Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika"

Transkripsi

1 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika 1) Adi Nugroho, 2) Theophilus Erman Wellem, 3) Andi Taru Nugroho NW Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1) c_mbeling@yahoo.co.id, 2) erman_wellem@yahoo.com, 3) anditaru@yahoo.co.id Abstract Genetics algorithm can be used to help automation process especially in musical field and to generate melody. Scaled is used as initial population and chord is used as fitness value calculation and the last best ten generated chromosome will be used. Genetics algorithm parameters tested to see the chord percentage in the generated melody. Those parameters have great influence to the chord formula and to the generated melody. The higher the parameter, the higher chord percentage, except for tournament size and crossover rate. Tournament size does not have influence. Whereas crossover rate is reverse equivalent to the chord percentage. Keywords : Genetic Algorithm, Scale, Chord, Melody Generator. 1. Pendahuluan Algoritma Genetika merupakan algoritma pencarian yang didasarkan pada mekanisme seleksi alamiah. Secara garis besar langkah dalam prosedur ini dimulai dengan menetapkan suatu set solusi potensial dan melakukan perubahan dengan beberapa iterasi dengan algoritma genetika untuk mendapatkan solusi terbaik. Set solusi potensial ini ditetapkan diawal dan disebut dengan kromosom. Kromosom ini dibentuk secara acak berupa susunan angka biner yang di-generate dan dipilih. Keseluruhan set dari kromosom yang diobservasi mewakili suatu populasi. Implementasi algoritma genetika sangatlah luas mencakup berbagai hal yang salah satunya adalah untuk pemrograman otomatis. Otomatisasi dapat dilakukan menggunakan algoritma genetika untuk mendapatkan solusi yang bisa diterima dengan lebih cepat. Adapun pemrograman otomatis yang dapat diterapkan adalah pemrograman otomatis dalam bidang musik sebagai pembangkit melodi. Mengingat kembali dunia musik adalah dunia seni yang tidak bisa dibuat secara sembarangan, terdapat aturan-aturan tertentu di dalam pembuatan musik khususnya di dalam pembuatan melodi. Melodi terdiri dari susunan nada-nada yang diambil dari suatu skala melodi. Skala itu sendiri yang nantinya akan menentukan warna melodi yang dihasilkan. Di dalam pembuatan melodi juga pasti akan memperhatikan susunan akord yang ada. Biasanya melodi diciptakan setelah akord pada lagu selesai dibuat. Dari sini dapat diketahui terdapat 2 (dua) hal penting di dalam pembuatan melodi yaitu skala dan akord. Dasar inilah yang akan dijadikan studi kasus untuk menerapkan algoritma genetika sebagai algoritma generator melodi berdasarkan skala dan akord. 31

2 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Landasan Teori Algoritma Genetika Algoritma genetika adalah suatu algoritma pencarian (Searching) yang berdasarkan pada cara kerja atau mekanisme seleksi alam dan genetik (Suyanto, 2005). Tujuan dari algoritma genetika adalah untuk mencari solusi terbaik dari suatu permasalahan tertentu. Solusi terbaik adalah individu yang mempunyai kualitas paling tinggi. Algoritma genetika sangat tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi dan pencarian kompleks yang sulit dipecahkan dengan menggunakan metode konvensional (Manongga, 2005). Populasi awal di dalam algoritma genetika adalah sebuah himpunan solusi awal yang dihasilkan secara acak. Setiap anggota yang disebut kromosom merupakan satu solusi. Kromosom di dalam populasi berevolusi dalam iterasi yang dinamakan dengan generasi. Setiap kromosom dievaluasi berdasarkan fungsi fitness. Biasanya fungsi fitness berupa fungsi objektif dari solusi permasalahan yang akan dicari atau dioptimasi. Fungsi fitness dan representasi kromosom sangat berperan penting di dalam pencapaian akhir implementasi algoritma genetika. Kromosom-kromosom diseleksi menurut nilai fitness masing-masing. Kromosom yang kuat mempunyai kemungkinan tinggi untuk bertahan hidup pada generasi berikutnya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga bagi kromosom lemah untuk tetap bertahan hidup. Generasi baru didapatkan melalui proses crossover dan mutasi dari kromosom yang terpilih. Dari dua proses tersebut maka terbentuk suatu generasi baru yang akan diulangi secara terus-menerus hingga mencapai suatu konvergensi, yaitu sebanyak generasi yang diinginkan (Pandjaitan, 2007). Proses algoritma genetika, terdiri dari beberapa tahap seperti skema pengkodean, inisialisasi populasi, evaluasi menggunakan fungsi fitness, kondisi terminasi, seleksi kromosom induk, crossover dan mutasi (Arhami dan Desiani, 2006). Skala dan Akord Skala adalah urutan nada dengan aturan tertentu dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi (Arisasangka, 2005). Setiap skala mempunyai aturan atau rumus tertentu yang akan membedakan skala satu dengan skala yang lainnya. Setiap skala biasanya mewakili suatu musik dari daerah tertentu. Sehingga dengan menggunakan skala tertentu dalam bermain musik akan menjadikan warna musik menjadi lebih jelas dan terarah. Sebagai contoh dari skala yang paling banyak dipakai adalah skala MAJOR dan MINOR. Kedua skala tersebut paling sering dipakai di dalam lagu rock dan pop. Berikut rumus dari kedua skala tersebut : MAJOR : 0, 2, 4, 5, 7, 9, 11, 12 MINOR : 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10, 12 bila dimulai dari nada dasar C, maka akan menjadi : C MAJOR : C, D, E, F, G, A, B, C C MINOR : C, D, D#, F, G, G#, A#, C Contoh lain beberapa rumus skala yang biasa digunakan dan dikenal orang ada pada Tabel 2.1 (Arisasangka, 2006). 32

3 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) Tabel 2.1 Contoh nama dan rumus skala Nama Skala Rumus Skala MAJOR 0, 2, 4, 5, 7, 9, 11, 12 MINOR 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10, 12 BLUES_1 0, 3, 5, 6, 7, 10, 12 CHINESE_1 0, 2, 5, 7, 9, 12 JAPANESE_1 0, 1, 5, 7, 8, 12 JAVANESE 0, 1, 3, 5, 7, 10, 12 LANGGAM 0, 1, 3, 7, 8, 12 PENTATONIC_MAJOR 0, 2, 4, 7, 9, 12 PENTATONIC_MINOR 0, 3, 5, 7, 10, 12 SPANISH 0, 1, 4, 5, 7, 8, 10, 12 Akord adalah kumpulan tiga nada atau lebih yang bila dimainkan secara bersamaan terdengar harmonis. Akord bisa dimainkan secara terputus-putus ataupun secara bersamaan. Akord ini digunakan untuk mengiringi suatu lagu atau melodi. Setiap akord mempunyai rumus. Dimana rumus tersebut menentukan nadanada yang ada pada akord. Contoh untuk akord mayor mempunyai rumus 0, 4, 7. Yang artinya akord tersebut mengandung nada-nada ke 0, 4 dan 7 yang bisa dibunyikan secara bersamaan. Misalkan nama akordnya adalah CMayor, maka nada yang dibunyikan adalah nada-nada C, E, G. Biasanya akord ini dimainkan di dalam alat musik piano dan gitar. Karena tidak semua alat musik dapat digunakan untuk membunyikan nada secara bersamaan. Akord dan rumus yang digunakan ada pada Tabel 2.2 (Hendro, 2008). Tabel 2.2 Contoh nama dan rumus akord NAMA AKORD RUMUS AKORD AUGMENTED 0, 4, 8 MAJOR 0, 4, 7 MAJOR_6 0, 4, 7, 9 MAJOR_7 0, 4, 7, 11 MINOR 0, 3, 7 MINOR_6 0, 3, 7, 9 MINOR_7 0, 3, 7, 10 SUSPENDED_2 0, 2, 7 SUSPENDED_4 0, 5, 7 MINOR_MAJOR_7 0, 3, 7, 11 MAJOR_7_MIN_5 0, 4, 6, 11 MAJOR_7_ADD_5 0, 4, 8, 11 DIMINISHED 0, 3, 6 DIMINISHED_7 0, 3, 6, 9 DOMINANT_7 0, 4, 7, 10 DOMINANT_7_MIN_5 0, 4, 6, 10 DOMINANT_7_ADD_5 0, 4, 8, 10 33

4 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Metode Penelitian Proses awal dari algoritma genetika adalah skema pengkodean dan inisialisasi populasi untuk mendapatkan solusi awal. Skema pengkodean dilakukan dengan metode Discrete Decimal Encoding (Suyanto, 2005) dimana kromosom direpresentasikan dalam bentuk bilangan bulat setiap gen-nya. Setiap gen merepresentasikan nada dan setiap kromosom merepresentasikan melodi. Ukuran setiap kromosom berbeda-beda disesuaikan dengan jumlah ketukan yang dibutuhkan. Karena yang digunakan adalah 4/4 ketukan maka pada setiap kromosom maksimal durasi adalah 4 ketukan (Nickol, 2007). Di dalam penelitian ini ukuran kromosom dibagi menjadi 3 macam yaitu 8 gen pada Gambar 3.1, 16 gen pada Gambar 3.2, dan 32 gen pada Gambar 3.3. Gambar 3.1 Representasi kromosom 8 gen Gambar 3.2 Representasi kromosom 16 gen Gambar 3.3 Representasi kromosom 32 gen Proses inisialisasi dilakukan dalam setiap gen kromosom yang diambil dari rumus skala secara acak. Namun sebelumnya rumus skala harus ditambahkan dulu dengan nilai root yang diinputkan. Proses ini dinamakan transpose nada dimana setiap nada di dalam melodi dinaikkan semua dengan jumlah kenaikan yang sama. Hal ini dikarenakan nada dasar yang berubah sehingga setiap nada dalam lagu atau melodi semua juga harus berubah. Contoh penerapannya : Misalkan rumus skala adalah [ 0, 2, 4, 6, 8, 10 ] Misalkan rumus akord adalah [ 0, 4, 7 ] Misalkan rumus root adalah 2 (nada dasar D) Maka rumus skala dan akord akan menjadi, Skala : [ 0+2, 2+2, 4+2, 6+2, 8+2, 10+2 ] = [ 2, 4, 6, 8, 10, 12 ] Akord : [ 0+2, 4+2, 7+2 ] = [ 2, 6, 9 ] Setelah proses inisialisasi selesai dilakukan, maka semua kromosom di dalam generasi dievaluasi menggunakan fungsi fitness. Fungsi fitness dapat dilihat di dalam Rumus 3.1. f(x) = f 1(x) + f 2(x) + f 3(x) + f 4(x) + f 5(x) + f 6(x) (3.1) dimana, f(x) = fungsi fitness keseluruhan 34

5 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) f 1(x) = fungsi chord note f 2(x) = fungsi relation note f 3(x) = fungsi direction note f 4(x) = fungsi beginning note f 5(x) = fungsi end note f 6(x) = fungsi drastic note Fungsi chord note digunakan untuk menilai berapa jumlah nada yang ada para kromosom yang sama dengan rumus akord. Fungsi relation note digunakan untuk menilai pola perbedaan antar nada yang bersebelahan sebanyak tiga nada. Fungsi direction note digunakan untuk menilai berapa jumlah nada yang mempunyai pola naik, turun dan sejajar untuk setiap tiga nada. Fungsi beginning note digunakan untuk mengecek nada pertama pada kromosom apakah sama dengan nada pertama rumus akord. Fungsi end note hampir sama dengan fungsi beginning note namun digunakan untuk mengecek nada terkahir kromosom. Fungsi yang terkahir adalah fungsi drastic note yang berguna untuk mengurangi nilai fitness sebanyak 2,0 (ukuran kromosom 8 gen), 1,0 (ukuran kromosom 16 gen) dan 0,5 (ukuran kromosom 32 gen) apabila ditemukan jarak antar nada lebih dari 4. Untuk fungsi chord note, fungsi relation note, fungsi direction note, fungsi beginning note dan fungsi end note digunakan untuk menambahkan nilai fitness sebesar 1,0 (ukuran kromosom 8 gen), 0,5 (ukuran kromosom 16 gen) dan 0,25 (ukuran kromosom 32 gen). Fungsi fitness berlaku untuk semua kromosom yang ada generasi. Hasil dari fungsi fitness adalah nilai fitness yang akan dimiliki oleh setiap kromosom. Nilai fitness berguna untuk proses selanjutnya yaitu proses seleksi (tournament selection). Kromosom yang mempunyai nilai fitness yang lebih tinggi akan menang dan terpilih sebagai kromosom induk. 35

6 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Gambar 3.4 Flowchart proses tournament selection Selanjutnya dari generasi yang ada dipilih beberapa kromosom untuk dijadikan kromosom induk. Proses seleksi yang dipakai adalah tournament selection (Suyanto, 2005) seperti pada Gambar 3.4. Kromosom yang dipilih sebanyak parameter input tournament size dikalikan dua. Kemudian dari semua kromosom yang terpilih kromosom dipasang-pasangkan dua kromosom setiap pasang. Dalam setiap pasang dipilih lagi satu kromosom yang mempunyai nilai fitness yang lebih tinggi. Karena proses crossover hanya bisa dilakukan antar dua kromosom induk, maka apabila hasil hanya bisa dilakukan antar dua kromosom induk, maka apabila hasil tournament selection kromosom yang terpilih berjumlah ganjil, kromosom yang terakhir dihapus satu. Pada Gambar 3.5 terdapat kromosom yang terpilih sebanyak 8 buah kromosom. Selanjutnya kromsom-kromosom 36

7 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) tersebut dipasang-pasangkan menjadi 2 kromosom setiap pasang seperti pada Gambar 3.6. Dari setiap pasangan dipilih satu kromosom yang mempunyai nilai fitness lebih tinggi untuk dijadikan kromosom induk seperti pada Gambar 3.7. Kromosom C45 C23 C90 C56 C22 C9 C42 C88 Nilai Fitness Gambar 3.5 Kromosom yang terpilih untuk tournament selection Kromosom C45 C23 C90 C56 C22 C9 C42 C88 Nilai Fitness Gambar 3.6 Hasil seleksi kromsom Kromosom C23 C56 C22 C88 Nilai Fitness Gambar 3.7 Kromosom yang terpilih sebagai induk Gambar 3.8 Flowchart proses crossover 37

8 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Pada Gambar 3.8 proses crossover atau pindah silang dilakukan dengan menggunakan metode one-point-crossover (Manongga, 2005). Pindah silang dilakukan apabila bilangan acak yang dibangkitkan lebih kecil dari parameter crossover rate (probabilitas crossover). Adapun titik pindah silang juga didapatkan secara acak. Untuk menentukan pindah silang kiri atau kanan dilakukan dengan cara membangkitkan bilangan acak antara 0 sampai 1. Apabila bilangan yang dibangkitkan lebih kecil dari 0,5 maka lakukan pindah silang di sebelah kiri. Atau apabila bilangan yang dibangkitkan lebih besar atau sama dengan 0,5 maka lakukan pindah silang di sebelah kanan. Gambar 3.9 memperlihatkan kromosom sebelum di-crossover sedangkan Gambar 3.10 adalah kromosom baru hasil crossover Gambar 3.9 Kromosom sebelum di-crossover Gambar 3.10 Kromosom setelah di-crossover Pada Gambar 3.9 terlihat dua deret kromosom yang akan disilangkan. Kromosom pertama mempunyai gen [0, 3, 1, 2, 6, 4, 5,2] dan kromosom kedua mempunyai gen [5, 1, 6, 2, 4, 2, 0, 1]. Sebagai contoh bilangan acak yang dibangkitkan untuk titik crossover adalah 6. Kemudian kita tentukan apakah akan dilakukan penyilangan di kiri atau kanan titik crossover dengan membangkitkan bilangan acak antar 0 sampai 1. Misalkan nilai yang dihasilkan adalah 0,85 berarti lakukan pindah silang disisi kanan. Karena point crossover adalah 6 maka gen ke-6, gen ke-7 dan gen ke-8 kita silangkan. Hasil crossover dapat dilihat pada Gambar 3.10 yaitu gen kromosom pertama menjadi [0, 3, 1, 2, 6, 2, 0, 1] dan gen kromosom kedua menjadi [5, 1, 6, 2, 4, 4, 5,2]. 38

9 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) Gambar 3.11 Flowchart proses mutasi Pada Gambar 3.11 proses mutasi dilakukan untuk semua gen dalam populasi. Adapun jangkauan parameter mutation rate adalah Mutasi dilakukan apabila bilangan acak yang dibangkitkan lebih kecil dari nilai mutation rate (probabilitas mutasi) (Suyanto, 2005). Mutasi dilakukan dengan cara mengganti gen dengan salah satu dari tiga anggota rumus akord. Gambar 3.12 adalah contoh kromosom sebelum mutasi, kemudian dibangkitkan bilangan acak pada setiap gen seperti pada Gambar Misalkan nilai mutation rate adalah sebesar 10 maka gen yang mempunyai bilangan acak di bawah 10 akan di mutasi menjadi seperti pada Gambar Gambar 3.12 Kromosom sebelum mutasi Bilangan Acak Gen Kromosom Gambar 3.13 Bilangan acak yang dibangkitkan 39

10 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Gambar 3.14 Contoh setelah mutasi Proses algoritma genetika akan berhenti berdasarkan kondisi terminasi. Yang menjadi acuan kondisi terminasi adalah nilai parameter termination generation. Nilai parameter termination generation akan menentukan jumlah generasi. Jika proses sudah mencapai pada generasi sesuai dengan nilai termination generaion maka proses akan berhenti dan diambil sepuluh kromosom yang terbaik untuk didecoding dan ditampilkan. Proses decoding dilakukan dengan cara sebagai berikut : - Konversi setiap gen dalam kromosom yang berupa bilangan bulat menjadi String nada. Caranya adalah dengan menjadikan nilai gen sebagai indeks array RANGE_NOTES[] yang ada pada Kode Program 3.1. Pada Gambar 3.15 dapat dilihat kromosom sebelum dan sesudah proses decoding. public static String RANGE_NOTES[] = { "C5","C#5","D5","D#5","E5","F5","F#5","G5","G#5","A5","A#5","B5", "C5","C#5","D5","D#5","E5","F5","F#5","G5","G#5","A5","A#5","B5" }; Kode Program 3.1 Array konversi ke String nada Sebelum Decoding Sesudah Decoding C5 D5 F5 A#5 G5 D5 F5 C5 Gambar 3.15 Contoh kromosom sebelum dan sesudah decoding - Selanjutnya sesuai dengan ukuran kromosom tambahkan durasi dibelakang String nada. Ketentuan pemberian durasi disesuaikan dengan panjang kromosom. Untuk panjang kromosom 8 gen tambahkan String i (eighth), untuk panjang kromosom 16 gen tambahkan String s (sixteenth) dan untuk panjang kromosom 32 gen tambahkan String t (thirty-second). Contoh ada pada Gambar C5i D5i F5i A#5i G5i D5i F5i C5i Gambar 3.16 Contoh hasil pemberian durasi - Untuk pilihan melodi non-arpeggio gabungkan nada dengan durasi dan tinggi yang sama menjadi 1 (satu) nada saja sehingga melodi mempunyai durasi yang bervariasi seperti Gambar Sebelum C5i D5i D5i A#5i G5i D5i F5i C5i Sesudah C5i D5q A#5i G5i D5i F5i C5i Gambar 3.17 Nada sebelum dan sesudah konversi durasi - Gambar hasil akhir decoding ke dalam graphics panel dalam bentuk notasi dan tablature gitar seperti pada Gambar

11 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) (a) (b) Gambar 3.18 Notasi arpeggio (a) dan non-arpeggio (b) 4. Hasil dan Pembahasan Antarmuka sistem dibagi menjadi 4 bagian utama yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, yaitu panel notasi standard dan tablature gitar, tabel 10 nilai fitness terbaik yang dapat digunakan untuk memilih melodi, form input parameterparameter algoritma genetika dan form input skala, root dan akord pada setiap birama musik. Gambar 4.1 Antarmuka aplikasi generator melodi Selanjutnya hasil melodi yang di-generate diuji dengan cara menghitung persentase jumlah rumus akord terhadap kromosom terbaik yang didapatkan. Serta dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil karya manusia dengan hasil generate melodi. Tabel 4.1 Pengujian population size sebesar 10, 100 dan 1000 Data Ke- Persentase Akord Terhadap Melodi (%) Population Size 10 Population Size 100 Population Size ,0 50,0 62,5 2 37,5 62,5 75,0 3 75,0 62,5 75,0 41

12 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Data Ke- Persentase Akord Terhadap Melodi (%) Population Size 10 Population Size 100 Population Size ,5 62,5 75,0 5 62,5 87,5 62,5 6 50,0 37,5 75,0 7 62,5 62,5 62,5 8 62,5 62,5 50,0 9 62,5 50,5 75, ,0 50,5 87, ,0 37,5 62, ,0 50,5 62, ,0 12,5 50, ,5 87,5 75, ,5 62,5 75, ,5 50,0 50, ,0 100,0 62, ,0 87,5 75, ,0 87,5 50, ,0 50,0 62, ,5 50,0 75, ,0 37,5 50, ,0 37,5 75, ,5 62,5 62, ,5 50,0 75, ,5 37,5 87, ,5 50,0 75, ,5 62,5 62, ,5 75,0 62, ,0 50,0 62,5 Total 1.475, , ,5 Rata-rata 49,166 57,5 67,083 Dari pengujian Tabel 4.1 didapatkan rata-rata persentase akord di dalam melodi hasil generate sebesar 49,166% untuk nilai population size sebesar 10, rata-rata persentase 57,5% untuk nilai population size sebesar 100 dan rata-rata persentase 67,083% untuk nilai population size sebesar Pengujian dilakukan dengan cara yang sama pada parameter yang lain dan didapatkan hasil untuk parameter population size rata-rata persentase akord hasil generate adalah sebesar 49,166% (population size = 10), 57,5% (population size = 100) dan 67,083% (population size = 1000). Dari hasil yang diperoleh dapat kita tarik kesimpulan, semakin tinggi parameter population size maka semakin tinggi pula persentase jumlah akord dalam melodi hasil generate. Untuk parameter chromosome size rata-rata persentase akord hasil generate adalah sebesar 83,33% (chromosome size = 8), 86,042% (chromosome size = 16) dan 87,604% ( chromosome size = 32). Dari hasil yang diperoleh dapat kita tarik kesimpulan, semakin tinggi parameter chromosome size maka semakin tinggi pula persentase jumlah akord dalam melodi hasil generate. Untuk parameter termination generation rata-rata persentase akord hasil generate adalah sebesar 59,583% (termination generation = 10), 85,0% 42

13 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) (termination generation = 100) dan 100,0% (termination generation = 1000). Dari hasil yang diperoleh dapat kita tarik kesimpulan, semakin tinggi parameter termination generation maka semakin tinggi pula persentase jumlah akord dalam melodi hasil generate. Untuk parameter tournament size rata-rata persentase akord hasil generate adalah sebesar 13,9% (tournament size = 5), 59,583% (tournament size = 25) dan 59,375% (tournament size = 50). Dari hasil yang diperoleh dapat kita tarik kesimpulan, tournament size tidak mempengaruhi persentase akord secara berbanding lurus. Hasilnya akan selalu berubah tidak menentu. Untuk parameter crossover rate rata-rata persentase akord hasil generate adalah sebesar 60,417% (crossover rate = 10), 60,417% (crossover rate = 50) dan 57,292% (crossover rate = 100). Dari hasil yang diperoleh dapat kita tarik kesimpulan, semakin tinggi parameter crossover rate maka semakin rendah persentase jumlah akord dalam melodi hasil generate. Untuk mutation rate rata-rata persentase akord hasil generate adalah sebesar 60,417% (mutation rate = 10), 85,0% (mutation rate = 100) dan 100,0% (mutation rate = 1000). Dari hasil yang diperoleh dapat kita tarik kesimpulan, semakin tinggi parameter mutation rate maka semakin tinggi pula persentase jumlah akord dalam melodi hasil generate. Untuk perbandingan dengan hasil karya manusia perbandingan dilakukan pada salah satu birama hasil karya manusia, dibandingkan dengan hasil generate sistem diambil 10 kromosom yang mempunyai nilai fitness tertinggi. Selanjutnya akan dibandingkan nada yang sama pada posisi yang sama sehingga didapatkan persentase kesamaannya. Hasil karya manusia diambil dari lagu Through The Fire And Flames (Dragon Force:2007) pada birama ke-244 seperti pada Gambar 4.2. Skala yang dipakai dalam lagu Through The Fire And Flames adalah MINOR, dengan nada dasar C dan Akord Minor. D# D C D - C G# G G# - C D D# F - G F G G# Gambar 4.2 Through The Fire And Flames karya Dragon Force, birama 244 Selanjutnya dibandingkan dengan 10 melodi dengan nilai fitness tertinggi dalam sekali generate yang ada pada Gambar 4.3 sampai Gambar Gambar 4.3 Melodi dengan nilai fitness sebesar 2,25 Gambar 4.4 Melodi dengan nilai fitness sebesar 4,0 43

14 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Gambar 4.5 Melodi dengan nilai fitness sebesar 4,25 Gambar 4.6 Melodi dengan nilai fitness sebesar 6,0 Gambar 4.7 Melodi dengan nilai fitness sebesar 6,25 Gambar 4.8 Melodi dengan nilai fitness sebesar 6,75 Gambar 4.9 Melodi dengan nilai fitness sebesar 7,0 Gambar 4.10 Melodi dengan nilai fitness sebesar 8,75 Gambar 4.11 Melodi dengan nilai fitness sebesar 9,0 Gambar 4.12 Melodi dengan nilai fitness sebesar 9,0 Perbandingan dilakukan dengan cara mengecek nada melodi setiap posisi yang sama. Dihitung nada yang sama pada posisi tersebut kemudian diambil persentase kemiripan, sehingga dapat dibandingkan yang lebih mendekati hasil karya manusia dengan hasil generate sistem seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Tabel perbandingan hasil generate melodi Nada Asli Nilai Fitness 2,25 4,0 4,25 6,0 6,25 6,75 7,0 8,75 9,0 9,0 D# G D# D# C D# G# G# C C C D C G# D# C D# D# D# C D# C C C C A# G# C D# G# F A# D# 44

15 Generator Melodi Berdasarkan Skala dan Akord Menggunakan Algoritma Genetika (Adi Nugroho, Theophilus Erman Wellem, Andi Taru Nugroho NW) Nada Asli Nilai Fitness 2,25 4,0 4,25 6,0 6,25 6,75 7,0 8,75 9,0 9,0 D D# C E A# F D# C D# G C C D# A# A# G# C D# D# D# G C G# G# D D# C D# C D# C D# C G F C C D# C G# D# D D# C G# F C F D# C G# C C D# C C E D# D# C G G G D# C G# D G# D# C C D# C C G C C D# D# A# C D D# A# D# C D# D# F D# G D# C C F C C D# D# G D A# D# C G D# C G C C F C C D# A# D# D# D# C A# C G C C C D# G# C C D# D# D# G# A# D# F G# C D# C D# D G# Nada Sama Persentase 6,25 12,5 6,25 12,5 31,25 12,5 6,25 6,25 6,25 12,5 Dari hasil Tabel 4.2 dapat kita ketahui persentase kemiripan antara hasil karya manusia dengan hasil generate melodi. Untuk melodi yang paling mendekati hasil karya manusia dalam perbandingan ini adalah melodi dengan nilai fitness sebesar 6,25 yang mempunyai persentase kemiripan sebesar 31,25%. Jika dibandingkan dengan kromosom dengan nilai fitness tertinggi sebesar 9,0 hanya mempunyai persentase kemiripan sebesar 12,5% dan 6,25%. 5. Kesimpulan Representasi kromosom yang dapat digunakan adalah representasi kromosom berdasarkan skema descrete decimal encoding. Setiap gen menggunakan bilangan bulat dimana setiap bilangan merupakan representasi dari setiap nada. Pada kenyataannya penggunaan bilangan bulat akan mempermudah proses transpose nada dan perhitungan jarak antar nada. Seperti pada Tabel 5.1 semua nada dikonversi menjadi bilangan bulat dari 0 sampai 23. Tabel 5.1 Tabel Encoding Gen Kromosom C C# D D# E F F# G G# A A# B Dari hasil pengujian pengaruh parameter-parameter algoritma genetika terhadap melodi yang dihasilkan, semakin tinggi parameter population size (1000), maka semakin tinggi pula persentase rumus akord yang ada pada melodi hasil generate sistem (67,083%). Semakin tinggi parameter chromosome size (32 gen), maka semakin tinggi pula persentase rumus akord yang ada pada melodi hasil generate sistem (87,604%). Semakin tinggi parameter termination generation (1000), maka semakin tinggi pula persentase rumus akord yang ada pada melodi hasil generate sistem (100%). 45

16 Jurnal Informatika, Vol.5, No.1, Juni 2009: Perubahan parameter tournament size tidak berbanding lurus ataupun terbalik terhadap persentase rumus akord. Hasil pengujian menunjukkan nilai presentase yang berubah-ubah tidak menentu terhadap nilai input tournament size yang berbeda-beda. Semakin tinggi nilai crossover rate (100) maka semakin rendah persentase rumus akord yang ada pada hasil generate. Kesimpulannya adalah nilai crossover rate berbanding terbalik terhadap persentase jumlah akord melodi yang dihasilkan (57,292%). Semakin tinggi parameter mutation rate (1000), maka semakin tinggi pula persentase rumus akord yang ada pada melodi hasil generate sistem (100%). Berdasarkan perbandingan terhadap hasil karya manusia, hasil generate melodi dengan nilai fitness tertinggi (nilai fitness = 9,0) belum tentu mempunyai persentase kemiripan yang tertinggi pula (12,5%). Terkadang hasil generate dengan nilai fitness yang lebih rendah (nilai fitness = 6,25) mempunyai persentase kemiripan yang lebih besar (31,25%). Daftar Pustaka [Arh06] [Ari05] [Ari06] [Hen08] [Man05] [Nic07] [Pan07] [Suy05] Arhami, Muhammad, & Desiani, Anita, 2006, Konsep Kecerdasan Buatan, Yogyakarta: ANDI OFFSET. Arisasangka, Inung, 2005, Kamus Skala Melodi, Yogyakarta: Bhuana Ilmu Populer. Arisasangka, Inung, 2006, 92 Skala dan Mode Melodi, Yogyakarta: Bhuana Ilmu Populer. Hendro, 2008, Teknik Penggunaan Jembatan Akord pada Gitar, Jakarta: Kawan Pustaka. Manongga, Danny, 2005, Pengantar Algoritma Genetik, Salatiga: Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana. Nickol, Peter, 2007, Panduan Praktis Membaca Notasi Musik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pandjaitan, Lanny, 2007, Dasar-dasar Komputasi Cerdas, Yogyakarta: ANDI OFFSET. Suyanto, 2005, Algoritma Genetika dalam Matlab, Yogyakarta: ANDI OFFSET 46

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan BAB III Analisis Bab ini memuat analisis yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir, berupa analisis terhadap rancangan pemrosesan, yang dibagi menjadi bagian Preprosesor, Algoritma Genetika, dan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Frengki Agus f124nk_85@yahoo.com Pembimbing I : Linda Salma, S.Si., M.T. Pembimbing II : Khusnul Novianingsih,M.Si Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA

GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA Donny Kurniawan Widodo Program Studi Teknik Informatika, Unika Soegijapranata Semarang dny65@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA,, Universitas Negeri Malang E-mail: love_nisza@yahoo.co.id ABSTRAK: Matching berguna untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Zainal Akbar 1), Muh. Fajri Raharjo 2), Eddy Tungadi 3) CAIR, Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10, Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika Priza Pandunata, Rachmad Agung Bagaskoro, Agung Ilham

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan)

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan) PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan) Nurhamidah Lubis 1, Garuda Ginting 2 Mahasiswa Teknik Informatika

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI

ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI Akhmad Yusuf dan Oni Soesanto Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Algoritma

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI OPTIMASI PENYUSUNAN IKLAN GAMBAR DENGAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAK

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI OPTIMASI PENYUSUNAN IKLAN GAMBAR DENGAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAK PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI OPTIMASI PENYUSUNAN IKLAN GAMBAR DENGAN ALGORITMA GENETIKA Leo Willyanto Santoso*, Johan Saputra**, dan Rolly Intan*** *, **, ***Jurusan Teknik Informatika FTI Universitas

Lebih terperinci

BAB IV Perancangan dan Implementasi

BAB IV Perancangan dan Implementasi BAB IV Perancangan dan Implementasi Bab ini memuat perancangan dan implementasi yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir, mencakup deskripsi dan lingkungan implementasi perangkat lunak, rancangan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori. 2.1 Algoritma Genetika Gambaran Umum

BAB II Dasar Teori. 2.1 Algoritma Genetika Gambaran Umum BAB II Dasar Teori Bab ini memuat dasar teori yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir, yaitu Algoritma Genetika; Musik dan Aransemen Musik; dan MusicXML. 2.1 Algoritma Genetika 2.1.1 Gambaran Umum Dalam

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Randy Cahya Wihandika 1, Nur Rosyid Mubtada'i, S.Kom 2, Rizky Yuniar H, S.Kom, M.T 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES J~ICON, Vol. 2 No. 2, Oktober 2014, pp. 84 ~ 91 84 PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES Emsi M. Y. Monifani 1, Adriana

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG Nico Saputro dan Joice Aritonang Email : nico@home.unpar.ac.id, jo_aritonang@yahoo.com A matrix that has lots of zero elements is called

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 4371-4376 http://j-ptiik.ub.ac.id Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG Afen Prana Utama 1, Edison Sinaga 1 D-3 Manajemen Informatika - STMIK Mikroskil Medan afen@mikroskil.ac.id Abstrak Teka-teki silang merupakan

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY Arief Kelik Nugroho Fakultas Teknik, Universitas PGR Yogyakarta e-mail : ariefkeliknugroho@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY EVOLUSI PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY EVOLUSI PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY EVOLUSI PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN Herny Wulandari Pangestu. Kartika Yulianti, Rini Marwati Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: hernyw@ymail.com ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. dari OOP (Object Oriented Programming) di mana dalam prosesnya, hal-hal

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. dari OOP (Object Oriented Programming) di mana dalam prosesnya, hal-hal BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Spesifikasi Rumusan Rancangan Program Algoritma Genetika dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip dan sifatsifat dari OOP (Object Oriented Programming) di mana dalam prosesnya,

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB

MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB Syafiul Muzid 1, Sri Kusumadewi 2 1 Sekolah Pascasarjana Magister Ilmu Komputer, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta e-mail: aakzid@yahoo.com 2 Jurusan

Lebih terperinci

Arif Munandar 1, Achmad Lukman 2 1 Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta, Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta

Arif Munandar 1, Achmad Lukman 2 1 Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta, Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta PENJADWALAN MATAKULIAH DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN FRAMEWORK CODEIGNITER (STUDI KAUS PROGRAM STUDI S PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA) Arif Munandar, Achmad Lukman 2 Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Perkembangan game dari skala kecil maupun besar sangat bervariasi yang dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang umur, dari anak

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar Soni Irawan Jatmika 2210 105 052 Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. 2. Heri Suryoatmojo, ST. MT.

Lebih terperinci

BAB III GENETIC ALGORITHM DAN GOLDEN RATIO

BAB III GENETIC ALGORITHM DAN GOLDEN RATIO BAB III GENETIC ALGORITHM DAN GOLDEN RATIO Genetic algorithm merupakan stochastic global search method yang cara kerjanya mengikuti sel biologi berevolusi. Di dalam genetic algorithm solusi yang hendak

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

TAKARIR. algorithm algoritma/ kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. kesalahan program

TAKARIR. algorithm algoritma/ kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. kesalahan program TAKARIR advanced tingkat lanjut algorithm algoritma/ kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah alleles nilai suatu gen. bug kesalahan program chromosome kromosom crossover penyilangan kromosom

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 28 Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Andreas Christian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN Uning Lestari 2, Naniek Widyastuti 3, Desti Arghina Listyaningrum 1 1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam. penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut

Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam. penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut terlaksana dengan optimal.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA KNAPSACK PROBLEM UNTUK OPTIMASI PEMILIHAN BUAH KEMASAN KOTAK

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA KNAPSACK PROBLEM UNTUK OPTIMASI PEMILIHAN BUAH KEMASAN KOTAK IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA KNAPSACK PROBLEM UNTUK OPTIMASI PEMILIHAN BUAH KEMASAN KOTAK Komang Setemen Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuned mass damper (TMD) telah banyak digunakan untuk mengendalikan getaran dalam sistem teknik mesin. Dalam beberapa tahun terakhir teori TMD telah diadopsi untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori penunjang serta penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode tournament selection pada metode seleksi parent dalam algoritma genetika

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA Novita Wulan Sari 1, Yuliana Setyowati 2, S.Kom, M.Kom, Ira Prasetyaningrum 2, S. Si, M.T 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing Politeknik

Lebih terperinci

2.16. Keaslian Penelitian BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Analisa sistem Observasi Wawancara

2.16. Keaslian Penelitian BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Analisa sistem Observasi Wawancara DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii BERITA ACARA DEMO SOFTWARE TUGAS AKHIR... iv SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR...v ABSTRAK.....vi

Lebih terperinci

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 2, Februari 2017, hlm. 80-84 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali)

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali) I Made Budi Adnyana

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENJADWALAN BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.kom) Pada Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA)

PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA) Penjadwalan Ujian Akhir Semester dengan Algoritma Genetika PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA) Anita Qoiriah Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAKSI RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Tedy Rismawan, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

PENERAPAN KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA KNAPSACK, ALGORITMA GENETIKA, DAN ALGORITMA ARNOLD S CATMAP PADA CITRA

PENERAPAN KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA KNAPSACK, ALGORITMA GENETIKA, DAN ALGORITMA ARNOLD S CATMAP PADA CITRA PENERAPAN KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA KNAPSACK, ALGORITMA GENETIKA, DAN ALGORITMA ARNOLD S CATMAP PADA CITRA [1] Martinus Dias, [2] Cucu Suhery, [3] Tedy Rismawan [1][2][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci