BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografi (SIG) Pengertian Sistem Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk menghasilkan tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir. (O Brien, 2003, p8) Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. (Raymond McLeod, 2001, p9) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari komponen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan Pengertian Informasi Informasi adalah data yang sudah di proses atau data yang memiliki arti. (Raymond McLeod, 2001, p12) Informasi adalah data yang telah dibentuk menjadi bentuk yang berarti dan berguna bagi manusia. (Laudon, 2004, p8) Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah kumpulan data yang telah diproses menjadi sesuatu yang berguna dan memiliki arti.

2 Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi secara teknik dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan dalam mengumpulkan (atau menerima), proses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengaturan dalam sebuah organisasi. (Laudon, 2004, p8) Sistem informasi adalah penggabungan dari manusia, hardware, software, dan jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mampu mengumpulkan, mengubah, dan membagikan informasi dalam sebuah organisasi. (O brien, 2005, p6) Jadi dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang melakukan pengumpulan data dan analisa data yang ada untuk menghasilkan suatu informasi yang dapat digunakan oleh penerimanya dalam pengambilan keputusan Pengertian Geografi Menurut Richthoffen (Prahasta, 2002, p12), geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area - area yang berbeda di permukaan bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001, p271), geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.

3 Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG) Sistem informasi geografi merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek - objek yang terdapat di permukaan bumi. (Prahasta, 2002, p49) Sistem informasi geografi merupakan sekumpulan peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mentransformasi, dan menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk tujuan tertentu. (Burrough, 1986, p6) Menurut definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi geografi merupakan sekumpulan komponen yang memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, dan mengolah data, baik data spasial maupun data tekstual dan juga menampilkan hasil dengan cepat, akurat, dan tepat waktu Subsistem Sistem Informasi Geografi (SIG) (Prahasta, 2002, p56) Sistem informasi geografi dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem, yaitu: 1. Data input Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data - data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh sistem informasi geografi.

4 14 2. Data Output Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dll. 3. Data manajemen Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui, dan diperbaiki. 4. Manipulasi dan analisa data Subsistem ini menentukan informasi - informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi geografi. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

5 15 Subsistem-subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Data Input Tabel Data Manajemen & Manipulasi Data Output Laporan Pengukuran Lapangan Peta Data Digital Lain Input Basis Data Retrieval Output Tabel Peta (tematik, topografi, dll) Processing Laporan Citra Satelit Foto Udara Informasi Digitasi (softcopy) Data Lainnya Gambar 2.1 Uraian subsistem - subsistem SIG Komponen Sistem Informasi Geografi (SIG) Ada lima komponen untuk melakukan suatu proyek agar saling bekerjasama, yaitu: hardware, software, data, sumber daya manusia, dan prosedur Perangkat Keras / Hardware Hardware pada SIG terdiri dari CPU, Disk drive, Digitizer, Plotter (Printer), Tape Drive, Visual Display Unit (VDU).

6 16 1. CPU Merupakan pusat proses data yang terhubung dengan media penyimpanan dengan ruang yang cukup besar dengan sejumlah perangkat lainnya. 2. Disk Drive Menyediakan tempat untuk membantu jalannya penginputan, membaca, proses dan penyimpanan data. 3. Digitizer Digunakan untuk mengkonversi data dari peta ke dalam bentuk digital dan memasukannya ke dalam komputer. 4. Plotter / Printer Digunakan untuk mencetak hasil dari data yang telah diolah. 5. Tape Drive Digunakan untuk menyimpan data / program kedalam pita magnetik atau untuk berkomunikasi dengan sistem lainnya. 6. VDU Digunakan untuk memudahkan user utnuk mengontrol komputer dan perangkat - perangkat lainnya.

7 17 Disk Drive Tape Drive CPU Digitizer Plotter VDU Gambar 2.2 Komponen Perangkat Keras Sistem Informasi Geografi Perangkat Lunak / Software Software SIG berfungsi untuk memasukkan, menganalisa, dan menampilkan informasi SIG. Software SIG memiliki beberapa kemampuan utama, antara lain: Memanipulasi / menyajikan data geografis atau peta berupa layer Berfungsi untuk analisa, query dan visualisasi geografis Penyimpanan data dan manajemen database (DBMS) Graphical User Interface (GUI) Data Data merupakan bagian yang terpenting dari SIG, karena tanpa adanya data, maka SIG tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Data yang diperlukan dalam SIG meliputi peta dan data atribut.

8 Pengertian Data Data adalah aliran dari fakta - fakta kasar yang merepresentasikan kejadian - kejadian yang terjadi dalam organisasi atau lingkungan fisik sebelum di susun dalam sebuah bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan oleh manusia. (Laudon, 2004, p8) Jenis-jenis Data Pada Sistem Informasi Geografi Jenis data yang digunakan dalam sistem informasi geografi adalah data spasial ( peta / geometris ) dan data atribut ( keterangan / non-spasial). Perbedaan diantara 2 jenis data tersebut adalah sebagai berikut: a. Data atribut Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi geografis. Contoh: data atribut sebuah sungai berupa kedalaman, kualitas air, habitat, komposisi kimia, konfigurasi biologis, dan lain sebagainya. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek yang lain, misalnya rumah sakit, sekolah, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara

9 19 kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya populasi sungai ekor ikan, kadar kimia air pada sungai tersebut buruk, dan sebagainya. b. Data Spasial Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial. Komponen tersebut adalah: 1. Titik Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol - simbol. Titik dapat mewakili objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya sudut - sudut bangunan, atau suatu gedung pada peta yang memiliki skala besar. 2. Garis Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit 2 titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek - objek satu dimensi. Batas - batas poligon merupakan

10 20 garis - garis, demikian pula dengan jaringan listrik, komunikasi pipa air minum, saluran buangan, dan keperluan lainnya. 3. Poligon Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek - objek dua dimensi. Suatu danau, batas provinsi, batas kota, batas - batas persil tanah milik adalah tipe - tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh 3 garis yang saling terhubung diantara ketiga titik tersebut. titik garis poligon Gambar 2.3 Komponen data spasial Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mendefinisikan, menganalisa, mengoperasikan serta menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi dalam pembuatan SIG.

11 Prosedur (Method) Untuk menghasilkan SIG sesuai dengan yang diinginkan, maka SIG harus direncanakan dengan matang dengan menggunakan metodologi yang benar. 2.2 Peta Sistem Informasi Geografi Definisi Peta Menurut jkt&content=ar&id=30 Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting, mulai dari suplai listrik di daerah anda sampai di daerah Himalaya yang berbukit - bukit atau sampai kedalaman dasar laut. Menurut Rockville (Prahasta, 2002, p129), Peta adalah suatu representasi konvensional (miniatur) dari unsur - unsur fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala tertentu Jenis - jenis Peta Jenis - jenis peta pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan skalanya dan data yang dimunculkannya. Berdasarkan skalanya, peta dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:

12 22 1. Peta kadaster, berskala 1:100 sampai dengan 1:5000 menggambarkan peta - peta tanah dan peta dalam sertifikat tanah. 2. Peta skala besar, berskala 1:5000 sampai dengan 1: menggambarkan daerah wilayah - wilayah yang relatif sempit. 3. Peta skala sedang, berskala 1: sampai dengan 1: menggambarkan daerah yang agak luas. 4. Peta skala kecil, berskala 1: sampai dengan 1: menggambarkan daerah - daerah yang cukup luas. 5. Peta skala geografis, berskala lebih dari 1: menggambarkan kelompok negara, benua, dan dunia. Berdasarkan data yang dimunculkan ada 2 macam bentuk peta: 1. Peta umum / peta ikhtisiar Peta umum merupakan peta yang menggambarkan topografi daerah ataupun batas - batas administrasi suatu Wilayah / Negara yang biasa digunakan untuk bermacam - macam tujuan. 2. Peta khusus / peta tematik Peta tematik merupakan peta yang menampilkan hubungan keruangan, kenampakan dalam bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut seperti geologi, geografis, pertanahan, dan sebagainya.

13 Model Data Spasial Di Dalam Sistem Informasi Geografi (Prahasta, 2002, p146) Data Spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai raster atau vektor. Lebih lanjut kita akan membahas mengenai keduanya. 1. Model data raster Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel - piksel yang membentuk grid. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai elemen matriks atau sel - sel grid yang homogen. Dengan demikian, secara konseptual, model data raster merupakan model data spasial yang paling sederhana. 2. Model data vektor Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik - titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut - atributnya. Bentuk - bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model vektor, di definisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model data spasial vektor, garis - garis atau kurva (busur atau arcs) merupakan sekumpulan titik - titik terurut yang dihubungkan Pemetaan Kompilasi dan penyajian fakta wilayah dari berbagai sektor yang memanfaatkan penggunaan sistem informasi geografi dilakukan melalui prosedur kompilasi data spasial dan non spasial. Dengan analisis overlay dan

14 24 pengolahannya dilaksanakan secara komputerisasi. Oleh karena sistem informasi geografi merupakan sistem yang berbasiskan pada penggunaan komputer dan peta, untuk penyajian wilayah dalam sistem informasi geografi harus benar-benar memperhatikan kaidah pemetaan. Hasil dari suatu proses pemetaan adalah peta itu sendiri. Sedangkan fungsi dari pemetaan adalah untuk dapat memvisualisasikan suatu data yang berbentuk daftar atau tabel yang dapat divisualisasikan sesuai dengan keinginan dan juga dapat mengubahnya ke dalam bentuk grafik sehingga mudah untuk dianalisis Metode Analisis Peta Sistem informasi geografi menganalisa data yang tersimpan pada basis data dengan menggunakan satu atau beberapa peta. Metode analisis yang sering dipakai pada beberapa peta dikenal sebagai metode tumpang susun (overlay method). Metode overlay tersebut menggunakan prinsip - prinsip aljabar Boolean dengan menggunakan operator hubungan AND, OR, NOT, dan XOR yang dapat dilihat melalui: A B NOT A A AND B A OR B A XOR B Tabel 2.1 Tabel logika Boolean

15 25 Apabila digambarkan dengan diagram Venn, maka sebagian hasil yang dapat diperoleh adalah daerah yang diarsir seperti pada gambar berikut: A B A B A B A AND B A OR B A XOR B Gambar 2.4 Diagram Venn Metode Analisis Peta Teknik Tumpang Susun (overlay) Teknik overlay sering digunakan pada sistem informasi geografi untuk menganalisis peta. Definisi overlay adalah suatu proses pada data spasial, yang terjadi pada suatu layer yang berisi peta tematik lain dan akhirnya membentuk layer peta tematik baru dengan poligon yang baru dari hasil perpotongan bidang - bidang pada proses - proses penumpukan dan penyusunan - penyusunan tersebut. Sudut pada poligon yang baru merupakan hasil perpotongan sisi poligon - poligon lama yang telah ditumpangkan dan disusun. Seluruh titik dan garis lain dengan perpotongan dan topologi serta tabel atribut baru yang disesuaikan dengan hasil overlay poligon.

16 26 Layer utama Tumpang susun (Poligon) Hasil akhir Gambar 2.5 Overlay Poligon Untuk dapat melakukan overlay, maka peta - peta tematik itu harus mempunyai satu patokan dan sistem koordinat yang sama, sehingga peta tematik baru dihasilkan dengan baik Proyeksi Peta Menurut Rockville (Prahasta, 2002, p131), proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat dari titik - titik yang terletak di atas permukaan suatu kurva (biasanya berupa ellipsoid atau bola) ke koordinat titik - titik yang terletak di atas bidang datar. Sebagaimana telah kita ketahui secara umum, bahwa hasil suatu proses pemetaan adalah peta itu sendiri. Menurut Rockville (Prahasta, 2002, p129) Peta adalah suatu representasi konvensional (miniatur) dari unsur - unsur fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala tertentu. Tetapi permukaan bumi ini secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung dan sama sekali tidak memungkinkan dapat dibentangkan

17 27 sehingga menjadi bidang datar sempurna tanpa mengalami perubahan atau kerusakan. Walaupun demikian, untuk kondisi - kondisi tertentu kita masih bisa mengusahakan pembuatan peta yang ideal. Kaidah ideal itu menurut Umar (Prahasta, 2002, p130), peta adalah: 1. Jarak antara titik - titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak aslinya di permukaan bumi (dengan memperhatikan skala peta). 2. Luas suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya (yang dengan mempertimbangkan skala petanya). 3. Sudut atau arah suatu garis yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan arah yang sebenarnya (seperti di permukaan bumi). Bentuk suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya (juga mempertimbangkan faktor skalanya) Pemilihan Proyeksi Peta Melihat banyaknya macam proyeksi peta, para pengguna yang tidak biasa dengan konsep - konsep proyeksi peta kemungkinan akan mengalami sedikit keraguan dalam memilihnya. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan atau dapat dijadikan petunjuk di dalam pemilihan proyeksi peta, terutama untuk kebutuhan peta topografi, sebagai berikut: a) Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan. b) Lokasi geografi, bentuk, dan luas wilayah yang akan dipetakan. c) Ciri - ciri atau karakteristik asli yang ingin tetap dipertahankan.

18 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Perangkat lunak dapat didefinisikan sebagai perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan. Selain itu didefinisikan juga sebagai struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional. Tetapi perangkat lunak juga dapat didefinisikan sebagai dokumen yang menggambarkan operasi dan kegunaan program. (Pressman, 2001, p26) Model proses untuk rekayasa perangkat lunak dipilih berdasarkan sifat aplikasi dan proyeknya, metode, dan alat - alat bantu yang dipakai, dan kontrol serta penyampaian yang dibutuhkan. Untuk menyelesaikan masalah aktual di dalam sebuah setting industri, rekayasa perangkat lunak atau tim perekayasa harus menggabungkan strategi pengembangan yang melingkupi lapisan proses, metode, dan alat-alat bantu. Waterfall atau Classic Life Cycle adalah paradigma rekayasa perangkat lunak yang paling luas dipakai dan paling tua. Model Waterfall melakukan aktifitas - aktifitas sebagai berikut : 1. Rekayasa sistem Yaitu dengan menentukan kebutuhan sistem secara keseluruhan, antara lain dengan menentukan komponen - komponen sistem (Entity), atribut komponen dan hubungan antara komponen. Secara umum Entity dibedakan atas data, algoritma dan interface. 2. Analisa Sistem Yaitu mencari dan menentukan kriteria aplikasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan sistem.

19 29 3. Desain Sistem Yaitu mendefinisikan hasil analisa dengan merancang modul aplikasi perancangan dilakukan pada tiga bagian, yaitu : Struktur data, rancangannya didefinisikan dalam Entity Relationship Diagram (ERD) dan kamus data. Arsitektur aplikasi, rancangan didefinisikan dalam Data Flow Diagram (DFD). Hierachical Modul Diagram dan rancangan layar. Prosedur secara detail, rancangannya didefinisikan dalam pseudocode. 4. Pemrograman Yaitu mengimplementasikan rancangan atau desain dengan menuliskan code program sesuai bahasa pemrograman yang dipilih. 5. Ujicoba Yaitu melakukan pengujian program aplikasi yang telah selesai dibuat dengan memperhatikan konsep logika untuk mengetahui kinerja aplikasi apakah sesuai dengan kebutuhan sistem dan melakukan pencegahan terjadinya kesalahan seminimal mungkin. 6. Pemeliharaan Yaitu memungkinkan terjadinya perubahan data, lingkungan sistem dan kebutuhan penggunaan agar aplikasi tetap bisa dikembangkan sesuai perubahan yang terjadi.

20 30 Hubungan tahap tahap tersebut dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Rekayasa sistem Analisa sistem Design sistem Pemrograman Ujicoba Pemeliharaan Gambar 2.6 Konsep metode rekayasa perangkat lunak tipe Waterfall 2.4 Data Flow Diagram (DFD) (Pressman, 2001, p311) Diagram alir data atau Data Flow Diagram adalah sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. DFD tingkat 0, yang disebut juga dengan model konteks, merepresentasikan seluruh elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal dengan data input dan output yang ditunjukkan oleh anak panah yang masuk dan keluar secara berurutan. Proses tambahan (bubble) dan jalur aliran informasi direpresentasikan pada saat DFD tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail yang lebih. Contohnya, sebuah DFD tingkat 1 dapat berisi lima

21 31 atau enam bubble dengan anak panah yang saling menghubungkan. Setiap proses yang direpresentasikan pada tingkat 1 merupakan subfungsi dari seluruh sistem yang digambarkan di dalam model konteks. Berikut adalah notasi - notasi dasar yang digunakan dalam DFD: Entity eksternal Informasi yang ada diluar sistem yang dimodelkan proses Transfer informasi yang ada di dalam sistem untuk dimodelkan Objek data Objek data; anak panah menunjukkan arah aliran data penyimpanan data Repositori data yang disimpan untuk digunakan oleh satu atau lebih proses Gambar 2.7 Model aliran informasi 2.5 Entity Relationship Diagram (ERD) ERD adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan struktur logika dari database secara keseluruhan. Menurut Korth (Prahasta, 2002, p107) simbol - simbol dan notasi yang digunakan di dalam penulisan diagram ini adalah : Persegi panjang yang mewakili entity set Elips yang menyatakan atribut - atribut entity set

22 32 Belah ketupat (diamond) yang menggambarkan relationship set Garis yang menghubungkan antara entity set dengan atribut-atributnya dan antara entity set dengan relationship setnya. 2.6 State Transition Diagram (STD) Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan sejumlah state dan serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antara state, menunjukan bagaimana sistem bergerak dari satu state ke state yang lain dan mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state. STD pertama kali dikembangkan untuk membantu merancang kompiler. (Davis and Yen, 1999, p235) 2.7 Database Adalah koleksi bersama dari data logikal yang saling berhubungan, dan deskripsi dari data tersebut di desain untuk menemui kebutuhan informasi suatu organisasi. (Connolly, 2002, p14) Database Management System (DBMS) Definisi DBMS menurut Connoly (2002, p16) ialah suatu system perangkat lunak yang bisa mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke database. Biasanya, suatu DBMS mempunyai fasilitas seperti berikut ini :

23 33 Terdapat fasilitas untuk mendefinisikan database, biasanya menggunakan suatu Data Definition Language (DDL). Suatu DDL memberian fasilitas kepada user untuk menspesifikasikan tipe data dan strukturnya dan batasan aturan mengenai data yang bisa disimpan ke dalam database tersebut. Terdapat fasilitas yang memperbolehkan user untuk menambah, mengedit, menghapus data, dan mendapatkan kembali data. Biasanya dengan menggunakan suatu Data Manipulation Language (DML). Biasanya ada suatu fasilitas untuk melayani mengaksesan data yang disebut sebagai Query Language. Bahasa query yang paling ialah Structured Query Language (SQL), yang secara de fakto merupakan standard bagi DBMS. Terdapat fasilitas untuk mengontrol akses ke database. Sebagai contoh: - Suatu sistem keamanan yang mencegah user yang tidak punya otoritas untuk mengakses data - Suatu sistem teritegrasi yang mana memelihara konsistensi penyimpanan data - Suatu sistem kontrol yang mana memperbolehkan akses ke database - Suatu sistem kontrol pengembalian data yang mana dapat mengembalikan data ke keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan perangkat keras atau perangkat lunak - Terdapat suatu katalog yang dapat diakses oleh user yang mana mendeskripsikan data di dalam database tersebut.

24 34 Adapun keuntungan dan kekurangan penggunaan DBMS, yaitu: Keuntungan dari DBMS, antara lain : 1. Kontrol terdapat pengulangan data 2. Data yang konsisten 3. Semakin banyak informasi yang didapat dari data yang sama 4. Data yang dibagikan 5. Menambah integritas data 6. Menambah keamanan data 7. Penetapan standarisasi 8. Pengurangan biaya 9. Mempermudah pengoperasian data 10. Memperbaiki pengaksesan data dan hasilnya 11. Menambah produktivitas 12. Memperbaiki pemeliharaan data melalui indepedensi data 13. Memperbaiki pengaksesan data secara bersama sama Adapun kerugian penggunaan DBMS, antara lain : 1. Kompleksitas 2. Size / Ukuran 3. Biaya dari suatu DBMS 4. Biaya penambahan perangkat keras

25 Normalisasi Tujuan dari langkah ini ialah untuk menvalidasi relasi dalam Lokal Logikal Data Model dengan menggunakan teknik dai normalisasi. Tujuan dari normalisasi adalah sebagai berikut : (a) Menghilangkan kumpulan relasi dari inserting, updating, dan delection dependency yang tidak diharapkan. (b) Mengurangi kebutuhan restrukturisasi kumpulan relasi dan meningkatkan life spam program aplikasi (c) Membuat model relasional lebih informatif Tahapan Normalisasi : 1. Normalisasi pertama (1 NF) menghilangkan perulangan 2. Normalisasi kedua (2 NF), bentuk ini mempunyai syarat yaitu data harus memenuhi kriteria 1 NF dan setiap data item yang bukan kunci harus functional dependency pada kunci utamanya 3. Normalisasi ketiga (3 NF) menghilangkan transitif dependensi 4. Normalisasi keempat (4 NF/BCNF) suatu relasi dikatakan BCNF bila didalamnya berisi atribut yang berfungsi sebagai candidate key sehingga salah satu dari candidate key tersebut menjadi kunci utama (Primary Key).

26 36 Selanjutnya akan dijelaskan tentang hal - hal khusus yang terdapat pada sistem informasi geografi, yang merupakan topik penulisan kami. 2.8 Graph Graph adalah pasangan berurutan dari (V,E), dimana V adalah kumpulan vertex (nodes) dan E adalah kumpulan edge / arc atau kumpulan dari garis yang menghubungkan antara vertex yang satu dengan yang lain. (Wiitala, 1987, p178) C D A B E Gambar 2.8 Vertex dan Edge pada Graph Gambar 2.9 merupakan contoh Graph dengan : V = {A,B,C,D,E} E = {e1,e2,e3,e4,e5,e6} Pada gambar 2.9, edge e1 adalah pasangan vertex [A,B], edge e2 adalah pasangan vertex [B,C], edge e3 adalah pasangan vertex [C,D], demikian seterusnya sampai edge e6 adalah pasangan vertex [B,E].

27 37 B e2 e1 C A e6 e3 E e5 E e4 Gambar 2.9 Graph Graph juga dapat diartikan sebagai suatu struktur data yang berbentuk jaringan (Network) dimana hubungan antara elemen elemennya adalah hubungan many to many. Terkadang bagian dari graph dapat dituliskan G = (V,E). Asumsikan bahwa e = [u,v]. Maka nodes u dan v disebut dengan end points dari e, kemudian u dan v disebut dengan adjacent nodes atau neighbours. Derajat dari sebuah node u, ditulis dengan deg(u), adalah banyaknya edge yang terhubung dengan u. jika deg (u) = 0 maka u tidak mempunyai edge, maka u disebut dengan isolated node. Path adalah rangkaian vertex pada graph dimana setiap pasangan vertex yang saling bersambungan adalah edge dari graph. Path P dengan panjang N dari node u ke node v didefinisikan dengan urutan n + 1 node. Sebuah cycle adalah path sederhana tertutup dengan panjang 3 atau lebih. Sebuah cycle dengan panjang k disebut k cycle. Simple path adalah path dimana tidak ada edge yang berulang dalam path.

28 38 Elementary path adalah path yang tidak mempunyai vertex yang berulang. Circuit adalah path yang dimulai dan diakhiri pada vertex yang sama. Walk adalah lintasan yang mungkin dilalui dari vertex awal ke vertex tujuan. Trail adalah walk yang semua edgenya berubah. Sebuah graph dapat dikatakan multigraph jika pada graph tersebut terdapat loop atau terdapat lebih dari satu edge yang menghubungkan sepasang vertex. Sebuah graph G dikatakan terhubung jika setiap node mempunyai path ke node lain. Graph G dikatakan lengkap jika semua node u didalam G berhubungan dengan setiap node lain v dalam G. Graph lengkap mempunyai edge sebanyak : N (N-1) / 2 node Penggolongan Graph Undirected Graph (Graph Tidak Berarah) Undirected Graph adalah graph yang edgenya tidak mempunyai arah. Jika (v,w) adalah undirected edge, maka (v,w) = (w,v). B e1 e2 A e3 C Gambar 2.10 Undirected Graph

29 39 Pada gambar 2.10 adalah graph tidak berarah. Edge e1 dapat merupakan pasangan vertex [A,B] atau [B,A], edge e3 dapat merupakan pasangan vertex [A,C] atau [C,A], hal ini dikarenakan edgenya tidak mempunyai informasi arah Directed Graph (Graph Berarah) (Aho and Hopcroft and Ullman, 1987, p198) Directed graph adalah graph yang edge nya mempunyai arah. Directed graph adalah graph yang arc / edge nya merupakan vertex yang berurutan dari (v,w), v disebut tail dan w adalah head dari edge, edge (v,w) diekspresikan dengan v w dan digambarkan sebagai berikut : v w Gambar 2.11 Directed Graph Pada gambar 2.12 arah yang dimiliki tiap edge ditunjukkan oleh anak panah. Edge e1 ditunjukkan oleh pasangan vertex [A,B], edge e2 oleh pasangan vertex [B,C], demikian seterusnya sampai edge e5 yang ditunjukkan oleh pasangan vertex [C,A].

30 40 A e1 B e2 e4 e5 D e3 C Gambar 2.12 Directed Graph (lipschutz, 1986, p279) Sebuah directed graph G atau graph disebut juga digraph sama seperti multigraph kecuali setiap edge e dalam G diberi arah. Dengan kata lain, e digambarkan dengan pasangan node berurut (u,v), bukan sebagai pasangan berurut [u,v]. Asumsikan G adalah directed graph dengan edge e = (u,v) maka e disebut juga dengan arc dan aturan aturan dibawah ini berlaku : a. e dimulai pada u dan berakhir pada v. b. u adalah tempat awal atau initial point dari e, dan v adalah tujuan atau titik terminal dari e. c. u adalah predecessor v, dan p adalah successor atau neighbour dari u. d. u berhubungan dengan v, dan v berhubungan dengan u.

31 41 D A C B Gambar 2.13 Outdegree Pada gambar 2.13, banyaknya outdegree dari node A adalah 3, dapat ditulis outdeg(3) atau outdeg(a) = 3. Serupa dengan itu, indegree dari u, dituliskan indeg(u), adalah jumlah edge yang berakhir pada u, atau dikatakan juga sebagai banyaknya edge yang diterima suatu node. Pada gambar 2.13, indegree dari node C adalah 3 dan dapat dituliskan indeg(3) atau indeg(c) = 3. Sebuah node dikatakan source jika outdegree-nya positif dan indegree-nya nol. Sebaliknya, sebuah node dikatakan sink, jika ia mempunyai indegree positif, namun outdegree-nya nol. Pada gambar 2.13, diatas terlihat bahwa node A disebut source karena outdeg(3) yang artinya positif tetapi indeg(0). Sementara node C adalah sink karena indeg(3) tetapi outdeg(0). Konsep path, simple path, dan cycle diambil dari undirected graph ke directed graph, kecuali kini arah dari masing masing edge di dalam sebuah path harus sesuai dengan arah path tersebut. Sebuah node v

32 42 dikatakan reachable dari sebuah node u apabila ada sebuah directed path dari u ke v. Directed graph G dikatakan connected jika untuk tiap pasangan (u,v) dari node dalam graph G terdapat sebuah path dari v ke u. Connected graph adalah graph yang vertex vertex nya terhubung dalam path (johnsonbaugh, 2001, p274). Subgraph dari suatu graph (V,E) adalah graph (V,E ) dimana V adalah subset dari V dan E terdiri dari edges pada E yang terhubung oleh vertex V. Vertex pada digraph dapat digunakan untuk merepresentasikan objek, dan edge sebagai hubungan antar objek tertentu. Sebagai contoh : vertex untuk merepresentasikan kota dan edge untuk merepresentasikan jalur penerbangan antar kota tersebut. 2.9 Array Array adalah tipe data struktur yang terdiri dari beberapa data items yang saling berhubungan dan mempunyai jenis yang sama (Deitel, 2001, p197). Array ini merupakan tipe data linier. Pada umumnya letak elemen array secara logical dan physical (dalam memori) adalah sama. Dua bagian utama array adalah index dan komponen. Setiap index selalu berisi hanya satu komponen (one to one relationship). Array dapat diakses secara Positional Access yaitu pengambilan elemen berdasarkan posisi index. Jika pengambilan elemen dilakukan secara acak maka disebut Random Access.

33 Algoritma pencarian Pada dasarnya algortima pencarian jarak ada dua macam yaitu : Uninformed Search Algorithm yaitu algoritma yang tidak memiliki keterangan tentang jarak atau biaya dari path dan tidak memiliki pertimbangan akan path mana yang lebih baik. Algoritma ini hanya dapat membedakan yang mana goal dan mana yang bukan goal. Karena itu algorima ini disebut juga Blind-Search Algorithm (Algoritma Pencarian Buta) Strategi pencarian dengan menggunakan algoritma uninformed search, antara lain : breadth-first search, uninform cost search. Informed Search Algorithm adalah algoritma yang memiliki keterangan tentang jarak atau biaya dari path dan menggunakan pertimbangan berdasarkan pengetahuan akan path mana yang lebih baik. Yang termasuk strategi pencarian dengan menggunakan algoritma informed search adalah greedy search dan A Star search Breadth First Search Breadth First Search (BFS) merupakan sebuah strategi sederhana dimana titik akar (root node) ditelusuri lebih dahulu, baru kemudian node di bawah root node akan ditelusuri. Secara umum, semua node pada suatu level tertentu akan ditelusuri lebih dahulu sebelum menelusuri node pada level berikutnya. BFS dapat diimplementasikan dengan menggunakan node pada tree yang merupakan tipe antrian FIFO, dengan anggapan bahwa node yang pertama kali

34 44 dikunjungi akan ditelusuri pertama. Dengan kata lain BFS menggunakan metode yang sama dengan metode pencarian pada tree (Russel and Norvig, 2003, p73). Breadth First Search (BFS) adalah algoritma yang digunakan untuk mencari jarak pada suatu graph. Ide dasar dibalik Breadth First Search yang dimulai dari node a adalah sebagai berikut. Pertama node a diperiksa terlebih dahulu. Lalu diperiksa semua node yang berhubungan dengan a, dan seterusnya. Pada dasarnya, semua node tetangga dari a harus dicatat, dan dan dipastikan bahwa tidak ada satu node yang diproses lebih dari satu kali. Ini dilakukan dengan cara menggunakan queue untuk menampung node yang akan diproses berikutnya, dan menggunakan STATUS yang menyatakan status dari setiap node. Algoritma sebagai berikut : 1. Set semua status node menjadi ready state (Status 1). 2. Taruh node a di dalam queue dan ubah statusnya menjadi waiting state (Status 2). 3. Hapus node N paling atas dari queue. Proses N dan ubah status N jadi processed state (Status 3). 4. Tambahkan di belakang queue semua neighbour dari N yang berada pada ready state (Status 1) dan ubah statusnya menjadi waiting (Status 2). 5. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai queue empty. 6. Exit.

35 Depth First Search Depth First Search adalah algoritma yang cara kerjanya mirip dengan BFS yang dimulai dari node a adalah sebagai berikut : Pertama node a diperiksa terlebih dahulu. Kemudian kita memeriksa masing masing node N sepanjang path p yang dimulai dari node a, yaitu, kita memeriksa neighbour dari node a, lalu neighbour dari neighbour node a dan seterusnya. Setelah tiba pada jalan buntu, yaitu sampai akhir dari path p, kita mundur sepanjang path p sampai dapat menemukan path p, seterusnya. Algoritmanya sangat mirip dengan Breadth First Search, namun kita akan menggunakan Stack daripada Queue. Field STATUS juga dibutuhkan untuk menyatakan status sementara node. Algoritmanya sebagai berikut : 1. Set semua status node menjadi ready state (Status 1) 2. Taruh node a di dalam stack dan ubah statusnya menjadi waiting state (Status 2) 3. Hapus node N paling atas dari stack. Proses N dan ubah status N jadi processed state (Status 3). 4. Tambahkan ke dalam stack semua neighbour dari N yang berstatus not processed (Status 1) dan ubah statusnya menjadi waiting (Status 2). 5. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai queue empty. 6. Exit. DFS selalu menelusuri node di level yang terdalam dari semua node dalam suatu tree. Proses ini akan langsung munuju node dengan level yang paling dalam

36 46 yang tidak memiliki child node atau node dengan level dibawahnya. Setelah ditelusuri, proses pencarian bergerak naik ke level di atasnya (Russel and Norvig, 2003, p75) Heuristic Menurut George Polya (Luger, 2002, p123), heuristic adalah suatu ilmu mengenai metode dan aturan pencarian. Dalam konteks pencarian path, heuristic dapat diartikan sebagai aturan untuk memilih cabang cabang dalam suatu kemungkinan kemungkinan yang paling mendekati solusi masalah yang dapat diterima. Dalam masalah intelegensia semu, heuristic diterapkan dalam dua posisi dasar, yaitu : 1. Suatu masalah yang mungkin tidak memiliki solusi pasti disebabkan ketidakjelasan dalam pernyataan masalah atau data yang tersedia. 2. Suatu masalah yang memiliki solusi yang tepat, namun biaya yang diperlukan tinggi, dalam banyak masalah (seperti catur), pertumbuhan kemungkinan kemungkinan bersifat eksponensial. Dalam kasus ini, metode metode pencarian sepanjang path yang paling menjanjikan adalah melalui node node. Dengan mengeliminasi node dan turunannya dari pencarian, algoritma heuristic dapat mengurangi ledakan eksponensial ini dan menemukan solusi yang dapat diterima. Namun, seperti semua aturan dan metode pencarian, heuristic dapat gagal. Hal ini disebabkan karena heuristic hanya menginformasikan perkiraan langkah

37 47 selanjutnya yang perlu diambil dalam menyelesaikan permasalahan. Heuristic seringkali berdasarkan pengalaman atau intuisi. Hal ini dikarenakan heuristic menggunakan informasi yang terbatas, sehingga heuristic jarang sekali dapat menduga sifat node yang tepat sepanjang pencarian. Jadi heuristic dapat mengarahkan algoritma pencarian ke solusi yang cukup optimal atau gagal untuk menemukan solusi apa saja. Ada tiga macam heuristic yang umum dipakai : Manhattan Distance Heuristic yang dapat digunakan untuk pengerakan 4 arah (atas, bawah, kiri, kanan). Tidak ada gerakan diagonal. H(n) = c *(abs(xn Xgoal) + (Yn Ygoal)) C = fungsi biaya N = node saat ini X dan Y = Posisi dalam koordinat Diagonal Distance Heuristic yang dapat digunakan untuk pergerakan 8 arah (atas, bawah, kiri, kanan, dan 4 arah diagonal). H(n) = b * max (abs(xn Xgoal), abs (Yn Ygoal)) Straight Line Distance Heuristic yang dapat digunakan untuk segala arah / segala sudut H(n) = sqrt((x n Xgoal) 2 (Yn Ygoal) 2 )

38 Algoritma A star Algoritma A Star ini adalah pengembangan Algoritma Dijkstra dan merupakan salah satu contoh algoritma Depth First Search (DFS). Ditemukan pertama kali oleh Hart, Nilsson dan Raphael pada tahun Fungsi A Star adalah fungsi yang menggabungkan fungsi heuristic dan uniformcost dengan greedy search. Fungsi uniform cost search menggunakan nilai yang pasti dan sudah diketahui, digunakan dalam A Star untuk menghitung jalur yang sudah dilalui (c(n)). Fungsi heuristic adalah fungsi perkiraan, digunakan untuk mrnghitung jarak dari node sekarang ke node akhir (H (n)). Dengan diketahui kedua jarak diatas, diperkirakan jarak total dari titik awal ke titik akhir melalui node yang sekarang sedang dilalui adalah f(n). Dengan perhitungan : f(n) = c(n) + h(n) F(n) = C(n) + H(n) Awal N AKhir C(n) H(n) F(n) Gambar 2.14 Heuristic F(n) adalah nilai yang dibandingkan di dalam perhitungan A Star. Jalur yang mempunyai F(n) terkecil dianggap sebagai jalur terbaik. Nilai H(n) mungkin

39 49 salah, karena itu hanya nilai perkiraan. Maka untuk mendapat hasil yang terbaik, digunakan Underestimate. Underestimate beranggapan bahwa H(n) yang dihitung selalu lebih kecil daripada jalan yang seharusnya dilewati. Jarak terdekat antara dua titik adalah suatu garis, sehingga dalam algoritma ini digunakan Straight line distance heuristic. Dengan menggunakan H SLD maka heuristic yang didapat selalu terkecil atau setidaknya sama dengan jarak yang seharusnya ditempuh. Dengan menggunakan underestimate, maka dapat dihasilkan jalur yang optimal. Ada 2 List yang digunakan pada A Star, yaitu : Open List, berisi node yang telah ditelusuri dan telah dihitung nilai fungsi heuristic-nya, tetapi belum diperiksa (misalnya successor suatu node). Close List, berisi node node dari open list yang telah diperiksa.

40 Cara Kerja Algoritma A Star Berikut ini adalah contoh kasus dari suatu node, anggap bahwa node awal adalah A dan node tujuan adalah L Awal A B D F C E G H I J L Tujuan K Gambar 2.15 Contoh Kasus Rute Koordinat dari masing masing node adalah : Node X Y A 17,5 275 B ,5 C 17,5 247,5 D ,5 E 47,5 255 F 87,5 265 G H I 67,5 232,5 J ,5 K 67,5 207,5 L ,5 Tabel 2.2 Tabel Koordinat Awal

41 51 Perhitungan nilai H(n) atau heuristic secara straight-line dari setiap node ke node tujuan adalah sebagai berikut : H(n) = sqrt (power(xn - Xtujuan) + power(yn - Ytujuan)) Node Heuristic A B C D E F G H I J K L 0 Tabel 2.3 Tabel Nilai Heuristic Tahap inisialisasi dalam mengerjakan algoritma A star adalah memasukkan node awal ke dalam open list. Set semua C menjadi 0 (nol) dan set H dengan heuristic nya masing masing. Sehingga data akan menjadi sebagai berikut: Node A B C D E F G H I J K L Status 0 C H F =C+H Tabel 2.4 Tabel Data Inisialisasi

42 52 Keterangan status : O = Open, menandakan node berada di open list. C = Close, menandakan node berada di close list. (empty) = menandakan node belum diproses. Perulangan pertama : Ambil node terbaik dari open list, karena baru ada satu node, maka node terbaik pasti node awal, sehingga ambil node tersebut dan ubah status nya menjadi close list. Ambil semua node anak dari node A, yaitu node B. Masukkan node B ke dalam open list dan hitung C nya. Sehingga hasil akhir dari perulangan pertama adalah : Node A B C D E F G H I J K L Status C C H F =C+H Tabel 2.5 Tabel Data Hasil Perulangan Pertama Perulangan Kedua : Ambil node terbaik dari open list, karena hanya ada satu node di dalam open list, maka node terbaik adalah B. ganti status node B menjadi close. Ambil semua node anak dari B yaitu node C dan D. Node C belum ada di dalam list sehingga masukkan ke dalam open list. Node D belum ada di dalam list sehingga masukkan ke dalam list. Hasilnya adalah :

43 53 Node A B C D E F G H I J K L Status C C 0 0 C H F =C+H Tabel 2.6 Tabel Data Hasil Perulangan Kedua Perulangan Ketiga : Ambil node ketiga dari open list, yaitu node D, karena node D mempunyai F yang lebih kecil dibandingkan dengan node C. Ganti status node menjadi close. Ambil semua node anak dari D yaitu E dan F. Node E belum ada di list sehingga masukkan node E ke dalam list. Node F belum ada di dalam list, sehingga masukkan node F ke dalam list. Hasilnya adalah : Node A B C D E F G H I J K L Status C C C H F =C+H Tabel 2.7 Tabel Hasil Perulangan Ketiga Perulangan Keempat : Node terbaik adalah node E. Masukkan E ke dalam close list. Ambil semua node anak dari node E. Node G belum ada di list sehingga masukkan node G ke dalam list. Node H belum ada di list sehingga masukkan node H ke dalam list. Hasilnya adalah :

44 54 Node A B C D E F G H I J K L Status C C C H F =C+H Tabel 2.8 Tabel Hasil Perulangan Keempat Perulangan Kelima : Node terbaik adalah node C. Masukkan node C ke dalam close list. Ambil semua anak dari node C yaitu node H. Node H sudah pernah ada di dalam close list. Sehingga harus dibandingkan manakah yang lebih baik, apakah node H yang melalui node C atau melalui node E. Ternyata hasil nya lebih baik yang melalui node C, sehingga ganti nilai nilai dari node H dengan nilai yang baru. Hasilnya adalah : Node A B C D E F G H I J K L Status C C C H F =C+H Tabel 2.9 Tabel Hasil Perulangan Kelima Perulangan Keenam : Node terbaik adalah node H. Masukkan node H ke dalam close list. Ambil semua anak dari node H yaitu node E, G, dan J. Node E ada di dalam closed list, sehingga check nilai f(n) yang baru apakah lebih baik dari f(n) yang lama. Ternyata nilai yang baru lebih besar, sehingga biarkan nilai node E. Node G ada di open list, bandingkan nilai f(n) yang baru dengan yang

45 55 lama, ternyata nilai yang lama lebih baik, sehingga biarkan nilai dalam node G. Node J tidak ada di dalam list, masukkan node J ke dalam open list. Hasilnya adalah : Node A B C D E F G H I J K L Status C C C H F =C+H Tabel 2.10 Tabel Data Hasil Perulangan Keenam Perulangan Ketujuh : Node terbaik adalah node G. Masukkan node G ke dalam close list. Ambil semua anak dari node G, yaitu node I dan F. Node I belum ada di list, masukkan node I ke dalam open list. Node F sudah ada di dalam open list, check dan bandingkan. Hasilnya adalah : Node A B C D E F G H I J K L Status C C C H F =C+H Tabel 2.11 Tabel Data Hasil Perulangan Ketujuh Perulangan Kedelapan : Node terbaik adalah node I. Masukkan node I ke dalam close list. Ambil semua node anak dari I. Node K belum ada di list, masukkan node K ke dalam open list. Node L belum ada di list, masukkan node L, ke dalam open list. Hasilnya adalah :

46 56 Node A B C D E F G H I J K L Status C C C H F =C+H Tabel 2.12 Tabel Data Hasil Perulangan Kedelapan Perulangan kesembilan : Node terbaik adalah node L, sedangkan L adalah node tujuan, sehingga lakukan back tracking sampai ke node semula dan laporkan bahwa hasil sudah ditemukan. Jalur yang ditempuh A Star adalah : Awal A B D F C E G H I J L Tujuan K Gambar 2.16 Gambar Rute Hasil Pencarian dengan A Star

47 Prosedur Algoritma A Star 1. Inisialisasi Masukkan node awal ke dalam open list. Set semua cost menjadi 0 (Nol). Hitung semua Heuristic dari masing masing node. 2. Hitung node tujuan ditemukan, ulangi : Jika tidak ada node pada open list, maka laporkan error. Jika tidak ada lagi node pada open list maka laporkan jalan tidak ketemu. Jika tidak lakukan hal di bawah ini - Ambil node terbaik dari open list. Node terbaik adalah node yang mempunyai jarak yang sudah dilalui (cost) ditambah dengan jarak perhitungan perkiraan dari node sekarang ke node tujuan (Heuristic) yang terkecil, sehingga jarak yang diperhitungkan adalah jarak node dari awal ke node tujuan melalui node sekarang. - Jika node terbaik ini adalah node tujuannya maka hentikan pencarian dan lakukan hal ini o Ulangi sampai node mencapai node awal. Letakkan ID node ini ke dalam stack. Mundur satu node dengan menggunakan pointer yang menuju node sebelumnya (back pointer). o Keluarkan dan tampilkan semua isi dari stack. Ini adalah hasil pencarian jalan terpendek. o Keluar dari modul pencarian. - Masukkan node ini ke dalam closed list.

48 58 - Pencarian semua node anak dari node tersebut. Untuk setiap node anak lakukan hal di bawah ini : o Jika node anak tersebut berada di list maka cek, apabila cost dari node yang sudah ada di list lebih baik., maka jangan lakukan apa apa. Tetapi jika cost cari node anak lebih baik, maka hapus node itu dari list dan masukkan node anak yang baru. o Jika tidak ada di dalam list maka masukkan node ini ke dalam open list. o Cost dari node anak adalah cost parent ditambah dengan jarak dari parent ke anaknya. o Heuristic di hitung dari node sekarang ke node akhir. Dipakai sebagai jarak perkiraan yang masih harus di tempuh sampai mencapai tujuannya. o Back pointer di set ke arah parent dari node ini. (menurut 1 Modul A* 2 Set cost dari node = 0 // inisialisasi awal node 3 Ambil nilai heuristic dari node // hitung nilai heuristic dari node 4 Nilai f dari node = cost dari node + nilai heuristic dari node 5 Set parent dari node = null 6 Masukkan node ke Open List 7 Kerjakan bila Open List tidak kosong // rutin utama pencarian 8 Node = ambil best node dari Open List

49 59 9 Jika node tersebut adalah titik tujuan maka 10 Buat path (ikuti pointer ke parent) //penyusunan rute 11 Kembalikan nilai benar bila pencarian sukses 12 Jika tidak 13 Panggil modul NodePushSuccessor (Open List, Close List, node) 14 Masukkan node dalam Closed List 15 Akhir dari kondisi 16 Akhir dari kondisi 17 Kembalikan nilai salah, karena pencarian gagal menemukan solusi 18 Akhir dari modul 19 Modul NodePushSuccessor(Open List, Closed List, parent node) 20 Untuk setiap arah yang memiliki kemungkinan untuk membuat successor 21 Cost dari node baru = biaya node + biaya dari parent-nya 22 Ambil nilai heuristic dari node baru 23 Nilai f node baru = cost dari node baru + nilai heuristic dari node baru 24 Jika node baru ditemukan di Closed List atau Open List maka periksa nilai f nya 25 Jika nilai f nya lebih kecil dibandingkan di Closed List atau Open List 26 Hapus node baru itu 27 Akhir dari kondisi 28 Akhir dari kondisi 29 Masukkan node baru ke Open List

50 60 30 Akhir dari perulangan 31 Akhir dari modul A Priori Analisis Algoritma A Star Dari modul algoritma A Star diatas, dapat dijelaskan bahwa : 1. Baris Program ke-7 membutuhkan 0(n) waktu. 2. Tiap menjalankan perulangan (loop) di atas memerlukan 0(n) waktu, bila modul NodePushSuccessor dikerjakan maka baris program ke-20 membutuhkan 0(n) waktu sehingga total waktu untuk perulangan ini adalah 0(n 2 ). Uraian diatas memperlihatkan bahwa fungsi waktu yang terbesar adalah 0(n 2 ) sehingga waktu yang dibutuhkan algoritma tersebut untuk memproses n titik dalam suatu graph adalah 0(n 2 ). Walaupun algoritma A Star dan Dijkstra memiliki perbedaan mendasar terutama dalam penerapan heuristic dimana algoritma A Star menggunakan heuristic sedangkan Dikjstra tidak, tetapi bila dilihat dari order of magnitude-nya, yang terbesar tetap 0(n 2 ). Hal itu menunjukkan bahwa algoritma A Star dan Dijkstra memiliki kelas yang setingkat Algoritma Dijkstra Algoritma Dijkstra ditemukan oleh Edger Wybe Dijkstra. Algoritma ini merupakan perkembangan dari Breadth First Search, perbedaan algoritma Dijkstra dengan algoritma lain terletak pada open list nya. Open list pada Dijkstra merupakan priority queue, dimana vertex dengan prioritas tertinggi akan diproses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Ada beberapa pengertian dari sistem informasi geografis, diantaranya yaitu: a) Purwadhi (1994) dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SATRIA DI JAKARTA PUSAT HENDRO ONGKOWIJOYO HENDRA LIBRA SAPUTRA ANDI SUSANTO

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SATRIA DI JAKARTA PUSAT HENDRO ONGKOWIJOYO HENDRA LIBRA SAPUTRA ANDI SUSANTO UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK JALUR TUGAS S ALES MAN PAD A PT MANTAN PUTRA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut O Brien (2003, p8) sistem adalah sekumpulan komponen yang berhubungan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi adalah suatu sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. Tujuan dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut McLeod (2004, P9), Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah pasangan himpunan (V, E), dan ditulis dengan notasi G = (V, E), V adalah himpunan tidak kosong dari verteks-verteks {v 1, v 2,, v n } yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Algoritma Breadth First Search Berikut ini adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan algoritma Breadth first search untuk pencarian jalur. Proses pencarian

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN ALGORITMA A* membangkitkan simpul dari sebuah simpul sebelumnya (yang sejauh ini terbaik di

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN ALGORITMA A* membangkitkan simpul dari sebuah simpul sebelumnya (yang sejauh ini terbaik di BAB III ALGORITMA GREEDY DAN ALGORITMA A* 3.1 Best First Search Sesuai dengan namanya, best-first search merupakan sebuah metode yang membangkitkan simpul dari sebuah simpul sebelumnya (yang sejauh ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (yang disebut

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (yang disebut BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (yang disebut subsistem) yang saling berkaitan dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menjadi acuan dalam penyusunan skripsi ini. Penelitian yang berjudul Using Geographical Information

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Data Pengertian data adalah : Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografi Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian yang berkaitan dengan sistem informasi geografi. 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Algoritma Menurut (Suarga, 2012 : 1) algoritma: 1. Teknik penyusunan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam bentuk kalimat dengan jumlah kata terbatas tetapi tersusun

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

Abstrak BAB I PENDAHULUAN Abstrak Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, khususnya dalam bidang komputer sangat membantu manusia dalam melakukan pekerjaan sehingga mendapatkan hasil

Lebih terperinci

ALGORITMA PENCARIAN (1)

ALGORITMA PENCARIAN (1) ALGORITMA PENCARIAN (1) Permasalahan, Ruang Keadaan, Pencarian Farah Zakiyah Rahmanti Diperbarui 2016 Overview Deskripsi Permasalahan dalam Kecerdasan Buatan Definisi Permasalahan Pencarian Breadth First

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Antrian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari contohnya dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Antrian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari contohnya dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Antrian (Queue) Antrian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari contohnya dalam sistem pembelian karcis kereta api atau bioskop, dimana orang yang datang pertama akan diberi

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model)

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model) BAB II PENGEMBANGAN SISTEM BASIS DATA Bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai arsitektur sistem basis data dan pengembangan sistem basis data. Sistem basis data tidak berdiri sendiri, tetapi selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. konsep dasar dan definisi-definisi yang berkaitan dengan perangkat lunak yang

BAB II LANDASAN TEORI. konsep dasar dan definisi-definisi yang berkaitan dengan perangkat lunak yang BAB II LANDASAN TEORI Pada landasan teori ini diuraikan sejumlah teori untuk membantu dan memecahkan permasalahan yang ada. Beberapa landasan teori tersebut meliputi konsep dasar dan definisi-definisi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN

PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN 1. Informasi Geografis Wayan Sedana Fenomena geografi merupakan identifikasi dari obyek studi bidang SIG, dan fenomena tersebut direpresentasikan secara

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi RINGKASAN SKRIPSI Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informatika dengan produk yang bernama Flexi. Telkom Flexi tersebut merupakan suatu operator yang menggunakan

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf Rahadian Dimas Prayudha - 13509009 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut (Ladjamudin, 2005), Sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori graf dikenal sejak abad ke-18 Masehi. Saat ini teori graf telah

BAB II LANDASAN TEORI. Teori graf dikenal sejak abad ke-18 Masehi. Saat ini teori graf telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Teori graf dikenal sejak abad ke-18 Masehi. Saat ini teori graf telah berkembang sangat pesat dan digunakan untuk menyelesaikan persoalanpersoalan pada berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graph 2.1.1 Definisi Graph Graf didefinisikan dengan G = (V, E), di mana V adalah himpunan tidak kosong dari vertex-vertex = {v1, v2, v3,...,vn} dan E adalah himpunan sisi

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Graf dalam Manajemen Sistem Basis Data Tersebar

Aplikasi Teori Graf dalam Manajemen Sistem Basis Data Tersebar Aplikasi Teori Graf dalam Manajemen Sistem Basis Data Tersebar Arifin Luthfi Putranto (13508050) Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung E-Mail: xenoposeidon@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III 3. LANDASAN TEORI. manajemen dan individu lain terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal

BAB III 3. LANDASAN TEORI. manajemen dan individu lain terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal BAB III 3. LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem informasi dapat dikatakan seperti suatu sistem yang terdapat pada suatu organisasi yang merupakan kumpulan dari individu, teknologi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 3.1.1 Sistem Menurut Sari Murdowati (1998; 1), definisi sistem merupakan sekumpulan komponen terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan jasa, mempromosikan produk dan jasa, mengambil bahan dari supplier dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan jasa, mempromosikan produk dan jasa, mengambil bahan dari supplier dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Padatnya jumlah penduduk dan tingkat kemacetan di kota-kota besar seringkali menimbulkan keresahan bagi sebagian besar warganya, terutama dalam bidang usaha dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jasa akan selalu melekat pada sumbernya atau pada penjualnya. Dengan

BAB III LANDASAN TEORI. Jasa akan selalu melekat pada sumbernya atau pada penjualnya. Dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Jasa Menurut Kotler (1997:83), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

Lebih terperinci

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Nama : Rendi Setiawan Nim : Nama : Rendi Setiawan Nim : 41813120188 Pemodelan Data Pemodelan Data dalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan sebuah model data dengan menerapkan model deskripsi formal data menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI PENELITIAN BAB II DASAR TEORI PENELITIAN 2.1 Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi tempat pembuangan sampah sementara (TPS) atau langsung dari sumber sampah menuju tempat

Lebih terperinci

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal. 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Informasi Dan Data Informasi di jaman modern seperti ini sangat dibutuhkan oleh setiap individu maupun suatu organisasi. Karena informasi dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Directed Acyclic Graph untuk Merepresentasikan Hubungan Antar Data dalam Basis Data

Pemanfaatan Directed Acyclic Graph untuk Merepresentasikan Hubungan Antar Data dalam Basis Data Pemanfaatan Directed Acyclic Graph untuk Merepresentasikan Hubungan Antar Data dalam Basis Data Winson Waisakurnia (13512071) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan. Penyelesaian Masalah dengan Pencarian... Pertemuan 02. Husni

Kecerdasan Buatan. Penyelesaian Masalah dengan Pencarian... Pertemuan 02. Husni Kecerdasan Buatan Pertemuan 02 Penyelesaian Masalah dengan Pencarian... Husni Lunix96@gmail.com http://komputasi.wordpress.com S1 Teknik Informatika, STMIK AMIKOM, 2013 Outline Konsep Pencarian Pencarian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan tertentu [14]. Sistem adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah pula fasilitas umum Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah pula fasilitas umum Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di wilayah Jakarta Barat menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan bahan bakar kendaraan bermotor. Berbagai tingkatan profesi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban (2003, p2), data ialah fakta yang belum diolah atau gambaran dari transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan dan diklasifikasikan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Aplikasi Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan; lamaran; penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah program siap pakai yang direka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabelan graf merupakan suatu topik dalam teori graf. Objek kajiannya berupa graf yang secara umum direpresentasikan oleh titik dan sisi serta himpunan bagian bilangan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENCARIAN DEPTH-FIRST SEARCH, BREADTH-FIRST SEARCH DAN BEST-FIRST SEARCH PADA PERMAINAN 8-PUZZLE

PERBANDINGAN METODE PENCARIAN DEPTH-FIRST SEARCH, BREADTH-FIRST SEARCH DAN BEST-FIRST SEARCH PADA PERMAINAN 8-PUZZLE e-journal Teknik Elektro dan Komputer (2014) ISSN: 2301-8402 1 PERBANDINGAN METODE PENCARIAN DEPTH-FIRST SEARCH, BREADTH-FIRST SEARCH DAN BEST-FIRST SEARCH PADA PERMAINAN 8-PUZZLE Oleh: Arie S. M. Lumenta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan untuk memberi suatu perbandingan referensi proyek yang telah dikerjakan, terdapat 4 contoh referensi dari penelitian terdahulu,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Sistem menurut Gordon B. Davis dalam bukunya menyatakan sistem bisa berupa abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan gagasan atau

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk

Lebih terperinci

MODEL DATA SPASIAL DALAM SIG

MODEL DATA SPASIAL DALAM SIG BAB VII MODEL DATA SPASIAL DALAM SIG 7.1 PENDAHULUAN Model dunia nyata dapat memudahkan manusia dalam studi area aplikasi yang dipilih dengan cara mereduksi sejumlah kompleksitas yang ada. Jika model dunia

Lebih terperinci

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Nama : Rendi Setiawan Nim : Nama : Rendi Setiawan Nim : 41813120188 Desain Test Case Definisi Test Case Test case merupakan suatu tes yang dilakukan berdasarkan pada suatu inisialisasi, masukan, kondisi ataupun hasil yang telah ditentukan

Lebih terperinci

Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Volume 2 Nomor 2, Oktober 207 e-issn : 24-20 p-issn : 24-044X Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Muhammad Khoiruddin Harahap Politeknik Ganesha Medan Jl.Veteran No. 4 Manunggal choir.harahap@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III. Landasan Teori

BAB III. Landasan Teori BAB III Landasan Teori 3.1. Aplikasi Aplikasi adalah software yang dibuat oleh suatu perusahaan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu, misalnya Microsoft Word, Microsoft Excel (Yazid, 2009:50).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan unsur atau komponen yang saling berinteraksi, terkait serta saling bergantung satu dengan yang lain. Kumpulan unsur tersebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN JALUR JALAN OPTIMUM KODYA YOGYAKARTA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN JALUR JALAN OPTIMUM KODYA YOGYAKARTA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN JALUR JALAN OPTIMUM KODYA YOGYAKARTA Taufiq Hidayat, Agus Qomaruddin Munir Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Herlambang (2005:116), terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan sistem, yaitu pendekatan secara prosedur dan komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan Penyelesaian Masalah dengan Pencarian

Kecerdasan Buatan Penyelesaian Masalah dengan Pencarian Kecerdasan Buatan Pertemuan 02 Penyelesaian Masalah dengan Pencarian Kelas 10-S1TI-03, 04, 05 Husni Lunix96@gmail.com http://komputasi.wordpress.com S1 Teknik Informatika, STMIK AMIKOM, 2012 Outline Pendahuluan

Lebih terperinci

Update 2012 DESAIN DAN ANALISIS ALGORITMA SEARCHING

Update 2012 DESAIN DAN ANALISIS ALGORITMA SEARCHING SEARCHING MENDEFINISIKAN MASALAH SEBAGAI SUATU RUANG KEADAAN Secara umum, untuk mendeskripsikan suatu permasalahan dengan baik harus: 1 Mendefinisikan suatu ruang keadaan. 2 Menerapkan satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. 13 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen Proyek Menurut PMBOK (Project Management Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso (2009:3) manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Teori Graph 2.1.1 Graph Tak Berarah dan Digraph Suatu Graph Tak Berarah (Undirected Graph) merupakan kumpulan dari titik yang disebut verteks dan segmen garis yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6].

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6]. 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Sistem Informasi Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. Informasi adalah data

Lebih terperinci

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( )

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( ) Dibuat Oleh : 1. Andrey (41813120186) FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 Definisi Test Case Test case merupakan suatu tes yang dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

2. Mahasiswa dapat membuat dan menggunakan array dan linked list dalam suatu kasus.

2. Mahasiswa dapat membuat dan menggunakan array dan linked list dalam suatu kasus. 1 ARRAY & LINKED LIST MODUL 1 Standar kompetensi: 1. Mahasiswa mengetahui perbedaan array dan linked list. 2. Mahasiswa dapat membuat dan menggunakan array dan linked list dalam suatu kasus. 3. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Graf G didefenisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graf Definisi Graf Suatu graf G terdiri atas himpunan yang tidak kosong dari elemen elemen yang disebut titik atau simpul (vertex), dan suatu daftar pasangan vertex

Lebih terperinci

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Marvin Jerremy Budiman / 13515076 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan hutan yang sangat luas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan hutan yang sangat luas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hutan yang sangat luas dan merupakan paru- paru dunia yang amat mencakup kehidupan banyak khalayak dengan luas mencapai 130 juta hektar.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graph 2.1.1 Definisi Graph Menurut Dasgupta dkk (2008), graph merupakan himpunan tak kosong titik-titik yang disebut vertex (juga disebut dengan node) dan himpunan garis-garis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004) Sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Algoritma Algoritma adalah teknik penyusunan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam bentuk kalimat dengan jumlah kata terbatas tetapi tersusun secara logis dan sitematis

Lebih terperinci

ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF

ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF Anthony Rahmat Sunaryo NIM: 3506009 Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung email : if6009@students.if.itb.ac.id Abstract -- Makalah ini membahas tentang analsis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan juga menjelaskan aplikasi yang digunakan pada kerja praktek ini. 1.1 Restoran Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Informasi Geografis Secara garis besar, sistem dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografi Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian yang berkaitan dengan sistem informasi geografi. 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut McLeod

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Sistem seperti yang ditulis dalam buku analisis dan disain sistem informasi Jogianto HM didefinisikan sebagai kumpulan dari elemenelemen yang berinteraksi untuk

Lebih terperinci

BAB III 3 LANDASAN TEORI

BAB III 3 LANDASAN TEORI BAB III 3 LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut Jogiyanto HM (2003), sistem Informasi merupakan suatu sistem yang tujuannya menghasilkan informasi sebagai suatu sistem, untuk dapat memahami sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Geographical Information System (GIS) Geographical Information System (GIS) yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Sistem Informasi Geografis (SIG) didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. secara prosedur dan pendekatan secara komponen, Herlambang dan Haryanto

BAB III LANDASAN TEORI. secara prosedur dan pendekatan secara komponen, Herlambang dan Haryanto BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 3.1.1 Sistem Definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen, Herlambang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI?

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Informasi data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk memperoleh informasi tentang potensi wilayah yang akurat, diperlukan suatu sistem informasi yang tepat dan terarah. Suatu sistem informasi dapat dikategorikan tepat dan terarah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut McLeod (2004, P9), Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut

Lebih terperinci

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA NAMA : ENDRO HASSRIE NIM : 41813120047 MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA Pemodelan data (ER Diagram) adalah proses yang digunakan untuk mendefinisikan dan menganalisis kebutuhan data yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografi (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu

Lebih terperinci

SEARCHING. Blind Search & Heuristic Search

SEARCHING. Blind Search & Heuristic Search SEARCHING Blind Search & Heuristic Search PENDAHULUAN Banyak cara yang digunakan untuk membangun sistem yang dapat menyelesaikan masalah-masalah di AI. Teknik penyelesaian masalah yang dapat dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai BAB III LANDASAN TEORI 1. 3.1 Rekrutmen Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai atau tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama, sehingga

Lebih terperinci