BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium."

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah post test only group design 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Waktu : Agustus 2015 Februari Sampel dan Besar Sampel Sampel Penelitian Hibrid ionomer berbentuk tablet berdiameter 6 mm dengan ketebalan 1 mm mm 1 mm Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Sampel Dengan kriteria sebagai berikut : Kriteria Inklusi : 1. Sampel hibrid ionomer memiliki permukaan yang halus

2 2. Permukaan sampel yang akan diukur penyerapan airnya berbentuk bulat sempurna sesuai dengan ukuran. Kriteria Ekslusi 1. Sampel memiliki poreus dan cacat 2. Sampel kotor dan terkontaminasi bahan lain maupun debris Besar Sampel Pada penelitian ini, besar sampel diestimasi dengan rumum Federer : 14 Keterangan : t : Jumlah perlakuan r : Jumlah sampel (t-1)(r-1) 15 Dalam penelitian ini terdapat empat kelompok, maka t = 4 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : (4 1) (r 1) 15 4r 3 r (r 1) 15 r 1 15/3 r r 6 Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 sampel untuk tiap perlakuan. 3.5 Variabel Penelitian Variabel Bebas Lama Penyinaran Hibrid Ionomer selama 20, 30, 40 dan 50 detik.

3 3.5.2 Variabel Tergantung Penyerapan air pada Hibrid Ionomer, Variabel Terkendali 1. Ketebalan sampel Hibrid Ionomer 1 mm 2. Jenis sinar Halogen 3. Jarak penyinaran 1 mm 4. Suhu Inkubator 37 0 C dan 23 0 C 5. Intensitas sinar 600 mw/cm 2 6. Arah sinar tegak lurus. 7. P/W ratio Hibrid Ionomer 1 scoop : 2 tetes 8. Mixing Time60 detik. 9. Volume aquadest 5 ml Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu Ruangan 2. Kelembaban 3. Kecepatan pengadukan bubuk dan cairan 4. Pemolesan Hibrid Ionomer 4.6 Defenisi Operasional Variabel 1. Hibrid Ionomer adalah bahan tambalan semen ionomer kaca konvensional yang ditambah dengan resin dengan kandungan glass powder, poly (acrylic acid), air, dan 2-hydroxyethylmetacrylate (HEMA) yang reaksi pengerasannya dengan penyinaran. 2. Lama Penyinaran adalah waktu penyinaran yang digunakan untuk proses pengerasan hibrid ionomer yaitu selama 20, 30, 40, dan 50 detik. 3. Penyerapan air pada hibrid ionomer adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap air sehingga menyebabkan penggembungan bahan tersebut yang mengakibatkan terjadinya degradasi secara permanen.

4 3.7 Alat dan Bahan Penelitian Alat 1. Master cast Stainlessteel(diameter 6 mm, dan tebal 1 mm). Gambar 3. Master Cast Steinless Steel diameter 6 mm tebal 1 mm 2. Light Curing Unithalogen, merek Litex 680A, Dentamerica, USA dengan intensitas penyinaran 600 mw/cm 2 3. Instrumen Plastis Gambar 4. Light Curing Unit Halogen Litex 680A Gambar 5. Instrumen Plastis

5 4. Pinset Gambar 6. Pinset 5. Glass microscope slide dengan tebal ± 1 mm. 6. Celluloid strip Gambar 7.Glass microscope slide 7. Tempat merendam sampel Gambar 8. Celluloid Strip Gambar 9. Tempat merendam sampel

6 8. Desikator, merek Oberai 9. Stopwatch Gambar 10. Desikator Gambar 11.Stopwatch 10. Timbangan digital, merek Mettler Toledo 11. Tray Oven Gambar 12. Timbangan Digital

7 12. Kertas Pasir untuk menghaluskan sudut sampel no. CC 600 CW, CC 800 CW, CC 1000 CW, merek Taiyo Waterproof Silicone Carbide 13. Beban 1 kg 14. Glass Slab Gambar 13. Beban 1 kg 15. Inkubator, Merek Memmert Germany. Gambar 14. Glass Slab Gambar 15. Inkubator merek Memmert Germany

8 16. Inkubator, merek Fisher Scientific. 17. Tissue Bahan 1. Hibrid Ionomer (Fuji II LC Japan) Gambar 16. Inkubator Fisher Scientific Gambar 17. Hibrid Ionomer (Fuji II LC Japan) (% chemical component Komposisi by WT) Distilled water (CAS ) % Polyacrylic Acid (CAS ) % 2-Hydroxyethylmetacrylate (CAS ) % Urethanedimethacrylate (CAS ) < 10 Champorqunone (CAS ) <1

9 2. Silika gel 3. Aquadest Gambar 18. Silika Gel 3.8 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sesuai dengan International Organization For Standardization (ISO) 4049:2000 yaitu sebagai berikut: 14, Pembuatan Master Cast 7,8 Master Cast ditempah dengan bahan ring dari stainlessteel berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 6 mm dan tebal 1 mm Pembuatan Sampel 1. Sampel yang akan dibuat berjumlah 24 sampel, yang akan dibagi dalam 4 kelompok penyinaran, yaitu 20, 30, 40, 50 detik. 2. Letakkan Celluloid strip di atas glass microscope slide. 3. Siapkan master cast ( diameter 6 mm, dan tebal 1 mm ), letakkan diatas celluloid strip dan glass microscope slide. 4. Aduk hibrid ionomer dengan mencampurkan liquid dan powder dengan perbandingan 1 scoop : 2 tetes pada glass slab sampai homogen ( ± 60 detik ). 5. Hibrid ionomer yang telah homogen dimasukkan padamaster cast yang dibawahnya dilapisi glass microscope slide dan celluloid strip. 6. Lalu lapisi kembali dengan celluloid strip dan glass microscope slide dengan ketebalan 1 mm di atas master cast yang telah terisi hibrid ionomer, kemudian ditekan dengan 1 kg beban selama 25 detik.

10 Gambar 19. Master Cast yang terisi hibrid ionomer ditekan beban 1 kg 7. Alat sinar diletakkan tegak lurus di atas microscope glass yang diletakkan di atas master cast yang berisi hibrid ionomer sehingga jarak penyinaran 1 mm ( sesuai ketebalan glass microscope slide ). 8. Hibrid ionomer kemudian disinari dengan light curing unit ( sesuai dengan lama penyinaran kelompok perlakuan, yaitu 20, 30, 40, dan 50 detik ). 9. Setelah mengeras, sampel dikeluarkan dari master cast kemudian sampel dirapikan dengan menggunakan kertas pasir. 10. Buat 6 sampel untuk masing masing kelompok perlakuan Persiapan Silika Gel Silika gel yang ditempatkan di tray oven dipanaskan selama 5 jam dengan temperatur C di dalam oven. 2. Silika gel dibiarkan hingga dingin kemudian dikeluarkan dari oven dengan menggunakan sarung tangan kain Perendaman, Penimbangan, dan Pengukuran Sampel Sampel disimpan dalam desikator yang mengandung silika gel yang telah dipanaskan dan dimasukkan ke inkubator dengan temperature ± 37 0 C selama 22 jam. 2. Setelah 22 jam, sampel dikeluarkan lalu disimpan dalam desikator lain yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator dengan temperatur ±23 0 C selama 2 jam. 3. Setelah 2 jam, sampel dikeluarkan dari desikator dan ditimbang untukmendapatkan m1. Hal ini dilakukan secara ulang selama 3 kali dalam 3

11 hari, m1 yang digunakan adalah m1 pada hari ketiga, untuk mendapatkan m1 yang konstan. 4. Sampel kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi aquadest 5 ml dan dimasukkan ke inkubator dengan temperatur ±37 0 C selama 7 hari. Gambar 20. Rendaman Sampel dalam Inkubator 5. Setelah 7 hari, sampel dikeluarkan lalu dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan tissue. 6. Setelah 1 menit sejak dikeluarkan dari aquadest, sampel dilakukan penimbangan dan berat rata ratanya ditandai sebagai m2. 7. Hitunglah volume (V) sampel dalam ukuran mm 3 dengan rumus 1 / 4 πd 2 t 8. Setelah menimbang, sampel disimpan kembali dalam desikator yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator pada temperatur ± 37 0 C selama 22 jam 9. Setelah 22 jam, sampel dikeluarkan dan disimpan ke dalam desikator lain yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator pada temperatur ± 23 0 C selama 2 jam. 10. Setelah 2 jam, sampel dikeluarkan dari desikator dan ditimbang untuk mendapatkan m3. Hal ini dilakukan secara ulang selama 3 kali dalam 3 hari, m3 yang digunakan adalah m3 pada hari ketiga, untuk mendapatkan m3 yang konstan. 3.9 Penghitungan Data 7,8,14

12 Data dihitung nilai penyerapan airnya, W sp, dalam satuan microgram per milimeter kubik dengan menggunakan rumus Oysaed dan Ruyter : Wsp = (m2-m3) /V Keterangan : M2 = Berat sampel setelah direndam dalam aquadest selama 7 hari (satuan mikrogram) M3 = Berat sampel setelah dimasukkan ke dalam desikator kedua kalinya (satuan mikrogram) Wsp = Penyerapan air (µg/mm 3 ) V = Volume Sampel (mm 3 ) V= πr 2 t 3.10Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.data yang telah ada disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan analisis statistik untuk melihat perbedaan penyerapan air pada hibrid ionomer dengan penyinaran 20, 40, 60 detik, dilakukan uji data secara ANOVA satu arah dengan Post Hoc LSD. BAB IV

13 HASIL PENELITIAN 4.1Hasil Penelitian Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 6 buah untuk masing masing perlakuan, yaitu kelompok 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Masing masing hasil penimbangan sampel dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4. Tabel 1. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik No M1 M2 M3 Volume Sampel ( µg ) ( µg ) ( µg ) ( mm3 ) Rata - rata SD

14 Tabel 2. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 30 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 30 detik No M1 M2 M3 Volume Sampel ( µg ) ( µg ) ( µg ) ( mm3 ) Rata - rata SD Tabel 3. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 40 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 40 detik No M1 M2 M3 Volume Sampel ( µg ) ( µg ) ( µg ) ( mm3 ) Rata - rata SD

15 Tabel 4. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 50 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 50 detik No M1 M2 M3 Volume Sampel ( µg ) ( µg ) ( µg ) ( mm3 ) Rata - rata SD Hasil penimbangan sampel pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4 menunjukkan perbedaan berat hibrid ionomer pada kelompok lama penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat peningkatan penyerapan air hibrid ionomer dari lama penyinaran selama 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Pada kelompok lama penyinaran 20 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 38,755µg/mm 3 ±28,124, pada kelompok lama penyinaran 30 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 68,244 µg/mm 3 ±69,982, pada kelompok lama penyinaran 40 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 101,155µg/mm 3 ±64,226, dan pada kelompok lama penyinaran 50 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 223,052µg/mm 3 ±60,590. Nilai penyerapan air pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.

16 Tabel 5. Rerata dan Standar Deviasi Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Pen yer apa n Air (Ws p) µg/ mm 3 Lama Penyinaran yang Berbeda NO NILAI PENYERAPAN AIR ( µg/mm3 ) SAMPEL 20 detik 30 detik 40 detik 50 detik Rata - rata SD PENYERAPAN AIR detik 30 detik 40 detik 50 detik Waktu Penyinaran Gambar 21. Perbedaan Rerata dan Standar Deviasi Penyerapan Air

17 4.2 Analisis Hasil Penelitian Setelah data didapatkan maka dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk. Dari analisa data, terlihat bahwa data terdistribusi normal. ( p > 0,05 ). Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan ( p < 0,05 ). Hasil uji statistik ini dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Statistik ANOVA satu arah ( p < 0,05 ) Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. ANOVA WSP Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Pada tabel 6 terlihat bahwa hasil uji statistik ANOVA satu arah penyerapan air antara kelompok 20, 30, 40, dan 50 detik memiliki nilai signifikasi p = 0,000 sehingga hipotesa penelitian ini ditolak maka terdapat perbedaan yang signifikan ( p < 0,05 ) pada penyerapan air dengan lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik. Untuk lebih lanjut melihat kelompok kelompok yang berbeda, maka dilakukan uji Post Hoc Least Significant Difference (LSD).

18 Tabel 7. Uji Post Hoc LSD ( p < 0,05 ) Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik. Multiple Comparisons WSP LSD (I) (J) Mean Difference 95% Confidence Interval kelompok kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 20 detik 30 detik E detik E detik E2 * E detik 20 detik E detik E detik E2 * E detik 20 detik E detik E detik E2 * E detik 20 detik * E detik * E detik * E *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Tabel 7 menunjukkan hasil uji Post Hoc rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 30 detik adalah 29,489 dengan nilai signifikan 0,389 ( p>0,05 menunjukkan normal), rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 30 detik adalah 62,400 dengan nilai signifikan 0,077 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 50 detik adalah 184,297 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 20 detik adalah 29,489 dengan nilai signifikan 0,389 (

19 p>0,05 menunjukkan normal), rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 40 detik adalah 32,911 dengan nilai signifikan 0,338 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 50 detik adalah 154,808 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 20 detik adalah 62,400 dengan nilai signifikan 0,077 ( p>0,05 menunjukkan normal), rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 30 detik adalah 32,911 dengan nilai signifikan 0,338 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 50 detik adalah 121,897 dengan nilai signifikan 0,002 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 20 detik adalah 184,297 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ), rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 30 detik adalah 154,808 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ), dan rata rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 40 detik adalah 121,897 dengan nilai signifikan 0,002 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin lama waktu penyinaran makan penyerapan air akan meningkat, namun perubahan yang sangat signifikan terdapat pada lama penyinaran 50 detik.

20 BAB V PEMBAHASAN Penyerapan air merupakan salah satu sifat fisis dari hibrid ionomer. Pada dasarnya semua material sifatnya menyerap air, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Daniela, dkk hibrid ionomer menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan material berbasis resin lainnya, salah satunya adalah resin komposit. Hal ini disebabkan karena hibrid ionomer mengandung HEMA yang bersifat hidrofilik, 6, 10 sehingga bahan yang mengandung HEMA akan menyerap air lebih banyak. Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diperoleh nilai rata rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20 detik yaitu 38,755 µg/mm 3 ± 28,124, nilai rata rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 30 detik yaitu 68,244 µg/mm 3 ± 69,982, nilai rata rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 40 detik yaitu 101,155 µg/mm 3 ± 64,226, sedangkan nilai rata rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 50 detik yaitu 223,052 µg/mm 3 ± 60,590. ( Tabel 5 ). Pada penelitian ini penyerapan air terbesar terjadi pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 50 detik, sedangkan penyerapan air terkecil terjadi pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20 detik. Pada uji normalitas Shapiro-Wilk, diperoleh nilai data terdistribusi normal pada penyerapan air dengan lama penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik ( p>0,005 ). Pada uji data secara ANOVA satu arah, diperoleh signifikasi 0,000 ( p<0,005 ) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada penyerapan air dengan lama penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Toledano, dkk (2002) ternyata ditemukan bahwa Fuji II LC mengalami penyerapan air paling tinggi dibandingkan dengan Vitremer, yang juga merupakan resin modifikasi semen ionomer kaca. Hal ini terjadi karena komposisi pada semen ionomer kaca modifikasi resin Fuji II LC

21 mengandung komposisi HEMA terbanyak yaitu 35-40% yang tergabung dalam asam polialkenoat yang berpengaruh terhadap penyerapan air, sedangkan pada Vitremer selain dua komponen tersebut juga terdapat perlekatan rantai metakrilat terpolimerisasi pada molekul poliaklenoatnya sehingga mengakibatkan penyerapan air lebih rendah dibandingkan Fuji II LC. 8 Peneliti terdahulu Daniela, dkk (2006) membandingkan alat penyinaran antara LED dan Halogen terhadap penyerapan air pada semen ionomer kaca modifikasi resin ternyata ditemukan bahwa penyerapan air yang tinggi pada semen ionomer kaca modifikasi resin yang disinar dengan LED, hal ini terjadi karena adanya hubungan antara penyerapan air dengan densitas bahan tersebut. Bahan yang disinar dengan LED memiliki densitas yang lebih rendah daripada bahan yang disinar dengan halogen, sehingga berdampak terhadap penyerapan air yang lebih besar pada bahan yang disinar LED. 6 Beberapa faktor yang mempengaruhi proses polimerisasi yaitu ketebalan bahan, intensitas cahaya, panjang gelombang, lama penyinaran dan jarak penyinaran. 9 Polimerisasi yang adekuat adalah faktor yang paling penting dalam mencapai sifat mekanik dan fisis yang optimal dalam bahan-bahan yang berbasis resin. 14 Polimerisasi yang tidak adekuat bisa menyebabkan terjadinya diskolorasi, iritasi pulpa dan kegagalan restorasi. 9 Polimerisasi bahan hibrid ionomer mempunyai dua reaksi yaitu reaksi asam basa dan reaksi radikal bebas. Reaksi radikal bebas adalah polimerisasi HEMA dan crosslink agent yang diawali dengan reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi ini akan membentuk satu campuran keras yang terjadi akibat terbentuknya ikatan hydrogen antara polimer HEMA dan asam polikarboksilat. 1-5 Apabila fotoinisiator tidak menyerap fotons dengan panjang gelombang yang tepat maka proses polimerisasi tidak akan sempurna. 14 Pada penelitian Audrey dan Denis (2008) didapatkan adanya perbedaan penyerapan air pada semen ionomer kaca modifikasi resin yang disinar dengan waktu penyinaran yang berbeda. Akan tetapi penyerapan air yang terjadi tidak signifikan.

22 Penelitian Audrey dan Denis menggunakan suhu perendaman yang berbeda yaitu 22 0 C dan 12 0 C sedangkan pada penelitian ini dilakukan perendaman pada suhu 37 0 C. Perbedaan suhu perendaman menunjukkan perbedaan penyerapan air yang signifikan. 16 Ada kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan suhu yang digunakan. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadi, dkk (2010) yang mana pada penelitiannya mengenai Penyerapan air pada formula baru resin modifikasi glass ionomer kaca dengan semen ionomer kaca konvensional yang dilakukan selama 10 hari perendaman, diperoleh hasil resin mofifikasi glass ionomer kaca atau hibrid ionomer memiliki penyerapan air yang lebih besar dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Hal ini membuktikan bahwa bahan yang disinari resin lebih menyerap air dibandingkan dengan bahan yang tidak, dengan didukung oleh HEMA yang mengandung gugus hidroksil polar yang sensitif terhadap penyerapan air. Hibrid ionomer yang diteliti disinari light curing unit halogen selama 60 detik. 7 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cattani, dkk (1999) yaitu Pengaruh Air terhadap Sifat Fisik Bahan Resin Modified-Glass Ionomer Cements diperoleh hasil bahwa pada 24 jam pertama pada perendaman sampel antara RMGIC dengan GIC, GIC menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan RMGIC. Namun pada perendaman 7 hari, RMGIC menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan GIC. Penyerapan air didukung oleh komposisi kimia dari bahan. Unsur dasar dari GIC, asam polikarbosilat dan ion leachable glass, mengikat molekul air. Matriks polimer silang yang dibentuk oleh photopolymerization monomer seperti HEMA mengandung hidroksi polar kelompok. Kehadiran kelompok fungsional polimer pada rantai produksi interaksi eletrostatistik (ikatan hydrogen) menyebabkan penguatan atau efek kaku pada sistem polimer. Hal ini menjelaskan sifat fisik yang tinggi terjadi pada spesimen RMGIC yang kering atau yang mengalami penyinaran yang sempurna, namun jenis polimer ini sensitif terhadap air. 18

23 Penyerapan air pada suatu bahan menunjukkan jumlah air yang diserap pada permukaan dan penyerapan ke dalam bahan tersebut. Penyerapan air yang tinggi dapat mempengaruhi perubahan dimensi suatu bahan. 7 Semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki reaksi pengerasan ganda yaitu reaksi asam basa seperti pada semen ionomer kaca dan reaksi polimerisasi seperti resin komposit. HEMA memperlambat reaksi asam-basa sehingga semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki waktu kerja yang panjang, namun jika diinisiasi oleh cahaya maka reaksi polimerisasi akan cepat. Akan tetapi HEMA bersifat hidrofilik sehingga mengakibatkan penyerapan air dari waktu ke waktu dan mengakibatkan ekspansi dan mudah aus. 17 Pada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan penyerapan air pada lama penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik. Semakin lama penyinaran dilakukan pada hibrid ionomer, semakin banyak pula penyerapan air yang terjadi.

24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Terdapat perbedaan signifikanpenyerapan air hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40, dan 50 detik. Nilai penyerapan pada setiap 20, 30, 40 dan 50 detik mengalami peningkatan. Pada uji Post Hoc LSD diperoleh penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 30 detik atau antara 30 detik dengan 20 detik meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 40 detik atau 40 detik dengan 20 detik juga meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 20 detik mengalami perubahan yang signifikan. Penyerapan air antara lama penyinaran 30 detik dengan 40 detik atau 40 detik dengan 30 detik meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 30 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 30 detik mengalami perubahan yang signifikan. Penyerapan air antara lama penyinaran 40 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 40 detik mengalami perubahan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang signifikan pada penyerapan air hibrid ionomer terjadi pada lama penyinaran 50 detik. 6.2 Saran 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut. 2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui lebih pasti tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi penyerapanair pada hibrid ionomer. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih besar agar diperoleh tingkat validitas yang lebih tinggi.

25 4. Pada penelitian pengadukan bubuk dan cairan hibrid ionomer dilakukan secara manual, diharapkan untuk penelitian selanjutnya, pengadukan dapat dilakukan menggunakan alat mesin pengaduk khusus bubuk dan cairan agar seluruh sampel mendapatkan perlakuan yang sama saat mencampur.

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah Posttest design 3.3

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental laboratorik 4.2. Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan adalah resin pit dan fissure sealant

Lebih terperinci

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin Lampiran 1 Kerangka Teori PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN KOPI Bahan basis gigitiruan resin Resin akrilik Polimerisasi panas Swapolimerisasi

Lebih terperinci

KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA

KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : PHOEBE LEE PEI NIM :

Lebih terperinci

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon 43 Lampiran 1. Kerangka Teori Resin akrilik Pengertian Klasifikasi Polimerisasi kimia Polimerisasi panas Polimerisasi sinar Komposisi Waterbath Manipulasi microwave Metil metakrilat Kelebihan dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI Oleh: Hemaasvini Chandran 110600190 Dosen Pembimbing: 1. Lasminda Syafiar, drg, Mkes

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN Hari 1 Hari 2 Hari 7 Hari. Lama Perendaman

BAB 5 HASIL PENELITIAN Hari 1 Hari 2 Hari 7 Hari. Lama Perendaman BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.I. GAMBARAN HASIL PENELITIAN Spesimen pada penelitian ini terbuat dari resin pit & fissure sealant berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 mm dan tebal 1 mm, jumlah spesimen

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

Alat & Bahan Penelitian

Alat & Bahan Penelitian Lampiran 1: Alat dan Bahan Penelitian Alat & Bahan Penelitian Lampu Halogen Alat ukur intensitas cahaya Lampiran 1: Alat dan Bahan Penelitian Inkubator Alat uji Vicker Lampiran 1: Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI

PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI 1 PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memeproleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian mengenai Pengaruh Jumlah Volume Filler Wt% Terhadap Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian ini menggunakan 20 buah cetakan

Lebih terperinci

Perlakuan ph ulangan 1 ph ulangan 2 Total Rataan. Yoghurt 1 4,00 4,00 8,00 4,00. Yoghurt 2 4,20 4,10 8,30 4,15. Yoghurt 3 4,10 3,90 8,00 4,00

Perlakuan ph ulangan 1 ph ulangan 2 Total Rataan. Yoghurt 1 4,00 4,00 8,00 4,00. Yoghurt 2 4,20 4,10 8,30 4,15. Yoghurt 3 4,10 3,90 8,00 4,00 Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran ph Yoghurt Perlakuan ph ulangan 1 ph ulangan 2 Total Rataan Yoghurt 1 4,00 4,00 8,00 4,00 Yoghurt 2 4,20 4,10 8,30 4,15 Yoghurt 3 4,10 3,90 8,00 4,00 Yoghurt 4 3,90 4,00

Lebih terperinci

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study.

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. 4.2. Kriteria Sampel Penelitian 4.2.1. Jenis Sampel Spesimen resin pit & fissure sealant

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control

Lebih terperinci

Setelah mengeras lalu dikeluarkan dari cetakan dan di simpan selama 24 jam. Pengukuran kekasaran awal. Dibagi 2 kelompok. n = 20

Setelah mengeras lalu dikeluarkan dari cetakan dan di simpan selama 24 jam. Pengukuran kekasaran awal. Dibagi 2 kelompok. n = 20 Lampiran 1. Alur Penelitian Resin Komposit Hybrid Sampel resin komposit dibentuk di dalam master cast ( 10 mm x 2 mm ) Lalu dilakukan penyinaran dengan menggunakan light curing selama 40 detik Setelah

Lebih terperinci

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman L A M P I R A N Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman No Sampel Aquades Susu bubuk Susu cair Susu kental manis d 1 d 2 D VHN d 1 d 2 D VHN d 1 d 2 d VHN d 1 d 2 d VHN 1 27 31.75 29.375

Lebih terperinci

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat :

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat : BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Uji eksperimental laboratorik 4.2 Subjek Penelitian SIK Tipe 2 4.3 Tempat Penelitian Klinik Konservasi Gigi FKG UI Laboratorium Material Gigi FKG UI 4.4 Waktu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit 83 Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 0 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap Kekuatan Tarik Resin Komposit Nanofill pada Dentin pada gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi indirect veneer resin

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA 50 LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA Descriptives Konsentrasi Xylitol Statistic Std. Error Komposisi Kalsium konsentrasi 20% Mean 42,8020 1,95318 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 37,3791 Upper Bound

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar minyak kemangi. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar minyak kemangi. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar minyak kemangi Lampiran 2. Gambar sediaan pasta gigi A Keterangan : A : Saat selesai dibuat B : Setelah penyimpanan 12 minggu F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Alur Pikir Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang mempunyai tiga kombinasi dimensional dari paling sedikit dua senyawa kimia (silica dan metaakrilat) dengan penghubung (silane)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara semen resin (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer indirek

Lebih terperinci

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Hormat, Saya yang bernama Anita, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, ingin melakukan penelitian tentang PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan baru diberbagai bidang tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Terobosan baru senantiasa dilakukan

Lebih terperinci

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk 18 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi estetik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Pengaruh a. Self adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE,

Lebih terperinci

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen Lampiran 1. Analisis Data Kadar atau Estradiol Tabel 1. Data Kadar pada berbagai perlakuan penelitian (pg/ml) Perlakuan Ulangan 1 16,17 19,23 57,52 47,20 36,77 40,78 2 16,32 18,20 62,00 47,23 13,74 31,14

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 23 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS)

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS) LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS) Prosedur pembuatan ekstrak air daun stroberi dilakukan di Sekolah Ilmu & Teknologi Hayati ITB: 1. 500 gram daun stroberi kering ditumbuk menggunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu No X Y X 2 Y 2 XY 1 0,05 0,0009 0,0025 0,00000081

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian yang dilakukan oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala

Lebih terperinci

1. Persentasi penyerapan zat besi dari tiga jenis makanan sebagai berikut (data fiktif)

1. Persentasi penyerapan zat besi dari tiga jenis makanan sebagai berikut (data fiktif) TUGAS ANALISIS REGRESI (Hal 31-33) NAMA : FADLAN WIDYANANDA NIM : 201432005 SESI : 03 1. Persentasi penyerapan zat besi dari tiga jenis makanan sebagai berikut (data fiktif) Roti Roti + Kedele Roti + Kedele

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging Perlakuan 1 2 3 4 5 total Rata-rata P0 61.50 61.23 61.51 62.00 61.02 307.26 61.45 P1 61.19 62.30 62.06 62.46 62.00 310.01 62.002 P2 62.30 63.20 63.20

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

3 Universitas Indonesia

3 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kaca (SIK) Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi veneer indirek resin komposit

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) 49 LAMPIRAN 1 PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) Pembuatan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan tersebut, masyarakat pun semakin sadar akan pentingnya faktor estetika.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi 40 Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Kersen 41 Lampiran 2. Lanjutan 42 Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 43 44 Lampiran 4. Perhitungan Susut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L).

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). 1 Lampiran 1. Lanjutan 2 3 Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis, Daya Lekat, Kekentalan, Susut Pengeringan Ekstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. B. Tempat dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan baru di berbagai bidang tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Terobosan baru senantiasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis BiayaBubuk Instan Ekstrak Ikan GabusPer Resep

Lampiran 1 Analisis BiayaBubuk Instan Ekstrak Ikan GabusPer Resep Lampiran 1 Analisis BiayaBubuk Instan Ekstrak Ikan GabusPer Resep Biaya Produksi dengan Konsentrasi Penambahan Jahe dan Bawang Putih Perlakuan 0 Bahan Berat Bersih Harga Satuan Harga Total Ikan gabus 250

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster berumur delapan minggu dengan berat badan 20 25 g, diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah proses penghancuran atau perlunakan dari email maupun dentin. Proses tersebut terjadi karena demineralisasi yang progresif pada jaringan keras dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni B. Identifikasi Variabel 1. Variabel pengaruh a. Adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE, USA) b.

Lebih terperinci

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing 78 Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi Limbah udang (kulit) 1000 gram Dibersihkan dari benda asing Direndam dengan Filtrat Abu Air Sekam (FAAS) selama 48 jam Dikukus selama

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu mikroorganisme yang ditandai dengan demineralisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala yng digunakan pada penelitian diperoleh dari Bogor karena berdasarkan penelitian jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan destilasi uap diketahui bahwa biji

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Penelitian

Lampiran 1. Skema Penelitian 105 Lampiran 1. Skema Penelitian DOC (Day Old Chick) Ampas kecap - Diberikan air gula & vaksin antistress - Vaksin ND (umur 4 & 20 hari) - Vaksin gumboro (umur 10 & 25 hari) - umur 0-2 minggu (protein

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 51 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tanaman 52 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Alpukat ( Persea americana Mill. ) Tanaman Alpukat Buah alpukat 53 Lampiran

Lebih terperinci

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia)

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia) 42 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis asetosal Dosis asetosal 30 mg /100 g BB tikus (Wahjoedi, Yun Astuti N., B. Nuratmi, 1997) Faktor konversi dari tikus yang beratnya ± 200 g ke mencit yang

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat Bersama ini kami mohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Sdr selaku orangtua dari anak di Pesantren

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Kriteria Spesimen a. Bentuk dan ukuran spesimen - Resin komposit berbentuk tabung berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang ditanam dalam resin. b. Jumlah spesimen Keseluruhan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Skema Alur Pengujian Efek Antifungal

Lampiran 1: Skema Alur Pengujian Efek Antifungal Lampiran 1: Skema Alur Pengujian Efek Antifungal Pembuatan media Luria Berthani Agar 12 gr Aquadest 240 ml Dipanaskan hingga mendidih Dimasukkan ke dalam 10 tabung reaksi (20ml/tabung) Disterilkan di dalam

Lebih terperinci

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah dipotong-potong halus. 2. Buat infusa daun lidah buaya konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 60 Lampiran 2 Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam, Fluoxetin 1. Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam Dosis coklat hitam untuk manusia adalah 85 gram

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat dicelupkan kedalam larutan natrium alginate 5% dengan viskositas

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Definisi Operasional a. Spesimen resin komposit tipe hibrid bahan uji yang terbuat dari resin komposit hibrid dengan ukuran diameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang dipolimerisasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Pembuatan Mi Kering Kontrol dan Perlakuan. Alat. Bahan Utama. Tep.daun kelor. Panci pengukus. Noodle maker

Lampiran 1 Proses Pembuatan Mi Kering Kontrol dan Perlakuan. Alat. Bahan Utama. Tep.daun kelor. Panci pengukus. Noodle maker Lampiran 1 Proses Pembuatan Mi Kering Kontrol dan Perlakuan Alat Timbangan digital Timbangan pegas Noodle maker Panci pengukus oven saringan Plastik LDPE Bahan Utama Terigu 100g Terigu 90g Terigu 80g Terigu

Lebih terperinci

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam Lampiran 1 Alur Penelitian Pembuatan gel kitosan nanopartikel 1 gram kitosan Dilarutkan dengan larutan asam asetat 1% Diaduk dengan stirer Larutan kitosan Ditetesi dengan ±20 tetes TPP Gel kitosan Dimasukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Rerata Zona Radikal Penelitian untuk menguji kemampuan daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai  , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dapat mengenai email, dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load 97 Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load Load Kelompok No. Kgf Newton Stroke Kelompok No. Kgf Newton Stroke Sampel Sampel A 1 143,8 1409,24 5,60 C 1 170,3 1668,94 5,75 2 135,4

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET Mutu fisik yang diuji Replikasi Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D Persyaratan Sudut Diam (derajat) Carr s Index (%) Hausner Ratio I 31,99

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami oleh masyarakat adalah gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang terjadi pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS LAMPIRAN KONVERSI DOSIS Perhitungan dosis jamu ekstrak daun salam produksi pabrik jamu B dalam bentuk kapsul Berat J kapsul = 550 mg Konversi dosis dari manusia 70 kg ke mencit 0 gram = 0,006 Maka, dosis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan kekuatan geser self adhesive semen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan kekuatan geser self adhesive semen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan kekuatan geser self adhesive semen (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe I pada restorasi veneer indirek resin komposit microhybrid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratories (murni) B. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp.

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp. Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp. Menurut Dick, et al., (2010) tiap 1 gr berat basah teripang setara dengan 0,025-0,04 mg glikosida triterpen dengan kadar air

Lebih terperinci

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Lampiran 1 Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Cara perhitungan dosis buah Bawang Putih Dosis buah bawang putih untuk manusia = 0,5g / kg BB Faktor konversi untuk manusia ke mencit 20g =

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik Lampiran 2 Surat keterangan mengenai kitosan dari BATAN. Lampiran 3 Uji normalitas kelompok Perlakuan sel HSC-4 Konsentrasi Chitosan Statistic df Sig. Statistic df

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Lampiran 1 FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Nama : Tanggal : Nama Produk : Mie Basah Jamur Tiram Dihadapan Saudara terdapat empat sampel produk mie basah. Saudara diminta untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian Analitik eksperimen laboratoris 4.2 Populasi Sampel yang dibuat sesuai kriteria 4.3 Sampel penelitian a. Bentuk dan ukuran Lempeng akrilik berbentuk persegi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada penelitian ini merupakan jenis eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control. 3.2 Sampel dan Besar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22 gram. A. Dosis Asetosal Dosis asetosal = 30 mg/100 g tikus (Wahjoedi, 1989) Konversi dari tikus 200 g untuk mencit

Lebih terperinci