BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN. Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada

Transkripsi

1 100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Perubahan paradigma museum dari museum yang berorientasi pada koleksi menjadi museum yang berorientasi pada pengunjung merupakan bukti kuatnya perubahan sosial dan politik dunia yang berdampak pada penyelenggaraan museum. Untuk menuju pada perubahan museum yang terbuka pada publik, museum harus memiliki pengelolaan yang tepat dan tidak lagi berorientasi pada koleksi. Cara pengelolaan tersebut harus mampu merubah citra museum yang sebelumnya dikenal masyarakat sebagai tempat penyimpanan benda kuno menjadi tempat pembelajaran dengan sifat menghibur (entertaining). Penyampaian citra museum yang baru kepada masyarakat membutuhkan manajemen pemasaran dalam pengelolaan museum. Hal ini selain mengubah citra museum, juga mampu meningkatkan kunjungan ke museum. Sehingga, museum mampu menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan pembelajaran (education) dan hiburan (enterainment). Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah museum khusus perjuangan yang telah sadar akan pentingnya pemasaran dalam manajemen museum. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melakukan program kegiatan sebagai bentuk kegiatan promosi dan publikasi museum, diantaranya seminar, talkshow di televisi dan radio, pameran keliling, festival dan perlombaan, travel dialog, kemah budaya, dan kunjungan ke museum di malam

2 101 hari. Beragam kegiatan diatas adalah program pemasaran yang masuk dalam RENSTRA Museum Benteng Vredeburg. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini maka jawaban dari permasalahan sebelumnya adalah: 1. Manajemen pemasaran yang diterapkan oleh Museum Benteng Vredeburg dengan beberapa tahapan yaitu: a. Perencanaan Pada tahapan ini Museum Benteng Vredeburg menentukan jadwal pengadaan rencana serta rencana anggaran biaya. Pengelola juga melakukan analisis SWOT namun analisis yang dilakukan pengelola belum maksimal karena tidak dibuat per kegiatan dan analisis SWOT ini tidak dilakukan secara formal atau tertulis. b. Menentukan visi dan misi Dalam menentukan visi dan misi manajemen pemasaran berlandaskan pada visi dan misi museum. Visi dari manajemen pemasaran sendiri adalah untuk meningkatkan kunjungan ke Museum Benteng Vredeburg, sedangkan misi dari manajemen pemasaran sendiri tidak dijabarkan secara rinci. c. Penilaian Pemasaran (Marketing Audit) Marketing Audit yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg adalah penilaian terhadap tingkat kunjungan yang diamati melalui hasil penjualan tiket museum. d. Rencana Tindakan (Action Plan)

3 102 Rencana tindakan dari pemasaran yang dilakukan Museum Benteng Vredeburg adalah pengadaan kegiatan yang bertemakan perjuangan dan menampilkan visi museum. Kegiatan tersebut diantaranya seminar, kemah budaya, talk show, travel dialog dan festival atau perlombaan. Selain dalam bentuk kegiatan yang bersifat persuasif, Museum Benteng Vredeburg juga melakukan promosi museum melalui iklan di Radio Sonora dan di bus trans Yogyakarta (bus branding). e. Monitoring dan Review Pada tahapan ini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan promosi dalam bentuk laporan pertanggung jawaban (LPJ). Dalam laporan tersebut berisi tentang keberlangsungan program, kendala dan cara mengatasinya. Dengan laporan tersebut pengelola menjadikan landasan untuk pelaksanaan program selanjutnya sehingga visi museum bisa tercapai. 2. Manajemen pemasaran Museum Benteng Vredeburg memiliki visi meningkatkan kunjungan museum. Visi manajemen pemasaran adalah langkah awal pengelolan museum dalam mencapai visi Museum Benteng Vredeburg yaitu Terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan

4 103 wawancara yang dilakukan penulis Museum Benteng Vredeburg sudah menjadi pelestari nilai sejarah melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan museum yang bertemakan sejarah dan perjuangan. Namun, dilihat dari ketercapaian misi-misi museum salah satu misi museum yang ke empat yaitu museum sebagai wahana peningkatan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur tidak dapat diukur. B. REKOMENDASI MANAJEMEN PEMASARAN Berdasarkan perbandingan yang dilakukan penulis antara standar manajemen pemasaran dengan manajemen pemasaran yang diterapkan oleh Museum Benteng Vredeburg maka dikemukakan beberapa saran untuk meningkatkan kualitas pemasaran museum. Berikut beberapa rekomendasi manajemen pemasaran yang dianggap akan mampu diterapkan dalam manajemen pemasaran Museum Benteng Vredeburg: 1. Riset Pasar Pengelola harus lebih banyak melakukan riset pasar (market research). Riset pasar ini dilakukan kepada pengunjung dan calon/target pengunjung museum dan pengelola museum itu sendiri dengan melakukan analisis 5W+1H(what,where, when, why, who and how). Analisis ini berfungsi untuk mengetahui kebutuhan dan harapan target pasar terhadap museum, sehingga museum mampu menetapkan langkah yang tepat untuk memenuhi harapan dan kebutuhan tersebut. 2. Penilaian terhadap proses pemasaran (markeing audit).

5 104 Penilaian ini digunakan untuk menilai kinerja pemasaran Museum Benteng Vredeburg. Untuk mengetahui keberhasilan dari kinerja pemasaran, pengelola tidak hanya mengamati kenaikan tingkat kunjung museum tetapi juga pada kepuasan yang didapatkan pengunjung. Penilaian ini untuk mengetahui apakah program-program yang diadakan pengelola mampu memuaskan pengunjung sehingga pengunjung tertarik untuk datang kembali dan dampaknya tingkat kunjung ke Museum Benteng Vredeburg mengalami peningkatan. 3. analisis bauran (marketing mix analisys) analisis ini berfungsi melihat keadaan atau reputasi museum di masyarakat. Unsur-unsur bauran tersebut diantaranya product, price, place, promotion dan people (5P). a. Produk museum yaitu pelayanan museum kepada pengunjung terutama bagaimana Museum Benteng Vredeburg menyampaikan nilai dan informasi mengenai koleksi kepada pengunjung. b. Harga tiket museum, bagaimana posisi harga tiket bagi pengunjung, dilihat dari segi ekonomis dan kelayakan harga untuk pembangunan Museum Benteng Vredeburg. c. Lokasi Museum Benteng Vredeburg, dengan lokasi yang strategis dan berada di tengah pusat kota wisata di Yogyakara, museum harus mampu menganalisis agar meskipun museum bersaing dengan tempat wisata disekitarnya tapi daya tarik museum tetap tinggi. d. Promosi, menentukan promosi yang tepat sasaran. Apabila sasaran utamanya adalah para pelajar maka perlu dicari kiat-kiat

6 105 yang menarik kunjungan mereka sesuai dengan sifat dan kebutuhan mereka. Mungkin dengan mengembangkan museum yang berbasis pada kurikulum pendidikan. e. Kebutuhan SDM pengelola Museum Benteng Vredeburg yang lebih berdedikasi. Dalam hal ini jenjang studi pengelola tidak mempengaruhi kinerja pengelola. Sebaliknya, faktor yang lebih penting adalah SDM yang memiliki rasa kepedulian, kepemimpinan dan kecintaan terhadap museum. Selain aspek psikologis pengelola, pengelola museum sebaiknya juga memiliki kemampuan dalam teknis pengelolaan museum dan kemampuan bisnis sehingga mampu membuat Museum Benteng Vredeburg menjadi bagian dari industri kreatif. 4. Pengawasan dan evaluasi terhadap program-program pemasaran yang dilakukan. Pengawasan ini meliputi pengawasan rencana tahunan, pengawasan profitabilitas, pengawasan efisiensi dan pengawasan strategis. a. Pengawasan rencana tahunan dilakukan untuk mengetahui apakah rencana tahunan yang dibuat oleh pengelola telah berjalan sesuai dengan tujuannya, sehingga jika terdapat program yang dianggap membelok dari tujuan semula, dapat segera diketahui dan dibenahi. b. Pengawasan profitabilitas terhadap program pemasaran museum perlu dilakukan, untuk mengetahui keuntungan yang didapat dari program tersebut dan apakah sebanding dengan anggaran yang

7 106 dilakukan, pengawasan ini bisa bersamaan dengan pengawasan efisiensi anggaran untuk program pemasaran. c. Pengawasan anggaran mengawasi aliran dana yang disiapkan untuk kegiatan pemasaran digunakan dengan baik dan tepat. d. Pengawasan pemasaran strategis dilakukan oleh pihak pengelola untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg telah tepat, baik dilihat dari segi pengunjung, koleksi, maupun faktor internal dan eksternal museum.