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRABAWA Usulan Calon Penerima Penghargaan Energi Prabawa: 1. Identitas Calon a. Instansi :... b. Pimpinan Instansi :... c. Alamat Instansi :... Kode Pos :... d. Nomor Telepon/HP

Lebih terperinci

FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRATAMA

FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRATAMA FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRATAMA Usulan Calon Penerima Penghargaan Energi Pratama: 1. Identitas Calon a. Nama Perusahaan :... b. Pimpinan Perusahaan :... c. Alamat Perusahaan :... Kode Pos :... d. Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan nasional merupakan pondasi utama pembangunan nasional lima tahun ke depan. Kondisi ketahanan pangan nasional yang akan dicapai adalah terpenuhinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi

II TINJAUAN PUSTAKA. Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Terintegrasi ( SIMANTRI ) 2.1.1 Pengertian SIMANTRI SIMANTRI atau lebih di kenal dengan sebutan Sistem Pertanian Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 16 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang pembangunan Indonesia. Pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970 -an), kondisi lahan pertanian khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar lahan pertanian Indonesia

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRAKARSA

FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRAKARSA FORMULIR PENGHARGAAN ENERGI PRAKARSA Usulan Calon Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan/Kelompok Masyarakat*): 1. Identitas Calon a. Nama Lengkap :... b. Pendidikan :... c. Pekerjaan :... d.

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG Judul : EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG Nama : Kadek Widiandita Bhuanaputra NIM : 1306105034

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1149 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam proses Pembangunan Indonesia disadari oleh Pemerintah Era reformasi terlihat dari dicanangkannya Revitaslisasi Pertanian oleh Presiden

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Oleh : Mewa Ariani Kedi Suradisastra Sri Wahyuni Tonny S. Wahyudi PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa pemberian dan pertanggungjawaban bantuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat tersebut,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) Agus Sutikno, SP., M.Si. 1 dan Ahmad Rifai, SP., MP 2 (1) Pembantu Dekan IV Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN : TINGKAT KEBERHASILAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI DI KABUPATEN TABANAN Dewa Nyoman Darmayasa, S.P.,M.P Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Dwijendra Abstrak Simantri atau lebih dikenal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa peranan pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM EFEKTIVITAS PENGEMBANGAN PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI) DI KABUPATEN BANGLI I Ketut Arnawa*, Dian Tariningsih dan Ni Luh Pastini Staff Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK 1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Rekapitulasi Matrik Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD Tanaman Pangan dan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi Peneliti/Perekayasa: 1. Ir Prasetyadi 2. Dra Rosita Shochib

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS PANGAN LOKAL (ENBAL)

DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS PANGAN LOKAL (ENBAL) DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS PANGAN LOKAL (ENBAL) UNTUK MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA OLEH : IR. ANDERIAS RENTANUBUN BUPATI MALUKU TENGGARA DAN DRS. YUNUS SERANG, MSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KETAHANAN PANGAN TAHUN 205 I. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) merupakan dokumen perencanaan yang disusun berpedoman kepada Rencana Strategis (Renstra) dan mengacu

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENYULUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI JUDUL...... i ABSTRAK.........iii ABSTRACT.........iv LEMBAR PENGESAHAN...v RINGKASAN...vi RIWAYAT HIDUP...x KATA PENGANTAR...xi DAFTAR ISI...xv DAFTAR TABEL...xviii DAFTAR GAMBAR...xx DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI PERKECAMATAN UNTUK SEKTOR PERTANIAN DALAM

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 03 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSUMSI PAKAN DENGAN POTENSI LIMBAH PADA SAPI BALI UNTUK PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR ABSTRAK PENDAHULUAN

HUBUNGAN KONSUMSI PAKAN DENGAN POTENSI LIMBAH PADA SAPI BALI UNTUK PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR ABSTRAK PENDAHULUAN HUBUNGAN KONSUMSI PAKAN DENGAN POTENSI LIMBAH PADA SAPI BALI UNTUK PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR I Nyoman Adijaya dan I M. R. Yasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali e-mail: n_adijaya@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci