BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan
|
|
- Devi Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program publik museum sebagian besar adalah sebagai sasaran program, belum mengarah pada keterlibatan sebagai mitra yang berperan turut memikirkan penyelenggaraan program publik. Dalam rangka pelaksanaan program publik museum tahun , usaha-usaha untuk membangun keterlibatan masyarakat dengan aktivitas museum masih perlu ditingkatkan. Masyarakat yang terlibat dengan program publik museum, masih dominan pelajar dan guru. Mengingat anggota masyarakat tidak hanya pelajar dan guru, maka segmen lain juga perlu diperhatikan. Masih banyak komunitas-komunitas di masyarakat yang berpotensi dapat bermitra dalam berbagai program publik museum, belum banyak terlibat. Meski demikian, ada satu program publik yang sudah mengarah pada paradigma baru permuseuman yaitu paradigma partisipasi. Masyarakat telah berperan aktif dalam kegiatan museum bukan hanya sebagai sasaran namun sudah menjadi mitra dalam kegiatan. Kegiatan tersebut adalah Kemah Budaya. Di bawah koordinasi mitra museum yaitu Kwarda DIY, kegiatan Kemah Budaya berjalan dengan baik dengan jalinan kerjasama yang juga didukung oleh BPNB Yogyakarta dan BPCB Yogyakarta. Ketika paradigma partisipasi masih merupakan hal yang baru dan belum banyak dikembangkan dalam 181
2 penyelenggaraan museum di Indonesia, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah memulainya melalui kegiatan Kemah Budaya. Terkait dengan pengukuran hasil kegiatan dalam pelaksanaan program publik masih sebatas jumlah masyarakat yang terlibat (kuantitas) dan belum mengarah pada apa perubahan yang terjadi pada masyarakat yang terlibat dengan program publik museum (kualitas). Adakah perubahan pola pikir, adakah perubahan perilaku, adakah perubahan emosional dan sebagainya, belum pernah dilakukan pengukuran. Sehingga apa dampaknya terhadap masyarakat setelah menerima dan terlibat dengan program publik museum belum bisa diukur. Program publik yang dilaksanakan pada tahun , ada beberapa yang memiliki sifat mempromosikan dan mempublikasikan. Melalui program publik tersebut diharapkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke museum. Keberhasilan dari program publik ini juga belum bisa terukur. Karena belum ada data yang menyebutkan bahwa ada perbedaan jumlah kunjungan museum antara sebelum dan sesudah dilaksanakan program publik promosi dan publikasi museum. Seluruh program publik yang dilaksanakan tahun diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi museum. Namun dalam pelaksanaannya belum ada program publik yang mengarah pada dukungan misi museum sebagai pelestari benda-benda peninggalan sejarah. Program publik yang menginspirasi bagaimana cara melestarikan benda-benda bersejarah belum muncul dalam program publik museum tahun Berdasarkan pengamatan penulis, dengan tidak ditemukannya dokumen kajian harapan masyarakat terhadap keberadaan Museum Benteng Vredeburg 182
3 Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan program publik museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun belum mengacu pada kebutuhan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa penyusunan program publik tersebut baru sebatas normatif atau subyektif kreatifitas penyusun rencana program. Dalam proses pengumpulan data terkait dengan penelitian ini, dapat ditemukan beberapa hal yang dapat digolongkan sebagai potensi Museum Benteng Vredeburg, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan program publik museum pada masa yang akan datang. Potensi yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta antara lain : 1. Museum memiliki sumber dana yang tetap yaitu dari APBN. 2. Museum menempati bangunan bekas benteng Belanda di Yogyakarta yang sarat akan informasi sejarah. 3. Museum terletak di kawasan nol kilometer dari pusat kota Yogyakarta yang sarat akan bangunan bersejarah. 4. Museum memiliki fasilitas pendukung pelaksanaan program-program museum untuk publik. 5. Koleksi museum dan kegiatan pengelolaannya merupakan informasi yang menarik dan unik bagi masyarakat. Selanjutnya untuk merumuskan strategi dalam pengembangan program publik pada masa yang akan datang, penulis menggunakan analisis SWOT. Dari analisis SWOT tersebut dapat dihasilkan beberapa strategi untuk mengembangkan program publik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada masa yang akan datang. 183
4 1. Meningkatkan manajemen pengelolaan anggaran. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah museum pemerintah yang dalam penyelenggaraannya didukung dengan anggaran yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pemanfaatan dana APBN ini harus menurut aturan-aturan sistem penganggaran instansi pemerintah. Untuk menghindari kesalahan dalam tata kelola pemanfaatan anggaran maka perlu dilakukan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Penganggaran, juga Direktorat Jenderal Anggaran. Termasuk di dalamnya tentang diperlukannya peraturan yang jelas mengenai prosedur penerimaan dana hibah dari pihak swasta (perusahaan) untuk kegiatan museum pemerintah sebagai wujud tangung jawab sosial perusahaan-perusahaan besar terhadap museum atau CSR (Corporate Social Responsibility). Dengan aturan yang jelas, maka program-program museum untuk publik akan semakin semarak dengan tampilnya perusahaan-perusahaan besar sebagai mitra dalam kegiatan museum. Dalam rangka mencapai kesuksesan program publik yang memerlukan anggaran besar, dapat diambil kebijakan dengan menyelenggarakan kegiatan melalui sistem kerjasama antar instansi. Dengan kerjasama antar instansi ini ada kemungkinan program publik yang dilaksanakan akan berjalan lebih inovatif. Hal ini disebabkan karena instansi yang terlibat dalam program publik tersbut akan menuntut program publik tersebut dapat mendukung pencapaian visi dan misi mereka. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam program publik yang dilaksanakan dengan sistem kerjasama ini akan semakin bertambah. 184
5 2. Meningkatkan kualitas SDM Museum. Pelaksanaan program publik di museum tidak dapat dilepaskan dari peranan SDM museum yang terlibat di dalamnya. Bagaimana program publik disusun, bagaimana program publik dilaksanakan, bagaimana program publik dievaluasi, dan bagaimana program publik diawasi pelaksanaannya, tidak lepas dari peranan SDM yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu dalam pengembangan program publik museum perlu dilakukan strategi peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan program publik museum. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas museum dalam pelaksanaan program publik museum. Sebagai museum yang bertugas melayani masyarakat pengunjung museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung pelayanan publik. Dalam rangka pengembangan program publik museum pada masa yang akan datang, fasilitas yang ada hendaknya dimanfaatkan dan diberdayakan secara optimal. Fasilitas ruang audio visual dapat menunjang misi museum sebagai media pendidikan non formal melalui film-film sejarah, melalui ruang pameran yang dimanfaatkan secara rutin untuk pameran temporer dapat menunjang misi museum sebagai sumber informasi, fasilitas ruang workshop diaktifkan dengan berbagai kegiatan teknis (workshop konservasi, workshop prepares, workshop pengadministrasian koleksi) akan mendukung pencapaian misi museum sebagai pelestari benda-benda bersejarah maupun wahana apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur kejuangan. Juga toko museum perlu diberdayakan sebagai fasilitas yang mendukung museum branding. 185
6 Mengingat fasilitas yang tersedia di museum juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, maka peru ada peraturan yang mengatur pemanfaatan fasilitas museum oleh masyarakat. Hal ini agar pamanfaatan fasilitas museum tidak jauh bergeser dari visi dan misi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Di samping itu juga untuk menjaga agar keberadaan bangunan museum yang merupakan bangunan cagar budaya dapat terjaga dengan baik. Selain itu museum juga perlu memikirkan fasilitas yang memang belum tersedia dan harus diadakan untuk mengampu kebutuhan masyarakat pengunjung museum. Masyarakat pengunjung museum yang perlu mendapatkan pelayanan khusus juga harus dilayanan karena museum adalah lembaga yang terbuka untuk umum. Mereka adalah kaum difable dan anakanak usia PAUD. Mereka memerlukan fasilitas khusus untuk dapat menjalin keterlibatan lebih dalam dengan museum. 4. Meningkatkan jalinan kemitraan dengan masyarakat. Untuk mengembangan program publik Museum Benteng Vredeburg, dapat ditempuh dengan mempertahankan jalinan kemitraan yang telah berjalan untuk mempertahankan pengunjung inti. Selain itu yang perlu dilakukan adalah museum perlu menjalin kemitraan dengan institusi lain seperti perguruan tinggi, komunitas hobi, organisasi pedesaan dalam pelaksanaan program publik museum. Paradigma partisipasi agar dijadikan dasar pelaksanaan program sehingga akan memunculkan pemahaman bahwa penyelenggaraan museum juga merupakan tanggungjawab masyarakat secara bersama-sama. Melalui pendampingan Museum Benteng Vredeburg, jalinan 186
7 kemitraan ini dapat mewujudkan paradigma partisipasi yaitu dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat. 5. Museum harus responsif terhadap perubahan yang terjadi. Agar museum dapat selalu mengikuti perkemgangan jaman maka haru responsif terhadap perubahan yang terjadi dan selalu kreatif. Potensi-potensi yang dimiliki oleh museum (bangunannya yang unik, letak strategis, koleksi memiliki informasi dan perlakuan yang unik) dapat dikemas menjadi program museum untuk publik. Hari-hari besar yang sering diperingati oleh masyarakat perlu ditangkap sebagai bahan pengembangan program publik. Museum perlu membuat kegiatan besar untuk museum branding yang dapat menggantikan FKY yang bukan merupakan program museum tetapi justru tidak sedikit muncul pemahaman masyarakat bahwa FKY adalah identik dengan museum. Selain itu museum juga perlu memprogramkan beberapa kegiatan yang berientasi hiburan atau rekreasi. Adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat, harus ditangkap oleh museum sebagai peluang. Museum perlu mengembangan program publik berbasis teknologi yang memiliki daya saing. Namun semua itu harus tetap dikaitkan dengan visi dan misi museum. Dalam rangka pelaksanaan strategi pengembangan program publik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, terdapat beberapa hal yang penulis sarankan kepada pengelola museum. 1. Museum perlu membangun paradigma baru yaitu Paradigma Partisipasi. Pengelolaan museum bukan lagi menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat. Museum merupakan sebuah lembaga yang dapat tumbuh berkembang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk 187
8 masyarakat. Hal ini perlu dipublikasikan sehingga dapat menginspirasi masyarakat untuk berbuat sesuatu untuk museum. 2. Museum perlu membuka peluang bagi berbagai komunitas di masyarakat untuk menjalin kemitraan dalam berbagai kegiatan museum. Dalam pendampingannya museum harus berpedoman pada visi misi yang telah dibentuk sebagai landasan dalam berkegiatan. 3. Museum perlu lebih menggiatkan komunitas-komunitas yang telah terbentuk untuk dapat mewujudkan aksi nyata mereka dalam bentuk kepedulian terhadap museum. Komunitas-komunitas tersebut antara lain Sahabat Museum, komunitas VOC, dan Babad Bandayuda yang telah menyatakan diri sanggup menjadi kepanjangan tangan museum. 4. Museum perlu membuka forum Bincang-bincang Museum dengan memberikan fasilitas kepada komunitas-komunitas yang berpotensi untuk bermitra dengan museum untuk ngobrol bareng mencari gagasan untuk mengembangkan museum melalui program-program untuk publik. Hasil pembicaraan dapat menjadi bahan pengkayaan gagasan untuk menyusun program-program museum untuk publik. 5. Museum perlu mengembangkan penelitian-penelitian pengunjung museum (visitor study) untuk mengetahui kebutuhan pengunjung yang dilakukan secara periodik. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi museum untuk menyusun program yang benar-benar dibutuhkan dan memberikan manfaatkan bagi masyarakat. 6. Museum perlu meninjau kembali visi museum yang menyebutkan terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan 188
9 Rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan NKRI. Visi ini sulit diukur keberhasilannya karena telalu luas cakupannya karena harus dikaitkan dengan kegiatan besar yaitu mewujudkan NKRI. Satu tawaran tetang perubahan visi, bahwa visi museum dapat dirubah menjadi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sumber informasi dan rekreasi sejarah Yogyakarta. Dengan format visi yang sederhana dan mudah mengukurnya, maka keberhasilan program-program museum dalam mendukung pencapaian visi dan misi museum dapat terukur. 189
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN. Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada
100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada koleksi menjadi museum yang berorientasi pada pengunjung merupakan bukti kuatnya perubahan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Kebijakan Direktorat Museum Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap peran
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinci- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah
- 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
Lebih terperinciUraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun
Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan
Lebih terperinciPERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016
PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 Komisi: II (Pelibatan Publik dan Penguatan Kerjasama Pusat dan Daerah dalam Membangun Ekosistem Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman) Sub Komisi: II A dan B
Lebih terperinciSulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran keberhasilan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Lebih terperinci17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN
17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pelayanan dan hiburan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Sebuah museum adalah tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dan hiburan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sebagai sebuah
Lebih terperinciRENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan
Lebih terperinciSekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan Rakor Pusat dan Daerah Ditjen Kebudayaan Jakarta,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu
Lebih terperinciPresentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Presentasi SAKIP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH RENCANA STRATEGIS TRANSISI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 017-018
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DIY TAHUN ANGGARAN Oleh Dinas Kebudayaan DIY 2017
PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DIY TAHUN ANGGARAN 2018 Oleh Dinas Kebudayaan DIY 2017 GAP ANTARA KONDISI IDEAL DAN EXISTING (PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN) 1. Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Visi dan Misi Rencana Strategis (RENSTRA) merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin di capai selama
Lebih terperinciProgram LAYANAN KEBUDAYAAN
Program LAYANAN KEBUDAYAAN Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Latar Belakang Para pakar berpendapat bahwa untuk membangun manusia yang berkarakter diperlukan pembangunan bidang kebudayaan.
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah yang disusun sebagai kerangka garis besar laporan Tugas Akhir Rancang bangun Aplikasi
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis Tahun 2013-2018, dibangun berdasarkan
Lebih terperinciBAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya
BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan
BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi
Lebih terperinciGaleri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini
Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan
Lebih terperinciOleh: Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, MA, Ph.D.
Oleh: Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, MA, Ph.D. DISAMPAIKAN DALAM RAPAT KOORDINASI PUSAT DAN DAERAH BIDANG KEBUDAYAAN TAHUN 2014 1. 2. 3. EVALUASI KINERJA DITJEN KEBUDAYAAN 2010-2013
Lebih terperinciKelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar.
Selasa 17 Mei 2017 Kelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar. Fasilitator: Gatot Ghautama Membuka diskusi pada pukul 14.00 WIB Mendiskusikan tiga
Lebih terperinci2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi
BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciDirektorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kaya ragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, bahasa, agama
Lebih terperinciIV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan
5. URUSAN KEPARIWISATAAN Wonosobo dengan kondisi geografis pegunungan dan panorama alam yang memukau merupakan kekayaan alam yang tak ternilai bagi potensi pariwisata. Selain itu budaya dan keseniannya
Lebih terperinciPROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH
PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
SALINAN PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,
Lebih terperinciUraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai
PROPOSAL Dongkel With Mobile Library Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Monday, 18 January 2016 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat RINGKASAN PROPOSAL Perpustakaan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciLAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010
LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Kebijakan
Lebih terperinciLKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014
LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman.
No.559, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan
Lebih terperinciPROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015
LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN Oleh: Rasbin, S.TP., M.SE. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA Tahun 2016
RENCANA KERJA Tahun 2016 DINAS PARIWISATA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daerah adalah merupakan dokumen yang dijadikan pedoman dan dasar dalam melaksanakan Program dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan implementasi dari pelaksanaan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepustakaan merupakan salah satu tempat yang menjadi pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan rekreasi. Keberadaan perpustakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis perumahsakitan di Indonesia akhir-akhir ini sedang mengalami perkembangan pesat. Fenomena ini berpengaruh terhadap tingkat persaingan antar rumah sakit yang semakin
Lebih terperinciBAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciNOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN
Lebih terperinciTUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN A Kewenangan Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 626 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciS A L I N A N. No. 152, 2016 BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG
1 S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA MUSEUM KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum adalah suatu lembaga institusi yang permanen yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak mencari keuntungan, yang
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.
Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya
Lebih terperinciPengantar. responsibility (CSR).
Pengantar Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian sebuah perusahaan juga ikut repot-repot melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 22 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kegiatan CSR yang baik dan sukses dilapangan dimulai dari manajemen CSR yang baik dapat tercermin melalui manajemen relasi yang memadai dan efektif pada setiap
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1
ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sekretaris Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.834, 2016 KEMENSEKNEG. Pusat Pengelolaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin
Lebih terperinciBAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti
BAB IV Penutup A. Kesimpulan Media massa merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa media massa mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat.
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
109 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui pengaruh kinerja karyawan terhadap pengelolaan koleksi di Museum Timah Indonesia maka dapat
Lebih terperinciINDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019 Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Direktur Jenderal Kebudayaan Hotel Mercure Ancol Jakarta, 16 April
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciANGGARAN DASAR FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA. Anggaran Dasar FPPTI
ANGGARAN DASAR FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA PENDAHULUAN Organisasi Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi diusulkan pada Seminar Forum Komunikasi Pembinaan Perpustakaan Perguruan Tinggi se
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PASURUAN
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinci