PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI"

Transkripsi

1 PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2013 Jhon Pikal Tama Sakoikoi C

3 ABSTRAK JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI. Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA. Pengembangan pelabuhan perikanan perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan bagi nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas, kondisi dan pemanfaatan fasilitas PPP Sikakap, menghitung kontribusi PPP Sikakap terhadap perekonomian daerah, dan menentukan strategi pengembangan fasilitas PPP Sikakap. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan aspek yang diteliti terdiri dari aspek teknis dan ekonomi dari PPP Sikakap. Aktivitas di PPP Sikakap berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nelayan untuk melakukan usaha penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian, fasilitas pelabuhan perikanan yang rusak yaitu TPI, pabrik es, ruang pendingin. Sektor perikanan pada tahun termasuk pada kegiatan basis (LQ>1). Multiplier effect perikanan berdasarkan indikator pendapatan daerah pada tahun berkisar antara 4,41-21,99 dan menurut indikator tenaga kerja pada tahun berkisar antara 0,69-1,44. Strategi pengembangan PPP Sikakap yaitu memanfaatkan lahan pelabuhan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas yang belum tersedia, meningkatkan produksi hasil tangkapan kualitas ekspor, meningkatkan teknologi penangkapan ikan serta kualitas SDM. Kata kunci : aktivitas, fasilitas, multiplier effect, pengembangan ABSTRACT JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI. The Role Of PPP Sikakap in Supporting Users Need and Region Economy of Mentawai Islands as well as Its Development Strategies. Supervised by ERNANI LUBIS and WAWAN OKTARIZA. Development of fishing ports is needed to improve services for fishermen. The aims of this research were to identify the activities, conditions and utilization of facilities PPP Sikakap, calculate the contribution of PPP Sikakap to the regional economy, and determine the facility development strategy of PPP Sikakap. Case study method was used in this research to examine the technical and economic aspects of PPP Sikakap. Activities in PPP Sikakap related to the fulfillment of fishermen s needs in running their business. Result showed that broken fishing port facilities were TPI, ice plant, and cold storage. The fishery sector in could be categorized as basis sector (LQ>1). Multiplier effects of fisheries based on regional income indicators in ranged from 4,41 to 21,99 and according to indicators of labor in ranged from 0,69 to 1,44. Development strategies of PPP Sikakap were land utilization for development of more port facilities, increase of export quality catches, fishing technology and improvement of human resources quality. Keywords: activities, facilities, multiplier effect, development

4

5 PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya. Nama NRP Program Studi : Jhon Pikal Tama Sakoikoi : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Ir. Wawan Oktariza, M.Si NIP: NIP: Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kasih dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 sampai Juli 2012 dengan judul skripsi Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA. selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Wawan Oktariza, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari penulisan pointerisasi proposal sampai dengan penulisan skripsi serta Ibu Retno Muninggar S Pi. ME selaku dosen penguji pada sidang skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Rusli Sakoikoi dan Ibu Rejalina Taileleu selaku orangtua dan seluruh keluarga atas kasih sayangnya, doa, dana dan motivasi selama kuliah dan pengerjaan skripsi ini; Bapak Fajar Piliang SE, selaku Kepala PPP Sikakap beserta jajarannya; Bapak Fadli yang membantu dalam penyediaan data; Pihak Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah mendukung dalam pemberian beasiswa kepada penulis untuk terus melanjutkan pendidikan di IPB; pihak BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai; Bapak Edi Sukarni, SH selaku kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai beserta jajarannya yang memberikan izin untuk melakukan penelitian; Adik Imel dan Renol yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan PSP 45 dan Mentawaians (Welly, Maria, Eta, Desni) yang telah memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Juli 2013 Jhon Pikal Tama Sakoikoi

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN iii iv iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODOLOGI 3 Waktu dan Tempat 3 Metode Penelitian 3 Metode Pengumpulan Data 3 Analisis Data 5 Analisis Operasional di PPP Sikakap 5 Analisis Kontribusi PPP Sikakap terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai 5 Analisis Location Quotien 6 Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap 6 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 9 Kondisi Geografis, Topografi dan Iklim 9 Keadaan Penduduk 10 Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap 12 Unit Penangkapan Ikan 12 Produksi Hasil Tangkapan 15 Musim Penangkapan Ikan 18 Daerah Penangkapan Ikan 18 Peranan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah 19 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai 19 Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Mentawai 19 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 Aktivitas PPP Sikakap 20 Fasilitas PPP Sikakap 23 Dampak Sektor Perikanan 33 Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator PDRB daerah 33 Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator tenaga kerja 34 Location quotient sektor perikanan 35 Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap 36 Identifikasi faktor-faktor SWOT 36 Analisis matriks IFE dan EFE 40 Matriks SWOT 41

10 Perumusan Strategi Utama 42 KESIMPULAN DAN SARAN 43 Kesimpulan 43 Saran 44 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN 47

11 DAFTAR TABEL 1 Matriks SWOT 6 2 Penilaian bobot faktor strategis internal 7 3 Penilaian bobot faktor strategis eksternal 8 4 Matriks Internal Factor Evaluation 8 5 Matriks Eksternal Factor Evaluation 8 6 Luas dari setiap kecamatan beserta ibukota kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai 9 7 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai 10 8 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Mentawai tahun Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mentawai tahun Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap tahun 2006-April Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan PPP Sikakap PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan harga konstan (Juta rupiah) Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai yang bekerja menurut lapangan usaha tahun Jenis dan kapasitas fasilitas PPP Sikakap serta pemanfaatannya Ukuran fasilitas-fasilitas di PPP Sikakap Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan PDRB harga konstan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun (juta rupiah) Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan tenaga kerja Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun (orang) Nilai location quotient sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Matriks IFE strategi internal PPP Sikakap Matriks EFE strategi eksternal PPP Sikakap Matriks SWOT strategi pengembangan PPP Sikakap Kabupaten Mentawai Perankingan alternatif strategi pengembangan PPP Sikakap 43

12 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram proses pendaratan ikan di PPP Sikakap 21 2 Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap 22 3 Lahan di PPP Sikakap 25 4 Dermaga tambat labuh di PPP Sikakap 26 5 Alur pelayaran di PPP Sikakap 26 6 Turab di sepanjang Pantai PPP Sikakap 26 7 Gedung TPI PPP Sikakap yang sudah rusak 29 8 Es balok yang disuplai dari Kota Padang 29 9 Tangki BBM di PPP Sikakap Bak penampungan air bersih PPP Sikakap Kantor pelabuhan PPP Sikakap MCK di PPP Sikakap Gedung BPN PPP Sikakap 32 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Lokasi Penelitian 49 2 Perhitungan ukuran fasilitas 50 3 Hasil wawancara responden 53

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Samudera Indonesia. Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelilingi oleh perairan dengan luas laut ekonomis ,43 km 2. Perairan Mentawai memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar untuk dikelola. Potensi lestari ikan pelagis Kabupaten Kepulauan Mentawai ton/tahun. Potensi sumberdaya ikan tentunya dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan dan pendapatan daerah (DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012). Pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun mengalami peningkatan sebesar 78,29 %. PDRB atas dasar harga berlaku pada sektor perikanan tahun mengalami peningkatan sebesar 94,06 % (BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012). PDRB daerah tersebut berdasarkan sektor perikanan dan seluruh sektor dari tahun 2007 hingga 2011 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 18,11 % dan 15,59 %. Pendapatan perkapita Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2006 sebesar Rp , 64 dan pada tahun 2007 sebesar Rp ,04. Bertambahnya hasil pendapatan daerah tentunya dipengaruhi oleh sektor perikanan dan perkembangan kegiatan perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kegiatan perikanan dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya perikanan yang tersedia yang tujuannya untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah. Ketersediaan sumberdaya perikanan yang besar di Kabupaten Kepulauan Mentawai tentunya harus didukung dengan adanya pelabuhan perikanan di daerah tersebut. Keberadaannya memudahkan nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan mulai dari persiapan kebutuhan melaut hingga distribusi hasil tangkapan ke konsumen dan juga memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Aktivitas yang terjadi di pelabuhan perikanan tentunya berkaitan dengan fasilitas yang terdapat didalamnya. Kelengkapan fasilitas yang dimiliki pelabuhan perikanan akan menjadi penghubung dari setiap aktivitas didalamnya. Pelabuhan perikanan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap. Pelabuhan ini memiliki peluang besar untuk memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan karena merupakan pelabuhan perikanan satu-satunya yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap merupakan salah satu sentra ekonomi perikanan yang terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan tersebut dilengkapi berbagai fasilitas seperti fasilitas pokok, fungsional dan fasilitas tambahan/ penunjang. PPP Sikakap memiliki beberapa kelebihan diantaranya letaknya strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat, berdekatan dengan pasar ikan sehingga aksesnya lebih mudah, serta ketersediaan sumberdaya ikan di sekitar perairan setempat.

14 2 PPP Sikakap masih belum dikelola dengan baik dalam menjalankan fungsi dan peranannya. Nelayan kesulitan dalam penanganan hasil tangkapan karena tidak tersedianya es akibat rusaknya pabrik es, aktivitas pelelangan hasil tangkapan tidak dilakukan karena sedikitnya jumlah hasil tangkapan yang didaratkan. Permasalahan tersebut merupakan hambatan dalam melakukan usaha penangkapan ikan serta akan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada penurunan jumlah produksi perikanan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai dimana pada tahun 2006 sebesar 529,20 dan tahun 2007 mencapai 259,87 ton, atau mengalami penurunan sebesar 50,89 %. Produksi perikanan laut yang dihasilkan melalui keberadaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap dapat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejateraan hidup nelayan. Permasalahan yang dihadapi pelabuhan perikanan tentunya harus diatasi dengan menerapkan pengelolaan serta strategi yang tepat dalam pengembangannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian tentang sejauh mana peran PPP Sikakap dalam menunjang kebutuhan pengguna dan ekonomi daerah Kepulauan Mentawai serta strategi pengembangannya. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk: 1) Identifikasi aktivitas, kondisi dan pemanfaatan fasilitas PPP Sikakap; 2) Menghitung kontribusi PPP Sikakap terhadap perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai; dan 3) Menentukan strategi pengembangan fasilitas PPP Sikakap. Manfaat Penelitian 1) Memberikan informasi tentang aktivitas dan fasilitas di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap; 2) Memberikan informasi mengenai kontribusi pendapatan Pelabuhan Perikanan Pantai Sikakap terhadap perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai; dan 3) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah, instansi-instansi yang berwenang dalam mengembangkan PPP Sikakap.

15 3 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penetian dilakukan pada tanggal 05 Juni hingga 10 Juli Adapun tempat pelaksanaan penelitian, yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai (Lampiran 1). Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yanag ditekankan pada peran PPP Sikakap dalam menunjang kebutuhan pengguna dan ekonomi daerah Kepulauan Mentawai serta strategi pengembangannya. Aspek yang diteliti yaitu aspek teknis dan ekonomi mengenai peran pelabuhan perikanan dalam menunjang kebutuhan pengguna yang meliputi aktivitas dan pemanfaatan fasilitas pelabuhan, peran pelabuhan perikanan dalam menunjang perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang meliputi PDRB daerah setempat, data tenaga kerja, pendapatan pelabuhan PPP Sikakap, selanjutnya disusun strategi pengembangan PPP Sikakap. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dan adanya wawancara serta pengisian kusioner. Pengamatan langsung dilakukan terhadap fasilitas pokok dan fungsional diantaranya adalah gedung TPI, stasiun pengisian bahan bakar, dermaga, instalasi air bersih, dan kolam PPP. Hal yang perlu diamati dan dicatat terkait fasilitas tersebut antara lain kondisi fisik, kapasitas, dan ukuran fasilitas (luas, panjang, lebar dan kedalaman). Pengamatan langsung terhadap aktivitas yang ada di pelabuhan diantaranya adalah tambat labuh, pendaratan, penimbangan, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran hasil tangkapan. Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan kepada responden yang ditentukan secara purposive sampling berdasarkan tujuan pendataan. Jenis responden dan data yang akan diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner diuraikan dibawah ini. 1) Pengelola PPP Wawancara dilakukan kepada pengelola pelabuhan diantaranya kepala PPP Sikakap dan 3 orang petugas pelabuhan. Data yang dikumpulkan dari pengelola PPP antara lain fasilitas yang tersedia (jenis, jumlah dan kapasitasnya), produksi hasil tangkapan yang didaratkan selama 5 tahun terakhir (jenis, jumlah dan nilai), proses pemasaran dan jadwal pelaksanaannya, serta pengelolaan fasilitas.

16 4 2) Nelayan Data yang dikumpulkan dari 26 orang nelayan antara lain jenis armada penangkapan, ukurannya (GT), dan lama trip. Selain itu, dikumpulkan juga data jenis hasil tangkapan, kapasitas palka dari armada penangkapan, besarnya produksi hasil tangkapan setiap pendaratan, penjualan hasil tangkapan (ke penampung atau dilelang di TPI), alat yang digunakan untuk membongkar, waktu yang dibutuhkan untuk membongkar, besarnya kebutuhan es dan BBM, serta permasalahan yang dialami di PPP terkait dengan fasilitas yang ada. Jenis nelayan yang diwawancarai adalah nelayan pancing ulur dan gillnet. Nelayan gillnet dan pancing ulur merupakan nelayan yang dominan yang ada di PPP Sikakap. 3) Pedagang Jumlah pedagang yang diwawancarai sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang pedagang pengumpul dan 2 orang pedagang pengecer. Data yang didapatkan dari pedagang antara lain asal pembelian hasil tangkapan, besarnya hasil tangkapan yang dibeli (jumlah dan bobot), harga ikan per kg untuk setiap jenisnya, bahan dan alat yang digunakan untuk menjaga mutu hasil tangkapan, fasilitas yang dimiliki untuk menyimpan hasil tangkapan, cara pembayaran (cash atau credit), dan permasalahan yang ada di PPP terkait dengan fasilitas yang tersedia. Pedagang yang akan diwawancarai yaitu pedagang yang telah lama melakukan kerjasama terhadap pihak pelabuhan ataupun nelayan, sehingga dapat memberikan informasi yang tepat dalam pengambilan data. Jenis pedagangnya yaitu pedagang eceran dan pengumpul. Data sekunder diperoleh dari pengelola PPP Sikakap, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. Data dari pengelola PPP Sikakap berupa fasilitas dan kapasitas di PPP Sikakap, perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap (minimal 5 tahun terakhir). Data yang dikumpulkan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai diuraikan di bawah ini: 1) Perkembangan jumlah dan jenis unit penangkapan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai (Minimal 5 tahun terakhir) 2) Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Nelayan dan PPP Sikakap (minimal 5 tahun terakhir) 3) Potensi Perikanan 4) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis lokasi penelitian dan kependudukan. 5) Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi PPP Sikakap (5 tahun terakhir). Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagai berikut: 1) PDRB sub sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai 5 tahun terakhir 2) Data tenaga kerja seluruh sektor dan sektor perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai

17 5 Analisis Data Analisis Operasional di PPP Sikakap Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap operasional PPP yang meliputi jenis aktivitas, pemanfaatan fasilitasnya dan frekuensi kunjungan kapal. 1) Analisis aktivitas Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah melakukan inventarisasi dan identifikasi terhadap perkembangan aktivitas kepelabuhanan selama 5 tahun terakhir berdasarkan fungsi pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan pada pasal 4 ayat 2. 2) Analisis kondisi dan pemanfaatan fasilitas Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah melakukan identifikasi terhadap keberadaan dan persentase pemanfaatan fasilitasnya. Fasilitas yang diteliti mempunyai batasan yaitu dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran, gedung TPI, instalasi air bersih dan pabrik es. Persentase (%) pemanfaatan fasilitas dihitung menurut rasio antara kapasitas terpasang dengan rata-rata pemanfaatan fasilitasnnya. Analisis Kontribusi PPP Sikakap terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Analisis kontribusi PPP Sikakap dihitung menggunakan multiplier effect berdasarkan indikator pendapatan daerah dan tenaga kerja. Multiflier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan dapat dinyatakan dalam rumus (Glasson, 1977): Keterangan: MSY : Koefisien Multiflier Effect : Perubahan Pendapatan seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai : Perubahan Pendapatan PPP Sikakap pada aktivitas perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perhitungan kontribusi PPP Sikakap terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai menggunakan data pendapatan sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan tidak tersedianya data pendapatan sektor perikanan laut pada PDRB daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perhitungan Multiflier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus: Keterangan: MSE: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja : Perubahan seluruh angkatan kerja Kabupaten Kepulauan Mentawai : Perubahan tenaga kerja terserap Kabupaten Kepulauan Mentawai.

18 6 Analisis Location Quotien Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan sektor perikanan merupakan sektor basis atau non basis di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perhitungan LQ merupakan suatu perbandingan antara besarnya peran suatu sektor di suatu daerah (region) terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas (Sjafrizal, 2008). Perhitungan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : LQ Keterangan : LQ : Location Quotient vi : PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai vt : PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai Vi : PDRB sekor perikanan Propinsi Sumatera Barat Vt : PDRB seluruh sektor Propinsi Sumatera Barat Apabila nilai: LQ > 1 ; maka sektor perikanan merupakan sektor basis LQ < 1 ; maka sektor perikanan merupakan sektor non basis Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap Strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap dapat dirumuskan melalui analisis SWOT. Alternatif-alternatif strategi diperoleh dengan membuat tabel Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pelabuhan perikanan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan pendekatan tersebut, dapat dibuat kemungkinan alternatif strategi SO, ST, WO, WT atau dapat dilihat pada Tabel 1. Eksternal Peluang (Opportunity) Internal Tabel 1 Matriks SWOT Kekuatan (Strength) Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang Kelemahan (Weakness) Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman (Threat) Sumber : Rangkuti F (1997). Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

19 Pembuatan analisis SWOT dibutuhkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi PPP Sikakap. Analisis tersebut dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE). Penentuan faktor internal dan eksternal diperoleh dari wawancara kepada nelayan, pedagang serta masyarakat setempat dan adanya diskusi dengan pihak terkait seperti BAPEDA Kabupaten Mentawai, pegawai PPP Sikakap dan kepala PPP Sikakap. Langkahlangkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu: 1) Analisis faktor internal dan eksternal Faktor-faktor internal yang digunakan dalam penentuan IFAS terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang diperoleh dari pelabuhan perikanan seperti kegiatan operasional, kegiatan sumberdaya manusia (jumlah, pendidikan, keahlian) dan kegiatan pemasaran. Faktor-faktor eksternal yang digunakan dalam penentuan EFAS terdiri dari peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) yang diperoleh dari lingkungan luar pelabuhan perikanan seperti analisis pemerintah dan kelompok kepentingan tertentu. 2) Menentukan bobot setiap variabel Penentuan bobot pada setiap faktor internal dan faktor eksternal bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor internal dan eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah: 1 = jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting dari faktor vertikal 3 = jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variable terhadap jumlah keseluruhan variable dengan menggunakan rumus (Kinnear T dan Taylor J 1991): 7 Keterangan : : Bobot variable ke-ii: 1,2,3, Xi: Nilai variable ke-in: jumlah variable Penilaian bobot faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan penilaian bobot faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 3 Table 2 Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor strategis internal A B C Total A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991).

20 8 Table 3 Penilaian bobot faktor strategis eksternal Faktor strategis eksternal A B C Total A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991). 3) Menentukan peringkat atau rating Penentuan peringkat atau rating terhadap variable-variabel hasil analisis situasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan skala sebagai berikut : Nilai untuk matriks IFE, antara lain: 1 = sangat lemah 3 = sangat kuat 2 = lemah 4 = kuat Nilai untuk matriks EFE, antara lain: 1 = rendah 3 = tinggi 2 = sedang 4 = sangat tinggi Cara penentuan peringkat yaitu mengalikan nilai pembobotan dengan peringkat pada setiap faktor, kemudian seluruh hasil perkalian tersebut dijumlahkan secara vertikal dan akan diperoleh total skor pembobotan tersebut. Hasil pembobotan dan rating ditampilkan dalam bentuk matriks Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor Kekuatan : Kelemahan : Total Tabel 5 Matriks Eksternal Factor Evaluation Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating Skor Peluang : Ancaman : Total Hasil dari faktor internal dan eksternal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk matriks SWOT yang dapat menjelaskan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang akan dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya dalam merumuskan beberapa strategi alternatif.

21 9 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis, Topografi dan Iklim Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Barat yang telah ditetapkan dengan UU No. 49 tahun Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak dari Kota Padang sejauh 153 km. Secara geografis Kepulauan Mentawai terletak pada LS dan BT dengan luas wilayah kurang lebih 6.011,35 km 2 dan memiliki garis pantai 1.402,66 km. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sanding, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara topografi, keadaan Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara bukit-bukit dengan ketinggian 0 hingga 200 meter dari permukaan laut (dpl), dan dialiri sekitar 17 sungai utama yang berhilir di sisi timur dan barat gugusan pulau. Luas dari setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Luas dari setiap kecamatan beserta ibukota kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Kecamatan Ibu kota kecamatan Luas kecamatan (km²) Pagai Selatan Bulasat 901,08 Sikakap Sikakap 278,45 Pagai Utara Saumanganyak 342,02 Sipora Selatan Sioban 268,47 Sipora Utara Sido Makmur 383,08 Siberut Selatan Muara Siberut 508,33 Siberut Barat Daya Pasakiat Taileleu 649,08 Siberut Tengah Saibi Samukop 739,87 Siberut Utara Muara Sikabaluan 816,11 Siberut Barat Simalegi 1.124,86 Kepulauan Mentawai 6.011,35 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kecamatan Sikakap terletak di Pulau Pagai Utara pada koordinat 2 o o LS dan 100 o o BT. Luas wilayah Kecamatan Sikakap kurang lebih 278,45 km 2 yang terdiri dari tiga desa yaitu Sikakap, Matobe, dan Taikako. Kecamatan Sikakap terbentuk dari hasil pemekaran Kecamatan Pagai Utara Selatan yang terbentuk pada tahun 2007 dengan ibukota kecamatannya Sikakap.

22 10 Desa Sikakap merupakan daerah pesisir pantai yang memiliki ketinggian dua meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya 22,493 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Matobe, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Makalo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Taikako dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai. Jarak Desa Sikakap dengan ibukota kabupaten 112 km dan jarak dengan provinsi (Kota Padang) 196 km. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap terletak di Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang terdapat di Pulau Pagai. Secara geografis PPP Sikakap terletak pada posisi BT dan LS dengan batas-bataas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara : Dusun Sikakap Barat 2) Sebelah selatan: Selat Sikakap 3) Sebelah barat : Dusun Masabuk 4) Sebelah timur: Dusun Sikakap Tengah Jarak antara PPP dengan Kota Padang lebih kurang 120 mil, jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Mentawai lebih kurang 60 mil dan jarak dengan Ibu Kota Kecamatan Sikakap lebih kurang 1 km. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 tercatat jiwa yang terdiri dari penduduk lakilaki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa atau mengalami peningkatan sekitar 2,07 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak jiwa. Pertumbuhan dan jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Tabel 7 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%) , , , , ,19 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, Berdasarkan data yang diperoleh, menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai pertumbuhan penduduk yang terjadi semakin meningkat. Jumlah penduduk pada tahun mengalami pertumbuhan sebesar 2,27 %, tahun 2010 dan 2011 masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 2,07% dan 1,19 %.

23 11 Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun 2011 Kecamatan Penduduk Jumlah Laki-laki Perempuan Penduduk 1) Pagai Selatan ) Sikakap ) Pagai Utara ) Sipora Selatan ) Sipora Utara ) Siberut Selatan ) Siberut Barat Daya ) Siberut Tengah ) Siberut Utara ) Siberut Barat Total Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, Keterbatasan sarana pendidikan serta kurangnya kesadaran masyarakat Mentawai terhadap pentingnya pendidikan mengakibatkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia di daerah ini. Tingkat pendidikan berdasarkan kecamatan serta seluruh penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10. Tabel 9 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Mentawai tahun 2010 Kecamatan Tingkat pendidikan DI/DII DIII/Akademi Sarjana(S1-S2-S3) Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, Tabel 10 Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mentawai tahun 2010 Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Tidak/belum sekolah ,73 Tidak tamat SD ,39 Tamat SD ,48 SLTP ,08 SLTA DI/DII 432 0,66 DIII/Akademi 423 0,64 Sarjana(S1-S2-S3) 942 1,45 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

24 12 Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi perikanan yang cukup besar, baik untuk perikanan darat maupun perikanan lautnya. Perairan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Perairan laut dapat dikembangkan melalui operasi penangkapan dari Selat Mentawai hingga ke Samudera Hindia. Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan dapat dilihat pada Tabel 11. Potensi perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih dapat dikembangkan terutama pada pengembangan perikanan laut dengan memfasilitasi nelayan dengan alat dan teknologi penangkapan yang moderen. Potensi perikanan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan daerah sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan status sosial masyarakat Kabupaten Mentawai. Tabel 11 Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Jenis Areal Jumlah 1) Luas perairan laut ekonomis ,43 km 2 2) Panjang garis pantai 1.402,66 km 3) Jumlah sungai (muara) 27 sungai 4) Teluk 76 teluk 5) Perairan Umum 574 ha 6) Budidaya air payau/estuaria ha 7) Budidaya Laut ha 8) Terumbu karang ,62 ha 9) Hutan mangrove 789 ha Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam kegiatan operasi penangkapan ikan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya yang terdiri dari kapal/perahu, nelyan dan alat tangkap. 1) Kapal Kapal atau perahu penangkap ikan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan Kapal Motor (KM). Perkembangan jumlah armada kapal tahun 2006 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menjelaskan jumlah perahu dan kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai selama periode tahun 2006 hingga 2011 bervariasi. Jumlah kapal motor tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebanyak 56 unit, untuk perahu motor tempel (PMT) 492 unit pada tahun 2009, dan perahu tanpa motor (PTM) 1181 unit pada tahun 2009.

25 Tabel 12 Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun PTM Pertumbuhan per tahun (%) PMT Pertumbuhan per tahun (%) KM Pertumbuhan per tahun (%) , , , , , , , , , , , , , , ,43 Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, Armada kapal penangkap ikan yang ada di PPP Sikakap terdiri atas Kapal Motor (KM), Perahu Motor Tempel (PMT), dan Perahu Tanpa Motor (PTM). Jumlah kapal pada tahun 2006 sebanyak 219 kapal dan pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 191 kapal hingga pada tahun 2010 hanya terdapat 110 kapal yang mendarat di PPP Sikakap. Penurunan pada tahun 2007 dan 2010 diakibatkan oleh adanya bencana alam yaitu terjadinya gempa dan tsunami di daerah tersebut khususnya di Sikakap sehingga nelayan yang biasanya menangkap ikan dilarang melaut oleh pemerintah setempat. Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap tahun 2006-April 2012 Jumlah kapal (unit) Tahun (GT) (GT) (GT) (GT) (GT) (GT) Total s/d April Jumlah Sumber : PPP Sikakap, ) Alat Tangkap Alat penangkap ikan yang digunakan di daerah tersebut terdiri atas pukat tepi, jaring insang, bagan, pancing tonda dan alat tangkap lainnya. Perkembangan jumlah alat penangkap ikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 14.

26 14 Tabel 14 Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Tahun Jumlah Pukat Tepi Jaring Insang Bagan Pancing Tonda Jumlah Total Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, Tabel 14 menjelaskan bahwa perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami penurunan. Penurunan jumlah alat tangkap tersebut diakibatkan adanya bencana alam yang terjadi di daerah tersebut sehingga banyak alat tangkap yang hilang dan rusak. Jenis alat tangkap yang paling banyak terdapat di daerah tersebut yaitu jaring insang. Banyaknya jumlah alat tangkap jaring insang dipengaruhi oleh ketertarikan nelayan dalam mendapatkan ikan yang lebih cepat dan mudah dalam pengoperasiannya. Selanjutnya jumlah alat tangkap yang menempati urutan kedua terbanyak adalah pancing tonda. Pancing tonda banyak diminati oleh masyarakat setempat karena proses pembuatan dan biayanya murah serta masih banyaknya nelayan tradisional. Selain itu, jenis alat tangkap lain-lain yang terdapat di daerah tersebut yaitu tombak dan jala tebar. Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di PPP Sikakap dalam operasi penangkapan terdiri dari pancing, bubu dan jaring insang dengan jumlah masing-masing adalah 36 unit, 148 unit dan 20 unit. 3) Nelayan Nelayan Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu nelayan penuh (full time) dan nelayan sambilan (part time). Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Tahun Nelayan penuh Nelayan sambilan Total Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

27 Tabel 15 menjelaskan bahwa pada tahun 2005 hingga 2008 jumlah nelayan mengalami peningkatan dan didominasi oleh nelayan penuh. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan yang tersedia pada tahun tersebut masih banyak dan nelayan asing belum banyak melakukan aktivitas penangkapan ikan di Perairan Mentawai. Jumlah nelayan penuh pada tahun 2009 hingga 2011 cenderung berkurang. Nelayan penuh pada tahun 2011 berjumlah 34 orang, hal ini diduga karena adanya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kabupaten Mentawai pada tahun Selain itu, berkurangnya jumlah nelayan diakibatkan adanya kapal-kapal ukuran besar yang melakukan aktivitas penangkapan di Perairan Mentawai. Kapal-kapal tersebut datang dari daerah lain yaitu Sibolga, Bengkulu, Jawa dan Padang. Nelayan yang terdapat di PPP Sikakap terdiri dari nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan yang terdapat di PPP Sikakap tidak hanya terdiri dari nelayan setempat melainkan ada juga yang berasal dari Kota Padang, Pariaman, Pesisir Selatan yang singgah di PPP Sikakap. Nelayan pendatang umumnya mengoperasikan alat tangkap puse seine dengan ukuran kapal yang lebih besar dibandingkan nelayan setempat. Jumlah total nelayan PPP Sikakap 250 orang diantaranya 150 orang berupa nelayan penuh dan 100 orang nelayan sambilan. Besarnya jumlah nelayan di PPP Sikakap antara lain karena pihak pengelola PPP Sikakap memberikan pelayanan yang baik misalnya pelayanan jasa tambat labuh tanpa dipungut biaya. 15 Produksi Hasil Tangkapan Jenis ikan yang didaratkan di PPP Sikakap antara lain ikan kerapu (Ephinephelus spp), tuna (Thunnus sp), tongkol (Euthynnus sp), kuwe (Caranx sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), kembung (Rastrelliger sp), julung-julung (Tylourus sp), dan tenggiri (Scomberomorus commerson). Ikan yang didaratkan di PPP Sikakap hanya ikan yang memiliki nilai ekonomis penting sisanya dijual langsung kepada masyarakat setempat. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Sikakap berkisar 70 % dari total hasil tangkapan dan ditampung oleh pedagang pengumpul. Produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap pada tahun mengalami penurunan kecuali pada tahun 2009 yang mengalami peningkatan sebesar 11,87 %. Penurunan produksi hasil tangkapan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah nelayan, armada penangkapan ikan dan alat tangkap yang semakin berkurang di Kabupaten Kepulauan Mentawai secara khusus di PPP Sikakap. Berkurangnya unit penangkapan ikan tersebut disebabkan karena adanya bencana alam yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2007 dan 2010 sehingga berdampak pada produksi hasil tangkapan. Produksi hasil tangkapan rata-rata pertahun di PPP Sikakap 113,84 ton. Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan juga dipengaruhi oleh fungsi kepelabuhanan. Pelayanan yang diberikan oleh PPP Sikakap masih kurang, hal ini dapat dilihat pada rusaknya fasilitas pabrik es dan gedung pelelangan. Rusaknya pabrik es mengakibatkan nelayan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan es untuk melaut sehingga sebagian nelayan hanya melakukan penangkapan ikan dengan waktu satu malam di perairan untuk menangkap ikan (one day fishing). Hal

28 16 tersebut tentunya hasil tangkapan ikan yang dihasilkan merupakan ikan yang tidak memiliki nilai jual yang tinggi seperti ikan kembung (Rastrelliger sp), julungjulung (Tylourus sp), layur (Trichiurus sp) yang langsung dijual ke konsumen tanpa melakukan perekapan data hasil tangkapan ke PPP Sikakap. Rusaknya fasilitas TPI PPP Sikakap mengakibatkan tidak adanya pelelangan ikan sehingga ikan hasil tangkapan nelayan langsung ditampung oleh pedagang pengumpul yang hanya menerima ikan ekonomis penting. Pengumpulan data dilakukan oleh pedagang pengumpul dan hanya data hasil tangkapan ikan ekonomis penting saja, untuk ikan yang tidak memiliki nilai ekonomis penting langsung dijual nelayan ke masyarakat tanpa melakukan perekapan data. Hal ini tentunya mempengaruhi dari jumlah data hasil tangkapan yang dikumpulkan oleh PPP Sikakap. Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Tabel 16.

29 Tabel 16 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan PPP Sikakap Tahun Jenis ikan Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai (Kg) (Rp.000) (Kg) (Rp.000) (Kg) (Rp.000) (Kg) (Rp.000) (Kg) (Rp.000) 1) Kerapu ) Kakap ) Kuwe ) Julung-julung ) Cakalang ) Tongkol ) Tenggiri ) Gurita/Cumicumi ) Lain-lain ) Tuna Jumlah Pertumbuhan (%) Sumber : PPP Sikakap,

30 18 Musim Penangkapan Ikan Nelayan PPP Sikakap mengenal adanya musim barat, dan musim timur. Musim barat terjadi pada bulan Mei-Agustus yang ditandai dengan adanya gelombang laut yang besar. Musim timur berlangsung dari bulan September-April yang ditandai dengan keadaan perairan yang relatif tenang. Pada umumnya operasi penangkapan ikan dilakukan pada musim timur, sedangkan pada musim barat sebagian besar nelayan melakukan perbaikan perahu/kapal, alat tangkap atau memilih aktivitas lainnya seperti bertani untuk mencari penghasilan tambahan. Operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di PPP Sikakap berlangsung sepanjang tahun. Ketersediaan sumberdaya ikan di perairan Kepulauan Mentawai memicu adanya aktivitas penangkapan ikan yang berlangsung secara terus menerus. Musim penangkapan ikan dengan hasil tangkapan yang banyak terjadi pada bulan April-September yang merupakan musim timur sedangkan musim penangkapan ikan dengan hasil tangkapan sedikit terjadi pada bulan Mei-Agustus yang merupakan musim barat. Daerah Penangkapan Ikan Penentuan posisi daerah penangkapan ikan sangat penting untuk menciptakan usaha penangkapan yang efektif dan efisien. Berdasarkan jalur penangkapan ikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelompokkan kedalam tiga jalur, yaitu : jalur I (0-5 mil), jalur II (5-10 mil) dan jalur III (10 mil dari lepas pantai). Nelayan PPP Sikakap hingga saat ini melakukan operasi penangkapan ikan umumnya masih berada pada jalur I (0-5 mil) dan II (5-10 mil), hanya sebagian kecil yang beroperasi di jalur III (10 mil dari lepas pantai). Hal ini karena unit penangkapan yang digunakan tidak terlalu besar. Pencarian daerah penangkapan ikan umumnya belum mempunyai pedoman yang tetap, melainkan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Keberhasilan dalam melakukan operasi penangkapan ikan di suatu lokasi akan diulang kembali di lokasi yang sama. Nelayan lokal/setempat biasanya melakukan operasi penangkapan ikan dengan waktu melaut berkisar 1 sampai 3 hari. Lokasi daerah penangkapan ikan tidak begitu jauh, yaitu di sekitar Selat Mentawai dan Samudera Indonesia, sedangkan waktu melaut untuk nelayan pendatang dapat mencapai 1 sampai 3 bulan dengan alat tangkap purse seine. PPP Sikakap digunakan oleh nelayan pendatang untuk tempat persinggahan saja, istirahat dan mengisi perbekalan melaut sebaliknya hasil tangkapan nelayan tersebut dijual di luar PPP Sikakap.

31 19 Peranan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai Sektor perikanan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi sektor perikanan terhadap pendapatan daerah dapat dilihat pada nilai Z pada Tabel 17. Tabel 17 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan harga konstan (Juta rupiah) Tahun Y Yb Z(%) , ,96 12, , ,18 12, , ,75 11, , ,65 11, , ,90 11, , ,47 12, , ,47 12, , ,73 12, , ,71 12, , ,48 13, , ,85 13,25 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2004 dan Ket : Y Yb Z : Jumlah PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai : Jumlah PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai : Persentase kontribusi PDRB sektor perikanan terhadap pendapatan daerah Tabel 17 menjelaskan bahwa persentase kontribusi pendapatan sektor perikanan terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan mentawai pada tahun Persentase (nilai Z) dari kontribusi sektor perikanan meiliki nilai yang berkisar 11,75-13,25 %. Pada tahun 2000, sektor perikanan memberikan kontribusi untuk pendapatan daerah sebesar 11,75 % dari total pendapatan daerah, begitu juga pada tahun 2010, sektor perikanan memberikan kontribusi pada pendapatan daerah sebesar 13,25 %. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Mentawai Lapangan Usaha yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian besar didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, perburuan serta perikanan. Hal ini didukung dari keadaan geografis daerah setempat serta budaya

32 20 yang terdapat di wilyah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Lapangan usaha perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel menempati urutan kedua di daerah tersebut. Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai yang bekerja menurut umur 15 tahun keatas dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai yang bekerja menurut lapangan usaha tahun Lapangan Usaha Tahun a) Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan b) Pertambangan dan penggalian c) Indus tri pengolahan d) Listrik, gas dan air e) Bangunan f) Perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel g) Angkutan, pergudangan dan komunikasi h) Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan i) Jasa kemasyarakatan Total Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas PPP Sikakap Pengelolaan pelabuhan perikanan tentunya akan berkaitan dengan aktivitasaktivitas yang terdapat di dalamnya (Pane, 2002). Aktivitas yang terdapat di PPP Sikakap berkaitan dengan fungsi dari pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 (DKP, 2012). Aktivitas tersebut antara lain: 1) Pelayanan administrasi tambat dan labuh kapal perikanan Peran pelabuhan perikanan terhadap kapal-kapal penangkap ikan yaitu terkait dengan fungsinya sebagai tempat yang aman bagi kapal-kapal yang datang untuk mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan (DKP, 2008). Pelabuhan perikanan harus menyediakan dermaga, kolam pelabuhan yang cukup agar kapal besar dapat bergerak leluasa (Lubis, 2011). Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap memiliki dermaga pelabuhan yang berbatasan langsung dengan Selat Sikakap. Dermaga tersebut digunakan oleh kapal-kapal perikanan untuk bersandar, berlabuh serta mendaratkan hasil tangkapannya dan juga untuk bersandar dan berlabuhnya kapal-kapal TNI AL yang datang melakukan patrol (DKP Sumatera Barat, 2009).

33 Kapal-kapal yang masuk di PPP Sikakap diperiksa langsung oleh petugas perikanan yang bekerjasama dengan petugas syahbandar. Jumlah rata-rata kapal yang melakukan tambat dan labuh di dermaga PPP Sikakap sekitar 10 kapal per harinya. Pemeriksaan kapal-kapal tersebut berupa dokumen kapal, barang-barang muatan dan Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan (SIUP). Pengawasan kapal-kapal lokal berupa Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan sehingga setiap kapal yang beroperasi dapat terorganisir dengan baik. 2) Aktivitas pendaratan ikan Aktivitas pendaratan ikan di PPP Sikakap berlangsung pada pukul WIB meliputi proses pembongkaran hasil tangkapan, penyortiran dan pengangkutan hasil tangkapan. Ikan-ikan yang didaratkan merupakan ikan hasil tangkapan dari laut yang ditangkap oleh kapal-kapal perikanan lokal. Hasil tangkapan nelayan dibongkar ke dermaga kemudian dibawa ke tempat pedagang pengumpul. Ikan hasil tangkapan diangkut menggunakan tenaga manusia karena jarak antara dermaga dengan tempat pengumpulan ikan 15 meter. Alat angkut yang digunakan yaitu keranjang yang disediakan oleh pedagang pengumpul. Penyortiran hasil tangkapan dilakukan secara manual berdasarkan jenis, ukuran (besar/kecil), dan mutunya (bagus/rusak). Menurut Lubis (2011), bahwa pembongkaran dan penyeleksian ikan harus dilakukan secara cepat dan cermat agar tingkat kesegaran ikan tetap terjaga. Ikan hasil tangkapan yang telah disortir diletakkan ke dalam basket/keranjang yang berukuran lebih kurang 20 kg yang langsung disediakan oleh pedagang pengumpul. Kapal-kapal pendatang tidak melakukan pendaratan hasil tangkapan di PPP Sikakap. Alur proses pendaratan ikan secara singkat di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 1. Operasi pendaratan ikan dikelola oleh PPP Sikakap melalui salah satu petugas pelabuhan. Jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya biasanya 7-10 kapal per hari. Penanganan proses pendaratan ikan berjalan dengan lancar (tanpa adanya penumpukan ikan di dermaga). Waktu pendaratan ikan biasanya berlangsung selama 1 hingga 2 jam tergantung pada banyaknya jumlah ikan serta alat tangkap yang digunakan. 21 Kapal bertambat di dermaga Hasil tangkapan dibongkar dari palka oleh nelayan Ikan ditaruh dalam basket Ikan dibawa ke tempat pengelola pemasaran (pedagang pengumpul) Penyortiran ikan Ikan dijual Gambar 1 Diagram proses pendaratan ikan di PPP Sikakap

34 22 3) Aktivitas pemasaran ikan Hasil tangkapan nelayan dijual langsung kepada pedagang pengumpul tanpa lelang karena TPI Sikakap tidak lagi melakukan pelelangan. Pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan perikanan yang bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan maupun pada pedagang (Lubis, 2011). Pembelian ikan secara langsung dilakukan oleh pedagang pengumpul setelah adanya kesepakatan harga antara kedua belah pihak. Setelah kesepakatan harga ditetapkan, ikan tersebut langsung diangkut ketempat pengepakan dengan menggunakan tenaga manusia. Peranan PPP Sikakap dalam memasarkan ikan melalui pelelangan belum terlaksana karena belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mengatur mengenai pelelangan ikan. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya aktivitas pelelangan ikan yaitu sedikitnya jumlah pedagang pengumpul dan pengecer yang mau membeli ikan dalam jumlah banyak dan hanya mau membeli ikan-ikan yang bernilai jual diatas harga Rp /kg saja. Ikan hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis rendah langsung dijual oleh nelayan ke konsumen lokal sedangkan untuk ikan ekonomis penting dijual ke pedagang pengumpul untuk dipasarkan ke Padang. Selain faktor tersebut, adanya kebiasaan nelayan yang menjual hasil tangkapannya langsung ke konsumen karena hasil tangkapannya sedikit, hal ini mengakibatkan berkurangnya armada penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Sikakap. Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 2. Nelayan Pedagang pengumpul Sikakap Pedagang pengumpul Padang Pedagang pengecer Sikakap Pedagang pengecer Padang Konsumen Sikakap Konsumen Padang Gambar 2 Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap 4) Pengumpulan data perikanan. Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh PPP Sikakap melalui pedagang pengumpul. Data yang dikumpulkan berupa hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis penting dan berbagai jenis ikan lainnya. Pihak PPP Sikakap tidak melakukan pengumpulan data pada nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di luar PPP Sikakap atau nelayan yang menjual langsung hasil tangkapannya ke konsumen. Pemerintah setempat menghimbau agar setiap nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan agar melaporkan hasil tangkapannya ke PPP Sikakap, namun masih ada nelayan yang belum melakukannya. 5) Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan Penyuluhan perikanan merupakan suatu proses pembelajaran bagi para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan

35 potensi dan kemampuan masyarakat nelayan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kualitas sumberdaya dan tingkat pendidikan yang dimiliki nelayan PPP Sikakap tergolong masih rendah. Rata-rata pendidikan nelayan hanya lulus Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh karena itu, PPP Sikakap sangat dibutuhkan dalam memberikan penyuluhan dan peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat nelayan. Kegiatan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan di PPP Sikakap dilaksanakan setiap dua kali dalam setahun. Kegiatan tersebut dilakukan di gedung pertemuan nelayan. Penyuluhan masyarakat nelayan diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penyuluhan juga diberikan kepada nelayan tradisional yang terletak dibagian pesisir pantai. Pelatihan-pelatihan tersebut berupa cara pembudidayaan ikan ekonomis, penanganan mutu dan kualitas ikan saat pasca tangkap dan pelatihan wirausaha dalam bidang perikanan yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. 6) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan PPP Sikakap bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan pengawasan kelestarian sumberdaya ikan dan habitatnya. Instansi tersebut secara aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat agar melakukan penangkapan ikan yang ramah lingkungan erta menjaga habitat ikan dengan tidak merusak terumbu karang yang ada. 23 Fasilitas PPP Sikakap Pada dasarnya fasilitas yang dimiliki oleh pelabuhan perikanan sama dengan fasilitas yang dimiliki oleh pangkalan pendaratan ikan, hanya kapasitas fasilitasnya yang berbeda (Lubis dan Pane 2006). Berdasarkan pada kepentingannya terhadap kebutuhan pengoperasian suatu pelabuhan perikanan yang mutlak diperlukan atau vital, yakni: 1) Dermaga pendaratan ikan dan muat, 2) Kolam pelabuhan, 3) Sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, 4) Tempat pelelangan ikan, 5) Pabrik es, 6) Tangki dan instalasi air, 7) Tempat penyediaan bahan bakar, 8) Bengkel reparasi kapal, 9) Kantor administrasi (Lubis et all, 2005). Fasilitas yang dikelola oleh PPP Sikakap yaitu fasilitas yang digunakakan untuk aktivitas yang berjalan di dalamnya. Kondisi, kapasitas serta pemanfaatan fasilitas tertera pada Tabel 19. Penjelasan lebih rinci dari masing-masing fasilitas PPP Sikakap telah diuraikan di bawah ini: 1) Fasilitas Pokok Fasilitas pokok berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok yang dimiliki PPP Sikakap antara lain: (1) Lahan pelabuhan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap memiliki lahan seluas m 2. Lahan tersebut digunakan untuk bangunan gedung dan perkantoran dan kondisinya masih banyak yang kosong. Lahan yang kosong tersebut digunakan

36 24 oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Lahan yang terpakai untuk pembangunan gedung dan perkantoran seluas m 2 dan sisanya untuk pembangunan industri perikanan (DKP Sumatera Barat, 2010). Lahan PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 19 Jenis dan kapasitas fasilitas PPP Sikakap serta pemanfaatannya Fasilitas Kapasitas Pemanfaatan Pengelola Kondisi Fasilitas pokok : 1. Dermaga 50 x 10 m dimanfaatkan PPP Baik 2. Alur pelayaran 700 m 2 dimanfaatkan PPP Baik 3. Kolam pelabuhan m 2 dimanfaatkan PPP Baik 4. Jalan dalam kompleks m dimanfaatkan PPP Baik 5. Turab 220 m dimanfaatkan PPP Baik Fasilitas fungsional : 1. Gedung TPI 480 m 2 tidak dimanfaatkan PPP Rusak 2. Ruang pendingin 64 m 2 tidak dimanfaatkan PPP Rusak 3. Pabrik es 288 m 2 tidak dimanfaatkan PPP Rusak 4. Tangki BBM 25 ton tidak dimanfaatkan PPP Rusak 5. Bengkel 1 unit dimanfaatkan PPP Baik 6. Sarana Komunikasi 1 unit tidak dimanfaatkan PPP Baik 7. Instalasi air bersih 3 unit dimanfaatkan PPP Baik 8. Instalasi listrik 10.5 KVA dimanfaatkan PPP Baik Fasilitas penunjang : 1. Kantor pelabuhan 150 m 2 dimanfaatkan PPP Baik 2. MCK 60 m 2 dimanfaatkan PPP Baik 3. Toko BAP 4 unit dimanfaatkan PPP Baik 4. Balai pertemuan nelayan 200 m 2 dimanfaatkan PPP Baik 5. Rumah jaga 24 m 2 dimanfaatkan PPP Baik 6. Pagar Keliling 900 m dimanfaatkan PPP Rusak 7. Kantor syahbandar 80 m dimanfaatkan PPP Baik 8. Perumahan dinas 4 unit dimanfaatkan PPP Baik Luas lahan m 2 dimanfaatkan PPP Luas Sumber : PPP Sikakap (2012), hasil wawancara dan pengamatan (2) Dermaga Dermaga PPP Sikakap terletak di depan gedung TPI dan berdampingan dengan Selat Sikakap sehingga kapal yang berlabuh di dermaga tersebut terhindar dari gelombang. Jarak dermaga dengan tempat penampungan hasil tangkapan 15 m. Dekatnya jarak dermaga memudahkan dan mempercepat proses pengangkutan hasil tangkapan. Dermaga PPP Sikakap berfungsi dalam aktivitas bongkar hasil tangkapan, untuk memuat perbekalan melaut, serta digunakan untuk berlabuh atau persinggahan nelayan dari luar Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dermaga mempunyai luas 500 m 2 dengan panjang 50 meter dan lebar 10 meter. Tinggi dermaga bagian pangkal 3 meter sedangkan pada bagian ujung 8 meter. Kondisi dermaga saat ini pada bagian fendernya sudah banyak yang rusak dan lepas. Dermaga PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 4. (3) Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan merupakan perairan tempat masuknya kapal yang bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan meliputi alur pelayaran dan sebagai

37 kolam putar. Kolam pelabuhan PPP Sikakap merupakan bagian dari Selat Sikakap (alami) yang mempunyai luas m 2. Kedalaman kolam pelabuhan pada saat air laut pasang berkisar ± 7 meter dan saat surut berkisar ± 6 meter. Gelombang laut di sekitar kolam pelabuhan relatif kecil sehingga aman bagi kapal-kapal yang bersandar. Kondisi kolam pelabuhan PPP Sikakap masih cukup luas sehingga kapal tidak sulit untuk memutar serta tidak adanya pendangkalan kolam pelabuhan tersebut. (4) Alur Pelayaran Alur pelayaran merupakan bagian perairan pelabuhan yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga. Alur pelayaran berfungsi sebagai jalan masuk atau keluar bagi kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan (Lubis, 2012). Alur pelayaran di PPP Sikakap berupa bagian dari Selat Sikakap yang bersifat alami dan mempunyai luas 700 m 2. Sepanjang alur pelayaran PPP Sikakap sudah dilengkapi dengan alat bantu navigasi pada daerah yang dangkal sehingga memudahkan nelayan beroperasi di malam hari. Alur pelayaran untuk menuju PPP Sikakap ada dua arah yaitu dari bagian barat jika nelayan menangkap ikan di Samudera Indonesia dan bagian timur jika nelayan melakukan penangkapan ikan di bagian Selat Mentawai. Alur pelayaran PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 5. (5) Turab Sepanjang Pantai PPP Sikakap terdapat turab yang panjangnya 220 meter. Turab tersebut masih dalam kondisi baik dan dimanfaatkan oleh nelayan untuk tempat bersandarnya perahu motor milik nelayan. Turab PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 6. (6) Jalan dan kompleks Jalan komplek pelabuhan terbuat dari beton dengan panjang 1014 meter dan dalam kondisi baik. Terdapat 3 jalan masuk menuju area PPP Sikakap sehingga memudahkan aksesibilitas para pengguna pelabuhan. 25 Gambar 3 Lahan di PPP Sikakap

38 26 Gambar 4 Dermaga tambat labuh di PPP Sikakap Gambar 5 Alur pelayaran di PPP Sikakap Gambar 6 Turab di sepanjang Pantai PPP Sikakap

39 2) Fasilitas Fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas pelabuhan (Lubis 2012). Fasilitas ini tidak harus ada di setiap pelabuhan, namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan tersebut. Fasilitas fungsional yang terdapat di PPP Sikakap antara lain : gedung TPI, pabrik es, tangki BBM, bengkel, instalasi air, dan instalasi listrik. (1) Gedung TPI Gedung TPI dibangun oleh pemerintah pusat pada tahun 1977/1978 dengan tujuan untuk mendukung pengembangan dan keberhasilan usaha perikanan tangkap dan juga membantu nelayan memasarkan hasil tangkapannya dan menstabilkan harga. Gedung TPI terletak di depan dermaga dengan luas bangunan seluruhnya 480 m 2. Gedung TPI berlantai dua dan dilengkapi ruang kantor, dan MCK. Lantai TPI dibuat miring dan belum dilapisi keramik serta terdapat saluran pembuangan yang terarah ke laut. Jarak gedung TPI dari dermaga pelabuhan sejauh 15 meter sehingga memudahkan nelayan untuk mengangkut hasil tangkapannya. Gedung TPI sudah tidak digunakan lagi, hal ini dilihat dari kondisi bangunan yang sudah rusak akibat faktor usia dan adanya bencana alam pada Tahun Kondisi gedung TPI saat ini dinding gedung retak, atap gedung sudah bocor dan ada yang sudah lepas, serta warna cat gedung sudah dipenuhi oleh lumut. Gedung TPI PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 7. (2) Pabrik Es Penyediaan es di suatu pelabuhan perikanan dapat dipenuhi melalui penyediaan pabrik es di pelabuhan tersebut. Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengatakan bahwa, fasilitas seperti pabrik es sangat diperlukan di tempat pendaratan ikan, karena es digunakan untuk mepertahankan kesegaran ikan setelah ikan ditangkap, pada saat proses pendaratan serta dalam proses pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran. Pabrik es PPP Sikakap mempunyai luas 288 m 2 yang dilengkapi dengan plate ice maker dan kompresor merek Hitachi sebanyak dua buah dengan dinamo masing-masing 90 kw (DKP Sumatera Barat, 2010). Kondisi pabrik es saat ini yaitu cat gedung sudah pudar, kondisi plate ice maker sudah banyak yang mengalami keropos, kompresor pompa amoniak rusak dan terdapat kebocoran pada instalasi. Kondisi tersebut mengakibatkan produksi pabrik es di PPP Sikakap tidak berfungsi. Ketiadaan pabrik es/depot menjadi kendala utama bagi para nelayan dalam memenuhi kebutuhan es di pelabuhan perikanan (Sumiati, 2008). Pihak PPP Sikakap mencari solusi dengan cara memasok es dari Kota Padang. Es yang disuplai dari Kota Padang diangkut melalui kapal milik ASDP melalui kerjasama antara pihak PPP Sikakap dengan ASDP sehingga setiap balok es mendapat potongan harga. Es balok dijual dengan harga Rp /balok. Mahalnya harga es tersebut dipengaruhi oleh biaya transportasi dari Kota Padang sampai di PPP Sikakap. Pihak PPP Sikakap sudah meminta bantuan kepada pemerintah pusat agar pabrik es yang ada di PPP Sikakap dapat diperbaiki agar memperlancar proses aktivitas penangkapan ikan. Es balok yang disuplai dari Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 8. (3) Tangki BBM Tangki BBM di PPP Sikakap berjumlah 2 unit dengan masing-maing memiliki kapasitas 25 ton (DKP Sumatera Barat, Kondisi tangki BBM 27

40 28 masih baik tetapi untuk saat ini tidak beroperasi karena belum adanya sarana transportasi untuk pengangkutan BBM dari pertamina ke PPP Sikakap. Nelayan membeli bahan bakar dari kios-kios yang diusahakan secara perorangan di sekitar pelabuhan. Kondisi tangki BBM yang terdapat di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 9. (4) Bengkel Bengkel PPP Sikakap berupa satu unit bengkel kecil yang diusahakan oleh penduduk setempat. Bengkel tersebut berfungsi dan hanya melayani perbaikan mesin-mesin kapal yang mengalami kerusakan kecil saja. Mesin kapal yang mengalami kerusakan besar harus dibawa ke Kota Padang karena fasilitas yang terdapat di bengkel PPP Sikakap terbatas. Bengkel tersebut juga melayani jasa pengelasan baja atau besi. Bengkel PPP Sikakap letaknya tidak jauh dari dermaga sehingga memudahkan nelayan dalam mengangkat mesin dari kapal ke tempat bengkel jika mesin mengalami kerusakan. (5) Ruang Pendingin Ruang pendingin PPP Sikakap mempunyai luas 64 m 2 yang terdiri dari 15 m 2 ruangan bagian depan, 25 m 2 untuk cool room dan 24 m 2 untuk ruang kantor dan mesin. Ruang mesin terdapat dua buah kompresor dan tiga unit evaporator dengan kapasitas 25 ton/hari. Kondisi gedung ruang pendingin (cool room) masih baik sedangkan mesin kompresor sudah rusak, hal ini mengakibatkan fasilitas cool room PPP Sikakap tidak dapat berfungsi dengan baik. (6) Instalasi Air Bersih Instalasi air yang dimiliki PPP Sikakap dialirkan melalui pipa galvanis yang berukuran 4 sepanjang 1,5 km yang kemudian ditampung kedalam bak penampung sebanyak 3 unit dan selanjutnya didistribusikan. Kondisi intalasi air bersih saat ini sudah banyak sambungan pipa yang bocor sehingga banyak air yang terbuang. Bak penampungan air bersih memiliki luas lantai keseluruhan 60 m 2 dengan tinggi 3 meter. Kondisi bak penampungan air sudah banyak yang retak dan perlu diadakannya perbaikan oleh PPP Sikakap. Fasilitas sumur bor yang tersedia di area PPP Sikakap masih berfungsi dengan baik dan sudah dapat memenuhi kebutuhan. Bak penampungan air yang terdapat di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 10. (7) Instalasi Listrik Energi listrik PPP Sikakap bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas daya 10,5 KVA. Instalasi listrik dalam kondisi baik dan dapat memenuhi kebutuhan di area PPP Sikakap. Luas gedung tempat instalasi listrik PPP Sikakap yaitu 60 m 2 dan dilengkapi dengan mesin genset yang mempunyai kapasitas daya 10 KVA. Mesin genset tersebut digunakan jika terdapat pemadaman listrik dari PLN setempat. Listrik ini dialirkan ke semua gedung dan penerangan jalan di sekitar area pelabuhan. (8) Saluran Komunikasi Saluran komunikasi yang terdapat di PPP Sikakap berupa radio SSB dan telepon. Layanan radio tersebut digunakan nelayan pada saat mengalami bahaya melaut ketika melakukan penangkapan ikan sehingga pihak PPP Sikakap dapat memberikan pertolongan yang cepat. Kondisi radio SSB saat ini tidak dapat digunakan akibat adanya gempa. Pihak PPP Sikakap sudah meminta bantuan kepada pemerintah pusat mengenai perbaikan radio tersebut.

41 29 Gambar 7 Gedung TPI PPP Sikakap yang sudah rusak Gambar 8 Es balok yang disuplai dari Kota Padang Gambar 9 Tangki BBM di PPP Sikakap

42 30 Gambar 10 Bak penampungan air bersih PPP Sikakap 3) Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan yaitu fasilitas yang tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan (Lubis, 2012). Fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Sikakap meliputi : kantor pelabuhan, MCK, Balai Pertemuan Nelayan, rumah jaga, toko BAP, pagar keliling, kantor syahbandar, tempat parkir, penginapan nelayan, dan perumahan dinas. (1) Kantor pelabuhan Kantor pelabuhan perikanan PPP Sikakap digunakan oleh petugas/pegawai pelabuhan perikanan untuk melaksanakan administrasi guna kelancaran operasional pelabuhan. Pegawai pelabuhan melakukan pelayanan kepada nelayan mengenai keluhan-keluhan terhadap penggunaan fasilitas pelabuhan. Luas kantor pelabuhan PPP Sikakap 150 m 2 dan memiliki 6 ruangan yaitu, ruang kepala pelabuhan, ruang penerima tamu, ruang arsip, ruang administrasi pegawai, ruang tata usaha dan toilet. Kantor pelabuhan PPP Sikakap juga dilengkapi dengan layanan telekominikasi yang menunjang proses administrasi. Kondisi kantor pelabuhan masih baik dan digunakan sesuai dengan fungsinya. Kantor PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 11. (2) MCK Luas bangunan MCK PPP Sikakap 60 m 2 dan berfungsi dengan baik. Gedung MCK digunakan nelayan baik nelayan lokal maupun pendatang dan tidak dipungut biaya. Lantai MCK PPP Sikakap sudah dilapisi dengan keramik dan selalu dibersihkan setiap pagi. Kondisi MCK PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 12. (3) Kantor syahbandar Kantor syahbandar PPP Sikakap dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Dinas Perhungungan Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kantor seluas 80 m 2 tersebut baru dibangun dan terletak di depan gedung TPI

43 Sikakap. Syahbandar bekerjasama dengan PPP Sikakap untuk pemeriksaan dokumen kapal perikanan. Syahbandar memiliki tugas dan wewenang diantaranya melakukan pemerikasaan pada kapal pendatang, pemeriksaan Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), Surat Penangkapan Ikan (SPI), Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), Pass biru, Surat Persetujuan Berlayar dan mengurus perizinan kapal penangkap ikan yang beroperasi. Berdasarkan kenyataan di lapangan ditemukan masih adanya kapal perikanan yang tidak memiliki Surat Penangkapan Ikan (SPI), serta Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan (SIUP). Hal ini menandakan bahwa syahbandar PPP Sikakap belum melakukan tugas dan wewenang dengan baik. Nelayan hanya mengurus Surat Laik Operasi saja. Hal itu dipilih, karena nelayan hanya melakukan penangkapan ikan di sekitar Perairan Sikakap dan tidak jauh dari PPP Sikakap. Kantor syahbandar PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 13. (4) Balai Pertemuan Nelayan (BPN) Balai Pertemuan Nelayan (BPN) dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan seperti rapat, musyawarah dan pelatihan atau penyuluhan perikanan. Gedung ini memiliki luas 200 m 2 dan kondisinya dalam keadaan baik serta dimanfaatkan sebagiamana mestinya. (5) Rumah Jaga Rumah jaga yang terdapat di PPP Sikakap digunakan untuk pos pengamanan di area PPP Sikakap. Rumah jaga dikelola oleh PPP Sikakap dan memiliki luas 24 m 2. Kondisi rumah jaga saat ini masih bagus dan berfungsi sebagaimana mestinya. (6) Toko BAP Toko BAP yang terdapat di PPP Sikakap berjumlah empat unit yang kondisinya masih baik. Toko BAP berfungsi melayani kebutuhan nelayan dalam memenuhi alat dan bahan penangkapan ikan. Toko ini dikelola oleh PPP Sikakap dan terletak di dekat dermaga pelabuhan sehingga mudah dijangkau. (7) Pagar keliling Pagar keliling PPP Sikakap memiliki panjang 900 meter dan tinggi satu meter yang terbuat dari tembok permanen dan diatasnya diberi kawat berduri setinggi satu meter. Kondisi pagar keliling saat ini, sebagian temboknya sudah banyak yang rusak dan kawatnya lepas bahkan kedua bagian tersebut sudah tidak ada lagi. (8) Perumahan Dinas Perumahan dinas PPP Sikakap sebanyak tiga unit yang terdiri dari tipe C sebanyak dua unit dan tipe D sebanyak 1 unit. Bangunan tersebut terdiri dari rumah kepala pelabuhan, dan pegawai pelabuhan perikanan. Bangunan ini terletak di sekitar area pelabuhan dan memiliki lingkungan yang bersih. Kondisi rumah dinas saat ini masih bagus dan sedang ditempati oleh pegawai Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap. 31

44 32 Gambar 11 Kantor pelabuhan PPP Sikakap Gambar 12 MCK di PPP Sikakap Gambar 13 Gedung BPN PPP Sikakap

45 Hasil dari pengamatan dan perhitungan terhadap fasilitas di PPP Sikakap sebagai berikut: Fasilitas Tabel 20 Ukuran fasilitas-fasilitas di PPP Sikakap Tersedia Ukuran Kebutuhan/standar Keterangan a) Panjang dermaga 50 m 101,07 m belum tercukupi b) Kedalaman kolam pelabuhan 6 m 2,75 m tercukupi c) Luas kolam pelabuhan 20,000 m m tercukupi d) Luas gedung pelelangan 400 m 20,61 m tercukupi e) Ketersediaan lahan m m 2 belum tercukupi *) Lahan pelabuhan sesuai yang ditetapkan pemerintah 33 Tabel di atas menjelaskan bahwa panjang dermaga yang ada sekarang belum memenuhi standar panjang yang seharusnya. Berdasarkan perhitungan (Lampiran 2) perlu adanya penambahan panjang dermaga sebesar 51,07 m agar dapat menampung kapal-kapal yang hendak bertambat labuh di PPP Sikakap. Kolam pelabuhan yang terdapat di PPP Sikakap dalam hal kedalaman dan luasnya sudah dapat memenuhi kebutuhan. Aktivitas pemasaran yang terdapat di PPP Sikakap berdasarkan perhitungan hanya membutuhkan lahan lantai gedung pelelangan ikan seluas 20,61 m 2, pada sisi lain sudah tersedia luas lantai gedung pelelangan 400 m 2. Luas lahan yang tersedia di PPP Sikakap belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah, namun demikian lahan yang tersedia masih banyak yang belum digunakan. Dampak Sektor Perikanan Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator PDRB daerah Analisis efek pengganda berdasarkan indikator PDRB daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel tersebut menjelaskan bahwa nilai koefisien pengganda selama periode dari tahun bervariasi antara 4,08-21,99. Koefisien pengganda berbeda setiap tahunnya bahkan ada yang mengalami penurunan dan peningkatan yang signifikan. Hal ini tentunya akan memberikan dampak bagi pendapatan daerah melalui kontribusi yang dihasilkan dari sektor tersebut, seperti juga telah dijelaskan Suherman (2011), bahwa pembangunan sektor perikanan secara khusus pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan dapat memberikan dampak pengganda multiplier effect bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Koefisien pengganda tertinggi terdapat pada tahun 2002, yaitu sebesar 21,99. Angka tersebut menjelaskan bahwa setiap

46 34 peningkatan PDRB sektor perikanan sebesar Rp 1,00 maka akan menghasilkan PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar Rp 21,99. Koefisien pengganda yang dihasilkan dari masing-masing tahun tidak diperoleh hasil yang negatif, hal ini dipengaruhi dari PDRB daerah sektor perikanan dan pertanian mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Nilai koefisien pengganda yang terendah pada tahun 2005 yaitu 4,08. Angka tersebut menjelaskan bahwa setiap peningkatan PDRB sektor perikanan sebesar Rp 1,00 maka akan menghasilkan PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar Rp 4,08. Sektor perikanan yang terdapat di daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat terus menciptakan efek pengganda sehingga terjadi pembelian kembali di dalam daerah dan seterusnya yang dapat membuka lapangan kerja baru. Tabel 21 Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan PDRB harga konstan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun (juta rupiah) Tahun Y Yb Δy Δyb Msy= ΔY/Δyb , , , , , ,22 8, , , ,40 982,57 21, , , , ,90 9, , , , ,25 7, , , , ,57 4, , , , ,00 4, , , , ,26 7, , , , ,98 6, , , , ,77 4, , , , ,37 6,72 Ket : Y : Jumlah PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai Yb : Jumlah PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Δy : Perubahan PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai Δyb : Perubahan PDRb sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Msy : Koefisien Multiplier effect Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator tenaga kerja Analisis efek pengganda sektor perikanan berdasarkan indikator tenaga kerja Kabupaten Kepulauan Mentawai digunakan untuk memprediksi kesempatan kerja yang akan dihasilkan pada sektor perikanan. Perhitungan Multiplier effect sektor perikanan berdasarkan indikator tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu, perbandingan antara perubahan tenaga kerja seluruh sektor dengan perubahan tenaga kerja sektor perikanan. Menurut Suherman dan dault (2009), Penambahan kegiatan pada sektor perikanan khususnya di pelabuhan

47 perikanan memberikan dampak pada terbukanya lapangan kerja baru untuk melayani kebutuhan pegawai/pekerja pelabuhan. Multiplier effect kesempatan kerja subsektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 22. Table 22 menjelaskan bahwa multiplier effect kesempatan kerja perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun bervariasi antara 0,69-1,44. Multiplier effect kesempatan kerja pada tahun 2009 yaitu 1,05. Nilai tersebut menjelaskan bahwa penambahan satu orang tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat menciptakan kesempatan kerja wilayah sebanyak 2 orang. Pada tahun 2010 multiplier effect kesempatan kerja sektor perikanan yaitu 1,02 yang berarti bahwa penambahan satu tenaga kerja akan menciptakan kesempatan kerja sebanyak 2 orang. Pada tahun 2011 multiplier effect sektor perikanan yaitu 0,69 yang berarti bahwa penambahan satu tenaga kerja akan menciptakan kesempatan kerja sebanyak 1 orang. Pada tahun 2012 multiplier effect sektor perikanan yaitu 1,44 yang berarti bahwa penambahan satu tenaga kerja akan menciptakan kesempatan kerja sebanyak 2 orang. Multiplier effect kesempatan kerja sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai secara keseluruhan cenderung kecil, hal ini karena jumlah tenaga kerja pada sektor perikanan merupakan bagian dari gabungan sektor pertanian, kehutanan dan perburuan. 35 Tabel 22 Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan tenaga kerja Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun (orang) Tahun E Eb ΔE ΔEb Msy= ΔE/ΔEb , , , ,44 Keterangan : MSe : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja E : Perubahan tenaga kerja seluruh sektor Kabupaten Mentawai Eb : Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kabupaten Mentawai Location quotient sektor perikanan Peranan sektor perikanan terhadap perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat diketahui dengan melakukan perhitungan LQ sehingga dapat diperoleh bahwa sektor perikanan tersebut merupakan sektor basis atau tidak. Perhitungan tersebut dihitung berdasarkan nilai pendapatan dari sektor perikanan dan total dari keseluruhan sktor yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai serta Provinsi Sumatera Barat. Nilai PDRB sektor perikanan dan seluruh sektor Provinsi Sumatera barat dari tahun terus meningkat (BPS Provinsi Sumatera Barat, 2004 dan 2011). Nilai hasil perhitungan LQ sektor perikanan terhadap selurh sektor dapat dilihat pada Tabel 23. Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa peranan sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan sektor basis (LQ>1) dalam

48 36 pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Hal ini menjelaskan bahwa sektor perikanan sudah melakukan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat di daerah tersebut dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Tabel 23 Nilai location quotient sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Tahun Vi (juta rupiah) Vt (juta rupiah) Vi (juta rupiah) Vt (juta rupiah) LQ Keterangan , , , ,05 4,35 Basis , , , ,93 4,33 Basis , , , ,76 4,36 Basis , , , ,64 4,25 Basis , , , ,56 4,27 Basis , , , ,53 4,46 Basis , , , ,10 4,63 Basis , , , ,59 4,70 Basis , , , ,57 4,71 Basis , , , ,68 4,88 Basis , , , ,68 5,08 Basis Keterangan: vi : PDRB sektor perikanan Kabupaten Mentawai berdasarkan harga konstan vt : PDRB seluruh sektor Kabupaten Mentawai berdasarkan harga konstan Vi : PDRB sekor perikanan Provinsi Sumatera Barat berdasarkan harga konstan Vt : PDRB seluruh sektor Provinsi Sumatera Barat berdasarkan harga konstan Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap Identifikasi faktor-faktor SWOT 1) Kekuatan (Strength) meliputi: (S1) Memiliki lahan pelabuhan yang masih belum dimanfaatkan Lahan di Pelabuhan Perikanan Pantai Sikakap masih banyak yang kosong dan berpotensi untuk dikembangkan lagi. Lahan tersebut rencananya akan dibangun dan dijadikan kawasan insdustri perikanan. Menurut Lubis dan Sumiati (2011), pelabuhan perikanan perlu menyiapkan lahan yang luas untuk membangun kawasan industri perikanan. Luas maksimum lahan yang dipakai untuk seluruh fasilitas adalah m 2 sedangkan luas total dari lahan pelabuhan perikanan adalah m 2. Hal ini menandakan bahwa masih banyak lahan pelabuhan yang belum termanfaatkan. Oleh karena itu, lahan yang tersedia saat ini memberikan peluang untuk pengembangan pelabuhan perikanan tersebut. (S2) Posisi letak geografis yang dekat dengan fishing ground (Samudera Hindia) Letak Kecamatan Sikakap yang dikelilingi oleh perairan memberikan keuntungan bagi nelayan yang akan melakukan usahan penangkapan ikan. Jarak

49 untuk menjangkau perairan tersebut lebih kurang 2-3 mil. Jarak tersebut dapat ditempuh oleh nelayan dengan menggunakan armada penangkapan skala kecil maupun besar. Letak fihing ground yang dekat menjadikan nelayan lebih efisien dan efektif dalam melakukan usaha penangkapan ikan seperti biaya yang digunakan untuk bahan bakar melaut tidak terlalu mahal. 2) Kelemahan (Weakness) meliputi: (W1) Sarana dan prasarana yang kurang memadai Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh nelayan PPP Sikakap masih sederhana dan dalam kondisi rusak. Menurut Suherman (2011), untuk memperlancar aktivitas usaha penangkapan ikan diperlukan adanya pemeliharaan serta perbaikan fasilitas operasional pelabuhan perikanan, sehingga kapal-kapal nelayan serta stakeholders lainnya akan mendapatkan pelayanan prima di pelabuhan perikanan. Fasilitas pelabuhan yang dalam kondisi rusak seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es, cold storage. Hal ini menjadi kendala bagi nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Rusaknya pagar komplek PPP Sikakap dapat mengurangi tingkat keamanan di wilayah pelabuhan. Pengangkutan ikan hasil tangkapan dari dermaga ke tempat pedagang pengumpul masih menggunakan tenaga manusia. Hal ini sangat berpengaruh pada kualitas hasil tangkapan nelayan. Pengadaan kereta dorong untuk pengangkut ikan sangat penting di PPP Sikakap. (W2) Teknologi penangkapan ikan yang masih terbatas dan sederhana Teknologi penangkapan ikan yang dimiliki nelayan PPP Sikakap masih tradisional. Alat tangkap yang umum digunakan pancing rawai, pancing tonda, jaring insang dan alat tangkap yang tergolong lain-lain seperti jala tebar dan tombak. Armada penangkapan yang digunakan diantaranya kapal ukuran 5-10 GT, perahu motor tempel, perahu tanpa motor yang menggunakan tenaga angin serta tenaga manusia. Hal ini membuat hasil tangkapan yang diperoleh hanya berupa ikan-ikan kecil serta hasil yang didapatkan tidak begitu banyak. Keterbatasan teknologi dalam melakukan penangkapan ikan mengakibatkan semakin berkurangnya peluang nelayan untuk melakukan penangkapan di perairan Samudera Indonesia. Faktor tersebut menjadi penghambat untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan. Oleh karena itu, perlu perhatian dari pemerintah setempat dan pemerintah pusat dalam meningkatkan teknologi penangkapan di PPP Sikakap. (W3) Kualitas sumberdaya manusia (nelayan) yang masih rendah Kualitas sumberdaya manusia Kecamatan Sikakap khususnya masyarakat nelayan masih tergolong rendah. Nelayan hanya menyelesaikan sekolahnya hingga tingkat SD-SMP. Nelayan PPP Sikakap menganggap pendidikan kurang penting, karena dalam melakukan penangkapan ikan tidak perlu pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat masih kurangnya pengetahuan nelayan terhadap penggunaan alat tangkap yang lebih modern. Menurut Suherman (2011), pelabuhan perikanan juga mengemban tugas untuk meningkatkan kualitas SDM, baik aparatur maupun masyarakat perikanan yang ada di lingkungannya. (W4) Sistem informasi melaut untuk nelayan belum tersedia di pelabuhan Sistem informasi melaut untuk nelayan PPP Sikakap belum tersedia. Informasi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan antara lain: informasi mengenai tinggi gelombang, daerah penangkapan di sekitar PPP Sikakap, arah angin, kecepatan angin, dan data cuaca. Nelayan hanya 37

50 38 menggunakan pengetahuan dan pengalamannya saja dalam menentukan daerah penangkapan ikan seperti kondisi angin dan gelombang pada saat melakukan operasi penangkapan ikan. (W5) Pemasaran membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang mahal Letak geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terpisah dari Kota Padang membutuhkan sarana angkutan penyeberangan yaitu kapal untuk mencapai konsumen di Padang. Pengiriman ikan tersebut membutuhkan waktu 12 jam penyeberangan serta biaya yang mahal. Kondisi cuaca buruk dan gelombang besar menjadi faktor penghambat pemasaran ikan hasil tangkapan, kapal pengangkut akan menunggu hingga gelombang atau cuaca membaik kembali biasanya 1-3 hari. Faktor tersebut tentunya akan berpengaruh kualitas pemasaran ikan hasil tangkapan. 3) Peluang (Opportunitity) (O1) Memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar Samudera Indonesia dan Selat Mentawai merupakan perairan yang mengelilingi daerah tersebut. Kedua perairan tersebut dipengaruhi oleh faktor oseanografi seperti arus laut dan adanya kenaikan massa air laut (up welling) serta merupakan muara dari sungai-sungai yang terdapat di setiap wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Hal ini menjadikan perairan menjadi subur dan kaya akan nutrisi. Kesuburan perairan menjadi daya tarik bagi ikan-ikan pelagis besar seperti tuna, tongkol, cakalang dan sebagainya sehingga sangat berpotensi untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Perairan Mentawai memiliki potensi lestari perikanan laut untuk ikan pelagis besar ton/tahun dan sumberdaya terumbu karang dengan luas ,62 hektar (DKP Mentawai, 2012). Sumberdaya laut tersebut menjadi salah satu faktor untuk mengembangkan perikanan di Kabupaten Mentawai khususnya PPP Sikakap. (O2) Tingginya permintaan ikan hasil tangkapan kualitas ekspor Sumberdaya ikan yang menjadi keunggulan perairan tersebut yaitu ikan pelagis besar dan ikan karang. Ikan pelagis besar seperti ikan tuna (Thunnus sp.) mempunyai peluang untuk diekspor. Ikan karang juga menjadi komoditas ekspor dari daerah tersebut. Menurut Pulu et all (2011) bahwa adanya pembentukan pasar khususnya pasar domestik akan menyerap produk perikanan secara domestik, juga akan memperkuat ekonomi wilayah secara keseluruhan serta meningkatkan permintaan akan produk-produk perikanan. Pengiriman ikan karang dari PPP Sikakap menuju Kota Padang telah berlangsung sejak lama. Ikan tersebut diekspor ke Singapura dalam kualitas baik dan segar. Peluang untuk melakukan usaha penangkapan ikan di perairan tersebut dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan subsektor perikanan. (O3) Adanya dukungan dari pemerintah terhadap pengembangan perikanan Pelatihan dan pembinaan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Program pemerintah (DKP) melalui Coremap II memberikan pembinaan kepada nelayan PPP Sikakap berupa seminar, adanya pelatihan wirausaha kepada nelayan serta sosialisasi mengenai penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan. Selain dari pelatihan dan penyuluhan, pemerintah juga memberikan bantuan alat tangkap kepada nelayan PPP Sikakap. Pemberian bantuan alat tangkap tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan di PPP Sikakap serta menciptakan penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan. Alat tangkap yang diberikan berupa jaring

51 insang, dan pancing. Pemerintah setempat berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya nelayan agar produk hasil tangkapan dapat ditingkatkan. (O4) Ketersediaan tenaga kerja yang cukup Pelabuhan perikanan dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk di sekitarnya dan sebagai tempat pembinaan masyarakat seperti nelayan, pedagang, pengolah, dan buruh angkut agar mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik (Lubis, 2012). Keberadaan pelabuhan perikanan di Kecamatan Sikakap memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Penyerapan tenaga kerja di wilayah lingkungan PPP Sikakap sangat besar potensinya apabila pelabuhan tersebut dijadikan kawasan industri perikanan. 4) Ancaman (Threats) (T1) Adanya pencurian ikan di Perairan Mentawai dari daerah lain Ketersediaan sumberdaya laut di Samudera Indonesia memberikan daya tarik bagi nelayan dari negara lain untuk melakukan usaha penangkapan ikan di perairan tersebut. Hal ini memberikan ruang bagi kapal nelayan dari luar daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang melakukan penangkapan ikan tanpa izin di perairan tersebut. Adanya penangkapan ikan tanpa izin di perairan barat Pulau Sumatera yang menyangkut daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai memberikan ancaman turunnya potensi ketersediaan sumberdaya ikan serta penurunan stok ikan secara besar-besaran di sekitar daerah tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya peran pemerintah serta keterlibatan masyarakat setempat untuk mengawasi sumberdaya perikanan. Pulu et all (2011) menyatakan bahwa adanya pemberdayaan masyarakat dapat menangkal gangguan-gangguan dari daerah perbatasan yang tidak menguntungkan. (T2) Tingginya harga suku cadang dan bahan baku melaut Penjualan kebutuhan bahan baku yang ada di Kecamatan Sikakap dikategorikan mahal. Harga yang dijual dapat mencapai 40 % dari harga awal. Mahalnya harga barang untuk kebutuhan melaut mempengaruhi pendapatan nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Biaya yang diperlukan oleh nelayan untuk perbaikan mesin kapal sangat tinggi. Mesin kapal yang tidak bisa diperbaiki di PPP Sikakap akan dikirim ke Kota Padang. Biaya transportasi yang digunakan untuk pengiriman mesin kapal menambah pengeluaran bagi nelayan setempat. (T3) Kondisi cuaca yang buruk Keadaan geografis Kepulauan Mentawai yang dikelilingi oleh laut menjadikan daerah tersebut mengalami perubahan cuaca yang singkat. Perubahan cuaca dalam waktu singkat dapat memberikan ancaman bagi nelayan yang akan melakukan usaha penangkapan ikan. Kondisi cuaca yang buruk dapat memicu adanya gelombang besar di Samudera Indonesia. Hal tersebut merupakan ancaman bagi nelayan setempat, sehingga perlu dipertimbangkan jika nelayan melakukan penangkapan ikan yang terlalu jauh dari daratan. (T4) Kerusakan ekosistem terumbu karang dan manggrove akibat adanya aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan Ikan karang banyak ditangkap oleh nelayan PPP Sikakap. Penangkapannya dilakukan di sekitar terumbu karang dan melempar jangkar agar tidak hanyut oleh arus laut. Hal tersebut tentunya dapat merusak terumbu karang yang terdapat di bawahnya. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti pemakaian putas serta bom ikan oleh nelayan tradisional dapat merusak ekosistem 39

52 40 terumbu karang. Penggunaan kayu manggrove untuk kostruksi bangunan yang berada di dekat pantai tentunya akan merusak ekosistem manggrove tersebut. Hal tersebut merupakan ancaman bagi tempat hidup ikan dan berkembangnya ikanikan kecil. Analisis matriks IFE dan EFE Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) merupakan alat yang digunakan untuk perumusan strategi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai fungsional dari suatu wilayah. Faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di wilayah PPP Sikakap. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dapat dilihat pada Tabel 24. Faktor Strategi Internal Kekuatan : Tabel 24 Matriks IFE strategi internal PPP Sikakap Bobot Rating Skor 1) Memiliki lahan pelabuhan yang masih cukup luas ) Posisi letak geografis yang dekat dengan fishing ground (Samudera Hindia) Kelemahan : 3) Sarana dan prasarana yang kurang memadai ) Teknologi penangkapan ikan yang masih terbatas dan sederhana ) Kualitas sumberdaya manusia (nelayan) yang masih rendah ) Sistem informasi melaut untuk nelayan belum tersedia di pelabuhan ) Pemasaran yang membutuhkan waktu yang lama serta membutuhkan biaya yang sedikit besar Total Tabel 24 menjelaskan bahwa faktor internal yang memilki nilai tertinggi yaitu faktor posisi letak geografis yang dekat dengan fishing ground (Samudera Indonesia) sebesar 0,56 poin. Nilai faktor internal terendah yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai dengan nilai sebesar 0,12 poin. Nilai total yang diperoleh dari strategi internal adalah 2,60 poin, hal ini menunujukkan bahwa kondisi internal yang dimilki oleh PPP Sikakap diatas rata-rata dan kekuatan yang dimiliki dapat mengatasi kelemahan yang terjadi di PPP Sikakap. Matriks External Factor Evaluation (EFE) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa baik manajemen (rating) yang digunakan dalam menanggapi faktor tertentu. Matriks ini membantu untuk mengorganisir faktor strategi eksternal berupa ancaman dan peluang. Adapun faktor-faktor eksternal telah dipaparkan dalam bentuk matriks dan dapat dilihat pada Tabel 25.

53 41 Tabel 25 Matriks EFE strategi eksternal PPP Sikakap Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang : 1) Memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar ) Tingginya permintaan ikan hasil tangkapan kualitas ekspor ) Adanya ukungan dari pemerintah terhadap pengembangan perikanan setempat ) Ketersediaan tenaga kerja yang cukup Ancaman : 5) Adanya pencurian ikan di Perairan Mentawai oleh kapal dari daerah lain ) Tingginya harga suku cadang dan bahan baku melaut ) Kondisi iklim dan cuaca ) Kerusakan ekosistem terumbu karang dan mangrove akibat adanya aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan Total Tabel 25 menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempunyai nilai tertinggi yaitu tingginya permintaan ikan hasil tangkapan kualitas ekspor dengan nilai sebesar 0,52 poin. Nilai faktor eksternal terendah yaitu adanya pencurian ikan di Perairan Mentawai oleh kapal dari daerah lain dengan nilai sebesar 0,12 poin. Nilai total yang diperoleh dari matriks strategi eksternal PPP Sikakap adalah 2,62 poin, hal ini menunjukkan bahwa strategi eksternal yang dijalankan di PPP Sikakap dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk menghindari ancaman yang dihadapi dengan kata lain strategi yang ada berjalan secara efektif dan mampu mengatasi ancaman yang terjadi didalamnya. Matriks SWOT Alternatif strategi pengembangan sektor dapat dituangkan melalui matriks SWOT yang merupakan kombinasi dari strategi SO (Strength-Opportunities), WO (Weakness-Opportunities), ST (Strength-Threats), dan WT (Weakness-Threats). Strategi-strategi tersebut telah dipaparkan dan dapat dilihat melalui Tabel 26.

54 42 Tabel 26 Matriks SWOT strategi pengembangan PPP Sikakap Kab. Mentawai Eksternal Internal Peluang : 1) Memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar 2) Tingginya permintaan ikan hasil tangkapan kualitas ekspor 3) Adanya dukungan dari pemerintah terhadap pengembangan perikanan 4) Ketersediaan tenaga kerja yang cukup Ancaman : 1) Adanya pencurian ikan di Perairan Mentawai dari daerah lain. 2) Tingginya harga suku cadang dan bahan baku melaut 3) Kondisi iklim dan cuaca yang buruk 4) Kerusakan ekosistem terumbu karang dan mangrove akibat adanya aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan Kekuatan : 1) Memiliki lahan pelabuhan yang masih banyak belum dimanfaatkan 2) Posisi letak geografis yang dekat dengan fishing ground (Samudera Hindia) Strategi SO : 1) Meningkatkan produksi hasil tangkapan kualitas ekspor dengan melibatkan pemerintah untuk mengadakan pelatihan mutu dan kualitas hasil tangkapan. (S2, O1, O2, O3, O4) 2) Memanfaatkan lahan pelabuhan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas yang belum tersedia sehingga dapat menunjang aktivitas usaha penangkapan ikan. (S1, S2, O1, O2, O3, 04) Strategi ST : 1) Peningkatan skala usaha penangkapan ikan agar mampu bersaing dengan pihak luar. (S2, T1, T2, T3) 2) Menanamkan kesadaran kepada masyarakat setempat terhadap pentingnya menjaga dan mengawasi kelestarian sumberdaya laut di Perairan Mentawai. (S2, T1, T4) Kelemahan: 1) Sarana dan prasarana yang kurang memadai 2) Teknologi penangkapan ikan yang masih terbatas dan sederhana 3) Kualitas sumberdaya manusia (nelayan) yang masih rendah 4) Sistem informasi melaut untuk nelayan belum tersedia di pelabuhan 5) Pemasaran yang membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang mahal Strategi WO : 1) Meningkatkan teknologi penangkapan ikan serta kualitas SDM. (W2, W3, W4, O3,O4) 2) Meningkatkan fungsi pelabuhan perikanan melalui peningkatan fasiltas dan pelayanan. (W1, W5, O2, O3) Strategi WT : 1) Penegakan hukum yang tegas mengenai wilayah pengelolaan perairan teritorial agar tidak terjadi konflik antar nelayan (W1, W4, T1, T4,). 2) Peningkatan pemanfaatan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. (W1, W2, W4, T1, T2) Perumusan Strategi Utama Alternatif strategi yang telah diperoleh melalui matriks SWOT dilanjutkan dengan pemilihan strategi dengan perankingan dengan memprioritaskan tiga strategi utama untuk pengembangan PPP Sikakap. Strategi utama atau grand strategy dirumuskan dengan cara memilih prioritas strategi yang paling cocok dengan kondisi eksternal dan internal PPP Sikakap berdasarkan tingkat ranking yang diperoleh. Hasil perankingan dapat dilihat pada Tabel 27.

55 43 Alternatif strategi Tabel 27 Perankingan alternatif strategi pengembangan PPP Sikakap Unsur-unsur yang terkait Jumlah pembobotan Skor Ranking 1) SO1 S2, O1, O2, O3, O ) SO2 S1, S2, O1, O2, O3, O ) WO1 W2, W3, W4, O3,O ) WO2 W1, W5, O2, O ) ST1 S2, T1,T2, T ) ST2 S2, T1, T ) WT1 W1, W4, T1, T ) WT2 W1, W2, W4, T1, T Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui tiga strategi utama untuk pengembangan PPP Sikakap yaitu memanfaatkan lahan pelabuhan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas yang belum tersedia sehingga dapat menunjang aktivitas usaha penangkapan ikan. Strategi kedua yaitu meningkatkan produksi hasil tangkapan kualitas ekspor dengan melibatkan pemerintah untuk mengadakan pelatihan mutu dan kualitas hasil tangkapan. Strategi ketiga yaitu meningkatkan teknologi penangkapan ikan serta kualitas SDM. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Kondisi aktual aktivitas yang terdapat di PPP Sikakap berjalan dengan baik, mulai dari aktivitas pelayanan administrasi, pendaratan ikan, pemasaran ikan, pengumpulan data perikanan dan hasil tangkapan nelayan, pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan, sampai penyediaan air bersih. Fasilitas PPP Sikakap yang sudah memenuhi kebutuhan dan tidak perlu diadakannya penambahan yaitu gedung TPI, luas dan kedalaman kolam pelabuhan, dan ketersediaan lahan. Fasiltas yang memerlukan penambahan yaitu dermaga sebesar 51,07 m sedangkan ruang pelelangan berdasarkan perhitungan hanya membutuhkan lahan seluas 20,61 m 2. Adapun fasilitas yang berjalan dengan baik seperti instalasi air bersih, instalasi listrik, syahbandar perikanan, kantor administratif, dermaga, kolam pelabuhan. Fasilitas pelabuhan perikanan yang tidak dimanfaatkan yaitu TPI, pabrik es, ruang pendingin karena dalam keadaan rusak;

56 44 2) Sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah memberikan kontribusi pada perekonomian daerah. Nilai LQ yang diperoleh pada tahun bervariasi antara 4,25-5,08 sehingga sektor perikanan merupakan sektor basis di daerah tersebut. Efek pengganda perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun berdasarkan indikator pendapatan daerah memiliki kisaran nilai 4,41-21,99 dan menurut kesempatan kerja pada tahun bervariasi antara 0,69-1,44; 3) Strategi utama untuk pengembangan PPP Sikakap yaitu memanfaatkan lahan pelabuhan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas yang belum tersedia sehingga dapat menunjang aktivitas usaha penangkapan ikan, meningkatkan produksi hasil tangkapan kualitas ekspor dengan melibatkan pemerintah untuk mengadakan pelatihan mutu dan kualitas hasil tangkapan, meningkatkan teknologi penangkapan ikan serta kualitas SDM. Saran 1) Memaksimalkan produksi ikan hasil tangkapan ekonomis penting di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap; 2) Meningkatkan peranan pelabuhan perikanan terhadap pemenuhan kebutuhan nelayan seperti adanya aktivitas pelelangan ikan sehingga dapat menstabilkan harga di PPP Sikakap; 3) Melakukan perbaikan pada beberapa fasilitas yang rusak seperti pabrik es, gedung TPI, ruang pendingin dan peningkatan kapasitas fasilitas seperti dermaga PPP Sikakap; dan 4) Menerapkan strategi pengembangan pelabuhan perikanan.

57 45 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun Tuapeijat: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Tahun Tuapeijat: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Tahun2012. Tuapeijat: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Barat Tahun Padang: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat dalam Angka Tahun Padang: Badan Pusat Statistik. Coremap Mentawai Peta Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. [14 Maret 2013]. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kelautan dan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. 450 halaman Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan. Jakarta. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Padang: Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Dinas Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Padang: Pemerintah Propinsi Sumatera Barat Dinas Kelautan dan Perikanan. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tuapeijat: Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tuapeijat: Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kelautan dan Perikanan. Glasson J Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan dari Introduction of Regional Planning. Sitohang P. penterjemah. Jakarta: Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Hanafiah AM dan AM. Saefuddin Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta:UI- Press Kinnear TL dan Taylor Marketing Research, An Applied Approach, 4 th ed. USA:P Mc Graw Hill. Lubis E Kajian Peran Strategis Pelabuhan Perikanan Terhadap Pengembangan Perikanan Laut. AKUATIK-Jurnal Perairan. Vol.5 :1-7 Lubis E Pelabuhan Perikanan. Bogor: Penerbit IPB Press. 183 hal Lubis E dan Pane AB Tingkat Kondisi dan Keberadaan Fasilitas Pelabuhan Perikanan di Pulau Jawa. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap

58 46 Menuju Paradigma Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung Jawab dalam Mendukung Revitalisasi Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Lubis E dan Sumiati Pengembangan Industri Pengolahan Ikan Ditinjau dari Produksi Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu. Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut. Vol 2 No.1 : Lubis E, Pane AB, Y. Kurniawan, J. Chaussade, C. Lamberts, P. Pottier Atlas of Fisheries and Fishing Ports in Java (A Geographical Approach to Indonesian Fisheries). Bogor. Geolitomer Universite de Nantes-PK2PTM LP IPB Pane AB Diktat Industri Kepelabuhan Perikanan. Bogor: Lab. Pelabuhan Perikanan. Jurusan PSP FPIK IPB (tidak dipublikasikan). Pulu J, Baskoro MS, Monintja DR & Iskandar BH Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut. Vol 2 No. 1 : Rangkuti F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sjafrizal Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Baduose Media Suherman A Formulasi Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Jembrana. Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut. Vol 2 No. 1 : Suherman A dan Dault A Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan dan Pengembangan Pelabuhan Perikanan NUSantara (PPN) Pengambengan Jembrana Bali. Jurnal Saintek Perikanan. Vol 4 No.2 :24-32 Sumiati Kajian Fasilitas dan Produksi Hasil Tangkapan dalam Menunjang Industri pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat [Usulan Penelitian]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

59 LAMPIRAN 47

60 48

61 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian Sumber : Coremap,

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Iprisman 1, Nurul Huda 1, Firdaus 1 1 Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail: ipris_man@yahoo.com E-mail: Nurulhuda114@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Oleh Tince Sofyani ABSTRACT The objective of this study is to investigate the role of fishery sector in economic regional

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan data di lapangan dipusatkan di PPN Brondong dan pusat pemerintahan Kabupaten

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port Contributions of Tiku Fishing Port (PPI Tiku) for fisheries sector at Agam regency, West Sumatera province, Indonesia Erly Novida Dongoran 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2) 1) Student of Fisheries and Marine

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI. 6.1 Analisis Lingkungan Strategis

PERUMUSAN STRATEGI. 6.1 Analisis Lingkungan Strategis VI. PERUMUSAN STRATEGI Formulasi alternatif strategi pengembangan perikanan tangkap di Lampung Barat dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap identifikasi faktor strategis yang meliputi faktor internal

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai terdiri dari empat pulau besar dan berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Setelah Indonesia merdeka dan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian. 31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011 bertempat di Sibolga Propinsi Sumatera Utara (Gambar 3).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Tegal yang merupakan salah satu kotamadya dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Tegal merupakan daerah yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the

Lebih terperinci

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU 109 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU Penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut, khususnya untuk nelayan pancing rumpon

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIKAGUNG KABUPATEN REMBANG UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP

ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIKAGUNG KABUPATEN REMBANG UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP Volume, Nomor 1, Tahun 013, Hlm 85-94 ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIKAGUNG KABUPATEN REMBANG UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP Hestyavida Nugraheni *), Abdul Rosyid, dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

Analisis strategi pengembangan perikanan pukat cincin di Kecamatan Tuminting Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara

Analisis strategi pengembangan perikanan pukat cincin di Kecamatan Tuminting Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(2): 43-49, Desember 2012 Analisis strategi pengembangan perikanan pukat cincin di Kecamatan Tuminting Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara Strategic analysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan perikanan di Indonesia secara umum bersifat terbuka (open access), sehingga nelayan dapat dengan leluasa melakukan kegiatan penangkapan di wilayah tertentu

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46`

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH NOVA ARIFATUL FARIDA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN -

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci