TINJAUAN PUSTAKA Padang Rumput Alam Kebar Komposisi Botani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Padang Rumput Alam Kebar Komposisi Botani"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Padang Rumput Alam Kebar Kebar merupakan salah satu dari 29 kecamatan yang ada di kabupaten Manokwari, yang memiliki padang rumput alam. Padang rumput alam Kebar memiliki luasan sebesar 743,75 ha yang terdiri dari beberapa kampung yaitu Kebar timur, tengah dan barat. Padangan ini memiliki 4 bentuk topografi yaitu: cekungan, datar sampai agak datar, datar agak berombak dan berbukit sampai bergunung. Namun lebih banyak didominasi oleh dataran yang merupakan lembah dengan tingkat kelerengan yang berbeda-beda. Oleh karena potensi hijauannya yang banyak, sehingga padang ini merupakan sumber pakan bagi ternak sapi, babi dan kambing tetapi juga satwa liar seperti rusa. Beberapa studi telah dilakukan di lokasi ini untuk melihat potensi kapasitas tampung (Sraun 1987) dan pendugaan populasi rusa (Macap 1997). Komposisi Botani Komposisi botani merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai atau mengevaluasi padang penggembalaan dengan menggunakan alat kwadrattitik. Bagi peneliti yang belum berpengalaman maka akan lebih efisien dan kemungkinan bias kecil apabila dari sejumlah sampel atau cuplikan tertentu analisis komposisi botaninya dilakukan dengan memisahkan tiap spesies dengan tangan dan kemudian menimbangnya (McIllroy 1977). Menurut Reksohadiprodjo (1994), areal padang penggembalaan yang komposisi botaninya terdiri dari campuran rumput dan legum akan jauh lebih baik dibandingkan dengan areal padang penggembalaan yang mono atau hanya rumput saja. Legum pada padang penggembalaan berfungsi untuk menyediakan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, fosfor (P) dan kalsium (Ca). Sedangkan rumput berfungsi untuk menyediakan bahan kering yang lebih banyak dibanding leguminosa dan energi yang lebih baik pula. Susetyo (1980) menyatakan bahwa komposisi ideal rumput dan leguminosa pada suatu padang penggembalaan adalah 60% : 40%. Selanjutnya komposisi botani dapat diukur dengan beberapa metode antara lain :

2 6 1. Pemisahan dengan tangan dan penimbangan hijauan makanan ternak yang telah dipotong. 2. Estimasi persentase bobot pada hijauan makanan yang telah dipotong 3. Estimasi persentase bobot in situ di kebun atau lapangan 4. Estimasi unit bobot segar dari tiap-tiap spesies yang terdapat di kebun atau di lapangan. Selain itu diperkenalkan juga metoda rank atau perbandingan yang memberikan persentase relatif tentang kedudukan masing-masing spesies (relative importance percentages). Metoda ini digunakan untuk menaksir komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa dilakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan. Metoda ini disebut dengan dry weight rank (Mannetje dan Jones 2000). Dengan demikian penggunaan cuplikan dalam analisa komposisi botani dan produksi hijauan mempunyai peranan yang penting. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan letak petak-petak cuplikan yang biasanya digunakan, antara lain: (1) dengan pengacakan, (2) dengan stratifikasi, dan (3) secara sistematik. Dengan metode-metode ini jika dilakukan secara baik dapat memberikan gambaran yang cukup obyektif. Padang Penggembalaan Areal padang penggembalaan merupakan sumber penyedia hijauan yang ekonomis dan dapat secara langsung dimanfaatkan oleh ternak yang digembalakan. Areal ini secara tidak langsung harus dapat memenuhi kebutuhan hijauan dari ternak baik secara kuantitas maupun kualitas secara kontinyu. Padang penggembalaan merupakan sumber penyedia hijauan yang lebih ekonomis dan murah serta dapat secara langsung dikonsumsi oleh ternak atau hewan bahkan satwa liar. Padang penggembalaan ternak umumnya terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminosa saja, ataupun campuran rumput dan leguminosa (Susetyo 1980). Selanjutnya dinyatakan bahwa suatu padang penggembalaan dapat dikatakan berpotensi jika padang tersebut mampu memproduksi hijauan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Potensi padang penggembalaan ditentukan

3 7 oleh lokasi, dimana hijauan pakan tersebut dapat tumbuh dengan baik karena ditunjang oleh kesuburan tanah, iklim, topografi, sumber air dan pengelolaannya. Nilai kuantitas produksi hijauan di areal padang penggembalaan diukur secara mekanis yaitu dengan memotong dan menimbang hijauan yang ada. Tinjauan aspek kuantitas padang penggembalaan diukur berdasarkan kemampuan kapasitas tampung (carryng capasity). Kapasitas Tampung Kapasitas tampung adalah kemampuan suatu padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan pakan yang dibutuhkan oleh sejumlah ekor ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar (Reksohadiprodjo 1985). Kapasitas tampung dinyatakan dalam AU (animal unit) atau satuan/unit ternak (ST/UT). Keadaan stocking rate optimum adalah sangat ideal dalam suatu peternakan karena pertumbuhan ternak dan produksi hijauan pakan berada pada keadaan yang optimum. Menurut Susetyo (1980), kemampuan berbagai padang rumput dalam menampung ternak berbeda-beda karena adanya perbedaan atau variasi dalam hal kesuburan tanah, curah hujan dan penyebarannya, topografi dan hal lainnya. Taksiran atau estimasinya didasarkan pada jumlah hijauan pakan tersedia. Perhitungan estimasi kapasitas tampung didasarkan atas produksi tumbuhan yang tergolong pakan hijauan yang dapat dikonsumsi oleh ternak. Produktivitas hijauan berhubungan erat dengan kapasitas tampung pada suatu areal padang penggembalaan ternak. Makin tinggi produktivitas hijauan maka makin tinggi pula kapasitas tampung yang ditunjukkan dengan banyaknya ternak yang dapat digembalakan (Rekspohadiprodjo 1985). Menurut McIllroy (1977), kapasitas tampung untuk daerah tropika berkisar diantara 2-7 UT/ha/tahun yang pengukurannya didasarkan pada persentase bahan kering hijauan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan proyeksi kapasitas tampung, yaitu : (1) penafsiran kuantitas produksi hijauan, (2) Proper use factor (3) menaksir kebutuhan luas tanah per bulan, (4) menaksir kebutuhan luas tanah per tahun berdasarkan rumus Voisin, dan (5) menentukan kapasitas tampung. Langkah-langkah ini digunakan juga untuk menentukan kapasitas tampung padang rumput alam Kebar dalam penelitian ini.

4 8 Asosiasi Hijauan Makanan Ternak Kemampuan berasosiasinya suatu jenis tanaman dengan tanaman lain merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan ataupun mengintroduksi suatu jenis tanaman makanan ternak, baik rumput maupun legum. Menurut Sutanto & Soebagyo (1988), suatu padang rumput dibuat dengan tujuan untuk menyediakan hijauan dengan nilai gizi yang tinggi secara kontinyu, mampu menyediakan ransum seimbang dalam hal ini protein, energi dan mineral serta mampu memanfaatkan transfer nitrogen dari leguminosa (khusus untuk padang campuran antara rumput dan legum). Yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan kemampuan berasosiasi adalah sifat tanaman tersebut, kompetisi dalam memanfaatkan hara ataupun sinar matahari, palatabilitasnya baik dan mampu memberikan respon positif terhadap pertumbuhan kembali setelah mengalami defoliasi. Hal ini juga terjadi pada padang rumput alam Kebar Manokwari, dimana rumput kebar mampu berasosiasi dengan alang-alang. Padahal telah diketahui bahwa alang-alang sendiri memiliki sifat allelopatik dimana jika tumbuh bersama spesies lain maka spesies lain tersebut tidak akan mampu bertahan hidup. Namun di sisi lain, kemungkinan ada senyawa lain yang dapat dihasilkan dari akar alang-alang ini sehingga membuatnya dapat hidup berasosiasi dengan rumput kebar. Fenomena inilah yang ingin dijawab melalui penelitian ini.

5 9 Banondit (Biophytum petersianum Klotzsch) Sistematika Berdasarkan Veldkamp (1976), sistematika banondit adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Geraniales Famili : Oxalidaceae Genus : Biophytum Spesies : Biophytum petersianum Klotzsch Banondit memiliki ciri sebagai berikut : Pedunkel : berukuran sangat pendek Daun : bentuknya obovate atau umumnya bulat, mengumpul dan berpasangan, pucuk daun berjumlah 3-9 pasang. Buah : bakal buah menumpang dan berlekuk atau bersegi lima. Buah kotak atau buni mengandung biji berukuran kecil. Gambar 1. Banondit (Biophytum petersianum Klotzsch) Habitat Rumput Kebar dalam bahasa lokalnya disebut banondit (artinya banyak anak) adalah famili Oxalidaceae (belimbing) telah dikenal sejak dulu oleh masyarakat Papua terutama di daerah pegunungan Arfak khususnya Kebar. Kebar merupakan salah satu dari 29 kecamatan di kabupaten Manokwari. Daerah ini

6 10 memiliki ketinggian ± > 500 meter dpl dengan padang rumput alam seluas 743,5 ha dari 8900 ha padang rumput alam yang ada di Manokwari (Macap 1997; Mulyono 2000). Jenis tumbuhan ini tumbuh secara alami di daerah ini dan endemik. Perbedaan banondit yang ada di Kebar dan Biophytum petersianum Klotzsch yang ada di negara Afrika dapat dilihat pada Gambar 2. (a) (b) (c) Gambar 2. Biophytum petersianum Klotzsch di Afrika (a) Banondit yang ada di Kebar, tumbuh sendiri (b) tumbuh bersama alang-alang (c) Berdasarkan hasil penelitian Imbiri (1997) dan Imbiri et al. (2000), dilaporkan bahwa banondit memiliki kondisi ekologis atau habitat yang spesifik. Biophytum petersianum tersebar di lembah Kebar dengan populasi tertinggi terdapat di daerah Kebar tengah dan Kebar timur. Tumbuhan ini dijumpai berasosiasi dengan Imperata cylindrica dan Paspalum conjugatum (tampak dalam Gambar 3). Gambar 3. Habitat Biophytum petersianum Klotzsch di Padang Rumput Alam Kebar

7 11 Selain itu, banondit juga dijumpai tumbuh pada tanah dengan permeabilitas sedang (4,01 cm/jam 5,17 cm/jam) sebagai penciri utama dari sifat fisik tanah. Biophytum petersianum juga dijumpai tumbuh pada tanah dengan sifat kimia dominan yaitu ph agak asam masam (4,6-5,6), P tersedia rendah (10,5 13,3 ppm) kandungan sulfur rendah sampai sedang (0,04 0,2%). Hasil analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 1. Keadaan iklim dengan curah hujan rata-rata 2383 mm/bulan, suhu 26,68 o C, kelembaban 82,97% dan intensitas cahaya matahari 64,87 lux yang berada pada ketinggian >500 m dpl sangat menunjang pertumbuhannya. Tabel 1. Hasil analisis tanah lokasi padang rumput alam Kebar Jenis Analisa Uraian Kode Sampel Rataan Keterangan I II III Tekstur (%) Pasir 86,00 89,00 70,00 81,67 Tinggi Debu Liat 7,00 7,00 6,00 5,00 21,00 9,00 11,33 7,00 ph H 2 O 5,40 6,10 5,40 5,63 Agak masam Bahan Organik (%) KCl C N C/N 4,40 1,33 0,11 12,00 5,00 3,55 0,24 15,00 4,10 1,07 0,09 12,00 4,50 1,98 0,15 13,00 Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang HCl 25% (mg/100g) P 2 O 5 K 2 O 63,00 37,00 57,00 43,00 19,00 16,00 46,33 32,00 Olsen (ppm) P 2 O 5 37,00 25,00 11,00 24,33 Rendah Morgan (ppm) K 2 O 27,00 51,00 47,00 41,67 Nilai Tukar Kation Ca 1,92 4,23 1,56 2,57 Mg 0,57 0,99 0,40 0,65 K 0,05 0,10 0,09 0,08 Na 0,00 0,00 0,05 0,02 Jumlah 2,54 5,32 2,10 3,32 KTK 6,52 6,60 12,17 8,43 Rendah KB* 39,00 81,00 17,00 45,67 Sedang Rendah Rendah Rendah Sangat rendah KCl 1 N Al 3+ 0,32 0,00 1,03 0,45 H + 0,20 0,04 0,21 0,15 Keterangan: *=>100 terdapat kation-kation bebas disamping kation-kation dapat ditukar. Sumber : Laboratorium Pusat Penelitian Tanah Bogor 2007 Komposisi Kimia Berdasarkan hasil penelitian Sadsoeitoeboen (2005), komposisi kimia yang terkandung dalam banondit disajikan pada Tabel 2.

8 12 Tabel 2. Komposisi Kimia Banondit (Biophytum petersianum Klotzsch) Bahan Penyusun Komposisi (%) Bahan kering 89,06 Protein kasar 7,35 BETN* 32,38 Serat kasar 35,85 Lemak kasar 0,72 Vitamin A (IU)* 199,30 Vitamin E (IU)* 13,27 Abu 12,76 Calsium (Ca)* 1,52 Phospor (P)* 0,60 NaCl* 0,09 Sumber : Sadsoeitoeboen 2005 (* Disempurnakan) Hasil komposisi di atas menunjukkan bahwa banondit mengandung hampir semua kebutuhan nutrien yang dibutuhkan untuk aktivitas produksi. Selain itu, pada proteinnya juga mengandung 17 asam amino yang sangat dibutuhkan untuk aktivitas produksi dan reproduksi, seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Asam Amino Biophytum petersianum Klotzsch Jenis Asam Amino Komposisi (%) Asam Aspartat 0,255 Asam Glutamat 0,230 Serin 0,198 Glisin 0,123 Histidin 0,345 Arginin 0,310 Treonin 0,220 Alanin 0,115 Prolin 0,345 Tirosin 0,316 Valin 0,252 Metionin 0,287 Sistin 0,254 Iso-leusin 0,237 Leusin 0,298 Fenil-alanin 0,360 Lysin 0,259 Tryptophan * - - Sumber : Sadsoeitoeboen * Kemungkinan asam amino tryptophan tidak dianalisis.

9 13 Manfaat Banondit Berdasarkan informasi masyarakat lokal, banondit telah banyak dikonsumsi baik di daerah Papua sendiri maupun di Indonesia secara umum. Informasi yang dihimpun di lapangan dalam penelitian ini, diketahui bahwa banyak pasangan suami isteri yang telah lama belum memiliki keturunan (anak) dengan mengkonsumsi (minum) rebusan atau ekstrak tumbuhan ini dapat memberikan hasil yang memuaskan. Bahkan ada beberapa wanita yang memiliki ovarium kiri dan kanan tinggal separuh akibat kista, tetapi dengan mengkonsumsinya tumbuhan ini masih dapat memiliki keturunan (anak). Selain itu, beberapa wanita juga menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi rebusan banondit ini dapat menormalkan siklus menstruasi yakni yang semula 14 hari menjadi hari. Sedangkan menurut Veldkamp (1976), banondit telah lama atau secara turun temurun dimanfaatkan sebagai obat kesuburan bagi wanita dan juga untuk ternak babi. Pemupukan Hijauan Makanan Ternak Foth (1988) menyatakan bahwa kesuburan suatu jenis tanaman ditentukan oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pupuk merupakan sutau bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara yaitu dengan pemupukan. Ketika tanaman masih muda, tentunya zat hara yang dibutuhkan relatif lebih banyak, sehingga pupuk N, P, dan K yang diberikan harus dalam keadaan yang dapat diserap oleh akar tanaman. Pemberian pupuk N untuk hijauan dianjurkan 1 sampai 2 minggu setelah tanam atau setelah defoliasi. Sedangkan pupuk P dan K diberikan pada saat pengolahan tanah atau setelah defoliasi atau pemotongan. Hal ini berhubungan dengan sifat N yang mudah tercuci. Oleh karena itu pada hijauan potongan, pemupukan nitrogen (N) diberikan setiap 3-4 kali setahun, sedangkan pupuk P dan K lebih lama yaitu 1-2 kali/tahun (Susetyo 1980). Jenis rumput tropis umumnya peka terhadap kekurangan nitrogen. Whitehead (1970) dalam Syafria (1996) menyatakan bahwa rumput berkapasitas sangat tinggi dalam mengabsorpsi nitrogen dan kecepatannya tergantung pada tingkat pertumbuhan dan suplai nitrogen. Menurut Susetyo (1980), jika dilakukan

10 14 pemupukan nitrogen pada hijauan, maka P dan K juga harus diberikan. Hal ini karena respon pupuk nitrogen akan lebih baik terutama bila dilakukan bersamasama dengan pemupukan P dan K dalam jumlah yang cukup. Dalam penelitian ini hanya digunakan pupuk N sebagai perlakuan dengan asumsi bahwa berdasarkan hasil analisis tanah (Tabel 1), padang rumput alam memiliki kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi sehingga tidak diberikan lagi. Selanjutnya dilaporkan juga bahwa produksi bahan kering dan protein kasar rumput Brachiaria decumbens yang terbaik pada tanah latosol dihasilkan pada pemupukan 300 kg N/ha, 150 kg P 2 O 5 /ha dan 150 kg K 2 O/ha. Peranan Nitrogen pada Tanaman Nitrogen (N) merupakan penyusun utama dari semua senyawa protein. Protein merupakan bagian penting dari protoplasma sel-sel tumbuhan. Selain itu, nitrogen terdapat pula dalam klorofil, nukleotida, phospatida, alkaloid, enzim, hormon dan vitamin (Arief 1983). Nitrogen merupakan unsur hara utama yang mempengaruhi produksi tanaman terutama dari golongan rumput-rumputan (Tisdale et al. 1988). Kebutuhan nitrogen rumput sebagian besar tergantung pada sumber di luarnya, yaitu melalui pengikatan non simbiotik atau penambahan pupuk atau gabungan keduanya (Buckman & Brady 1982). Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO 3- ) dan amonium (NH4 + ). Ion nitrat yang diserap segera direduksi menjadi amonium. Ion amonium bersama-sama dengan karbohidrat dalam daun dan bagian tanaman lainnya disintesis menjadi protein dan asam-asam amino. Bertambahnya protein yang dihasilkan menyebabkan tanaman tumbuh lebih besar, sehingga jumlah daun untuk proses fotosintesis bertambah. Pengaruh umum dari pemupukan nitrogen adalah meningkatnya bagian vegetatif tanaman (daun, batang dan akar), produksi bahan kering dan kandungan protein (Sarief 1985). Total nitrogen dalam tubuh tanaman meningkat dengan meningkatnya pemberian nitrogen. Pemberian nitrogen sampai batas tertentu meningkatkan produksi bahan kering, namun dengan level pupuk nitrogen yang lebih tinggi dapat menyebabkan produksi bahan kering menurun (Rhykerd et al. 1969).

11 15 Pemberian pupuk N dengan dosis tinggi kerapkali dilakukan pada padang penggembalaan tropika jika rumput yang ditanam tanpa tanaman leguminosa (McIlroy 1977). Tanaman yang kurang mendapat nitrogen akan tumbuh kerdil dan mempunyai sistem perakaran yang terbatas. Daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cenderung mudah gugur (Buckman & Brady 1982; Hardjowigeno 1987). Selain itu rendahnya persediaan nitrogen selama masa pertumbuhan vegetatif rumput akan menurunkan pembentukan anakan atau tunas dan ranting atau bunga. Sebaliknya, jika pupuk N ini diberikan secara berlebihan maka akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman. Efek N yang kemungkinan dapat merugikan antara lain:1). dapat menghambat waktu masak, karena peningkatan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan melampaui waktu menjadi masak yang normal, 2). dapat melemahkan batang dan meningkatkan kehampaan biji, 3). kualitasnya rendah dan 4). terkadang dapat mengurangi ketahanan terhadap penyakit. Jumlah nitrogen dalam larutan tanah yang dapat diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh : 1) sifat perakaran tanaman, 2) kehilangan nitrogen melalui penguapan dan proses yang mempengaruhi proses penguapan, 3) pergerakan vertikal dan pencucian NO 2, 4) kelembaban di daerah akar dan 5) ada tidaknya sisa-sisa tanaman yang dapat mengimobilisasi nitrogen (Leiwakabessy 1988). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa pemberian pupuk N untuk rumput jenis perennial dapat mencapai 500 kg/ha. Siklus nitrogen disajikan pada Gambar 4.

12 16 Gambar 4. Siklus Nitrogen Pengaruh Interval Defoliasi pada Tanaman Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan ternak atau hewan itu sendiri pada saat digembalakan (AAK 1983). Frekwensi dan intensitas defoliasi yang tepat menjamin pertumbuhan kembali yang optimal, sehat dan kandungan gizinya tinggi atau baik. Saat tersebut adalah pada akhir fase vegetatif atau menjelang berbunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali suatu tanaman makanan ternak adalah adanya ketersediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan tunggul yang ditinggalkan setelah defoliasi. Kemudian karbohidrat ini akan dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi yang akan digunakan untuk pertumbuhan kembalinya (regrowth). Menurut Soetanto & Subagyo (1988), frekuensi defoliasi adalah berapa kali pemotongan tanaman hijauan dilakukan. Hal ini perlu dipikirkan oleh seorang peternak. Sebab, setelah defoliasi pertumbuhan kembali tanaman memerlukan zatzat nutrisi sumber energi seperti gula dan pati yang memang berkaitan erat dengan N, P dan K. Pada interval pemotongan yang panjang, keadaannya tidak

13 17 mengkhawatirkan tetapi sebaliknya jika intervalnya pendek atau intensitas pemotongannya tinggi maka karbohidrat dalam akar akan menurun sehingga akan menghambat pertumbuhan kembali karena pembentukan karbohidrat dalam proses fotosinteisis akan terhambat pula. Secara umum, interval ini dapat diatur misalnya dengan melihat musim yaitu musim hujan dan kemarau. Analisa Vegetasi Menurut Surianegara dan Indrawan (2008), analisa vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam bidang ilmu kehutanan, analisa vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi yang meliputi: (1) mempelajari tegakan hutan yaitu tingkat pohon dan permudaannya dan (2) mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah yaitu suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi tegakan hutan yaitu pohon dan permudaannya antara lain: (1) Cara petak tunggal, (2) Cara petak ganda, (3) Cara jalur atau transek, (4) Cara garis berpetak. Struktur dan Komposisi Vegetasi Stuktur dan komposisi hutan dapat diketahui dengan menghitung jumlah, distribusi, frekuensi dan dominansi. 1). Banyaknya (Abudance) dan kerapatan (density) Banyaknya individu dari suatu jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan lain dapat ditaksir dan dihitung. Pada taraf reconnaisance banyaknya individu suatu jenis ditaksir menurut lima kelas (abundance class) sebagai berikut: (a) Jarang terdapat, (b) Kadang-kadang terdapat, (c) Banyak terdapat, dan (d) Banyak sekali terdapat. Dengan sampling dimungkinkan untuk menghitung banyaknya individu sesuatu jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan hutan lainnya. Apabila banyaknya individu dinyatakan per satuan luas, seperti banyaknya (bilangan) per hektar, maka nilai ini disebut kerapatan (density). Untuk menetapkan nilai penting atau dominansi (dominance) sesuatu jenis lain dalam tegakan,

14 18 seringkali diperlukan nilai kerapatan relatif yaitu persentase jumlah individu dari suatu jenis yang ada. 2. Frekuensi, yaitu perbandingan banyaknya petak yang terisi oleh sesuatu jenis terhadap jumlah petak-petak seluruhnya, yang biasanya dinyatakan dalam persen, adalah ukuran dari ukuran uniformitas atau regularitas terdapatnya jenis itu dalam tegakan. Untuk menghitung nilai penting atau dominansi diperlukan pula besaran frekuensi relatif yaitu persen frekuensi sesuatu jenis terhadap jumlah frekuensi semua jenis. 3. Dominansi Dominansi suatu jenis terhadap jenis-jenis lain di dalam tegakan dapat dinyatakan berdasarkan besaran-besaran berikut: (a) Banyaknya individu, (b) Persen penutupan (cover precentage) dan luasnya bidang dasar (basal area), (c) Volume, (d) Biomass, dan (d) Indeks nilai penting (importance value index). Soerianegara dan Indrawan (2008) membedakan masyarakat tumbuhtumbuhan di dalam hutan sebagai berikut : a. Seedling (semai) yaitu permudaan mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m. b. Sapling (pancang, sapihan) yaitu permudaan yang tingginya 1,5 m sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm. c. Pole (tiang) yaitu pohon-pohon muda yang berdiameter cm. d. Pohon dewasa yaitu pohon yang berdiameter lebih dari 35 cm yang diukur 1,3 meter dari permukaan tanah. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah satuan tegakan yang merupakan asosiasi konkrit, analisis vegetasi yang dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah : 1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya. 2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali padang rumput/alang-alang, dan vegetasi semak belukar (Soerianegara dan Indrawan 1988). Menurut Kusmana (1997) dan Indriyanto (2006) mengemukakan bahwa untuk keperluan deskripsi vegetasi ada 3 (tiga) parameter yang penting untuk dianalisis yaitu frekuensi, kerapatan dan dominansi. Indeks Nilai Penting (INP) diperoleh dengan menjumlahkan frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan dominansi relatif.

15 19 Indeks keanekaragaman (H ) digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. Keanekaragaman Jenis dalam Komunitas Diversitas atau keanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota suatu komunitas (Supriatno 2001). Sementara Deshmukh (1992) mengartikan keanekaragaman sebagai gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masingmasing jenis dalam suatu komunitas atau sering disebut kekayaan jenis. Menurut Resosoedarmo dkk. (1984), keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang ada di daerah dengan lingkungan yang ekstrim, seperti daerah kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Menurut Odum (1993) ada dua komponen keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih tua. Keanekaragaman jenis cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk. Kesamarataan adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Pada kenyataannya setiap spesies itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Analisis keanekaragaman jenis dapat dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman menurut Shannon. Ngabekti (2003) menyatakan ada dua macam pendekatan yang digunakan untuk menganalisis keanekaragaman jenis,yaitu: a. Perbandingan yang didasarkan pada bentuk, pola atau kurva banyaknya jenis. b. Perbandingan yang didasarkan pada indeks keanekaragaman.

PENGAMATAN EKOLOGI PADANG RUMPUT ALAM KEBAR PAPUA DAN UJI PRODUKTIVITAS BANONDIT

PENGAMATAN EKOLOGI PADANG RUMPUT ALAM KEBAR PAPUA DAN UJI PRODUKTIVITAS BANONDIT PENGAMATAN EKOLOGI PADANG RUMPUT ALAM KEBAR PAPUA DAN UJI PRODUKTIVITAS BANONDIT (Biophytum petersianum Klotzsch) MELALUI PEMBERIAN NITROGEN DAN INTERVAL DEFOLIASI DIANA SAWEN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR BAHAN DAN METODE PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR Pengamatan ekologi padang rumput alam Kebar terdiri atas tiga komponen antara lain: 1) pengamatan komposisi botani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam genus Allium. Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengapuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dolomit yang memiliki 60 mesh. Hasil analisa tanah latosol sebelum diberi dolomit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur tahunan (Perennial), tingginya dapat mencapai 7m dan akar sedalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desmodium cinereum D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman semak tegak berumur pendek, tinggi tanaman sekitar 1-3 m. Daun biasanya agak tebal, bulat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal dari organik maupun anorganik yang diperoleh secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Sorgum Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Divisi Class Ordo Family Genus : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach (R 1 ), rumput Setaria spachelata (R 2 ), rumput Brachiaria brizantha (R 3 ),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta menimbulkan perubahan diri sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan adalah pakan. Kekurangan pakan, dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai nama antara lain: Elephant grass, Napier grass, Uganda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola

TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola B. humidicola juga disebut dengan B. dictyoneura, dengan nama umum rumput Koronovia atau rumput Creeping Signal. Menurut Reksohadiprodjo (1981), rumput B. humidicola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Rumput dapat dikatakan sebagai salah satu tumbuh-tumbuhan darat yang paling berhasil dan terdapat dalam semua tipe tempat tumbuh dan pada bermacam-macam keadaan. Bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pakan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan karena berkaitan dengan produktivitas ternak, sehingga perlu dilakukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci