BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta"

Transkripsi

1 BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta Upaya melestarikan berbagai peninggalan sejarah dan kepurbakalaan sebagai kekayaan budaya dan kebanggaan nasional ditingkatkan antara lain melalui pengamanan dan perlindungan benda cagar budaya dari kemungkinan perusakan, pencurian, penyelundupan, dan perdagangan benda tersebut, serta penyuluhan mengenai pentingnya nilai peninggalan sejarah dan purbakala untuk meningkatkan kesadaran dan rasa memiliki dari masyarakat. Untuk itu, kerja sama antar lembaga pemerintah dan masyarakat di dalam maupun di luar negeri terus dikembangkan. (Agus Aris Munandar : 2011) Tugas dan peranan museum dikembangkan, tidak hanya menjadi tempat menyimpan benda peninggalan sejarah dan purbakala, tetapi juga sebagai tempat penelitian serta pendidikan budaya dan jati diri bangsa terutama bagi generasi muda. Upaya pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia masih belum dapat berjalan dengan baik. Dalam pengembangannya, pengelola Museum Nasional Jakarta memiliki berbagai kendala atau hambatan. Berikut merupakan berbagai kendala-kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pengembangan, antara lain: 44

2 45 1. Masyarakat Kendala ini terjadi karena masyarakat pada umumnya masih berfikir bahwa museum adalah tempat yang membosankan. Masyarakat lebih memilih mall atau tempat rekreasi lainnya yang lebih menyenangkan. Kurangnya minat masyarakat dalam pengembangan Museum, membuat museum masih harus memperbaiki diri, agar minat masyarakat datang ke museum meningkat. Masyarakat sekarang lebih banyak mengarah kepada gaya hidup modern atau bersifat material, sehingga lama kelamaan dapat melupakan sejarah budaya bangsa. (Wawancara dengan Daromi selaku Tour Guide 1 Juni 2016) 2. SDM Permuseuman Manajemen pengelolaan museum yang belum optimal,yakni: SDM Museum Indonesia masih belum memadai karena masih terbatasnya ketersediaan ahli di bidang terkait yang seringkali sangat spesifik. Baik untuk bidang yang sangat teknis seperti konservasi; bidang kreatif seperti desain tata pamer, edukasi, storytelling; bidang administratif dan manajemen. Ketersediaan lembaga pengajaran Museologi di Indonesia kini pun masih melingkup pengelolaan museum secara umum. Kendala ini masih membutuhkan Sumber Daya Manusia yang ahli baik secara kuantitas dan kualitas. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi I Juni 2016) 3. Fisik Bangunan Kurangnya ruangan untuk menyimpan benda koleksi di Museum Nasional membuat beberapa benda koleksi belum dapat dipamerkan.

3 46 Gedung A dan gedung B Museum Nasional masih tidak cukup menampung banyaknya koleksi yang ada, sehingga memerlukan perawatan khusus dalam pemnempatannya. Selain itu untuk bangunan baru pada umumnya menghadapi masalah prosedur pengadaan tanah dan kesulitan mendapatkan arsitek di bidang permuseuman pada waktu pembangunannya. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi I Juni 2016) 4. Promosi Kurangnya promosi pada daerah-daerah di luar kota Jakarta untuk mengenalkan Museum Nasional Jakarta kepada masyarakat luas yang ada di Indonesia. Karena masih banyak masyrakat Indonesia yang masih belum mengetahui Musuem Nasional, walaupun museum sudah berskala Nasional. Pihak pengelola sudah melakukan berbagai aktivitas yang mampu mendukung peningkatan kunjungan wisatawan, namu belum optimal. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi I Juni 2016) 5. Peraturan Daerah Perda Pembatasan lalu lintas sepeda motor ini dilakukan dengan cara melarang sepeda motor untuk melalui lajur atau jalur pada jalan tertentu Pasal 71 PP 32/2011 dan Pasal 78 ayat (2) huruf h Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi ( Perda 5/2014 ) yang berlaku saat ini kurang menguntungkan bagi Museum Nasional, dikarenakan motor telah dilarang melintas di jalan Medan Merdeka Barat hingga Bundaran HI

4 47 sejak Desember Atas larangan tersebut berimbas pada jumlah pengunjung Museum Nasional saat ini. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi I Juni 2016) 6. Sumber Dana Sumber pendanaan adalah salah satu yang dapat menyebabkan munculnya masalah sarana, prasarana, dan tidak lancarnya kegiatan fungsionalisasi museum. Bila museum-museum pemerintah hanya mengandalkan dana dari pemerintah maka kebutuhan dana museum tidak akan terpenuhi. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi I Juni 2016) Dalam kendala yang dihadapi Museum Nasional Jakarta, membuat museum selalu melakukan inovasi terbaru, agar persepsi masyarakat tentang museum dapat berubah. Program-program kebudayaan yang selalu diselenggarakan di Museum Nasional Jakarta menjadi salah satu penunjang kedatangan wistawan lokal maupun asing ke museum.

5 48 B. Strategi Pengembangan Museum Nasional Jakarta Museum merupakan sarana dalam pengembangan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan juga dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peran strategis terhadap penguatan identitas masyarakat. Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai media edukasi untuk memberikan gambaran tentang perkembangan alam dan budaya manusia kepada publik. Dalam pengembangannya, Museum Nasional memiliki beberapa strategi khusus untuk mengupayakan peningkatan kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Berikut ini beberapa strategi yang sudah dilakukan Museum Nasional Jakarta, antara lain : 1) Pengelolaan Sumber Daya Manusia Manusia sebagai subjek pendukung sekaligus pencipta dan tujuan pemeliharaan kebebasan untuk berkreativitas. Manusia yang berbudaya adalah tidak reifikasi, artinya, manusia dalam permuseuman seharusnya tidak mengukur segala sesuatu berdasarkan material semata atau kuantitas saja, tetapi harus mampu dipersiapkan secara kualitas dan berorientasi pada tujuan dan masa depan.

6 45 1 Tidak manipulasi artinya persepsi yang dibangun bukan sekedar peran media mengkontruksikan peranan museum, tetapi timbulnya kesadaran yang mendalam pentingnya keberadaan museum. Tidak fragmentasi berlebihan artinya tidak terjadi kesombongan jika individu mempunyai posisi jabatan, kedudukan, kekuasaan dalam menyelenggarakan dan mengelola museum, tetapi perlu diwujudkan rasa pentingnya belajar terus menerus dalam mengembangkan museum. Tidak individualisasi artinya tidak egois dalam membangun dan mengembangkan museum dan tidak serakah atau bertindak dalam pengelolaan museum. ( diakses 21 Mei pukul 18.00) Aspek Manajemen dari Sumber Daya Manusia Museum Nasional, sebagai salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memegang peran penting sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa. Museum Nasional tidak hanya mengembangkan diri dalam pembangunan fisik semata, tetapi juga melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya. Manajemen sumber daya manusia meliputi upaya peningkatan sumber daya manusia yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala di

7 46 antaranya Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Tingkat Dasar, Menengah, dan Lanjut. Pengembangan SDM museum melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan adalah cara yang diberikan pengelola museum agar SDM museum mampu melaksanakan tugasnya secara optimal. Museum Nasional Jakarta memiliki pegawai, diantaranya Pegawai Negeri Sipil maupun pegawai honorer. Berikut ini merupakan tabel jumlah pegawai yang ada di Musuem Nasional Jakarta : Pegawai PNS Honorer Pria Wanita Jumlah Tabel 1 Jumlah Pegawai di Museum Nasional Jakarta (Sumber: Dokumen Museum Nasional 2016) Dengan semakin kuatnya SDM museum maka akan semakin tercipta program-program yang menarik bagi masyarakat, pembangunan fisik museum dan juga dukungan kebijakan pemerintah. Setiap museum harus memiliki tenaga ahli khusus untuk membantu pengembangan museum itu sendiri. 2) Pengembangan Program Kerja Aspek Program Museum Nasional bertujuan untuk mengembangkan program yang inovatif dan kreatif. Untuk meningkatkan apresiasi

8 47 masyarakat, museum melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang peran Museum Nasional sebagai pusat studi kebudayaan dan tempat wisata edukatif. Museum Nasional juga memiliki program khusus dalam upaya menarik minat wisatawan berkunjung ke museum, beberapa program yang dimaksud antara lain : a) Pameran Tetap Pihak museum memilih bagaimana mereka akan menyajikan pameran tetapnya, setelah mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pengunjung. Walaupun bertindak sebagai fasilitator, pihak museum menggunakan cara didaktik dalam penyajian pamerannya. Metode didaktik ini menampilkan sajian yang tertata secara sistematis dan terstruktur. Penataan ruang pameran diperhatikan oleh pihak museum dalam metode penyajian pameran yaitu dengan alur cerita yang disajikan jelas, sehingga pengunjung tahu arah pergerakan mereka setelah melihat satu sajian menuju sajian berikutnya, walaupun tanpa arahan dari pemandu. Koleksi yang ditampilkan juga benarbenar mewakili periode tertentu dari sejarah dimasa lalu. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) b) Museum Keliling Museum Keliling menjadi media untuk memperkenalkan Museum Nasional sejak tahun 2014, museum terbesar di Indonesia yang telah berusia 238 tahun. Tujuan diselenggarakannya Museum

9 48 Keliling memang untuk menambah pengetahuan siswa mengenai Museum Nasional serta menambah minat siswa agar memanfaatkan museum dan mempelajari koleksi-koleksinya sebagai salah satu sumber ilmu. Museum Keliling juga membantu program pemerintah dalam upaya mendorong generasi muda untuk mencintai dan menghargai nilai-nilai luhur warisan budaya bangsa, sekaligus memperat dan mempersatukan bangsa. Museum Nasional Jakarta melakukan kunjungan Museum Keliling disekolah-sekolah yang ada didaerah Jakarta dan sekitarnya. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) c) Museum Goes to Mall / Museum Goes to Campus Museum Nasional Jakarta melakukan berbagai cara untuk memperkenalkan museum kepada masyarakat luas, contohnya dengan cara museum goes to mall dan museum goes to campus. Museum akan mengadakan acara ini setiap tahun pada bulan Oktober di Mall Bintaro. Untuk mueseum goes to campus, museum pernah bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan (UPH).. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) d) Pelatihan Kesenian Gamelan & Tari Salah satu cara yang paling efektif bagi museum untuk menyediakan layanan edukasi adalah dengan mengorganisir

10 49 acara-acara kebudayaan. Acara-acara ini dapat mengambil satu tema khusus, dengan berbagai aktivitas didalamnya. Pelatihan kesenian bermain gamelan dan tari ini diharapkan mampu menarik perhatian warga Indonesia dan mancanegara untuk mempelajari dan mengenal lebih jauh tentang salah satu alat musik tradisional Indonesia ini dan tari tradisional Indonesia. Untuk pelatihan tari tradisional ini Museum Nasional Jakarta bekerjasama dengan Belantara Budaya. Sedangkan untuk kesenian gamelan Museum Nasional Jakarta bekerjasama dengan siswa-siswi SMP Makna Bakti yang sudah terampil memainkan gamelan. Rangkaian kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari sabtu dan minggu. Begitu pula dengan pelatihan kesenian tari tradisional yang diselenggarakan Museum Nasional di depan Ruang Pameran Temporer Gedung B, Museum Nasional. Program ini akan diadakan setiap Sabtu pukul di Museum Nasional. Museum Nasional menyelenggarakan workshop gamelan dan tari tradisional tanpa dikenakan biaya. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) e) Workshop, Seminar dan Kajian Pengelolaan Permuseuman Seperti halnya program kunjungan sekolah, kegiatan seperti workshop dan diskusi ini merupakan program yang dilaukan di dalam museum. Sebelum museum mengadakan kegiatan seperti

11 50 workshop atau diskusi, harus ditentukan terlebih tema dan sasaran atau target yang ingin dicapai, apakah untuk pengunjung umum, anak sekolah, atau untuk para guru misalnya. Target ini dapat disesuaikan dengan tema yang akan diambil oleh museum. Workshop dan Pameran Mainan Tradisional ini merupakan salah satu yang diadakan Museum Nasional Jakarta. Workshop pembuatan beberapa jenis permainan yang bermanfaat bagi anakanak dan remaja sebagai tambahan pengetahuan. Tujuannya anakanak dapat berpikir terbuka untuk menciptakan maupun memodifikasi pembelajaran yang lebih kreatif. Untuk pameran, pengunjung akan disuguhkan dan bisa merasakan langsung permainan-permainan tradisional seperti congklak, dakon, bekelan, cublak-cublak suweng, enggrang, dan sudamanda. Workshop Membatik juga menjadi salah satu yang dilakukan Museum Nasional Jakarta dalam melakukan strategi pengembangan. Kegiatan ini berlokasi di lantai 1 gedung baru Museum Nasional. Di sini akan diajari bagaimana proses membatik dan mengkreasikan batik dengan peralatan yang sudah desediakan oleh Museum Nasional. Kegiatan ini dilakukan setiap sabtu, pukul dan disediakan secara gratis oleh Museum Nasional. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016)

12 51 f) Bekerjasama dengan Organisasi Museum Nasional juga bekerjasama dengan Indonesian Heritage Society (IHS), sebuah organisasi sosial yang menawarkan kepada anggotanya kesempatan untuk mendalami lebih jauh mengenai kekayaan warisan budaya di Indonesia. IHS telah mendukung Museum Nasional dalam mempromosikan pengetahuan, penghargaan dan pemahaman tentang budaya warisan budaya Indonesia. IHS membantu Museum Nasional terutama dalam hal pemanduan (guidance) dalam bahasa non Inggris, dengan jadwal sebagai berikut : English tours : Pukul 10:30 WIB setiap hari Selasa, Pukul 10:30 WIB dan Pukul 13:30 WIB setiap hari Kamis, setiap hari Sabtu kedua dan Sabtu terakhir setiap bulan. French tours : Pukul 9:30 WIB setiap hari Rabu ketiga setiap bulan. Korean tours : Pukul 9:30 WIB setiap hari Selasa pertama dan Sabtu ketiga setiap bulan. Japanese tours : Pukul 9:30 WIB setiap hari Selasa dan Sabtu pertama setiap bulan. Tour dalam bahasa-bahasa lain disediakan atas permintaan. ( diakses 27 Mei pukul 19.00) Selain itu Museum Nasional Jakarta juga bekerjasama dengan berbagai perusahaan, maupun instansi pendidikan yang bersifat resmi menggunakan surat perjanjian kerjasama, antara pihak museum dan pihak yang ingin

13 52 menyelenggarakan acara di Museum Nasional Jakarta. Contohnya seperti pelaksanaan kegiatan Fun Youth Collaboration yang diselenggarakan mahasiswa UI pada 21 Maret Museum Nasional Jakarta juga bekerjasama dengan perusaahan dalam fotografi yang menggunakan koleksu museum sebagai objek foto, sehingga diperlukan surat perjanjian kerjasama antara kedua pihak. (Sumber: Dokumen Museum Nasional Jakarta) 3) Pembangunan Sarana dan Prasarana Aspek Fisik yaitu bangunan gedung Museum Nasional menjadi bagian yang dilakukan Museum Nasional dalam melakukan pengembangan. Terbukti dengan adanya gedung A yang tidak cukup menampung koleksi pameran, sehingga perlu diadakannya penambahan gedung B yang dibangun sejak 1997 hingga Gedung dan ruang ini berkaitan langsung dalam pengembangan ruang pamer dan rehabilitasi fisik bangunan. Selama lebih dari dua abad gedung Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenscappen digunakan sebagai museum. Gambar 14 Gedung A Museum Nasional Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

14 53 Musuem Nasional mengembangkan diri dengan bantuan dana pemerintah. Uang itu digunakan untuk beragam keperluan, termasuk perluasan wilayah dan pembangunan Gedung B yang mulai dibangun sejak tahun 1996 dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Juni Ini diperlukan karena gedung lama yaitu Gedung A butuh renovasi akibat lapuk terkikis masa. Gedung B atau gedung Arca, selain diperuntukan sebagai ruang pameran, juga digunakan untuk kantor, ruang konferensi dan perpustakaan. Gedung B ini pun dilengkapi informasi dan diorama untuk memudahkan pengunjung mengenal benda sejarah lebih banyak. Penataan di Gedung B ini pun cukup lega dan layak bagi artefak yang telah berusia berabad-abad. Eskalator dan elevator memudahkan pengunjung untuk berpindah melihat koleksi pameran pada empat lantai di Gedung B dengan mudah. Gambar 15 Koleksi di Gedung B Museum Nasional Jakarta (Sumber : Dokumentasi Pribadi 2016) Pembangunan fondasi untuk gedung baru di kompleks Museum Nasional Jakarta sudah dimulai sejak tahun Pada tahun

15 pembangunan gedung tersebut akan dilanjutkan kembali, gedung tersebut dinamakan Gedung C, dan akan terdiri dari tujuh lantai. Gedung C akan selesai pada Penataan interior direncanakan dimulai pada tahun Museum Nasional juga akan merevitalisasi Gedung A dan B yang dijadwalkan selesai pada Selain pembangunan gedung C dan revitalisasi gedung A dan B, Museum Nasional juga akan menambah ruangan teater, toko suvenir dan juga kafe dan tempat makan untuk para pengunjung. Gambar 16 Pembangunan Gedung C Museum Nasional (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Museum Nasional merencanakan akan membangun gedung penyimpanan benda-benda bersejarah milik Museum Nasional di Taman Mini. Tanah seluas satu hektare yang ada disana akan dijadikan gedung penyimpanan. Dan juga akan membeli meter persegi untuk membangun pusat pelatihan Museum Nasional. ( diakses 20 Juli pukul 20.00)

16 55 Museum Nasional Jakarta juga memiliki fasilitas tambahan guna menunjang kebutuhan wisatawan yang datang berkunjung. Fasilitas yang dimiliki Museum Nasional Jakarta, antara lain : a) Perpustakaan Museum Nasional memiliki koleksi sekitar buku terdiri dari jurnal, buletin, ensiklopedia dan buku-buku tentang kebudayaan indonesia dan Kebudayaan Negara-negara di dunia, sebagian koleksi merupakan koleksi dari Batavias Geenotscape Van Kunsten en Wetwnscapen (1877). b) Kids Corner Kids Corner merupakan fasilitas khusus untuk anak-anak yang berkunjung ke Museum Nasional, di area ini anak-anak dapat mengolah daya kreativitasnya melalui media-media yang telah tersedia diantaranya : angkung, mainan tradisional, puzzle, menggambar, melukis, membatik, memakai baju adat nusantara dan kegiatan lainnya. c) Auditorium Auditorium berada di gedung Arca tepatnya di basemen 1, dengan luas 552 m² mampu menampung hingga 300 orang. Digunakan untuk berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, workshop dan kegiatan lainnya.

17 56 d) Ruang Pameran Temporer Museum Nasional mempunyai dua Ruang Pameran Temporer berada di Gedung Arca di lantai 1 dan di Gedung Gajah. e) Toko Cinderamata & Makanan/Minuman Museum Nasional menyediakan toko cinderamata berupa buku, kartupos, kain dan lain-lain sebagai kenang-kenangan sehabis kunjungan ke ruang-ruang pameran, juga makanan kecil dan minuman pelepas dahaga. Toko-toko tersebut dibuka selama hari dan jam kunjungan museum. f) Parkir Kendaraan Museum Nasional menyediakan tempat parkir kendaraan di basement 1 dan 2 di gedung baru (Gedung Arca) yang dapat menampung sekitar 200 kendaraan kecil/sedang, kecuali bus. Untuk bis wisata dapat di parkir di halaman gedung lama, maksimal 5 bus. Di halaman belakang Museum sementara dapat juga digunakan dan dapat menampung sekitar 10 bus wisata. g) Musholla Museum Nasional menyedikan tempat ibadah bagi wisatawan yang akan hendak melakukan ibadah, letaknya berada dibasement 1.

18 57 C. Data Kunjungan Wisatawan Strategi pegembangan yang dilakukan Museum Nasional Jakarta berdampak positif bagi kunjungan wisatawan yang datang ke museum. Berikut ini merupakan tabel kunjungan wisatawan yang ada dari tahun 2013 sampai dengan 2016 yang menunjukan peningkatan. DATA PENGUNJUNG MUSEUM NASIONAL INDONESIA TAHUN 2013 NO. PENGUNJUNG BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES JUMLAH ANAK-ANAK 1 Umum TK/ SD SLTP DEWASA 4 SLTA Mahasiswa Organisasi Wis. Mancanegara Wis. Nusantara KHUSUS 9 Tamu Negara Pameran *) Karya Tulis Penelitian Praktek kerja/ojt Ceramah ilmiah/ Seminar Lain-lain JUMLAH Triwulan I Catatan : Jakarta, Desember 2013 *) tidak dimasukkan dalam total tahunan Kabid. Kemitraan dan Promosi Tabel 2 Data Pengunjung Museum Nasional Jakarta tahun 2013 (Sumber: Dokumen Museum Nasional 2013) Pada tahun 2013 jumlah kunjungan yaitu terdapat wisatawan yang datang ke Museum Nasional Jakarta. Namun pada setiap bulannya masih mengalami penaikan kunjungan wisatawan dan juga penurunan kunjungan wisatawan.

19 58 DATA PENGUNJUNG MUSEUM NASIONAL INDONESIA TAHUN 2014 NO. PENGUNJUNG BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES JUMLAH ANAK-ANAK 1 Umum TK/ SD SMP SMA DEWASA 5 Mahasiswa Organisasi Wis. Mancanegara Wis. Nusantara KHUSUS 9 Tamu Negara/Khusus Pameran/Museum Keliling* Akhir Pekan di Museum *) Karya Tulis/Penelitian Praktek kerja/ojt Ceramah ilmiah/ Seminar Media/Lembaga Lain-lain JUMLAH Catatan : Jakarta, Januari 2015 *) tidak dimasukkan dalam total tahunan Kabid. Kemitraan dan Promosi Tabel 3 Data Pengunjung Museum Nasional Jakarta tahun 2014 (Sumber: Dokumen Museum Nasional 2014) Pada tahun 2014 jumlah kunjungan di Museum Nasional Jakarta mengalami peningkatan yaitu wisatawan. Dapat dilihat dari data tabel kunjungan wisatawan tahun 2014, kunjungan yang paling banyak ada pada wisatawan nusantara dan pada kunjungan anak-anak sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA. Kunjungan wisatawan pada tahun 2015 juga mengalami kenaikan kunjungan wisatawan. Dari bulan Januari hingga Mei 2015 mengalami kenaikan, namun sekitar bulan Juni 2015 hingga Sepetember 2015 mengalami penurunan, dan pada bulan Oktober 2015 hingga Desember 2015 mengalami kenaikan kunjungan wisatawan.

20 59 DATA PENGUNJUNG MUSEUM NASIONAL INDONESIA TAHUN 2015 NO. PENGUNJUNG BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES JUMLAH ANAK-ANAK 1 Umum T K/PAUD SD SMP SMA DEWASA 6 Mahasiswa Organisasi - 8 Wis. Mancanegara Wis. Nusantara KHUSUS 10 Tamu Negara Pameran/Museum Keliling*) - 12 Akhir Pekan di Meseum *) Karya Tulis/Penelitian Praktek kerja/ojt Ceramah ilmiah/seminar Media/Lembaga Lain-lain JUMLAH Catatan : *) tidak dimasukkan dalam total tahunan Jakarta, Desember 2015 Kabid. Kemitraan dan Promosi Tabel 4 Data Pengunjung Museum Nasional Jakarta tahun 2015 (Sumber: Dokumen Museum Nasional 2015) Dilihat dari tabel data kunjungan wisatawan periode 2015 sampai dengan 2016, setiap bulannya Museum Nasional Jakarta terus mengalami peningkatan. Hal tersebut memungkinkan Museum Nasional Jakarta untuk terus berkembang dengan berbagai tantangan didalamnya. Dengan mengupayakan melakukan berbagai macam aktivitas yang mengundang banyak wisatawan lokal maupun asing datang ke museum. Pada tahun 2016 ini kunjungan wisatawan meningkat pada bulan Maret Pengunjung Museum Nasional Jakarta terdiri dari kunjungan belajar siswa, instansi, organisasi, penelitian, kunjungan kenegaraan, masyarakat umum dan komunitas serta wisatawan mancanegara. Pengunjung Museum Nasional Jakarta

21 60 setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2013 Museum Nasional Jakarta dikunjungi sebanyak pengunjung, tahun 2014 sebanyak sedangkan tahun 2015 pengunjung telah mencapai terdiri dari wisatawan lokal dan mancanegara. DATA PENGUNJUNG MUSEUM NASIONAL INDONESIA TAHUN 2016 NO. PENGUNJUNG BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES JUMLAH ANAK-ANAK 1 Umum T K/PAUD SD SMP SMA DEWASA 6 Mahasiswa Organisasi - 8 Wis. Mancanegara Wis. Nusantara KHUSUS 10 Tamu Negara Pameran/Museum Keliling*) - 12 Akhir Pekan di Meseum *) - 13 Karya Tulis/Penelitian Praktek kerja/ojt Ceramah ilmiah/seminar Media/Lembaga Lain-lain JUMLAH Catatan : *) tidak dimasukkan dalam total tahunan (Tabel 5 Data Pengunjung Museum Nasional tahun 2016 (Sumber: Dokumen Museum Nasional Jakarta 2016) Jakarta, Maret 2015 Kabid. Kemitraan dan Promosi Museum Nasional menargetkan satu juta pengunjung untuk tahun 2017 mendatang. Apabila masih ada kendala atau hambatan yang belum terpenuhi bagaimana bisa museum bersaing dengan tempat wisata yang lebih diminati masyarakat. Dalam setahun pengunjung Museum Nasional hanya mencapai angka orang. Masih kalah jauh dengan jumlah pengunjung mal yang mencapai angka tiap akhir pekan. ( diakses 9 Juli pukul 15.00)

22 61 D. Pemecahan Masalah Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta Dalam perkembangannya, Museum Nasional Jakarta mengalami beberapa hambatan atau kendala. Untuk mengatasi hambatan tersebut perlu pemecahan masalah atau solusi. Solusi untuk menjawab semua hambatan agar tidak menganggu aktivitas dalam pekembangan Museum Nasional Jakarta agar dapat menarik wisatawan lebih banyak untuk berkunjung ke museum. Solusi tersebut antara lain : 1. Masyarakat Kendala tersebut dapat diselesaikan dengan kegiatan yang inovatif dan kreatif, agar masyarakat mengapresiasi museum. Di samping itu perlu dilakukan kajian pengunjung seperti kotak kritik dan saran pengunjung untuk mengetahui ekspektasi masyarakat terhadap museum. Sasaran pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia menargetkan peningkatan fungsi dan peran seluruh komponen yang mendukung tugas-tugas museum sebagai lembaga tempat studi, pendidikan, dan rekreasi. Masyarakat sendiri semakin lama sudah dapat menilai bahwa museum merupakan suatu lembaga yang bertujuan melestarikan benda-benda bersejarah yang ada. Lewat museum masyarakat dapat belajar serta berekreasi. Terutama untuk kegiatan yang sering diadakan museum dapat menambah kunjungan wisatawan yang datang untuk berpartisipasi mengikuti kegiatan yang ada dimuseum. (Wawancara dengan Maltha selaku wisatawan 1 Juni 2016)

23 62 2. SDM Permuseuman Manajemen yang belum optimal, dapat diatasi melalui pelatihan dibidang permuseuman baik melalui pelatihan dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan cara memberikan para siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi melakukan praktek kerja dimuseum, agar dapat belajar tentang museum serta koleksinya yang ada di Museum Nasional Jakarta, serta memberikan beasiswa pendidikan untuk Spesialis Keahlian Museum kepada anak-anak Indonesia yang ingin melestarikan budaya Indonesia lewat Museum. Kerjasama antara lembaga pendidikan yang ada khususnya dibidang ahli permuseuman sangat perlu dioptimalkan untuk kelanjutan pengembangan museum dimasa depan. Dengan begitu semakin banyak Sumber Daya Manusia yang berkualitas dapat bekerja dimuseum. 3. Fisik Bangunan Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan tindakan perawatan khusus untuk bangunan museum tersebut, disamping itu dilakukan perluasan dalam rangka pengembangan museum. Untuk gedung museum yang baru dan akan didirikan perlu diadakan pendekatan dengan berbagai pihak untuk memperoleh kemudahan memperoleh areal tanah yang memenuhi persyaratan museum. Melihat kekuatan dari Museum Nasional, yaitu, berskala nasional, berada di pusat kota (Jakarta), memiliki koleksi sekitar

24 benda, memiliki berbagai kegiatan kebudayaan untuk memajukan masyarakat, maka kekurangan ruangan untuk menyimpan benda koleksi dapat diatasi melalui pembangunan gedung dengan usulan kepada pemerintah pusat melalui APBN. Pada saat ini sedang Museum Nasional Jakarta sedang berproses membangun gedung C untuk menambah penempatan koleksi pameran. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi 1 Juni 2016) 4. Promosi Menumbuhkan kembali minat wisatawan untuk belajar mengenal peninggalan peninggalan sejarah ilmu pengetahuan dan budaya, salah satunya dengan mengunjungi Museum Nasional Jakarta. Melalui pendekatan promosi ke daerah-daerah seluruh Indonesia maupun ke setiap sekolah atau instansi pemerintah. Dengan melakukan kegiatan museum keliling, kegiatan yang bersifat kebudayaan seperti berlatih gamelan maupun tari tradisional dapat menambah minat wisatawan untuk belajar dan berkunjung ke museum. Sehingga masyarakat dapat berfikir museum tidak hanya sebagai tempat penyimpanan benda kuno, namun sebagai sarana edukasi dan rekreasi yang dapat menambah pengetahuan. (Wawancara dengan Oting Rudy selaku Kepala Seksi Promosi 1 Juni 2016) 5. Peraturan Daerah Bekerjasama dengan pemerintah, khususnya untuk perda yang melarang kendaraan bermotor lewat di depan Jl. Merdeka Barat, Pasal 71 PP 32/2011 dan Pasal 78 ayat (2) huruf h Peraturan Daerah Provinsi

25 64 Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi ( Perda 5/2014 ) yang sangat merugikan museum, karena sebagian wisatawan yang berkunjung merupakan pelajar yang menggunakan sepeda motor. Perda harus mampu mendukung setiap aspek, baik secara ekonomi sosial maupun budaya tidak terkecuali mendukung pariwisata nasional. Pengelola museum juga dapat berpartisipasi memberikan petujuk arahan kepada wisatawan agar dapat mengetahui letak lokasi parkir yang ada. (Wawancara dengan Okta selaku wisatawan) 6. Sumber Dana Upaya untuk mengatasi kendala ini adalah setiap museum dapat memasarkan dirinya untuk mencari sponsor dan donatur. Dengan bekerjasama pada organisasi swasta yang melibatkan museum sebagai medianya. Oleh karenanya museum-museum di Indonesia harus berusaha mencapai terobosan-terobosan yang kreatif. Perubahan paradigma dan perkembangan peran edukasi membuat museum menyadari pentingnya untuk memberi perhatian terhadap apa yang menjadi kebutuhan pengunjung museum saat ini, dan masyarakat yang berpotensi menjadi pengunjung museum mereka. Oleh karena itu museum kemudian memasukkan metode dan strategi pemasaran ke dalam pengelolaan museumnya. Strategi pemasaran museum saat ini dianggap dapat menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh museum berkaitan dengan upaya membuka akses kepada masyarakat luas untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di museum, sekaligus memenuhi kebutuhan pengunjung.

26 65 Dalam pemasaran museum, ada tiga langkah yang mempengaruhi pembuatan strategi pemasaran, yaitu segmentasi (segmentation), penentuan pasar sasaran (targeting) dan posisi produk dalam benak konsumen (positioning). Namun, karena museum merupakan lembaga yang menawarkan layanan jasa kepada masyarakat, maka pendekatan dan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh museum adalah pemasaran jasa (marketing service). Layanan jasa museum memiliki karakteristik tersendiri, yang menjadi ukuran sebuah pelayanan di museum. Karakteristik ini akan diintegrasikan ke dalam teori pemasaran museum, yaitu konsep bauran pemasaran (marketing mix) untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi sebuah museum. ( diakses 16 Juli pukul 18.00) Tantangan yang dihadapi untuk membuat museum yang hidup, apalagi masyarakat dengan lingkungannya memang tidaklah mudah, tetapi tetap harus dilakukan usaha yang maksimal. Penghayatan tentang dasar serta tujuan penyelenggaraan dan pengelolaan museum tentu harus diperhatikan dan dipahami secara komprehensif dengan implementasi sikap yang diorientasikan pada kepentingan public, pemahaman dan karakteristik sosial budaya daerah, dan terus up to date dengan seluruh hal yang aktual bagi masyarakat dan lingkungannya serta kajian yang serius dan terus menerus terhadap museum. Hal ini tentu berkait dengan pokok permuseuman, di mana pengelola dan penyelenggaran museum tak lepas dengan museum itu sendiri, museum terkait dengan koleksi, dan koleksi dinikmati oleh publik. Dengan demikian, yang tidak boleh dilupakan dan perlu segera diwujudkan adalah membentuk leadership dalam permuseuman. (Moh. Amir Sutaarga : 1997/1998)

BAB 3 PENELITIAN. Museum Nasional terdiri dari: b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi

BAB 3 PENELITIAN. Museum Nasional terdiri dari: b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi BAB 3 PENELITIAN 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Deskripsi Sub departemen Museum Nasional terdiri dari: a. Bagian Tata usaha b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi c. Bidang Pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Kebijakan Direktorat Museum Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap peran

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kini semakin berkembang, dilihat dari Indonesia yang memiliki banyak potensi dan kekayaan alam dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 18165 / Kep tertanggal 23 Juli didirikan

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PEMERINTAH KOTA CIREBON KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Peraturan Walikota Cirebon Nomor: 16

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI

BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI 3.1 Promosi Dinas Perpustakaan Kota Binjai Promosi perpustakaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat kota Binjai pentingnya peran perpustakaan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 14.572 pulau baik pulau besar ataupun pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang tentunya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Desa Ledok Sambi merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman, atraksi utama yang ada di desa ini adalah kegiatan outbound dengan konsep XP Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kepariwisataan merupakan salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi sebagai pemasukan devisa bagi negara. Pariwisata diandalkan oleh banyak negara di

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat kuat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya keinginan konsumen akan suatu barang/jasa yang dapat

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap wilayah mempunyai pengaruh terhadap timbulnya berbagai macam karya seni budaya Indonesia sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dan terdiri dari empat kecamatan, yakni: Pekalongan Utara, Pekalongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA Oleh : Padmo Prabowo Aji Baskoro, Resza Riskiyanto, Djoko Indrosaptono Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang pesat pada Kota Jakarta menjadikan kota ini semakin dikenal oleh

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible) KEBUDAYAAN Budaya Benda (Tangible) Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN

STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian judul Arti judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Solo Technopark. Untuk dapat mengetahui pengertian judul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pariwisata telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 Solo, 22 Maret 2016 OUTLINE PAPARAN 1 Arah dan Sasaran Pembangunan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia kepariwisataan merupakan salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi sebagai pemasukan devisa bagi negara. Pariwisata diandalkan oleh banyak negara di

Lebih terperinci

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandung merupakan kota yang sering dijuluki dengan kota paris van java karena banyaknya bangunan-bangunan heritage seperti kota paris dan pertunjukan kesenian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu sistem besar. Komponen komponen dalam sistem ini saling terkait antara yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya budaya. Keragaman budaya yang dimiliki melalui peristiwa sejarah yang panjang sudah seharusnya diapresiasi masyarakat dan diketahui

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Survey di facebook oleh Disbudpar Kota bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Survey di facebook oleh Disbudpar Kota bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai minimal dua identitas kota yang bertaraf internasional, yaitu Gedung Sate dan Kawasan Braga. Kawasan ini sudah dikenal para wisatawan asing sejak

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk melepas penat ketika mereka lelah dalam belajar maupun bekerja. Dimana ketika melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat banyak dan beraneka ragam, yang tersebar di seluruh penjuru tanah air dengan ciri dan kelebihan masing

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB III PERENCANAAN PROYEK BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianzb Pariwisata telah bergerak sangat cepat dan telah menjadi stimulus pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata adalah bidang

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia merupakan proses berkelanjutan yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia merupakan proses berkelanjutan yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peradaban manusia merupakan proses berkelanjutan yang menghasilkan sebuah kebudayaan. Karakteristik kebudayaan suatu bangsa berbeda bergantung pada tempat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN. Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN. Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada 100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada koleksi menjadi museum yang berorientasi pada pengunjung merupakan bukti kuatnya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata merupakan sektor penting di dunia yang saat ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat sehingga dalam penanganannya harus dilakukan secara serius melibatkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 06-0 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Uraian Indikator Sasaran 06 07 08 09 00 0 Kebijakan Program ) Meningkatkan Meningkatnya kunjungan Jumlah kunjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Lampung sebagai wisatawan khususnya yang menginginkan tempat wisata dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata atau tourism adalah suatu perjalanan yang di lakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang di lakukan untuk melakukan aktivitas tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf perekonomian masyarakat. Namun pengembangan sektor pariwisata juga

Lebih terperinci

Kelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar.

Kelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar. Selasa 17 Mei 2017 Kelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar. Fasilitator: Gatot Ghautama Membuka diskusi pada pukul 14.00 WIB Mendiskusikan tiga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara tidak akan lepas dalam kerjasama dengan negara lain dalam memperat hubungan antar negara, kerjasama tersebut terutama dalam hal politik dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa saat ini, kebutuhan akan rekreasi dikalangan masyarakat di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa saat ini, kebutuhan akan rekreasi dikalangan masyarakat di kota-kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa saat ini, kebutuhan akan rekreasi dikalangan masyarakat di kota-kota besar sudah menjadi bagian dari kehidupan dan gaya hidup masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi pengembangan ekonomi dan sosial budaya karena kepariwisataan mendorong terciptanya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci