PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG"

Transkripsi

1 PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG Afen Prana Utama 1, Edison Sinaga 1 D-3 Manajemen Informatika - STMIK Mikroskil Medan afen@mikroskil.ac.id Abstrak Teka-teki silang merupakan sebuah permainan untuk mengasah otak. Teka-teki silang (TTS) dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan untuk menguji kemampuan anak didik, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Pertanyaannya dibagi menjadi dua kategori yaitu mendatar dan menurun. Penerapan algoritma genetika digunakan untuk mendapatkan suatu pola penyusunan kata dalam ruang-ruang kosong yang paling optimal. Untuk mengetahui optimal atau tidaknya pengisian ruang kosong tersebut, dilakukan dengan melihat banyaknya kombinasi kata yang dapat dibuat atau dapat juga dilihat dari banyaknya sisa ruang kosong TTS tersebut. Jadi, semakin banyak dan baik kombinasi kata yang dibuat untuk mengisi ruang-ruang kosong, maka semakin optimal pengisian tersebut. Solusi ini dapat diatasi apabila membuat TTS dilakukan secara otomatis dengan komputer. Dengan menggunakan algoritma genetika, diharapakan akan mampu membuat kombinasi dari sekumpulan jawaban pertanyaan menjadi sebuah bentuk TTS dengan jumlah pertanyaan yang ditentukan sendiri oleh pengguna, dengan area papan matriks yang digunakan untuk meletakkan jawaban adalah seminimal mungkin. Pertanyaan ditentukan sendiri oleh pengguna dengan tujuan untuk membuat TTS dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik, misalnya pertanyaan bidang pendidikan, komputer, pertanyaan yang berhubungan dengan biologi dan sebagainya. Kata Kunci: Algoritma Genetika, Teka teki silang, Asah Otak 1. Pendahuluan Teka-teki silang (TTS) merupakan sebuah permainan untuk mengasah otak. TTS dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan untuk menguji kemampuan anak didik, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan saja. Untuk membuat sebuah TTS dapat dikatakan mudah, mudah karena kita hanya mengkombinasikan kata yang satu dengan yang lain. Tapi akan sulit apabila jumlah pertanyaan yang digunakan banyak, karena untuk membuat sebuah TTS dari sekumpulan pertanyaan, kita harus mencoba kombinasi yang mungkin dari kata yang ada sampai terbentuk sebuah TTS. Semakin banyak jumlah pertanyaan, maka semakin banyak kombinasi yang harus kita coba. Penerapan algoritma genetika digunakan untuk mendapatkan suatu pola penyusunan kata dalam ruang-ruang kosong yang paling optimal. Untuk mengetahui optimal atau tidaknya pengisian ruang kosong tersebut, dilakukan dengan melihat banyaknya kombinasi kata yang dapat dibuat atau dapat juga dilihat dari banyaknya sisa ruang kosong TTS tersebut. Jadi, semakin banyak dan baik kombinasi kata yang dibuat untuk mengisi ruang-ruang kosong, maka semakin optimal pengisian tersebut. Solusi ini dapat diatasi apabila membuat TTS dilakukan secara otomatis dengan komputer. Batasan-batasan yang dibuat antara lain : 1. TTS yang dibuat adalah TTS dalam bentuk yang kita kenal sekarang ini. Pertanyaan dibagi menjadi dua kategori yaitu mendatar dan menurun.

2 2. Jawaban pertanyaan mendatar tidak boleh tersusun bersambung dengan jawaban pertanyaan mendatar, dan jawaban pertanyaan menurun tidak boleh tersusun bersambung dengan jawaban pertanyaan menurun 3. Apabila jawaban mengandung karakter selain huruf A..Z, maka karakter tersebut diabaikan. Misalnya apabila jawaban dari sebuah pertanyaan adalah kupu-kupu maka ditulis menjadi kupukupu. 2. Kajian Pustaka 2.1 Teka Teki Silang TTS atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuk biasa dibagi dalam kategori mendatar dan menurun tergantung posisi kata yang harus diisi. TTS (TTS) pertama kali diterbitkan dalam majalah New York World dalam format yang hampir sama dengan TTS yang dikenal pada saat ini. Teka-teki yang sering disebut sebagai TTS yang pertama ini ditemukan oleh Wynne. TTS kemudian menjadi fitur mingguan di majalah tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya TTS tidak hanya menjadi fitur sebuah majalah. Buku kumpulan TTS yang pertama diterbitkan oleh Simon dan Schuster pada tahun TTS menjadi salah satu benda terpopuler pada era tersebut. Di Indonesia sendiri, perkembangan TTS diawali pada tahun 1970-an. Pada waktu itu di Jakarta terbit Asah Otak, sebuah majalah TTS dan teka-teki lainnya. Penerbitan ini ternyata juga menuai sukses sehingga banyak terbitan serupa yang mengikuti. 2.2 Algoritma Genetika Algoritma genetika adalah suatu algoritma pencarian (searching) berdasarkan cara kerja melalui mekanisme seleksi alam dan genetik. Tujuannya untuk menentukan struktur-struktur yang disebut individu berkualitas tinggi di dalam suatu domain yang disebut populasi untuk mendapatkan solusi persoalan [4]. Pada tahun 1975, John Holland memperkenalkan algoritma genetika untuk yang pertama kalinya. Algoritma genetika berbeda dengan algoritma konvensional karena dimulai dari suatu himpunan awal yang disebut populasi[3]. Algoritma genetika menggunakan dua prinsip dasar dalam sistem biologis, yaitu seleksi terhadap spesies yang ada dan peningkatan keanekaragaman (gen dengan operasi genetik) [2]. 2.3 Parameter Algoritma Genetika Skema algoritma genetika menentukan bagaimana jalannya proses algoritma genetika, sehingga pada proses ini juga perlu ditentukan parameter algoritma genetika yang akan digunakan, yaitu sebagai berikut: a) Ukuran populasi Ukuran populasi adalah jumlah kromosom yang ada pada populasi. Kromosom merepresentasikan bentuk dari TTS. Memilih ukuran populasi yang tepat akan meningkatkan kinerja algoritma genetika. Apabila ukuran populasi terlalu kecil, maka algoritma genetika hanya mempunyai alternatif solusi yang sedikit. Namun, jika ukuran populasi terlalu, besar proses algoritma genetika akan berjalan lambat. b) Jumlah generasi Satu proses rangkaian algoritma genetika dimulai dari proses seleksi, crossover (pindah silang), mutasi sampai update generasi. Proses algoritma genetika akan dihentikan apabila 180

3 jumlah generasi sudah terpenuhi. Solusi yang diambil adalah kromosom dengan nilai fitness (nilai kelayakan) terbaik dari generasi terakhir. c) Crossover probability (peluang pindah silang) Peluang crossover (PC) akan menentukan banyaknya crossover (pindah silang) yang terjadi. Nilai PC berkisar dari 0 sampai 1. Apabila nilai PC sama dengan 1, maka seluruh kromosom akan mengalami crossover. Apabila PC sama dengan 0, maka tidak akan terjadi proses crossover, atau dengan kata lain kromosom offspring (kromosom anak hasil pindah silang) akan sama dengan kromosom parent (kromosom induk). 2.4 Kromosom dan Pola Representasi Dalam konsep ilmu biologi dikenal adanya istilah sel. Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun organisme. Secara umum organisme terdiri dari sel-sel penyusun. Sebuah sel tersusun dari kumpulan beberapa kromosom. Sebuah kromosom tersusun dari beberapa gen. Gen merupakan sekumpulan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Konsep biologi semacam ini yang diadaptasi pada algoritma genetika. Dalam algoritma genetika, kromosom merupakan alternatif solusi dari sebuah permasalahan. Kromosom dapat disajikan dalam beberapa bentuk sesuai dengan jenis pengkodean yang digunakan. a) Pengkodean kromosom Pengkodean merupakan bagian yang penting dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan algoritma genetika. Pengkodean adalah pengkorversian masalah dalam dunia nyata menjadi bentuk yang dapat diolah dengan menggunakan algoritma genetika. Pengkodean yang tepat sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses algoritma genetika dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Pengkodean yang tepat juga akan menentukan tingkat efisiensi komputasi yang digunakan. Ada beberapa jenis pengkodean yang dapat digunakan dalam algoritma genetika, diantaranya pengkodean biner (binary encoding) dan pengkodean permutasi (permutation encoding). b) Nilai fitness (nilai kelayakan) dan fungsi objektif (fungsi tujuan) Dalam proses evolusi individu yang survive (bertahan hidup) dari proses seleksi alam akan mempunyai kesempatan untuk bereproduksi kembali. Dengan demikian, kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dan bertahan hidup untuk selamat sangat penting. Dalam terminologi algoritma genetika kemampuan suatu individu (kromosom) untuk bertahan hidup dapat diukur berdasarkan nilai fitness-nya. Semakin baik nilai fitness (nilai kelayakan) suatu kromosom maka akan semakin baik peluang kromosom tersebut untuk bertahan hidup dan ikut dalam proses reproduksi. Nilai fitness suatu kromosom dapat dihitung dengan menggunakan fungsi objektif. c) Seleksi Proses seleksi bertujuan untuk memilih kromosom yang akan dijadikan sebagai parent (kromosom induk) pada proses crossover (pindah silang). Ada beberapa metode yang dapat dipilih pada proses seleksi, antara lain Roulette Wheel Selection, Rank Selection dan Tournament Selection. 1) Roulette wheel selection Pada roulette wheel selection, kromosom akan dipilih secara acak ditentukan dengan memperhitungkan nilai kelayakan masing-masing kromosom. Semakin besar nilai kelayakan suatu kromosom, semakin besar pula peluang kromosom tersebut untuk terpilih sebagai parent (kromosom induk). Pengkodean roulette wheel dapat dianalogikan seperti permainan roda putar. Pada permainan roda putar, lingkaran roda dibagi menjadi beberapa wilayah. Pada roulette wheel selection, lebar suatu wilayah kromosom ditentukan menurut nilai fitness-nya, 181

4 semakin besar nilai fitness-nya maka akan semakin besar wilayahnya, dan semakin besar pula peluang kromosom tersebut untuk terpilih. Ilustrasi dari roulette wheel selection dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Ilustrasi roulette wheel selection Proses roulette wheel selection dijelaskan pada algoritma sebagai berikut: 1. [Sum] Jumlahkan semua nilai fitness (nilai kelayakan) tiap-tiap kromosom pada populasi S. 2. [Select] Generate bilangan random pada interval (0,S)-r. 3. [Loop] secara sekuensial dari kromosom pertama, jumlahkan nilai fitness kromosom-s. Apabila pada kromosom ke-i s>r maka berhenti, maka kromosom i terpilih sebagai kandidat parent. Contoh dari roulett whell selection dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Contoh roulet wheel selection Kromosom Fitness Si Bil Random r Kromosom Terpilih (0, 110) Kromosom Kromosom 3 Kromosom Kromosom 5 Kromosom Kromosom 3 Kromosom Kromosom 1 Kromosom Kromosom 4 Jumlah S = 110 Pada tabel di atas disimpulkan bahwa ukuran pupulasi adalah 5. Nilai Si merupakan nilai akumulasi dari nilai fitness kromosom ke 1 sampai kromosom ke i. Untuk memilih kromosom yang akan menjadi calon parent maka dibangkitkan bilangan random (0, S). Bilangan random yang dibangkitkan sebanyak 5 buah sesuai dengan ukuran populasinya. Apabila ri < Si dan ri > Si-1 maka kromosom yang terpilih adalah kromosom ke i. Pada tabel di atas r1 = 35, karena 35 < S3 (60) dan 35 > S2 (30) maka kromosom yang terpilih adalah kromosom 3. d) Rank selection Pada pengkodean ranking, kromosom pada populasi diranking sesuai dengan nilai fitnessnya, kemudian kromosom diberi nilai fitness (nilai kelayakan) yang baru sesuai dengan rankingnya. Kromosom dengan ranking terbawah akan mendapat nilai fitness 1, ranking terbawah kedua mendapat nilai fitness 2, demikian seterusnya. Kromosom dengan ranking terbaik akan mendapat nilai fitness N. Tabel 2. Contoh rank selection Kromosom Fitness Awal Rangking Fitness setelah rangking Si Bil.Random R(0,15) Kromosom Terpilih Kromosom Kromosom 2 Kromosom Kromosom 1 Kromosom Kromosom 3 Kromosom Kromosom 3 Kromosom Kromosom 4 Jumlah S =

5 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rank selection hampir sama dengan roulett whell selection. Hanya saja sebelum kromosom dipilih nilai fitness tiap kromosom diganti sesuai dengan rankingnya. Nilai fitness hasil dari pemeringkatan ini yang kemudian dijadikan acuan pada saat pemilihan kromosom. e) Crossover Crossover atau pindah silang adalah proses pembentukan kromosom anak (offspring). Crossover bertujuan menambah keanekaragaman string dalam satu populasi dengan penyilangan antar-string yang diperoleh dari reproduksi sebelumnya [5]. Beberapa jenis crossover sebagai berikut: 1) Crossover pengkodean biner Ada beberapa metode crossover (pindah silang) dengan pengkodean biner, yaitu sebagai berikut: i) Crossover 1 titik Proses crossover dilakukan dengan memisahkan suatu string menjadi dua bagian dan selanjutnya salah satu bagian dipertukarkan dengan salah satu bagian dari string yang lain yang telah dipisahkan dengan cara yang sama. Tabel 3. Crossover 1 titik Kromosom orangtua Kromosom orangtua Keturunan ii) Crossover 2 titik Proses crossover (pindah silang) ini dilakukan dengan memilih dua titik crossover. Kromosom keturunan kemudian dibentuk dengan barisan bit dari awal kromosom sampai titik crossover pertama disalin dari orangtua pertama, bagian dari titik crossover pertama dan kedua disalin dari orangtua kedua, kemudian selebihnya disalin dari orang tua pertama lagi. Tabel 4. Crossover 2 titik Kromosom orangtua Kromosom orangtua Keturunan ) Crossover seragam Crossover (pindah silang) seragam menghasilkan kromosom keturunan dengan menyalin bit-bit secara acak dari kedua orangtuanya. Tabel 5. Crossover seragam Kromosom orangtua Kromosom orangtua Keturunan ) Arithmatic crossover Kromosom offspring (kromosom anak) diperoleh dengan melakukan operasi aritmatika terhadap parent (induk). Operasi yang dapat dilakukan antara lain AND, OR, XOR dan lainlain. Contoh dari arithmatic crossover dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 2. Arithmatic crossover 183

6 4) Crossover pengkodean permutasi Jenis crossover (pindah silang) untuk pengkodean permutasi hanyalah single point crossover. Metode ini dilakukan dengan memilih satu titik crossover p pada kromosom parent (kromosom induk) secara acak. Gen ke-1 sampai gen ke-p pada parent 1 dikopikan menjadi gen offspring (kromosom anak). Sisa gen yang belum terpenuhi diambil dari parent 2 dengan cara sekuensial dari gen ke-1 parent 2 sampai gen terakhir, dengan syarat gen tersebut belum ada dalam kromosom offspring. Contoh dari crossover pada pengkodean permutasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Parent Parent Offspring Offspring Gambar 3. Pengkodean permutasi Titik crossover pada gen ke-4. Offspring pertama dihasilkan dari gen 1 sampai gen 4 parent 1, kemudian gen yang berikutnya pada offspring 1 diambil dari parent 2. Gen parent 2 dicek secara sekuensial dari gen 1 sampai gen 8. Apabila gen yang dicek belum ada pada gen yang diambil dari parent 1 maka gen pada parent 2 tersebut diambil untuk menjadi bagian pada offspring Metode Penelitian 3.1 Analisis Sistem TTS dengan menggunakan algoritma genetika yang akan dibangun dalam penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan TTS dengan jumlah pertanyaan yang ditentukan sendiri oleh pengguna. Pertanyaan-pertanyaan yang akan ditampilkan pada pengguna tersebut diperoleh dari database secara acak oleh program. TTS yang telah dibuat dapat disimpan dalam bentuk sebuah file yang memungkinkan pengguna untuk memainkan kembali TTS tersebut pada waktu yang lain. Pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam TTS disimpan dalam database. Database yang berisi pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat di-update sehingga koleksi pertanyaan yang tersimpan dapat bertambah. Dengan demikian, pengguna dapat bermain TTS dengan pertanyaan yang lebih bervariasi. TTS yang dibentuk merupakan kumpulan jawaban dari pertanyaan yang digunakan. Jawaban-jawaban pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga saling berpotongan satu sama lain. Untuk membentuk sekumpulan jawaban pertanyaan menjadi TTS digunakan sebuah papan matriks berdimensi dua. Papan matriks dapat dianalogikan seperti sebuah papan catur. Setiap kotak (cell) berada pada koordinat x,y. Pada papan matriks ini nantinya jawaban dari pertanyaan akan diletakkan untuk dibentuk menjadi sebuah TTS. Setiap huruf dari jawaban akan menempati satu cell pada papan matriks. [1] 3.2 Rancangan Sistem Rancangan sistem aplikasi pembuatan TTS yang akan dibangun dengan menggunakan algoritma genetika adalah sebagai berikut: a) Diagram konteks Proses menyeluruh dari aplikasi TTS menggunakan algoritma genetika dapat dilihat dari diagram konteks pada Gambar

7 Gambar 4. Diagram konteks Aplikasi menerima masukan dari pengguna berupa jumlah pertanyaan, permintaan update, pilihan load game dan jawaban pengguna. Jumlah pertanyaan merupakan jumlah dari pertanyaan yang akan digunakan dalam permainan TTS. Permintaan update digunakan pengguna untuk meng-update database pertanyaan. Sedangkan, pilihan load game digunakan untuk memainkan TTS yang telah disimpan sebelumnya dalam bentuk file dengan ekstensi.tts. Selain menerima masukan dari pengguna, aplikasi juga memberikan keluaran kepada pengguna berupa TTS dan jawaban yang benar dari TTS tersebut. 1) DFD level 1 DFD level 1 merupakan penjabaran dari diagram konteks, yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. DFD level 1 Pada DFD level 1 digambarkan proses-proses utama yang ada dan terjadi pada sistem. Pada proses TTS Baru, pengguna memasukkan jumlah pertanyaan yang akan digunakan pada permainan TTS. Proses TTS Baru akan memberikan keluaran berupa TTS yang dapat dimainkan oleh pengguna. Proses Update Bank Soal merupakan proses untuk meng-update koleksi pertanyaan yang dimiliki sehingga pertanyaan yang digunakan dalam permainan TTS lebih bervariasi. Pada proses ini juga perlu ditentukan nilai dari parameter algoritma genetika yang akan digunakan, yaitu sebagai berikut: 1. Ukuran populasi Sebuah kromosom merepresentasikan sebuah bentuk TTS. Dengan demikian populasi adalah kumpulan bentuk TTS dalam bentuk kromosom. Ukuran populasi sangat mempengaruhi kinerja algoritma genetika. Apabila ukuran populasi terlalu besar maka komputasi yang dibutuhkan juga akan lebih besar, sehingga waktu yang dibutuhkan juga akan bertambah. Namun apabila ukuran populasi terlalu kecil maka alternatif solusi akan 185

8 sedikit, sehingga kemungkinan hasil yang didapatkan kurang baik. Ukuran populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Papan matriks Papan matriks merupakan tempat untuk menyusun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan menjadi sebuah TTS. Papan matriks bisa dipandang seperti sebuah papan catur berdimensi 2 dengan ukuran 100x100. Karena ukuran papan matriks hanya 100x100, maka dimensi dari TTS yang dapat dibuat maksimal adalah 100x Pengkodean Urutan jawaban dan posisi jawaban (mendatar atau menurun) harus dikodekan menjadi bentuk yang dapat diolah dengan algoritma genetika dalam bentuk sebuah kromosom. Sebuah kromosom merupakan susunan dari beberapa gen. Panjang sebuah kromosom adalah jumlah gen yang terdapat pada kromosom tersebut. Sebuah gen berisi jawaban dari sebuah pertanyaan. Dengan demikian, panjang kromosom sama dengan jumlah pertanyaan yang dimasukkan pengguna. Pengkodean yang digunakan adalah pengkodean permutasi. Setiap gen mempunyai dua atribut. Atribut yang pertama berisi id dari sebuah pertanyaan yang akan digunakan dalam permainan TTS. Atribut yang lain berupa atribut orientasi. Atribut orientasi menentukan apakah jawaban dari pertanyaan berada pada posisi mendatar atau menurun pada papan matriks. Nilai dari atribut orientasi adalah 0 atau 1. Jika nilai dari atribut orientasi 0, pertanyaan tersebut termasuk dalam kategori menurun, sebaliknya apabila nilai atribut orientasi adalah 1, maka pertanyaan tersebut masuk dalam kategori mendatar. Sebagai contoh akan dibentuk sebuah TTS dari lima buah pertanyaan, dengan jawaban dari masing-masing pertanyaannya disajikan pada Tabel 6.. Tabel 6. Contoh Pertanyaan Pertanyaan Jawaban Id Besar AKBAR 1 Tidak Kering BASAH 2 Hewan Air IKAN 3 Benar (Inggris) TRUE 4 Hujan Rintik-rintik GERIMIS 5 Dari jawaban pertanyaan di atas maka dapat dibentuk sebuah kromosom seperti berikut ini: Gambar 6. Panjang kromosom Panjang kromosom di atas adalah lima, sesuai dengan jumlah gen yang terdapat pada kromosom. Dari kromosom tersebut dapat dilihat pertanyaan yang digunakan sebanyak lima. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, satu demi satu diletakkan pada papan matriks untuk dibentuk menjadi sebuah TTS. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diletakkan secara berurutan diawali dari gen pertama sampai dengan gen yang terakhir. Setiap huruf dari sebuah jawaban akan menempati sebuah koordinat (x, y) pada papan matriks. Untuk jawaban pertanyaan yang ada pada gen 1, huruf pertamanya berada pada koordinat (100,100), 186

9 sedangkan koordinat untuk jawaban yang terdapat pada gen berikutnya ditentukan dengan mencari perpotongan dari jawaban tersebut dengan jawaban yang sebelumnya yang sudah terletak pada papan matriks. Berdasarkan bentuk kromosom pada gambar di atas maka jawaban pertama yang akan diletakkan pada papan matriks adalah jawaban dari pertanyaan dengan id 5, yaitu GERIMIS dengan posisi menurun. Huruf pertama dari kata GERIMIS akan diletakkan pada koordinat (100,100), sehingga pada saat kata GERIMIS tersebut diletakkan pada papan matriks hasilnya adalah sebagai berikut: Gambar 7. Bentuk kromosom gerimis Sebelumnya setiap koordinat yang ditempati oleh setiap huruf disimpan dalam sebuah array yang berbeda. Selain itu, koordinat setiap titik potong yang terjadi juga disimpan dalam sebuah array. Dengan demikian diperlukan tiga buah array dimana array pertama akan berisi koordinat setiap huruf pada jawaban pertanyaan menurun, array kedua berisi koordinat setiap huruf pada jawaban pertanyaan mendatar dan array ketiga digunakan untuk menyimpan koordinat titik potong yang terjadi. Berdasarkan Gambar 9. maka isi dari matriks yang digunakan untuk menyimpan koordinat setiap huruf untuk jawaban pertanyaan menurun ditunjukkan pada Gambar 8: Gambar 8. Koordinat titik potong Jawaban pertanyaan yang diletakkan pada papan matriks berikutnya adalah jawaban pertanyaan yang berada pada gen kedua yang merupakan jawaban dari pertanyaan dengan id 3, yaitu IKAN dengan posisi mendatar. Untuk menentukan koordinat dari kata IKAN, perlu dilakukan pencarian titik perpotongan antara kata IKAN dengan kata yang sudah berada dalam papan matriks. Karena kata IKAN mempunyai posisi mendatar, kata IKAN harus berpotongan dengan kata dalam papan matriks yang mempunyai posisi menurun, yaitu kata GERIMIS. Untuk mencari titik perpotongan,dilakukan pencocokan setiap huruf dari kata IKAN dengan setiap huruf yang ada pada papan matriks. Pencocokan dilakukan secara berurutan dimulai dari huruf pertama yaitu I. Untuk mengoptimalkan proses pencocokan, tidak setiap koordinat pada papan matriks dicek. Pengecekan hanya dilakukan pada area yang sudah terisi oleh jawaban yang sebelumnya telah diletakkan. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa area yang akan diperiksa (diarsir) berada pada koordinat (100,100) sampai (100,106). 187

10 Gambar 9. pencarian titik potong Setelah proses pencarian ditemukan huruf I pada koordinat (100,103). Sebelum koordinat tersebut dipilih sebagai alternatif titik potong, karena gen kedua mempunyai orientasi mendatar, terlebih dahulu diseleksi apakah huruf I pada koordinat (100,103) tersebut dimiliki oleh jawaban pertanyaan menurun, karena jawaban pertanyaan mendatar hanya dapat berpotongan dengan jawaban pertanyaan menurun. Untuk mengecek apakah huruf I pada koordinat (100,103) merupakan jawaban pertanyaan menurun, dilakukan dengan mengecek isi dari array yang digunakan untuk menyimpan koordinat setiap huruf dari jawaban menurun. Kalau koordinat (100,103) ada di dalam array tersebut, maka huruf I pada koordinat (100,103) merupakan jawaban dari pertanyaan menurun. Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat bahwa koordinat (100,103) ada di dalam array yang digunakan untuk menyimpan jawaban pertanyaan menurun. Dapat disimpulkan bahwa huruf I pada koordinat (100,103) adalah jawaban dari pertanyaan menurun. Setelah diketahui bahwa huruf I pada koordinat (100,103) adalah jawaban pertanyaan dari pertanyaan menurun, selanjutnya dicek apakah huruf I pada koordinat (100,103) merupakan titik potong. Ini dilakukan karena satu titik potong hanya boleh dimiliki oleh dua buah jawaban pertanyaan, yaitu satu jawaban pertanyaan mendatar dan satu jawaban pertanyaan menurun. Untuk mengetahui apakah huruf I pada koordinat (100,103) merupakan titik potong, dilakukan dengan mengecek isi dari array yang digunakan untuk menyimpan koordinat titik potong yang terjadi. Apabila koordinat tersebut ada dalam array tersebut, maka huruf I pada koordinat tersebut merupakan titik potong. Berdasarkan Gambar 7. dapat dilihat bahwa belum ada titik potong yang terjadi. Dengan demikian array yang digunakan untuk menyimpan titik potong masih kosong, sehingga dapat disimpulkan bahwa koordinat (100,103) bukan merupakan titik potong. Kemudian dicek apakah papan matriks pada koordinat (100,103) sampai (103,103) kosong. Jika tidak kosong maka dicek apakah koordinat tersebut ada dalam array untuk menyimpan koordinat jawaban menurun. Ini dilakukan untuk menghitung titik potong yang terjadi jika jawaban pertanyaan diletakkan pada koordinat (100,103). Jika ada maka koordinat tersebut masih memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai alternatif titik potong. Berdasarkan Gambar 9. dapat dilihat bahwa papan matriks pada koordinat (100,103) berisi I. Karena koordinat (100,103) ada dalam array tempat menyimpan koordinat jawaban menurun, maka koordinat (100,103) merupakan titik potong. Kemudian koordinat (101,103) sampai koordinat (103,103) masih kosong. Dengan demikian titik potong yang ditemukan adalah 1. Selanjutnya dicek apakah papan matriks pada koordinat (100,102) sampai koordinat (103,102) kosong. Jika tidak kosong selanjutnya dicek apakah mempunyai absis yang sama dengan titik potong. Jika tidak maka koordinat (100,103) tidak bisa dijadikan sebagai 188

11 alternatif titik potong. Ini dilakukan agar tidak ada jawaban pertanyaan mendatar yang terletak saling bersebelahan dengan jawaban pertanyaan mendatar yang lain. Berdasarkan Gambar 9. dapat dilihat bahwa papan matriks pada koordinat (100,102) berisi huruf R. Karena mempunyai absis yang sama dengan titik potong (100) maka kondisi ini masih memenuhi untuk dijadikan sebagai alternatif titik potong. Kemudian dicek isi papan matriks pada koordinat (100,104) sampai koordinat (103,104) apakah kosong. Jika tidak kosong, dicek apakah mempunyai absis yang sama dengan titik potong. Jika ya maka koordinat tersebut masih memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai alternatif titik potong. Berdasarkan Gambar 9. dapat dilihat bahwa koordinat (100,104) berisi huruf M. Karena mempunyai absis yang sama dengan titik potong (100) maka koordinat (100,103) masih memenuhi untuk dijadikan sebagai alternatif titik potong. Selanjutnya dicek isi papan matriks pada koordinat (101,104) sampai (103,104). Karena papan matriks pada koordinat tersebut kosong maka jawaban pertanyaan dapat diletakkan pada koordinat (100,103). Apabila koordinat (100,103) diambil sebagai titik potong, maka isi dari papan matriks akan tampak pada Gambar 10 sebagai berikut: Gambar 10. Kromosom Gerimis dan Ikan alternative Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai gen dari alternatif titik potong tersebut. Berdasarkan Gambar 10. di atas, maka nilai gennya adalah: Nilai gen: 1/4 = 0,25. Nilai gen dan alternatif posisi titik potong di atas disimpan. Kemudian dicari huruf I yang lain di dalam papan matriks untuk mencari kemungkinan alternatif titik potong yang lain. Berdasarkan Gambar 9. dapat dilihat bahwa huruf I yang lain berada pada koordinat (100,105). Huruf I pada koordinat (100,105) ini selanjutnya dicek apakah merupakan jawaban pertanyaan menurun karena jawaban IKAN berada pada posisi mendatar. Caranya adalah dengan mengecek isi dari array yang digunakan untuk menyimpan koordinat setiap huruf pada jawaban menurun. Berdasarkan Gambar 8. dapat diketahui bahwa koordinat (100,105) terdapat dalam array yang digunakan untuk menyimpan koordinat setiap huruf untuk jawaban menurun. Setelah diketahui bahwa huruf I pada koordinat (100,105) adalah jawaban pertanyaan menurun, selanjutnya dicek apakah huruf I pada koordinat (100,105) merupakan titik potong. Caranya adalah dengan memeriksa apakah koordinat (100,105) ada dalam array yang digunakan untuk menyimpan koordinat titik potong yang terjadi. Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat bahwa belum ada titik potong yang terjadi, dengan demikian array yang digunakan untuk menyimpan titik potong masih kosong. Dengan demikian huruf I pada koordinat (100,105) bukan merupakan titik potong, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif titik potong. Apabila huruf I pada koordinat (100,105) dijadikan sebagai alternatif titik potong, maka isi papan matriks akan tampak pada Gambar 11. berikut: 189

12 Gambar 11. Kromosom Gerimis dan Ikan alternative Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai gen dari alternatif titik potong di atas. Nilai gen untuk alternatif titik potong adalah: Nilai gen :1/4 = 0,25. Selanjutnya dilakukan hal yang sama dengan huruf yang berikutnya yaitu huruf K. Sama dengan mencari huruf I pada papan matriks, proses pencarian huruf K juga dilakukan pada koordinat (100,100) sampai koordinat(100,106) seperti tampak pada Gambar 12. berikut: Gambar 12. Pencarian titik potong Langkah selanjutnya begitu seterusnya sehingga pada gambar di atas terlihat bahwa untuk jawaban pertanyaan yang terdapat pada gen keempat dan gen kelima tidak diletakkan dalam papan matriks. Hal ini disebabkan pada saat jawaban pertanyaan pada gen keempat, yaitu TRUE, akan diletakkan titik potong tidak berhasil ditemukan. Ketentuan lain yang digunakan untuk meletakkan jawaban pertanyaan pada papan matriks adalah sebagai berikut: a. Sebuah titik potong hanya boleh dimiliki oleh dua buah jawaban saja. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 13.: Gambar 13. papan matrik titik potong Pada Gambar 5.3 titik potong pada koordinat (100,104) dimiliki oleh tiga jawaban pertanyaan sekaligus, yaitu GERIMIS, SATU, dan, SUKA. 190

13 b. Fungsi Objektif Setelah populasi terbentuk, pada tahap selanjutnya dilakukan penghitungan nilai fitness masing-masing kromosom yang ada dalam populasi. Penghitungan nilai fitness diperoleh berdasarkan jumlah jawaban yang berhasil dibentuk menjadi TTS dan jumlah titik perpotongan yang dihasilkan oleh tiap-tiap jawaban pertanyaan. Nilai gen yang dihitung adalah apabila jawaban pertanyaan pada gen tersebut termasuk jawaban pertanyaan yang dapat dibentuk menjadi TTS. Apabila jawaban pertanyaan pada gen tersebut tidak dapat dibuat menjadi TTS (tidak dapat berpotongan dengan jawaban pertanyaan lain) maka gen tersebut diberi nilai 0, dan gen setelah gen tersebut tidak akan dihitung. Nilai fitness suatu kromosom ditentukan dari nilai masing-masing gen. Nilai untuk setiap gen ke-j dapat dihitung dengan persamaan berikut: gen[j]=(p/k) (1) gen[j] : nilai gen ke-j p : jumlah titik potong pada gen tersebut k : jumlah karakter pada gen tersebut Nilai fitness sebuah kromosom adalah total nilai gen pada kromosom tersebut yang berhasil dibuat menjadi TTS. Fungsi objektif untuk menghitung nilai fitness suatu kromosom adalah sebagai berikut: (2) F : nilai fitness Gen[j] : nilai gen ke-j pada kromosom tersebut c. Skema Seleksi Proses seleksi akan memilih kromosom untuk dijadikan sebagai calon parent pada proses crossover. Proses seleksi akan membentuk sebuah populasi baru yang berisi kromosom calon parent. Metode seleksi yang digunakan adalah Rank Selection. Pada Rank Selection kromosom terlebih dahulu diranking sesuai dengan nilai fitness-nya, kemudian kromosom diberi nilai fitness sesuai rankingnya dengan nilai fitness maksimum adalah sama dengan ukuran populasi. Apabila ada 30 kromosom pada populasi, maka nilai fitness untuk kromosom dengan ranking 1 adalah 30, nilai fitness untuk kromosom dengan ranking 2 adalah 29 dan seterusnya sampai kromosom dengan ranking 30 dengan nilai fitness 1. Dengan demikian kromosom dengan nilai fitness yang kecil tetap punya kesempatan untuk terpilih. d. Parameter Crossover (PC) Crossover atau perkawinan silang adalah proses pembentukan kromosom baru (offspring). Kromosom yang akan mengalami crossover adalah kromosom calon parent yang sudah terpilih melalui proses seleksi. Namun tidak semua kromosom yang terpilih melalui proses seleksi akan mengalami proses crossover. Jumlah kromosom calon parent yang mengalami crossover ditentukan oleh parameter crossover (PC). Nilai PC mempunyai range antara 0-1. Semakin besar nilai PC maka semakin banyak kromosom yang mengalami crossover. Jika nilai PC sama dengan 0 maka tidak akan ada kromosom yang mengalami proses crossover. Sebaliknya apabila nilai PC sama dengan 1 maka semua kromosom akan mengalami crossover. Apabila tidak ada kromosom yang mengalami crossover maka tidak banyak variasi kromosom yang bisa tercipta, namun apabila terlalu banyak kromosom yang mengalami proses crossover, maka proses komputasi akan semakin besar. Dengan mempertimbangkan faktor tersebut maka nilai PC yang dipakai pada penelitian ini adalah 191

14 0.5, sehingga diharapkan setengah dari kromosom yang berada pada populasi calon parent akan mengalami crossover. e. Skema Crossover Untuk pengkodean permutasi, metode crossover yang digunakan adalah single point cross over. Untuk memilih kromosom yang menjadi parent, dibangkitkan bilangan random R sebanyak 30 kali, dimana 30 adalah ukuran populasinya. Apabila Ri < PC, maka kromosom i terpilih sebagai parent. Contoh proses untuk memilih kromosom yang akan mengalami crossover dapat dilihat pada Tabel 7.. PC yang digunakan adalah 0.5. Tabel 7. contoh proses memilih parent No Bilangan Random -r Terpilih No 192 Bilangan Random -r Terpilih Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Pada tabel di atas dapat dilihat kromosom terpilih yang akan mengalami crossover. Pada tabel di atas nilai bilangan random ke 1 (r1) adalah 0.45, karena r1 < PC (0.45 < 0.5) maka kromosom 1 terpilih sebagai parent. Kemudian nilai r2 adalah 0.63, karena r2 > PC maka kromosom 2 tidak terpilih sebagai parent. Demikian seterusnya sampai kromosom ke 30 sehingga ada 16 kromosom yang akan mengalami crossover. Pasangan yang akan mengalami crossover diambil secara berurutan. Pada tabel di atas maka kromosom 1 akan berpasangan dengan kromosom 4, kromosom 5 akan berpasangan dengan kromosom 6, kromosom 8 berpasangan dengan kromosom 9 dan seterusnya. Apabila jumlah kromosom yang terpilih adalah ganjil maka kromosom yang terakhir terpilih tidak akan mengalami crossover karena tidak mempunyai pasangan. Contoh crossover dapat dilihat pada Gambar 14. berikut ini.

15 Gambar 14. proses crossover Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa proses crossover menggunakan single point crossover. Pada offspring 1, gen 1 sampai dengan gen 3 di ambil dari gen 1 sampai dengan gen 3 pada parent 1. Kemudian gen 4 dan gen 5 pada offspring 1 diambil dari parent 2. Gen yang diambil dari parent 2 adalah gen dengan atribut id pertanyaan yang belum ada pada gen yang diambil dari parent 1 sebelumnya. Gen yang diambil dari parent 1 mempunyai atribut id 5,3 dan 2, maka gen yang diambil dari parent 2 adalah gen 2 yang mempunyai atribut id 1 dan gen 5 yang mempunyai atribut id 4. Pada offspring 2, gen 1 sampai dengan gen 3 diambil dari gen 1 sampai dengan gen 3 pada parent 2. Kemudian gen 4 dan gen 5 pada offspring 2 diambil dari parent 1. Gen yang diambil dari parent 1 adalah gen dengan atribut id pertanyaan yang belum ada pada gen yang diambil dari parent 2 sebelumnya. Gen yang diambil dari parent 2 mempunyai atribut id 2,1 dan 5, maka gen yang diambil dari parent 2 adalah gen 2 yang mempunyai atribut id 3 dan gen 4 yang mempunyai atribut id 4. f. Jumlah Generasi Semakin banyak jumlah pertanyaan, maka semakin banyak pula jumlah generasi. g. Skema Update Generasi Metode update generasi yang digunakan adalah dengan memilih 30 kromosom dengan nilai fitness terbaik. Kromosom yang dipilih adalah kromosom yang dihasilkan dari proses seleksi dan kromosom yang dihasilkan dari proses crossover. 1) Menghitung nilai fitness Gambar 15. Papan Matriks Tabel 8. Penghitungan nilai fitness Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai fitness kromosom pada Gambar 5. adalah 0,74. 2) Proses bermain TTS 193

16 Pengguna memasukkan jawaban dari pertanyaan TTS. Selanjutnya, aplikasi akan menilai jawaban yang dimasukkan pengguna kemudian memberikan jawaban yang benar kepada pengguna. 3) Flowchart Pembentukan TTS Gambar 16. Diagram alir algoritma genetika yang digunakan Gambar 17. Rancangan dari form TTS Baru Gambar 18. rancangan form TTS Gambar 19. Rancangan sub menu bank soal Gambar 20. Daftar soal dan jawabn 4. Hasil dan Pembahasan Pengguna memasukkan jumlah pertanyaan, misalkan 10 soal, kemudian aplikasi akan memilih pertanyaan yang akan digunakan dalam TTS secara random. Setiap pertanyaan hanya boleh diambil sekali, atau dipilih secara random oleh program. Setelah pertanyaan dipilih, maka pertanyaan tersebut diproses dengan algoritma genetika untuk dibentuk menjadi sebuah TTS. Melalui proses algoritma genetika maka kromosom terbaik akan dibentuk 194

17 menjadi TTS. Waktu yang digunakan untuk memproses juga ditampilkan di layar. Gambar 17 di bawah ini adalah TTS hasil dari jumlah soal sebanyak 10. Gambar 21. Form soal teka teki silang 5. Kesimpulan Algoritma genetika dapat digunakan untuk membuat TTS. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain sebagai berikut: 1. Karena pemilihan soal adalah acak, aplikasi bisa tidak berhasil membuat TTS dengan jumlah pertanyaan seperti yang diinputkan pengguna. 2. Dari hasil pengujian, dapat dilihat bahwa waktu komputasi yang diperlukan untuk membuat TTS sebanding dengan jumlah soal yang digunakan. Referensi [1] Edison Sinaga, 2009., Skripsi: Implementasi Algoritma Genetika Dalam Penyusunan Teka-Teki Silang,STMIK Mikroskil, Medan [2] Kusumadewi, Sri Artificial Intelligenci, Teknik dan Aplikasinya, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. [3] Lingga, D.E dan Arlando R..2008, Aplikasi algoritma genetika untuk mengoptimalkan pola radiasi susunan antena. [4] Pandjaitan, L.W Dasar-DasarKomputasi Cerdas. Yogyakarta: Penerbit Andi. [5] Robandi, Imam Desain Sistem Tenaga Modern, Optimisasi, Logika Fuzzy, Algoritma Genetika. Yogyakarta: Penerbit Andi. 195

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Perkembangan game dari skala kecil maupun besar sangat bervariasi yang dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang umur, dari anak

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS PERMAINAN TTS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

PEMBELAJARAN BERBASIS PERMAINAN TTS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna PEMBELAJARAN BERBASIS PERMAINAN TTS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Greedy Dalam Perancangan Papan Teka Teki Silang

Penggunaan Algoritma Greedy Dalam Perancangan Papan Teka Teki Silang Penggunaan Algoritma Greedy Dalam Perancangan Papan Teka Teki Silang Stefanus Thobi Sinaga / 13510029 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA

GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA Donny Kurniawan Widodo Program Studi Teknik Informatika, Unika Soegijapranata Semarang dny65@gmail.com

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA SEBAGAI PROBLEM SOLVER DALAM GAME SUDOKU BERBASIS ANDROID

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA SEBAGAI PROBLEM SOLVER DALAM GAME SUDOKU BERBASIS ANDROID PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA SEBAGAI PROBLEM SOLVER DALAM GAME SUDOKU BERBASIS ANDROID Yusfrizal 1 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teka-Teki Silang Teka-teki silang merupakan permainan sederhana yang banyak dimainkan dari berbagai kalangan. Cara bermain permaian ini memang sederhana, hanya merangkaikan jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Mike Susmikanti Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Fuzzy Relation Dalam dunia ini, banyak hal bersifat tidak pasti dimana derajat kepastian (degree of preciseness) hal-hal tersebut secara intuisi berbeda-beda. Di sini, fuzzy set

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma Genetika merupakan suatu algoritma yang terinspirasi dari teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi

Lebih terperinci

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K 2. Landasan Teori Kriptografi Kriptografi berasal dari kata Yunani kripto (tersembunyi) dan grafia (tulisan). Secara harfiah, kriptografi dapat diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi atau tulisan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH (Studi Kasus: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. genetika, dan algoritma memetika yang akan digunakan sebagai landasan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. genetika, dan algoritma memetika yang akan digunakan sebagai landasan dalam BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II ini dijelaskan mengenai beberapa teori tentang penjadwalan, penjadwalan kuliah, metode penyelesaian penyusunan jadwal kuliah, algoritma genetika, dan algoritma memetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA,, Universitas Negeri Malang E-mail: love_nisza@yahoo.co.id ABSTRAK: Matching berguna untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Rahman Aulia Universitas Sumatera Utara Pasca sarjana Fakultas Ilmu Komputer Medan, Indonesia Rahmanaulia50@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Genetika Pada tahun 1975, John Holland, di dalam bukunya yang berjudul Adaption in Natural and Artificial Systems, mengemukakan komputasi berbasis evolusi. Tujuannya

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. dari OOP (Object Oriented Programming) di mana dalam prosesnya, hal-hal

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. dari OOP (Object Oriented Programming) di mana dalam prosesnya, hal-hal BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Spesifikasi Rumusan Rancangan Program Algoritma Genetika dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip dan sifatsifat dari OOP (Object Oriented Programming) di mana dalam prosesnya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 36 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengurutan Pekerjaan (Job Sequencing) 2.1.1 Deskripsi Umum Dalam industri manufaktur, tujuan penjadwalan ialah untuk meminimasikan waktu dan biaya produksi, dengan cara mengatur

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Azimatul Khulaifah 2209 105 040 Bidang Studi Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Dosen Pembimbing : Dosen

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 28 Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Andreas Christian

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI Eddy Triswanto Setyoadi, ST., M.Kom. ABSTRAK Melakukan optimasi dalam pola penyusunan barang di dalam ruang tiga

Lebih terperinci

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik Afriyudi 1,Anggoro Suryo Pramudyo 2, M.Akbar 3 1,2 Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Bina Darma Palembang. email

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Kampanye Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian aktivitas kerja (Jiupe, 2008). Penjadwalan juga merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE PENERAPAN ALGORTMA GENETK UNTUK OPTMAS DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE Samuel Lukas, M.Tech." Abstract The purpose of this paper is to introducing genetic algorithm. This algorithm is one

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan)

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan) PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan) Nurhamidah Lubis 1, Garuda Ginting 2 Mahasiswa Teknik Informatika

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SMAN 1 CIWIDEY Rismayanti 1, Tati Harihayati 2 Teknik Informatika Universitas Komputer

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

OTOMASI PENJADWALAN KEGIATAN PRKULIAHAN DI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA ( STUDI KASUS STIKI )

OTOMASI PENJADWALAN KEGIATAN PRKULIAHAN DI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA ( STUDI KASUS STIKI ) OTOMASI PENJADWALAN KEGIATAN PRKULIAHAN DI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA ( STUDI KASUS STIKI ) Siska Diatinari Andarawarih 1) 1) Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

PENERAPAN KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA KNAPSACK, ALGORITMA GENETIKA, DAN ALGORITMA ARNOLD S CATMAP PADA CITRA

PENERAPAN KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA KNAPSACK, ALGORITMA GENETIKA, DAN ALGORITMA ARNOLD S CATMAP PADA CITRA PENERAPAN KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA KNAPSACK, ALGORITMA GENETIKA, DAN ALGORITMA ARNOLD S CATMAP PADA CITRA [1] Martinus Dias, [2] Cucu Suhery, [3] Tedy Rismawan [1][2][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini sebelumnya diawali oleh pengumpulan litelatur dan pengumpulan data. Pengumpulan literatur merupakan pengumpulan bahan-bahan seperti jurnal, buku,

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM 3.1 TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Sebelum membahas pencarian solusi Travelling Salesman Problem menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP

BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP Prosedur AM dan GRASP dalam menyelesaikan PFSP dapat digambarkan oleh flowchart berikut: NEH GRASP SOLUSI NEH SOLUSI ELIT MEMETIKA

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential atau waterfall. Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu : analisis, perancangan,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii DAFTAR ISI Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Faiz Rafdh Ch SISTEM INFORMASI ZAKAT BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA RUMAH ZAKATINDONESIA 1-7 Abdul Jamil Syamsul Bachtiar

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sekarang ini memberikan dampak yang besar terhadap kinerja manusia khususnya dalam bekerja. Segala sesuatu yang dahulu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM Danuri Teknologi Informasi Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis

Lebih terperinci