NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH Oleh: DEVIE NATALIA YULIANTI DWI ASTUTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Yulianti Dwi Astuti, S.Psi,M.Soc.Sc)

3 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH Devie Natalia Yulianti Dwi Astuti INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Jika pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola asuh otoriter, maka anak cenderung memiliki kecemasan bersekolah. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia 4 hingga 6 tahun, anak bersekolah di TK, pria dan wanita. Subjek penelitian berjumlah 68 responden. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala yang digunakan adalah skala kecemasan bersekolah mengacu pada gejala-gejala dari Kartono (1990), D Alessandro & Huth (2002) dan aspek-aspek dari Maramis (2004). Skala pola asuh otoriter disusun dengan mengacu pada ciri-ciri pola asuh otoriter dari Hurlock (1993) dan Lewin dkk (Zuhri, 2002). Metode analisis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 11.5 for Window untuk menguji apakah terdapat hubungan antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = 0,325 dan p = 0,003 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah. Jadi hipotesis penelitian diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel pola asuh otoriter terhadap variabel kecemasan bersekolah sebesar 10,6% yang berarti masih ada 89,4% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan bersekolah, misalnya saja keadaan diri individu, pengalaman yang tidak menyenangkan, faktor genetik dan suasana emosional sekolah. Kata Kunci : Pola Asuh Otoriter, Kecemasan Bersekolah

4 PENGANTAR Sekolah merupakan tempat dimana anak dapat berinteraksi dengan orang lain selain keluarga. Ketika awal masuk sekolah, ada anak yang menghadapinya dengan perasaan cemas tetapi ada pula yang menyambutnya dengan enjoy karena ketika berada di sekolah, anak akan merasa senang karena dapat menemukan pengalaman baru termasuk mulai mengenali teman-teman sebaya dan guru. Sebaliknya bagi sebagian anak lain, pengalaman masuk sekolah dapat menjadi hal yang menakutkan karena adanya perasaan cemas yang dirasakan anak ketika awal masuk sekolah. Kecemasan bersekolah yang dialami anak akan menjadi suatu masalah karena anak akan menunjukkan sikap menolak untuk berangkat sekolah dan hal ini disebabkan karena ketika anak berada di sekolah anak akan mengalami perpisahan dengan orang terdekatnya seperti orang tua. Menurut Setiawati ( 19 Juli 2008), dampak dari anak yang memiliki kecemasan bersekolah akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak karena ada beberapa anak yang menunjukkan sikap menolak sekolah dalam jangka waktu yang lama sehingga akan mempengaruhi masalah akademik anak di sekolah. Pengaruh lain apabila anak mengalami kecemasan bersekolah yaitu berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak karena ketidakmampuan anak untuk bersosialisasi dengan teman-teman saat berada di sekolah. Anak yang mengalami kecemasan ketika awal masuk sekolah biasanya menunjukkan penolakan terhadap sekolah dengan berbagai alasan yang dikemukakan anak seperti sakit perut dan sakit kepala. Ciri-ciri lain anak yang

5 menolak sekolah di antaranya, menangis ketika akan ke sekolah, menempel terus dengan orangtua atau pengasuh, tak masuk sekolah beberapa hari, dan mengemukakan keluhan fisik dengan tujuan agar tidak dipaksa berangkat ke sekolah Juli2006). Hal ini terjadi karena orang tua atau pengasuh tidak bisa selalu mendampingi anak. Orang tua memiliki kesibukan sendiri sehingga tidak dapat menemani anaknya di sekolah. Selain itu, peraturan dari sebagian sekolah seringkali melarang anak ditunggui selama berada di sekolah. Menurut Kartono (1990), gejala-gejala kecemasan yang dialami anak ketika merasa takut yaitu sakit pada perut, sering buang air besar, sering kencing, sakit kepala dan tics (gerak-gerak facial pada wajah; misalnya mengedipngedipkan mata terus menerus, menggeleng-gelengkan kepala, mengerenyitngerenyitkan alis, menyengir-nyengirkan bibir dan hidung, dll) atau anak akan menjadi cepat marah dan agresif tapi terkadang anak juga menjadi pemurung dan penakut. Hasil survey yang dilakukan peneliti pada sebuah Taman Kanak-kanak di Yogyakarta menunjukkan bahwa ketika anak sekolah, masih banyak yang ditemani oleh ibunya. Dalam hal ini, ibunya menunggu di luar kelas dan ketika waktu istirahat sekitar 15 anak yang bermain bersama teman-teman dan 10 anak lagi lebih memilih melakukan aktivitas bersama ibunya seperti makan atau hanya duduk saja. Sekitar 40% anak di TK tersebut mengalami kecemasan bersekolah. Hal ini disampaikan oleh orang tua anak bahwa anak mereka cenderung susah untuk pergi ke sekolah. Hal-hal yang dilakukan anak ketika pergi sekolah yaitu menangis dan selalu mengemukakan alasan seperti sakit perut. Selain itu,

6 D Alessandro & Huth (2002) mengungkapkan bahwa penelitian di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa anak-anak sering mengeluh dan menolak untuk pergi ke sekolah. Keluhan yang banyak muncul salah satunya adalah sakit perut dan ketika berangkat ke sekolah harus dipaksa, sengaja melupakan sesuatu supaya terlambat pergi ke sekolah, sering berkata benci sekolah dan ketika berada di sekolah selalu ingin pulang. Hal ini juga diungkap oleh Mash & Walfe (2005) bahwa penolakan terhadap sekolah biasanya terjadi pada anak laki-laki dan perempuan yang berusia 5 sampai 11 tahun. Penolakan terhadap sekolah didefinisikan juga sebagai penolakan terhadap lingkungan sekitar sekolah misalnya ruang kelas dan anak cenderung mengalami kesulitan mengingat hari ketika awal masuk sekolah tiba. Menurut Kruger (2003), berdasarkan penelitian tahun 2003 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa gangguan kecemasan bersekolah merupakan bentuk penyakit jiwa terbanyak yang dialami oleh anak dan 10 % diantaranya membutuhkan perawatan medis. Kasus serupa ditemukan pula di Jakarta dimana seorang ibu yang mengeluhkan bahwa anaknya sering menolak untuk sekolah. Ketika berangkat sekolah, anak selalu menangis, sulit lepas dari ibunya dan di sekolah pun anak masih ditunggui ibunya ( Kasus serupa di alami juga oleh seorang ibu yang mempunyai anak usia 6,5 tahun yang mogok sekolah dari awal masuk sekolah hingga ulangan umum tiba. Anak susah untuk berangkat sekolah apabila tidak ditunggui oleh ibunya (

7 Menurut Hurlock (1993), perasaan takut anak terhadap sekolah merupakan bagian dari kecemasan umum akibat dari rasa takut berpisah dari ibu (separation anxiety disorder), ketergantungan yang kuat pada ibu atau pengganti ibu, dan ketidakmampuan berdiri sendiri. Ainsworth (Nevid dkk, 2005), yang meneliti tentang perkembangan perilaku kelekatan, mencatat bahwa kecemasan akan perpisahan adalah ciri normal dari hubungan anak dengan pengasuh dan dimulai sejak tahun pertama. Perasaan aman yang dihasilkan oleh ikatan kelekatan, tampaknya mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan secara progresif menjadi mandiri dari pengasuhnya. Anak usia 6 tahun, seharusnya dapat pergi sekolah tanpa ada rasa ketakutan akan perpisahan dengan orang tua atau pengasuhnya (Nevid dkk, 2005) dan sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan sekolah dimana anak dapat mengembangkan kehidupan sosialnya dengan bertemu teman seusianya dan guru. Kecemasan bersekolah yang dialami anak, menurut Kaplan dkk (1997) adalah suatu akibat dari kecemasan akan perpisahan yang terjadi karena adanya suatu kelekatan antara anak dengan orang tua atau pengasuhnya. Anak yang masih memiliki ketergantungan terhadap orang tua atau pengasuhnya sehingga anak akan merasa cemas ketika berangkat sekolah karena akan berpisah dengan orang terdekatnya. Pendapat yang sama diungkapkan pula oleh Erikson (Santrock, 1995) bahwa tahun-tahun pertama kehidupan adalah tahap mengenai perkembangan kelekatan antara anak dengan orang terdekatnya seperti orang tua atau pengasuh. Kelekatan yang terjadi sejak dini antara anak dan orang terdekatnya akan

8 berpengaruh besar terhadap perilaku sosial anak di kemudian hari dalam perkembangannya. Hurlock (1993) membedakan pola asuh orang tua dalam 3 kelompok yaitu otoriter, demokratis dan permisif. Menurut Soetari (Ningsih, 2004), pola asuh otoriter adalah pola asuh dimana kekuasaan berada di tangan orang tua dan tidak memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati kebebasan sehingga anak merasa tidak terpenuhi keinginannya. Selain itu, sikap orang tua yang otoriter dapat menjadikan anak yang memiliki kepatuhan yang berlebihan, mengalah, kurang inisiatif, dan mempunyai harga diri rendah. Anak cenderung penurut terhadap orang tua sehingga sulit mengambil keputusan sendiri. Hurlock (1993) menjelaskan mengenai sikap orang tua yang otoriter bahwa orang tua yang menentukan apa yang perlu diperbuat oleh anak, apabila anak melanggar ketentuan dari orang tua maka anak tidak diberi kesempatan untuk memberikan alasan sebelum hukuman diterima anak, pada umumnya hukuman berbentuk hukuman badan dan ketika anak berbuat sesuai dengan harapan, orang tua tidak atau jarang memberikan hadiah, baik berbentuk kata-kata atau bentuk lain. Mangoenprasodjo (2004) menyebutkan bahwa pola asuh otoriter cenderung menegakkan kepatuhan anak kepada orang tuanya. Ada banyak aturan yang harus dtaati dan ada pula aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar oleh anak. Bila anak melakukan perilaku yang tidak baik, maka anak harus dihukum. Pada umumnya, orang tua akan menjadi orang yang paling benar dan yang menentukan apa yang harus dilakukan oleh anak. Sedangkan menurut Dariyo (2002), pola asuh otoriter merupakan salah satu gaya pengasuhan orang tua yang cenderung

9 memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Ciri lain pola asuh otoriter diungkapkan pula oleh Baumrind (Zuhri, 2002) yaitu orang tua mengontrol anak dengan ketat dan kaku. Orang tua juga menuntut anak untuk mematuhi semua aturan yang telah dibuat dan hubungan orang tua dengan anak tidak hangat. Orang tua menanamkan disiplin yang terlalu ketat dan kaku. Selain itu, pola asuh otoriter juga dapat membuat anak tidak aktif dan cenderung pendiam ( Juli2006). Pola asuh seperti ini yang dapat mempengaruhi kondisi sosial anak di sekolah dan berdampak pada timbulnya kecemasan pada anak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Jika pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola asuh otoriter maka anak cenderung memiliki kecemasan bersekolah. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Memiliki anak berusia 4 hingga 6 tahun 2. Pria dan Wanita 3. Anak yang bersekolah di TK.

10 Sampel dalam penelitian ini diambil secara Purposive Sampling yaitu sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. B. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini menggunakan bentuk kuesioner tidak langsung yaitu dengan memberikan kuesioner kepada narasumber seperti orang tua karena perilaku kecemasan bersekolah pada anak dapat diamati secara langsung oleh orang tua. Kecemasan anak bersekolah dalam penelitian ini dilihat dari persepsi orang tua. Orang tua dianggap dapat mengetahui gejala-gejala apakah anaknya mengalami kecemasan bersekolah atau tidak. Skala pola asuh otoriter diberikan juga kepada orang tua, dalam hal ini orang tua sebagai orang yang menerapkan pola asuh terhadap anak. Sehingga orang tua mengetahui hal-hal apa saja yang akan dilakukan dalam mendidik anak. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua variabel, yaitu: 1. Skala Kecemasan Bersekolah Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur kecemasan bersekolah yaitu skala kecemasan bersekolah. Skala kecemasan bersekolah disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan gejala-gejala dari Kartono (1990), D Alessandro & Huth (2002) dan aspek-aspek dari Maramis (2004) yaitu komponen somatik yang berupa sesak napas, sakit kepala, keringat dingin dan komponen psikologis yang

11 berupa rasa was-was, kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. 2. Skala Pola Asuh Otoriter Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur pola asuh otoriter yaitu skala pola asuh otoriter. Skala ini susun sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri pola asuh otoriter menurut Hurlock (1993) dan Lewin dkk (Zuhri, 2002) yaitu :1) Peraturan yaitu gaya pengasuhan otoriter lebih menekankan pada aturan yang dibuat sendiri oleh orang tua; 2) Hukuman yaitu orang tua akan memberikan hukuman kepada anak apabila anak melanggar peraturan yang dibuat oleh orang tua; 3) Hadiah yaitu pola asuh otoriter biasanya orang tua jarang atau tidak pernah memberikan hadiah kepada anak. C. Metode Analisis Data Analisis data pada penelitian ini akan menggunakan product moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah. Selain itu, untuk mempermudah proses analisisnya, diperlukan juga program SPSS versi 11.5 for windows. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data penelitian, maka terlebih dahulu melakukan uji prasyarat analisis yiatu berupa uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Hal ini merupakan syarat untuk pengetesan nilai

12 korelasi agar dapat menarik kesimpulan yang tidak menyimpang dari yang diteliti. Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 11.5 for Windows. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak uji normalitas juga dilakukan terhadap dua skala penelitian yaitu kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter yang akan menggunakan teknik teknik one sample kolmogrov smirnov test pada program komputer SPSS for windows Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data, maka digunakan kaidah jika p > 0,05 dapat disebut normal sedangkan jika p < 0,05 disebut sebaran datanya tidak normal. Dari hasil pengolahan data terhadap kecemasan bersekolah diperoleh koefisien K-SZ = 0,547 dengan p = 0,926 (p > 0,05) dan data dari pola asuh otoriter diperoleh hasil K-SZ = 1, 078 dengan p = 0,195 (p > 0,05). Dari hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter memiliki sebaran normal. b. Uji Linearitas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter memiliki hubungan yang linier atau tidak. Hubungan antara dua variabel tersebut dapat dikatakan linier apabila p<0,05 sedangkan hubungan yang dikatakan tidak linier apabila p>0,05. Uji linieritas ini akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 11.5 for Windows. Dari hasil pengolahan data

13 dari hubungan kedua skala tersebut, diperoleh F = 7,043 dengan p = 0,011 (p < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter, bersifat linier atau mengikuti garis lurus. 2. Uji Hipotesis Pada penelitian ini, hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Uji hipotesis ini menggunakan teknik product moment dari Pearson pada program komputer SPSS 11,5 for windows. Hasil dari pengolahan data mengenai kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter diperoleh koefisien korelasi r = 0,325 dengan p = 0,003 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dari kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Berdasarkan data di atas, analisis koefisien determinasi pada korelasi antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter menunjukkan angka sebesar 0, 106 yang berarti pola asuh otoriter memberikan sumbangan sebesar 10,6 % terhadap kecemasan bersekolah. PEMBAHASAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak dipilih dalam penelitian ini dan hipotesis penelitian yang berbunyi apakah ada hubungan positif antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter, diterima. Setelah

14 pengambilan data dengan memberikan kuesioner kepada 68 subjek yang kemudian dilakukan proses pengolahan data, diperoleh hasil yang mendukung hipotesis tersebut. Proses pengolahan data tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, terbukti melalui nilai koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,325 dengan p = 0,003 (p < 0,05). Adanya hubungan yang sangat signifikan antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter. Ada beberapa kategorisasi yang dihasilkan oleh subjek dalam penelitian ini. Hasil pengkategorian dilakukan dengan cara membandingkan mean Hipotetik dan mean Empirik. Pada skala kecemasan bersekolah berada dalam kategori sedang sebanyak 51,3 % dan yang berada pada kategori tinggi hanya 23,6 %. Sedangkan untuk skala pola asuh otoriter berada dalam kategori sedang dengan persentase 66,3 %, hal ini menunjukkan bahwa mengalami kecemasan bersekolah berada dikategori sedang. Dalam penelitian ini kecemasan bersekolah yang dialami anak berada dalam kategori sedang, hal ini disebabkan karena beberapa dari orang tua yang menunggui anaknya di sekolah bukan karena anak mengalami kecemasan bersekolah tapi dikarenakan orang tua yang tidak ada kegiatan lain dan pada saat orang tua menunggui anaknya adalah tempat dimana para orang tua dapat bertukar pikiran tentang perkembangan anak-anak mereka. Hal ini berlawanan dengan asumsi awal peneliti yang menduga bahwa terdapat banyak kasus kecemasan bersekolah di kalangan anak-anak karena peneliti melihat cukup

15 banyak orang tua yang menunggui anaknya. Ternyata, setelah penelti melakukan wawancara dan observasi terhadap beberapa subjek yang menunggui anaknya di sekolah, hasilnya menyatakan bahwa subjek menunggui anaknya di sekolah dikarenakan tidak adanya kegiatan lain dan kebanyakan subjek yang menunggui anaknya adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Pada penelitian ini, tidak semua subjek menerapkan pola asuh otoriter kepada anaknya sehingga kecemasan bersekolah pada anak dapat berada di kategori sedang. Pola asuh otoriter terbukti sangat signifikan mempengaruhi kecemasan bersekolah. Sumbangan efektif dari pola asuh otoriter yaitu 10,6 % (r²= 0,106) yang mempengaruhi kecemasan bersekolah. Sebanyak 10,6 % kecemasan bersekolah dipengaruhi oleh pola asuh otoriter. Sedangkan sisanya sebesar 89,4 % dipengaruhi variabel lain di luar dari kedua variabel dalam penelitian ini. Selain faktor pola asuh yang otoriter, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan bersekolah pada anak yaitu keadaan diri individu, pengalaman yang tidak menyenangkan, lingkungan keluarga, faktor genetik, suasana emosional sekolah. Menurut Supratiknya (1995) bahwa kecemasan dapat muncul karena pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan terutama dalam pergaulan sehingga pengalaman tersebut selalu diingat dan ada perasaan cemas ketika mengingat atau melakukan sesuatu mengenai pengalaman yang buruk tersebut. Adanya kemungkinan anak yang mengalami kecemasan bersekolah disebabkan karena pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan di lingkungan sosialnya.

16 Pada penelitian ini, kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter terbukti memiliki hubungan yang positif. Kecemasan bersekolah dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak. Hal ini sejalan dengan Supriyadi (2006) bahwa orang tua sangat berperan dalam setiap tahap perkembangan anak karena apabila tahap perkembangan anak mengalami hambatan maka akan terganggu pula tumbuh kembang anak. Orang tua sebagai lingkungan pertama yang dapat menunjuang perkembangan anak, harus dapat membantu dalam menciptakan suasana yang mendukung tercapainya perkembangan anak. Sejalan dengan hal di atas, gangguan kecemasan yang dialami anak dapat disebabkan dari pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak sehingga dapat berpengaruh besar dalam kehidupan anak terutama pada setiap tahap-tahap perkembangannya (Yusuf, 2000). Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter akan menghasilkan anak yang cenderung yang memiliki kepatuhan yang berlebihan, mengalah, kurang inisiatif, dan mempunyai harga diri rendah. Anak cenderung penurut terhadap orang tua sehingga sulit mengambil keputusan sendiri. Kasih sayang orang tua selama tahun-tahun pertama perkembangan anak, sangat penting karena merupakan kunci utama perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial dan memiliki penyesuaian diri yang baik pada tahun-tahun pertama di masa prasekolah dan sesudahnya. Akibat dari penerapan pola asuh otoriter adalah dapat menimbulkan gejala-gejala kecemasan, mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu dan adanya penolakan terhadap orang lain, hal ini diungkapkan oleh Ginnot (Savitri,

17 2007). Maka, anak akan menolak untuk sekolah karena anak yang dididik dengan pola asuh seperti ini akan mudah cemas apabila memasuki lingkungan baru terutama pada awal masuk sekolah. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Hal ini berarti bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola asuh otoriter maka anak cenderung memiliki kecemasan bersekolah. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak dapat diterima. SARAN 1. Bagi Subyek Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam mengenali gejala-gejala kecemasan anak bersekolah. Penelitian ini juga melibatkan orang tua untuk mengisi angket. Hasil observasi yang dilakukan peneliti saat pengambilan data bahwa terdapat orang tua yang menunggui anaknya di sekolah dikarenakan tidak ada kegiatan lain. Bagi orang tua tersebut, diharapkan dapat membiarkan anaknya untuk lebih mandiri dan tidak menunggui anaknya di sekolah apabila anak tersebut tidak memiliki kecenderungan mengalami kecemasan masuk sekolah dan orang tua juga

18 dapat mencari kegiatan lain selain menunggui anak di sekolah. Orang tua dari anak yang memiliki gejala-gejala kecemasan bersekolah, hendaknya dapat mengubah pola asuh yang diterapkan dalam mendidik anak karena didikan orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya. Orang tua juga dapat mengajarkan anak untuk lebih mengenali lingkungan sekitar terutama lingkungan sekolah karena lingkungan sekolah adalah tempat selain lingkungan keluarga dimana anak dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga anak tidak takut apabila dihadapkan dengan lingkungan baru. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Saran bagi peneliti yang akan menggunakan tema yang sama yaitu pertama, peneliti sebaiknya lebih cermat dalam memilih waktu pengambilan data. Pengambilan data dapat dilakukan pada awal tahun ajaran baru untuk lebih mengetahui kondisi subjek ketika awal masuk sekolah. Kedua, yaitu peneliti diharapkan dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Pemberian angket sebaiknya hanya diberikan kepada orang tua yang menunggui anaknya saja dan angket dapat diberikan kepada guru sehingga dapat mengetahui keadaan anak di lingkungan sekolah. Selain itu, dapat juga menggunakan behavior check list atau mencoba untuk menggunakan metode kualitatif agar dapat menghasilkan data yang lebih akurat lagi karena terdapat metode wawancara mendalam, juga terdapat metode observasi dan wawancara dengan pihak lain yang bersangkutan dengan subjek sehingga skala kecemasan anak bersekolah tidak hanya dilihat dari persepsi orang tua saja.

19 DAFTAR PUSTAKA Aqsyaluddin,. J Anak Mogok Sekolah. 3 September Dariyo, A Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia D Alessandro, D., Huth, Lindsay Children and School Anxiety. Endah Pola Asuh Otoriter, Anak Enggan Sekolah. Harry, M Psikologi Keluarga: Fobia Sekolah. Edisi 921/ 30 Juli-5 Agustus/ 2007 Hurlock, E., B Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan Med Meitasari Tjandrasa & Muslichah Zarkasih. Jakarta : Erlangga Kartono,.K & Andari,. J Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung : Mandar Maju Kaplan, H. I., Sadock. B. J., Grebb, J. A Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Kruger, Pamela School Anxiety. http// Mangoenprasodjo,. A. S Pengasuhan Anak di Era Internet: Mitos TV, Komputer, Spiritual Parenting Hingga Sex Education. Yogyakarta: Thinkfresh Mash, E. & Wolfe,.D.A Abnormal Child Psychology. Edisi 3 Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

20 Ningsih, T Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Somatisasi pada Remaja. Skripsi ( tidak diterbitkan ). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Santrock, J. W Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Savitri, I Hubungan Persepsi Remaja terhadap Pola Asuh Otoriter dengan Kecemasan Komunikasi pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Supriyadi Peranan Orang Tua Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Media Informasi Penelitian. 185: Yusuf, S Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya Zuhri,. A. N Hubungan Antara Kekerasan terhadap Istri dengan Pola Asuh Otoriter Ibu. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Identitas Penulis Nama : Devie Natalia Alamat : Jl. Kaliurang Km 13,5 Perum Griya Perwita Wisata blok Rosalia no 12 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta No HP :

21

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN KECEMASAN MASUK SEKOLAH

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN KECEMASAN MASUK SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN KECEMASAN MASUK SEKOLAH Oleh: ELVIDAWATY RINA MULYATI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006 HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua. 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1) Variabel Widoyoko (2014) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas (Independent

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Oleh: Dwi Ayu Rizkiyah Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji Asumsi dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis, uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Tujuan dari uji asumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 4.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki/siswa 45 30,00 Perempuan/siswi 105 70,00

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penelitian tersebut diadakan uji asumsi. Uji asumsi dikerjakan dengan menggunakan Statistical Package of Social Science (

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian dilakukan kepada 70 karyawan PT. YMMI. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0. 36 BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian untuk mengetahui prokrastinasi akademik pada pelajar SMP ditinjau dari konformitas teman sebaya adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi: HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB V HASIL dan PEMBAHASAN

BAB V HASIL dan PEMBAHASAN BAB V HASIL dan PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji Asumsi Sebelum menggunakan teknik analisis product korelasi moment untuk uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi menyangkut uji normalitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj PENGARUH PERSEPSI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS Titis Pravitasari Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi pada data penelitian.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi pada data penelitian. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Sebelum melakukan uji hipotesis, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi normalitas dan linearitas data penelitian. Uji

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Product Moment Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji asumsi terhadap data yang ada supaya data tersebut memenuhi syarat untuk dianalisa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Anak di Dusun Losari Randusari Argomulyo Cangkringan Sleman

Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Anak di Dusun Losari Randusari Argomulyo Cangkringan Sleman Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Anak di Dusun Losari Randusari Argomulyo Cangkringan Sleman Deviy Ayu Vitasari Prodi PPKn FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi anak dan kemampuan untuk menguasai keterampilan motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi anak dan kemampuan untuk menguasai keterampilan motorik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak merupakan pribadi yang menakjubkan yang ingin mencapai banyak hal sekaligus. Perkembangan psikologi, sosial dan kognitif anak bergantung pada interaksi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

Developmental and Clinical Psychology

Developmental and Clinical Psychology DCP 2 (2) (2013) Developmental and Clinical Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRA SEKOLAH Rizkia Sekar Kirana Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA ANAK KELOMPOK B DI TK KKLKMD SIDOMAJU

HUBUNGAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA ANAK KELOMPOK B DI TK KKLKMD SIDOMAJU Hubungan Keterampilan Berbicara... (Titis Aprilia Dian Pratiwi) 241 HUBUNGAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA ANAK KELOMPOK B DI TK KKLKMD SIDOMAJU CORRELATION BETWEEN SPEAKING SKILLS

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG Yozi Dwikayani* Abstrak- Masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya orang tua murid TK Kartika 1-61 Padang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun A. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia 17-23 tahun yang berjumlah 80 orang. Dalam 80 orang subjek penelitian dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK JURNAL HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGREJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 THE RELATION INTENSITY OF FACEBOOK

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Peristiwa ini dapat menjadi suatu peristiwa yang menegangkan,

BAB I PENDAHULUAN. anak. Peristiwa ini dapat menjadi suatu peristiwa yang menegangkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sarana pendidikan yang bertujuan untuk menyempurnakan perkembangan jasmani dan rohani anak. Peristiwa masuk sekolah pertama kali merupakan langkah

Lebih terperinci

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: DINA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

DEWI KUSUMA WARDHANI F

DEWI KUSUMA WARDHANI F HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua :

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua : LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Angket Pola Asuh Orangtua I. IDENTITAS Bagian ini berisi data terkait identitas diri Anda Petunjung Pengisisan: Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa menjadi orang tua merupakan masa yang alamiah terjadi dalam kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan. Menjadi orangtua membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK A BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH JUMOYO SALAM MAGELANG

PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK A BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH JUMOYO SALAM MAGELANG Perbedaan Pola Asuh (Asa Diani Hakiki) 77 PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK A BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH JUMOYO SALAM MAGELANG DIFFERENCE OF PARENTING STYLE WITH SELF-AUTONOMY

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 100 BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi menyangkut normalitas dan linieritas. Uji asumsi ini dilakukan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SD N MOJOREJO 3 KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SD N MOJOREJO 3 KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI 1 KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SD N MOJOREJO 3 KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Oleh : WINDA AYU LESTARI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci