BAB I PENDAHULUAN. Bank, 2005, 2008, 2011, dan Weber-Fahr et al., 2002: 441). Bahkan, pada era ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bank, 2005, 2008, 2011, dan Weber-Fahr et al., 2002: 441). Bahkan, pada era ini"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan reformasi kebijakan sektor pertambangan pada era tahun 1990-an, beberapa negara seperti Mongolia, Argentina, Swedia, Peru, Brazil, China, Namibia, Ghana dan Afrika termasuk Indonesia telah menjadikan sektor pertambangan sebagai salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi (World Bank, 2005, 2008, 2011, dan Weber-Fahr et al., 2002: 441). Bahkan, pada era ini juga World Bank mendorong agar industri sektor pertambangan memiliki visi besar sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi daerah dalam jangka panjang (McMahon, 2010: 7 10). Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua istilah yang sering diartikan sama. Namun, beberapa pakar ekonomi membedakan pengertian pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dan perkembangan PDB/PNB tersebut disertai dengan perombakan dan modernisasi stuktur ekonominya (transformasi struktural), sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang faktor lain seperti tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak (Arsyad, 2005: 7). Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang memerlukan interaksi antara pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola setiap sumberdaya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru serta 1

2 merangsang perkembangan kegiatan ekonomi. Ada beberapa masalah utama dalam pembangunan ekonomi, antara lain: masalah pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, ketimpangan pendapatan, pembentukan modal, tingkat tabungan domestik, transformasi struktural dan bantuan luar negeri (Arsyad, 2010: 5). Namun, yang sering mendapat perhatian khususnya pembangunan di negara sedang berkembang adalah masalah angka kemiskinan, distribusi pendapatan dan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi suatu negara dikatakan berhasil jika telah mampu menyelesaikan 3 permasalahan yaitu masalah angka kemiskinan, distribusi pendapatan, dan lapangan pekerjaan (Kuncoro, 2013: 20). Sumber daya alam merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi kinerja pembangunan suatu daerah terutama sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan ketimpangan (Sach, 2007: ; Weber-Fahr, et al., 2002 dan Ross, et al., 2011). Namun, terdapat perdebatan empirik terkait pengaruh sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan. Kandungan sumber daya alam, misalnya minyak dan gas serta mineral lainnya yang dimiliki oleh suatu wilayah atau negara dapat menimbulkan ketimpangan baik secara horizontal (ketimpangan antarwilayah) dan secara vertikal (ketimpangan antara golongan kaya dan miskin) (Ross, et al., 2011). Di samping itu, ketersediaan sumber daya alam seperti mineral tambang yang dimiliki suatu daerah juga dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif 2

3 terhadap tingkat kemiskinan di daerah tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung (Weber-Fahr, et al., 2002). Sudarlan, et al. (2015) meneliti pengaruh sektor pertambangan secara tidak langsung (melalui variabel pertumbuhan ekonomi) terhadap ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor pertambangan secara tidak langsung berpengaruh negatif signifikan terhadap ketimpangan pendapatan yang diukur dengan indeks Gini. Namun, sektor pertambangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Hal yang sama dialami oleh Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun, kekayaan alam Kalimantan Timur belum mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini tercermin dari masih banyaknya keluarga miskin, pengangguran dan meningkatnya ketimpangan antardaerah (Kuncoro dan Idris, 2010). Jamli (2012), melakukan penelitian pengaruh pertambangan batubara terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pertambangan batubara yang diproksi dari investasi dan tenaga kerja secara tidak langsung tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur. Salah satu wilayah yang juga memiliki kekayaan sumber daya alam sektor pertambangan dan penggalian adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan komoditi berupa bijih timah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. 3

4 No Sektor Pertambangan dan Penggaliam Tabel 1.1 Provinsi yang Memiliki Keunggulan Komparatif pada Sektor Pertambangan Subsektor Minyak dan Gas Bumi Subsektor Pertambangan Tanpa Migas Subsektor Penggalian 1 Papua Riau Papua Sulawesi Utara 2 Kalimantan Timur Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Bangka Belitung 3 Nusa Tenggara Barat Aceh Kalimantan Selatan Sumatera Barat 4 Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Sulawesi Tengah 5 Sumatera Selatan Jambi Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat 6 Aceh Jawa Barat Sulawesi Selatan Jawa Timur 7 Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Maluku Utara Nusa Tenggara Timur 8 Bangka Belitung Sulawesi Tenggara Bandar Lampung 9 Jambi Sumatera Selatan Sulawesi Tenggara 10 Sulawesi Utara Kalimantan Selatan 11 Jambi 12 Sumatera Selatan Sumber: Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi Bank Indonesia, 2006 Kondisi perekonomian Bangka Belitung memiliki persamaan karakteristik dengan Kalimantan Timur. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi kedua provinsi tersebut berfluktuatif dari tahun dengan tren yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun di Kalimantan Timur periode berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun rata-rata pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sebesar 4,71 dan Kalimantan Timur sebesar 3,15, sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,57. 4

5 Pertumbuhan Ekonomi ADHK (%) TAHUN Kepulauan Bangka Belitung Kalimantan Timur Indonesia Linear (Kepulauan Bangka Belitung) Linear (Kalimantan Timur) Sumber: BPS, 2014 Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Kalimantan Timur Tahun (%) Berdasarkan indikator sosial yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM), baik Bangka Belitung maupun Kalimantan Timur memiliki nilai IPM di atas nilai IPM nasional. Hal ini ditunjukkan pada Gambar Sumber: BPS, 2014 Gambar 1. 2 IPM Indonesia, Kalimantan Timur dan Bangka Belitung Tahun

6 Kepadatan penduduk di Provinsi Bangka Belitung lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Provinsi Kalimantan Timur. Namun, keduanya masih berada di bawah angka kepadatan penduduk nasional. Tahun 2013, kepadatan penduduk di Provinsi Bangka Belitung sebanyak 80 jiwa per km 2, sedangkan kepadatan penduduk di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 19 jiwa per km 2 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar Sumber: BPS, 2014 Gambar 1. 3 Kepadatan Penduduk di Provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Indonesia Tahun Daerah lain yang juga memiliki kekayaan sumber daya alam pertambangan adalah Kalimantan Selatan. Hasil penelitian Aksana (2013) berbeda dengan hasil penelitian Jamli (2012). Aksana (2013), menyimpulkan bahwa pertambangan batubara di Kalimantan Selatan berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah Kalimantan Selatan, yang diukur dari 4 indikator secara bersama-sama yaitu IPM, IPG, indeks Gini, dan efektivitas pemerintahan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Fatah (2008), yang menyimpulkan bahwa kebijakan pertambangan 6

7 Produksi (Metrik Ton) batubara di Kalimantan Selatan, dapat mengurangi ketimpangan pendapatan rumah tangga golongan pendapatan rendah, jika pendapatan yang diterima dari pertambangan batubara seperti pendapatan pajak, diredistribusi ke rumah tangga berpendapatan rendah, misalnya melalui subsidi pertanian. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT.Timah, Tbk tahun , bahwa Indonesia menempati urutan kedua setelah China sebagai negara penghasil timah terbesar di dunia (Gambar 1.4). Adapun daerah penghasil timah satusatunya di Indonesia adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung China Indonesia Malaysia Peru Thailand Brazil Bolivia Tahun Sumber: PT. Timah, Gambar 1. 4 Negara Penghasil Timah di Dunia Tahun Sebelum disahkannya Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 146/MPP/Kep/4/1999 tanggal 22 April 1999 yang menyatakan bahwa timah dikategorikan sebagai barang bebas (tidak diawasi), kegiatan pertambangan timah dilakukan oleh perusahaan tambang yang telah memiliki izin operasi. Namun, sejak legalisasi tersebut, kegiatan penambangan timah banyak diusahakan oleh 7

8 rakyat sehingga manfaat ekonomi dapat diterima secara langsung oleh masyarakat penambang. Tabel 1.2 PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan ADHK 2010 Tahun (juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan , , , , , Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian , , , , ,90 a. Tanaman Pangan , , , , ,70 b. Tanaman Hortikultura , , , , ,80 c. Tanaman Perkebunan , , , , ,50 d. Peternakan , , , , ,40 e. Jasa Pertanian dan Perburuan , , , , , Kehutanan dan Penebangan Kayu , , , , , Perikanan , , , , ,50 2. Pertambangan dan Penggalian , , , , , Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi , , , , , Pertambangan Batubara dan Lignit 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Pertambangan Bijih Logam , , , , , Pertambangan dan Penggalian Lainnya , , , , ,50 3. Industri Pengolahan , , , , , Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Industri Makanan dan Minuman , , , , , Industri Pengolahan Tembakau 0,00 0,00 0,00 0, Industri Tekstil dan Pakaian Jadi , , , , , Industri Kulit, Barang dan Kulit dari Alas Kaki 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Industri Kayu, Barang dari Kulit Kayu dan Gabus , , , , , Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan , , , , , Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional , , , , , Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik , , , , , Industri Barang Galian bukan Logam , , , , , Industri Logam Dasar , , , , , Industri Barang logam, Komputer, Barang Elektronik, , , , , , Industri Mesin dan Perlengkapan 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Industri Alat Angkutan , , , , , Industri Furnitur 7.421, , , , , Industri pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin , , , , ,90 8

9 Lanjutan Tabel 1. 2 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas , , , , ,10 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 6.159, , , , ,80 6. Informasi dan Komunikasi , , , , ,30 7. Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , ,00 8. Real Estate , , , , ,30 9,10. Jasa perusahaan , , , , , Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan , , , , , Jasa Pendidikan , , , , , Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , , , ,10 14,15, 16,17 Jasa Lainnya , , , , ,10 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,80 Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Migas Sumber: BPS, , , , , ,10 Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya pertambangan timah rakyat di Bangka Belitung mampu mendorong perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertambangan dan galian dalam struktur PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menempati urutan kedua setelah sektor pertanian. Namun, jika subsektor pertambangan logam dijumlahkan dengan industri logam dasar, maka kontribusi kedua subsektor ini menjadi yang terbesar di antara subsektor bahkan sektor lainnya. Komoditas utama dalam subsektor penggalian bijih logam dan industri pengolahan logam dasar adalah logam timah (BPS, 2014). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Soelistijo, et al. (2014). Berdasarkan hasil analisis Location Quotients (LQ) menempatkan sektor primer sebagai sektor unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan sektor unggulan pertama adalah sektor pertambangan dan penggalian, sedangkan sektor pertanian adalah sektor unggulan kedua. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka 9

10 penelitian ini akan memfokuskan pada pengaruh pertambangan timah terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Alasan pemilihan periode penelitian karena pada tahun 2004, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami pemekaran wilayah administratif dari 3 kabupaten/kota menjadi 7 kabupaten/kota. Tahun 2004 juga mulai diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Dengan demikian, masing-masing kabupaten/kota memiliki kewenangan untuk mengelola kekayaan sumberdaya yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dampak yang ditimbulkan terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan pada masing-masing kabupaten/kota tersebut dapat berbeda sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Alasan pemilihan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut. 1. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah pemekaran baru hasil kebijakan desentralisasi yang memiliki kekayaan sumber daya alam berupa logam timah. Dengan demikian, provinsi ini memiliki kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya melalui sumber daya yang dimilikinya. 2. Sejak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, timah dikategorikan sebagai barang bebas (tidak diawasi). Kegiatan pertambangan timah banyak diusahakan oleh rakyat sehingga manfaat ekonomi dapat diterima secara langsung oleh masyarakat penambang. 10

11 3. Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan logam dasar adalah sektor unggulan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4. Masih terbatasnya kajian yang mengkaitkan dampak pertambangan, khususnya pertambangan timah terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan. 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian empirik terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Komarulzaman dan Alisjahbana (2006), menguji hipotesis resources curse di Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peran sektor pertambangan dalam pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia adalah negatif signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi resource curse di Indonesia dan resource curse dapat berkurang jika penerimaan dari sektor pertambangan direinvestasi ke investasi sektor publik. 2. Fatah (2008), dengan menggunakan alat analisis Social Accounting Matrix (SAM). Hasil penelitian ini menemukan bahwa kebijakan pertambangan batubara di Kalimantan Selatan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan rumah tangga golongan pendapatan rendah, jika pendapatan yang diterima dari pertambangan batubara seperti pendapatan pajak diredistribusi ke rumah tangga berpendapatan rendah, misalnya melalui subsidi. 3. Jamli (2012), dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pertambangan batubara yang diproksi dari 11

12 investasi dan tenaga kerja secara tidak langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur. 4. Bhattacharyya dan Resosudarmo (2013), meneliti dampak pertumbuhan sektor non pertambangan dan sektor pertambangan terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel 26 provinsi selama periode dan alat analisis regresi linier model fixed effect. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan sektor non pertambangan berpengaruh signifikan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia, sedangkan pertumbuhan sektor pertambangan tidak signifikan mempengaruhi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. 5. Aksana (2013), meneliti pengaruh pertambangan batubara terhadap pembangunan daerah di Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertambangan batubara di Kalimantan Selatan berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah di Kalimantan Selatan, yang diukur dari 4 indikator secara bersama-sama yaitu IPM, IPG, indeks Gini dan efektivitas pemerintahan. 6. Saraswati (2013), meneliti pengaruh pendapatan minyak terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan menggunakan data time series periode dan analisis path, penelitian ini menyimpulkan bahwa pendapatan minyak tidak berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan 12

13 ekonomi di Indonesia, namun berpengaruh negatif signifikan secara tidak langsung melalui variabel kualitas institusi. 7. Deller (2014), meneliti pengaruh sektor pertambangan di Amerika Serikat dengan menggunakan regresi parsial. Hasil penelitian menemukan bahwa terjadi variasi arah hubungan antara pertambangan dengan pertumbuhan ekonomi di masing-masing wilayah. Hubungan positif terjadi di wilayah Timur, negatif di wilayah pegunungan Barat, dan tidak ada hubungan di wilayah Barat Pasifik dan wilayah Sungai Missisipi. 8. Balanay, et al. (2014), meneliti dampak pertambangan terhadap pengurangan kemiskinan di wilayah Caragan Philipina. Dengan menggunakan alat analisis 2SLS, hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambangan bijih besi di wilayah Caragan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan. 9. Soelistijo, et al. (2014), meneliti peran pertambangan mineral dan batubara terhadap konvergensi-divergensi antarwilayah di Indonesia. Dengan menggunakan analisis input-output dan LQ, penelitian ini menyimpulkan bahwa peran sektor pertambangan mineral dan batubara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia masih sangat diharapkan. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia masih bergantung kepada sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonominya. 10. Loayza dan Rigolini (2014), meneliti dampak lokal pertambangan terhadap kemiskinan dan ketimpangan di Peru. Dengan alat analisis Difference in 13

14 Difference (DD), hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambangan mampu meningkatkan pendapatan per kapita rata-rata 10 persen lebih tinggi dan menurunkan angka kemiskinan sekitar 2,5 persen. Namun pertambangan memiliki dampak negatif yaitu meningkatkan ketimpangan pendapatan di distrik produksi tambang 0,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan distrik non produksi tambang. 11. Sudarlan, et al. (2015), meneliti tentang dampak secara tidak langsung sektor pertambangan terhadap tingkat kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia yang diukur melalui variabel pertumbuhan ekonomi. Dengan menggunakan metode two stage simultaneus equation method (2SLS), penelitian ini menyimpulkan bahwa sektor pertambangan berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki pengaruh negatif signifikan secara tidak langsung terhadap ketimpangan. Namun, sektor pertambangan secara tidak langsung tidak signifikan mempengaruhi kemiskinan di Indonesia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan beberapa variabel penelitian yang digunakan oleh Deller (2014), Loayza dan Rigolini (2015) dan Sudarlan, et al. (2015), yaitu variabel kontribusi sektor pertambangan, dana bagi hasil dan rasio tenaga kerja tambang. Namun, dalam penelitian ini tidak semua variabel yang digunakan oleh setiap peneliti dalam penelitian empirik tersebut digunakan, tetapi variabel tersebut dipilih berdasarkan ketersediaan data di lokasi penelitan. 14

15 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut. 1. Variabel independen sebagai proksi dari pertambangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontribusi nilai tambah pertambangan timah, persentase tenaga kerja tambang terhadap total penduduk yang bekerja dan kontribusi dana bagi hasil pertambangan yang merupakan gabungan dari variabel yang digunakan oleh Deller (2014), Sudarlan, et al. (2015) dan Loayza dan Rigolini (2014). Penggunaan secara bersama-sama variabel tersebut akan menghasilkan temuan yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. 2. Lokasi penelitian yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan komoditi pertambangan utama yaitu logam timah pada periode pengamatan Rumusan Masalah Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki karakteristik ekonomi, sosial budaya, dan wilayah yang hampir sama dengan Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil penelitian Kuncoro dan Idris (2010) dan Jamli (2012), bahwa Kalimantan Timur sebagai daerah yang kaya akan bahan tambang batubara, mengalami gejala pertumbuhan ekonomi tanpa diiringi pembangunan. Hal ini tercermin dari meningkatnya ketimpangan dan kemiskinan serta tidak berpengaruhnya pertambangan batubara terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur. Dengan persamaan karakteristik tersebut, sangat menarik untuk menganalisis pengaruh sektor pertambangan terhadap kondisi sosial ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk membuktikan apakah Provinsi 15

16 Kepulauan Bangka Belitung juga akan mengalami hal yang sama dengan yang dialami oleh Provinsi Kalimantan Timur. Adapun kondisi sosial ekonomi tersebut diukur dari pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah kontribusi nilai tambah pertambangan timah berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan berpengaruh positif signifikan terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun ? 2. Apakah kontribusi dana bagi hasil pertambangan umum berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan berpengaruh negatif signifikan terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun ? 3. Apakah persentase tenaga kerja tambang berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan berpengaruh negatif signifikan terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun ? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 16

17 1. Menganalisis pengaruh kontribusi nilai tambah pertambangan timah terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Menganalisis pengaruh kontribusi dana bagi hasil pertambangan umum terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Menganalisis pengaruh persentase tenaga kerja tambang terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh pertambangan timah terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama periode Dengan menggunakan variabel dan lokasi penelitian yang berbeda, dimungkinkan akan menghasilkan temuan empirik yang berbeda dengan temuan empirik penelitian sebelumnya Manfaat Praktis 1. Diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 17

18 2. Dapat memberikan informasi sebagai dasar pengambilan kebijakan bagi pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan mengurangi ketimpangan pendapatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.7 Sistematika Penelitian Penelitian ini disajikan dalam 5 bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I merupakan Pendahuluan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II berisi Landasan Teori, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, model penelitian dan hipotesis penelitian. Bab III berisi tentang Metodologi Penelitian yang terdiri dari desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional dan metode analisis data. Bab IV merupakan Analisis Data dan Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data yang menjelaskan tentang perkembangan pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, ketimpangan pendapatan, kontribusi nilai tambah pertambangan timah terhadap total PDRB, dana bagi hasil pertambangan umum serta tenaga kerja tambang; dan pengaruh pertambangan timah terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Bab V merupakan Kesimpulan dan Saran yang terdiri dari simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran. 18

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010** (1) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 30 /05/52/Th.VII, 02 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2016 1. Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 54/08/21/Th. VIII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun Highlight PDRB Kota Magelang Tahun 2015 1 DAFTAR ISI i iii v vi vii viii x 1 1 2 3 7 9 10 12 15 16 17 18 19 26 Halaman judul Sambutan Walikota Magelang Kata Pengantar Kepala Kantor Penelitian pengembangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015 No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 31/05/21/Th.VIII, 1 Mei 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 52 /08/52/Th.VII, 01 Agustus 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016 1. Pertumbuhan

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. IX, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro Kecil

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 13/02/21/Th. VII, 1 Februari 2012 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016 NO. 32/05/33 TH. X, 2 MEI 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun 2016 Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH

Lebih terperinci

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA. Regional Economy of Kubu Raya Regency

PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA. Regional Economy of Kubu Raya Regency Kerja Sama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUBU RAYA Tahun Anggaran 2017 PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA Regional Economy of Kubu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017 NO. 32/05/33 TH. XI, 2 MEI 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun 2017 Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

2013, No.1531

2013, No.1531 11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Berita Resmi Statistik

Berita Resmi Statistik 6 November 2017 2 Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) Berita Resmi Statistik 6 November 2017 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU RIAU No.58/08/21/Th. XII, 1 Agustus PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro Kecil II secara total naik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016 NO. 55/08/33 TH. X, 1 AGUSTUS 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II tahun 2016

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016 NO. 76/11/33 TH. X, 1 NOVEMBER 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan III tahun

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017 NO. 55/08/33 TH. XI, 1 AGUSTUS 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II tahun 2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada mulanya pembangunan selalu diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita atau populer disebut sebagai strategi pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2010:

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 4,9 PERSEN SEDIKIT MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

LAMPIRAN JUMLAH PENDUDUK TAHUN

LAMPIRAN JUMLAH PENDUDUK TAHUN LPIRN ULH PENDUDUK THUN 2013-2016 Penduduk enurut enis Kelamin Dan Kecamatan Tahun 2013(iwa) Kecamatan/District Laki-laki Perempuan umlah Sex Ratio ale Female Total Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) 1 etro

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR 2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III Tahun 2017

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III Tahun 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III Tahun 2017 Pertumbuhan produksi IBS dan IMK Triwulan III Tahun 2017

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Brebes Jawa Tengah Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang berada di sepanjang pantai utara Laut Jawa letaknya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016 NO. 11/02/33 TH. XI, 1 FEBRUARI 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan IV tahun

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah

BAB I PENDAHULUAN. dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 45/08/72/Th. XIX, 01 Agustus PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN A. PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) Pertumbuhan produksi Industri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014 No. /2/1/Th.XVI, 5 Februari 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2 berbasis SNA 28 EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,62 PERSEN Perekonomian Riau tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

No. 05/05/81/Th.VI, 4 Mei 2015

No. 05/05/81/Th.VI, 4 Mei 2015 No. 05/05/81/Th.VI, 4 Mei 2015 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan I kuartalan (q-to-q) di Maluku Tahun 2015 sebesar -1,40 persen, pertumbuhan kumulatif sampai dengan Triwulan

Lebih terperinci

No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017

No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017 No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan II kuartalan (q-to-q) di Maluku Tahun 2017 tumbuh negatif 8,83 persen, pertumbuhan kumulatif selama

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 30/05/52/Th.III, 2 Mei 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2017 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015 Pertumbuhan produksi Industri

Lebih terperinci